Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019

PENGURANGAN KETIDAKPASTIAN MELALUI KOMUNIKASI


INTERPERSONAL REMAJA PANTI ASUHAN

Anazuhriah

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah


Surakarta, Jl. A Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura, Surakarta, 57102

E-mail:
anazuhr@gmail.com

Abstract

People as a creature that has a fairly high mobility in an effort to meet the needs of inevitably will adjust to the different
social environment. This environment will certainly make someone encountering a new situation which is full of
uncertainty in which the man claimed to communicate with interpesonal as an attempt to obtain information as to the
existence of his/her life, including adolescents in Panti Pelayanan Sosial Anak Woro Wiloso Salatiga. A sense of
uncertainty in adolescents who live in orphanage care must be reduced so that they are able to survive and continue their
education through a orphanage provided by the government. The purpose of this research is to know the uncertainty as
well as the process and strategy of adolescent in reducing uncertainty. This research is a descriptive qualitative study
type where the data was collected through interviews with 6 people the informant i.e. adolescents of PPSA Woro Wiloso
Salatiga aged 13-18 years. The results showed that adolescent in the orphanage have the cognitive uncertainty and
behavioral uncertainty, they apply the reduction processes and uncertainty reduction strategies through interpersonal
communication on the early days of interacting in the orphanage.

Keywords: adolescents,orphanage,uncertainty reduction theory, interpersonal communication

Abstrak

Manusia sebagai makhluk yang memiliki mobilitas yang cukup tinggi dalam usaha memenuhi kebutuhan mau tidak mau
akan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang berbeda. Lingkungan ini pastinya akan membuat seseorang
menemui situasi baru yang penuh ketidakpastian dimana manusia dituntut untuk melakukan komunikasi interpesonal
sebagai usaha memperoleh informasi untuk keberlangsungan kehidupannya, termasuk remaja dalam Panti Pelayanan
Sosial Anak Woro Wiloso Salatiga. Rasa ketidakpastian dalam diri remaja yang tinggal dipanti asuhan harus dikurangi
agar mereka mampu bertahan dan melanjutkan pendidikan melalui wadah panti asuhan yang disediakan pemerintah.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ketidakpastian serta proses dan strategi remaja penerima manfaat dalam
mengurangi ketidakpastian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dimana data dikumpulkan
melalui wawancara dengan 6 orang informan yakni remaja penerima manfaat PPSA Woro Wiloso Salatiga berusia 13-
18tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja penerima manfaat memiliki ketidakpastian kognitif dan behavioral,
serta proses-proses pengurangan ketidakpastian dan strategi pengurangan ketidakpastian mereka terapkan melalui
komunikasi interpersonal pada masa-masa awal berinteraksi di dalam panti asuhan.

Kata kunci: remaja, panti asuhan, teori pengurangan ketidakpastian, komunikasi interpersonal

34
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019

1. Pendahuluan untuk memberikan wadah pendidikan yang


layak untuk anak, salah satunya adalah panti
Manusia sebagai makhluk yang memiliki asuhan anak. Panti asuhan anak menurut
mobilitas yang cukup tinggi dalam usaha Kepmensos No.50/HUK/2004 memiliki tugas
memenuhi kebutuhan, mau tidak mau akan memberikan bimbingan serta pelayanan bagi
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial anak yatim, piatu, yatim piatu, anak yang
yang berbeda. Lingkungan ini pastinya akan kurang mampu, dan atau terlantar agar potensi
membuat seseorang menemui situasi baru yang serta kapasitas belajarnya pulih kembali dan
penuh ketidakpastian dimana manusia dituntut mampu berkembang secara wajar (Khoirunissa
untuk melakukan komunikasi sebagai usaha dkk., 2015).
memperoleh informasi, komunikasi dipandang Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi
menjadi aktivitas yang serius yang ia butuhkan Jawa Tengah tahun 2016, panti asuhan anak
untuk keberlangsungan kehidupannya. milik pemerintah dibawah Dinas Sosial
Komunikasi khususnya komunikasi Provinsi Jawa Tengah terdapat 51 panti asuhan,
interpersonal yang tidak berjalan dengan baik salah satunya adalah Panti Pelayanan Sosial
dan terkesan kaku akan memunculkan gap Anak “Woro Wiloso” Salatiga (Badan Pusat
antara orang yang berkuasa dan yang lemah, Statistik, 2016). PPSA Woro Wiloso Salatiga
ketidaknyamanan dan tentunya tujuan tidak memiliki sistem panti asuhan dimana anak usia
dapat berjalan dengan semestinya (Fathoni, sekolah yang memiliki keluarga namun tidak
2013). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan mampu memenuhi hak-hak anak seperti
untuk membangun suatu hubungan yang pendidikan diberikan fasilitas untuk tinggal
nyaman dan mencapai tujuan adalah dengan menetap di panti asuhan ini, sehingga pada
cara melakukan komunikasi interpersonal libur akhir semester anak diijinkan untuk
karena komunikasi ini dipandang sebagai usaha pulang kerumah masing-masing. Panti asuhan
komunikasi yang ada dalam setiap hubungan ini menampung anak perempuan dan laki-laki
yang intim dan penting bagi setiap orang, baik usia pendidikan SD hingga SMA berjumlah
dilakukan secara aktif, pasif maupun interaktif kurang lebih 100 orang, klasifikasi ini
(Wulandari, 2016). Hal ini sangat berkaitan menunjukkan bahwa didalam PPSA Woro
dengan bagaimana remaja membangun Wiloso Salatiga terdapat anak usia remaja.
hubungan dalam menghadapi berbagai situasi PPSA Woro Wiloso merupakan unit pelaksana
atau keadaan sosial yang ada, Hurlock, E.B teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah yang
(dalam Zuhara, 2015: 81) menyatakan remaja dimana tugas pokoknya adalah melakukan
dalam usianya sangatlah penting untuk kegiatan teknis operasional atau teknis
membangun hubungan dengan teman untuk penunjang dinas di bidang pelayanan dan
mengembangkan ideologi dan menghadapi rehabilitasi sosial dengan sasaran anak yatim,
berbagai situasi yang ada (Zuhara, 2015). piatu, yatim piatu dan anak terlantar dari
Berkembangnya permasalahan sosial keluarga tidak mampu, serta mereka akan atau
seperti masalah ekonomi seringkali berdampak sedang menempuh pendidikan formal SD s/d
pada permasalahan pendidikan anak di SMA. Dikutip dari buku profil PPSA Woro
Indonesia. Hasil Susenas 2016 yang dikutip Wiloso Salatiga tahun 2018, panti ini
dari laman BPS menunjukkan bahwa anak merupakan salah satu dari 5 (lima) Unit
berusia sekolah yakni 5-18 tahun yang Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa
berstatus sekolah ialah sebesar 70,83%. Pada Tengah dengan tipe Kelas B, yang mempunyai
kelompok usia yang sama terdapat sebesar tugas teknis operasional dan atau kegiatan
28,8% yang berstatus tidak sekolah lagi, serta teknis penunjang tertentu Dinas Sosial Provinsi
0,78% lainnya belum pernah sekolah (Badan Jawa Tengah di bidang Pelayanan Sosial anak.
Pusat Statistik, 2016). Hal ini kemudian Meskipun individu yang masuk ke dalam
mendukung munculnya usaha pemerintah panti asuhan sudah dipastikan akan mendapat

35
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019

perlakuan dan jaminan pendidikan serta mengalami ketidakpastian, melalui


kesehatan secara pasti dari pemerintah, remaja komunikasi interpersonal, remaja penerima
yang selanjutnya disebut dengan penerima manfaat dalam panti asuhan membutuhkan
manfaat seringkali masih memiliki usaha untuk menyesuaikan diri. West dan
problematika mengenai ketidakpastian dalam Turner berpendapat bahwa komunikasi
menghadapi lingkungan sosial yang baru. interpersonal dapat mempermudah seseorang
Penerima manfaat takut tidak memiliki teman dalam mengembangkan hubungan dan
karena tidak bisa berbaur, bahkan problematika memperoleh informasi yang cukup guna
ini seringkali mengarahkan penerima manfaat mengurangi ketidakpastian akan orang lain
untuk pulang dan tidak mau tinggal di (West, 2008). Hal ini sejalan dengan penelitian
lingkungan panti asuhan. Ketidakpastian yang dilakukan oleh Febriani dan Iqbal,
dalam hal ini dianggap sebagai Strategi Pengurangan Ketidakpastian dalam
ketidakmampuan seseorang untuk menjelaskan Sistem Komunikasi Interpersonal (Studi
serta memprediksi perilaku, perasaan, maupun Fenomenologi pada Peserta On The Job
nilai dan sikap dari diri orang lain (Primasari, Training Program ke Jepang dari PT Hitachi
2014) Construction Machinery Indonesia Periode
Solusi pemerintah dengan didirikannya Pemberangkatan Tahun 2009-2012), yang
panti asuhan ternyata memunculkan persoalan menyatakan bahwa seorang karyawan yang
mengenai remaja sebagai penerima manfaat berada dalam suatu lingkungan yang baru pasti
dalam panti asuhan. Ini terjadi karena panti mengalami beberapa ketidakpastian sehingga
asuhan menjadi lingkungan utama yang baru mereka kemudian harus menyesuaikan diri
bagi kehidupan remaja itu sendiri. Remaja dengan lingkungannya (Febriani dan Iqbal,
memerlukan dukungan dari lingkungan sosial, 2015). Sedangkan penelitian yang peneliti
usia remaja yang masih berkisar pada usia 13- lakukan berfokus kepada bagaimana proses
18 tahun membuat seorang remaja dianggap yang dilakukan remaja penerima manfaat
berada pada masa labil karena sedang berada dalam mengurangi rasa ketidakpastian melalui
dalam masa pencarian jati diri. Remaja akan komunikasi interpersonal yang terjadi antar
menghadapi tuntutan untuk bisa menyesuaikan remaja dalam panti asuhan PPSA Woro
diri dengan lingkungan dimana mereka berada, Wiloso Salatiga, melalui studi deskriptif
dengan demikian mereka harus melakukan kualitatif dengan objek penelitian remaja panti
interaksi agar dapat bergaul secara wajar dan asuhan.
juga memperoleh rasa puas terhadap Berdasarkan latar belakang masalah yang
lingkungan yang ia tinggali. (Kumalasari dan dijelaskan diatas, maka peneliti ingin meneliti
Ahyani, 2012). Sebutan makhluk sosial mengenai proses pengurangan ketidakpastian
sejatinya sudah sangat melekat dalam diri melalui komunikasi interpersonal remaja panti
seseorang karena manusia akan saling asuhan di PPSA Woro Wiloso Salatiga.
berkomunikasi dan berhubungan untuk Rumusan masalah yang muncul dari penelitian
memenuhi kebutuhan. Hal ini tidak hanya ini adalah Bagaimana ketidakpastian yang
berlaku untuk orang dewasa yang sudah dialami oleh remaja penerima manfaat PPSA
mengerti mengenai tanggung jawab saja, Woro Wiloso Salatiga? Serta bagaimana proses
melainkan juga berlaku untuk remaja yang dan strategi pengurangan ketidakpastian yang
berada dalam lingkungan panti asuhan. Namun dilakukan melalui komunikasi interpersonal
dalam berhubungan satu sama lain, masyarakat remaja penerima manfaat PPSA Woro Wiloso
memberlakukan aturan, nilai norma maupun Salatiga ?
etika yang berbeda. (Febriani dan Iqbal, 2015).
Kondisi dimana remaja berpindah kedalam
suatu lingkungan tempat yang baru membuat
remaja dalam lingkungan panti asuhan

36
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019

2. Kajian Pustaka dan Kerangka merupakan hal yang sangat penting ketika
Pemikiran seseorang berada dalam lingkungan yang
melibatkan banyak orang seperti pasnti asuhan
Komunikasi interpersonal sangat penting ini, karena berarti akan semakin banyak makna
dilakukan oleh remaja penerima manfaat dan perilaku yang diinterpretasikan secara
karena mereka berada pada lingkungan dan berbeda, melalui level komunikasi ini
situasi kehidupan yang baru. Remaja-remaja diharapkan perbedaan interpretasi dapat
penerima manfaat ini berkomunikasi secara dipahami dan diterima bersama (Wulandari,
interpersonal di PPSA “Woro Wiloso” Salatiga 2014).
baik antar penerima manfaat maupun kepada Remaja penerima manfaat di panti asuhan
penyuluh sosial atau pengasuh yang ada dalam masih belum tentu mampu menghilangkan rasa
instansi Dinas Sosial tersebut. Komunikasi ketidakpastian dalam dirinya yang dimana ia
yang terjadi meliputi segala bentuk pertukaran menemui lingkungan baru, di sinilah
pesan dalam segala macam hubungan baik komunikasi interpersonal kemudian berperan
fungsional, hubungan santai hingga yang intim dalam mengurangi ketidakpastian yang dialami
komunikasi yang terjadi memiliki tujuan untuk oleh remaja penerima manfaat PPSA Woro
memperoleh umpan balik yang nantinya akan Wiloso Salatiga. Berangkat dari teori
berguna untuk meningkatkan efektivitas pengurangan ketidakpastian atau Uncertainty
pribadi dan efektivitas interpersonal dari Reduction Theory yang dicetuskan oleh
pelaku komunikasi tersebut (Wiendijarti, Charles Berger dan Richard Calabrese,
2011). Hal ini juga dapat terjadi pada remaja di ketidakpastian terjadi dalam konteks sosio-
lingkungan panti asuhan dimana mereka akan psikologis pada level interpersonal, dimana
melakukan komunikasi dengan pesan verbal teori ini menitikberatkan pada bagaimana
maupun nonverbal sebagai bentuk pemenuhan seseorang termotivasi untuk mengumpulkan
kebutuhan akan suatu informasi (Liliweri, informasi mengenai seseorang. Seseorang juga
2015). akan mulai melakukan prediksi mengenai
Pada kegiatan komunikasi interpersonal, keadaan atau perilaku seseorang, sehingga
antara komunikator dan komunikan akan seseorang akan mampu menjelaskan
membangun hubungan dengan cara bagaimana dan apa yang terjadi pada interaksi
memperoleh data satu sama lainnya atas dasar awal serta yang terjadi antara komunikator dan
sosio-psikologis. Kegiatan penghimpunan data komunikan. Situasi di dalam PPSA Woro
antar remaja penerima manfaat dalam level Wiloso yang terjamin dan pasti nyatanya masih
komunikasi ini bisa saja selalu berkembang menimbulkan ketidakpastian karena mereka
dengan sendirinya karena keberlangsungan masih belum bisa menyesuaikan diri dengan
komunikasi akan senantiasa menyesuaikan lingkungan yang baru, setiap orang yang
mana gaya komunikasi yang cocok antara berada dalam lingkungan yang baru akan
komunikator dan komunikan guna memelihara berusaha mencari informasi mengenai orang
hubungan antar individu demi suatu tujuan lain dalam lingkungan baru untuk memenuhi
yang ingin dicapai (Budyatna, 2011). PPSA kepentingan atau kebutuhan akan informasi,
Woro Wiloso Salatiga yang memiliki bentuk untuk itulah teori ini dipilih untuk penelitian
lingkungan seperti panti asuhan harus ini. Selain itu, ketidakpastian yang dialami
mempertimbangkan komunikasi interpersonal seseorang dapat dikurangi dengan melalui
yang dianggap mampu membuat seseorang proses komunikasi untuk memperoleh
mengemukakan pendapat dan pandangannya informasi yang pasti untuk dirinya (Berger,
mengenai sesuatu yang kemudian 1975).
membawanya pada pemahaman mengenai Setiap orang dalam kehidupannya tidak
orang lain dengan lebih mudah (Chairani et.al, akan berdiam diri hanya pada satu lingkungan
2009). Komunikasi interpersonal juga budaya saja, manusia akan berada pada situasi

37
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019

lingkungan yang berbeda dalam rangka berubah dan bertambah serta interaksi awal
memenuhi kebutuhannya. Perbedaan situasi dalam hubungan komunikasi juga merupakan
dan lingkungan yang dihadapi remaja dalam elemen yang penting. g) Kita dapat menduga
PPSA Woro Wiloso akan menimbulkan perilaku seseorang dengan orang-orang yang
perasaan ketidakpastian. Ketidakpastian yang memiliki karakter sama dan juga gaya hidup
muncul ini terjadi karena keterbatasan yang sama (West and Turner, 2008).
informasi yang masih dialami ketika remaja Teori pengurangan ketidakpastian
penerima manfaat berada dalam lingkungan menyatakan bahwa tidak peduli seberapa dekat
sosial yang baru tanpa memandang usia dan seorang individu dengan individu lain,
latar belakang sosial tertentu. Oleh karenanya, hubungan mereka pasti dimulai dengan rasa
mereka akan melakukan pengumpulan asing dan penuh ketidakpastian, begitupun
informasi mengenai orang lain untuk remaja penerima manfaat PPSA Woro Wiloso
memprediksi sikap dan perilaku dari orang lain Salatiga. Berger (dalam Febriani dan Iqbal,
(Antheunis et.al., 2012). Selain itu demi 2015: 69) menyatakan bahwa ada dua
tercapainya tujuan yang diinginkan remaja ketidakpastian dialami oleh seseorang sebagai
penerima manfaat harus bisa menggunakan berikut: a) Ketidakpastian kognitif (cognitive
informasi yang dimiliki mengenai orang lain, uncertainty), yakni pemikiran awal yang berisi
semakin banyak informasi yang diperoleh harapan mengenai perilaku seseorang yang
mengenai orang lain maka daya tarik akan remaja inginkan untuk keberlanjutan
meningkat serta kebutuhan informasi akan hubungan, dan b) Ketidakpastian perilaku
menurun dalam kata lain ketidakpastian akan (behavioral uncertainty), yakni pemikiran yang
menurun (Littlejohn, 2009). muncul dalam diri seorang remaja penerima
West dan Turner menjelaskan bahwa teori manfaat terhadap kemungkinan untuk
pengurangan ketidakpastian sendiri memiliki memahami perilaku seseorang secara lebih
asumsi-asumsi dasar yaitu: a) Saat dalam (Febriani dan Iqbal, 2015). Berger
berkomunikasi interpersonal dengan orang menyatakan bahwa komunikasi interpersonal
yang tidak dikenalnya, remaja penerima adalah bentuk komunikasi yang termasuk
manfaat mengalami ketidakpastian, b) paling sering digunakan dalam interaksi pasif,
Ketidakpastian dapat memicu tekanan kognitif aktif maupun interaktif. Cara atau strategi
karena ketidakpastian merupakan suatu situasi pengurangan ketidakpastian yang mungkin
yang tidak disukai. c) Ketika dua orang yang digunakan oleh mereka antara lain, a) Strategi
tidak saling mengenal bertemu dan harus pasif, merupakan kegiatan pencarian informasi
terlibat didalam sebuah percakapan, maka dengan reactivity searching berupa
mereka akan memulai prediksi-prediksi atau pengamatan terhadap remaja penerima manfaat
perkiraan mengenai informasi dari diri lawan ketika sedang melakukan aktivitas serta
bicaranya, d) Komunikasi interpersonal memperhatikan responnya, serta disinhibition
merupakan situasi yang berkembang melalui searching yakni tindakan pasif kepada orang
tahap-tahap. Tahap awal dimana individu yang akan didapatkan informasinya ketika
memulai interaksi, tahap kedua yakni tahap orang tersebut sedang dalam kondisi apa
personal dimana ungkapan pribadi atau adanya atau tidak dalam keadaan formal. b)
individual mulai diungkapkan, dan tahap akhir Strategi aktif, yakni usaha secara aktif bertanya
ketika remaja penerima manfaat memutuskan kepada orang lain tentang seseorang yang ingin
untuk melanjutkan hubungan atau justru mereka dapatkan informasinya sebelum
memutuskan hubungan. e) Alat utama untuk berinteraksi secara langsung dengan target
mengurangi tingkat ketidakpastian adalah serta mengkondisikan lingkungan panti asuhan
komunikasi interpersonal. f) Elemen penting untuk mempermudah pengumpulan informasi
dalam perkembangan hubungan interpersonal tentang orang tersebut, dan c) Strategi
adalah jumlah dan sifat informasi yang selalu interaktif, berupa kegiatan pengungkapan

38
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019

informasi diri dan terbuka dengan orang lain 3. Objek dan Metode Penelitian
dan mengharapkan orang lain juga melakukan
hal yang sama. Adapun dua proses dalam Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
pengurangan ketidakpastian, yakni: a) Proaktif, deskriptif kualitatif dimana penelitian ini
merupakan proses ketika remaja penerima memiliki tujuan menjelaskan suatu fenomena
manfaat tengah berfikir sebelum melakukan pada remaja dalam PPSA Woro Wiloso
komunikasi dengan orang lain, b) Retroaktif, Salatiga secara mendalam dan mendetail
yakni proses disaat mereka menjelaskan melalui langkah pengumpulan data yang
perilaku seseorang setelah bertemu (Berger, deskriptif. Melalui jenis penelitian yang dipilih
1975). ini peneliti memiliki tujuan mencari tahu
Komunikasi dianggap memerankan peran bagaimanakah proses yang digunakan remaja
kunci dalam proses mengurangi ketidakpastian penerima manfaat dalam mengurangi
dalam diri seseorang (Gibbs et.al., 2011). ketidakpastian yang ada pada diri mereka
Adapun faktor penting dari proses yang dilalui dalam lingkup PPSA Woro Wiloso Salatiga.
remaja penerima manfaat PPSA Woro Wiloso Peneliti menggunakan teknik pengumpulan
Salatiga dalam mengurangi ketidakpastiannya data dengan wawancara mendalam untuk
antara lain: a) Komunikasi Verbal, yakni faktor mengetahui faktor penting didalam
yang menunjukkan bahwa semakin banyak pengurangan ketidakpastian diantaranya
komunikasi verbal yang dilakukan maka komunikasi verbal, ekspresi non verbal,
semakin berkurang tingkat ketidakpastiannya, pencarian informasi, intimasi, timbal balik,
b) Ekspresi afiliasi non verbal, yakni faktor kesamaan dan kesukaan (Berger, 1975).
dalam proses pengurangan ketidakpastian Informan sejumlah 6 orang informan (3 orang
berupa kontak mata, anggukan, gesture dan laki-laki dan 3 orang perempuan) dimana
ekspresi non verbal lain yang apabila semakin informan diambil masing-masing satu orang
bertambah komunikasi non verbal dari setiap usia remaja dalam panti asuhan
diekspresikan maka ketidakpastiannya akan PPSA Woro Wiloso Salatiga yakni usia 13
berkurang, c) Pencarian informasi, yakni hingga 18 tahun yang diharapkan mampu
ketidakpastian yang tinggi meningkatkan mewakili keseluruhan remaja penerima
kegiatan pencarian informasi yang dilakukan manfaat PPSA Woro Wiloso Salatiga.
oleh remaja penerima manfaat, d) Kedekatan Informan diambil dengan teknik sampling
atau intimacy, yakni tingkat kedekatan isi purposif, yakni teknik sampling yang sengaja
informasi dalam pembicaraan yang dilakukan dipilih dengan beberapa kriteria tertentu yang
zakan meningkat apabila ketidakpastiannya kemudian diharapkan sesuai dengan tujuan
rendah, e) Timbal balik atau reciprocity, yakni yang ingin dicapai oleh peneliti (Kriyantono,
pemberian dan penerimaan pesan yang sama 2006). Kriteria informan yang dimaksud antara
merupakan bentuk rendahnya ketidakpastian lain; a) berusia 13-18 tahun, b) merupakan
akan seseorang, f) Kesamaan atau similarity, penerima manfaat di PPSA Woro Wiloso
yakni kesamaan yang ada antar penerima Salatiga, c) tinggal di PPSA Woro Wiloso
manfaat yang melakukan interaksi akan selama minimal 1 tahun karena kurun waktu ini
mengurangi ketidakpastian begitupun menggambarkan bahwa penerima manfaat
sebaliknya karena ketidaksamaan yang telah mampu melalui proses pengurangan
meningkat akan meningkatkan penjelasan ketidakpastian dalam diri mereka.
alternatif akan perilaku seseorang pula, dan g) Selanjutnya peneliti akan melakukan
Kesukaan atau liking, yakni semakin tinggi analisis data dengan teknik analisis data miles
ketidakpastian yang ada dalam benak Huberman Punch berupa reduksi data,
seseorang akan menurunkan tingkat kesukaan penyajian data serta penarikan kesimpulan
akan orang lain. (Berger, 1975). yang dimana peneliti melakukan perbandingan
data yang beragam dari berbagai narasumber di

39
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019

PPSA Woro Wiloso Salatiga lalu kemudian masing-masing. Remaja penerima manfaat
memilih data yang dianggap dapat dijadikan mengurangi ketidakpastiannya dengan tujuan
data pasti dalam penelitian ini dan juga untuk menjalani kehidupan yang dapat mereka
triangulasi data yakni teknik untuk menguji terima dan menyenangkan. Berikut ini adalah
validitas dan keabsahan dari hasil penelitian hasil penelitian yang peneliti peroleh di SPSA
dengan menggunakan informasi diluar data Woro Wiloso Salatiga melalui proses
untuk dibandingkan dengan data yang wawancara kepada informan remaja penerima
diperoleh dilapangan (Kriyantono, 2006). manfaat disana.
Peneliti menggunakan triangulasi data atau
triangulasi sumber dimana peneliti akan 4.1 Ketidakpastian Remaja Penerima
menggali kebenaran dari data yang diperoleh Manfaat
dari informan melalui berbagai sumber
perolehan data dengan membandingkan Ketika seorang remaja berpindah dan
informasi antara informan satu dengan yang menetap dalam lingkungan yang baru, maka
lain. pasti akan ada perasaan khawatir karena adanya
ketidakpastian. Ketidakpastian yang dialami
4. Hasil dan Pembahasan remaja ini dilatarbelakangi oleh keterbatasan
informasi yang mereka miliki. Beberapa
Penelitian ini berfokus pada proses ketidakpastian tersebut adalah remaja takut
pengurangan ketidakpastian yang dilakukan tidak bisa berbaur, takut tidak memiliki teman
remaja penerima manfaat Panti Pelayanan dan juga takut akan mengalami penindasan
Sosial Anak Woro Wiloso Salatiga melalui oleh senior-seniornya yang lebih dahulu berada
komunikasi interpersonal yang mereka di panti asuhan, selain itu ada pula yang takut
lakukan. Proses ini dilihat dari sudut pandang bahwa panti asuhan akan memiliki sistem
teori pengurangan ketidakpastian yang seperti asrama militer yang sangat disiplin
dikemukakan oleh Charles Berger dan Richard sehingga tidak bisa bebas seperti kehidupan
Calabrese. PPSA Woro Wiloso memang bukan yang remaja ini jalani dirumah masing-masing.
satu-satunya panti asuhan di kota Salatiga, Ketidakpastian – ketidakpastian yang dialami
namun PPSA Woro Wiloso merupakan sebuah remaja dilihat dari sudut pandang teori
panti asuhan yang berada dibawah naungan pengurangan ketidakpastian terdapat dua jenis,
pemerintah melalui Dinas Sosial Provinsi Jawa ketidakpastian kognitif (cognitive uncertainty)
Tengah. Bukan milik swasta maupun yayasan dan ketidakpastian perilaku (behavioral
tertentu. Hal ini membuat panti asuhan ini uncertainty). Ketidakpastian yang dialami
gratis tanpa ada pungutan suatu apapun karena remaja yang pertama peneliti temui ialah
semua didanai oleh pemerintah, sehingga ketidakpastian kognitif (cognitive uncertainty)
PPSA Woro Wiloso menjadi jalan keluar bagi dimana remaja penerima manfaat tidak yakin
masyarakat kurang mampu untuk dengan gambaran lingkungan baru dan
menyekolahkan anak mereka dan memberikan keyakinan serta sikap orang lain terhadapnya
hak – hak anak secara layak. dalam lingkungan PPSA Woro Wiloso
Bagi remaja penerima manfaat PPSA Woro Salatiga, hal ini tergambar dalam pernyataan
Wiloso Salatiga, lingkungan tempat tinggal informan:
yang baru memunculkan perasaan ragu dan Informan 1:
juga kekhawatiran karena berbagai “Saya kan belum tau panti ini kayak apa,
ketidakpastian yang muncul dalam benak bayangan saya kalau panti asuhan tu kayak
mereka. Oleh karenanya seseorang akan asrama militer gitu lho mbak, tegas disiplin
mengurangi ketidakpastian dalam dirinya gitu. Saya kaget juga tapi mbak di sini ada
dengan strategi tertentu serta proses yang aturan-aturan gitu ternyata, walaupun
mereka jalani sesuai dengan kondisi mereka

40
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019

nggak kayak militer”. (Informan 1, 24 perilaku orang yang ditemui disana, namun
Januari 2019) beberapa kali ditemui bahwa kenyataan yang
dialami mereka berbeda, seperti yang
Informan 3: dinyatakan informan 2 dan informan 6 sebagai
“Waktu masuk awal saya takut banget berikut:
mbak, soalnya saya kecil yang lain gede- Informan 2:
gede, terus di sini kan ada pengasuh mbak. “Anu mbak, ya piye ya mbak. Saya kan dari
Saya pikir nggak bisa ngerasain main. ya desa, belum tahu kehidupan di sini. Jangan-
kayak anak-anak seusia saya yang lain jangan nanti saya dikatain katrok terus pada
yang nggak tinggal di panti”. (Informan 3, ndak suka sama saya. Ternyata pada baik-
28 Januari 2019) baik”. (Informan 2, 25 Januari 2019)

Informan 4: Informan 6:
“Sebelum masuk saya takut mbak tak pikir “Deg-degan saya mbak, dulu mikirnya saya
kayak pondok, terus pas hari pertama saya nanti kan jauh dari orang tua. Terus nggak
belum punya temen. Pengen pulang, saya ada yang kenal di sini. Mbaknya galak-
tidur terus seharian mbak dikamar, tapi galak juga diawal itu, maklum kan kalau
besoknya ternyata ada temen sekampung cewek suka nyindir-nyindir gitu mbak”.
masuk kesini juga. Terus main mulai (Informan 6, 31 Januari 2019)
ngobrol-ngobrol sama kenalan sama yang
lain”. (Informan 4, 29 Januari 2019) Ketidakpastian jenis ini merupakan
ketidakpastian yang terjadi karena remaja
Ketidakpastian yang dialami oleh remaja penerima manfaat memunculkan perkiraan-
penerima manfaat ini terjadi karena perkiraan yang menimbulkan kekhawatiran
kekurangan dan keterbatasan informasi yang dalam benaknya karena ketidakpastian itu
dimiliki oleh masing-masing informan. Remaja sendiri. Remaja penerima manfaat
penerima manfaat cenderung bersifat pasif dan memperkirakan perilaku orang lain dalam hal
juga pendiam pada masa-masa awal tinggal di ini remaja penerima manfaat lain setelah
dalam lingkungan PPSA Woro Wiloso bertemu pada awal perjumpaan dalam
Salatiga. Seperti penjelasan yang disebutkan lingkungan PPSA Woro Wiloso Salatiga,
oleh Berger dalam Jurnal “Some Explorations mereka berfikiran bahwa tidak ada yang akan
in Initial Interaction and Beyond: Toward a menerima mereja dengan baik, namun padahal
Developmental Theory of Interpersonal kenyataannya mereka menemui situasi yang
Communication” (1975), ketika seseorang baik pada perjumpaan juga, bukan hanya
berada didalam fase awal pertemuan, seseorang mengenai perilaku yang tidak menyenangkan.
akan merasa berada dalam situasi yang begitu Informan 5 pun menyatakan pernyataan yang
dibatasi oleh nilai dan norma sehingga jarang sama dengan informan 2. Penelitian yang
untuk bisa melakukan komunikasi secara dilakukan oleh Primasari sejalan dengan hasil
verbal atau bisa dikatakan interaksi sangatlah wawancara pada informan yang peneliti temui,
minim (Berger, 1975). dalam penelitiannya Primasari menemui bahwa
Selain ketidakpastian kognitif, terdapat mahasiswa perantau UNISMA Bekasi
data yang peneliti peroleh dari lapangan yang mengalami ketidakpastian perilaku atau
menunjukkan adanya ketidakpastian perilaku behavioral uncertainty karena mereka
atau behavioral uncertainty yang berkaitan memunculkan perkiraan bagaimana mereka
dengan seberapa jauh seseorang dapat harus bertindak atau berperilaku dilingkungan
memperkirakan perilaku orang lain pada situasi baru agar diterima oleh mahasiswa lain
tertentu (Febriani, 2015). Informan di PPSA (Primasari, 2014).
Woro Wiloso memiliki perkiraan mengenai

41
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019

4.2 Proses Pengurangan Ketidakpastian untuk menjalani kehidupan dan mencapai


tujuannya di PPSA Woro Wiloso Salatiga.
Mengurangi ketidakpastian dalam diri Remaja dipanti asuhan ini cenderung akan
bukan merupakan suatu kegiatan yang begitu memikirkan terlebih dahulu kalimat verbal
saja terjadi, melainkan harus melalui proses maupun tindakan apa yang akan mereka
dari pengurangan ketidakpastian itu sendiri. tunjukkan atau ekspresikan kepada teman-
Berger dan Calabrese menyatakan ada dua teman remaja penerima manfaat yang lain di
proses dari pengurangan ketidakpastian. PPSA Woro Wiloso Salatiga (West & Turner,
Adapun dua proses tersebut adalah proses 2008). Hal ini tidak lain merupakan sebuah
proaktif (proactive process) dan proses usaha dimana remaja penerima manfaat ingin
retroaktif (retroactive process). Proses diterima dan mendapatkan teman dengan
proaktif merupakan proses pengurangan langkah-langkah atau proses yang memang
ketidakpastian yang berada pada tahap ketika sudah mereka pertimbangkan sebelum mereka
seseorang tengah berfikir sebelum melakukan bertemu atau berinteraksi dengan remaja
komunikasi dengan orang lain. Dapat penerima manfaat lainnya.
dikatakan bahwa proses proaktif adalah proses Proses retroaktif, yakni merupakan proses
dimana remaja penerima manfaat melakukan disaat seseorang menjelaskan usaha-usaha atau
prediksi dan langkah-langkah alternatif perilaku seseorang atau lawan bicaranya
komunikasi serta prediksi akan respon apa yang setelah bertemu dengan remaja penerima
mungkin didengar atau diterima sebelum manfaat lain yang berada dalam panti asuhan
melakukan interaksi dengan target atau remaja PPSA Woro Wiloso Salatiga. Proses ini adalah
penerima manfaat yang lain. Melalui proses yang berada dalam tahap pasca
wawancara yang peneliti lakukan di PPSA interaksi, dimana seseorang akan berusaha
Woro Wiloso Salatiga, proses proaktif menjelaskan bagaimana interaksi tersebut
dilakukan oleh remaja penerima manfaat di berjalan serta perilaku dan pilihan respon yang
PPSA Woro Wiloso untuk mengurangi diterima serta dikirimkannya kepada lawan
ketidakpastian, berikut wawancara dengan bicaranya yang baru ia temui.
informan 2 dan 3: Seperti yang dialami oleh informan 1 dan 6:
Informan 2: Informan 1:
“Sebelum ngobrol ya pasti dipikirin dulu “Sehabis ngobrol saya kadang mikir mbak
mbak apa yang mau ditanyain, terus orang yang saya ajak ngobrol tadi suka
dipertimbangin kira-kira kalau aku nanya ndak ya sama saya,besok mau temenan lagi
begitu dia marah atau ndak. Terus kalau nggak ya, gitu. Padahal waktu ngobrol
misal kayaknya orangnya kurang ramah ya juga sebenernya baik-baik aja, ndak
ngobrolnya nggak terlalu banyak aja.” berantem” (Informan 1, 24 Januari, 2019).

Informan 3: Informan 6:
“Kalau misal sebelum ngobrol ya saya “Ada perubahan sih mbak habis ngomong-
nyusun kata-kata dulu sama merhatiin ngomong, jadi mbaknya kalau ketemu
mbak, takut tersinggung kalau saya dia nyapa, kewarung ngajakin bareng”
ngajak ngobrol ya saya jawab, kalau nggak (Informan 6, 31 Januari 2019).
ya saya nggak ngobrol.” (Informan 3, 28
Januari 2019) Remaja penerima manfaat dalam PPSA
Woro Wiloso menjelaskan bagaimana lawan
Seperti pendapat Berger (dalam West dan bicara atau teman sesama penerima manfaat
Turner, 2008), proses proaktif terjadi ketika berperilaku setelah berkomunikasi dengan
remaja memikirkan mengenai pilihan-pilihan dirinya. Terdapat penjelasan dari teori
komunikasi yang mungkin mereka lakukan mengenai proses retroaktif yang ada pada

42
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019

pernyataan informan tersebut, dimana Informan 5:


informan berada dalam proses ketika ia “Kalau ngobrol ada yang nanggepin ada
menggambarkan perilaku dan sikap yang yang nggak mbak pas pertama-pertama
dilakukan lawan bicaranya pasca berinteraksi datang. Terus aku jadi nggak berani
dengannya. Proses pengurangan ketidakpastian ngobrol” (Informan 5, 30 Januari 2019).
retroaktif ini merupakan bentuk analisa situasi
yang dialami oleh informan di PPSA Woro Pendapat informan 4 menunjukkan bahwa
Wiloso Salatiga. Proses ini juga menegaskan pada awal interaksinya daat berada dipanti
bahwa komunikasi interpersonal untuk penyampaian kata atau kalimat secara verbal
mengurangi ketidakpastian memang dilakukan yang diterimanya merupakan sebuah proses
oleh remaja penerima manfaat dan memiliki yang juga membantu remaja ini untuk
dampak yang berarti bagi kelangsungan atau mengurangi ketidakpastiannya. Informan 5
keberlanjutan hidup dalam lingkungan sosial di menjelaskan bahwa ketika seseorang
PPSA Woro Wiloso Salatiga. membatasi diri dengan tidak banyak berbicara
Tidak hanya berhenti pada bagaimana dua maka lawan bicara akan semakin mengalami
jenis proses pengurangan ketidakpastian yakni ketidakpastian. Komunikasi verbal diharapkan
proses proaktif dan juga retroaktif yang dilalui mampu menunjukkan keterbukaan dan
oleh remaja penerima manfaat, peneliti juga penerimaan dalam sebuah pembicaraan,
akan membahas mengenai akar atau faktor khususnya remaja penerima manfaat di PPSA
penting dari pada proses pengurangan Woro Wiloso yang dimana penerima manfaat
ketidakpastian itu sendiri yang dilakukan oleh baru akan merasa bahwa dirinya bisa masuk
remaja penerima manfaat seperti komunikasi dan diterima kedalam lingkungan sosial panti
verbal, ekspresi afiliasi non verbal, pencarian asuhan tersebut. Remaja penerima manfaat lain
informasi, kedekatan atau intimacy, timbal yang menjadi informan juga menunjukkan
balik atau reciprocity, kesamaan atau bahwa adanya percakapan yang lebih sering
similarity, kesukaan atau liking (Berger, 1975). terjadi akan membuka peluang pengumpulan
Komunikasi verbal (verbal informasi mengenai orang lain atau lawan
communication) dalam proses pengurangan bicaranya dan ketidakpastian dalam dirinya
ketidakpastian adalah dimana semakin sering akan berkurang.
komunikasi secara verbal yang muncul antara Ekspresi afiliasi non verbal merupakan
orang yang berinteraksi, maka tingkat ekspresi berupa gesture atau gerak tubuh,
ketidakpastian yang dimiliki oleh masing- kontak mata, ataupun jarak yang muncul dalam
masing komunikan atau komunikator yang sebuah interaksi komunikasi yang sedang
berinteraksi akan berkurang (Berger, 1975). berjalan. Ekspresi afiliasi non verbal ini
Begitupun yang terjadi pada remaja penerima menjadi faktor penting dalam pengurangan
manfaat PPSA Woro Wiloso Salatiga, semakin ketidakpastian karena semakin tinggi jumlah
banyak kalimat atau kata yang muncul dalam ekspresi non verbal yang muncul pada situasi
sebuah percakapan, maka remaja penerima awal berkomunikasi, maka dapat dipastikan
manfaat akan lebih nyaman untuk bahwa ketidakpastian dalam interaksi awal
mengungkapkan lebih banyak tentang dirinya, tersebut mengalami penurunan atau dengan
berikut wawancara dengan informan 4 dan 5: kata lain telah berkurang (Berger, 1975).
Informan 4: Ketika seorang remaja penerima manfaat PPSA
“Waktu datang itu ada yang ngajakin Woro Wiloso berkomunikasi dengan
ngobrol, ngasih tau kasur saya yang mana. seseorang, orang yang baru dikenal maka ia
Terus makan dimana, nyuci jemur dimana. akan cenderung membatasi ekspresi non
Jadi nggak terlalu bingung saya mbak” verbalnya seperti memberikan jarak yang
(Informan 4, 29 Januari 2019). cukup jauh dalam berkomunikasi.

43
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019

Informan 2: Informan 6:
“Pas ngobrol pertama sama mas-mas yang “iya nanya-nanya orang sama buka-buka
sekamar malah nggak mau turun masnya internet pantinya kayak apa” (Informan 6,
mbak, dia ngobrolnya dari atas. Kasurnya 31 Januari 2019)
kan diatas” (Informan 2, 25 Januari 2019)
Pernyataan informan 6 menunjukkan
Informan 2 menunjukkan bahwa interaksi bahwa ia membutuhkan informasi akan tempat
komunikasi awal yang ia dapati adalah yang akan ia tinggali, dimana informasi
interaksi yang tidak membuatnya nyaman tersebut harus ia cari dan dapatkan untuk
karena jarak yang dibangun tergolong jauh mengurangi ketidakpastian yang menghinggapi
pada interaksi awalnya, sebagaimana seseorang pikirannya ketika ia dimasukkan ke dalam panti
yang memiliki ketidakpastian akan merasa asuhan. Ketika seseorang sudah memiliki
tidak nyaman dengan awal interaksi yang gambaran dan penjelasan mengenai apa yang ia
hanya memiliki sedikit ekspresi afiliasi non akan atau sedang hadapi, maka kebutuhan
verbal. Informan 2 merasakan bahwa teman pencarian informasinya akan berkurang, hal ini
sesama penerima manfaat menunjukkan berarti gambaran atau penjelasan serta
ekspresi yang tidak terlalu bervariasi ketika informasi yang cukup akan membantu
awal interaksi dan tidak memberi informan seseorang untuk mengurangi
informasi mengenai kehidupan di panti, ketidakpastiannya. Informan 5 menjelaskan
informanpun tidak berusaha untuk mendekati bahwa ia mencari informasi dengan bertanya
menunjukkan ekspresi non verbal dengan lebih kepada salah satu pegawai PPSA Woro Wiloso
aktif karena informan merasa ragu dan untuk mencari informasi mengenai panti
memiliki ketidakpastian akan teman sesama asuhan ini. Sedangkan informan lain
penerima manfaat tersebut. Informan lain juga mengatakan tidak mencari informasi sebelum
menyatakan hal yang hampir sama, dimana masuk kepanti melainkan mencari informasi
ketika teman sesama penerima manfaat dari dengan observasi sendiri ketika sudah ada
panti asuhan ini tidak banyak berekspresi, dipanti. Kegiatan pengumpulan informasi yang
maka mereka juga akan membatasi interaksi dilakukan informan tidak hanya dilakukan
dan komunikasi yang akan mereka lakukan. sekali saja, namun pencarian informasi ini
Sedangkan beberapa informan lain tidak adalah sebuah rangkaian proses yang remaja
menunjukkan pernyataan yang mengarah pada penerima manfaat lakukan secara
faktor ekspresi afiliasi nonverbal ini. berkelanjutan ketika didalam dirinya muncul
Pencarian informasi dalam pengurangan ketidakpastian akan suatu hal yang berkaitan
ketidakpastian adalah ketika seseorang merasa dengan kehidupan didalam panti asuhan.
tingkatan ketidakpastiannya mengganggu, Kedekatan atau intimacy dalam teori
maka seseorang akan meningkatkan usaha pengurangan ketidakpastian mengacu pada isi
pencarian informasi akan orang lain (Berger, dari komunikasi yang terjadi. Isi komunikasi
1975). Disaat pencarian informasi mengalami yang semakin dekat atau intim, akan membawa
mulai tidak dilakukan lagi, maka tingkat ketidakpastian pada level yang rendah. Hal ini
ketidakpastian yang dialami juga mengalami merupakan faktor penting didalam proses
penurunan. Remaja penerima manfaat juga pengurangan ketidakpastian karena semakin
melalui hal ini ketika berada dalam masa-masa dekat isi pembicaraan seseorang mampu
awal berada di panti asuhan dan tengah menunjukkan bahwa tingkat ketidakpastian
mengalami proses pengurangan ketidakpastian dalam diri seseorang akan orang lain berada
dalam PPSA Woro Wiloso Salatiga, pada level yang rendah. Seseorang yang tidak
mengenal apalagi saling memahami, tidak akan
mungkin memiliki keterbukaan hingga

44
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019

memiliki isi pembicaraan yang intim atau Informan 3:


memiliki kedekatan. “..Dateng lak dianter ke kamar mbak,
naruh barang-barang. Kan kasurnya
Informan 3: tingkat, terus saya liat dikasur atas saya
“Awalnya ya diem terus ngajak kenalan, udah ada mbak-mbaknya. Terus habis itu
dia nyebutin nama. Terus nanya rumahnya saya mulai ngobrol sama dia mbak berdua
dimana. Lama-lama malah dia sering nanya nama, dari mana, kelas berapa,
curhat kangen bapaknya, tapi bapaknya sekolah dimana gitu mbak.....” (Informan 3,
udah ndak ada , sama sering juga 28 Januari 2019)
bercandaan. Malah cerewet mbak”
(Informan 3, 28 Januari 2019). Remaja penerima manfaat sebagai
informan menjelaskan bahwa ketika mereka
Informan 3 menyatakan bahwa ia telah berada pada awal-awal interaksi, mereka akan
memiliki kedekatan dengan teman yang tinggal melakukan banyak interaksi yang sifatnya
di PPSA Woro Wiloso Salatiga. Pembicaraan bertanya dan menjawab. Hal ini berguna bagi
yang intensitasnya lebih banyak menunjukkan pencarian dan pengumpulan informasi akan
bahwa ada kedekatan isi pesan yang dimiliki seseorang yang memiliki kemungkinan besar
antar remaja penerima manfaat, sehingga akan sering berada disekitar mereka. Penting
ketidakpastian didalam dirinya merupakan bagi setiap remaja penerima manfaat untuk bisa
ketidakpastian yang tergolong sudah memahami seseorang yang tinggal dalam satu
berkurang. Informan lain tidak memberikan kamar bahkan satu tempat tidur untuk
pernyataan ketika wawancara dilakukan memberikan rasa nyaman dalam lingkungan
mengenai hal yang berkaitan dengan intimasi sosial PPSA Woro Wiloso Salatiga. Remaja
ini. Faktor intimasi ini merupakan faktor yang penerima manfaat yang menjadi 4 informan
berada dalam proses dimana mereka sudah lain juga menjelaskan mengenai intensitas
melakukan interaksi dan memiliki hubungan pertanyaan yang saling dilontarkan dan
yang terus berlanjut. Proses ini menjadi penting diterima oleh mereka lebih banyak dan variatif
karena dalam berkomunikasi, semakin terbuka ketika mereka berada pada awal-awal
dan dekatnya pembicaraan satu sama lainnya, berkomunikasi. Setelah itu interaksi yang ada
akan membangun perasaan percaya serta diantara mereka adalah saling bertegur sapa,
mengurangi ketidakpastian akan diri seseorang. mengajak dan interaksi ringan, bukan semata-
Semakin intim atau dekat isi dari pesan yang mata kegiatan timbal balik untuk
saling tersampaikan dalam interaksi mengumpulkan informasi lagi. Kegiatan timbal
komunikasi remaja penerima manfaat, maka balik yang setimpal juga akan menunjukkan
ketidakpastiaan dalam diri mereka juga bagaimana selanjutnya mereka akan
semakin menurun. Perasaan nyaman muncul berinteraksi.
dalam diri mereka ketika intimasi terbentuk. Kesamaan atau similarity yang ada dalam
Timbal balik atau reciprocity dalam teori proses pengurangan ketidakpastian merujuk
pengurangan ketidakpastian memiliki makna pada pernyataan Charles Berger dan Richard
bahwa semakin besar ketidakpastian yang Calabrese yang menyatakan bahwa ketika
dialami seseorang, maka timbal balik akan orang saling berinteraksi didalamnya terdapat
semakin besar dan banyak pula. Seseorang banyak kesamaan antar diri mereka,
akan semakin banyak melakukan tanya jawab ketidakpastian pasti akan menurun. Kesamaan
dalam sebuah interaksi ketika ia masih atau similarity menunjukkan bahwa seseorang
membutuhkan banyak informasi yang harus yang memiliki pemikiran ataupun pendapat
dikumpulkan untuk mengurangi ketidakpastian atau bahkan perilaku yang sejalan dengan kita
yang ada dalam dirinya (Berger, 1975). adalah orang yang akan juga memahami
banyak hal seperti apa yang kita pahami tanpa

45
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019

harus memikirkan dan menjelaskan penjelasan- kita akan memiliki kesukaan yang besar akan
penjelasan alternatif lain (Berger, 1975). orang lain. Kesamaan dan kesukaan memiliki
Peneliti mendapati pernyataan seorang hubungan yang positif dalam proses
informan dalam proses wawancara yang pengurangan ketidakpastian, kecenderungan
menunjukkan faktor kesamaan, yang seseorang cari dari sebuah interaksi
adalah kesamaan dengan orang lain dimana hal
Informan 3: ini cenderung harus menghasilkan kesukaan.
“Kalau saya sama temen saya yang deket (Berger, 1975)
emang sama-sama suka K-POP mbak, jadi
cocok banyak kesamaan, dia juga Informan 1:
nyambung kalau diajak ngomong.” “Ada yang ramah mbak, ngajakin ngobrol
(Informan 3, 28 Januari 2019) terus. Baik. Jadi saya suka temenan sama
dia”(Informan 1, 24 Januari 2019)
Informan 4:
“Iya mbak saya sama mbak Rinda sama- Informan 6:
sama suka gambar, tapi aku gambar desain “Pernah ada konflik mbak, beda pendapat
baju-baju gitu. Kalau mbak Rinda suka pas kumpulan terus salah paham. Sekarang
gambar orang” (Informan 4, 29 Januari kalau ketemu orangnya ya klau dia nyapa
2019) ya saya nyapa. Kalau ndak ya ndak. Lha
buat apa mbak, masih banyak temen yang
Pernyataan informan 3 dan 4 menunjukkan baik” (Informan 6, 31 Januari 2019)
bahwa kesamaan yang banyak akan teman
sesama remaja penerima manfaat membuat Pernyataan informan 1 menunjukkan dalam
interaksi dan hubungan yang mereka lakukan proses mengurangi ketidakpastian didalam
terasa lebih nyaman. Oleh karena itu, tidak dirinya kesukaan memiliki peran penting
heran bahwa remaja penerima manfaat di didalamnya. Ketidakpastian secara perlahan
PPSA Woro Wiloso Salatiga yang memiliki mulai hilang karena pembicaraan yang makin
kedekatan atau bersahabat baik cenderung sering serta kesukaan yang muncul diantara
memiliki kesamaan atau similarity dalam hal- mereka. Pernyataan informan 6 menunjukkan
hal tertentu. Pendapat kedua informan diatas bahwa pengalaman yang kurang mengenakkan
diperkuat dengan pendapat informan sekunder dari interaksi yang pernah terjadi menimbulkan
yang menyatakan bahwa memang benar ketidaksukaan akan orang lain. Hal ini
kebanyakan remaja penerima manfaat kemudian membuat remaja penerima manfaat
berkumpul masing-masing dengan orang- memiliki ketidakpastian yang meningkat akan
orang yang memiliki kesamaan baik dalam hal orang lain tersebut dan kemudian membatasi
karakter, hobi maupun kegiatan lainnya. interaksinya, bahkan cenderung menolak untuk
Sedangkan informan lain hanya menyatakan berinteraksi lagi. Remaja penerima manfaat di
secara tersirat mengenai kesamaan yang panti asuhan dalam melakukan interaksi
dimiliki antara diri mereka dengan penerima berharap bahwa mereka akan memiliki kesan
manfaat lainnya. dan penilaian yang baik agar dapat melanjutkan
Kesukaan atau liking dalam proses interaksi dan membangun hubungan yang lebih
pengurangan ketidakpastian mengarah kepada intensif dan dekat. Ketika mereka mengalami
tinggi rendahnya ketidakpastian akan diri suatu permasalahan yang menimbulkan
seseorang akan mempengaruhi tingkat ketidaksukaan, mereka akan cenderung
kesukaan kita terhadap orang tersebut. menutup diri dan memikirkan alternatif yang
Semakin besar ketidakpastian, maka semakin lain yang mungkin dilakukan untuk tetap
rendah kesukaan kita terhadap orang tersebut. bertahan dipanti asuhan dan memiliki teman,
Sebaliknya, disaat ketidakpastian minim maka salah satunya adalah mencari teman yang lain.

46
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019

Informan lain tidak menunjukkan pernyataan Informan 5:


yang mengarah pada faktor kesukaan ini. “Saya waktu di awal memang takut, malu
gitu. tapi terus kan ya saya harus
4.3 Strategi Pengurangan berinteraksi ngobrol mbak. Soalnya kan
Ketidakpastian nanti juga saya hidup bareng di sini sama
mereka tinggal bareng, makan bareng,
Pengurangan ketidakpastian didorong oleh tidur, ya aktivitas lain juga. Masak iya saya
motivasi atau keinginan dari remaja untuk nggak punya teman mbak.” (Informan 5, 30
mengurangi ketidakpastian dalam diri mereka Januari 2019)
akan teman-teman dan juga lingkungan PPSA
Woro Wiloso itu sendiri. Walaupun remaja Pendapat informan 3, 4 dan 5 sejalan
merasa takut dan tidak percaya diri remaja dengan pendapat De Vito (dalam Wiendijarti,
penerima manfaat ini melakukan interaksi 2011: 283) bahwa komunikasi interpersonal
dengan orang-orang yang berada dalam merupakan sebuah level komunikasi yang
lingkungan PPSA Woro Wiloso yakni teman- penting untuk meningkatkan efektivitas pribadi
teman sesama penerima manfaat. Mereka dan efektivitas interpersonal, serta keharusan
menyadari bahwa mereka harus melakukan bertatap langsung antar pihak yang
interaksi agar dapat bertahan hingga masa berkomunikasi diharapkan mampu
mereka diluluskan. Interaksi yang mereka menggambarkan ekspresi dan efek yang
lakukan diawali dengan tingkatan komunikasi muncul secara langsung dari seseorang
interpersonal dimana komunikasi interpersonal sehingga seseorang dapat menjalani
adalah komunikasi yang terpenting untuk kehidupannya secara berkelanjutan
membangun dan memelihara suatu hubungan (Wiendijarti, 2011). Remaja penerima manfaat
sosial yang baik dengan keluarga, teman di panti asuhan yang peneliti jadikan informan,
maupun orang –orang yang dianggap penting keenamnya menyatakan bahwa mereka
dalam kehidupannya (Wulandari, 2016), melakukan komunikasi interpersonal untuk
berikut hasil wawancara dengan informan 3, menghadapi masa-masa awal dalam
informan 4 dan informan 5: lingkungan PPSA Woro Wiloso Salatiga.
Pendapat informan menunjukkan bahwa
Informan 3: ketidakpastian berada pada konteks
“Dateng lak dianter ke kamar mbak, interpersonal dan menimbulkan
naruh barang-barang. Kan kasurnya ketidaknyamanan (Berger, 1975).
tingkat, terus saya liat dikasur atas saya Strategi pasif merupakan strategi yang
udah ada mbak-mbaknya. Terus habis itu dilakukan untuk mengurangi ketidakpastian
saya mulai ngobrol sama dia mbak berdua dengan mencari tahu mengenai orang lain tidak
nanya nama, dari mana, kelas berapa, dengan kontak secara langsung, interaksi ini
sekolah dimana gitu mbak. Mbaknya juga terjadi ketika remaja penerima manfaat belum
kayak senyum gitu soalnya jadi saya ndak berinteraksi dengan orang lain yang sekiranya
takut banget walaupun belum kenal pas memiliki informasi (Febriani dan Iqbal, 2015).
itu.” (Informan 3, 28 Januari 2019) Peneliti sendiri menemui bawa yang mereka
gunakan adalah strategi pasif yakni strategi
Informan 4: dimana remaja tidak secara aktif mencari
“Sebenernya waktu awal saya hanya diem informasi melainkan hanya mengamati orang-
aja mbak dikamar tiduran, tapi habis itu orang yang ingin ia ketahui lebih dalam di
pas jam makan malam ada yang ngajak PPSA Woro Wiloso Salatiga. Tidak dipungkiri
saya ke ruang makan bareng. Duduknya bahwa seseorang termasuk remaja akan
sebelahan terus sejak itu saya mulai melakukan kegiatan pengumpulan informasi
ngobrol.” (Informan 4, 29 Januari 2019) untuk mengurangi ketidakpastiannya (Herovic

47
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019

et.al, 2018). Hal ini dialami oleh informan 2 manfaat yang lain. Strategi ini mengarah
sebagai berikut: kepada bagaimana seseorang mampu mencari
dan mengumpulkan informasi dengan langkah
Informan 2: yang setingkat lebih tinggi dari strategi pasif
“Saya 3 hari belum bisa nyesuaiin diri meskipun sama-sama tidak memiliki kontak
mbak, saya tiduran aja terus soalnya belum atau interaksi secara langsung dengan orang
punya teman yang ngajakin ngobrol, pas 3 yang ingin diketahui informasinya. Strategi
hari itu saya sambil ngeliatin orang –orang aktif juga digunakan oleh salah satu informan
di sini, ya biar tau karakternya gitu mbak yang merupakan remaja penerima manfaat di
maksud saya sih. Nek kira-kira galak ya PPSA Woro Wiloso Salatiga dimana remaja ini
ndak akan saya ajak ngobrol pertama, mencari tahu informasi dengan menggunakan
namanya juga nyari temen mbak ya bantuan orang ketiga atau dengan kata lain
pengene yang apikan” (Informan 2, 25 menanyakan mengenai seseorang melalui
Januari 2019) orang lain. Seperti pernyataan yang
disampaikan oleh informan 4 sebagai berikut,
Pendapat informan menjelaskan bahwa
terdapat strategi pasif yang digunakan untuk Informan 4 :
mengurangi ketidakpastian dalam lingkungan “Itu mbak, waktu datang saya langsung
panti asuhan. Remaja yang terkesan berdiam ketemu sama satu anak panti di sini terus
diri dan tidak secara aktif melakukan interaksi, langsung disuruh kenalan sama
remaja penerima manfaat memilih melakukan pengasuhnya, nah saya kenal sama satu
kegiatan sebatas pada pengamatan akan orang ini. Terus saya nanya tentang teman
lingkungan sosial dan orang-orang yang ada yang lain lewat teman saya yang namanya
disekitarnya pada masa-masa awal mereka Rinda ini. saya nanya ini orangnya gimana,
berada di panti asuhan PPSA Woro Wiloso ini gimana, gitu.” (Informan 4, 29 Januari
Salatiga. Hal ini menunjukkan bahwa remaja 2019).
ini melakukan strategi pasir yang terlihat
melalui pengamatan yang dilakukan oleh Strategi ini memungkinkan untuk remaja
informan remaja penerima manfaat ini melakukan riset atau pencarian informasi tanpa
merupakan bentuk mencari tahu mengenai ia harus mengambil resiko malu ataupun gugup
karakter dari remaja penerima manfaat lain, seperti ketika seseorang berjumpa langsung
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh dan berbicara dengan orang asing atau orang
Febriani dan Iqbal bahwa peserta dari On the yang belum ia kenal, hal ini berkaca pada
Job Training Program melakukan pengamatan penyataan Berger bahwa tidak peduli seberapa
terhadap sistem kerja dan karakter dari dekat seseorang yang menjalani sebuah
masyarakat Jepang untuk mengurangi hubungan, sudah pasti diawali dengan orang
ketidakpastian yang mereka alami (Febriani asing yang saling berjumpa dan berinteraksi
dan Iqbal, 2015). (Berger, 1975). Strategi aktif memang
Jenis strategi lain yang peneliti temukan digunakan oleh sebagian dari remaja penerima
ialah strategi aktif. Strategi aktif merupakan manfaat di PPSA Woro Wiloso Salatiga,
strategi yang melibatkan usaha aktif untuk meskipun demikian strategi ini bukanlah
mengetahui orang yang ingin diketahui strategi yang paling banyak digunakan oleh
informasinya namun tanpa harus berjumpa atau remaja penerima manfaat disana untuk
menghadapi orang tersebut secara langsung mengurangi ketidakpastian yang dirasakan
(Antheunis et.al, 2012). Sama halnya dengan oleh mereka. Strategi yang banyak digunakan
strategi pasif, strategi ini ada dalam kondisi oleh remaja penerima manfaat di PPSA Woro
remaja penerima manfaat belum melakukan Wiloso adalah strategi interaktif.
interaksi secara langsung dengan penerima

48
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019

Strategi interaktif juga digunakan oleh menjadi bagian dari kegiatan yang ada di PPSA
remaja di PPSA Woro Wiloso dimana strategi Woro Wiloso. Remaja melakukan interaksi
ini berupa melakukan interaksi secara langsung dengan tujuan untuk melakukan pendekatan
dengan orang yang telah ia cari infomasinya dengan orang-orang atau teman-teman yang
sebelumnya. Strategi ini menerapkan usaha sama-sama tinggal di panti asuhan ini. Hal ini
yang melibatkan akuisisi atau perolehan diperkuat oleh pendapat informan sekunder
informasi melalui interaksi langsung berupa dimana teman dari Informan 2 menyatakan
sapaan, berkenalan kemudian bertanya kepada bahwa memang benar informan 2 menyukai
target atau sasaran yakni orang asing atau kegiatan voli dan melakukan kegiatan interaksi
teman sebaya yang ia baru temui dan baru secara langsung pada awal bergabung dengan
berinteraksi. Strategi ini dianggap lebih PPSA Woro Wiloso Salatiga khususnya
nyaman dilakukan oleh remaja penerima terhadap remaja penerima manfaat yang ikut
manfaat di PPSA Woro Wiloso Salatiga karena kegiatan voli di panti ini.
membuat mereka lebih mudah diterima dalam
situasi sosial dan lingkungan sosial yakni
5. Kesimpulan dan Rekomendasi
lingkungan panti asuhan itu sendiri. Kehadiran
diri secara nyata dan langsung membuat remaja
Remaja penerima manfaat mengalami
mampu merasa bahwa seseorang akan lebih
ketidakpastian dalam komunikasi interpersonal
cepat memahami satu sama lain.
di PPSA Woro Wiloso Salatiga berupa
ketidakpastian kognitif dimana remaja
Informan 1:
penerima manfaat memiliki kekurangan dan
“Waktu itu sih saya waktu datang langsung
keterbatasan informasi, serta merasa berada
ngobrol, terus ditanyain namanya siapa.
dalam situasi yang begitu dibatasi oleh nilai
Terus saya njawab sisan nanya nama dia.
dan norma sehingga jarang untuk bisa
Lha terus dia nanya sekolah dimana saya
melakukan komunikasi. Terdapat juga
juga nanya, terus saya tanyain rumahnya
ketidakpastian behavioral yang dialami remaja
mana...”(Informan 1, 24 Januari 2019)
penerima manfaat karena mereka
memunculkan perkiraan-perkiraan akan
Informan 2:
perilaku orang lain pada perjumpaan awal yang
“Dulu saya kan pengen ikut voli di panti ini
menimbulkan kekhawatiran dalam benaknya
mbak, terus kan diawal belum kenal.
karena ketidakpastian itu sendiri. Adapun
Karena pengen banget ikut, jadi saya terus
didalamnya terdapat proses dimana remaja
dateng ke lapangan PPSA Woro pas ada
penerima manfaat mengurangi ketidakpastian,
latihan. Saya nyapa sama mas mas yang
antara lain dengan proses proaktif yakni remaja
dilapangan. Terus ngobrol,kenalan sama
memikirkan mengenai pilihan komunikasi
nanya-nanya boleh ikut voli di sini ndak.”
yang mungkin mereka lakukan untuk menjalani
(Informan 2, 25 Januari 2019).
kehidupan dan mencapai tujuannya di PPSA
Woro Wiloso Salatiga, mereka cenderung akan
Kehidupan yang dijalani oleh remaja panti
memikirkan terlebih dahulu kalimat verbal
asuhan di PPSA Woro Wiloso adalah
maupun tindakan apa yang akan mereka
kehidupan yang dikondisikan seperti
tunjukkan atau ekspresikan kepada orang lain
kehidupan remaja pada umumnya namun
di PPSA Woro Wiloso Salatiga. Proses
dalam bentuk yang lebih teratur dan terjamin
retroaktif dimana remaja penerima manfaat
dalam wadah panti asuhan yang dibiayai oleh
berada dalam proses menggambarkan analisa
pemerintah. Terdapat kegiatan-kegiatan seperti
situasi, perilaku dan sikap lawan bicaranya
olahraga, kesenian, pengembangan skill dan
pasca berinteraksi dengannya di PPSA Woro
lain sebagainya. Tentunya, dalam hal ini
Wiloso Salatiga.
remaja juga memiliki strategi untuk bisa masuk

49
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019

Proses-proses tersebut memiliki faktor disekitarnya pada masa-masa awal mereka


penting yang nampak dalam temuan peneliti berada di panti asuhan PPSA Woro Wiloso
dilapangan. Pertama, komunikasi verbal yang Salatiga. Ketiga, strategi interaktif dimana
diharapkan mampu menunjukkan keterbukaan remaja melakukan interaksi dengan tujuan
dan penerimaan dalam sebuah pembicaraan untuk melakukan pendekatan dengan orang-
remaja penerima manfaat PPSA Woro Wiloso orang atau teman-teman yang sama-sama
dimana mereka akan merasa dirinya bisa tinggal di panti asuhan ini contohnya pada
masuk dan diterima kedalam lingkungan sosial kegiatan olahraga voli dipanti asuhan
panti asuhan tersebut. Kedua, ekspresi afiliasi ini.Kebanyakan dari remaja penerima manfaat
non verbal yakni apabila teman sesama panti asuhan memang menggunakan strategi
penerima manfaat panti asuhan ini tidak banyak interaktif, namun tidak menutup bahwa dua
berekspresi, maka mereka juga akan strategi yang lain juga dilakukan oleh remaja
membatasi interaksi dan komunikasi yang akan penerima manfaat.
mereka lakukan. Ketiga, pencarian informasi Saran dan rekomendasi yang peneliti
yang harus remaja lakukan untuk mengurangi berikan untuk pengasuh maupun pengelola
ketidakpastian berupa mencari informasi panti asuhan. Peneliti harap pengasuh maupun
diinternet dan bertanya langsung dengan pengelola panti asuhan dapat memahami dan
pegawai panti. Keempat, kedekatan atau mengerti bahwa seorang anak yang baru masuk
intimacy semakin terbuka remaja dan dekatnya kedalam panti asuhan membutuhkan usaha
pembicaraan, akan membangun perasaan untuk menyesuaikan diri yang cukup berat
percaya serta mengurangi ketidakpastian akan untuk usia mereka. Berikanlah dukungan agar
diri remaja di PPSA Woro Wiloso. Kelima, anak panti asuhan dapat melaluinya dengan
timbal balik atau reciprocity yakni intensitas baik dengan kemampuan komunikasi yang
pertanyaan yang saling dilontarkan dan tepat. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti
diterima oleh remaja lebih variatif ketika menyarankan untuk memperluas pada ranah
mereka berada pada awal-awal berkomunikasi yang lebih luas dan mendalam. Semoga
yang setimpal akan menunjukkan bagaimana penelitian ini dapat bermanfaat.
selanjutnya mereka akan berinteraksi. Keenam,
kesamaan atau similarity, kesamaan yang
banyak akan teman sesama remaja penerima
manfaat membuat interaksi dan hubungan yang Daftar Pustaka
mereka lakukan terasa lebih nyaman. Ketujuh,
Antheunis, M.L., et.al. (2012). Interactive
kesukaan atau liking yakni ketidakpastian
Reduction Strategies and Verbal
secara perlahan mulai hilang karena
Affection in Computer Mediated
pembicaraan yang makin sering serta kesukaan
Communication. Communication
yang muncul antar remaja penerima manfaat
Research. 39(6), 757-780.
(Berger, 1975).
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. (2016).
Ketidakpastian dapat dikurangi, di PPSA
Banyak Panti Asuhan Milik Dinas
Woro Wiloso, remaja penerima manfaat
Sosial. Author. Retrieved May 13, 2018,
menerapkan yang pertama strategi aktif yakni
from
remaja melakukan riset atau pencarian
https://jateng.bps.go.id/statictable/2016/
informasi tanpa ia harus mengambil resiko
08/26/1388/banyaknya-panti-asuhan-
malu ataupun gugup seperti ketika seseorang
dan-pengelola-menurut-kabupaten-kota-
berjumpa langsung. Kedua, strategi pasif
di-jawa-tengah-tahun-2015.
remaja terkesan berdiam diri dan tidak secara
Berger, C. R., & Calabrese, R. J. (1975). Some
aktif melakukan interaksi dan memilih
Explorations in Initial Interaction And
melakukan kegiatan sebatas pengamatan akan
Beyond: Toward a Developmental
lingkungan sosial dan orang-orang yang ada

50
Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019

Theory of Interpersonal Kumalasari, F., & Ahyani, L.N. (2012).


Communication. Human Hubungan Antara Dukungan Sosial
Communication Research, 1(2), 99–112. dengan Penyesuaian Diri Remaja di
Budyatna, M. (2011). Teori Komunikasi Panti Asuhan. Jurnal Psikologi Pitutur.
Antarpribadi. Jakarta: Kencana Prenada 1, 21-24.
Media Group. Liliweri, A. (2015). Komunikasi Antar-
Chairani, M., Wiendijarti, I. & Novianti, D. Personal. Jakarta: Kencana Prenada
(2009). Komunikasi Interpersonal Guru Media Group.
dan Orang Tua dalam Mencegah Littlejohn, S.W. & Foss, K.A. (2009). Teori
Kenakalan Remaja pada Siswa (Studi Komunikasi “Theories of Human
Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA Communication” (9th Ed.). Jakarta:
Kolombo Sleman). Jurnal Ilmu Salemba Humanika.
Komunikasi. 07(2), 144-145. Panti Palayanan Sosial Anak Woro Wiloso
Fathoni, A. (2016). Principal’s Interpersonal Salatiga. (2018). Buku Profil Sasana
Communication Based On Javanese Pelayanan Sosial Anak Woro Wiloso
Cultural Values (Multisite Study On The Salatiga. Dinas Sosial Provinsi Jawa
Child Friendly Schools In Surakarta). Tengah.
International Conference on Child. Primasari, W. (2014). Pengelolaan Kecemasan
ISSN 2503-5185. dan Ketidakpastian Diri Dalam
Febriani, N.W. & Iqbal, F. (2015). Strategi Berkomunikasi Studi Kasus Mahasiswa
Pengurangan Ketidakpastian dalam Perantau UNISMA Bekasi. Jurnal Ilmu
Komunikasi Interpersonal (Studi Komunikasi. 12(1), 26-28.
Fenomenologi pada Peserta On The Job West, Richard., & Turner, Lynn H. (2008).
Training Program Ke Jepang PT Hitachi Introducing Communication Theory:
Construction Machinery Indonesia Analysis and Application. Jakarta:
Periode Pemberangkatan 2009-2012), Salemba Humanika.
Jurnal Komunikasi Profetik. 08(2), 66- Wiendijarti, I. (2011). Komunikasi
69. Interpersonal Orang Tua dan Anak
Gibbs, J.L., Ellison, N.B. & Lai, C.H. (2011). dalam Pendidikan Seksual. Jurnal Ilmu
First Comes Love, Then Comes Google: Komunikasi. 9(3), 274-292.
An Investigation of Uncertainty Wulandari, O. (2016). Pemeliharaan
Reduction Strategies and Self- Hubungan Antara Orangtua Yang
Disclosure in Online Dating. Bercerai Dan Anak (Studi Kualitatif
Communication Research. 38(1), 70- Deskriptif Komunikasi Antarpribadi
100. antara Orangtua yang Memiliki Hak
Herovic, E., et. Al. (2018). “It Literally Asuh dengan Anaknya). Jurnal
Happens Every Day”: The Multiple Komuniti. 8(1).
Settings, Multilevel Considerations, and Wulandari, R. (2014). Effective Interpersonal
Uncertainty Management of Modern- Communication For Foreign Managers
Day Sexual Harassment. Western To Indonesian Co-Workers. Binus
Journal of Communication. 0(0), 1-19. Business Review 5(1), 145-157.
Khoirunnisa, S., Ishartono., & Resnawaty, R. Zuhara, E. (2015). Efektivitas Teknik
(2015). Pemenuhan Kebutuhan Sosiodrama untuk Meningkatkan
Pendidikan Anak Asuh di Panti Asuhan Komunikasi Interpersonal Siswa
Anak. Prosiding Riset & PKM. 2, 69-70. (Penelitian Kuasi Eksperimen Kelas X di
Kriyantono, R. (2006). Teknik Praktis Riset SMA Kartika Siliwangi 2 Bandung
Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Tahun Ajaran 2013/2014). Jurnal Ilmiah
Media Group. Edukasi. 1(1), 21.

51

Anda mungkin juga menyukai