Anazuhriah
E-mail:
anazuhr@gmail.com
Abstract
People as a creature that has a fairly high mobility in an effort to meet the needs of inevitably will adjust to the different
social environment. This environment will certainly make someone encountering a new situation which is full of
uncertainty in which the man claimed to communicate with interpesonal as an attempt to obtain information as to the
existence of his/her life, including adolescents in Panti Pelayanan Sosial Anak Woro Wiloso Salatiga. A sense of
uncertainty in adolescents who live in orphanage care must be reduced so that they are able to survive and continue their
education through a orphanage provided by the government. The purpose of this research is to know the uncertainty as
well as the process and strategy of adolescent in reducing uncertainty. This research is a descriptive qualitative study
type where the data was collected through interviews with 6 people the informant i.e. adolescents of PPSA Woro Wiloso
Salatiga aged 13-18 years. The results showed that adolescent in the orphanage have the cognitive uncertainty and
behavioral uncertainty, they apply the reduction processes and uncertainty reduction strategies through interpersonal
communication on the early days of interacting in the orphanage.
Abstrak
Manusia sebagai makhluk yang memiliki mobilitas yang cukup tinggi dalam usaha memenuhi kebutuhan mau tidak mau
akan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang berbeda. Lingkungan ini pastinya akan membuat seseorang
menemui situasi baru yang penuh ketidakpastian dimana manusia dituntut untuk melakukan komunikasi interpesonal
sebagai usaha memperoleh informasi untuk keberlangsungan kehidupannya, termasuk remaja dalam Panti Pelayanan
Sosial Anak Woro Wiloso Salatiga. Rasa ketidakpastian dalam diri remaja yang tinggal dipanti asuhan harus dikurangi
agar mereka mampu bertahan dan melanjutkan pendidikan melalui wadah panti asuhan yang disediakan pemerintah.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ketidakpastian serta proses dan strategi remaja penerima manfaat dalam
mengurangi ketidakpastian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dimana data dikumpulkan
melalui wawancara dengan 6 orang informan yakni remaja penerima manfaat PPSA Woro Wiloso Salatiga berusia 13-
18tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja penerima manfaat memiliki ketidakpastian kognitif dan behavioral,
serta proses-proses pengurangan ketidakpastian dan strategi pengurangan ketidakpastian mereka terapkan melalui
komunikasi interpersonal pada masa-masa awal berinteraksi di dalam panti asuhan.
Kata kunci: remaja, panti asuhan, teori pengurangan ketidakpastian, komunikasi interpersonal
34
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019
35
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019
36
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019
2. Kajian Pustaka dan Kerangka merupakan hal yang sangat penting ketika
Pemikiran seseorang berada dalam lingkungan yang
melibatkan banyak orang seperti pasnti asuhan
Komunikasi interpersonal sangat penting ini, karena berarti akan semakin banyak makna
dilakukan oleh remaja penerima manfaat dan perilaku yang diinterpretasikan secara
karena mereka berada pada lingkungan dan berbeda, melalui level komunikasi ini
situasi kehidupan yang baru. Remaja-remaja diharapkan perbedaan interpretasi dapat
penerima manfaat ini berkomunikasi secara dipahami dan diterima bersama (Wulandari,
interpersonal di PPSA “Woro Wiloso” Salatiga 2014).
baik antar penerima manfaat maupun kepada Remaja penerima manfaat di panti asuhan
penyuluh sosial atau pengasuh yang ada dalam masih belum tentu mampu menghilangkan rasa
instansi Dinas Sosial tersebut. Komunikasi ketidakpastian dalam dirinya yang dimana ia
yang terjadi meliputi segala bentuk pertukaran menemui lingkungan baru, di sinilah
pesan dalam segala macam hubungan baik komunikasi interpersonal kemudian berperan
fungsional, hubungan santai hingga yang intim dalam mengurangi ketidakpastian yang dialami
komunikasi yang terjadi memiliki tujuan untuk oleh remaja penerima manfaat PPSA Woro
memperoleh umpan balik yang nantinya akan Wiloso Salatiga. Berangkat dari teori
berguna untuk meningkatkan efektivitas pengurangan ketidakpastian atau Uncertainty
pribadi dan efektivitas interpersonal dari Reduction Theory yang dicetuskan oleh
pelaku komunikasi tersebut (Wiendijarti, Charles Berger dan Richard Calabrese,
2011). Hal ini juga dapat terjadi pada remaja di ketidakpastian terjadi dalam konteks sosio-
lingkungan panti asuhan dimana mereka akan psikologis pada level interpersonal, dimana
melakukan komunikasi dengan pesan verbal teori ini menitikberatkan pada bagaimana
maupun nonverbal sebagai bentuk pemenuhan seseorang termotivasi untuk mengumpulkan
kebutuhan akan suatu informasi (Liliweri, informasi mengenai seseorang. Seseorang juga
2015). akan mulai melakukan prediksi mengenai
Pada kegiatan komunikasi interpersonal, keadaan atau perilaku seseorang, sehingga
antara komunikator dan komunikan akan seseorang akan mampu menjelaskan
membangun hubungan dengan cara bagaimana dan apa yang terjadi pada interaksi
memperoleh data satu sama lainnya atas dasar awal serta yang terjadi antara komunikator dan
sosio-psikologis. Kegiatan penghimpunan data komunikan. Situasi di dalam PPSA Woro
antar remaja penerima manfaat dalam level Wiloso yang terjamin dan pasti nyatanya masih
komunikasi ini bisa saja selalu berkembang menimbulkan ketidakpastian karena mereka
dengan sendirinya karena keberlangsungan masih belum bisa menyesuaikan diri dengan
komunikasi akan senantiasa menyesuaikan lingkungan yang baru, setiap orang yang
mana gaya komunikasi yang cocok antara berada dalam lingkungan yang baru akan
komunikator dan komunikan guna memelihara berusaha mencari informasi mengenai orang
hubungan antar individu demi suatu tujuan lain dalam lingkungan baru untuk memenuhi
yang ingin dicapai (Budyatna, 2011). PPSA kepentingan atau kebutuhan akan informasi,
Woro Wiloso Salatiga yang memiliki bentuk untuk itulah teori ini dipilih untuk penelitian
lingkungan seperti panti asuhan harus ini. Selain itu, ketidakpastian yang dialami
mempertimbangkan komunikasi interpersonal seseorang dapat dikurangi dengan melalui
yang dianggap mampu membuat seseorang proses komunikasi untuk memperoleh
mengemukakan pendapat dan pandangannya informasi yang pasti untuk dirinya (Berger,
mengenai sesuatu yang kemudian 1975).
membawanya pada pemahaman mengenai Setiap orang dalam kehidupannya tidak
orang lain dengan lebih mudah (Chairani et.al, akan berdiam diri hanya pada satu lingkungan
2009). Komunikasi interpersonal juga budaya saja, manusia akan berada pada situasi
37
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019
lingkungan yang berbeda dalam rangka berubah dan bertambah serta interaksi awal
memenuhi kebutuhannya. Perbedaan situasi dalam hubungan komunikasi juga merupakan
dan lingkungan yang dihadapi remaja dalam elemen yang penting. g) Kita dapat menduga
PPSA Woro Wiloso akan menimbulkan perilaku seseorang dengan orang-orang yang
perasaan ketidakpastian. Ketidakpastian yang memiliki karakter sama dan juga gaya hidup
muncul ini terjadi karena keterbatasan yang sama (West and Turner, 2008).
informasi yang masih dialami ketika remaja Teori pengurangan ketidakpastian
penerima manfaat berada dalam lingkungan menyatakan bahwa tidak peduli seberapa dekat
sosial yang baru tanpa memandang usia dan seorang individu dengan individu lain,
latar belakang sosial tertentu. Oleh karenanya, hubungan mereka pasti dimulai dengan rasa
mereka akan melakukan pengumpulan asing dan penuh ketidakpastian, begitupun
informasi mengenai orang lain untuk remaja penerima manfaat PPSA Woro Wiloso
memprediksi sikap dan perilaku dari orang lain Salatiga. Berger (dalam Febriani dan Iqbal,
(Antheunis et.al., 2012). Selain itu demi 2015: 69) menyatakan bahwa ada dua
tercapainya tujuan yang diinginkan remaja ketidakpastian dialami oleh seseorang sebagai
penerima manfaat harus bisa menggunakan berikut: a) Ketidakpastian kognitif (cognitive
informasi yang dimiliki mengenai orang lain, uncertainty), yakni pemikiran awal yang berisi
semakin banyak informasi yang diperoleh harapan mengenai perilaku seseorang yang
mengenai orang lain maka daya tarik akan remaja inginkan untuk keberlanjutan
meningkat serta kebutuhan informasi akan hubungan, dan b) Ketidakpastian perilaku
menurun dalam kata lain ketidakpastian akan (behavioral uncertainty), yakni pemikiran yang
menurun (Littlejohn, 2009). muncul dalam diri seorang remaja penerima
West dan Turner menjelaskan bahwa teori manfaat terhadap kemungkinan untuk
pengurangan ketidakpastian sendiri memiliki memahami perilaku seseorang secara lebih
asumsi-asumsi dasar yaitu: a) Saat dalam (Febriani dan Iqbal, 2015). Berger
berkomunikasi interpersonal dengan orang menyatakan bahwa komunikasi interpersonal
yang tidak dikenalnya, remaja penerima adalah bentuk komunikasi yang termasuk
manfaat mengalami ketidakpastian, b) paling sering digunakan dalam interaksi pasif,
Ketidakpastian dapat memicu tekanan kognitif aktif maupun interaktif. Cara atau strategi
karena ketidakpastian merupakan suatu situasi pengurangan ketidakpastian yang mungkin
yang tidak disukai. c) Ketika dua orang yang digunakan oleh mereka antara lain, a) Strategi
tidak saling mengenal bertemu dan harus pasif, merupakan kegiatan pencarian informasi
terlibat didalam sebuah percakapan, maka dengan reactivity searching berupa
mereka akan memulai prediksi-prediksi atau pengamatan terhadap remaja penerima manfaat
perkiraan mengenai informasi dari diri lawan ketika sedang melakukan aktivitas serta
bicaranya, d) Komunikasi interpersonal memperhatikan responnya, serta disinhibition
merupakan situasi yang berkembang melalui searching yakni tindakan pasif kepada orang
tahap-tahap. Tahap awal dimana individu yang akan didapatkan informasinya ketika
memulai interaksi, tahap kedua yakni tahap orang tersebut sedang dalam kondisi apa
personal dimana ungkapan pribadi atau adanya atau tidak dalam keadaan formal. b)
individual mulai diungkapkan, dan tahap akhir Strategi aktif, yakni usaha secara aktif bertanya
ketika remaja penerima manfaat memutuskan kepada orang lain tentang seseorang yang ingin
untuk melanjutkan hubungan atau justru mereka dapatkan informasinya sebelum
memutuskan hubungan. e) Alat utama untuk berinteraksi secara langsung dengan target
mengurangi tingkat ketidakpastian adalah serta mengkondisikan lingkungan panti asuhan
komunikasi interpersonal. f) Elemen penting untuk mempermudah pengumpulan informasi
dalam perkembangan hubungan interpersonal tentang orang tersebut, dan c) Strategi
adalah jumlah dan sifat informasi yang selalu interaktif, berupa kegiatan pengungkapan
38
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019
informasi diri dan terbuka dengan orang lain 3. Objek dan Metode Penelitian
dan mengharapkan orang lain juga melakukan
hal yang sama. Adapun dua proses dalam Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
pengurangan ketidakpastian, yakni: a) Proaktif, deskriptif kualitatif dimana penelitian ini
merupakan proses ketika remaja penerima memiliki tujuan menjelaskan suatu fenomena
manfaat tengah berfikir sebelum melakukan pada remaja dalam PPSA Woro Wiloso
komunikasi dengan orang lain, b) Retroaktif, Salatiga secara mendalam dan mendetail
yakni proses disaat mereka menjelaskan melalui langkah pengumpulan data yang
perilaku seseorang setelah bertemu (Berger, deskriptif. Melalui jenis penelitian yang dipilih
1975). ini peneliti memiliki tujuan mencari tahu
Komunikasi dianggap memerankan peran bagaimanakah proses yang digunakan remaja
kunci dalam proses mengurangi ketidakpastian penerima manfaat dalam mengurangi
dalam diri seseorang (Gibbs et.al., 2011). ketidakpastian yang ada pada diri mereka
Adapun faktor penting dari proses yang dilalui dalam lingkup PPSA Woro Wiloso Salatiga.
remaja penerima manfaat PPSA Woro Wiloso Peneliti menggunakan teknik pengumpulan
Salatiga dalam mengurangi ketidakpastiannya data dengan wawancara mendalam untuk
antara lain: a) Komunikasi Verbal, yakni faktor mengetahui faktor penting didalam
yang menunjukkan bahwa semakin banyak pengurangan ketidakpastian diantaranya
komunikasi verbal yang dilakukan maka komunikasi verbal, ekspresi non verbal,
semakin berkurang tingkat ketidakpastiannya, pencarian informasi, intimasi, timbal balik,
b) Ekspresi afiliasi non verbal, yakni faktor kesamaan dan kesukaan (Berger, 1975).
dalam proses pengurangan ketidakpastian Informan sejumlah 6 orang informan (3 orang
berupa kontak mata, anggukan, gesture dan laki-laki dan 3 orang perempuan) dimana
ekspresi non verbal lain yang apabila semakin informan diambil masing-masing satu orang
bertambah komunikasi non verbal dari setiap usia remaja dalam panti asuhan
diekspresikan maka ketidakpastiannya akan PPSA Woro Wiloso Salatiga yakni usia 13
berkurang, c) Pencarian informasi, yakni hingga 18 tahun yang diharapkan mampu
ketidakpastian yang tinggi meningkatkan mewakili keseluruhan remaja penerima
kegiatan pencarian informasi yang dilakukan manfaat PPSA Woro Wiloso Salatiga.
oleh remaja penerima manfaat, d) Kedekatan Informan diambil dengan teknik sampling
atau intimacy, yakni tingkat kedekatan isi purposif, yakni teknik sampling yang sengaja
informasi dalam pembicaraan yang dilakukan dipilih dengan beberapa kriteria tertentu yang
zakan meningkat apabila ketidakpastiannya kemudian diharapkan sesuai dengan tujuan
rendah, e) Timbal balik atau reciprocity, yakni yang ingin dicapai oleh peneliti (Kriyantono,
pemberian dan penerimaan pesan yang sama 2006). Kriteria informan yang dimaksud antara
merupakan bentuk rendahnya ketidakpastian lain; a) berusia 13-18 tahun, b) merupakan
akan seseorang, f) Kesamaan atau similarity, penerima manfaat di PPSA Woro Wiloso
yakni kesamaan yang ada antar penerima Salatiga, c) tinggal di PPSA Woro Wiloso
manfaat yang melakukan interaksi akan selama minimal 1 tahun karena kurun waktu ini
mengurangi ketidakpastian begitupun menggambarkan bahwa penerima manfaat
sebaliknya karena ketidaksamaan yang telah mampu melalui proses pengurangan
meningkat akan meningkatkan penjelasan ketidakpastian dalam diri mereka.
alternatif akan perilaku seseorang pula, dan g) Selanjutnya peneliti akan melakukan
Kesukaan atau liking, yakni semakin tinggi analisis data dengan teknik analisis data miles
ketidakpastian yang ada dalam benak Huberman Punch berupa reduksi data,
seseorang akan menurunkan tingkat kesukaan penyajian data serta penarikan kesimpulan
akan orang lain. (Berger, 1975). yang dimana peneliti melakukan perbandingan
data yang beragam dari berbagai narasumber di
39
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019
PPSA Woro Wiloso Salatiga lalu kemudian masing-masing. Remaja penerima manfaat
memilih data yang dianggap dapat dijadikan mengurangi ketidakpastiannya dengan tujuan
data pasti dalam penelitian ini dan juga untuk menjalani kehidupan yang dapat mereka
triangulasi data yakni teknik untuk menguji terima dan menyenangkan. Berikut ini adalah
validitas dan keabsahan dari hasil penelitian hasil penelitian yang peneliti peroleh di SPSA
dengan menggunakan informasi diluar data Woro Wiloso Salatiga melalui proses
untuk dibandingkan dengan data yang wawancara kepada informan remaja penerima
diperoleh dilapangan (Kriyantono, 2006). manfaat disana.
Peneliti menggunakan triangulasi data atau
triangulasi sumber dimana peneliti akan 4.1 Ketidakpastian Remaja Penerima
menggali kebenaran dari data yang diperoleh Manfaat
dari informan melalui berbagai sumber
perolehan data dengan membandingkan Ketika seorang remaja berpindah dan
informasi antara informan satu dengan yang menetap dalam lingkungan yang baru, maka
lain. pasti akan ada perasaan khawatir karena adanya
ketidakpastian. Ketidakpastian yang dialami
4. Hasil dan Pembahasan remaja ini dilatarbelakangi oleh keterbatasan
informasi yang mereka miliki. Beberapa
Penelitian ini berfokus pada proses ketidakpastian tersebut adalah remaja takut
pengurangan ketidakpastian yang dilakukan tidak bisa berbaur, takut tidak memiliki teman
remaja penerima manfaat Panti Pelayanan dan juga takut akan mengalami penindasan
Sosial Anak Woro Wiloso Salatiga melalui oleh senior-seniornya yang lebih dahulu berada
komunikasi interpersonal yang mereka di panti asuhan, selain itu ada pula yang takut
lakukan. Proses ini dilihat dari sudut pandang bahwa panti asuhan akan memiliki sistem
teori pengurangan ketidakpastian yang seperti asrama militer yang sangat disiplin
dikemukakan oleh Charles Berger dan Richard sehingga tidak bisa bebas seperti kehidupan
Calabrese. PPSA Woro Wiloso memang bukan yang remaja ini jalani dirumah masing-masing.
satu-satunya panti asuhan di kota Salatiga, Ketidakpastian – ketidakpastian yang dialami
namun PPSA Woro Wiloso merupakan sebuah remaja dilihat dari sudut pandang teori
panti asuhan yang berada dibawah naungan pengurangan ketidakpastian terdapat dua jenis,
pemerintah melalui Dinas Sosial Provinsi Jawa ketidakpastian kognitif (cognitive uncertainty)
Tengah. Bukan milik swasta maupun yayasan dan ketidakpastian perilaku (behavioral
tertentu. Hal ini membuat panti asuhan ini uncertainty). Ketidakpastian yang dialami
gratis tanpa ada pungutan suatu apapun karena remaja yang pertama peneliti temui ialah
semua didanai oleh pemerintah, sehingga ketidakpastian kognitif (cognitive uncertainty)
PPSA Woro Wiloso menjadi jalan keluar bagi dimana remaja penerima manfaat tidak yakin
masyarakat kurang mampu untuk dengan gambaran lingkungan baru dan
menyekolahkan anak mereka dan memberikan keyakinan serta sikap orang lain terhadapnya
hak – hak anak secara layak. dalam lingkungan PPSA Woro Wiloso
Bagi remaja penerima manfaat PPSA Woro Salatiga, hal ini tergambar dalam pernyataan
Wiloso Salatiga, lingkungan tempat tinggal informan:
yang baru memunculkan perasaan ragu dan Informan 1:
juga kekhawatiran karena berbagai “Saya kan belum tau panti ini kayak apa,
ketidakpastian yang muncul dalam benak bayangan saya kalau panti asuhan tu kayak
mereka. Oleh karenanya seseorang akan asrama militer gitu lho mbak, tegas disiplin
mengurangi ketidakpastian dalam dirinya gitu. Saya kaget juga tapi mbak di sini ada
dengan strategi tertentu serta proses yang aturan-aturan gitu ternyata, walaupun
mereka jalani sesuai dengan kondisi mereka
40
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019
nggak kayak militer”. (Informan 1, 24 perilaku orang yang ditemui disana, namun
Januari 2019) beberapa kali ditemui bahwa kenyataan yang
dialami mereka berbeda, seperti yang
Informan 3: dinyatakan informan 2 dan informan 6 sebagai
“Waktu masuk awal saya takut banget berikut:
mbak, soalnya saya kecil yang lain gede- Informan 2:
gede, terus di sini kan ada pengasuh mbak. “Anu mbak, ya piye ya mbak. Saya kan dari
Saya pikir nggak bisa ngerasain main. ya desa, belum tahu kehidupan di sini. Jangan-
kayak anak-anak seusia saya yang lain jangan nanti saya dikatain katrok terus pada
yang nggak tinggal di panti”. (Informan 3, ndak suka sama saya. Ternyata pada baik-
28 Januari 2019) baik”. (Informan 2, 25 Januari 2019)
Informan 4: Informan 6:
“Sebelum masuk saya takut mbak tak pikir “Deg-degan saya mbak, dulu mikirnya saya
kayak pondok, terus pas hari pertama saya nanti kan jauh dari orang tua. Terus nggak
belum punya temen. Pengen pulang, saya ada yang kenal di sini. Mbaknya galak-
tidur terus seharian mbak dikamar, tapi galak juga diawal itu, maklum kan kalau
besoknya ternyata ada temen sekampung cewek suka nyindir-nyindir gitu mbak”.
masuk kesini juga. Terus main mulai (Informan 6, 31 Januari 2019)
ngobrol-ngobrol sama kenalan sama yang
lain”. (Informan 4, 29 Januari 2019) Ketidakpastian jenis ini merupakan
ketidakpastian yang terjadi karena remaja
Ketidakpastian yang dialami oleh remaja penerima manfaat memunculkan perkiraan-
penerima manfaat ini terjadi karena perkiraan yang menimbulkan kekhawatiran
kekurangan dan keterbatasan informasi yang dalam benaknya karena ketidakpastian itu
dimiliki oleh masing-masing informan. Remaja sendiri. Remaja penerima manfaat
penerima manfaat cenderung bersifat pasif dan memperkirakan perilaku orang lain dalam hal
juga pendiam pada masa-masa awal tinggal di ini remaja penerima manfaat lain setelah
dalam lingkungan PPSA Woro Wiloso bertemu pada awal perjumpaan dalam
Salatiga. Seperti penjelasan yang disebutkan lingkungan PPSA Woro Wiloso Salatiga,
oleh Berger dalam Jurnal “Some Explorations mereka berfikiran bahwa tidak ada yang akan
in Initial Interaction and Beyond: Toward a menerima mereja dengan baik, namun padahal
Developmental Theory of Interpersonal kenyataannya mereka menemui situasi yang
Communication” (1975), ketika seseorang baik pada perjumpaan juga, bukan hanya
berada didalam fase awal pertemuan, seseorang mengenai perilaku yang tidak menyenangkan.
akan merasa berada dalam situasi yang begitu Informan 5 pun menyatakan pernyataan yang
dibatasi oleh nilai dan norma sehingga jarang sama dengan informan 2. Penelitian yang
untuk bisa melakukan komunikasi secara dilakukan oleh Primasari sejalan dengan hasil
verbal atau bisa dikatakan interaksi sangatlah wawancara pada informan yang peneliti temui,
minim (Berger, 1975). dalam penelitiannya Primasari menemui bahwa
Selain ketidakpastian kognitif, terdapat mahasiswa perantau UNISMA Bekasi
data yang peneliti peroleh dari lapangan yang mengalami ketidakpastian perilaku atau
menunjukkan adanya ketidakpastian perilaku behavioral uncertainty karena mereka
atau behavioral uncertainty yang berkaitan memunculkan perkiraan bagaimana mereka
dengan seberapa jauh seseorang dapat harus bertindak atau berperilaku dilingkungan
memperkirakan perilaku orang lain pada situasi baru agar diterima oleh mahasiswa lain
tertentu (Febriani, 2015). Informan di PPSA (Primasari, 2014).
Woro Wiloso memiliki perkiraan mengenai
41
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019
Informan 3: Informan 6:
“Kalau misal sebelum ngobrol ya saya “Ada perubahan sih mbak habis ngomong-
nyusun kata-kata dulu sama merhatiin ngomong, jadi mbaknya kalau ketemu
mbak, takut tersinggung kalau saya dia nyapa, kewarung ngajakin bareng”
ngajak ngobrol ya saya jawab, kalau nggak (Informan 6, 31 Januari 2019).
ya saya nggak ngobrol.” (Informan 3, 28
Januari 2019) Remaja penerima manfaat dalam PPSA
Woro Wiloso menjelaskan bagaimana lawan
Seperti pendapat Berger (dalam West dan bicara atau teman sesama penerima manfaat
Turner, 2008), proses proaktif terjadi ketika berperilaku setelah berkomunikasi dengan
remaja memikirkan mengenai pilihan-pilihan dirinya. Terdapat penjelasan dari teori
komunikasi yang mungkin mereka lakukan mengenai proses retroaktif yang ada pada
42
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019
43
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019
Informan 2: Informan 6:
“Pas ngobrol pertama sama mas-mas yang “iya nanya-nanya orang sama buka-buka
sekamar malah nggak mau turun masnya internet pantinya kayak apa” (Informan 6,
mbak, dia ngobrolnya dari atas. Kasurnya 31 Januari 2019)
kan diatas” (Informan 2, 25 Januari 2019)
Pernyataan informan 6 menunjukkan
Informan 2 menunjukkan bahwa interaksi bahwa ia membutuhkan informasi akan tempat
komunikasi awal yang ia dapati adalah yang akan ia tinggali, dimana informasi
interaksi yang tidak membuatnya nyaman tersebut harus ia cari dan dapatkan untuk
karena jarak yang dibangun tergolong jauh mengurangi ketidakpastian yang menghinggapi
pada interaksi awalnya, sebagaimana seseorang pikirannya ketika ia dimasukkan ke dalam panti
yang memiliki ketidakpastian akan merasa asuhan. Ketika seseorang sudah memiliki
tidak nyaman dengan awal interaksi yang gambaran dan penjelasan mengenai apa yang ia
hanya memiliki sedikit ekspresi afiliasi non akan atau sedang hadapi, maka kebutuhan
verbal. Informan 2 merasakan bahwa teman pencarian informasinya akan berkurang, hal ini
sesama penerima manfaat menunjukkan berarti gambaran atau penjelasan serta
ekspresi yang tidak terlalu bervariasi ketika informasi yang cukup akan membantu
awal interaksi dan tidak memberi informan seseorang untuk mengurangi
informasi mengenai kehidupan di panti, ketidakpastiannya. Informan 5 menjelaskan
informanpun tidak berusaha untuk mendekati bahwa ia mencari informasi dengan bertanya
menunjukkan ekspresi non verbal dengan lebih kepada salah satu pegawai PPSA Woro Wiloso
aktif karena informan merasa ragu dan untuk mencari informasi mengenai panti
memiliki ketidakpastian akan teman sesama asuhan ini. Sedangkan informan lain
penerima manfaat tersebut. Informan lain juga mengatakan tidak mencari informasi sebelum
menyatakan hal yang hampir sama, dimana masuk kepanti melainkan mencari informasi
ketika teman sesama penerima manfaat dari dengan observasi sendiri ketika sudah ada
panti asuhan ini tidak banyak berekspresi, dipanti. Kegiatan pengumpulan informasi yang
maka mereka juga akan membatasi interaksi dilakukan informan tidak hanya dilakukan
dan komunikasi yang akan mereka lakukan. sekali saja, namun pencarian informasi ini
Sedangkan beberapa informan lain tidak adalah sebuah rangkaian proses yang remaja
menunjukkan pernyataan yang mengarah pada penerima manfaat lakukan secara
faktor ekspresi afiliasi nonverbal ini. berkelanjutan ketika didalam dirinya muncul
Pencarian informasi dalam pengurangan ketidakpastian akan suatu hal yang berkaitan
ketidakpastian adalah ketika seseorang merasa dengan kehidupan didalam panti asuhan.
tingkatan ketidakpastiannya mengganggu, Kedekatan atau intimacy dalam teori
maka seseorang akan meningkatkan usaha pengurangan ketidakpastian mengacu pada isi
pencarian informasi akan orang lain (Berger, dari komunikasi yang terjadi. Isi komunikasi
1975). Disaat pencarian informasi mengalami yang semakin dekat atau intim, akan membawa
mulai tidak dilakukan lagi, maka tingkat ketidakpastian pada level yang rendah. Hal ini
ketidakpastian yang dialami juga mengalami merupakan faktor penting didalam proses
penurunan. Remaja penerima manfaat juga pengurangan ketidakpastian karena semakin
melalui hal ini ketika berada dalam masa-masa dekat isi pembicaraan seseorang mampu
awal berada di panti asuhan dan tengah menunjukkan bahwa tingkat ketidakpastian
mengalami proses pengurangan ketidakpastian dalam diri seseorang akan orang lain berada
dalam PPSA Woro Wiloso Salatiga, pada level yang rendah. Seseorang yang tidak
mengenal apalagi saling memahami, tidak akan
mungkin memiliki keterbukaan hingga
44
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019
45
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019
harus memikirkan dan menjelaskan penjelasan- kita akan memiliki kesukaan yang besar akan
penjelasan alternatif lain (Berger, 1975). orang lain. Kesamaan dan kesukaan memiliki
Peneliti mendapati pernyataan seorang hubungan yang positif dalam proses
informan dalam proses wawancara yang pengurangan ketidakpastian, kecenderungan
menunjukkan faktor kesamaan, yang seseorang cari dari sebuah interaksi
adalah kesamaan dengan orang lain dimana hal
Informan 3: ini cenderung harus menghasilkan kesukaan.
“Kalau saya sama temen saya yang deket (Berger, 1975)
emang sama-sama suka K-POP mbak, jadi
cocok banyak kesamaan, dia juga Informan 1:
nyambung kalau diajak ngomong.” “Ada yang ramah mbak, ngajakin ngobrol
(Informan 3, 28 Januari 2019) terus. Baik. Jadi saya suka temenan sama
dia”(Informan 1, 24 Januari 2019)
Informan 4:
“Iya mbak saya sama mbak Rinda sama- Informan 6:
sama suka gambar, tapi aku gambar desain “Pernah ada konflik mbak, beda pendapat
baju-baju gitu. Kalau mbak Rinda suka pas kumpulan terus salah paham. Sekarang
gambar orang” (Informan 4, 29 Januari kalau ketemu orangnya ya klau dia nyapa
2019) ya saya nyapa. Kalau ndak ya ndak. Lha
buat apa mbak, masih banyak temen yang
Pernyataan informan 3 dan 4 menunjukkan baik” (Informan 6, 31 Januari 2019)
bahwa kesamaan yang banyak akan teman
sesama remaja penerima manfaat membuat Pernyataan informan 1 menunjukkan dalam
interaksi dan hubungan yang mereka lakukan proses mengurangi ketidakpastian didalam
terasa lebih nyaman. Oleh karena itu, tidak dirinya kesukaan memiliki peran penting
heran bahwa remaja penerima manfaat di didalamnya. Ketidakpastian secara perlahan
PPSA Woro Wiloso Salatiga yang memiliki mulai hilang karena pembicaraan yang makin
kedekatan atau bersahabat baik cenderung sering serta kesukaan yang muncul diantara
memiliki kesamaan atau similarity dalam hal- mereka. Pernyataan informan 6 menunjukkan
hal tertentu. Pendapat kedua informan diatas bahwa pengalaman yang kurang mengenakkan
diperkuat dengan pendapat informan sekunder dari interaksi yang pernah terjadi menimbulkan
yang menyatakan bahwa memang benar ketidaksukaan akan orang lain. Hal ini
kebanyakan remaja penerima manfaat kemudian membuat remaja penerima manfaat
berkumpul masing-masing dengan orang- memiliki ketidakpastian yang meningkat akan
orang yang memiliki kesamaan baik dalam hal orang lain tersebut dan kemudian membatasi
karakter, hobi maupun kegiatan lainnya. interaksinya, bahkan cenderung menolak untuk
Sedangkan informan lain hanya menyatakan berinteraksi lagi. Remaja penerima manfaat di
secara tersirat mengenai kesamaan yang panti asuhan dalam melakukan interaksi
dimiliki antara diri mereka dengan penerima berharap bahwa mereka akan memiliki kesan
manfaat lainnya. dan penilaian yang baik agar dapat melanjutkan
Kesukaan atau liking dalam proses interaksi dan membangun hubungan yang lebih
pengurangan ketidakpastian mengarah kepada intensif dan dekat. Ketika mereka mengalami
tinggi rendahnya ketidakpastian akan diri suatu permasalahan yang menimbulkan
seseorang akan mempengaruhi tingkat ketidaksukaan, mereka akan cenderung
kesukaan kita terhadap orang tersebut. menutup diri dan memikirkan alternatif yang
Semakin besar ketidakpastian, maka semakin lain yang mungkin dilakukan untuk tetap
rendah kesukaan kita terhadap orang tersebut. bertahan dipanti asuhan dan memiliki teman,
Sebaliknya, disaat ketidakpastian minim maka salah satunya adalah mencari teman yang lain.
46
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019
47
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019
et.al, 2018). Hal ini dialami oleh informan 2 manfaat yang lain. Strategi ini mengarah
sebagai berikut: kepada bagaimana seseorang mampu mencari
dan mengumpulkan informasi dengan langkah
Informan 2: yang setingkat lebih tinggi dari strategi pasif
“Saya 3 hari belum bisa nyesuaiin diri meskipun sama-sama tidak memiliki kontak
mbak, saya tiduran aja terus soalnya belum atau interaksi secara langsung dengan orang
punya teman yang ngajakin ngobrol, pas 3 yang ingin diketahui informasinya. Strategi
hari itu saya sambil ngeliatin orang –orang aktif juga digunakan oleh salah satu informan
di sini, ya biar tau karakternya gitu mbak yang merupakan remaja penerima manfaat di
maksud saya sih. Nek kira-kira galak ya PPSA Woro Wiloso Salatiga dimana remaja ini
ndak akan saya ajak ngobrol pertama, mencari tahu informasi dengan menggunakan
namanya juga nyari temen mbak ya bantuan orang ketiga atau dengan kata lain
pengene yang apikan” (Informan 2, 25 menanyakan mengenai seseorang melalui
Januari 2019) orang lain. Seperti pernyataan yang
disampaikan oleh informan 4 sebagai berikut,
Pendapat informan menjelaskan bahwa
terdapat strategi pasif yang digunakan untuk Informan 4 :
mengurangi ketidakpastian dalam lingkungan “Itu mbak, waktu datang saya langsung
panti asuhan. Remaja yang terkesan berdiam ketemu sama satu anak panti di sini terus
diri dan tidak secara aktif melakukan interaksi, langsung disuruh kenalan sama
remaja penerima manfaat memilih melakukan pengasuhnya, nah saya kenal sama satu
kegiatan sebatas pada pengamatan akan orang ini. Terus saya nanya tentang teman
lingkungan sosial dan orang-orang yang ada yang lain lewat teman saya yang namanya
disekitarnya pada masa-masa awal mereka Rinda ini. saya nanya ini orangnya gimana,
berada di panti asuhan PPSA Woro Wiloso ini gimana, gitu.” (Informan 4, 29 Januari
Salatiga. Hal ini menunjukkan bahwa remaja 2019).
ini melakukan strategi pasir yang terlihat
melalui pengamatan yang dilakukan oleh Strategi ini memungkinkan untuk remaja
informan remaja penerima manfaat ini melakukan riset atau pencarian informasi tanpa
merupakan bentuk mencari tahu mengenai ia harus mengambil resiko malu ataupun gugup
karakter dari remaja penerima manfaat lain, seperti ketika seseorang berjumpa langsung
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh dan berbicara dengan orang asing atau orang
Febriani dan Iqbal bahwa peserta dari On the yang belum ia kenal, hal ini berkaca pada
Job Training Program melakukan pengamatan penyataan Berger bahwa tidak peduli seberapa
terhadap sistem kerja dan karakter dari dekat seseorang yang menjalani sebuah
masyarakat Jepang untuk mengurangi hubungan, sudah pasti diawali dengan orang
ketidakpastian yang mereka alami (Febriani asing yang saling berjumpa dan berinteraksi
dan Iqbal, 2015). (Berger, 1975). Strategi aktif memang
Jenis strategi lain yang peneliti temukan digunakan oleh sebagian dari remaja penerima
ialah strategi aktif. Strategi aktif merupakan manfaat di PPSA Woro Wiloso Salatiga,
strategi yang melibatkan usaha aktif untuk meskipun demikian strategi ini bukanlah
mengetahui orang yang ingin diketahui strategi yang paling banyak digunakan oleh
informasinya namun tanpa harus berjumpa atau remaja penerima manfaat disana untuk
menghadapi orang tersebut secara langsung mengurangi ketidakpastian yang dirasakan
(Antheunis et.al, 2012). Sama halnya dengan oleh mereka. Strategi yang banyak digunakan
strategi pasif, strategi ini ada dalam kondisi oleh remaja penerima manfaat di PPSA Woro
remaja penerima manfaat belum melakukan Wiloso adalah strategi interaktif.
interaksi secara langsung dengan penerima
48
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019
Strategi interaktif juga digunakan oleh menjadi bagian dari kegiatan yang ada di PPSA
remaja di PPSA Woro Wiloso dimana strategi Woro Wiloso. Remaja melakukan interaksi
ini berupa melakukan interaksi secara langsung dengan tujuan untuk melakukan pendekatan
dengan orang yang telah ia cari infomasinya dengan orang-orang atau teman-teman yang
sebelumnya. Strategi ini menerapkan usaha sama-sama tinggal di panti asuhan ini. Hal ini
yang melibatkan akuisisi atau perolehan diperkuat oleh pendapat informan sekunder
informasi melalui interaksi langsung berupa dimana teman dari Informan 2 menyatakan
sapaan, berkenalan kemudian bertanya kepada bahwa memang benar informan 2 menyukai
target atau sasaran yakni orang asing atau kegiatan voli dan melakukan kegiatan interaksi
teman sebaya yang ia baru temui dan baru secara langsung pada awal bergabung dengan
berinteraksi. Strategi ini dianggap lebih PPSA Woro Wiloso Salatiga khususnya
nyaman dilakukan oleh remaja penerima terhadap remaja penerima manfaat yang ikut
manfaat di PPSA Woro Wiloso Salatiga karena kegiatan voli di panti ini.
membuat mereka lebih mudah diterima dalam
situasi sosial dan lingkungan sosial yakni
5. Kesimpulan dan Rekomendasi
lingkungan panti asuhan itu sendiri. Kehadiran
diri secara nyata dan langsung membuat remaja
Remaja penerima manfaat mengalami
mampu merasa bahwa seseorang akan lebih
ketidakpastian dalam komunikasi interpersonal
cepat memahami satu sama lain.
di PPSA Woro Wiloso Salatiga berupa
ketidakpastian kognitif dimana remaja
Informan 1:
penerima manfaat memiliki kekurangan dan
“Waktu itu sih saya waktu datang langsung
keterbatasan informasi, serta merasa berada
ngobrol, terus ditanyain namanya siapa.
dalam situasi yang begitu dibatasi oleh nilai
Terus saya njawab sisan nanya nama dia.
dan norma sehingga jarang untuk bisa
Lha terus dia nanya sekolah dimana saya
melakukan komunikasi. Terdapat juga
juga nanya, terus saya tanyain rumahnya
ketidakpastian behavioral yang dialami remaja
mana...”(Informan 1, 24 Januari 2019)
penerima manfaat karena mereka
memunculkan perkiraan-perkiraan akan
Informan 2:
perilaku orang lain pada perjumpaan awal yang
“Dulu saya kan pengen ikut voli di panti ini
menimbulkan kekhawatiran dalam benaknya
mbak, terus kan diawal belum kenal.
karena ketidakpastian itu sendiri. Adapun
Karena pengen banget ikut, jadi saya terus
didalamnya terdapat proses dimana remaja
dateng ke lapangan PPSA Woro pas ada
penerima manfaat mengurangi ketidakpastian,
latihan. Saya nyapa sama mas mas yang
antara lain dengan proses proaktif yakni remaja
dilapangan. Terus ngobrol,kenalan sama
memikirkan mengenai pilihan komunikasi
nanya-nanya boleh ikut voli di sini ndak.”
yang mungkin mereka lakukan untuk menjalani
(Informan 2, 25 Januari 2019).
kehidupan dan mencapai tujuannya di PPSA
Woro Wiloso Salatiga, mereka cenderung akan
Kehidupan yang dijalani oleh remaja panti
memikirkan terlebih dahulu kalimat verbal
asuhan di PPSA Woro Wiloso adalah
maupun tindakan apa yang akan mereka
kehidupan yang dikondisikan seperti
tunjukkan atau ekspresikan kepada orang lain
kehidupan remaja pada umumnya namun
di PPSA Woro Wiloso Salatiga. Proses
dalam bentuk yang lebih teratur dan terjamin
retroaktif dimana remaja penerima manfaat
dalam wadah panti asuhan yang dibiayai oleh
berada dalam proses menggambarkan analisa
pemerintah. Terdapat kegiatan-kegiatan seperti
situasi, perilaku dan sikap lawan bicaranya
olahraga, kesenian, pengembangan skill dan
pasca berinteraksi dengannya di PPSA Woro
lain sebagainya. Tentunya, dalam hal ini
Wiloso Salatiga.
remaja juga memiliki strategi untuk bisa masuk
49
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019
50
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019
51