Rumus : P t = P o (1 + r) t
Keterangan:
P t = jumlah penduduk pada tahun t
P o = jumlah penduduk pada tahun dasar (awal)
1 = konstanta
r = tingkat pertumbuhan penduduk
t = jangka waktu
(2) Pertumbuhan Penduduk Alami
Rumus : P t = P o + (L –M)
Keterangan:
P t = jumlah penduduk pada tahun t
P o = jumlah penduduk pada tahun dasar (awal)
L = jumlah kelahiran
M = jumlah kematian
(3) Pertumbuhan Penduduk Lengkap
Rumus : P t = P o + (L - M) + (I - E)
Keterangan:
P t = jumlah penduduk pada tahun t
P o = jumlah penduduk pada tahun dasar (awal)
L = jumlah kelahiran
M = jumlah kematian
I = Imigrasi
E = Emigrasi
3) Dampak Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan Penduduk menimbulkan berbagai dampak, antara lain:
1. Timbulnya kemiskinan.
2. Jumlah penganguran meningkat kaena lapangan kerja terbatas.
3. Kekurangan pangan mengakibatkan kelaparan dan kekurangan gizi.
4. Biaya pendidkan menungkat sementara fasilitas pendidkan terbatas.
5. Terjadi polusi dan kerusakan lingkungan. Penduduk yang bnayak mengakibatkan
terjadinya pencemaran yang disebabkan oleh kendaraan bermotor, industry serta
pembuangan sampah yang tidak terkendali.
6. Kualitas kesehatan menurun sementara fasilitas kesehatan terbatas.
7. Munculnya perumahan kumuh yang disebabkan kemampuan pemerintah dan
masyarakat berkurang untuk membangun perumahan yang layak.
8. Kepemilikan tanah berkurang yang disebabkan terbaginya lahan yang luasnya tetap,
kemudian dibagi sesuai dengan jumlah keluarga.
4) Upaya Pengendalian Pertumbuhan Penduduk
2. Faktor biologis
Tingkat pertumbuhan penduduk di setiap daerah berbeda-beda. Hal ini disebabkan
adanya perbedaan tingkat kematian, tingkat kelahiran, dan jumlah perkawinan.
3. Faktor kebudayaan dan teknologi
Daerah dengan masyarakat yang memiliki pola pikir modern dan pembangunan fisik
yang pesat akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan daerah lain.
Ketidakmerataan persebaran penduduk di Indonesia menyebabkan kepadatan
penduduk berbeda-beda pada setiap daerah. Ada daerah dengan kepadatan penduduk tinggi
dan ada pula daerah dengan kepadatan penduduk rendah.
Untuk menghitung Kepadatan penduduk digunakan metode berikut:
1. Kepadatan Penduduk Kasar (Crude Density of Population)
Kepadatan Penduduk Kasar adalah banyaknya penduduk persatuan luas, atau disebut
juga kepadatan penduduk aritmatik.
Rumus :
b. Pertumbuhan Penduduk
1) Pertumbuhan Penduduk Geometri
Rumus : P t = P o (1 + r) t
Rumus : P t = P o + (L –M)
56.345 = 40.500 (1+r) 5
(1+r) 5 = 56.345 : 40.500
(1+r) =(1,391234568) 1/5
(1+r) = (1,391234568) 0,2
(1+r) = 1,0682676377
r = 1-1,0682676377
r = 0,0682676377
r = 0,068 = 0,07
Rumus : P t = P o + (L - M) + (I - E)
Contoh Soal, Diketahui : Po = 18.700 L= 840 M = 260 I=150 E=70
Hitunglah Pt/Pertumbuhan Penduduk Lengkap dan Berapakah persentasinya?
Rumus : P t = P o + (L - M) + (I - E)
Jawab Pt = 18.700 + (840-260) + (150 -70)
= 18.700 + 580 + 80
= 18.700 + 660
= 19.360
Persentase = 660 : 18.700 X 100%
= 66.000 ; 18.700 = 3,529 = 3,53%
Latihan Soal, Diketahui : Po = 21.420 L= 1.350 M = 840 I=230 E=90
Hitunglah Pt/Pertumbuhan Penduduk Lengkap dan Berapakah persentasinya?
………….
c. Kepadatan Penduduk
= 738,091
= 738 jiwa/km 2
Contoh Soal,
Diketahui : Jumlah Penduduk = 46.542.242 Luas wilayah pertanian = 92.851 km 2
Ditanya berapakah Kepadatan Penduduk Fisiologis ?
Rumus : Jumlah penduduk suatu wilayah
Kepadatan Penduduk fisiologis = -----------------------------------------
Luas wilayah pertanian
Jawaban : Kepadatan Penduduk Fisiologis = 46.542.242 : 92.851
= 501,257
= 501 jiwa/km 2
= 132,297
= 132 jiwa/km 2
62.000
CBR = ----------- X 1.000
14.600.000
GFR = ------------------------------------------------------------- X K
Jumlah wanita umur 15-49 pada pertengahan tahun
Keterangan :
GFR = tingkat fertilitas umum
B = jumlah kelahiran
K = konstanta (1.000)
P f(15-49) = Jumlah penduduk wanita umur 15-49 pada pertengahan tahun
Contoh soal:
Tahun 2019 jumlah penduduk wanita berumur 15-49 tahun di kelurahan Cisontrol
sebanyak 8.450.000 jiwa. Jumlah kelahiran tahun tersebut sebanyak 235.000 jiwa.
Berapa GFR di tempat tersebut ?
Diketahui : B = 235.000, P f(15-549) = 8.450.000, K=1.000, Hitunglah GFR?
Jawab :
Rumus :
Jumlah kelahiran pada tahun tertentu
GFR = ------------------------------------------------------------- X K
Jumlah wanita umur 15-49 pada pertengahan tahun
235.000
Tingkat fertilitas menurut umur ini membedakan jenis kelamin, umur, status
perkawinan, atau kelompok-kelompok penduduk yang lain. Wanita berumur 15-49
tahun diberi variasi kemampuan melahirkan, sehingga perlu dihitung wanita pada
tiap-tiap kelompok umur, misalnya 20-34 tahun dan 45-49 tahun.
Rumus
Bi
ASFR i = ------- X k
P fi
Keterangan :
ASFR i = tingkat fertilitas menurut umur i
P fi = jumlah wanita pada kelompok umur I pada pertengahan tahun
B i = jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i
k = konstanta (1.000)
Contoh Soal:
Jika jumlah wanita berumur 20-34 tahun di Kelurahan Cisontrol pada tahun 2019
sebanyak 1.500.000 jiwa. Jumlah kelahiran pada umur tersebut sebanyak 70.000 jiwa.
Hitung ASFR i di kelurahan tersebut!
Diketahui: P fi = 1.500.000 B i = 70.000 k = 1.000 Hitunglah: ASFR i ?
Jawab:
Rumus: B i
ASFR i = ------- X k
P fi
70.000
ASFR i = ------------- X 1.000
1.500.000
ASFR i = 70.000.000 : 1.500.000 = 46,667 = 47
Angka tersebut menunjukkan bahwa terdapat jumlah kelahiran 47 jiwa tiap 1.000
wanita pada kelompok umur 20-34 tahun.
d. Peperangan
e. Lingkungan tidak sehat akibat pencemaran
Faktor Penghambat Kematian, yaitu :
1. Tingkat kesehatan dan pemenuhan gizi yang baik
2. Negara dalam kondisi aman dan sejahtera
3. Kemajuan IPTEK bidang kesehatan
4. Pemahaman agama yang kuat hingga tidak terjadi bunuh diri
Beberapa cara untuk menghitung tingkat kematian, antara lain:
1. Tingkat kematian kasar (crude death rate)
Tingkat kematian kasar adalah banyaknya kematian pada tahun tertentu tiap 1.00
penduduk pada pertengahan tahun.
Rumus :
D
CDR = -------- X k
Pm
Keterangan:
CDR = tingkat kematian kasar
P m = jumlah penduduk pertengahan tahun
k = bilangan konstanta yang biasanya 1.000
D = jumlah kematian pada tahun tertentu
Contoh Soal:
Jumlah penduduk tahun 2019 di kelurahan Cisontrol sebanyak 7.000.000 jiwa, jumlah
kematian tahun tersebut 45.000 jiwa, maka kematian kasar di kelurahan tersebut !
Diketahui: P m = 7.000.000 D = 45.000 k = 1.000 Hitunglah CDR?
Jawab:
Rumus : D
CDR = -------- X k
Pm
45.000
CDR = ------------- X 1.000
7.000.000
CDR = 45.000.000 : 7.000.000 = 6,429 = 6
Angka hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2019 di
Kelurahan Cisontrol jumlah kematian kasar (CDR) sebanyak 5 jiwa tiap 1.000
penduduk.
2. Tingkat kematian menurut umur (age specific death rate)
Tingkat kematian menurut umur adalah jumlah kematian penduduk pada kelompok
umur tertentu setiap 1.000 penduduk pada kelompok umur tersebut pada pertengahan
tahun.
Rumus: D i
ASDR i = -------
F mi
Keterangan:
ASDR i = tingkat kematian menurut umur
D i = jumlah kematian pada kelompok umur i
P mi = jumlah penduduk pada pertengahan thun kelompok umur i
K = konstanta (1.000)
Contoh soal:
Jumlah penduduk yang berumur 65 tahun ke atas di kelurahan Cisontrol pada
pertengahan tahun 2019 sebanyak 400.000 jiwa. Jumlah kematian golongan umur
tersebut pada pertengahan tahun sebanyak 13.000 jiwa. Hitung ASDR i ?
Diketahui: D i = 13.000 P mi = 400.000 k = 1.000
Jawab:
Rumus: D i
ASDR i = -------
F mi
13.000
= ------------ X 1.000
400.000
= 13.000.000 : 400.000 = 32.5 = 33
Keterangan:
IMR = tingkat kematian bayi
D o = jumlah kematian bayi pada tahun tertentu
B = jumlah bayi lahir hidup pada tahun tertentu
K = konstanta (1.000)
Contoh soal:
Jumlah kematian bayi di Kelurahan Cisontrol pada tahun 2019 sebanyak 80 jiwa,
Jumlah bayi lahir hidup pada tahun tersebut 2.900 jiwa. Hitung IMR?
Diketahui : D o = 80 B = 2.900 k = 1.000, hitung IMR ?
Jawab :
Rumus : D o
IMR = ------- X k
B
80
= ------- X 1.000
2.900
= 80.000 : 2.900 = 27,586 = 28
Angka tersebut menunjukkan terdapat kematian bayi sebanyak 28 jiwa tiap 1.000
kelahiran di kelurahan Cisontrol.
3) Migrasi
a. Pengertian Migrasi.
Migrasi adalah perpindahan penduduk dalam jangka waktu lama dari satu tempat ke
tempat yang lain dengan tujuan menetap yang melampuai batas politik/Negara ataupun
batas administrasi/batas bagian suatu negara.
b. Faktor-faktor penyebab terjadinya migrasi
(1) Faktor Ekonomi
- Keinginan mencari kehidupan yang lebih baik di tempat baru
- Kepentingan pembangunan
- Peningkatan pendapatan
(2) Faktor Non Ekonomi
- Sosial politik, keiginan imigran terlepas dari kekangan politik suatu penguasa dan
kendala-kendala tradisional yang terkandung dalam organisasi sosial yang
sebelumnya mengekang mereka
- Faktor fisik, termasuk pengaruh iklim dan bencana alam, seperti: banjir, gempa
bumi, kekeringan, gunung meletus, dll.
- Faktor Demografi, termasuk penurunan tingkat kematian yang mempercepat laju
pertumbuhan penduduk
- Faktor Kultural, termasuk pembinaan kelestarian hubungan keluarga besar yang
berada pada tempat tujuan migrasi
- Faktor Komunikasi, termasuk kualitas seluruh sarana transportasi
- Faktor Keamanan, migrasi yang terjadi akibat dari adanya gangguan keamanan,
seperti: peperangan dan pertikaian anatar kelompok
- Faktor Pendidikan, ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Ada dua jenis migrasi, yaitu: Migrasi Nasional dan Migrasi Internasional.
1. Jenis-jenis Mobilitas
a. Mobilitas Vertikal
Mobilitas Vertikal adalah semua gerakan penduduk untuk meningkatkan status
sosial. Contohnya: seorang anak petani karena pendidikanya terpenuhi sehingga
menjadi direktur perusahaan, atau seorang buruh pabrik berubah hidupnya
menjadi pedagang.
b. Mobilitas Horizontal
Mobilitas horizontal dibagi 2, yaitu
1. Mobilitas tetap/permanen
Mobilitas tetap/permanen disebut juga migrasi, yakni perpindahan penduduk
dari suatu wilayah ke wilayah lainnya dengan maksud untuk menetap di
daerah tujuan. Mobilitas tetap dibedakan menjadi dua yaitu migrasi
internasional dan migrasi nasional/dalam negeri.
2. Mobilitas tidak tetap/nonpermanen
Mobilitas tidak tetap/nonpermanen adalah gerakan penduduk dari suatu
wilayah ke wilayah lainnya dengan tidak ada niat untuk menetap di daerah
tujuan.
Mobilitas penduduk secara tidak permanen ini ada dua jenis.
a) Sirkulasi, yaitu pergerakan ulang-alik manusia, pagi pergi ke kota, sore hari
pulang lagi ke daerah asal di pinggiran kota. Orang yang melakukan sirkulasi
ini disebut sirkuler. Contoh sirkuler adalah para pegawai kantoran atau para
pedagang asongan.
b) Komutasi, yaitu orang yang melakukan perpindahan sementara dari desa ke
kota. Orang yang melakukan perpindahan sementara ini disebut komuter. Para
komuter ini disebut juga penduduk musiman. Mereka pindah ke kota pada saat
musim tanam tiba karena tidak punya aktivitas di sawah. Sedangkan ketika
musim panen tiba, mereka balik lagi ke kampung halamannya masing-masing
untuk melakukan panen.
2. Faktor fisik, termasuk pengaruh iklim dan bencana alam, seperti banjir, gempa
bumi dan kekeringan.
3. Faktor demografi, termasuk penurunan tingkat kematian yangmempercepat
laju pertumbuhan penduduk.
4. Faktor kultural, termasuk pembinaan kelestarian hubungan keluarga besar
yang berada pada tempat tujuan transmigrasi.
5. Faktor komunikasi, termasuk kualitas seluruh sarana transfortasi.
6. Faktor keamanan, migrasi yang terjadi dari akibat adanya gangguan keamanan
seperti peperangan, dan pertikaian antar kelompok.
7. Faktor pendidikan, didorong oleh keinginan melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.
b. Faktor Ekonomi
1) Adanya keinginan untuk merubah kehidupan.
2) Adanya sumber daya yang bisa dieksploitasi.
c. Faktor Sentrifugal dan Sentripetal
Faktor sentrifugal adalah kekuatan yang mendorong penduduk untuk
meninggalkan daerahnya, seperti kurangnya kesempatan kerja di bidang
pertanian, dan non pertanian serta terbatasnya fasilitas pendidikan.
Faktor sentripetal adalah kekuatan yang mengikat penduduk untuk tetap tinggal di
daerahnya. Contohnya: adanya jalinan kekeluargaan antar penduduk desa, adanya
system kegotongroyongan yang kuat serta penduduk terikat dengan tanah
pertaniannya.
d. Faktor Kelancaran Sarana Transfortasi
Kelancaran sarana transfortasi sangat mendorong penduduk melakukan mobilitas.
e. Faktor kesempatan Kerja
Adanya kesempatan kerja disuatu wilayah mendorong orang untuk melakukan
mobilitas. Contohnya: pembangunan industri di suatu wilayah sangat mendorong
penduduk untuk pindah ke lokasi industri tersebut.
3. Upaya Pengendalian Mobilitas Penduduk
Upaya pengendalian mobilitas dalam arti positif, diantaranya:
a. Perlu kerjasama intenasional baik melalui UNHCR/PBB maupun Negara
pengirim dan penerima migrant internasional ked an dari Indonesia sesuai dengan
perjanjian internasional yang telah diterima dan disepakati pemerintah.
b. Pemerataan pembangunan antar wilayah sehingga penduduk tidak terkonsentrasi
pada salah atu wilayah
c. Pembangunan sarana dan prasana trasfortasi di seluruh wilayah Indonesia.
d. Pembangun industri di luar P.Jawa yang mempunyai potensi sumber daya alam.
113.833.280
TPAK = --------------------- X 100.%
169.328.226
= 67,23 %
Contoh Soal:
Berdasarkan data statistik tahun 2010. Jumlah pengangguran terbuka di
Indonesia sebanyak 8.926.617, sedangkan jumlah angkatan kerja sebanyak
113.833.280, berapakah tingkat penganguran terbuka?
1. Kualitas Penduduk
Kualitas penduduk atau mutu sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap
tingkat kemajuan suatu negara. Hal ini terkait dengan kemampuan penduduk untuk
mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Kualitas penduduk suatu negara dapat diketahui dari faktor yg
memengaruhinya, yaitu tingkat pendapatan penduduk, tingkat pendidikan, dan tingkat
kesehatan.
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu kunci utama untuk mencapai kemajuan suatu
negara. Cepat atau lambatnya suatu negara dalam meningkatkan kemajuan ekonominya
sangat tergantung pada keberhasilan negara tersebut memberikan pendidikan kepada
penduduknya. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk, menunjukkan semakin
tingginya kualitas penduduk di negara tersebut. Pendidikan akan meningkatkan
kemampuan penduduk untuk mengolah sumber daya alam yang dimiliki sehingga akan
meningkatkan kesejahteraan penduduk.
Rendahnya Kualitas Pendidikan penduduk Indonesia, diantaranya disebabkan :
1) Tingkat pendapatan penduduk rendah
Rendahnya kemampuan ekonomi orang tua menyebabkan adanya kesulitan untuk
membiayai sekolah anak-anaknya. Walaupun sudah ada berbagai program bantuan
pendidikan untuk keluarga tidak mampu, namun belum semuanya terjangkau bantuan
pemerintah. Anak-anak lebih diarahkan untuk mencari tambahan penghasilan
dibandingkan untuk sekolah.
2) Tidak seimbangnya jumlah murid dengan sarana dan prasarana pendidikan Di daerah-
daerah yang aksesibilitasnya tidak mudah, sangat sedikit jumlah sekolah dan tenaga
pengajar. Rendahnya layanan pendidikan ini juga dipengaruhi oleh topografi wilayah
dan adanya permasalahan antarberbagai kelompok masyarakat.
3) Masih kurangnya kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anakanaknya. Ada
beberapa orang tua yang tidak memahami pentingnya pendidikan, sehingga tidak mau
mengeluarkan uang untuk membiayai pendidikan anak-anaknya.
Dampak dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap pembangunan, adalah:
1) Rendahnya penguasaan teknologi hingga harus mndatangkan tenaga ahli negara maju.
2) Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan masyarakat sulit menerima hal baru.
Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia
yaitu:
Adapun indikator yang dipilih untuk mengukur dimensi IPM sebagai berikut :
1) Indeks Pendidikan :
Rata-rata Lama Sekolah –RLS (Mean Years of Schooling -MYS) Rata-rata Lama
Sekolah didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam
menjalani pendidikan formal. Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama
sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang dihitung dalam
penghitungan rata-rata lama sekolah adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas.
Angka Harapan Lama Sekolah - HLS (Expected Years of Schooling -EYS) Angka
Harapan Lama Sekolah didefinisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan
akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Diasumsikan bahwa
peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan
peluang penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini.
Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS
dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan system pendidikan di berbagai
jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang
diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak.
2) Indeks Kesehatan :
Angka Harapan hidup saat lahir –AHH (Life Expectacy) Angka harapan hidup saat
lahir didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh
seseorang sejak lahir. AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. AHH
dihitung dari hasil sensus dan survey kependudukan.
3) Indeks Pengeluaran:
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Pengeluaran per kapita yang disesuaikan
ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purcashing Power
Parity-PPP). Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas, dihitung
dari level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat
konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100. Perhitungan paritas daya beli pada metode
baru menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya
merupakan komoditas nonmakanan. Metode penghitungan paritas daya beli
menggunakan Metode Rao.
c. Menghitung Indeks Pembangunan Manusia
Rumus :
IPM = 1/3 (X (1) + X (2) + X (3) ) (1)
Dimana:
X (1) : Indeks harapan hidup
X (2) : Indeks pendidikan=2/3 ( Indeks melek huruf = 1/3 (Indeks rata-rata lama sekolah)
X (3) : Indeks Standar hidup layak
Indeks X (1) = X (1) - X (1)min / X (1)maks - X (1)min (2)
Dimana:
X (1) : Indikator ke-i (i=1,2,3)
1. BONUS DEMOGRAFI
produktif. Semakin rendah angka rasio ketergantungan suatu negara, maka Negara
tersebut makin berpeluang mendapatkan keuntungan dan keuntungan tersebut dinamakan
Bonus Demografi (BD).Bonus demografi tertinggi biasanya didapatkan angka
ketergantungan pada rentang 40-50%, yang berarti bahwa 100 orang usia produktif
menanggung 40-50 orang usia tidak produktif.Bisa dilihat setiap tahun jumlah penduduk
Indonesia meningkat terus menerus.
Indikator mulai terjadinya transisi demografi ditandai dengan adanya perubahan
struktur kependudukan yang ditunjukkan dengan berubahnya angka ketergantungan
(dependency ratio) selama kurun waktu 20 s.d 25 tahun terakhir. Perubahan tersebut
dapat terlihat dari tahun 2012 yang menunjukkan angka ketergantungan menjadi 49,6
yang berarti dari 100 penduduk usia produktif hanya menanggung 49,6 atau 50 penduduk
usia tidak produktif saja dan angka tersebut mengalami penurunan dari tahun 2000
dengan tingkat angka ketergantungan 59,2 menjadi 50,5 pada tahun 2010 dan berubah
lagi menjadi 49,6 (50) pada tahun 2012. Pada saat angka ketergantungan sudah mencapai
angka 46,9%, artinya sudah masuk dalam rentang ‘gold period’dalam bonus demografi.
Yang menarik adalah bahwa sekitar 68% dari masyarakat kita berada di rentang usia
muda (15-35 tahun) yaitu periode usia yang sangat produktif. Kaum muda harapan
bangsa inilah yang akan menjadi engine of growth yang akan mendorong pertumbuhan
ekonomi Indonesia semakin kencang. Selain perubahan dalam struktur kependudukan
dan angka ketergantungan, pola pertumbuhan penduduk yang akan terjadi mendatang
diperkirakan akan berbeda dengan yang terjadi dalam 10 tahun terkahir. Diprediksi akan
terjadi transisi demografi dimana akan terjadi susunan pendudukan semakin sempurna
dengan pergeseran struktur penduduk dari tingkat fertiltas tinggi dan mortalitas tinggi ke
pola-pola penduduk dengan fertiltas rendah dan mortalitas rendah. Hal ini disebabkan
oleh semakin membaiknya layanan kesehatan, pendidikan dan indeks daya beli, sehinga
menyebabkan berubahnya sikap, perilaku dan cara hidup masyarakat Indonesia yang
semakin efisien, produktif dan modern.Berkaca dari fakta yang ada sekarang, indeks
pembangunan manusia atau human development index (HDI) Indonesia masih rendah.
Pada tahun 2015 dari 188 negara di dunia, Indonesiaberada di urutan 113 (Laporan
Pembangunan Manusia/ Human Development Report/ Ringkasan Indonesia:2016).
Bonus demografi dipahami sebagai suatu kondisi di mana komposisi atau struktur
penduduk sangat menguntungkan dari segi pembangunan. Namun, bonus demografi ini
tidak secara otomatis memberikan dampak positif bagi tujuan pembangunan nasional.
Ibarat pedang bermata dua, bonus demografi bisa memberikan dampak positif tetapi juga
dapat berdampak negatif pada upaya pembangunan bangsa.
a. Dampak Positif Bonus Demografi
Dampak positif bonus demografi bagi Indonesia adalah peluang menguntungkan
yang dapat diperoleh bangsa Indonesia, apabila bangsa Indonesia dapat mengelola bonus
demografi dengan baik.Dengan keadaan generasi muda yang siap mengadapi demografi
ini tentunya berdampak positif bagi negara Indonesia,terutama pada laju pertumbuhan
ekonomi.Dengan laju pertumbuhan ekonomi yang baik tentu berdampak pada
perkembangan negara Indonesia.Dengan perekonomian yang sehat kemiskinan dapat
teratasi, kesehatan pun dapat ditingkatkan dan pendidikan juga dapat menjadi lebih baik
lagi.Pada keadaan ini Indonesia dapat menjadi negara maju dan makmur. Dengan
keadaan perekonomian, kesehatan, pendidikan yang baik tentuakan menghasilkan
generasi baru yang lebih baik dan lebih berkualitas.Dengan catatan pada saat itu
Indonesia memiliki SDM yang berkualitas tinggi sehingga dapat mengelola kehidupan
negara Indonesia yang terarah dan lebih baik.
Adapun beberapa dampak positif yang dapat diperoleh bagi bangsa Indonesia
apabila dapat mengelola bonus demografi dengan baik, diantaranya:
1) JumlahTenaga Kerja Melimpah
Jumlah penduduk usia kerja yang banyak akan menguntungkan dari sisi
pembangunan karenatenaga kerja yang tersedia melimpah sehingga dapat
memacu produktivitas pertumbuhan ekonomi bangsa. Impasnya adalah
meningkatkannya kesejahteraan masyarakat.
2) Terbentuknya Generasi Emas yang Aktif Berkarya
Bonus demografi yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan generasi
emas yang aktif berkarya, siap memikul tanggung jawab bangsa, mengabdi dan
berkorban pada bangsa, serta bersedia membangun dan mengelola bangsa. Jika
hal tersebut tercapai maka produktivitas bangsadapat meningkat.
3) Tingkat Produktivitas Tinggi yang Memicu Peningkatan Perekonomian
Indonesia
Jika tingkat produktivitas tinggi maka perekonomian Indonesiaakan
meningkat. Meningkatnya laju perekonomian Indonesiaakan berpengaruh besar
terhadap kehidupan bebangsa dan bernegara untuk menjadi lebih
modern,tertata,serta menjadi lebih baik lagi.
4) Peningkatan Kualitas dan Pemerataan Pendidikan
Jika perekonomian bangsa dapat berjalan dengan baik maka kualitas dan
pemerataan pendidikan akan semakin meningkat.
5) Kesehatan Meningkat
Jika perekonomiansemakinmaju, maka kondisi kesehatan masyarakat
Indonesiapun akan terjamin karena segala fasilitas kesehatan dapat terpenuhi
dengan baik.
6) Rakyat Sejahtera
Malaysia, Brunei dan Singapura.Tingkat HDI ini terbukti dari tidak kompetitifnya.
Pekerja Indonesia di dunia kerja baik di dalam ataupun luar negeri.Paling banter, pekerja
Indonesia di luar negeri adalah menjadi pembantu.Ujung-ujungnya disiksa dan
direndahkan.Untuk tingkat dalam negeri sekali pun, pekerja Indonesia masih kalah
dengan pekerja asing. Hal ini ditandai dari banyaknya peluang kerja dan posisi strategis
yang malah ditempati tenaga kerja asing.Permasalah pembangunan sumber daya manusia
inilah yang harusnya bisa diselesaikan dari sekarang, jauh sebelum bonus demografi
datang.Jangan sampai hal yang menjadi berkah justru membawa bencana dan membebani
negara karena masalah yang mendasarkualitas manusia.
2) Pengangguran Semakin Banyak
Pengangguran secara besar-besaran sangat mungkin terjadi mengingat bonus
demografi adalah keadaan dimana berlimpahnya jumlah penduduk usia produktif/usia
kerja. Salah satu factor penyebabnya ialah kurangnya lapangan kerja, cara yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah ini diantaranya adalah dengan mengajak masyarakat
untuk berpikir kreatif serta menanamkan semangat: “membuat lapangan kerja sendiri
tanpa harus mencari”. Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung dapat
dilaksanakan di berbagai lembaga khususnya lembaga pendidikan serta berbagai sarana
seperti reklame, iklan, siaran televisi, siaran radio, dan lain-lain.Dengan adanya kegiatan
tersebut diharapkan banyak masyarakat yang termotivasi dan bergerak untuk
menciptakan lapangan kerja sehingga nantinya dapat mengatasi masalah kurangnya
lapangan pekerjaan dengan sendirinya.
3) Pendapatan Menurun dan Kemiskinan Meningkat
Jika ketersediaan lapangan pekerjaan tidak mencukupi dan pengangguran
meningkat, maka pendapatan suatu negara akan menurun yang diiringi oleh
meningkatnya angka kemiskinan.
4) Pendidikan Rendah akibat Perekonomian Rendah Menyebabkan SDM Rendah
Sekarang ini banyak anak-anak di Indonesia yang mendapatkan pendidikan dalam
kuota yang cukup minim bahkan banyak pula yang sama sekali tidak mendapat
pendidikan. Kasus tersebut umumnya terjadi di daerah-daerah pelosok atau pedesaan.
Namun hal ini tidak berarti bahwa semua orang atau anak-anak di kota besar mendapat
pendidikan yang tinggi, kenyataannya banyak juga anak-anak di kota yang mendapat
pendidikan yang rendah bahkan banyak pula yang tidak sama sekali. Buktinya dapat
dilihat dari banyaknya anak jalanan serta pengamen cilik di beberapa kota besar di
Indonesia. Hal ini akan menjadi ancaman dikarenakan kekhawatiran terhadap calon usia
penduduk produktif di masa mendatang yang berpendidikan rendah, yang lebih
disayangkan lagi adalah kebanyakan orang Indonesia yang memiliki potensi besar lebih
memilih bekerja di perusahaan Asing ataupun di luar negri. Masalahnya, bagaimana cara
untk mengatasi masalah pendidikan? untuk mengatasi masalah pendidikan di daerah
pedesaan dan pelosok yang tertinggal, adalah dengan pemerataan sarana dan fasilitas
lembaga pendidikan khususnya sekolah untuk proses belajar mengajar.
5) Produktivitas Menurun
Ancaman yang satu ini berhubungan langsung dengan dua ancaman
sebelumnya.Bagaimana tidak?Ketika banyak pengangguran dan orang-orang
berpendidikan rendah maka sangat mungkin produktivitas nasional menurun. Hal ini
sebenarnya tidak akan terjadi apabila masalah pengangguran serta pendidikan rendah
mampu ditanggulangi. Namun pemerintah juga perlu melakukan penyuluhan, sosialisasi,
serta pelatihan guna meningkatkan sikap dan sifat produktif dalam diri masyarakat.
6) Perekonomian yang Memburuk
Jika banyak penduduk usia produktif yang menganggur secara otomatif
pendapatan negarapun semakin menurun. Hal tersebut dapat menyebabkan semakin
memburuknya perekonomian Negara.
7) Kurangnya Lahan Tempat Tinggal Akibat Pertambahan Penduduk Yang Tidak
Terkendali.
8) Timbulnya Kawasan-Kawasan Slum Area Akibat Kemiskinan Yang
Menjamur.
9) Kriminalitas Meningkat akibat Pengangguran yang Meningkat.
10)KualitasKesehatan Penduduk Menurun jika Pemerintah tidak Mampu
Menyediakan Pelayanan Kesehatan yang Memadai.
11)Penduduk Usia Muda Tergerus oleh Budaya Luar
Prof. Sri Edi Swasono, guru besa ilmu ekonomi Indonesia khawatir terkait
ancaman bonus demografi ketika generasi muda telah memegang teguh budaya luar, hal
ini nantinya akan menyebabkan Negara Indonesia kehilangan jati dirinya. Sebagai bukti
dapat dilihat di kalangan remaja yang banyak menggilai dunia Korea. Hampir seluruh
remaja di Indonesia tahu sedikit banyaknya tentang korea atau K-pop. Ironisnya, banyak
remaja yang tidak mengenal budaya daerahnya sendiri bahkan terkadang ada yang tidak
mampu berbicara bahasa daerahnya namun acap kali berbicara menggunakan bahasa
asing. Bagus memang apabila banyak masyarakat Indonesia yang pandai berbahasa asing,
namun apa jadinya jika nantinya budaya asli Indonesia sedikit demi sedikit mulai
terlupakan atau bahkan hilang? Oleh karenanya, perlu ditanamkan di dalam diri
masyarakat terutama para pelajar untuk lebih mengenal dan mencintai budaya local sejak
dini agar ketika masa bonus demografi tiba, penduduk usia produktif dapat membangun
bangsa yang lebih maju tanpa menghilangkan unsur-unsur budaya Indonesia.
Ancaman-ancaman diatas tentu merupakan pengaruh dari pertambahan penduduk
secara negatif. Namun tetap saja Indonesiaakan mengalami masa bonus demografi dan
apabila ancaman-ancaman diatas mampu ditangani oleh pemerintah dan seluruh
masyarakat Indonesia, berarti pertumbuhan penduduk tidak selamanya berdampak
negatif. Saat Indonesia mengalami masa bonus demografi, bukan tidak
mungkinIndonesiaakan menjadi negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi secara
a. Tenaga kesehatan
Faktor tenaga kesehatan merupakan salah satu faktor besar yang mempengaruhi
tingkat pelayanan kesehatan di Indonesia karena tenaga kesehatan itu sendirilah yang
turun kedalam masyarakat untuk melakukan pelayanan kesehatan. Menurut data dari
Kementrian Kesehatan RI , tenaga kesehatan yang dimiliki Indonesia saat ini berjumlah
sebanyak 876.984 orang yang terdiri atas dokter , perawat , bidan , dan tenaga kesehatan
lainnya. Dari data didapat bahwa rasio dokter dengan penduduk Indonesia berbanding
1:2500 penduduk , hal ini menunjukkan bahwa pelayanan di Indonesia khususnya bidang
pelayanan dokter dalam kondisi memprihatinkan karena perbandingan ideal antara dokter
dan penduduk yang baik harusnya 1 berbanding 1000 penduduk kebawah.Tidak
tersebarnya tenaga kesehatan di Indonesia yang hanya terkonsentrasi di wilayah yang
padat penduduknya saja dan kurang menjangkau daerah-daerah lainnya khusunya
wilayah Indonesia bagian timur yang jumlah tenaga kesehatannya terpaut sangat jauh dari
daerah lainnya di Indonesia .Hal ini tentu harus mendapat perhatian yang serius dari
pemerintah Indonesia khususnya yang mempunyai tugas di bidang kesehatan untuk
menyamaratakan tenaga kesehatan di seluruh wilayah Indonesia.
b. Minimnya sarana kesehatan yang tersedia
Sarana kesehatan seperti Rumah Sakit, Rumah Sakit Bersalin, Posyandu, dan
sarana kesehatan lainnya sangat berperan penting dalam peningkatan pelayanan
kesehatan karena disanalah pusat dari pelayanan kesehatan itu sendiri. Menurut data dari
Badan Pusat Statistik, Indonesia memilih total sarana kesehatan sebanyak 55.543 yang
terdiri atas Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu, dan sarana kesehatan lainnya.
Penyebaran sarana kesehatan yang ada di Indonesia sangat tidak merata dimana sebagian
besar sarana kesehatan di Indonesia hanya terpusat pada beberapa wilayah tertentu saja
seperti pulau Jawa dan Sumatera sementara wilayah Indonesia bagian timur hanya
mendapat sedikit sarana kesehatan, contohnya Provinsi Maluku yang hanya punya rumah
sakit sebanyak 43 unit dibanding dengan Provinsi lainnya yang memiliki Rumah Sakit
diatas 100 unit. Hal ini tentunya harus mendapat perhatian serius dari kita terutama dari
pemerintah untuk menanggulangi kesenjangan ini.
c. Faktor birokrasi yg buruk dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di Indonesia
Bidang kesehatan sendiri mengalami kerugian hingga mencapai ratusan milyar
rupiah dengan kasus seperti korupsi pengadaan alat bantu belajar pada dokter dan korupsi
dalam pemenangan tender untuk pembuatan atau penelitian jenis obat tertentu. Sangat
disayangkan ,bidang yang seharusnya bersih dari korupsi karena menyangkut kesehatan
banyak jiwa menjadi lumbung bagi para pencuri uang Negara untuk menambah hartanya.
Beberapa usaha yang dapat dlakukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan yaitu:
a) Peningkatan tenaga kesehatan untuk menambah tenaga kesehatan yang kurang
b) Pembangunan sarana dan prasarana kegiatan penunjang dalam dunia kesehatan
c) Kebijakan layanan kesehatan yang menunjang bagi masyarakat
d) Subsidi biaya pelayanan kesehatan yang terjangkau
e) Pengawasan birokrasi yang transparan
f) Tunjangan hidup bagi tenaga kesehatan di daerah yang terpelosok
g) Memproduksi obat generik yang terjangkau bagi masayarakat
Persebaran penduduk yang tidak merata ini dapat menimbulkan berbagai permasalahan di
wilayah – wilayah tertentu, sebagai contohnya adalah:
a. Menurunnya kualitas lingkungan
Menurunnya kualitas lingkungan ini disebabkan oleh pemanfaatan sumberdaya
alam yang hanya berpusat pada satu wilayah saja.
1. Sensus penduduk
Sensus penduduk adalah pencatatan seluruh penduduk secara serentak dengan
tujuan utama untuk mengetahui jumlah penduduk, persebara, dan karakteristik penduduk.
Sensus penduduk dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) seriap 10 tahun
sekali. Sensus memiliki tiga dimensi, yaitu:
a. Pencatatan yang menyeluruh terhadap semua orang.
Artinya, semua orang yang tinggal di suatu wilayah atau negara wajib dicatat
dan didata tanpa terkecuali.
b. Dilaksanakan pada waktu tertentu.
Artinya, sensus hanya dilaksanakan pada suatu waktu tertentu, dan pada
umumnya dilaksanakan setiap 10 tahun sekali.
c. Mencakup suatu wilayah.
Artinya, ruang lingkup sensus harus meliputi suatu wilayah adaministratif
tertentu. Hal ini dilakukan dengan menggunakan batasan administrative
negara.
Berdasarkan status tempat tinggal penduduk, ada dua macam sensus sebagai berikut:
a. Sensus de yure, adalah pencatatan yang dilakukan terhadap penduduk yang
bertempat tinggal di daerah atau tempat diadakan pencatatan sesuai identitas
kependudukan yang dimiliki
b. Sensus de facto, adalah pencatatan yang dilakukan terhadap penduduk yang
tinggal di suatu daerah padasaat dilakukan pencatatan
Kesalahan ini terjadi akibat adanya kelalaian petugas sensus atau penduduk yang
disensus.
2. Registrasi penduduk
Registrasi penduduk berkaitan dengan komponen penduduk yang dinamis, seperti
kelahiran, kematian, migrasi penduduk, perkawinan dan perceraian. Komponen-
komponen ini cepat berubah, sehingga diperlukan registrasi penduduk yang dapat
diperbarui setiap saat.Berbeda dengan sensus penduduk, registrasi penduduk lebih
bersifat pasif. Registrasi penduduk dianggap pasif karena dilakukan oleh perwakilan
keluarga dari kepala keluarga yang tengah mengalami peristiwa tertentu, seperti kelahiran
atau kematian.
Pelaporan dengan sistem pasif ini menimbulkan beberapa permasalahan, terutama
ketidaklengkapan data pelaporan,sebagai contoh:
a. Seorang bayi lahir beberapa menit, kemudian meninggal dunia. Seharusnya hal
tersebut dicatatkan sebagai peristiwa kelahiran dan kematian, tetapi orang tua bayi
tersebut tidak melapor.
b. Jarak kantor desa terlalu jauh dari rumah penduduk yang melahirkan, sehingga tidak
dilaporkan.
c. Registrasi penduduk, penduduk yang boleh mencatatkan peristiwa-peristiwa demografi
adalah penduduk de jure.
Untuk memperoleh data registrasi yang baik dan benar, PBB mensyaratkan
beberapa aturan, yaitu sebagai berikut:
a. Ada peraturan yang memaksa penduduk untuk melapor (compulsory of registration).
Dalam pelaksanaan registrasi ini harus dilandaskan atas dasar hukum, sehingga memaksa
penduduk untuk selalu melaporkan setiap kejadian yang dialami keluarganya, baik
peristiwa kelahiran, kematian, atau lainnya.
b. Dilaksanakan oleh badan pemeritah.
Pelaksanaan registrasi penduduk serta penyajian data statistiknya harus dilakukan oleh
lembaga pemerintah. Dengan demikian, hasil yang disajikan akan menghasilkan data
yang konsisten dan berkesinambungan.
c. Ada sanksi hukum.
Pelaksanaan registrasi penduduk harus memiliki sanksi hukum. Hal ini dilakukan untuk
menjamin bahwa setiap orang mau mendaftarkan diri untuk didata. Begitu juga agar
terhindar dari kelalaian dan pelanggaran pendaftaran.
3. Survei penduduk
Survei adalah metode pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan
sampel atau hanya mencacah sebagian penduduk. Survei dapat dilaksanakan kapan saja
sesuai kebutuhan. Contoh survei yang dilaksanakan oleh BPS adalah Survei Sosial
Ekonomi Nasional (SUSENAS) dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS).
Setiap metode pengumpulan data kependudukan tentunya memiliki kelebihan dan
kelemahannya masing-masing. Kelemahan metode survei adalah tidak dapat mewakili
semua penduduk karena hanya diambil berdasarkan sampel.
Sedangkan kelebihan dari metode survei akan diuraikan sebagai berikut.
a. Dapat dilakukan kapan saja.
b. Data yang diambil sesuai kebutuhan survei.
c. Data yang dikumpulkan lebih lengkap dan rinci.
d. Penghematan terhadap waktu, biaya, dan tenaga.
Analisis demografi sangat diperlukan dalam membuat kebijakan oleh pemerintah maupun
nonpemerintah serta menjadi acuan untuk menjawab berbagai permasalahan yang
berhubungan
dengan kependudukan.
Beberapa manfaat analisis demografi adalah sebagai berikut:
1. Dapat digunakan oleh pemerintah dalam pembuatan kebijakan pembangunan.
2. Dapat digunakan untuk referensi merancang strategi pemasaran oleh pengusaha dan
industri.
3. Dapat digunakan untuk mengetahui jumlah dan persebaran penduduk pada suatu
wilayah dari waktu ke waktu.
4. Dapat digunakan untuk merancang dan memperkirakan proyeksi penduduk serta
kondisi di masa depan.
5. Dapat digunakan untuk mengetahui daya dukung lingkungan dan kaitannya terhadap
populasi penduduk.
PENGERTIAN BENCANA
Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: Bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non
alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut
juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan
tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun kerusakan. Jika
terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu wilayah,
maka dihitung sebagai satu kejadian.
Pembahasan pada topik ini akan fokus pada kajian bencana alam. Bumi kita
adalah planet yang sangat dinamis. Sifat dinamis ini dapat dikenali mulai dari rotasi bumi
pada porosnya, revolusi bumi mengelilingi matahari, pergerakan lempeng-lempeng
tektonik bumi, arus laut di samudera, serta berbagai fenomena cuaca di atmosfer.
Berbagai fenomena dan lingkungan alam dibumi juga saling berinteraksi dan hasilnya
dapat memengaruhi kehidupan mahluk hidup dibumi, termasuk manusia. Interaksi
antarfenomena pada listosfer, atmosfer, dan hidrosfer dengan menghasilkan akibat yang
merugikan dan / atau mengancam kehidupan manusia sehingga dikategorikan sebagai
bencana alam. Pengelompokan jenis bencana alam dibagi menjadi asal dinamika litosfer,
hidrosfer, atmosfer dan ekstra terestrial. Sedangkan pada kajian ini akan dibahas fokus
pada bencana alam meteorologi/hidrometeorologi yang merupakan bencana alam yang
berhubungan dengan iklim. Bencana alam ini umumnya tidak terjadi pada suatu tempat
yang khusus.
Bencana alam bersifat meteorologis paling banyak terjadi diseluruh dunia seperti
banjir dan kekeringan. Kekhawatiran terbesar pada masa modernisasi sekarang ini adalah
terjadinya pemanasan global.
2. Gempa Bumi
Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam
bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi.
Akumulasi energi penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-
lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang
gempabumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.
a. Karakteristik gempa bumi sebagai berikut :
1) Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat
2) Lokasi kejadian tertentu
3) Akibatnya dapat menimbulkan bencana
4) Berpotensi terulang lagi
5) Belum dapat diprediksi
6) Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi
b. Tipe gempa bumi sebagai berikut :
1) Gempa bumi vulkanik (Gunung Api); Gempa bumi ini terjadi akibat
adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus.
2) Gempa bumi tektonik; Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya
aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng tektonik secara mendadak
yang mempunyai kekuatan yang sangat kecil hingga yang sangat besar.
Gempabumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di
bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian
bumi.
3) Gempa bumi tumbukan; Gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan
meteor atau asteroid yang jatuh ke bumi, jenis gempa bumi ini jarang
terjadi.
4) Gempa bumi runtuhan; Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah
kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempa bumi jarang terjadi dan
bersifat lokal.
5) Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas
dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan
ke permukaan bumi.
Berdasarkan jenis gempa tersebut, gempa yang sering terjadi adalah
gempa tektonik. Gempa bumi terjadi karena adanya aktivitas lempeng tektonik.
Lempeng yang tidak seimbang akan mencari keseimbangan yang sesuai. Gempa
bumi tektonik di Indonesia tidak lepas dari pengaruh letak indonesia yang berada
di pertemuan lempeng dunia. Indonesia diapit oleh tiga lempeng tektonik yaitu
Lempeng Eurasia yang bergerak kearah Selatan, Lempeng Indo-Australia yang
bergerak ke arah Utara, dan Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah Barat.
3. Tanah Longsor
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan,tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke
bawah atau keluar lereng.
a. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Longsor
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng
lebih besar dari gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh
kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi
oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi
batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup
dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat
dibedakan sebagai factor alam dan faktor manusia:
1) Faktor Alam
a) Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan batu
lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, dan gunung berapi.
b) Iklim: curah hujan yang tinggi.
c) Keadaan topografi: lereng yang curam.
d) Keadaan air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air,
erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.
e) Tutup lahan yang mengurangi tahan geser, misalnya tanah kritis.
f) Getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin,
dan getaran lalu lintas kendaraan.
2) Faktor manusia
a) Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereng yang terjal.
b) Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
c) Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
d) Penggundulan hutan.
e) Budidaya kolam ikan diatas lereng.
f) Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
g) Pengembangan wilayah yang tidak di imbangi dengan kesadaran
masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan
sendiri.
d. Meski ekosistem hutan rusak, namun dalam beberapa waktu, akan tumbuh lagi
pepohonan yang membentuk hutan baru dengan ekosistem yang juga baru.
e. Setelah gunung meletus, biasanya terdapat geyser atau sumber mata air panas
yang keluar dri dalam bumi dengan berkala atau secara periodik. Geyser ini baik
bagi kesehatan kulit.
f. Muncul mata air bernama makdani yaitu jenis mata air dengan kandungan
mineral yang sangat melimpah.
g. Pada wilayah vulkanik, potensial terjadi hujan orografis. Hujan ini potensial
terjadi sebab gunung adalah penangkap hujan terbaik.
h. Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi, sangat baik didirikan
pembangkit listrik.
2. Tanah Longsor
3. Gempa Bumi
2. Tanah Longsor
3. Gempa Bumi
2. Banjir
a. Pengertian
Tahukah anda apa yang dimaksud dengan banjir? Banjir jika diartikan
adalah aliran air yang tingginya melebihi muka air normal. Hal itu menyebabkan
genangan pada lahan rendah di sisinya. Jika kita perhatikan berita-berita di media
massa maka, negara kita termasuk negara yang sering dilanda banjir. Tahukah
anda mengapa hal tersebut bisa terjadi ? Jika kita kaji kondisi geografis indonesia,
maka wilayah Indonesia termasuk daerah iklim tropis. Wilayah yang termasuk
iklim ini memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Ciri dari
negara tropis adalah adanya perubahan cuaca, suhu, dan arah angin yang cukup
ekstrem. Pantaslah jika Indonesia menyimpan ancaman bersifat menyimpan
ancaman bersifat hidrometeorologis seperti banjir dan kekeringan. Hampir
seluruh wilayah Indonesia berpotensi tinggi mengalami banjir.
Sekarang coba kita identifikasi jenis-jenis banjir menurut sumber airnya.
Berikutnya ini adalah jenis-jenisnya.
1) Banjir akibat hujan lebat. Hal ini menyebabkan kapasitas penyaluran sistem
pengaliran air tidak mampu bekerja dengan baik. Sistem penyaluran air dapat kita
bagi menjadi sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia.
2) Banjir akibat pasang laut. Pasang laut menyebabkan meningkatnya muka air di
sungai.
3) Banjir akibat kegagalan bangunan air buatan manusia. Setiap buatan manusia
pasti mengalami kerusakan. Bangunan air buatan manusia diantaranya adalah
bendungan, tanggul, dan bangunan pengendalian banjir.
4) Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai
akibat longsornya tebing sungai. Hal ini menyebabkan bendungan tidak dapat
menahan tekanan air.
b. Penyebab
Pada pembahasan sebelumnya kita sudah membahas beberapa penyebab
banjir. Secara umum banjir disebabkan oleh tingginya curah hujan. Akibatnya
sistem pengaliran air, saluran drainase, dan kanal penampung banjir tidak mampu
akumulasi air hujan. Hasilnya air akan meluap dan menyebabkan banjir. Daya
tampung sistem pengaliran air tidak selamanya sama. Sistem ini akan berubah
akibat sedimentasi, penyempitan sungai, tersumbat sampah, serta masih banyak
faktor lainya. Satu hal yang juga harus menjadi perhatian kita adalah
penggundulan hutan didaerah tangkapan air hujan. Penggundulan hutan
menyebabkan debit air yang masuk ke sistem aliran meningkat. Akibat lainya
adalah tingginya tingkat erosi serta sedimentasi. Berkurangnya resapan air juga
terjadi didaerah permukiman. Padatnya bangunan menyebabkan berkurangnya
tingkat resapan air. Kurang resapan membuat air langsung masuk ke sistem
pengaliran yang kapasitasnya terbatas.
c. Mekanisme perusakan
Pernahkah anda melihat atau bahkan mengalami wilayah anda tergenang
banjir? Coba anda lihat apakah ada kerusakan yang terjadi, baik pada bangunan
atau fasilitas lainya? Banjir umumnya mempunyai sifat merusak, baik yang
menggenang maupun banjir bandang. Sifat ini didapatkan kerena arus air yang
cepat dan bergolak dapat menghanyutkan berbagai benda disekitarnya. Kerusakan
akan semakin tinggi ketika aliran air membawa material tanah. Air banjir dapat
merusak pondasi bangunan, baik rumah maupun jembatan. Material yang hanyut
bersama banjir akan diendapkan setelah surut. Endapan tersbeut dapat merusak
tanaman, perumahan, perumahan, dan menimbulkan penyakit.
d. Kajian bahaya
Kajian mengenai bahaya banjir dapat kita pelajari melalui data-data yang
tepat. Hal ini kita butuhkan untuk menentukan tingkat kerawanan serta upaya
antisipasi banjir. Data yang kita butuhkan berasal dari hal-hal sebagai berikut.
1) Rekaman kejadian bencana yang terjadi. Data ini berfungsi sebagai indikasi
awal akan datangnya banjir di masa yang akan datang. Melalui data ini kita dapat
menentukan pola mterjadinya banjir periodic (tahunan, lima tahunan, sepuluh
tahunan, atau seratus tahunan).
2) Pemetaan topografis. Peta topografi dapat menunjukan kontur ketinggian
sekitar daerah aliran sungai. Melalui data ini kita dapat menentukan kemampuan
kapasitas sistem hidrologi dan luas daerah tangkapan hujan.
3. Kekeringan
a. Pengertian
Kekeringan merupakan ketidakseimbangan ketersediaan air dengan
kebutuhan air manusia dan lingkungan. Menurut BNPB, kekeringan dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1) Kekeringan Alamiah
a) Kekeringan Meteorologis akibat tingkat curah hujan dibawah normal adalm
satu musim.
b) Kekeringan hidrologis akibat kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah.
Kita dapat mengkur kekeringan ini berdasarkan elevasi muka air tanah.
c) Kekeringan. Pertanian merupakan kekurangan lengas tanah (kandungan air
dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman.
d) Kekeringan sosial ekonomi merupakan kekurangan pasokan komoditi ekonomi
akibat kekeringan meteorologi
2) Kekeringan Antropogenik
Kekeringan antropogenik disebabkan ketidaktaatan manusia pada aturan.
Kita dapat melihat kebutuhan air lebih besar dari pasokan yang direncanakan.
Kekeringan disebabkan pula oleh kerusakan kawasan tangkapan air dan sumber-
sumber air akibat perbuatan manusia.
b. Penyebab
Kekeringan di Indonesia berkaitan erat dengan fenomena ENSO (El Nino
Southren Oscillation). Dampak El-Nino sangat kuat pada wilayah yang
dipengaruhi sistem monsoon. Sedangkan pada wilayah dengan system equatorial
kuat, dampak El Nino cukup lemah. Pengaruh El Nino juga lebih kuat pada
musim kemarau.
Pengaruh El Nino dapat kita lihat dari pola-pola pada keragaman hujan
sebagai berikut.
1) Akhir musim kemarau mundur dari normal
2) Awal masuk musim hujan mundur dari normal
3) Curah hujan musim kemarau turun tajam dibanding normal
4) Deret hari kering semakin panjang
c. Mekanisme Perusakan
Kekeringan dapat menimbulkan banyak masalah. Manusia, tumbuhan, dan
hewan akan menerima banyak dampak baik langsung maupun tidak. Kurangnya
pasokan air menyebabkan menurunya kesehatan manusia. Kekeringan dapat juga
menyebabkan pepohonan mati dan tanah menjadi gundul. Jikat tidak segera
ditanggulangi akan mengakibatkan hilangnya bahan pangan.
d. Kajian Indikator Kekeringan
1) Alamiah
a) Kekeringan meteorologis/klimatologis.
Tabel 1. Indikator intensitas kekeringan meteorologist
Intensitas Kekeringan Meteorologis Curah Hujan
Kering (curah hujan dibawah normal) 70% - 85% dari normal
Sangat Kering (curah hujan jauh dibawah normal) 70% - 85% dari normal
Amat sangat kering (curah hujan amat jauh dibawah normal) < 50% dari normal
b) Kekeringan hidrologis
Tabel 2. Indikator intensitas kekeringan hidrologis
Intensitas Kekeringan Hidrologis Debit Air Sungai
Kering Mencapai periode ulang aliran periode 5 tahunan
Sangat Kering Mencapai periode ulang aliran jauh dibawah
periode 25 tahunan
c) Kekeringan pertanian
Tabel 3. Indikator intensitas kekeringan pertanian
Intensitas Kekeringan Pertanian Persentase Daun Kering
Kering (terkena ringan s/d sedang) M daun kering dimulai pada bagian ujung daun
Sangat Kering (terkena berat) M - % daun kering dimulai pada bagian ujung daun
Amat sangat kering (Puso) Semua bagian daun kering
Apabila dinilai dari segi penurunan produksi, terkena ringan s/d berat
diperkirakan kehilangan hasil bisa mencapai 75% dengan rata-rata sekitar 50%.
Dan puso apabila hasil diatas 95%.
Untuk kekeringan ditinjau dari kehutanan dinilai dari Keetch Byram Drough
Index (KBDI):
Kering (kekeringan rendah): 0 – 999
Sangat kering : 1.000 – 1.499
Amat sangat kering > 1.500
Jarak ke Sumber
Air (km)
1 Kering (Langka
Terbatas)
>30
>60
Minum,
Masak, Cuci alat
makan/masak,
mandi terbatas
0,1-0,5
2 Sangat Kering
(Langka)
>10
<30
Minum,
Masak, Cuci alat
makan/masak
0,5-3
3 Amat Sangat
Kering
<30 Minum,
Masak,
>3
e) Antropogenik
Intensitas kekeringan akibat ulah manusia terjadi apabila:
(1) Rawan: apabila tingkat penutupan tajuk (crown cover) 40%-50%.
(2) Sangat rawan: Apabila tingkat penutupan tajuk (crown cover) 20%-
40%.
(3) Amat sangat rawan: apabila tingkat penutupan tajuk (crwon cover) di
DAS <20%
4. Angin Badai
a. Pengertian
Angin badai adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120
km/jam atau lebih. Peristiwa ini sering terjadi di wilayah tropis.
b. Penyebab
Angin badai disebabkan perbedaan tekanan udara yang ekstrem. Ketika
terjadi, angin dapat bergerak dengan kecepatan sekitar 20 km/jam. Kita mengenal
angin ini sebagai badai, di samudera pasifik sebagai angin taifun, di samudera
hindia disebut siklon, dan di Amerika dinamakan hurricane.
c. Mekanisme perusakan
Tenaga angin yang kuat dapat merobohkan bangunan atau menyebabkan
kapal tenggelam. Kebanyakan angin badai disertai dengan hujan deras. Paduan
keduanya dapat menimbulkan bencana tanah longsor dan banjir.
d. Kajian Bahaya
Kajian bahaya angin badai dapat kita pantau dari data kecepatan dan arah
angin. Lembaga yang mengawasinya adalah stasiun dan satelit meteorologi.
Angin badai dipengaruhi oleh faktor topografi, vegetasi dan permukiman. Kita
juga dapat mempelajari kejadian angin badai di masa lalu. Data ini digunakan
untuk mengetahui pola umum kejadian angin badai.
e. Gejala dan Peringatan Dini
Tahukah anda bagaimana cara kita untuk memprediksi terjadinya angin
badai? Angin badai tidak selamanya terjadi secara mendadak. Sebagian besar
badai, terbentuk melalui suatu proses. Kita dapat memantaunya melalui satelite
cuaca. Monitoring menggunakan satelite ini dapat membantu kita memberikan
peringatan dini.
f. Parameter
Skala kecepatan angin diusulkan oleh Hebert Saffir yang dikenal dengan
skala Saffir-Simpson. Berikut ini adalah skalanya.
Tabel 5. Skala Saffir-Simpson
Perhatikan oleh anda kondisi laut sekitar tanggal 1 dan 15 (saat bulan mati
dan bulan purnama). Apakah yang terjadi? Pada saat itu, posisi Bulan-Bumi-
Matahari berada pada satu garis lurus. Hal ini menyebabkan gaya tarik Bulan dan
Matahari terhadap Bumi saling memperkuat. Kondisi ini menyebabkan terjadinya
pasang purnama. Tinggi pasang sangat besar dibanding pasang pada hari-hari lain.
Kondisi laut juga dapat anda pelajari sekitar tanggal 7 dan 21. Pada waktu
ini, Bulan dan Matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi saling
mengurangi. Hasilnya terjadilah pasang perbani, dimana tinggi pasang lebih kecil
dibanding hari-hari yang lain.
Tabel 6. Perbandingan Antara Swell dan Tinggi Gelombang
Tinggi Swell Tinggi Gelombang
1⁄4 m Setinggi paha 2-3’
1⁄2 m Setinggi pinggang 3-4’
1 m Setinggi pinggang hingga kepala 5-6’
1 1⁄4 m Hingga 1K kali diatas kepala 6-8’
1 1⁄2m Lebih dari 1K kali tinggi kepala 8-10’
2 m Lebih dari 2 kali tinggi kepala 10-12’
2 1⁄2 m Lebih dari 2K kali tinggi kepala 12-15’
3 m Sekitar 3 kali tinggi kepala 15-18’
3-4 m 3-4 kali tinggi kepala 18-24’
4-5 m 4-5 kali tinggi kepala 24-32’
5-6 m 5-6 kali tinggi kepala 32-40’
6-7 m 6-7 kali tinggi kepala 40-48’
8-9 m 8-9 kali tinggi kepala 50-60’
Gelombang badai (Storm Wave) merupakan gelombang tinggi yang
ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis. Kondisi ini berpotensi kuat
menimbulkan bencana alam. Meski Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis,
namun siklon tropis memengaruhi terjadinya angin kencang, gelombang tinggi
disertai hujan deras. Siklon tropis merupakan system tekanan rendah yang
mempunyai angin berputar (siklonik) yang berasal dari daerah tropis dengan
kecepatan rata-rata (34-64) knots disekitar pusatnya. Siklon tropis tumbuh aktif di
daerah lintang bumi (10-20) LU/LS.
b. Penyebab
Angin dengan kecepatan besar diatas permukaan laut bisa membangkitkan
fluktuasi muka air laut yang besar disepanjang pantai. Kita akan sulit
memperkirakan elevasi muka air selama terjadinya badai. Penyebabnya adalah
badai melibatkan banyak variabel seperti interaksi antara angin dan air, perbedaan
tekanan atmosfer dan lain-lain. Perubahan elevasi muka air tergantung pada
kecepatan angin, fetch, kedalaman air, dan kemiringan dasar. Fetch merupakan
panjang daerah tempat angin berhembus dengan kecepatan dan arah konstan.
Gelombang angin di lokasi pembangkitanya masih relatif curam. Gelombang ini
disebut seas. Setelah menjalar gelombang menjadi lebih landai dan berpuncak
panjang. Gelombang ini disebut swell.
c. Mekanisme Perusakan
1) Gelombang pasang/badai dalam periode yang cukup lama (dapat
merusak/menghancurkan) kehidupan dan bangunan di daerah pantai.
2) Gelombang badai dapat memutar air dan menimbulkan gelombang yang tinggi.
Hal ini dapat mengganggu pelayaran dan berpotensi menenggalamkan kapal.
d. Kajian Bahaya
Siklon tropis dapat menyebabkan kondisi cuaca yang ekstrem. Daerah
lintasan siklon tropis adalah wilayah perairan Indonesia, sebalah utara Australia
dan Pasifik Barat dan sampai Laut Cina Selatan.
f. Parameter
1) Tinggi gelombang (meter)
2) Panjang sapuan gelombang pasang ke daratan (m atau km)
3) Luas daerah yang terkena sapuan gelombang (km2).
Penanggulangan bencana tidak hanya dilakukan pada saat dan setelah terjadinya
bencana, tetapi upaya pencegahan juga termasuk ke dalam kegiatan penanggulangan
bencana.
Penanggulangan bencana dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Tahap pencegahan/Mitigasi
Pada tahap ini berbagai upaya dilakukan untuk meminimalkan dampak buruk dari
bencana alam.
Contoh kegiatan pada tahap ini adalah:
a. Pembuatan waduk untuk mencegah terjadinya banjir dan kekeringan.
b. Penanaman pohon bakau/mangrove di sepsnjang pantai untuk menghambat
gelombang tsunami.
c. Pembuatan tanggul untuk menghindari banjir.
d. Pembuatan tanggul untuk menahan lahar agar tidak masuk ke wilayah
pemukiman.
e. Reboisasi untuk mencegah terjadinya kekeringan dan banjir.
f. Identifikasi secara pasti terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana.
g. Penguatan ketahanan sosial masyarakat.
h. Pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur
berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana.
3. Tahap Rehabilitasi
Dalam tahap rehabilitasi, upaya yang dilakukan adalah perbaikan fisik dan
non fisik serta pemberdayaan dan pengembalian harkat korban. Tahap ini
bertujuan mengembalikan dan memulihkan fungsi bangunan dan infrastruktur
yang mendesak dilakukan untuk menindaklanjuti tahap tanggap darurat, seperti
rehabilitasi bangunan ibadah, bangunan sekolah, infrastruktur sosial dasar, serta
prasaranan dan sarana perekonomian yang sangat diperlukan. Sasaran utama dari
tahap rehabilitasi adalah untuk memperbaiki pelayanan masyarakat atau publik
sampai pada tungkat yang memadai. Dalam tahap rehabilitasi ini juga diupayakan
penyeesaian berbagai permasalahan yang terkait dengan aspek kejiwaan/
psikologis melalui penanganan trauma korban bencana.
4. Tahap Rekonstruksi
Secara umum tahapan penanggulangan bencana relatif sama, namun perbedaan biasanya
terletak pada cara pencegahan bencana.
Berikut cara penanggulangan beberapa bencana alam:
1. Penanggulangan Bencana Banjir
Bencana banjir disebabkan oleh banyak faktor, yang paling utama adalah alih
fungsi lahan berupa hutan menjadi lahan pertanian maupun pemukiman. Padahal
hutan berfungsi dalam meningkatkan cadangan air tanah dan meresapkan air ke
dalam tanah, sehingga mengurangi aliran air permukaan yang menyebabkan
banjir. Selain itu, banjir juga bias disebabkan karena ulah manusia yang kurang
bijak terhadap alam.
Untuk menanggulangi bencana banjir banyak hal yang harus dilakukan, di
antaranya sebagai berikut:
a. Sebelum kejadian banjir
- Membersihkan saluran air dari sampah yang dapat menyumbat air,
sehingga menyebabkan terjadinya banjir.
- Mengeruk sungai untuk menambah daya tampung air.
- Membangun rute-rute drainase alternatif (kanal-kanal sungai baru,
sistem-sistem pipa), sehingga dapat mencehag beban yang berlebihan
terhadap sungai.
- Tidak mendirikan bangunan pada area yng menjadi daerah penyerapan
air atu daerah tangkapan hujan, terutama di daerah hulu sungai.
- Tidak menebangi pohon-pohon di hutan secara berlebihan tanpa
memperhatikan keberlangsungan kelestarian alam. Dampak lanjutannya
adalah terjadi longsor.
- Membuat tembok-tembok penahan dan tanggul-tanggu di sepanjang
sungai untuk mnejaga tingkat ketinggian air agar tidak masuk ke dalam
daratan.
b. Pada saat kejadian banjir
- Mengerahkan tim penyelamat beserta bahan dan peralatan pendukung,
seperti perahu karet, tambang, pelampung, dan obat-obatan.
- Membawa korban ke tempat yang aman atau penampungan sementara.
- Memantau perkembangan keadaan banjir dan menyebarluaskan
informasinya kepada masyarakat.
terjadi karena tanah yang berada pada bidang gelincir (lapisan kedap air)
mendapat guyuran hujan setelah sekian lama mengalami kekeringan. Tanah yang
kering dan kemudian terisi air hujan dapat meningkatkan berat (masanya) dan
akhirnya terjadi longsor. Bencana longsor yang menimpa pemukiman dapat
menimbulkan korban jiwa. Korban biasanya terkubur oleh tanah karena tidak
sempat menyelamatkan diri.
Penanggulangan bencana longsor dapat dilakukan dengan cara:
a. Pencegahan
Bencana longsor dapat dicegah melalui cara berikut:
- Melarang pembangunan rumah pada lokasi yang rawan longsor, terutama pada
lereng dan kaki bukit.
- Memperkuat kestabilan tanah dengan pohon-pohon yang akarnya dapat
mengikat tanah secara kuat.
- Pembangunan tembok-tembok penahan untuk memperkuat lereng pada lokasi
rawan longsor.
- Memberikan penyuluhan pada masyarakat yang tinggal di wilayah longsor
tentang cara menghindari bencana longsor.
b. Pasca bencana longsor
- Mengerahkan tim dan masyarakat untuk bersama-sama memberikan pertolongan
jikalau ada warga yang masih bisa diselamatkan.
- Mengumpulkan informasi dari warga tentang lokasi rumah yang terkena
longsor, jumlah rumah dan jumlah anggota keluarganya.
- Memberikan pertolongan medis bagi warga yang masih hidup dan terkena
longsor.
- Membangun kembali rumah warga dan infrastruktur yang terkena longsor.
- Merelokasi warga pada lokasi baru yang lebih aman dari longsor jika masih ada
kemungkinan longsor pada masa yang akan datang.
Tsunami adalah ombak besar yang terjadi setelah peristiwa gempa bumi,
gempa laut, gunung berapi meletus, atau hantaman meteor di laut. Tsunami dapat
diprediksi oleh berbagai institusi seismologi sehingga dapat diterapkan sistem
peringatan dini (early warning system).
a. Sebelum terjadi tsunami
Gempa bumi adalah gejala pelepasan energi dari dalam bumi. Sampai saat
ini manusia belum dapat meramalkan kapan suatu gempa akan terjadi. Gempa
bumi merupakan bencana alam yang juga sering melanda wilayah Indonesia.
Penanggulangan bencana gempa bumi dapat dilakukan dengan cara:
a. Sebelum terjadi gempa
- Melakukan sosialisasi gempa di wilayah yang rawan gempa
- Mengembangkan bangunan yang relatif tahan gempa, dengan memperkuat atau
memperdalam fondasi bangunan, penggunaan material yang ringan supaya
bengaunan dapat mengikuti getaran gempa.
- Pendidikan pada masyarakat tentang cara menyelamatkan diri dari gempa, mulai
dari anak-anak hingga orang dewasa.
- Monitoring, dengan mengukut gerakan tanah menggunakan skala Richter.
- Persiapan menghadapi gempa di rumah dengan menyiapkan air, makanan,
lampu senter, selimut dan pertolongan pertama.
- Menentukan titik berkumpul dan jalur evakuasi.
b. Pada saat gempa dan setelah terjadinya gempa
- Memberikan peringatan terjadinya gempa kepada masyarakat.
- Memantau perkembangan gempa dan menyebarluaskannya kepada masyarakat.
- Mengerahkan regu atau tim penyelamat tanggap darurat ke lapangan untuk
memberikan pertolongan.
- Memperbaiki berbagai fasilitas yang merusak terutama jalan agar bantuan tidak
terhambat datang ke lokasi dan masyrakat dapat melakukan mobilitas.
- Mempersiapkan diri terhadap ancaman gempa susulan.
A. GEMPA BUMI
1. Persebaran Wilayah Rawan Bencana Gempa Bumi di Indonesia Gempa bumi mungkin
adalah ancaman bencana alam terbesar di Indonesia karena terjadi tiba-tiba dan bisa
menyerang wilayah padat penduduk, seperti kota-kota besar. Gempa bumi dengan
kekuatan sekitar 5 atau 6 skala Richter terjadi hampir setiap hari di Indonesia namun
biasanya tidak menyebabkan atau hanya sedikit menyebabkan kerugian. Kalau kekuatan
gempa melewati 7 skala Richter, sebuah gempa bias menyebabkan banyak kerusakan.
Setiap tahunnya, dua atau tiga gempa bumi dengan 7 skala Richter (atau lebih) terjadi di
Indonesia dan lingkungan hidup.
Berdasarkan peta indeks ancaman bencana gempa bumi di Indonesia menunjukan bahwa
hampir semua wilayah Indonesia memiliki risiko gempa bumi. Bagian selatan Indonesia
tepatnya di pulau Sumatera, Jawa, Nusa tenggara memiliki risiko bencan gempa bumi
yang tinggi. Ancaman gempa bumi yang tinggi juga ditunjukan di wilayah Papua bagian
utara dan wilayah ambon dan Sulawesi bagian utara. Ancaman sedang ditunjukan pada
wiayah sumatera bagian tengah jawa bagian tengah dan daerah Maluku. Sementara pulau
Kalimantan menunjukan bahwa miliki ancaman yang paling rendah dari gempa bumi.
2. Alasan Kongkrit Daerah Tersebut Mendapatkan Risiko Bencana Gempa Bumi Tinggi
Hampir seluruh kejadian gempa berkaitan dengan suatu patahan, yaitu satu tahapan
deformasi batuan atau aktivitas tektonik dan dikenal sebagai gempa tektonik. Sebaran
pusat-pusat gempa (epicenter) di dunia terbesar di sepanjang batas-batas lempeng
(divergent, konvergent, maupun transform), oleh karena itu terjadinya gempa bumi
sangat berkaitan teori tektonik lempeng. Indonesia merupakan salah satu negara yang
berada pada batas lempeng. Hal tersebut membuat Indonesia memiliki jumlah patahan
yang sangat banyak sehingga menjadikan Indonesia rawan bencana gempa bumi. Potensi
gempa bumi di Indonesia dapat dijumpai di pulau sumatera, jawa, nusa tenggara, papua
yang berada di dsebelah utara, dan Sulawesi bagian utara.
Di pulau sumatera terdapat sesar semangko yang membentang dari banda aceh sampai
teluk semangko di selatan lampung. Membentang pararel dengan zona subduksi sebagai
pengaruh konvergensi lempeng Eurasia dengan lempeng Indo-Australia. Gempa-gempa
yang berfariasi dengan zonapatahan Sumatera merupakan gempa-gempa berkuatan
sedang hingga kuat dengan potensi kedalaman dangkal, kurang dari 20 km. Kuat gempa
dengan kedalaman yang yang dangkal dapat mengakibatkan kerusakan yang parah. Di
pulau jawa juga banyak dijumpai sesar yang aktif, beberapa sesar tersebut adalah sesar
opak, cimandiri, dan grindulu.
3. Gempa Bumi Yang Pernah Terjadi Di Indonesia
Gempa yang pernah terjadi di Indonesia yaitu dipulai Sumatera dan Jawa dengan
skala bervariasi mulai dari skala 6,5 – 9,2 richter, dengan korban jiwa mulai dari 104 jiwa
– 283.106 jiwa.
Sebagian sebab dari banyaknya jumlah korban jiwa maupun luka-luka di
Indonesia adalah karena konstruksi yang buruk dari rumah-rumah dan infrastruktur yang
ada. Itu sebabnya mengapa gempa yang sedang bisa saja menyebabkan jatuhnya banyak
korban, runtuhnya gedung-gedung, dan hilangnya tempat tinggal bagi banyak orang.
Sebuah publikasi dari Bank Dunia (dirilis pada Oktober 2010) mengekspresikan
kekuatiran akan kemungkinan terjadinya dampak yang mengerikan apabila sebuah gempa
dengan kekuatan 8,5 skala Richter terjadi di sebuah megapolitan seperti Jakarta.
4. Dampak Yang Ditimbulkan Gempa Bumi
Rekahan / patahan di permukaan bumi
Gempa bumi seringkali berdampak pada rekahan dan patahan permukaan bumi
yang secara regional dikenal debagai deformasi kerak bumi. Salah satu conohnya yaitu
pada tahun 2006 gempa bumi di jogja membuat bentukan yang baru di sesar opak.
Getaran/ guncangan Bencana gempa bumi yang secara langsung terasa dan berdampak
sangat serius yaitu adalah runtuhnya bangunan-bangunan yang disebabkan oleh getaran/
guncangan gempa yang merambat pada media batuan/tanah.
Longsoran tanah
Berbagai tipe dan jenis luncuran dan longsoran tanah umumnya dapat terjadi
bersamaan dengan terjadinya gempa.
Kebakaran
Kebakaran sering terjadi pada saat terjadinya gempa, hal tersebut disebabkan oleh
material yang mudah terbakar dan instalasi listrik pada saat terjadi goncangan gempa
bumi.
Perubahan Air Bawah tanah
Reggim air bawah tanah dapat mengalami perubahan oleh perpindahan yang
disebabkan oleh sesar atau oleh goncangan. Contoh kasus dari perubahan air tanah adalah
adanya beberapa sumber mata air yang hilang setelah gempa terjadi.
Tsunami
Gempa bumi dapat berasal dari gempa bumi yang berada di wilayah laut yang
dangkal. Salah satu contoh tsunami di Indonesia yaitu di Aceh dan di pangandaran.
Berdasarkan data dari kementrian ESDM pada tahun 2017 aktifitas gunung berapi
di Indonesia adalah sebagai berikut:
G. Sinabung pada Tingkat Aktivitas Level IV (AWAS) kondisi visual dan kegempaan
masih tinggi, sehingga potensi ancaman bahaya erupsi G. Sinabung masih tinggi
khususnya Awan Panas dan Guguran yang umumnya mengarah ke tenggara – timur,
erupsi-erupsi masih berlangsung tiap hari. Tidak tercatat adanya korban harta maupun
jiwa.
Gunungapi pada Tingkat Aktivitas Level II (WASPADA) sebanyak 15 gunungapi
secara visual maupun kegempaan masih relatif tinggi, tidak ada kejadian bencana yang
mengakibatkan korban harta dan jiwa. Gunung berapi yang masih memperlihatkan
aktivitas erupsi adalah G. Kerinci di Kabupaten Jambi Provinsi Sumatera Barat, G.
Semeru di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur dan G. Dukono di Kabupaten
Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara, sedangkan gunungapi lainnya belum
menunjukan aktivitas peningkatan atau penurunan adalah G. Bromo, G. Rinjani, G.
Lokon, G. Soputan, G. Karangetang, G. Gamalama, G. Sangeangapi, G. Rokatenda, G.
Ibu, G. Gamkonora, G. Anak Krakatau, dan G. Marapi, dalam bulan Januari 2017 tingkat
aktivitasnya masih Level II (WASPADA), tidak ada tanda peningkatan atau penurunan
tingkat aktivitas serta tidak ada kejadian bencana yang mengakibatkan korban harta dan
jiwa
Gunungapi pada Tingkat Aktivitas Level I (NORMAL) kondisinya belum menunjukan
adanya peningkatan aktivitas, tidak ada kejadian korban dari pengunjung maupun
wisatawan.
C. TSUNAMI
1. Persebaran Wilayah Rawan Bencana Tsunami di Indonesia
Berdasarkan peta indeks ancaman tsunami di Indonesia kepulauan Maluku, papua
bagian utara dan sumatera bagian selatan memiliki risiko tsunami yang tinggi. Bagian
pegunungan di Sumatera dan di jawa relative mempunyai risiko tsunami yang rendah.
Bagian Barat di pulau Kalimantan juga menunjukan risiko tsunami yang rendah.
2. Tsunami yang Berada di Indonesia
Gempa bumi tektonik berkekuatan 8,5 SR berpusat di Samudra India (2,9 LU dan
95,6 BT di kedalaman 20 km (di laut berjarak sekitar 149 km selatan kota Meulaboh,
Nanggroe Aceh Darussalam). Gempa itu disertai gelombang pasang (Tsunami) yang
menyapu beberapa wilayah lepas pantai di Indonesia (Aceh dan Sumatera Utara), Sri
Langka, India, Bangladesh, Malaysia, Maladewa dan Thailand. Korban tewas di propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara menurut Departemen Sosial RI
(11/1/2005) adalah 105.262 orang. Sedangkan menurut kantor berita Reuters, jumlah
korban Tsunami diperkirakan sebanyak 168.183 jiwa dengan korban paling banyak
diderita Indonesia, 115.229 (per Minggu 16/1/2005). Sedangkan total luka-luka sebanyak
124.057 orang, diperkirakan 100.000 diantaranya dialami rakyat Aceh dan Sumatera
Utara.
Pada tanggal 17 juli 2006 telah terjadi gempa di sebelah selatan pantai
Pangandaran. Pusat Gempa Nasional Badan Meteorologi dan Geofisika atau PGN BMG
menyatakan gempa bumi yang terjadi di kawasan pantai Pangandaran tersebut terjadi
pada pukul 15.19 berkekuatan 6,8 Skala Richter (SR), dengan pusat gempa tektonik pada
kedalaman kurang dari 30 km di titik 9,4 Lintang Selatan, dan 107,2 Bujur Timur. Pusat
gempa tepatnya berada di sebelah selatan Pameungpeuk dengan jarak sekitar 150 km, dan
merupakan zona pertemuan dua lempeng benua Indo-Australia dan Eurasia pada
kedalaman kurang dari 30 km.
Gempa bumi yang terjadi tersebut juga menyebabkan terjadinya gelombang
tsunami yang menerjang pantai selatan Jawa Barat seperti Cilauteureun, Kab. Garut,
Cipatujah, Kab. Tasikmalaya, Pangandaran, Kab. Ciamis, pantai selatan Cianjur dan
Sukabumi. Bahkan, gelombang tsunami juga menerjang Pantai Cilacap dan Kebumen,
Jawa Tengah, serta pantai selatan Kab. Bantul, Yogyakarta. Gempa yang diiringi tsunami
ini telah menelan korban jiwa hingga mencapai ratusan orang dan ratusan lainnya
mengalami cedera, dan puluhan jiwa dinyatakan hilang. Ratusan rumah mulai dari
sepanjang pantai Krapyak, Kalipucang, Parigi, Cipatujah, Kab. Tasikmalaya, hancur.
Demikian pula, hotel-hotel di sepanjang objek wisata pantai barat Pangandaran.
D. BANJIR
1. Persebaran Wilayah yang Sering Terjadi Banjir di Indonesia
Berdasarkan peta risiko bencana banjir di Indonesia dapat dilihat bahwa hampIr
semua wilayah di Indonesia mempunyai potensi terkena bencana banjir. Bencara banjir
tersebut dari yang tinggi sampai yang rendah banyak sekali faktor yang
mempengaruhinya. Wilayah papua bagian selatan yang daerhnya berupa rawa-rawa
sangan rentan terhadap bencan abanjir. Banjir juga dapat ditimbulkan dari Curah hujan
yang tinggi yang datang dalam intensitas yang tinggi pula.
2. Daerah di Indonesia yang Sering Terjadi Banjir
Jakarta adalah salah satu daerah di Indonesia yang sering mengalami banjir.
Berdasarkan Nirwono joga ahli tata kota yang dikutip dari kompas.com
mengemukakan 4 faktor yang membuat banjir terjadi di Jakarta:
a. berubahnya ruang terbuka hijau di Jakarta menjadi kawasan pembangunan, seperti
permukiman, gedung, dan jalan. Resapan air hujan menjadi berkurang dan akhirnya air
mengalir ke jalanan.
b. sistem drainase yang buruk di Jakarta. Menurut Joga, seharusnya saluran air berujung
ke sungai atau laut, melainkan ke daerah resapan atau ke dalam tanah. Pemerintah harus
melakukan revitalisasi terhadap sistem drainase di seluruh Jakarta dan jalan-jalan
protokol seperti Sarinah, Thamrin, Sudirman, dan lainnya. Pemerintah juga perlu
membuat sistem drainase eco-drainase yang mengalirkan air ke sumber resapan.
c. tidak optimalnya fungsi waduk maupun situ. Dalam catatannya, pada tahun 1990-an,
Jakarta memiliki 70 waduk dan 50 situ. Namun, kini hanya tersisa 42 waduk dan 16 situ.
Sebanyak 50 persen di antaranya pun tidak berjalan optimal. Waduk-waduk di Jakarta
dipenuhi tumbuhan enceng gondok, limbah, dan sampah. Pendangkalan pun terjadi akibat
sedimentasi lumpur. Waduk yang akhirnya mongering kemudian dijadikan daerah
hunian.
d. belum dilakukannya normalisasi di semua sungai. Menurut pengamat dari Universitas
Trisakti ini, pemerintah harus melakukan normalisasi kali sekaligus merelokasi
permukiman di bantaran sungai ke tempat yang layak huni.
E. KEKERINGAN
musim kemarau diperkirakan sampai pada bulan Oktober atau Desember. Selain akibat
dari perubahan iklim, kelangkaan air juga disebabkan oleh aktivitas manusia. Dimana
aktivitas manusia juga berkontribusi terhadap permasalahan ini akibat aktivitasnya yang
melakukan pembalakan hutan besar-besaran, memperbesar sumbangan gas CO2 ke
atmosfer melalui emisi gas rumah kaca, serta aktivitas pertambangan yang tidak
mengindahkan kaidah lingkungan. Akibatnya seperti yang kita rasakan saat ini, beberapa
waduk di Pulau Jawa telah mengalami penurunan debit simpanan air yang berdampak
pada defisit air untuk kebutuhan irigasi pertanian, serta mengeringnya sumur-sumur
penduduk dibeberapa daerah.
Faktor lain yang berpengaruh adalah tingginya intensitas pembangunan gedung di
kota-kota besar, yang berdampak pada semakin meningkatnya aliran permukaan saat
musim penghujan karena sebagian besar lapisan tanahnya sudah terkover oleh aspal dan
beton, sehingga air hujan tidak mampu berinfiltrasi ke dalam tanah sebagai simpanan air
tanah di dalam akuifer. Selain itu, tingginya aktivitas perubahan penggunaan lahan
didaerah pegunungan dan perbukitan dari hutan ke permukiman, juga memperbesar debit
aliran sungai dan juga menimbulkan peningkatan volume sedimentasi waduk dan sungai,
akibatnya waduk dan sungai tersebut sudah mengalami pendangkalan dini, dan
selanjutnya mengakibatkan volume simpanan air dalam waduk menjadi semakin
menurun dari kondisi sebelumnya. Hal inilah yang menyebabkan lahan sawah disejumlah
daerah mengalami kekeringan akibat suplay air dari waduk sangat sedikit.
G. TANAH LONGSOR
H. KEBAKARAN HUTAN
LEMBAGA KEBENCANAAN
A. BNPB (BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA)
1. Kedudukan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) adalah lembaga pemerintah
non-kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
penanggulangan bencana. BNPB berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Presiden.
2. Tugas dan Fungsi BNPB
a. Tugas BNPB
1) Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan
bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap
darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara;
2) Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;
3) Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada
masyarakat;
4) Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada
Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam
kondisi darurat bencana;
5) Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan
nasional dan internasional
6) Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
7) Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan
8) Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah.
b. Fungsi BNPB
Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan
B. BASARNAS
1. Kedudukan
Badan SAR Nasional (BASARNAS) adalah Lembaga Pemerintah Non-
Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Presiden.
2. Tugas dan Fungsi
a. Tugas
Badan SAR Nasional memiliki tugas membantu Presiden dalam
penyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pencarian dan pertolongan
(search and rescue).
b. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, Badan SAR Nasional
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
C. PVMBG
1. Kedudukan
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) adalah salah satu
unit di lingkungan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral.
2. Tugas dan Fungsi
a. Tugas
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mempunyai tugas
melaksanakan penelitian, penyelidikan, perekayasaan dan pelayanan di bidang
vulkanologi dan mitigasi bencana geologi.
b. Fungsi
1) penyiapan penyusunan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, dan kriteria,
serta rencana dan program di bidang vulkanologi dan mitigasi bencana geologi;
4. Pembiayaan
Segala biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi PVMBG,
dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan sumber
anggaran lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
setempat yang aktif dan berkepentingan yang dapat menyediakan bantuan dan dukungan
teknis pada tingkat yang memadai.Meskipun demikian, peluang-peluang untuk aksi-aksi
mitigasi berbasis masyarakat harus selalu diupayakan di dalam mengembangkan satu
strategi mitigas.Mitigasi bencana berbasisi masyarakat tentu jauh lebih murah dan
mungkin lebih berhasil dibandingkan dengan program-program mitigasi bencana berskala
lebih besar.
b. Memahami daerah ancaman dan daerah aman melalui peta kawasan rawan
gunung berapi.
c. Membuat sistem peringatan dini.
d. Mengembangkan radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status
gunung api.
e. Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang diterbitkan
oleh instansi berwenang untuk mengetahui daerah ancaman dan daerah aman.
f. Memahami jalur evakuasi dan lokasi pengungsian.
g. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting.
h. Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api
(dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Pos
pengamatan gunung api biasanya mengkomunikasikan perkembangan status
gunung api lewat radio komunikasi.
3. Bencana Gempa Bumi
Partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat mengurangi dampak bencana
gempa bumi yang akan diderita oleh masyarakat sendiri,
Partisipasi yang diharapkan mencakup :
a. Mengikuti sosialisasi tentang gempabumi dan mempelajari penyebab gempa
bumi.
b. Membuat konstruksi rumah tahan gempa.
c. Memperhatikan sistem peringatan dini dan membuat sistem peringatan dini
mandiri, seperti mengikat benda-benda yang tergantung dengan kuat.
d. Melaksanakan dan mengikuti simulasi gempabumi.
e. Mengetahui dimana informasi gempa bisa didapatkan yaitu: BMKG, TV,
Radio, ORARI, dll.
f. Menyiapkan “tas siaga bencana”.
4. Bencana Tanah Longsor
Partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat mengurangi dampak bencana
tanah longsor yang akan diderita oleh masyarakat sendiri,
Partisipasi yang diharapkan mencakup :
a. Waspada ketika curah hujan tinggi.
b. Membuat selokan yang kuat untuk mengalirkan air hujan.
a. Hindari bertempat tinggal di daerah tepi pantai yang landai kurang dari 10
meter dari permukaan laut. Berdasarkan penelitian, daerah ini merupakan daerah
yang mengalami kerusakan terparah akibat bencana tsunami, badai dan angin
ribut.
b. Disarankan untuk menanam tanaman yang mampu menahan gelombang seperti
bakau, palem, ketapang, waru, beringin atau jenis lainnya.
c. Menaati peraturan tentang tata guna lahan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah setempat.
d. Buat bangunan bertingkat dengan ruang aman di bagian atasbagian dinding
yang lebar usahakan tidak sejajar dengan garis pantai.
6. Bencana Angin Ribut
Partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat mengurangi dampak bencana
angin puting beliung yang akan diderita oleh masyarakat sendiri, karena sifatnya
yang terjadi secara mendadak dan dalam waktu yang sangat singkat ,
Upaya pengurangan risiko di antaranya adalah:
a. Mengikuti sosialisasi tentang mitigasi bencana alam angin putting beliung.
b. Selalu mengikuti informasi prakiraan cuaca.
c. Jika tidak penting sekali, hindari bepergian apabila langit tampak awan gelap
dan menggantung.
d. Membuat kontruksi bangunan yang memenuhi syarat teknis mampu bertahan
terhadap gaya angin.
e. Pengamanan pada bagian-bagian yang mudah diterbangkan angin yang dapat
membahayakan diri atau orang lain pada saat terjadi putting beliung.
f. Untuk para nelayan, supaya menambatkan atau mengikat kuat kapal-kapalnya.
g. Memangkas dahan pohon yang terlalu besar dari pohon yang terlalu rimbun
dan rapuh untuk mengurangi beban.
h. Memperhatikan atap rumah sekitar. Jika ada atap dari rumah yang tidak
permanen, usahakan untuk menghindari melewatinya di kala hujan dan cuaca
berangin karena atap rumah seperti ini mudah terhempas saat angin kencang.
i. Waspada saat keadaan langit cerah namun terdapat awan yang tiba-tiba gelap.
j. Segera berlindung atau menjauh dari lokasi kejadian, karena peristiwa
fenomena tersebut sangat cepat.
c. Rumah Woloan
Bangunan adat dari Tomohon, Sulawesi Utara ini sudah sejak dulu dikenal
sebagai rumah yang tahan guncangan gempa.
d. Rumah Omo Hada
Kehebatan konstruksi bangunan adat Nias ini terlihat pada 2010 silam, saat itu
Nias dilanda gempa berskala cukup besar.Bangunan adat ini masih kokoh berdiri
dan posisinya hanya sedikit bergeser.Konstruksi rumah Omo Hada menggunakan
pasak dari kayu untuk menyatukan antarbagian, tidak memiliki jendela namun
diganti dengan semacam model teralis untuk ventilasi dan memiliki atap yang
oval.Uniknya bangunan adat ini memiliki tiang-tiang penyangga yang tidak
beraturan arahnya.Ada yang ke atas, ke samping maupun ke bawah.Konon hal
itulah yang menjadikan bangunan ini tahan gempa.Rumah adat Omo Hada ini
banyak dijumpai di desa Tumori dan desa Bawomataulo.
e. Rumah Lahei
Hampir sama dengan rumah Omo Hada, bangunan adat yang berasal dari Kerinci,
Riau ini juga tersusun dari kayu yang saling disatukan dengan menggunakan
pasak kayu dan ikatan tambang yang terbuat dari ijuk.