Anda di halaman 1dari 117

3.4.

DINAMIKA KEPENDUDUKAN DI INDONESIA


1. Dinamika dan Proyeksi Kependudukan

A. Pengertian Dinamika Kependudukan


Dinamika Kependudukan adalah perubahan keadaan penduduk baik dalam hal
jumlah, pertumbuhan, kepadatan, persebaran maypun komposisinya pada suatu
wilayah dalam waktu tertentu sehingga dapat mempengaruhi struktur penduduk di
wilayah tersebut. Perubahan keadaan penduduk dari waktu ke waktu banyak
dipengaruhi oleh factor kelahiran, kematian dan migrasi.

B. Pengertian Proyeksi Penduduk


Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk di masa yang akan dating
berdasarkan asumsi arah perkembangan fertilitas, kematian dan migrasi dengan
menggunakan peralatan statistik atau perhitungan matematik.
Proyeksi penduduk bukan merupakan ramalan jumlah penduduk , tetapi merupakan
perhitungan ilmiah yang di dasarkan pada asumsi dari komponen-komponen laju
pertumbuhan penduduk yaitu, kelahiran, kematian dan migrasi.
a. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS), hasil sensus tahun 2010, jumlah
penduduk Indonesia sebanyak 237.641.326 jiwa, Laki-laki 110.630.913 jiwa, dan
Wanita 118.010.413 jiwa.
b. Pertumbuhan Penduduk.
1) Pengertian Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan Penduduk adalah perubahan jumlah penduduk dari waktu ke waktu,
dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu kelahiran, kematian dan perpindahan/migrasi.
Kriteria pengukuran tingkat pertumbuhan penduduk :
- Rendah apabila tingkat pertumbuhan penduduk kurang dari 1% per tahun
- Sedang apabila tingkat pertumbuhan penduduk antara 1 – 2% per tahun
- Tinggi apabila tingkat pertumbuhan penduduk lebih dari 2% per tahun
2) Menghitung Pertumbuhan Penduduk
a. Cara Menghitung Pertumbuhan Penduduk
(1) Pertumbuhan Penduduk Geometri

Rumus : P t = P o (1 + r) t
Keterangan:
P t = jumlah penduduk pada tahun t
P o = jumlah penduduk pada tahun dasar (awal)
1 = konstanta
r = tingkat pertumbuhan penduduk
t = jangka waktu
(2) Pertumbuhan Penduduk Alami
Rumus : P t = P o + (L –M)
Keterangan:
P t = jumlah penduduk pada tahun t
P o = jumlah penduduk pada tahun dasar (awal)
L = jumlah kelahiran
M = jumlah kematian
(3) Pertumbuhan Penduduk Lengkap
Rumus : P t = P o + (L - M) + (I - E)
Keterangan:
P t = jumlah penduduk pada tahun t
P o = jumlah penduduk pada tahun dasar (awal)
L = jumlah kelahiran
M = jumlah kematian
I = Imigrasi
E = Emigrasi
3) Dampak Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan Penduduk menimbulkan berbagai dampak, antara lain:
1. Timbulnya kemiskinan.
2. Jumlah penganguran meningkat kaena lapangan kerja terbatas.
3. Kekurangan pangan mengakibatkan kelaparan dan kekurangan gizi.
4. Biaya pendidkan menungkat sementara fasilitas pendidkan terbatas.
5. Terjadi polusi dan kerusakan lingkungan. Penduduk yang bnayak mengakibatkan
terjadinya pencemaran yang disebabkan oleh kendaraan bermotor, industry serta
pembuangan sampah yang tidak terkendali.
6. Kualitas kesehatan menurun sementara fasilitas kesehatan terbatas.
7. Munculnya perumahan kumuh yang disebabkan kemampuan pemerintah dan
masyarakat berkurang untuk membangun perumahan yang layak.
8. Kepemilikan tanah berkurang yang disebabkan terbaginya lahan yang luasnya tetap,
kemudian dibagi sesuai dengan jumlah keluarga.
4) Upaya Pengendalian Pertumbuhan Penduduk

Beberapa upaya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pendududuk, yaitu:


1. Memperluas lapangan kerjamelalui penanaman modal di bidang industri, perkebunan,
kehutanan, pertanian dan sebagainya.
2. Melaksanakan Program Keluarga Berencana.
3. Melaksanakan Progran Transmigrasi.
4. Meningkatkan produksi pangan dengan membuka lahan baru di luar P.Jawa.
5. Menambah sarana pendidikan dan membangun perumahan sederhana yang harganya
terjangkau masyarakat.
6. Menaikkan batas umur perkawinan sesuai dengan Undang-Undang Perkawinan
dengan melakukan penyuluhan kepada remaja.
7. Menambah sarana kesehatan masyarakat.
8. Mengikut sertakan masyarakat melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan
pemimpin informal guna melakukan penyuluhan menyangkut masalah pengendalian
pertumbuhan penduduk.

3.4. DINAMIKA KEPENDUDUKAN DI INDONESIA


1. Dinamika dan Proyeksi Kependudukan
A. Pengertian Dinamika Kependudukan
B. Pengertian Proyeksi Penduduk
a. Jumlah Penduduk
b. Pertumbuhan Penduduk.
a. Cara Menghitung Pertumbuhan Penduduk
(1) Pertumbuhan Penduduk Geometri
Rumus : P t = P o (1 + r) t
Keterangan:
P t = jumlah penduduk pada tahun t
P o = jumlah penduduk pada tahun dasar (awal)
1 = konstanta
r = tingkat pertumbuhan penduduk
t = jangka waktu

(2) Pertumbuhan Penduduk Alami


Rumus : P t = P o + (L –M)
Keterangan:
P t = jumlah penduduk pada tahun t
P o = jumlah penduduk pada tahun dasar (awal)
L = jumlah kelahiran
M = jumlah kematian

(3) Pertumbuhan Penduduk Lengkap


Rumus : P t = P o + (L - M) + (I - E)
Keterangan:
P t = jumlah penduduk pada tahun t
P o = jumlah penduduk pada tahun dasar (awal)
L = jumlah kelahiran
M = jumlah kematian
I = Imigrasi
E = Emigrasi
c. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah angka yang menunjukkan jumlah rata-rata penduduk
untuk tiap satuan luas pada suatu wilayah atau negara. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyebaran dan kepadatan penduduk pada tiap daerah atau negara adalah sebagai berikut:
1. Faktor fisiografis
Penduduk selalu memilih tempat tinggal pada lokasi yang baik, strategis, terdapat
tanah yang subur, berelief halus, cukup air, dan aman.

2. Faktor biologis
Tingkat pertumbuhan penduduk di setiap daerah berbeda-beda. Hal ini disebabkan
adanya perbedaan tingkat kematian, tingkat kelahiran, dan jumlah perkawinan.
3. Faktor kebudayaan dan teknologi
Daerah dengan masyarakat yang memiliki pola pikir modern dan pembangunan fisik
yang pesat akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan daerah lain.
Ketidakmerataan persebaran penduduk di Indonesia menyebabkan kepadatan
penduduk berbeda-beda pada setiap daerah. Ada daerah dengan kepadatan penduduk tinggi
dan ada pula daerah dengan kepadatan penduduk rendah.
Untuk menghitung Kepadatan penduduk digunakan metode berikut:
1. Kepadatan Penduduk Kasar (Crude Density of Population)
Kepadatan Penduduk Kasar adalah banyaknya penduduk persatuan luas, atau disebut
juga kepadatan penduduk aritmatik.
Rumus :

Jumlah penduduk suatu wilayah


Kepadatan Penduduk Kasar = ----------------------------------------
Luas wilayah
2. Kepadatan Penduduk Fisiologis (Phisiological Density of Population)
Kepadatan Penduduk Fisiologis adalah jumlah penduduk yiap kilometre persegi tanah
pertanian
Rumus : Jumlah penduduk suatu wilayah
Kepadatan Penduduk fisiologis = -----------------------------------------
Luas wilayah pertanian
3. Kepadatan Penduduk Agraris (Agricultural Density of Population)
Kepadatan Penduduk Agraris adalah jumlah penduduk petani tiap kilometer persegi tanah
pertanian.
Rumus : Jumlah petani di suatu wilayah
Kepadatan PendudukAgraris = --------------------------------------
Luas tanah pertanian

4. Kepadatan Penduduk Ekonomi (Economical Density of Population)


Kepadatan Penduduk ekonomi adalah besarnya jumlah penduduk pada satuan wilayah
yang didasarkan pada kemampuan wilayah bersangkutan.

Contoh Soal & Latihan:

b. Pertumbuhan Penduduk
1) Pertumbuhan Penduduk Geometri

Rumus : P t = P o (1 + r) t

Contoh Soal Diketahui : Pt = 56.345 Po = 40.500 t = 5


Rumus : P t = P o (1 + r) t

Latihan Soal, Diketahui : Pt = 64.243 Po = 50.400 t = 7


Hitunglah Pertumbuhan Penduduk Geometri?

2) Pertumbuhan Penduduk Alami

Rumus : P t = P o + (L –M)
56.345 = 40.500 (1+r) 5
(1+r) 5 = 56.345 : 40.500
(1+r) =(1,391234568) 1/5
(1+r) = (1,391234568) 0,2
(1+r) = 1,0682676377
r = 1-1,0682676377
r = 0,0682676377
r = 0,068 = 0,07

64.243 = 50.400 (1+r) 7


(1+r) 7 = 64.243 : 50.400
(1+r) =(1,2746626984) 1/7
(1+r) = (1,2746626984) 0,14
(1+r) = 1,0345591801
r = 1-1,0345591801
r = 0,0345591801
r = 0,035 = 0,04

Contoh Soal, Diketahui : Po = 18.630 L= 800 M = 160


Hitunglah Pt/Pertumbuhan Penduduk Alami dan Berapakah persentasinya?
Rumus : P t = P o + (L –M)
Jawab Pt = 18.630 + (800 -160)
= 18.630 + 640
= 19.270
Persentase = 640 : 18.630 X 100%
= 64.000 : 18.630 = 3,435 = 3,44 %

Latihan Soal, Diketahui : Po = 24.530 L=980 M =150


Hitunglah Pt/Pertumbuhan Penduduk Alami dan Berapakah persentasenya?
………
3) Pertumbuhan Penduduk Lengkap

Rumus : P t = P o + (L - M) + (I - E)
Contoh Soal, Diketahui : Po = 18.700 L= 840 M = 260 I=150 E=70
Hitunglah Pt/Pertumbuhan Penduduk Lengkap dan Berapakah persentasinya?
Rumus : P t = P o + (L - M) + (I - E)
Jawab Pt = 18.700 + (840-260) + (150 -70)
= 18.700 + 580 + 80
= 18.700 + 660
= 19.360
Persentase = 660 : 18.700 X 100%
= 66.000 ; 18.700 = 3,529 = 3,53%
Latihan Soal, Diketahui : Po = 21.420 L= 1.350 M = 840 I=230 E=90
Hitunglah Pt/Pertumbuhan Penduduk Lengkap dan Berapakah persentasinya?
………….

c. Kepadatan Penduduk

1. Kepadatan Penduduk Kasar (Crude Density of Population)


Rumus :

Jumlah penduduk suatu wilayah


Kepadatan Penduduk Kasar = ----------------------------------------
Luas wilayah
Contoh Soal,
Diketahui : Jumlah Penduduk = 53.476.928 Luas wilayah = 72.453 km 2
Ditanya berapakah Kepadatan Penduduk Kasar ?
Rumus :
Jumlah penduduk suatu wilayah
Kepadatan Penduduk Kasar = ----------------------------------------
Luas wilayah
Jawaban : Kepadatan Penduduk Kasar = 53.476.928 : 72.453

= 738,091
= 738 jiwa/km 2

2. Kepadatan Penduduk Fisiologis (Phisiological Density of Population)


Rumus : Jumlah penduduk suatu wilayah
Kepadatan Penduduk fisiologis = -----------------------------------------
Luas wilayah pertanian

Contoh Soal,
Diketahui : Jumlah Penduduk = 46.542.242 Luas wilayah pertanian = 92.851 km 2
Ditanya berapakah Kepadatan Penduduk Fisiologis ?
Rumus : Jumlah penduduk suatu wilayah
Kepadatan Penduduk fisiologis = -----------------------------------------
Luas wilayah pertanian
Jawaban : Kepadatan Penduduk Fisiologis = 46.542.242 : 92.851

= 501,257
= 501 jiwa/km 2

3. Kepadatan Penduduk Agraris (Agricultural Density of Population)


Rumus : Jumlah petani di suatu wilayah
Kepadatan PendudukAgraris = --------------------------------------
Luas tanah pertanian
Contoh Soal,
Diketahui : Jumlah Petani = 8.645.240 Luas tanah pertanian = 65.347 km 2
Ditanya berapakah Kepadatan Penduduk Agraris ?
Rumus : Jumlah petani di suatu wilayah

Kepadatan PendudukAgraris = --------------------------------------


Luas tanah pertanian
Jawaban : Kepadatan Penduduk Agraris = 8.645.240 : 65.347

= 132,297
= 132 jiwa/km 2

4. Kepadatan Penduduk Ekonomi (Economical Density of Population)


Tdk ada hitungannya.

3.4. DINAMIKA KEPENDUDUKAN DI INDONESIA


1. Dinamika dan Proyeksi Kependudukan

A. Pengertian Dinamika Kependudukan


B. Pengertian Proyeksi Penduduk
a. Jumlah Penduduk
b. Pertumbuhan Penduduk.
c. Kepadatan Penduduk
d. Persebaran Penduduk
Persebaran atau distribusi penduduk adalah hasil dari penyebaran penduduk di suatu
wilayah atau negara.Kepadatan penduduk adalah angka yang menunjukkan jumlah
rata-rata penduduk untuk tiap satuan luas pada suatu wilayah atau negara.
1) Identifikasi Masalah Persebaran Penduduk
Salah satu masalah kependuduk di Indonesia adalah persebaran penduduk yang tidak
merata, pulau Jawa, DKI Jakarta merupakan wilayah dengan penduduk terpadat.
2) Penyebab Tidak Meratanya Persebaran Penduduk
a. Kesuburan Tanah
b. Pembangunan Industri
c. Kualitas pendidikan
d. Persebaran dan pengelolaan sumber daya alam yang kurang merata
3) Dampak Tidak Meratanya Penduduk
Penyebaran penduduk yang tidak merata menimbulkan masalah/dampak di berbagai
bidang, antara lain:
a. Masalah pertahanan dan keamanan
b. Masalah perekonomian
c. Masalah Industri
d. Masalah sosial
e. Masalah ketenagakerjaan
f. Masalah pendidikan
4) Usaha-usaha mengatasi Persebaran dan Kepadatan Penduduk yang Tidak Merata
a. Mendorong program transmigrasi baik Pemerintah maupun swakarsa masyarakat
b. Memperlancar transfortasi antar daerah dan wilayah baik darat, laut dan udara.
c. Menggalakan pembangunan industry di daerah luar pulau Jawa
d. Meningkatkan kualitas pendidkan di daerah terpencil
e. Membuka lahan ertanian baru di wilayah yang kurang penduduk
f. Menempatkan penduduk di wilayah perbatasan Indonesia
g. Mempermudah lapangan kerja dan kesempatan berusaha.

e. Komposisi dan Piramida Penduduk


1) Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk adalah penggolongan penduduk berdasarkan ciri atau karakteristik
yang sama, juga merupakan salah satu bentuk analisis kependudukan yang dapat
digunakan untuk berbagai tujuan. Yaitu: Komposisi menurut umur, jenis kelamin, dsb.
2) Piramida Penduduk
Piramida penduduk adalah grafik berbentuk piramida yang merupakan gambaran secara
visual dari komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Sumbu horizontal
menggambarkan jumlah penduduk tertentu. Pemilihan skala pada sumbu horizontal
bergantung pada jumlah penduduk dalam persentase dari jumlah penduduk yang terdapat
pada tiap golongan umur di sumbu vertikal. Sumbu vertical menggambarkan jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin,karakteristik penduduk
suatu Negara dibedakan menjadi 3 bentuk piramida penduduk,yaitu:
1) Piramida penduduk ekspansif , yakni tife nagara yang sebagian besar penduduknya
berada dalam kelompok umur muda. Tife ini terdapat di negara-negara yang tingkat
pertumbuhan pendudknya cepat, karena tingginya angka kelahiran dan mulai
menurunnya angka kematian. Contoh: Malaysia, Filipina dan Costa Rica.
2) Piramida penduduk konstruktif, yakni tife Negara yang penduduk berusia muda
jumlahnya sedikit. Tife ini terdapat di Negara yang tingkat kelahirannya menurun
cepat, sedangkan kematian rendah. Contoh: Jepang dan Swedia
3) Piramida penduduk stasioner , yakni tife Negara yang banyaknya penduduk pada tiap
kelompok umur hamper sama, kecuali pada kelompok umur tertentu, malnya 80
tahun keatas. Tife ini terdapan di Negara yang kelahiran dan kematiannya rendah.
Contoh: Jerman, Belanda. Prancis.

3.4. DINAMIKA KEPENDUDUKAN DI INDONESIA


1. Dinamika dan Proyeksi Kependudukan

A. Pengertian Dinamika Kependudukan


B. Pengertian Proyeksi Penduduk
a. Jumlah Penduduk
b. Pertumbuhan Penduduk.
c. Kepadatan Penduduk
d. Persebaran Penduduk
e. Komposisi dan Piramida Penduduk
f. Faktor-faktor Kelahiran dan Kematian
1) Faktor Kelahiran (fertilitas)
Faktor yang mendorong tingginya angka kelahiran,
a. Perkawinan usia muda
b. Anggapan banyak anak banyak rezeki
c. Adanya harapan orangtua bahwa anak pencari nafkah
d. Anak sebagai penerus keturunan dan sebagai symbol status social.
Ada 2 cara untuk mengukur kelahiran/fertilitas, yaitu:
i. Pengukuran fertilitas tahunan
ii. Pengukuran fertilitas kumulatif
Pengukuran fertilitas tahunan dibedakan atas beberapa jenis, yaitu:
a. Tingkat fertilitas kasar/CBR (crude birth rate)
Tingkat fertilitas kasar adalah banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu
tiap 1.000 penduduk pada pertengahan tahun
Rumus : B
CBR = ----- x k
Pm
Keterangan:
CBR = tingkat fertilitas/kelahiran kasar
P m = penduduk pertengahan tahun
k = bilangan konstanta yang biasanya 1.000
B = jumlah kelahiran pada tahun tertentu
Contoh Soal:
Jumlah penduduk tahun 2019 di kelurahan Cisontrol sebanyak 14.600.000 jiwa, jumlah
kelahiran tahun tersebut 62.000 jiwa, maka fertilitas kasar di kelurahan tersebut !
Diketahui : B = 62.000, P m = 14.600.000, K=1000, Ditanya CBR?
Jawab :
Rumus : B
CBR = ----- x K
Pm

62.000
CBR = ----------- X 1.000
14.600.000

CBR = 62.000.000 : 14.600.000 = 4,246 = 4

Angka hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2019 di


Kelurahan Cisontrol tingkat kelahiran kasar (CBR) sebanyak 5 jiwa tiap 1.000
wanita.
b. Tingkat fertilitas umum
Tingkat fertilitas/kelahiran umum adalah perbandingan jumlah kelahiran dengan
jumlah penduduk wanita berumur 15-49 tahun. Pada umur tersebut wanita dianggap
mempunyai resiko hamil (reproduksi)
Rumus :

Jumlah kelahiran pada tahun tertentu

GFR = ------------------------------------------------------------- X K
Jumlah wanita umur 15-49 pada pertengahan tahun

Keterangan :
GFR = tingkat fertilitas umum
B = jumlah kelahiran
K = konstanta (1.000)
P f(15-49) = Jumlah penduduk wanita umur 15-49 pada pertengahan tahun
Contoh soal:
Tahun 2019 jumlah penduduk wanita berumur 15-49 tahun di kelurahan Cisontrol
sebanyak 8.450.000 jiwa. Jumlah kelahiran tahun tersebut sebanyak 235.000 jiwa.
Berapa GFR di tempat tersebut ?
Diketahui : B = 235.000, P f(15-549) = 8.450.000, K=1.000, Hitunglah GFR?
Jawab :
Rumus :
Jumlah kelahiran pada tahun tertentu

GFR = ------------------------------------------------------------- X K
Jumlah wanita umur 15-49 pada pertengahan tahun

235.000

GFR = -------------- X 1.000


8.450.000

GFR = 235.000.000 : 8.450.000 = 27,811 = 28


Angka tersebut menunjukkan bahwa terdapat jumlah kelahiran 28 jiwa tiap 1.000
wanita berumur 15-49 tahun.
c. Tingkat fertilitas menurut umur (age specific fertility rate)

Tingkat fertilitas menurut umur ini membedakan jenis kelamin, umur, status
perkawinan, atau kelompok-kelompok penduduk yang lain. Wanita berumur 15-49
tahun diberi variasi kemampuan melahirkan, sehingga perlu dihitung wanita pada
tiap-tiap kelompok umur, misalnya 20-34 tahun dan 45-49 tahun.
Rumus

Bi
ASFR i = ------- X k
P fi

Keterangan :
ASFR i = tingkat fertilitas menurut umur i
P fi = jumlah wanita pada kelompok umur I pada pertengahan tahun
B i = jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i
k = konstanta (1.000)
Contoh Soal:
Jika jumlah wanita berumur 20-34 tahun di Kelurahan Cisontrol pada tahun 2019
sebanyak 1.500.000 jiwa. Jumlah kelahiran pada umur tersebut sebanyak 70.000 jiwa.
Hitung ASFR i di kelurahan tersebut!
Diketahui: P fi = 1.500.000 B i = 70.000 k = 1.000 Hitunglah: ASFR i ?
Jawab:
Rumus: B i
ASFR i = ------- X k
P fi
70.000
ASFR i = ------------- X 1.000
1.500.000
ASFR i = 70.000.000 : 1.500.000 = 46,667 = 47
Angka tersebut menunjukkan bahwa terdapat jumlah kelahiran 47 jiwa tiap 1.000
wanita pada kelompok umur 20-34 tahun.

2) Faktor Kematian (mortalitas)


Faktor Pendorong Kematian, yaitu:
a. Wabah penyakit
b. Bencana alam
c. Tingkat kesehatan rendah

d. Peperangan
e. Lingkungan tidak sehat akibat pencemaran
Faktor Penghambat Kematian, yaitu :
1. Tingkat kesehatan dan pemenuhan gizi yang baik
2. Negara dalam kondisi aman dan sejahtera
3. Kemajuan IPTEK bidang kesehatan
4. Pemahaman agama yang kuat hingga tidak terjadi bunuh diri
Beberapa cara untuk menghitung tingkat kematian, antara lain:
1. Tingkat kematian kasar (crude death rate)
Tingkat kematian kasar adalah banyaknya kematian pada tahun tertentu tiap 1.00
penduduk pada pertengahan tahun.
Rumus :
D
CDR = -------- X k
Pm

Keterangan:
CDR = tingkat kematian kasar
P m = jumlah penduduk pertengahan tahun
k = bilangan konstanta yang biasanya 1.000
D = jumlah kematian pada tahun tertentu
Contoh Soal:
Jumlah penduduk tahun 2019 di kelurahan Cisontrol sebanyak 7.000.000 jiwa, jumlah
kematian tahun tersebut 45.000 jiwa, maka kematian kasar di kelurahan tersebut !
Diketahui: P m = 7.000.000 D = 45.000 k = 1.000 Hitunglah CDR?
Jawab:
Rumus : D
CDR = -------- X k
Pm
45.000
CDR = ------------- X 1.000
7.000.000
CDR = 45.000.000 : 7.000.000 = 6,429 = 6
Angka hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2019 di
Kelurahan Cisontrol jumlah kematian kasar (CDR) sebanyak 5 jiwa tiap 1.000
penduduk.
2. Tingkat kematian menurut umur (age specific death rate)

Tingkat kematian menurut umur adalah jumlah kematian penduduk pada kelompok
umur tertentu setiap 1.000 penduduk pada kelompok umur tersebut pada pertengahan
tahun.
Rumus: D i
ASDR i = -------
F mi

Keterangan:
ASDR i = tingkat kematian menurut umur
D i = jumlah kematian pada kelompok umur i
P mi = jumlah penduduk pada pertengahan thun kelompok umur i
K = konstanta (1.000)
Contoh soal:
Jumlah penduduk yang berumur 65 tahun ke atas di kelurahan Cisontrol pada
pertengahan tahun 2019 sebanyak 400.000 jiwa. Jumlah kematian golongan umur
tersebut pada pertengahan tahun sebanyak 13.000 jiwa. Hitung ASDR i ?
Diketahui: D i = 13.000 P mi = 400.000 k = 1.000
Jawab:
Rumus: D i
ASDR i = -------
F mi
13.000
= ------------ X 1.000
400.000
= 13.000.000 : 400.000 = 32.5 = 33

Angka tersebut menunjukkan bahwa jumlah kematian di kelurahan Cisontrol pada


kelompok umur 65 tahun keatas sebanyak 33 jiwa, per 1.000 penduduk pada
kelompok umur tersebut.
3. Tingkat kematian bayi (infant mortality rate)
Tingkat kematian bayi adalah jumlah kematian bayi pada tahun tertentu dibagi jumlah
bayi lahir hidup pada tahun tersebut.
Rumus : D o
IMR = ------- X k
B

Keterangan:
IMR = tingkat kematian bayi
D o = jumlah kematian bayi pada tahun tertentu
B = jumlah bayi lahir hidup pada tahun tertentu
K = konstanta (1.000)
Contoh soal:

Jumlah kematian bayi di Kelurahan Cisontrol pada tahun 2019 sebanyak 80 jiwa,
Jumlah bayi lahir hidup pada tahun tersebut 2.900 jiwa. Hitung IMR?
Diketahui : D o = 80 B = 2.900 k = 1.000, hitung IMR ?
Jawab :
Rumus : D o
IMR = ------- X k
B
80
= ------- X 1.000
2.900
= 80.000 : 2.900 = 27,586 = 28

Angka tersebut menunjukkan terdapat kematian bayi sebanyak 28 jiwa tiap 1.000
kelahiran di kelurahan Cisontrol.
3) Migrasi
a. Pengertian Migrasi.
Migrasi adalah perpindahan penduduk dalam jangka waktu lama dari satu tempat ke
tempat yang lain dengan tujuan menetap yang melampuai batas politik/Negara ataupun
batas administrasi/batas bagian suatu negara.
b. Faktor-faktor penyebab terjadinya migrasi
(1) Faktor Ekonomi
- Keinginan mencari kehidupan yang lebih baik di tempat baru
- Kepentingan pembangunan
- Peningkatan pendapatan
(2) Faktor Non Ekonomi
- Sosial politik, keiginan imigran terlepas dari kekangan politik suatu penguasa dan
kendala-kendala tradisional yang terkandung dalam organisasi sosial yang
sebelumnya mengekang mereka
- Faktor fisik, termasuk pengaruh iklim dan bencana alam, seperti: banjir, gempa
bumi, kekeringan, gunung meletus, dll.
- Faktor Demografi, termasuk penurunan tingkat kematian yang mempercepat laju
pertumbuhan penduduk
- Faktor Kultural, termasuk pembinaan kelestarian hubungan keluarga besar yang
berada pada tempat tujuan migrasi
- Faktor Komunikasi, termasuk kualitas seluruh sarana transportasi
- Faktor Keamanan, migrasi yang terjadi akibat dari adanya gangguan keamanan,
seperti: peperangan dan pertikaian anatar kelompok
- Faktor Pendidikan, ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Ada dua jenis migrasi, yaitu: Migrasi Nasional dan Migrasi Internasional.

Migrasi Internasional terdiri atas :


1. Imigrasi masuknya penduduk dari negara lain dengan tujuan menetap
2. Emigrasi keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara lain. Orang yang
melakukannya disebut Emigran.
3. Remigrasi atau repatriasi kembalinya emigrant ke negara asalnya.
Migrasi Nasional terdiri dari:
1. Urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota dengan tujuan menetap.
2. Transmigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari pulau padat ke pulau yang jarang
3. Transmigrasi khusus, yaitu transmigrasi yang dilaksanakan dengan tujuan tertentu,
misalnya karena bencana alam atau terkena proyek pembangunan.
4. Transmigrasi spontan/swakarya, yaitu transmigrasi yang dilakukan seseorang atas
kemauan dan biaya sendiri.
5. Transmigrasi local, yaitu transmigrasi dari suatu daerah ke daerah lain dalam satu
provinsi atau pulau yang sama.
6. Transmigrasi umum, yaitu transmigrasi yang dilaksanakan dan dibiayai pemeintah.

3.4. DINAMIKA KEPENDUDUKAN DI INDONESIA


2. Mobilitas Penduduk dan Tenaga Kerja

1. Jenis-jenis Mobilitas
a. Mobilitas Vertikal
Mobilitas Vertikal adalah semua gerakan penduduk untuk meningkatkan status
sosial. Contohnya: seorang anak petani karena pendidikanya terpenuhi sehingga
menjadi direktur perusahaan, atau seorang buruh pabrik berubah hidupnya
menjadi pedagang.
b. Mobilitas Horizontal
Mobilitas horizontal dibagi 2, yaitu
1. Mobilitas tetap/permanen
Mobilitas tetap/permanen disebut juga migrasi, yakni perpindahan penduduk
dari suatu wilayah ke wilayah lainnya dengan maksud untuk menetap di
daerah tujuan. Mobilitas tetap dibedakan menjadi dua yaitu migrasi
internasional dan migrasi nasional/dalam negeri.
2. Mobilitas tidak tetap/nonpermanen
Mobilitas tidak tetap/nonpermanen adalah gerakan penduduk dari suatu
wilayah ke wilayah lainnya dengan tidak ada niat untuk menetap di daerah
tujuan.
Mobilitas penduduk secara tidak permanen ini ada dua jenis.
a) Sirkulasi, yaitu pergerakan ulang-alik manusia, pagi pergi ke kota, sore hari
pulang lagi ke daerah asal di pinggiran kota. Orang yang melakukan sirkulasi
ini disebut sirkuler. Contoh sirkuler adalah para pegawai kantoran atau para
pedagang asongan.
b) Komutasi, yaitu orang yang melakukan perpindahan sementara dari desa ke
kota. Orang yang melakukan perpindahan sementara ini disebut komuter. Para
komuter ini disebut juga penduduk musiman. Mereka pindah ke kota pada saat
musim tanam tiba karena tidak punya aktivitas di sawah. Sedangkan ketika
musim panen tiba, mereka balik lagi ke kampung halamannya masing-masing
untuk melakukan panen.

2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Mobilitas Penduduk


a. Faktor Non ekonomi
1. Sosial politik, timbul dari keinginan migran terlepas dari kekangan politik
suatu penguasa dan kendala-kendala tradisional yan terkandung dalam
organisasi social yang sebelumnya mengekang mereka.

2. Faktor fisik, termasuk pengaruh iklim dan bencana alam, seperti banjir, gempa
bumi dan kekeringan.
3. Faktor demografi, termasuk penurunan tingkat kematian yangmempercepat
laju pertumbuhan penduduk.
4. Faktor kultural, termasuk pembinaan kelestarian hubungan keluarga besar
yang berada pada tempat tujuan transmigrasi.
5. Faktor komunikasi, termasuk kualitas seluruh sarana transfortasi.
6. Faktor keamanan, migrasi yang terjadi dari akibat adanya gangguan keamanan
seperti peperangan, dan pertikaian antar kelompok.
7. Faktor pendidikan, didorong oleh keinginan melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.
b. Faktor Ekonomi
1) Adanya keinginan untuk merubah kehidupan.
2) Adanya sumber daya yang bisa dieksploitasi.
c. Faktor Sentrifugal dan Sentripetal
Faktor sentrifugal adalah kekuatan yang mendorong penduduk untuk
meninggalkan daerahnya, seperti kurangnya kesempatan kerja di bidang
pertanian, dan non pertanian serta terbatasnya fasilitas pendidikan.
Faktor sentripetal adalah kekuatan yang mengikat penduduk untuk tetap tinggal di
daerahnya. Contohnya: adanya jalinan kekeluargaan antar penduduk desa, adanya
system kegotongroyongan yang kuat serta penduduk terikat dengan tanah
pertaniannya.
d. Faktor Kelancaran Sarana Transfortasi
Kelancaran sarana transfortasi sangat mendorong penduduk melakukan mobilitas.
e. Faktor kesempatan Kerja
Adanya kesempatan kerja disuatu wilayah mendorong orang untuk melakukan
mobilitas. Contohnya: pembangunan industri di suatu wilayah sangat mendorong
penduduk untuk pindah ke lokasi industri tersebut.
3. Upaya Pengendalian Mobilitas Penduduk
Upaya pengendalian mobilitas dalam arti positif, diantaranya:
a. Perlu kerjasama intenasional baik melalui UNHCR/PBB maupun Negara
pengirim dan penerima migrant internasional ked an dari Indonesia sesuai dengan
perjanjian internasional yang telah diterima dan disepakati pemerintah.
b. Pemerataan pembangunan antar wilayah sehingga penduduk tidak terkonsentrasi
pada salah atu wilayah
c. Pembangunan sarana dan prasana trasfortasi di seluruh wilayah Indonesia.
d. Pembangun industri di luar P.Jawa yang mempunyai potensi sumber daya alam.

e. Pemerataan persebaran penduduk melalui kerjasama antar daerah.


4. Tenaga Kerja
1. Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun keatas yang secara aktif
melakukan kegiatan ekonomi. Angkatan kerja terdiri atas penduduk yang sedang
bekerja dan pengangguran terbuka (pernah bekerja dan tidak pernah bekerja).
a) Penduduk Usia Kerja dan Angkatan Kerja
Berdasarkan data statistik tahun 2010 yang dimaksud dengan penduduk usia
kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas, batas katagori umur
usia kerja adalah 60 tahun.
b) Menghitung Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka
Rumus: Jumlah Angkatan Kerja
TPAK = --------------------------------------------- X 100%
Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas
Contoh soal:
Berdasarkan data statistik tahun 2010. Jumlah penduduk usia kerja di
Indonesia sebanyak 169.328.226, Jumlah angkatan kerja sebanyak
113.833.280, berapaTingkat Partisipasi Angkatan Kerja?
Rumus: Jumlah Angkatan Kerja
TPAK = --------------------------------------------- X 100%
Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas

113.833.280
TPAK = --------------------- X 100.%
169.328.226
= 67,23 %

Dengan demikian tingkat partisipasi angkatan kerja di Indonesia Pada tahun


2010 sebanyak 67,23%, artinya penduduk yang bekerja dan masih mencari
pekerjaan di Indonesia relatif tinggi.
Rumus : Jumlah Pengangguran Terbuka
TPT = ------------------------------------- X 100%
Jumlah Angkatan Kerja

Contoh Soal:
Berdasarkan data statistik tahun 2010. Jumlah pengangguran terbuka di
Indonesia sebanyak 8.926.617, sedangkan jumlah angkatan kerja sebanyak
113.833.280, berapakah tingkat penganguran terbuka?

Rumus : Jumlah Pengangguran Terbuka


TPT = ------------------------------------- X 100%
Jumlah Angkatan Kerja
8.926.617
TPT = ---------------- X 100 %
113.833.280
= 7,87%

Jadi dapat diketahui bahwa jumlah tingkat pengangguran terbuka di Indonesia


tahun 2010 sebanyak 7,87%

2. Tenaga Kerja di Indonesia


Menurut UU no 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Beberapa Permasalahan Tenaga Kerja di Indonesia, diantaranya:
a) Tingginya angka pengangguran
b) Terbatasnya kesempatan kerja
c) Persebaran tenaga kerja yang tidak merata
d) Dampak krisis ekonomi
e) Rendahnya kualitas angkatan kerja
f) Globalisasi arus barang dan jasa
g) Minimnya perlindungan hukum
h) Upah yang relatif masih rendah

3.4. DINAMIKA KEPENDUDUKAN DI INDONESIA


3. Kualitas Penduduk dan Indeks Pembangunan

1. Kualitas Penduduk

Kualitas penduduk atau mutu sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap
tingkat kemajuan suatu negara. Hal ini terkait dengan kemampuan penduduk untuk
mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Kualitas penduduk suatu negara dapat diketahui dari faktor yg
memengaruhinya, yaitu tingkat pendapatan penduduk, tingkat pendidikan, dan tingkat
kesehatan.
a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu kunci utama untuk mencapai kemajuan suatu
negara. Cepat atau lambatnya suatu negara dalam meningkatkan kemajuan ekonominya
sangat tergantung pada keberhasilan negara tersebut memberikan pendidikan kepada
penduduknya. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk, menunjukkan semakin
tingginya kualitas penduduk di negara tersebut. Pendidikan akan meningkatkan
kemampuan penduduk untuk mengolah sumber daya alam yang dimiliki sehingga akan
meningkatkan kesejahteraan penduduk.
Rendahnya Kualitas Pendidikan penduduk Indonesia, diantaranya disebabkan :
1) Tingkat pendapatan penduduk rendah
Rendahnya kemampuan ekonomi orang tua menyebabkan adanya kesulitan untuk
membiayai sekolah anak-anaknya. Walaupun sudah ada berbagai program bantuan
pendidikan untuk keluarga tidak mampu, namun belum semuanya terjangkau bantuan
pemerintah. Anak-anak lebih diarahkan untuk mencari tambahan penghasilan
dibandingkan untuk sekolah.
2) Tidak seimbangnya jumlah murid dengan sarana dan prasarana pendidikan Di daerah-
daerah yang aksesibilitasnya tidak mudah, sangat sedikit jumlah sekolah dan tenaga
pengajar. Rendahnya layanan pendidikan ini juga dipengaruhi oleh topografi wilayah
dan adanya permasalahan antarberbagai kelompok masyarakat.
3) Masih kurangnya kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anakanaknya. Ada
beberapa orang tua yang tidak memahami pentingnya pendidikan, sehingga tidak mau
mengeluarkan uang untuk membiayai pendidikan anak-anaknya.
Dampak dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap pembangunan, adalah:
1) Rendahnya penguasaan teknologi hingga harus mndatangkan tenaga ahli negara maju.
2) Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan masyarakat sulit menerima hal baru.
Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia
yaitu:

1) Masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pendidikan, sebagian


penduduk masih menganggap bahwa bersekolah tidak penting. Untuk bekal hidup,
seorang anak cukup melanjutkan pekerjaan orang tuanya secara turun temurun.
2) Pendapatan penduduk yang rendah menyebabkan anak tidak dapat melanjutkan
pendidikan karena tidak mempunyai biaya.
3) Tidak meratanya ketersediaan sarana pendidikan. Sarana pendidikan yang dimaksud,
misalnya gedung sekolah, ruang kelas, buku-buku pelajaran, alat-alat praktikum, dan
guru yang berkualitas. Persebaran gedung sekolah yang tidak merata turut menyebabkan
jangkauan pendidikan tidak merata. Kurangnya buku-buku pelajaran, alat-alat praktikum,
dan guru yang berkualitas akan menyebabkan proses belajar mengajar tidak berjalan
dengan optimal.

Untuk menaikkan tingkat pendidikan penduduk, pemerintah Indonesia mengambil


langkah-langkah, antara lain sebagai berikut:
1) Membangun sekolah-sekolah baru di daerah-daerah terpencil.
2) Memperbaiki dan menambah jumlah alat-alat praktikum, laboratorium, perpustakaan,
dan buku-buku pelajaran.
3) Menambah jumlah dan meningkatkan kualitas guru.
4) Mencanangkan program wajib belajar dan gerakan nasional orang tua asuh.
5) Memberikan beasiswa kepada murid-murid kurang mampu yang berprestasi.
6) Mengimplementasikan Undang-Undang Dasar, khususnya pasal 31 tentang pendidikan
b. Tingkat Kesehatan

Kualitas penduduk dalam hal kesehatan merupakan faktor yang berpengaruh


terhadap kinerja dan produktivitas seseorang. Tinggi rendahnya tingkat kesehatan
penduduk suatu negara dapat dilihat dari besarnya angka kematian bayi dan ibu pada saat
melahirkan. Semakin rendah angka kematian bayi dan ibu pada saat melahirkan, berarti
semakin baik tingkat kesehatan penduduk.
Angka kematian bayi dan ibu pada saat melahirkan tersebut menunjukkan tingkat
kesehatan penduduk yang masih rendah. Rendahnya tingkat kesehatan penduduk ini,
antara lain disebabkan masih banyaknya lingkungan yang kurang sehat yang
memudahkan penyebaran berbagai penyakit menular. Untuk itu diperlukan kesadaran
penduduk untuk selalu menjaga kesehatan diri dan lingkungannya. Selain itu, rendahnya
tingkat kesehatan penduduk juga disebabkan oleh terbatasnya layanan kesehatan oleh
tenaga medis terutama di daerah-daerah pedesaan yang terpencil. Di Indonesia penduduk
yang mendapatkan pelayanan kesehatan baru sekitar 43%. Sedangkan sisanya belum
mendapatkan pelayanan kesehatan secara optimal.

Untuk meningkatkan tingkat kesehatan penduduk, pemerintah melakukan


berbagai upaya di antaranya melaksanakan program perbaikan gizi, khususnya untuk
anak-anak balita. Program ini dilaksanakan bersamaan dengan posyandu yang telah
digalakkan di daerah pedesaan. Upaya lain yang dilakukan dengan peningkatan
kesadaran penduduk untuk berperilaku hidup sehat. Selain itu, penambahan sarana dan
prasarana kesehatan juga diperlukan untuk meratakan pelayanan kesehatan di seluruh
lapisan masyarakat. Upaya nonmedis juga harus dilakukan melalui program penyediaan
air bersih dan perbaikan sanitasi lingkungan, berupa pembangunan jamban keluarga,
pembuatan sumur, penyediaan tempat pembuangan sampah, dan lain sebagainya.
Dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat, langkah-langkah yang harus
diambil oleh pemerintah, antara lain sebagai berikut:
1) Memperbanyak jumlah dan meningkatkan fungsi rumah sakit, puskesmas, dan sarana
kesehatan lainnya.
2) Menambah jumlah serta menaikkan kualitas tenaga medis.
3) Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan, gizi, dan kebersihan lingkungan.
4) Mengadakan program imunisasi massal secara murah atau gratis.
c. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan penduduk diukur dari besarnya pendapatan per kapita.


Pendapatan per kapita adalah pendapatan yang diperoleh rata-rata penduduk dalam waktu
satu tahun. Pendapatan per kapita dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan dan
kemajuan perekonomian suatu negara. Semakin tinggi pendapatan per kapita, semakin
tinggi kesejahteraan penduduknya karena dapat memenuhi kebutuhan pangan, sandang,
papan, kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan yang lain secara layak.
Pendapatan per kapita, dapat dihitung dengan menggunakan
Rumus: GNP
PCI= ------
P
Keterangan:
PCI : Capita Income (Pendapatan per kapita)
GNP : Gross National Product (Pendapatan Nasional Penduduk)
P : Jumlah penduduk.
Bank Dunia (World Bank) telah membuat klasifikasi negara-negara berdasarkan tinggi
rendahnya pendapatan per kapita ke dalam lima kategori.
a. Kelompok negara berpendapatan rendah (low income economies),yaitu negara-negara
yang memiliki PNB per kapita US$520 atauvkurang.
b. Kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah (lower– middle income
economies), yaitu negara-negara yang mempunyai PNB per kapita antara US$521 sampai
US$1,740.
c. Kelompok negara berpendapatan menengah (middle income economies), yaitu negara-
negara yang mempunyai PNB per kapita antara US$1,741 sampai US$2,990.
d. Kelompok negara berpendapatan menengah ke atas (upper–middleincome economies),
yaitu negara-negara yang mempunyai PNB per kapita antara US$2,991 sampai
US$4,870.

e. Kelompok negara berpendapatan tinggi (high income economies), yaitu negara-negara


yang mempunyai PNB per kapita antara US$4,871 sampai US$25,480 bahkan lebih.
Berdasarkan World Bank, pendapatan per kapita Indonesia masuk dalam kriteria
lower middle economies atau kelompok Negara berpendapatan menengah ke bawah.
Mengapa pendapatan penduduk di Indonesia masih rendah?
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Sampai saat ini sumber
daya alam tersebut belum sepenuhnya dapat digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan penduduk. Sumbersumber kekayaan negara masih banyak yang dikelola
oleh pihak asing sehingga pendapatan negara masih rendah. Selain itu, jumlah penduduk
yang besar dan pertambahan penduduk yang tinggi merupakan permasalahan tersendiri
bagi pemerataan pembangunan dan peningkatan pendapatan per kapita.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pendapatan per kapita,
antara lain dengan meningkatkan keterampilan penduduk agar dapat membuka lapangan
kerja sendiri, sehingga tidak bergantung pada orang lain. Selain itu, penyediaan lapangan
kerja baru untuk mengurangi jumlah pengangguran, serta menekan laju pertumbuhan
penduduk dengan pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB). Dengan usaha-usaha
tersebut diharapkan pendapatan nasional akan meningkat dan kesejahteraan juga akan
meningkat.

2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


a. Konsep Pembangunan Manusia

Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia


menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, bukan alat dari
pembangunan. Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang
memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan
kehidupan yang produktif (United Nation Development Programme-UNDP). IPM
menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam
memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Indeks ini pada 1990
dikembangkan oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan seorang ekonom Pakistan
Mahbub ul Haq, serta dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad
Desai dari London School of Economics. Sejak itu indeks ini dipakai oleh Program
pembangunan PBB pada laporan IPM tahunannya. IPM dipublikasikan secara berkala
dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR).
IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar :
1) Umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life)
2) Pengetahuan (knowledge)
3) Standar hidup layak (decent standart of living)
Dalam UNDP, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar
pilihan-pilihan bagi manusia (“a process of enlarging people’s choices). Konsep atau
definisi pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan
yang sangat luas.

Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta


dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya.
Sebagaimana dikutip dari UNDP (Human Development Report, 1995:103), sejumlah
premis penting dalam pembangunan manusia adalah:
1) Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian.
2) Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, tidak
hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh karena itu, konsep pembangunan
manusia harus berpusat pada penduduk secara keseluruhan dan bukan hanya pada aspek
ekonomi saja.
3) Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya-upaya meningkatkan
kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga dalam upaya-upaya memanfaatkan
kemampuan manusia tersebut secara optimal.
4) Pembangunan manusia didukung oleh empat pilar pokok, yaitu: produktivitas,
pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan.
5) Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan dan
dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.
Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia ada 4 pilar pokok, yaitu:
1) Produktivitas
Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan berpartisifasi
penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah . Pembangunan ekonomi
merupakan himpunan bagian dari model pembangunan manusia.
2) Pemerataan
Penduduk harus memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan akses terhadap
semua sumber daya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang memperkecil
kesempatan untk memperoleh akses tersebut harus dihapus sehingga mereka dapat
mengambil manfaat dan berpartisifasi dalam kegiatan produktif yang dapat
meningkatkan kualitas hidup.
3) Kesinambungan
Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya untuk
generasi saat ini tetapi juga generasi yan akan dating. Semua sumber daya fiisik,
manusia dan lingkungan harus selalu dipenuhi.
4) Pemberdayaan
Penduduk harus berpartisifasi dalam keputusan dan proses yang akan menentukan
bentuk/arah kehidupan mereka, serta untuk berfartisifasi dan mengambil manfaat dari
proses pembangunan.
b. Komponen Indeks Pembangunan Manusia

Lembaga UNDP telah mempublikasikan laporan pembangunan sumberdaya


manusia dalam ukuran kuantitatif yang disebut Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau
Human Development Index (HDI). Meskipun IPM merupakan alat ukur pembangunan
SDM yang dirumuskan secara konstan, diakui tidak akan pernah menangkap gambaran
pembangunan SDM secara sempurna.

Adapun indikator yang dipilih untuk mengukur dimensi IPM sebagai berikut :
1) Indeks Pendidikan :
 Rata-rata Lama Sekolah –RLS (Mean Years of Schooling -MYS) Rata-rata Lama
Sekolah didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam
menjalani pendidikan formal. Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama
sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang dihitung dalam
penghitungan rata-rata lama sekolah adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas.
 Angka Harapan Lama Sekolah - HLS (Expected Years of Schooling -EYS) Angka
Harapan Lama Sekolah didefinisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan
akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Diasumsikan bahwa
peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan
peluang penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini.
Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS
dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan system pendidikan di berbagai
jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang
diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak.
2) Indeks Kesehatan :
 Angka Harapan hidup saat lahir –AHH (Life Expectacy) Angka harapan hidup saat
lahir didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh
seseorang sejak lahir. AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. AHH
dihitung dari hasil sensus dan survey kependudukan.
3) Indeks Pengeluaran:
 Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Pengeluaran per kapita yang disesuaikan
ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purcashing Power
Parity-PPP). Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas, dihitung
dari level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat
konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100. Perhitungan paritas daya beli pada metode
baru menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya
merupakan komoditas nonmakanan. Metode penghitungan paritas daya beli
menggunakan Metode Rao.
c. Menghitung Indeks Pembangunan Manusia
Rumus :
IPM = 1/3 (X (1) + X (2) + X (3) ) (1)
Dimana:
X (1) : Indeks harapan hidup
X (2) : Indeks pendidikan=2/3 ( Indeks melek huruf = 1/3 (Indeks rata-rata lama sekolah)
X (3) : Indeks Standar hidup layak
Indeks X (1) = X (1) - X (1)min / X (1)maks - X (1)min (2)
Dimana:
X (1) : Indikator ke-i (i=1,2,3)

X (2) : Nilai maksimum sekolah (X/i)


X (3) : Nilai minimum sekolah (X/i)

3.4. DINAMIKA KEPENDUDUKAN DI INDONESIA


4. Bonus Demografi & Dampaknya Terhadap Pembangunan

1. BONUS DEMOGRAFI

Fenomena perubahan struktur kependudukan telah terjadi di Indonesia saat ini,


yaitu dengan adanya penduduk usia produktif dalam jumlah tinggi yang berpotensi
menjadi engine of growth bagi perekonomian nasional. Fenomena itu yang disebut
dengan Bonus Demografi, yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada periode
2010-2025, artinya saat ini (2017) Bonus Demografi sedang terjadi di Indonesia.
Bonus Demografi berasal dari dua kata yaitu “Bonus” dan “Demografi”.Kata
“Bonus” dalam Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, karya dari Eko Hadi Wiyono (2007)
berarti upah di luar gaji resmi (sebagai tambahan).Dalam bahasa umum berarti
keuntungan tambahan. Sedangkan, kata “Demografi” berarti ilmu yang berkenaan dengan
susunan, jumlah dan perkembangan penduduk.Jadi, Bonus Demografi dapat diartikan
secara sederhana sebagai tambahan yang menguntungkan dalam hal kependudukan.
Merujuk pada kamus United Nations Multilingual Demografphic (dalam
Kominfo, 2012) mengartikan kata “Demografi” sebagai studi ilmiah tentang
kependudukan, terutama terkait dengan jumlah penduduk, struktur serta perkembangan
penduduk dalam sebuah negara. Jadi, jika mengacu dalam dunia kependudukan, Bonus
demografi merupakan suatu fenomena di mana struktur penduduk sangat menguntungkan
dari sisi pembangunan karena jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) sangat
besar, sedang proporsi usia muda (di bawah 15 tahun) sudah semakin kecil dan proporsi
usia lanjut (65 tahun ke atas) belum banyak. Banyak kalangan yang menyatakan bahwa
Bonus Demografi adalah saat keemasan bangsa Indonesia untuk menjadi negara besar
yang maju dalam pembangunan.
Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami pertambahan,
pada tahun 2015 menunjukkan bahwa usia produktif (15-64 tahun) hampir berjumlah dua
kali lipat dibandingkan usia tidak produktif (0-14 tahun dan 65+ tahun). Di Indonesia
fenomena ini terjadi karena proses transisi demografi dari proses Baby boom (ledakan
jumlah kelahiran) yang terus berkembang sejak beberapa tahun lalu kemudian mengalami
penurunan jumlah kelahiran yang diakibatkan oleh keberhasilan pemerintah dalam
menurunkan tingkat kehamilan penduduk (fertility)terutama melalui program KB,
meningkatkan kualitas kesehatan dan suksesnya program-program pembangunan lainnya
yang dilaksanakan oleh negara.
Fenomena kependudukan tersebut memunculkan parameter yang disebut ‘rasio
ketergantungan’ (dependency ratio), yaitu rasio yang menunjukkan perbandingan antara
kelompok usia produktif dan non produktif. Rasio ini sekaligus menggambarkan seberapa
banyak orang usia non produktif yang hidupnya harus ditanggung oleh kelompok usia

produktif. Semakin rendah angka rasio ketergantungan suatu negara, maka Negara
tersebut makin berpeluang mendapatkan keuntungan dan keuntungan tersebut dinamakan
Bonus Demografi (BD).Bonus demografi tertinggi biasanya didapatkan angka
ketergantungan pada rentang 40-50%, yang berarti bahwa 100 orang usia produktif
menanggung 40-50 orang usia tidak produktif.Bisa dilihat setiap tahun jumlah penduduk
Indonesia meningkat terus menerus.
Indikator mulai terjadinya transisi demografi ditandai dengan adanya perubahan
struktur kependudukan yang ditunjukkan dengan berubahnya angka ketergantungan
(dependency ratio) selama kurun waktu 20 s.d 25 tahun terakhir. Perubahan tersebut
dapat terlihat dari tahun 2012 yang menunjukkan angka ketergantungan menjadi 49,6
yang berarti dari 100 penduduk usia produktif hanya menanggung 49,6 atau 50 penduduk
usia tidak produktif saja dan angka tersebut mengalami penurunan dari tahun 2000
dengan tingkat angka ketergantungan 59,2 menjadi 50,5 pada tahun 2010 dan berubah
lagi menjadi 49,6 (50) pada tahun 2012. Pada saat angka ketergantungan sudah mencapai
angka 46,9%, artinya sudah masuk dalam rentang ‘gold period’dalam bonus demografi.
Yang menarik adalah bahwa sekitar 68% dari masyarakat kita berada di rentang usia
muda (15-35 tahun) yaitu periode usia yang sangat produktif. Kaum muda harapan
bangsa inilah yang akan menjadi engine of growth yang akan mendorong pertumbuhan
ekonomi Indonesia semakin kencang. Selain perubahan dalam struktur kependudukan
dan angka ketergantungan, pola pertumbuhan penduduk yang akan terjadi mendatang
diperkirakan akan berbeda dengan yang terjadi dalam 10 tahun terkahir. Diprediksi akan
terjadi transisi demografi dimana akan terjadi susunan pendudukan semakin sempurna
dengan pergeseran struktur penduduk dari tingkat fertiltas tinggi dan mortalitas tinggi ke
pola-pola penduduk dengan fertiltas rendah dan mortalitas rendah. Hal ini disebabkan
oleh semakin membaiknya layanan kesehatan, pendidikan dan indeks daya beli, sehinga
menyebabkan berubahnya sikap, perilaku dan cara hidup masyarakat Indonesia yang
semakin efisien, produktif dan modern.Berkaca dari fakta yang ada sekarang, indeks
pembangunan manusia atau human development index (HDI) Indonesia masih rendah.
Pada tahun 2015 dari 188 negara di dunia, Indonesiaberada di urutan 113 (Laporan
Pembangunan Manusia/ Human Development Report/ Ringkasan Indonesia:2016).

2. Dampak Bonus Demografi Terhadap Pembangunan

Bonus demografi dipahami sebagai suatu kondisi di mana komposisi atau struktur
penduduk sangat menguntungkan dari segi pembangunan. Namun, bonus demografi ini
tidak secara otomatis memberikan dampak positif bagi tujuan pembangunan nasional.
Ibarat pedang bermata dua, bonus demografi bisa memberikan dampak positif tetapi juga
dapat berdampak negatif pada upaya pembangunan bangsa.
a. Dampak Positif Bonus Demografi
Dampak positif bonus demografi bagi Indonesia adalah peluang menguntungkan
yang dapat diperoleh bangsa Indonesia, apabila bangsa Indonesia dapat mengelola bonus

demografi dengan baik.Dengan keadaan generasi muda yang siap mengadapi demografi
ini tentunya berdampak positif bagi negara Indonesia,terutama pada laju pertumbuhan
ekonomi.Dengan laju pertumbuhan ekonomi yang baik tentu berdampak pada
perkembangan negara Indonesia.Dengan perekonomian yang sehat kemiskinan dapat
teratasi, kesehatan pun dapat ditingkatkan dan pendidikan juga dapat menjadi lebih baik
lagi.Pada keadaan ini Indonesia dapat menjadi negara maju dan makmur. Dengan
keadaan perekonomian, kesehatan, pendidikan yang baik tentuakan menghasilkan
generasi baru yang lebih baik dan lebih berkualitas.Dengan catatan pada saat itu
Indonesia memiliki SDM yang berkualitas tinggi sehingga dapat mengelola kehidupan
negara Indonesia yang terarah dan lebih baik.
Adapun beberapa dampak positif yang dapat diperoleh bagi bangsa Indonesia
apabila dapat mengelola bonus demografi dengan baik, diantaranya:
1) JumlahTenaga Kerja Melimpah
Jumlah penduduk usia kerja yang banyak akan menguntungkan dari sisi
pembangunan karenatenaga kerja yang tersedia melimpah sehingga dapat
memacu produktivitas pertumbuhan ekonomi bangsa. Impasnya adalah
meningkatkannya kesejahteraan masyarakat.
2) Terbentuknya Generasi Emas yang Aktif Berkarya
Bonus demografi yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan generasi
emas yang aktif berkarya, siap memikul tanggung jawab bangsa, mengabdi dan
berkorban pada bangsa, serta bersedia membangun dan mengelola bangsa. Jika
hal tersebut tercapai maka produktivitas bangsadapat meningkat.
3) Tingkat Produktivitas Tinggi yang Memicu Peningkatan Perekonomian
Indonesia
Jika tingkat produktivitas tinggi maka perekonomian Indonesiaakan
meningkat. Meningkatnya laju perekonomian Indonesiaakan berpengaruh besar
terhadap kehidupan bebangsa dan bernegara untuk menjadi lebih
modern,tertata,serta menjadi lebih baik lagi.
4) Peningkatan Kualitas dan Pemerataan Pendidikan
Jika perekonomian bangsa dapat berjalan dengan baik maka kualitas dan
pemerataan pendidikan akan semakin meningkat.
5) Kesehatan Meningkat
Jika perekonomiansemakinmaju, maka kondisi kesehatan masyarakat
Indonesiapun akan terjamin karena segala fasilitas kesehatan dapat terpenuhi
dengan baik.
6) Rakyat Sejahtera

Jika kondisi perekonomian semakin baik maka Indonesiaakan


menghasilkan generasi baru yang lebih baik dan lebih berkualitas (SDM yang
lebih baik dan berkualitas) sehingga negarapun menjadi semakin maju dan
makmur disertai dengan kesejahteraan masyarakat yang meningkat.
7) Siap Bersaing dalam Dunia Internasional Roda perekonomian yang
terus berjalan dan tumbuh dengan pesat serta sumber daya manusia yang
mendukung dapat membantu bangsa Indonesia untuk siap bersaing dalam dunia
internasional.

b. Dampak Negatif Bonus Demografi


Dampak negatif yang dimaksud adalah dampak merugikan yang ditimbulkandan
mengancam pembangunan negara jika bonus demografi tidak bisa dikelola dengan baik.
Jika bangsa Indonesia tidak siap dan gagal dalam mengadapi bonus demografi
mendatang, maka bangsa Indonesiaakan semakin terpuruk dengan adanya ekonomi yang
melemah dan banyaknya kasus sosial dan kasus ekonomi yang menjadi masalah internal
yang mengancam keseimbangan bangsa.Ketika Negara tidak mempersiapkan diri dengan
baik dalam menyongsong periode bonus demografi tersebut, konsekuensi yang terjadi
adalah dampak negatif yang harus dipikul oleh semua pihak. Tanpa dibekali dengan
kualitas sumber daya manusia yang memadai, maka proporsi penduduk usia produktif
yang sedemikian besar pada saat itu hanya akan menciptakan dampak buruk pada
pembangunan nasional. Kondisi demikian akan memberikan efek berantai ke berbagai
bidang kehidupan manusia. Berkurangnya tingkat pendapatan akibat ketimpangan antara
standar kualifikasi yang dibutuhkan dan kualitas sumber daya manusia yang tidak
memadai dapat memicu lonjakan tingkat kemiskinan, yang memberikan dampak buruk
pada kehidupan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan masyarakat.Oleh karena itu generasi
muda harus siap dalam menghadapi bonus demografi.
Berikut dampak negatif/ancaman yang dapat ditimbulkan jika bonus demografi
tidak dapat dikelola dengan baik:
1) Semakin Sempitnya Lapangan Pekerjaan
Masalah yang paling nyata pada saat terjadi bonus demografi adalah ketersedian
lapangan pekerjaan.Pertanyaan dari permasalahan bonus demografi adalah apakah negara
kita mampu menyediakan lapangan pekerjaan untuk menampung 70% penduduk usia
kerja di tahun 2020-2030?Kalau pun lapangan pekerjaan tersedia, mampukah sumber
daya manusia yang melimpah ini bersaing di dunia kerja dan pasar internasional?Berkaca
dari fakta yang ada sekarang, indeks pembangunan manusia atau human development
index (HDI) Indonesia masih rendah.Pada tahun 2015 dari 188 negara di dunia, Indonesia
berada di urutan 113 (Laporan Pembangunan Manusia/ Human Development Report/
Ringkasan Indonesia: 2016). Sementara dikawasan ASEAN, HDI Indonesia berada di
urutan enam dari 10 negara ASEAN.Posisi ini masih di bawah Filipina, Thailand,

Malaysia, Brunei dan Singapura.Tingkat HDI ini terbukti dari tidak kompetitifnya.
Pekerja Indonesia di dunia kerja baik di dalam ataupun luar negeri.Paling banter, pekerja
Indonesia di luar negeri adalah menjadi pembantu.Ujung-ujungnya disiksa dan
direndahkan.Untuk tingkat dalam negeri sekali pun, pekerja Indonesia masih kalah
dengan pekerja asing. Hal ini ditandai dari banyaknya peluang kerja dan posisi strategis
yang malah ditempati tenaga kerja asing.Permasalah pembangunan sumber daya manusia
inilah yang harusnya bisa diselesaikan dari sekarang, jauh sebelum bonus demografi
datang.Jangan sampai hal yang menjadi berkah justru membawa bencana dan membebani
negara karena masalah yang mendasarkualitas manusia.
2) Pengangguran Semakin Banyak
Pengangguran secara besar-besaran sangat mungkin terjadi mengingat bonus
demografi adalah keadaan dimana berlimpahnya jumlah penduduk usia produktif/usia
kerja. Salah satu factor penyebabnya ialah kurangnya lapangan kerja, cara yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah ini diantaranya adalah dengan mengajak masyarakat
untuk berpikir kreatif serta menanamkan semangat: “membuat lapangan kerja sendiri
tanpa harus mencari”. Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung dapat
dilaksanakan di berbagai lembaga khususnya lembaga pendidikan serta berbagai sarana
seperti reklame, iklan, siaran televisi, siaran radio, dan lain-lain.Dengan adanya kegiatan
tersebut diharapkan banyak masyarakat yang termotivasi dan bergerak untuk
menciptakan lapangan kerja sehingga nantinya dapat mengatasi masalah kurangnya
lapangan pekerjaan dengan sendirinya.
3) Pendapatan Menurun dan Kemiskinan Meningkat
Jika ketersediaan lapangan pekerjaan tidak mencukupi dan pengangguran
meningkat, maka pendapatan suatu negara akan menurun yang diiringi oleh
meningkatnya angka kemiskinan.
4) Pendidikan Rendah akibat Perekonomian Rendah Menyebabkan SDM Rendah
Sekarang ini banyak anak-anak di Indonesia yang mendapatkan pendidikan dalam
kuota yang cukup minim bahkan banyak pula yang sama sekali tidak mendapat
pendidikan. Kasus tersebut umumnya terjadi di daerah-daerah pelosok atau pedesaan.
Namun hal ini tidak berarti bahwa semua orang atau anak-anak di kota besar mendapat
pendidikan yang tinggi, kenyataannya banyak juga anak-anak di kota yang mendapat
pendidikan yang rendah bahkan banyak pula yang tidak sama sekali. Buktinya dapat
dilihat dari banyaknya anak jalanan serta pengamen cilik di beberapa kota besar di
Indonesia. Hal ini akan menjadi ancaman dikarenakan kekhawatiran terhadap calon usia
penduduk produktif di masa mendatang yang berpendidikan rendah, yang lebih
disayangkan lagi adalah kebanyakan orang Indonesia yang memiliki potensi besar lebih
memilih bekerja di perusahaan Asing ataupun di luar negri. Masalahnya, bagaimana cara
untk mengatasi masalah pendidikan? untuk mengatasi masalah pendidikan di daerah
pedesaan dan pelosok yang tertinggal, adalah dengan pemerataan sarana dan fasilitas
lembaga pendidikan khususnya sekolah untuk proses belajar mengajar.

5) Produktivitas Menurun
Ancaman yang satu ini berhubungan langsung dengan dua ancaman
sebelumnya.Bagaimana tidak?Ketika banyak pengangguran dan orang-orang
berpendidikan rendah maka sangat mungkin produktivitas nasional menurun. Hal ini
sebenarnya tidak akan terjadi apabila masalah pengangguran serta pendidikan rendah
mampu ditanggulangi. Namun pemerintah juga perlu melakukan penyuluhan, sosialisasi,
serta pelatihan guna meningkatkan sikap dan sifat produktif dalam diri masyarakat.
6) Perekonomian yang Memburuk
Jika banyak penduduk usia produktif yang menganggur secara otomatif
pendapatan negarapun semakin menurun. Hal tersebut dapat menyebabkan semakin
memburuknya perekonomian Negara.
7) Kurangnya Lahan Tempat Tinggal Akibat Pertambahan Penduduk Yang Tidak
Terkendali.
8) Timbulnya Kawasan-Kawasan Slum Area Akibat Kemiskinan Yang
Menjamur.
9) Kriminalitas Meningkat akibat Pengangguran yang Meningkat.
10)KualitasKesehatan Penduduk Menurun jika Pemerintah tidak Mampu
Menyediakan Pelayanan Kesehatan yang Memadai.
11)Penduduk Usia Muda Tergerus oleh Budaya Luar
Prof. Sri Edi Swasono, guru besa ilmu ekonomi Indonesia khawatir terkait
ancaman bonus demografi ketika generasi muda telah memegang teguh budaya luar, hal
ini nantinya akan menyebabkan Negara Indonesia kehilangan jati dirinya. Sebagai bukti
dapat dilihat di kalangan remaja yang banyak menggilai dunia Korea. Hampir seluruh
remaja di Indonesia tahu sedikit banyaknya tentang korea atau K-pop. Ironisnya, banyak
remaja yang tidak mengenal budaya daerahnya sendiri bahkan terkadang ada yang tidak
mampu berbicara bahasa daerahnya namun acap kali berbicara menggunakan bahasa
asing. Bagus memang apabila banyak masyarakat Indonesia yang pandai berbahasa asing,
namun apa jadinya jika nantinya budaya asli Indonesia sedikit demi sedikit mulai
terlupakan atau bahkan hilang? Oleh karenanya, perlu ditanamkan di dalam diri
masyarakat terutama para pelajar untuk lebih mengenal dan mencintai budaya local sejak
dini agar ketika masa bonus demografi tiba, penduduk usia produktif dapat membangun
bangsa yang lebih maju tanpa menghilangkan unsur-unsur budaya Indonesia.
Ancaman-ancaman diatas tentu merupakan pengaruh dari pertambahan penduduk
secara negatif. Namun tetap saja Indonesiaakan mengalami masa bonus demografi dan
apabila ancaman-ancaman diatas mampu ditangani oleh pemerintah dan seluruh
masyarakat Indonesia, berarti pertumbuhan penduduk tidak selamanya berdampak
negatif. Saat Indonesia mengalami masa bonus demografi, bukan tidak
mungkinIndonesiaakan menjadi negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi secara

pesat. Namun pada kenyataannya pembangunan kependudukan seolah terlupakan dan


tidak dijadikan underlined factor. Padahal pengembangan sumber daya manusia yang
merupakan investasi jangka panjang yang menjadi senjata utama kemajuan suatu bangsa.

3. Upaya Pemecahan Masalah Dampak Negatif akibat Bonus Demografi

a. Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang Berorientasi Penyiapan Usia


Produktif Menghadapi Dunia Kerja Sisa dari kurun waktu Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (PJPN) 2005-2025 perlu diarahkan untuk merancang konsep kebijakan
makro yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan bagi mereka yang masuk kedalam
usia produktif terutama untuk penyiapan memasuki dunia kerja. Guna memastikan bahwa
lulusan pendidikan dapat diserap oleh dunia kerja, maka tidak ada jalan lain bahwa dalam
waktu yang bersamaan rancangan kebijakan untuk layanan pendidikan harus diarahkan
pada perluasan akses, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang mampu
memberikan dukungan terhadap penguatan daya saing. Menjawab tantangan globalisasi
dan sekaligus menjawab era Bonus Demogarfi, maka penekanan prioritas harus lebih
ditujukan untuk peningkatan mutu dan daya saing SDM melalui penyediaan layanan
pendidikan tinggi yang lebih merata, relevan dan bermutu untuk menyediakan angkatan
kerja yang semakin terdidik.
b. Pemberian Keterampilan pada SDM Indonesia
Dalam hal ini pemerintah harus mampu menjadi agent of development dengan
cara memperbaiki mutu modal manusia, mulai dari pendidikan, kesehatan, kemampuan
komunikasi, serta penguasaan teknologi. Solusi lainnya bisa dengan memberikan
keterampilan kepada tenaga kerja produktif sehingga pekerja tidak hanya bergantung
pada ketersediaan lapangan pekerjaan tapi mampu menciptakan lapangan pekerjaan itu
sendiri. Selain itu pemerintah juga harus mampu menjaga ketersediaan lapangan
pekerjaan, menjaga aset-aset Negara agar tidak banyak dikuasai pihak asing yang
pastinya akan merugikan dari sisi peluang kerja. Memberikan keterampilan kepada
tenaga kerja produktif sehingga pekerja tidak hanya bergantung pada ketersediaan
lapangan pekerjaan tapi mampu menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri. Selain itu
pemerintah juga harus mampu menjaga ketersediaan lapangan pekerjaan, menjaga aset-
aset Negara agar tidak banyak dikuasai pihak asing yang pastinya akan merugikan dari
sisi peluang kerja. Bukan hanya pemerintah, masyarakat juga harus menjadi pendukung
utama pembangunan mutu manusia dengan cara menyadari pentingnya arti pendidikan,
kesehatan dan aspek-aspek yang dapat mengembangkan kualitas manusia itu sendiri.
c. Perlu Adanya Sosialisasi Peningkatan Sikap Produktif dan Berpikir Kreatif
Pemerintah perlu melakukan penyuluhan, sosialisasi, serta pelatihan guna
meningkatkan sikap dan sifat produktif dalam diri masyarakat. Kemudian mengajak
masyarakat untuk berpikir kreatif serta menanamkan semangat: “membuat lapangan kerja
sendiri tanpa harus mencari”. Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung dapat

dilaksanakan di berbagai lembaga khususnya lembaga pendidikan serta berbagai sarana


seperti reklame, iklan, siaran televisi, siaran radio, dan lain-lain.Dengan adanya kegiatan
tersebut diharapkan banyak masyarakat yang termotivasi dan bergerak untuk
menciptakan lapangan kerja sehingga nantinya dapat mengatasi masalah kurangnya
lapangan pekerjaan dengan sendirinya.
d. Peningkatan Kualitas Manusia melalui Makan Makanan Bergizi
Terwujudnya keluarga sehat yang ditopang oleh kecukupan nutrisi yang memadai
akan memberikan fondasi yang kokoh bagi terwujudkan kualitas sumber daya manusia
yang dapat menjawab tantangan dalam periode demografi yang langka tersebut. Keluarga
sehat dengan nutrisi yang baik memainkan peran fundmenal karena berfungsi sebagai
fondasi bagi pencapaian tujuan-tujuan pembangunan lainnya. Jelas para ekonom
terkemuka dunia dalam panel menyebutkan bahwa tanpa individu-individu yang sehat
dengan nutrisi yang mencukupi tidak mungkin kita dapat mencapai tingkat pendidikan
yang tinggi. Keluarga sehat dengan nutrisi yang mencukupi merupakan pra-kondisi untuk
mencapai tujuan-tujuan pembangunan lainnya, karena tidak mungkin kita dapat
merealisasikan sumber daya manusia yang kompetitif tanpa dasar-dasar tersebut.Lebih
jauh panel ahli tersebut mengidentifikasi bahwa gizi dapat membantu memutus lingkaran
kemiskinan dan meningkatkan PDB negara 2 hingga 3 persen per tahun.Dengan
menginvestasi $1 pada gizi dapat memberikan hasil $30 dalam bentuk peningkatan
kesehatan, pendidikan, dan produktivitas ekonomi.
e. Berupaya Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia
f. Perlu Adanya Penanaman Rasa Cinta Budaya Lokal
Perlu ditanamkan di dalam diri masyarakat terutama para pelajar untuk lebih
mengenal dan mencintai budaya lokal sejak dini agar ketika masa bonus demografi tiba,
penduduk usia produktif dapat membangun bangsa yang lebih maju tanpa menghilangkan
unsur-unsur budaya Indonesia.
g. Perlu Adanya Kesadaran Masyarakat akan Arti Pentingnya
Pendidikan, Kesehatan, dan Aspek Pengembangan Kualitas Manusia Bukan
hanya pemerintah, masyarakat juga harus menjadi pendukung utama pembangunan mutu
manusia dengan cara menyadari pentingnya arti pendidikan, kesehatan dan aspek-aspek
yang dapat mengembangkan kualitas manusia itu sendiri.Pemuda sebagai generasi
penerus bangsa diharapkan dan harus siap dalam menghadapi bonus demografi supaya
bangsa dapat memperoleh manfaat dan dampak yang positif dari bonus
demografi.Pemuda perlu dibimbing dan diarahkan supaya berperilaku baik,dapat
dibimbing di sekolah melalui peran guru,ataupun di lingkungan keluarga oleh orang tua.

3.4. DINAMIKA KEPENDUDUKAN DI INDONESIA


5. Permasalahan Kependudukan

Permasalahan penduduk Indonesia diuraikan dalam penjelasan sebagai berikut:


1. Jumlah penduduk besar
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk tertinggi di dunia.
Indonesia sendiri menduduki peringkat ke 4 dunia dengan jumlah penduduk sekitar 259 juta
(2016 world population data sheet , page 20) setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Jumlah
penduduk yang besar merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan. Jumlah
penduduk
yang besar ini juga menjadi kendala dalam dalam melaksanakan pembangunan.
Jumlah penduduk yang semakin bertambah dari tahun ke tahun memberikan dampak
sosial ekonomi bagi Indonesia, antara lain sebagai berikut:

a. Meningkatnya permintaan barang – barang kebutuhan pokok.


Fenomena ini sangat erat kaitannya dengan dengan potensi yang dimiliki
Indonesia dalam hal sistem ketahanan pangan. Ironinya adalah jumlah penduduk yang
kian bertambah ini tidak diimbangi dengan pertambahan ketersediaan sumber daya alam
yang ada di Indonesia. Akibat dari persoalan ini adalah harga beli yang tinggi yang
nantinya akan terjadi kelangkaan.
b. Meningkatnya persaingan dalam dunia kerja
Jumlah penduduk yang tinggi akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang ada
di Indonesia. Jumlah tenaga kerja yang tinggi tanpa diimbangi dengan ketersediaan
lapangan kerja yang luas akan mengakibatkan meningkatnya persaingan dalam dunia
kerja. Tenaga kerja yang banyak ini akan memperebutkan posisi untuk mengisi peluang
kerja yang ada.
c. Meningkatnya jumlah pengangguran
Persaingan dalam dunia kerja yang berat akan menyebabkan penyerapan tenaga
kerja yang tidak merata. Tenaga kerja yang tidak tereserap ini akan menyebabkan
meningkatnya jumlah pengangguran. Pengangguran yang terjadi di Indonesia ini akan
menghambat proses pembangunan negara, khusus nya dalam bidang ekonomi.
d. Kemiskinan
Jumlah pengangguran yang besar sangat memperngaruhi tingkat kemiskinan.
Kemiskinan merupakan keadaan atau ketidakmampuan penduduk untuk memenuhi
kebutuhan sehari – hari. Tingkat kemiskinan suatu negara dapat dijadikan sebagai tolak
ukur untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu negara.
e. Meningkatnya kriminalitas

Kriminalitas merupakan dampak dari banyaknya pengangguran dan kemiskinan


yang ada. Jadi kriminalitas ini merupakan dampak turunan dari besarnya jumlah
penduduk. Banyaknya pengangguran menyababkan meningkatnya tindakan kriminalitas.
Segala cara dilakukan untuk mendapatkan sesuatu tanpa mempertimbangkan jalan yang
ditempuh.
Beberapa usaha yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah jumlah
penduduk yang besar adalah sebagai berikut:
a. Mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) sebagai gerakan nasional
b. Menerapkan Undang – Undang perkawinan yang mengatur batas usia menikah
c. Membatasi pemberian tunjangan anak bagi pegawai negeri dan anggota TNI
d. Meningkatkan pelayanan kesehatan dalam program KB
e. Meningkatkan pelayanan dalam bidang pendidikan, sehingga keinginan untuk segera
menikah dapat dihambat
f. Meningkatkan wajib belajar pendidikan dasar bagi masyarakat.

2. Rendahnya kualitas kesehatan


Kesehatan merupakan investasi penting untuk mendukung pembangunan ekonomi serta
memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kependudukan lainnya seperti
kemiskinan
karena suatu negara tanpa penduduk yang sehat tidak akan mungkin dapat membangun
negaranya sendiri. Rendahnya kualitas kesehatan yang ada di Indonesia ini akan
mempengaruhi
angka usia harapan hidup.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas kesehatan di Indonesia,
yaitu sebagai berkut:

a. Tenaga kesehatan
Faktor tenaga kesehatan merupakan salah satu faktor besar yang mempengaruhi
tingkat pelayanan kesehatan di Indonesia karena tenaga kesehatan itu sendirilah yang
turun kedalam masyarakat untuk melakukan pelayanan kesehatan. Menurut data dari
Kementrian Kesehatan RI , tenaga kesehatan yang dimiliki Indonesia saat ini berjumlah
sebanyak 876.984 orang yang terdiri atas dokter , perawat , bidan , dan tenaga kesehatan
lainnya. Dari data didapat bahwa rasio dokter dengan penduduk Indonesia berbanding
1:2500 penduduk , hal ini menunjukkan bahwa pelayanan di Indonesia khususnya bidang
pelayanan dokter dalam kondisi memprihatinkan karena perbandingan ideal antara dokter
dan penduduk yang baik harusnya 1 berbanding 1000 penduduk kebawah.Tidak
tersebarnya tenaga kesehatan di Indonesia yang hanya terkonsentrasi di wilayah yang
padat penduduknya saja dan kurang menjangkau daerah-daerah lainnya khusunya
wilayah Indonesia bagian timur yang jumlah tenaga kesehatannya terpaut sangat jauh dari

daerah lainnya di Indonesia .Hal ini tentu harus mendapat perhatian yang serius dari
pemerintah Indonesia khususnya yang mempunyai tugas di bidang kesehatan untuk
menyamaratakan tenaga kesehatan di seluruh wilayah Indonesia.
b. Minimnya sarana kesehatan yang tersedia
Sarana kesehatan seperti Rumah Sakit, Rumah Sakit Bersalin, Posyandu, dan
sarana kesehatan lainnya sangat berperan penting dalam peningkatan pelayanan
kesehatan karena disanalah pusat dari pelayanan kesehatan itu sendiri. Menurut data dari
Badan Pusat Statistik, Indonesia memilih total sarana kesehatan sebanyak 55.543 yang
terdiri atas Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu, dan sarana kesehatan lainnya.
Penyebaran sarana kesehatan yang ada di Indonesia sangat tidak merata dimana sebagian
besar sarana kesehatan di Indonesia hanya terpusat pada beberapa wilayah tertentu saja
seperti pulau Jawa dan Sumatera sementara wilayah Indonesia bagian timur hanya
mendapat sedikit sarana kesehatan, contohnya Provinsi Maluku yang hanya punya rumah
sakit sebanyak 43 unit dibanding dengan Provinsi lainnya yang memiliki Rumah Sakit
diatas 100 unit. Hal ini tentunya harus mendapat perhatian serius dari kita terutama dari
pemerintah untuk menanggulangi kesenjangan ini.
c. Faktor birokrasi yg buruk dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di Indonesia
Bidang kesehatan sendiri mengalami kerugian hingga mencapai ratusan milyar
rupiah dengan kasus seperti korupsi pengadaan alat bantu belajar pada dokter dan korupsi
dalam pemenangan tender untuk pembuatan atau penelitian jenis obat tertentu. Sangat
disayangkan ,bidang yang seharusnya bersih dari korupsi karena menyangkut kesehatan
banyak jiwa menjadi lumbung bagi para pencuri uang Negara untuk menambah hartanya.

Beberapa usaha yang dapat dlakukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan yaitu:
a) Peningkatan tenaga kesehatan untuk menambah tenaga kesehatan yang kurang
b) Pembangunan sarana dan prasarana kegiatan penunjang dalam dunia kesehatan
c) Kebijakan layanan kesehatan yang menunjang bagi masyarakat
d) Subsidi biaya pelayanan kesehatan yang terjangkau
e) Pengawasan birokrasi yang transparan
f) Tunjangan hidup bagi tenaga kesehatan di daerah yang terpelosok
g) Memproduksi obat generik yang terjangkau bagi masayarakat

3. Persebaran penduduk tidak merata

Berdasarkan sensus penduduk dan survei penduduk, persebaran penduduk


Indonesia antar provinsi yang satu dengan provinsi yang lainnya tidak merata.
Konsentrasi kepadatan penduduk di Indonesia berpusat di pulau jawa. Lebih dari 50%
jumlah penduduk di Indonesia mendiami pulau Jawa.
Berikut ini adalah faktor yang menyebabkan terjadinya persebaran penduduk:
a. Kesuburan tanah
Kesuburan tanah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi persebaran. Hal
ini erat kaitannya dengan rencana pengeloaan tanah untuk bercocok tanam.
b. Iklim
Wilayah yang beriklim terlalu panas atau terlalu dingin akan mempengaruhi
keinginan penduduk untuk bermigrasi. Iklim disini juga akan mempengaruhi adaptasi
apabila penduduk tersebut berpindah.
c. Topografi
Topografi atau bentuk permukaan tanah sangat mempengaruhi persebaran
penduduk. Persebaran penduduk ini cenderung berada di daerah dataran.
d. Sumber air
Air merupakan sumber energi mineral yang sangat dibutuhkan oleh manusia.
Oleh karena itu, ketersediaan air pada suatu tempat akan mempengaruhi persebaran
penduduk.
e. Sarana dan prasarana transportasi
Persebaran penduduk yang tidak merata ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan
sarana dan prasana transportasi. Daerah yang memiliki sarana dan prasara tranportasi
yang lengkap biasanya menjadi pusat persebaran.
f. Pusat fasilitas ekonomi serta pusat pemerintah
Daerah yang menjadi pusat pemerintahan biasanya menjadi pusat persebaran
penduduk. Sedangkan daerah daerah yang kurang memiliki fasilitas yang lengkap
biasanya tidak dijadikan sebagai pusat persebaran.

Persebaran penduduk yang tidak merata ini dapat menimbulkan berbagai permasalahan di
wilayah – wilayah tertentu, sebagai contohnya adalah:
a. Menurunnya kualitas lingkungan
Menurunnya kualitas lingkungan ini disebabkan oleh pemanfaatan sumberdaya
alam yang hanya berpusat pada satu wilayah saja.

b. Stabilitas keamanan menurun


Banyaknya penduduk yang hanya tinggal di suatu wilayah juga menyebabkan
tingkat keamanan penduduk yang rendah. Hal tersebut karena banyaknya interaksi yang
besifat positif maupun negatif.
c. Munculnya pemukiman dengan rumah – rumah yang tidal layak huni
Pertumbuhan jumlah penduduk yang hanya berada disuatu titik, menyebabkan
sempitnya ketersediaan yang ada. Kondisi yang seperti ini sangat rawan terbentuk
pemukiman – pemukiman yang pembangunannya tidak mempertimbangkan prinsip
kenyamanan dan kesehatan.
d. Bertambahnya pekerjaan di sektor infromal, seperti pedagang kaki lima yang
mengganggu ketertiban
e. Persebaran penduduk yang tidak merata ini dapat menimbulkan kesenjangan
ekonomi yang ada. Hasilnya adalah semakin banyaknya peluang usaha yang imanfaatkan
tanpa memperhatikan lingkungan.

Upaya penanggulangan yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi dampak persebaran


penduduk yang tidak merata adalah:
a. Melaksanakan program transmigrasi
b. Melaksanakan program pemerataan pembangunan dengan cara mendirikan industri di
pinggir kota
c. Menambah sarana dan prasarana umum,seperti tranportasi dan pendidikan
d. Peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat dalam bidang keamanan, ekonomi dan
kesehatan di berbagai daerah.

3.4. DINAMIKA KEPENDUDUKAN DI INDONESIA


6. Sumber Data Kependudukan & Analisis Data Kependudukan

A. Sumber Data Kependudukan


Penduduk adalah orang yang tinggal di suatu wilayah atau orang yang secara hukum
berhak tinggal di suatu wilayah. Penduduk juga dapat diartikan sebagai setiap orang atau
kumpulan orang yang berada di suatu wilayah dan terikat oleh aturan-aturan yang berlaku
serta
saling berinteraksi. Penduduk merupakan bagian terpenting bagi suatu negara dilihat dari segi
kuantitas maupun kualitasnya. Kajian tentang penduduk dipelajari dalam disiplin ilmu
demografi
dan ilmu kependudukan. Demografi adalah ilmu yang mempelajari analisis statistik terhadap
jumlah, distribusi, komposisi penduduk dan komponen perubahannya. Sedangkan ilmu
kependudukan mengkaji antara variabel demografi dengan ilmu lainnya yang menunjang.
Sebagai salah satu unsur dari sebuah negara, penduduk menjadi modal utama bagi
pembangunan
suatu negara. Oleh karena itu perlu diketahui jumlah, komposisi, dan persebaran penduduk
yang
berasal dari data kependudukan.
Sumber data kependudukan dibagi menjadi tiga, yaitu sensus peduduk, registrasi penduduk,
dan
survey penduduk.

1. Sensus penduduk
Sensus penduduk adalah pencatatan seluruh penduduk secara serentak dengan
tujuan utama untuk mengetahui jumlah penduduk, persebara, dan karakteristik penduduk.
Sensus penduduk dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) seriap 10 tahun
sekali. Sensus memiliki tiga dimensi, yaitu:
a. Pencatatan yang menyeluruh terhadap semua orang.
Artinya, semua orang yang tinggal di suatu wilayah atau negara wajib dicatat
dan didata tanpa terkecuali.
b. Dilaksanakan pada waktu tertentu.
Artinya, sensus hanya dilaksanakan pada suatu waktu tertentu, dan pada
umumnya dilaksanakan setiap 10 tahun sekali.
c. Mencakup suatu wilayah.
Artinya, ruang lingkup sensus harus meliputi suatu wilayah adaministratif
tertentu. Hal ini dilakukan dengan menggunakan batasan administrative
negara.

Berdasarkan status tempat tinggal penduduk, ada dua macam sensus sebagai berikut:
a. Sensus de yure, adalah pencatatan yang dilakukan terhadap penduduk yang
bertempat tinggal di daerah atau tempat diadakan pencatatan sesuai identitas
kependudukan yang dimiliki
b. Sensus de facto, adalah pencatatan yang dilakukan terhadap penduduk yang
tinggal di suatu daerah padasaat dilakukan pencatatan

Dalam pelaksanaan sensus terdapat dua metode, yaitu sebagai berikut:


a. Metode canvaser
Metode canvaser adalah sensus penduduk dengan cara petugas sensus mencatat
identitas dan mengisi daftar pertanyaan sesuai dengan jawaban dari penduduk.
Dengan metode ini, petugas mendapatkan jawaban langsung dari penduduk.
b. Metode house holder
Metode hoseholder adalah sensuspenduduk dengan cara memberikan daftar isian
kepada setiap kepala rumah tangga untuk diisi. Cara ini hanya dilaksanakan di
negara-negara maju dan penduduknya bebas dari buta huruf.
Sensus penduduk sangat berguna untuk:
a. Mengetahui keseluruhan jumlah penduduk
b. Mengetahui persebaran penduduk
c. Memperoleh informasi migrasi penduduk
d. Mengetahui karakteristik penduduk (tingkat pendidikan, agama, jenis kelamin,
dan umur)
Sensus penduduk memiliki beberapa ciri khas antara lain;
a. Bersifat individu, artinya setiapinformasi demografi dan sosial ekonomi yang
dikumpulkan berasal dari individu penduduk
b. Bersifat universal atau meneyeluruh
c. Pencacahan diselenggarakan serentak di seluruh wilayah negara
d. Sensus penduduk dilaksanakan secara periodik
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan informasi yang harus ada dalam sensus
penduduk adalah sebagai berikut:
a. Geografi dan migrasi penduduk. Informasi ini meliputi lokasi daerah
pencacahan, jumlah penduduk secara de jure dan de facto.
b. Kondisi rumah tangga. Informasi yang harus diperoleh meliputi hubungan
anggota keluarga dengan kepala keluarga, jumlah anggota keluarga, dan jenis
kelamin anggota keluarga.
c. Kelahiran dan kematian. Berisi informasi mengenai jumlah anak yang lahir
maupun jumlah anggota keluarga yang meninggal.
d. Karakteristik pendidikan. Dalam bagian ini, informasi yang harus diperoleh
adalah tingkat pendidikan tiap penduduk yang ada di suatu wilayah.

e. Karakteristik ekonomi. Informasi yang harus diperoleh adalah jenis mata


pencaharian penduduk yang ada di suatu wilayah, serta tingkat pendapatan
penduduk yang diperoleh di wilayah tersebut
Ada beberapa faktor lain yang ikut menentukan kualitas hasil sensus penduduk, terutama
yang berkaitan dengan pelaksanaan pencacahan di lapangan, yaitu sebagai berikut:
a. Kerjasama dan partisipasi masyarakat

Penduduk harus diyakinkan bahwa hasil sensus penduduk berguna untuk


perencanaan pembangunan ekonomi, sosial, dan politik.
b. Kondisi geografis dan topografis
Mudah dan sulitnya situasi geografis dan topografis wilayah sensus
mempengaruhi kelengkapan cakupan sensus penduduk.
c. Kualitas petugas
Petugas harus berkualitas dan mempunyai dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya.
Hal ini dapat dibentuk dengan persiapan, perencanaan, dan pelatihan yang
sempurna.
d. Kualitas penduduk sebagai responden
Responden perlu mengetahui dengan benar maksud dari pertanyaan yang diajukan
dan diharapkan dapat menjawab dengan jujur.
e. Perencanaan dan pelaksanaan
Pelaksanaan di lapangan sesuai dengan rencana dan ketentuan, serta ditunjang
dengan peralatan yang dibutuhkan.
Dalam melakukan sensus dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit, besar
kemungkinan terjadi kesalahan. Hal ini disebut kesalahan sensus. Penjelasan untuk jenis-
jenis kesalahan sensus adalah sebagai berikut.
a. Kesalahan cakupan
Kesalahan ini terjadi ketika tidak seluruh penduduk tercacah, atau ada sebagian
penduduk yang tercacah dua kali. Hal ini biasanya terjadi pada negara-negara
dengan jumlah penduduk yang besar.
b. Kesalahan isi laporan
Kesalahan ini terjadi akibat adanya kesalahan pelaporan oleh responden.
Contohnya adalah penduduk yang tidak tahu usia sebenarnya, atau penduduk
yang menutupi kondisi sebenarnya.
c. Kesalahan ketepatan pelaporan

Kesalahan ini terjadi akibat adanya kelalaian petugas sensus atau penduduk yang
disensus.

2. Registrasi penduduk
Registrasi penduduk berkaitan dengan komponen penduduk yang dinamis, seperti
kelahiran, kematian, migrasi penduduk, perkawinan dan perceraian. Komponen-
komponen ini cepat berubah, sehingga diperlukan registrasi penduduk yang dapat
diperbarui setiap saat.Berbeda dengan sensus penduduk, registrasi penduduk lebih
bersifat pasif. Registrasi penduduk dianggap pasif karena dilakukan oleh perwakilan
keluarga dari kepala keluarga yang tengah mengalami peristiwa tertentu, seperti kelahiran
atau kematian.
Pelaporan dengan sistem pasif ini menimbulkan beberapa permasalahan, terutama
ketidaklengkapan data pelaporan,sebagai contoh:
a. Seorang bayi lahir beberapa menit, kemudian meninggal dunia. Seharusnya hal
tersebut dicatatkan sebagai peristiwa kelahiran dan kematian, tetapi orang tua bayi
tersebut tidak melapor.
b. Jarak kantor desa terlalu jauh dari rumah penduduk yang melahirkan, sehingga tidak
dilaporkan.
c. Registrasi penduduk, penduduk yang boleh mencatatkan peristiwa-peristiwa demografi
adalah penduduk de jure.
Untuk memperoleh data registrasi yang baik dan benar, PBB mensyaratkan
beberapa aturan, yaitu sebagai berikut:
a. Ada peraturan yang memaksa penduduk untuk melapor (compulsory of registration).
Dalam pelaksanaan registrasi ini harus dilandaskan atas dasar hukum, sehingga memaksa
penduduk untuk selalu melaporkan setiap kejadian yang dialami keluarganya, baik
peristiwa kelahiran, kematian, atau lainnya.
b. Dilaksanakan oleh badan pemeritah.
Pelaksanaan registrasi penduduk serta penyajian data statistiknya harus dilakukan oleh
lembaga pemerintah. Dengan demikian, hasil yang disajikan akan menghasilkan data
yang konsisten dan berkesinambungan.
c. Ada sanksi hukum.
Pelaksanaan registrasi penduduk harus memiliki sanksi hukum. Hal ini dilakukan untuk
menjamin bahwa setiap orang mau mendaftarkan diri untuk didata. Begitu juga agar
terhindar dari kelalaian dan pelanggaran pendaftaran.

d. Ada petugas yang melaksanakan pendaftaran.


Tugas dan tanggung jawab petugas harus ditulis dengan jelas untuk menghindari
kesalahan dan untuk menjamin keseragaman dalam pelaksanaan registrasi penduduk.
e. Keterangan yang dilaporkan.
Informasi dasar yang harus dilaporkan meliputi identitas penduduk, seperti nama, tempat
tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan, dan lain-lain.
f. Khusus untuk pelaporan kelahiran dan kematian.
Tanggal kejadian dan tanggal pelaporan, begitu juga tempat kejadian serta tempat
pelaporan sangat diperlukan untuk dapat disajikan ke dalam hasil catatan dan tabulasi
data statisitik.
g. Proses tabulasi dan penyajian data
Proses pemindahan laporan menjadi suatu data tabulasi adalah hal yang sangat penting,
terutama dalam hal keakuratannya. Oleh karena itu, harus ada peraturan mengenai
prosedur pelaporan dan penyajian data statistik.

3. Survei penduduk
Survei adalah metode pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan
sampel atau hanya mencacah sebagian penduduk. Survei dapat dilaksanakan kapan saja
sesuai kebutuhan. Contoh survei yang dilaksanakan oleh BPS adalah Survei Sosial
Ekonomi Nasional (SUSENAS) dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS).
Setiap metode pengumpulan data kependudukan tentunya memiliki kelebihan dan
kelemahannya masing-masing. Kelemahan metode survei adalah tidak dapat mewakili
semua penduduk karena hanya diambil berdasarkan sampel.
Sedangkan kelebihan dari metode survei akan diuraikan sebagai berikut.
a. Dapat dilakukan kapan saja.
b. Data yang diambil sesuai kebutuhan survei.
c. Data yang dikumpulkan lebih lengkap dan rinci.
d. Penghematan terhadap waktu, biaya, dan tenaga.

B. Analisis Data Kependudukan


Analisis data kependudukan adalah teknik yang digunakan untuk mengukur dinamika
penduduk sepanjang waktu yang berkaitan dengan jumlah, distribusi, komposisi penduduk,
dan
komonen perubahannya melalui dasar demografi berupa kelahiran, kematian, dan migrasi.

Analisis demografi sangat diperlukan dalam membuat kebijakan oleh pemerintah maupun
nonpemerintah serta menjadi acuan untuk menjawab berbagai permasalahan yang
berhubungan
dengan kependudukan.
Beberapa manfaat analisis demografi adalah sebagai berikut:
1. Dapat digunakan oleh pemerintah dalam pembuatan kebijakan pembangunan.
2. Dapat digunakan untuk referensi merancang strategi pemasaran oleh pengusaha dan
industri.
3. Dapat digunakan untuk mengetahui jumlah dan persebaran penduduk pada suatu
wilayah dari waktu ke waktu.
4. Dapat digunakan untuk merancang dan memperkirakan proyeksi penduduk serta
kondisi di masa depan.
5. Dapat digunakan untuk mengetahui daya dukung lingkungan dan kaitannya terhadap
populasi penduduk.

Contoh kebijakan pemerintah yang menggunakan analisis demografi sebagai berikut:


1. Analisis demografi jumlah penduduk usia sekolah di suatu wilayah diperlukan untuk
perencanaan pembangunan gedung sekolah baru atau penambahan jumlah tenaga
pengajar.
2. Analisis demografi persebaran penduduk di suatu wilayah diperlukan untuk
perencanaan pembangunan sarana dan prasarana umum seperti jalan, pemerintah, pasar,
terminal, dan lainnya.
3. Analisis demografi dari angka beban ketergantungan penduduk dapat dijadikan asumsi
pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam pembukaan lapangan kerja baru atau
program wirausaha.
4. Analisis demografi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendapatan dan mata
pencaharian dapat dijadikan dasar bagi perusahaan restoran cepat saji untuk membuka
cabang baru di wilayah tertentu.
5. Analisis demografi mobilitas penduduk di suatu wilayah dapat menjadi asumsi dasar
perusahaan jasa transportasi menyediakan trayek baru.
6. Analisis demografi jumlah penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin di suatu
wilayah apat menjadi acuan bagi perusahaan konveksi untuk memproduksi jenis pakaian
sesuai umur dan jenis kelamin yang dominan di wilayah tersebut.

3.5. MITIGASI BENCANA ALAM


1. Jenis & Karakteristik Bencana Alam

PENGERTIAN BENCANA
Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: Bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non
alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut
juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan
tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun kerusakan. Jika
terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu wilayah,
maka dihitung sebagai satu kejadian.
Pembahasan pada topik ini akan fokus pada kajian bencana alam. Bumi kita
adalah planet yang sangat dinamis. Sifat dinamis ini dapat dikenali mulai dari rotasi bumi
pada porosnya, revolusi bumi mengelilingi matahari, pergerakan lempeng-lempeng
tektonik bumi, arus laut di samudera, serta berbagai fenomena cuaca di atmosfer.
Berbagai fenomena dan lingkungan alam dibumi juga saling berinteraksi dan hasilnya
dapat memengaruhi kehidupan mahluk hidup dibumi, termasuk manusia. Interaksi
antarfenomena pada listosfer, atmosfer, dan hidrosfer dengan menghasilkan akibat yang
merugikan dan / atau mengancam kehidupan manusia sehingga dikategorikan sebagai
bencana alam. Pengelompokan jenis bencana alam dibagi menjadi asal dinamika litosfer,
hidrosfer, atmosfer dan ekstra terestrial. Sedangkan pada kajian ini akan dibahas fokus
pada bencana alam meteorologi/hidrometeorologi yang merupakan bencana alam yang

berhubungan dengan iklim. Bencana alam ini umumnya tidak terjadi pada suatu tempat
yang khusus.
Bencana alam bersifat meteorologis paling banyak terjadi diseluruh dunia seperti
banjir dan kekeringan. Kekhawatiran terbesar pada masa modernisasi sekarang ini adalah
terjadinya pemanasan global.

BENCANA ASAL DINAMIKA LITOSFER


A. JENIS-JENIS BENCANA ALAM

Berdasarkan penyebabnya bencana alam dibedakan menjadi tiga jenis berikut :


1. Bencana alam geologi yaitu bencana yang disebabkan oleh aktivitas bumi, seperti
gempa bumi, gunung meletus, Tsunami, abrasi, dan gerakan tanah
2. Bencana alam klimatologi yaitu bencana yang disebabkan oleh pengaruh iklim seperti
banjir, angin topan, dan kekeringan.
3. Bencana alam ekstrateristrial yaitu bencana yang disebabkan oleh benda-benda dari
luar angkasa seperti jatuhnya meteor.
Berikut ini beberapa bencana alam geologi yang terjadi di indonesia
1. Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan getaran pada permukaan bumi yang diakibatkan oleh pergerakan
dan/atau interaksi lempeng tektonik serta aktivitas vulkanik.
2. Letusan Gunung Berapi
Letusan gunung api merupakan proses keluarnya magma yang berada di perut bumi ke
permukaan bumi berupa material padat seperti bom, lavili dan debu vulkanik, material
cair berupa lahar dan material gas berupa awan panas.
3. Tanah Longsor
Tanah longsor merupakan gerakan masa batuan atau tanah menuruni lereng atau tebing.
B. KARAKTERISTIK BENCANA ALAM
1. Letusan Gunung Berapi
Gunung berapi adalah bukaan, atau rekahan, pada permukaan atau kerak bumi
yang mengeluarkanmaterial berupa gas, abu, batu dan lava cair yang panas bebas jauh di
dalam bawah permukaan bumi. Aktivitas gunung meletus biasanya dapat diprediksi
kejadiannya, sehingga korban jiwa, harta, dan benda dapat diminimalisir. Gunung berapi
yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain:

a. Suhu di sekitar gunung naik


b. Mata air menjadi kering
c. Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
d. Tumbuhan di sekitar gunung layu
e. Binatang di sekitar gunung bermigrasi
Berikut adalah hasil dari letusan gunung berapi, antara lain :
a. Gas Vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain
Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida(CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur
dioksida (SO2), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayakan manusia.
b. Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke
permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai
sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang
membeku akan membentuk bermacam-macam batuan.
c. Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya.
Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
d. Hujan Abu
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan.
Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai
ratusan kilometer jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu pernapasan.
e. Awan panas
Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini
terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih
besar dari 600°C. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang
terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan dapat menyebabkan sesak
napas.

2. Gempa Bumi
Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam
bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi.
Akumulasi energi penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-

lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang
gempabumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.
a. Karakteristik gempa bumi sebagai berikut :
1) Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat
2) Lokasi kejadian tertentu
3) Akibatnya dapat menimbulkan bencana
4) Berpotensi terulang lagi
5) Belum dapat diprediksi
6) Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi
b. Tipe gempa bumi sebagai berikut :
1) Gempa bumi vulkanik (Gunung Api); Gempa bumi ini terjadi akibat
adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus.
2) Gempa bumi tektonik; Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya
aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng tektonik secara mendadak
yang mempunyai kekuatan yang sangat kecil hingga yang sangat besar.
Gempabumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di
bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian
bumi.
3) Gempa bumi tumbukan; Gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan
meteor atau asteroid yang jatuh ke bumi, jenis gempa bumi ini jarang
terjadi.
4) Gempa bumi runtuhan; Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah
kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempa bumi jarang terjadi dan
bersifat lokal.
5) Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas
dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan
ke permukaan bumi.
Berdasarkan jenis gempa tersebut, gempa yang sering terjadi adalah
gempa tektonik. Gempa bumi terjadi karena adanya aktivitas lempeng tektonik.
Lempeng yang tidak seimbang akan mencari keseimbangan yang sesuai. Gempa
bumi tektonik di Indonesia tidak lepas dari pengaruh letak indonesia yang berada
di pertemuan lempeng dunia. Indonesia diapit oleh tiga lempeng tektonik yaitu
Lempeng Eurasia yang bergerak kearah Selatan, Lempeng Indo-Australia yang
bergerak ke arah Utara, dan Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah Barat.

3. Tanah Longsor
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan,tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke
bawah atau keluar lereng.
a. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Longsor
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng
lebih besar dari gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh
kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi
oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi
batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup
dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat
dibedakan sebagai factor alam dan faktor manusia:

1) Faktor Alam
a) Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan batu
lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, dan gunung berapi.
b) Iklim: curah hujan yang tinggi.
c) Keadaan topografi: lereng yang curam.
d) Keadaan air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air,
erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.
e) Tutup lahan yang mengurangi tahan geser, misalnya tanah kritis.
f) Getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin,
dan getaran lalu lintas kendaraan.
2) Faktor manusia
a) Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereng yang terjal.
b) Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
c) Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
d) Penggundulan hutan.
e) Budidaya kolam ikan diatas lereng.
f) Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
g) Pengembangan wilayah yang tidak di imbangi dengan kesadaran
masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan
sendiri.

h) Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.

b. Ciri-Ciri Tanah Longsor Sebagai Berikut :


1) Lapisan tanah yang searah kemiringan lereng
2) Curah hujan tidak tinggi tetapi terus-menerus dalam waktu lama
3) Susunan tanah atau batuan yang lolos air di atas yang kompak dan
relatif kedap air
4) Rembesan air pada lereng atau munculnya mata air baru secara tiba-tiba
5) Munculnya tetakan pada lereng dan retakan-retakan di lereng yang
sejajar dengan arah tebing.
6) Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
Ada enam jenis longsor, yaitu: longsoran translasi, longsoran
rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah dan aliran bahan
rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di
Indonesia sedangkan longsoran yangpaling banyak memakan korban jiwa
manusia adalah aliran bahan rombakan.

DAMPAK BENCANA TERHADAP KEHIDUPAN


A. DAMPAK POSITIF BENCANA ALAM
1. Letusan Gunung Berapi

Letusan gunung berapi juga sebenarnya membawa berkah meski hanya


bagi penduduk yang ada di sekitar. Berikut uraiannya:
a. Tanah yang dilalui oleh hasil abu vulkanis gunung berapi sangat baik bagi
pertanian sebab tanah tersebut secara alamiah menjadi lebih subur dan bisa
menghasilkan tanaman yang jauh lebih berkualitas. Tentunya bagi penduduk
sekitar pegunungan yang mayoritas petani, hal ini sangat menguntungkan.
b. Terdapat mata pencaharian baru bagi rakyat sekitar gunung berapi yang telah
meletus, yaitu penambang pasir. Material vulkanik berupa pasir tentu memiliki
nilai ekonomis.
c. Selain itu, terdapat pula bebatuan yang disemburkan oleh gunung berapi saat
meletus. Bebatuan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangungan warga
sekitar gunung.

d. Meski ekosistem hutan rusak, namun dalam beberapa waktu, akan tumbuh lagi
pepohonan yang membentuk hutan baru dengan ekosistem yang juga baru.
e. Setelah gunung meletus, biasanya terdapat geyser atau sumber mata air panas
yang keluar dri dalam bumi dengan berkala atau secara periodik. Geyser ini baik
bagi kesehatan kulit.
f. Muncul mata air bernama makdani yaitu jenis mata air dengan kandungan
mineral yang sangat melimpah.
g. Pada wilayah vulkanik, potensial terjadi hujan orografis. Hujan ini potensial
terjadi sebab gunung adalah penangkap hujan terbaik.
h. Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi, sangat baik didirikan
pembangkit listrik.

2. Tanah Longsor

Dampak positif dari tanah longsor adalah:


a. Tanah kembali menjadi gembur
b. Perubahan tekstur dan bentuk gunung.
c. Mempercepat dan memperbanyak proses peleburan batu dalam tanah

3. Gempa Bumi

Dampak positif dari gempa bumi adalah:


a. Menciptakan alat-alat teknologi pendeteksi gempa
b. Menjadikan kita peduli pada sesama
c. Meningkatkan kewaspadaan manusia
d. Menjadi tempat pariwisata
e. Menjadi sumber berita
f. Mengurangi kepadatan penduduk

B. DAMPAK NEGATIF BENCANA ALAM


1. Letusan Gunung Berapi

Gunung berapi yang meletus tentu akan membawa material yang


berbahaya bagi organisme yang dilaluinya. Karena itu kewaspadaan mutlak
diperlukan. Hal negatif yang terjadi saat gunung meletus sebagai berikut :
a. Tercemarnya udara dengan abu gunung berapi yang mengandung bermacam-
macam gas mulai dari Sulfur Dioksida (SO2), gas Hidrogen sulfida (H2S),
Nitrogen Dioksida (NO2) serta beberapa partikel debu yang berpotensial
meracuni makhluk hidup di sekitarnya.
b. Dengan meletusnya gunung berapi bisa dipastikan semua aktifitas penduduk di
sekitar wilayah tersebut akan lumpuh termasuk kegiatan ekonomi.
c. Semua titik yang dilalui oleh material berbahaya seperti lahar dan abu vulkanik
panas akan merusak pemukiman warga.
d. Lahar yang panas juga akan membuat hutan di sekitar gunung rusak terbakar
dan hal ini berarti ekosistem alamiah hutan terancam.
e. Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi berpotensi menyebabkan
sejumlah penyakit misalnya ISPA.
f. Desa yang menjadi titik wisata tentu akan mengalami kesulitan dengan adanya
letusan gunung berapi. Sebut saja Gunung Rinjani dan
Gunung Merapi, kedua gunung ini dalam kondisi normal merupakan salah
satu destinasi wisata terbaik bagi mereka wisatawan pecinta alam.

2. Tanah Longsor

Dampak negatif dari tanah longsor adalah:


a. Korban jiwa
b. Rusaknya infrastruktur
c. Rusaknya sumber mata pencaharian warga
d. Buruknya sanitasi lingkungan

3. Gempa Bumi

Dampak negatif dari gempa bumi adalah:


a. Membuat banyak orang meninggal
b. Merusak fasilitas umum
c. Wilayah menjadi rusak

d. Banyaknya pengangguran karena kantornya hancur


e. Berkurangnya sumber daya alam dan sumber daya manusia
f. Jaringan transportasi dan komunikasi terganggu.

BENCANA ALAM ASAL DINAMIKA HIDROSFER


1. Tsunami
a. Pengertian
Tsunami (“tsu” berarti pelabuhan, “nami” berarti gelombang) merupakan
gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif
dari dasar laut. Gangguan tersebut berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik,
atau longsoran.
b. Penyebab
1) Gempa bumi yang diikuti dengan dislokasi/perpindahan massa tanah/batuan
yang sangat besar dibawah air laut/danau.
2) Tanah longsor dibawah tubuh air/laut
3) Letusan gunung api dibawah laut dan gunung api pulau.
c. Mekanisme Perusakan
Tsunami mempunyai kecepatan yang berbanding lurus dengan kedalaman laut.
Jika kedalaman laut semakin dalam, maka kecepatan tsunami semakin besar.
Kecepatan tsunami akan semakin berkurang karena gesekan dengan dasar laut
yang semakin dangkal. Hal tersebut menjadikan tinggi yang semakin besar.
Berkurangnya kecepatan menyebabkan adanya penumpukan massa air. Kecepatan
Tsunami saat mencapai pantai berkurang menjadi 25-100 km/jam. Gelombang ini
bisa menghancurkan kehidupan di daerah pantai. Tsunami akan kembali akan laut
setalah mencapai puncak gelombang (run-down). Meski berhenti, gelombang ini
akan menyeret segala sesuatu ke laut.
d. Kajian bahaya
1) Kejadian-kejadian tsunami didata dan dijadikan database untuk mengetahui
karakteristik tsunami.
2) Identifikasi sistem tektonik, struktur geologi dan morfologi daerah dasar laut
khususnya didaerah sekitar zona tumbukan (subduction zone).
3) Pemetaan resiko bencana tsunami
e. Gejala dan Peringatan Dini

1) Gelombang air laut datang secara mendadak


2) Pada umumnya didahului dengan gempa bumi besar dan susut laut.
3) Terdapat selang waktu antara waktu terjadinya gempa bumi dengan waktu
tsunami di pantai.
f. Parameter
1) Ketinggian tsunami yang naik ke daratan (run-up).
2) Panjang sapuan tsunami ke daratan (m atau km).
3) Luas daerah yang terkena sapuan gelombang (km2).

2. Banjir
a. Pengertian
Tahukah anda apa yang dimaksud dengan banjir? Banjir jika diartikan
adalah aliran air yang tingginya melebihi muka air normal. Hal itu menyebabkan
genangan pada lahan rendah di sisinya. Jika kita perhatikan berita-berita di media
massa maka, negara kita termasuk negara yang sering dilanda banjir. Tahukah
anda mengapa hal tersebut bisa terjadi ? Jika kita kaji kondisi geografis indonesia,
maka wilayah Indonesia termasuk daerah iklim tropis. Wilayah yang termasuk
iklim ini memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Ciri dari
negara tropis adalah adanya perubahan cuaca, suhu, dan arah angin yang cukup
ekstrem. Pantaslah jika Indonesia menyimpan ancaman bersifat menyimpan
ancaman bersifat hidrometeorologis seperti banjir dan kekeringan. Hampir
seluruh wilayah Indonesia berpotensi tinggi mengalami banjir.
Sekarang coba kita identifikasi jenis-jenis banjir menurut sumber airnya.
Berikutnya ini adalah jenis-jenisnya.
1) Banjir akibat hujan lebat. Hal ini menyebabkan kapasitas penyaluran sistem
pengaliran air tidak mampu bekerja dengan baik. Sistem penyaluran air dapat kita
bagi menjadi sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia.
2) Banjir akibat pasang laut. Pasang laut menyebabkan meningkatnya muka air di
sungai.
3) Banjir akibat kegagalan bangunan air buatan manusia. Setiap buatan manusia
pasti mengalami kerusakan. Bangunan air buatan manusia diantaranya adalah
bendungan, tanggul, dan bangunan pengendalian banjir.
4) Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai
akibat longsornya tebing sungai. Hal ini menyebabkan bendungan tidak dapat
menahan tekanan air.

b. Penyebab
Pada pembahasan sebelumnya kita sudah membahas beberapa penyebab
banjir. Secara umum banjir disebabkan oleh tingginya curah hujan. Akibatnya
sistem pengaliran air, saluran drainase, dan kanal penampung banjir tidak mampu
akumulasi air hujan. Hasilnya air akan meluap dan menyebabkan banjir. Daya
tampung sistem pengaliran air tidak selamanya sama. Sistem ini akan berubah
akibat sedimentasi, penyempitan sungai, tersumbat sampah, serta masih banyak
faktor lainya. Satu hal yang juga harus menjadi perhatian kita adalah
penggundulan hutan didaerah tangkapan air hujan. Penggundulan hutan
menyebabkan debit air yang masuk ke sistem aliran meningkat. Akibat lainya
adalah tingginya tingkat erosi serta sedimentasi. Berkurangnya resapan air juga
terjadi didaerah permukiman. Padatnya bangunan menyebabkan berkurangnya
tingkat resapan air. Kurang resapan membuat air langsung masuk ke sistem
pengaliran yang kapasitasnya terbatas.

c. Mekanisme perusakan
Pernahkah anda melihat atau bahkan mengalami wilayah anda tergenang
banjir? Coba anda lihat apakah ada kerusakan yang terjadi, baik pada bangunan
atau fasilitas lainya? Banjir umumnya mempunyai sifat merusak, baik yang
menggenang maupun banjir bandang. Sifat ini didapatkan kerena arus air yang
cepat dan bergolak dapat menghanyutkan berbagai benda disekitarnya. Kerusakan
akan semakin tinggi ketika aliran air membawa material tanah. Air banjir dapat
merusak pondasi bangunan, baik rumah maupun jembatan. Material yang hanyut
bersama banjir akan diendapkan setelah surut. Endapan tersbeut dapat merusak
tanaman, perumahan, perumahan, dan menimbulkan penyakit.

d. Kajian bahaya
Kajian mengenai bahaya banjir dapat kita pelajari melalui data-data yang
tepat. Hal ini kita butuhkan untuk menentukan tingkat kerawanan serta upaya
antisipasi banjir. Data yang kita butuhkan berasal dari hal-hal sebagai berikut.
1) Rekaman kejadian bencana yang terjadi. Data ini berfungsi sebagai indikasi
awal akan datangnya banjir di masa yang akan datang. Melalui data ini kita dapat
menentukan pola mterjadinya banjir periodic (tahunan, lima tahunan, sepuluh
tahunan, atau seratus tahunan).
2) Pemetaan topografis. Peta topografi dapat menunjukan kontur ketinggian
sekitar daerah aliran sungai. Melalui data ini kita dapat menentukan kemampuan
kapasitas sistem hidrologi dan luas daerah tangkapan hujan.

3) Data curah hujan. Data ini dipergunakan untuk menghitung kapasitas


penyaluran sistem pengaliran.
e. Gejala dan Peringatan Dini
Apa saja gejala banjir? Kita dapat mengenalinya tanda-tanda berikut :
1) Curah hujan yang tinggi
2) Tinggi pasang laut dan terjadinya badai.
3) Dilampauinya ketinggian muka banjir.
f. Parameter
Parameter ancaman banjir dapat ditentukan berdasarkan hal-hal berikut.
1) Luas genangan
2) Kedalaman atau ketinggian air banjir
3) Kecepatan aliran
4) Material yang dihanyutkan aliran banjir
5) Tingkat kepekatan air atau tebal endapan lumpur.
6) Lamanya waktu genangan

3. Kekeringan
a. Pengertian
Kekeringan merupakan ketidakseimbangan ketersediaan air dengan
kebutuhan air manusia dan lingkungan. Menurut BNPB, kekeringan dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1) Kekeringan Alamiah
a) Kekeringan Meteorologis akibat tingkat curah hujan dibawah normal adalm
satu musim.
b) Kekeringan hidrologis akibat kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah.
Kita dapat mengkur kekeringan ini berdasarkan elevasi muka air tanah.
c) Kekeringan. Pertanian merupakan kekurangan lengas tanah (kandungan air
dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman.
d) Kekeringan sosial ekonomi merupakan kekurangan pasokan komoditi ekonomi
akibat kekeringan meteorologi

2) Kekeringan Antropogenik
Kekeringan antropogenik disebabkan ketidaktaatan manusia pada aturan.
Kita dapat melihat kebutuhan air lebih besar dari pasokan yang direncanakan.
Kekeringan disebabkan pula oleh kerusakan kawasan tangkapan air dan sumber-
sumber air akibat perbuatan manusia.
b. Penyebab
Kekeringan di Indonesia berkaitan erat dengan fenomena ENSO (El Nino
Southren Oscillation). Dampak El-Nino sangat kuat pada wilayah yang
dipengaruhi sistem monsoon. Sedangkan pada wilayah dengan system equatorial
kuat, dampak El Nino cukup lemah. Pengaruh El Nino juga lebih kuat pada
musim kemarau.
Pengaruh El Nino dapat kita lihat dari pola-pola pada keragaman hujan
sebagai berikut.
1) Akhir musim kemarau mundur dari normal
2) Awal masuk musim hujan mundur dari normal
3) Curah hujan musim kemarau turun tajam dibanding normal
4) Deret hari kering semakin panjang

c. Mekanisme Perusakan
Kekeringan dapat menimbulkan banyak masalah. Manusia, tumbuhan, dan
hewan akan menerima banyak dampak baik langsung maupun tidak. Kurangnya
pasokan air menyebabkan menurunya kesehatan manusia. Kekeringan dapat juga
menyebabkan pepohonan mati dan tanah menjadi gundul. Jikat tidak segera
ditanggulangi akan mengakibatkan hilangnya bahan pangan.
d. Kajian Indikator Kekeringan
1) Alamiah
a) Kekeringan meteorologis/klimatologis.
Tabel 1. Indikator intensitas kekeringan meteorologist
Intensitas Kekeringan Meteorologis Curah Hujan
Kering (curah hujan dibawah normal) 70% - 85% dari normal
Sangat Kering (curah hujan jauh dibawah normal) 70% - 85% dari normal
Amat sangat kering (curah hujan amat jauh dibawah normal) < 50% dari normal

b) Kekeringan hidrologis
Tabel 2. Indikator intensitas kekeringan hidrologis
Intensitas Kekeringan Hidrologis Debit Air Sungai
Kering Mencapai periode ulang aliran periode 5 tahunan
Sangat Kering Mencapai periode ulang aliran jauh dibawah

periode 25 tahunan

Amat Sangat Kering Mencapai periode ulang aliran amat jauh

dibawah periode 50 tahunan

c) Kekeringan pertanian
Tabel 3. Indikator intensitas kekeringan pertanian
Intensitas Kekeringan Pertanian Persentase Daun Kering
Kering (terkena ringan s/d sedang) M daun kering dimulai pada bagian ujung daun
Sangat Kering (terkena berat) M - % daun kering dimulai pada bagian ujung daun
Amat sangat kering (Puso) Semua bagian daun kering
Apabila dinilai dari segi penurunan produksi, terkena ringan s/d berat
diperkirakan kehilangan hasil bisa mencapai 75% dengan rata-rata sekitar 50%.
Dan puso apabila hasil diatas 95%.
Untuk kekeringan ditinjau dari kehutanan dinilai dari Keetch Byram Drough
Index (KBDI):
 Kering (kekeringan rendah): 0 – 999
 Sangat kering : 1.000 – 1.499
 Amat sangat kering > 1.500

d) Kekeringan sosial ekonomi


Tabel 4. Kategori kekeringan sosial ekonomi
No Kategori Ketersediaan Air
(Lt/Orang/hari)
Pemenuhan Kebutuhan
Untuk

Jarak ke Sumber
Air (km)

1 Kering (Langka
Terbatas)

>30
>60

Minum,
Masak, Cuci alat
makan/masak,
mandi terbatas

0,1-0,5

2 Sangat Kering
(Langka)

>10
<30

Minum,
Masak, Cuci alat
makan/masak

0,5-3
3 Amat Sangat
Kering

<30 Minum,
Masak,

>3

e) Antropogenik
Intensitas kekeringan akibat ulah manusia terjadi apabila:
(1) Rawan: apabila tingkat penutupan tajuk (crown cover) 40%-50%.
(2) Sangat rawan: Apabila tingkat penutupan tajuk (crown cover) 20%-
40%.
(3) Amat sangat rawan: apabila tingkat penutupan tajuk (crwon cover) di
DAS <20%

f) Gejala terjadinya kekeringan


Untuk mengantisipasi dampak negatif kekeringan, kita harus
mengenali gejala-gejala terjadinya kekeringan.
(1) Menurunya tingkat curah hujan dalam satu musim
(2) Terjadinya kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah
(3) Kekurangan lengas tanah (kandungan air dalam tanah) sehingga tidak
mampu memenuhi kebutuhan tanaman.

4. Angin Badai
a. Pengertian
Angin badai adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120
km/jam atau lebih. Peristiwa ini sering terjadi di wilayah tropis.
b. Penyebab
Angin badai disebabkan perbedaan tekanan udara yang ekstrem. Ketika
terjadi, angin dapat bergerak dengan kecepatan sekitar 20 km/jam. Kita mengenal
angin ini sebagai badai, di samudera pasifik sebagai angin taifun, di samudera
hindia disebut siklon, dan di Amerika dinamakan hurricane.
c. Mekanisme perusakan
Tenaga angin yang kuat dapat merobohkan bangunan atau menyebabkan
kapal tenggelam. Kebanyakan angin badai disertai dengan hujan deras. Paduan
keduanya dapat menimbulkan bencana tanah longsor dan banjir.

d. Kajian Bahaya
Kajian bahaya angin badai dapat kita pantau dari data kecepatan dan arah
angin. Lembaga yang mengawasinya adalah stasiun dan satelit meteorologi.
Angin badai dipengaruhi oleh faktor topografi, vegetasi dan permukiman. Kita
juga dapat mempelajari kejadian angin badai di masa lalu. Data ini digunakan
untuk mengetahui pola umum kejadian angin badai.
e. Gejala dan Peringatan Dini
Tahukah anda bagaimana cara kita untuk memprediksi terjadinya angin
badai? Angin badai tidak selamanya terjadi secara mendadak. Sebagian besar
badai, terbentuk melalui suatu proses. Kita dapat memantaunya melalui satelite
cuaca. Monitoring menggunakan satelite ini dapat membantu kita memberikan
peringatan dini.
f. Parameter
Skala kecepatan angin diusulkan oleh Hebert Saffir yang dikenal dengan
skala Saffir-Simpson. Berikut ini adalah skalanya.
Tabel 5. Skala Saffir-Simpson

Tingkat/Level Kecepatan angin Km/jam Tingkat Kerusakan


1 120 – 153 Sedikit
2 154 - 177 Sedang
3 178 – 209 Luas
4 210 - 249 Hebat
5 >250 Sangat Hebat
5. Gelombang Pasang/Badai
a. Pengertian
Gelombang laut merupakan pergerakan naik turunya muka air laut.
Gerakan ini akan membentuk lembah dan bukit mengikuti gerak sinusoidal. Apa
yang kita bahas tadi merupakan gelombang periode singkat (wave of short
period). Gelombang jenis ini dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut.
Jenis gelombang lainya adalah gelombang periode panjang (wave of long
periode). Terbentuknya gelombang ini disebabkan oleh beberapa proses alam
yang terjadi dalam waktu yang bersamaan. Contohnya adalah gelombang pasang
surut, gelombang tsunami, dan gelombang badai.
Gelombang pasang surut (pasut) merupakan gelombang yang ditimbulkan
oleh gaya tarik menarik antara Bumi dengan planet-planet lain terutama dengan
Bulan dan Matahari. Menurut faktor pembangkitnya, pasang surut dibagi menjadi
pasang purnama dan pasang perbani.

Perhatikan oleh anda kondisi laut sekitar tanggal 1 dan 15 (saat bulan mati
dan bulan purnama). Apakah yang terjadi? Pada saat itu, posisi Bulan-Bumi-
Matahari berada pada satu garis lurus. Hal ini menyebabkan gaya tarik Bulan dan
Matahari terhadap Bumi saling memperkuat. Kondisi ini menyebabkan terjadinya
pasang purnama. Tinggi pasang sangat besar dibanding pasang pada hari-hari lain.
Kondisi laut juga dapat anda pelajari sekitar tanggal 7 dan 21. Pada waktu
ini, Bulan dan Matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi saling
mengurangi. Hasilnya terjadilah pasang perbani, dimana tinggi pasang lebih kecil
dibanding hari-hari yang lain.
Tabel 6. Perbandingan Antara Swell dan Tinggi Gelombang
Tinggi Swell Tinggi Gelombang
1⁄4 m Setinggi paha 2-3’
1⁄2 m Setinggi pinggang 3-4’
1 m Setinggi pinggang hingga kepala 5-6’
1 1⁄4 m Hingga 1K kali diatas kepala 6-8’
1 1⁄2m Lebih dari 1K kali tinggi kepala 8-10’
2 m Lebih dari 2 kali tinggi kepala 10-12’
2 1⁄2 m Lebih dari 2K kali tinggi kepala 12-15’
3 m Sekitar 3 kali tinggi kepala 15-18’
3-4 m 3-4 kali tinggi kepala 18-24’
4-5 m 4-5 kali tinggi kepala 24-32’
5-6 m 5-6 kali tinggi kepala 32-40’
6-7 m 6-7 kali tinggi kepala 40-48’
8-9 m 8-9 kali tinggi kepala 50-60’
Gelombang badai (Storm Wave) merupakan gelombang tinggi yang
ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis. Kondisi ini berpotensi kuat
menimbulkan bencana alam. Meski Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis,
namun siklon tropis memengaruhi terjadinya angin kencang, gelombang tinggi
disertai hujan deras. Siklon tropis merupakan system tekanan rendah yang
mempunyai angin berputar (siklonik) yang berasal dari daerah tropis dengan
kecepatan rata-rata (34-64) knots disekitar pusatnya. Siklon tropis tumbuh aktif di
daerah lintang bumi (10-20) LU/LS.

b. Penyebab
Angin dengan kecepatan besar diatas permukaan laut bisa membangkitkan
fluktuasi muka air laut yang besar disepanjang pantai. Kita akan sulit
memperkirakan elevasi muka air selama terjadinya badai. Penyebabnya adalah
badai melibatkan banyak variabel seperti interaksi antara angin dan air, perbedaan
tekanan atmosfer dan lain-lain. Perubahan elevasi muka air tergantung pada

kecepatan angin, fetch, kedalaman air, dan kemiringan dasar. Fetch merupakan
panjang daerah tempat angin berhembus dengan kecepatan dan arah konstan.
Gelombang angin di lokasi pembangkitanya masih relatif curam. Gelombang ini
disebut seas. Setelah menjalar gelombang menjadi lebih landai dan berpuncak
panjang. Gelombang ini disebut swell.

c. Mekanisme Perusakan
1) Gelombang pasang/badai dalam periode yang cukup lama (dapat
merusak/menghancurkan) kehidupan dan bangunan di daerah pantai.
2) Gelombang badai dapat memutar air dan menimbulkan gelombang yang tinggi.
Hal ini dapat mengganggu pelayaran dan berpotensi menenggalamkan kapal.

d. Kajian Bahaya
Siklon tropis dapat menyebabkan kondisi cuaca yang ekstrem. Daerah
lintasan siklon tropis adalah wilayah perairan Indonesia, sebalah utara Australia
dan Pasifik Barat dan sampai Laut Cina Selatan.

e. Gejala dan Peringatan Dini

Pemantauan Gejala sistem konvergensi tekanan rendah dapat berkembang


menjadu Tropical Depresi dan tumbuh menjadi Tropical Siklon.

f. Parameter
1) Tinggi gelombang (meter)
2) Panjang sapuan gelombang pasang ke daratan (m atau km)
3) Luas daerah yang terkena sapuan gelombang (km2).

3.5. MITIGASI BENCANA ALAM


2. Siklus Penanggulangan Bencana

SIKLUS PENANGGULANGAN BENCANA


A. Penanggulangan Bencana
Penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,
tanggap darurat, dan rehabilitasi. Sebagai suatu proses yang dinamis, terpadu dan
berkelanjutan untuk meningkatlan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan
penanganan, merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi dan pembangunan kembali. Dampak yang
ditimbulkan oleh bencana sebagai peristiwa yang luar biasa dan dapat menimbulkan
penderitaan luar biasa bagi yang mengalaminya. Bahkan bencana alam tertentu
menimbulkan banyak korban cedera maupun meninggal dunia. Selain menimbulkan luka
atau cedera fisik, bencana alam juga menimbulkan dampak psikologis atau kejiwaan.
Mengingat dampak yang luar biasa tersebut, perlu dilakukan penanggulangan bencana
dengan prinsip dan cara yang tepat.
Tujuan penanggulangan bencana yang dilakukan dengan tepat adalah:
1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana
2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada
3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi, dan menyeluruh.
4. Menghargai budaya lokal.
5. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.
6. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan.
7. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dalam Undang-undang No, 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,
disebutkan beberapa prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana:
1. Cepat dan Tepat
Prinsip cepat dan tepat berarti bahwa penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara
cepat dan tepat sesuai tuntutan keadaan. Keterlambatan dalam penanggulangan akan
berdampak pada tingginya kerugian material maupun korban jiwa.
2. Prioritas
Prinsip prioritas adalah bahwa apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus
mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia.
3. Koordinasi keterpaduan
Prinsip koordinasi dalam penanggulangan bencana berarti didasarkan pada koordinasi
yang bauk dan saling mendukung. Yang dimaksud dengan “prinsip keterpaduan” adalah
bahwa penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang
didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.
4. Berdaya guna dan berhasil guna
Penanggulangan bencana dengan “prinisip berdaya guna” adalah mengatasi kesulitan
masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
Sedangan “prinsip berhasil guna” adalah penanggulangan bencana harus berhasil guna,
khususnya dalam mengatasi kesulita masyrakat dengan tidak membuang waktu, tenaga,
dan biaya yang berlebihan.
5. Transparansi dan akuntabilitas
Prinsip transparansi dalam penanggulangan bencana dilakuakn secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud dengan “prinsip akuntabilitas” adalah bahwa
penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan
secara etik dan hukum.
6. Kemitraan
Penanggulangan bencana tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Kemitraan dalam
penanggulangan bencana dilakukan antara pemerintah dengan masyarakat secara luas,
termasuk lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun dengan organisasi-organisasi
kemasyarakatan lainnya. Bahkan, kemitraan juga dilakukan dengan organisasi atau
lembaga di luar negeri termasuk dengan pemerintahnya.
7. Pemberdayaan
Pemberdayaan berarti upaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengetahui,
memahami dan melakukan langkah-langkah antisipasi, penyelamatan dan pemulihan
bencana. Negara memiliki kewajiban untuk memberdayakan masyarakat agar dapat
mengurangi dampak dari bencana.
8. Nondiskriminatif
Prinsip nondiskriminatif dalam penanggulangan bencana berarti memberikan perlakuan
yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apapun.
9. Nonproletisi
Yang dimaksud dengan “prinsip nonproletisi” adalah bahwa negara dalam
penanggulangan bencana dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan
darurat bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.

B. Langkah-langkah Penanggulangan Bencana

Penanggulangan bencana tidak hanya dilakukan pada saat dan setelah terjadinya
bencana, tetapi upaya pencegahan juga termasuk ke dalam kegiatan penanggulangan
bencana.
Penanggulangan bencana dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Tahap pencegahan/Mitigasi
Pada tahap ini berbagai upaya dilakukan untuk meminimalkan dampak buruk dari
bencana alam.
Contoh kegiatan pada tahap ini adalah:
a. Pembuatan waduk untuk mencegah terjadinya banjir dan kekeringan.
b. Penanaman pohon bakau/mangrove di sepsnjang pantai untuk menghambat
gelombang tsunami.
c. Pembuatan tanggul untuk menghindari banjir.
d. Pembuatan tanggul untuk menahan lahar agar tidak masuk ke wilayah
pemukiman.
e. Reboisasi untuk mencegah terjadinya kekeringan dan banjir.
f. Identifikasi secara pasti terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana.
g. Penguatan ketahanan sosial masyarakat.
h. Pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur
berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana.

2. Tahap Tanggap Darurat


Pada tahap tanggap darurat hal paling pokok yang sebaiknya dilakukan
adalah penyelamatan korban bencana. Inilah sasaran utama dari tahapan tanggap
darurat. Selain itu, tehap tanggap darurat bertujuan membantu masyarakat yang
terkena bencana langsung untuk segera dipenuhi kebutuhan dasarnya yang paling
minimal. Para korban juga perlu dibawa ke tempat sementara yang dianggap
aman dan ditampung di tempat penampungan sementara yang layak. Pada tahap
ini dilakukan pua pengaturan dan pembagian logistik atau bahan makanan yang
cepat dan tepat sasaran kepada seluruh korban bencana.
Secara operasional, tahap tanggap darurat ini diarahkan pada kegiatan:
a. Dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya, untuk mengidentifikasi
cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan sarana dan prasarana,

gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan, dan kemampuan


sumberdaya alam maupun buatan.Pengkajian secara cepat
b. Penanganan korban bencana termasuk mengubur korban meninggal dan
menangani korban yang luka-luka.
c. Penanganan pengungsi.
d. Pemberian bantuan darurat.
e. Pelayanan kesehatan, sanitasi, dan air bersih.
f. Penyiapan penampungan sementara.
g. Pembangunan fasilitias sosial dan fasilitas umum sementara serta memperbaiki
sarana dan prasarana dasar agar mampu memberikan pelayanan yang memadai
untuk para korban.

3. Tahap Rehabilitasi

Dalam tahap rehabilitasi, upaya yang dilakukan adalah perbaikan fisik dan
non fisik serta pemberdayaan dan pengembalian harkat korban. Tahap ini
bertujuan mengembalikan dan memulihkan fungsi bangunan dan infrastruktur
yang mendesak dilakukan untuk menindaklanjuti tahap tanggap darurat, seperti
rehabilitasi bangunan ibadah, bangunan sekolah, infrastruktur sosial dasar, serta
prasaranan dan sarana perekonomian yang sangat diperlukan. Sasaran utama dari
tahap rehabilitasi adalah untuk memperbaiki pelayanan masyarakat atau publik
sampai pada tungkat yang memadai. Dalam tahap rehabilitasi ini juga diupayakan
penyeesaian berbagai permasalahan yang terkait dengan aspek kejiwaan/
psikologis melalui penanganan trauma korban bencana.

4. Tahap Rekonstruksi

Upaya yang dilakukan pada tahap rekonstruksi adalah pembangunan


kembali sarana, prasarana serta fasilitas umum yang rusak dengan tujuan agar
kehidupan masyarakat kembali berjalan normal. Biasanya melibatkan semua
masyarakat, perwakilan lembaga swadaya masyarakat, dan dunia usaha. Sasaran
utama dari tahap ini adalah terbangunnya kembali masyarakat dan kawasan.
Pendekatan pada tahap ini sedapat mungkin juga melibatkan masyarakat dalam
setiap proses.

C. Penanggulangan Beberapa Bencana Alam

Secara umum tahapan penanggulangan bencana relatif sama, namun perbedaan biasanya
terletak pada cara pencegahan bencana.
Berikut cara penanggulangan beberapa bencana alam:
1. Penanggulangan Bencana Banjir
Bencana banjir disebabkan oleh banyak faktor, yang paling utama adalah alih
fungsi lahan berupa hutan menjadi lahan pertanian maupun pemukiman. Padahal
hutan berfungsi dalam meningkatkan cadangan air tanah dan meresapkan air ke
dalam tanah, sehingga mengurangi aliran air permukaan yang menyebabkan
banjir. Selain itu, banjir juga bias disebabkan karena ulah manusia yang kurang
bijak terhadap alam.
Untuk menanggulangi bencana banjir banyak hal yang harus dilakukan, di
antaranya sebagai berikut:
a. Sebelum kejadian banjir
- Membersihkan saluran air dari sampah yang dapat menyumbat air,
sehingga menyebabkan terjadinya banjir.
- Mengeruk sungai untuk menambah daya tampung air.
- Membangun rute-rute drainase alternatif (kanal-kanal sungai baru,
sistem-sistem pipa), sehingga dapat mencehag beban yang berlebihan
terhadap sungai.
- Tidak mendirikan bangunan pada area yng menjadi daerah penyerapan
air atu daerah tangkapan hujan, terutama di daerah hulu sungai.
- Tidak menebangi pohon-pohon di hutan secara berlebihan tanpa
memperhatikan keberlangsungan kelestarian alam. Dampak lanjutannya
adalah terjadi longsor.
- Membuat tembok-tembok penahan dan tanggul-tanggu di sepanjang
sungai untuk mnejaga tingkat ketinggian air agar tidak masuk ke dalam
daratan.
b. Pada saat kejadian banjir
- Mengerahkan tim penyelamat beserta bahan dan peralatan pendukung,
seperti perahu karet, tambang, pelampung, dan obat-obatan.
- Membawa korban ke tempat yang aman atau penampungan sementara.
- Memantau perkembangan keadaan banjir dan menyebarluaskan
informasinya kepada masyarakat.

c. Pasca kejadian banjir


- Memberikan pertolongan medis bagi yang memerlukan
- Memberikan bantuan obat-obatan dan makanan serta bantuan lainnya.
- Memperbaiki sarana dan prasarana yang rusak karena banjir.
- Membersihkan sarana dan prasarana yang kotor karena banjir.

2. Penanggulangan Bencana Kekeringan


Bencana kekeringan terjadi karena adanya kesenjangan antara air yang tersedia
dengan air yang diperlukan. Di Indonesia, bencanan ini terkait dengan musim
kemarau yang terjadi selama beberapa bulan dalam setahun. Selama musim
kemarau, jumlah curah hujan sangat sedikit, sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan air untuk manusia dan makhluk hidup lainnya. Kekeringan tidak hanya
terjadi karena faktor alam, ulah manusia yang merusak lingkungan juga
berpengaruh terhadap potensi kekeringan.
Bebrapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kekeringan adalah :
a. Membuat waduk (bendungan) yang berfungsi sebagai persediaan air di musim
kemarau. Selain itu, waduk dapat mencegah terjadinya banjir pada musim hujan.
b. Membuat hujan buatan untuk daerah-daerah yang sangat kering.
c. Reboisasi atau penghijauan kebali daerah-daerah yang sudah gundul agar tanah
lebih mudah menyerap air pada musim kemarau.
d. Melakukan diversifikasi dalam bercocok tanam bagi para petani, misalnya
mengganti tanaman padi dengan tanaman palawija pada saat musim kemarau
karena palawija dapat cepat dipanen dan tidak membutuhkan banyak air untuk
pertumbuhannya.
e. Penentuan teknologi pencegahan kekeringan (pembuatan embung, penyesuaian
pola tanam dan teknologi budidaya tanaman, dll) dan system pengaliran air irigasi
yang disesuaikan dengan hasil prakiraan iklim.
f. Pengembangan sistem penghargaan (reward) bagi masyarakat yang melakukan
upaya konservasi dan rehabilitasi sumberdaya air dan lahan serta memberikan
hukuman (punishment) bagi yang merusak lingkungan.

3. Penanggulangan Bencana Longsor


Bencana longsor dipicu banyak hal, misalnya aktivitas gempa. Goncangan
membuat tanah menjadi labil dan menimbulkan longsor. Selain itu, longsor juga

terjadi karena tanah yang berada pada bidang gelincir (lapisan kedap air)
mendapat guyuran hujan setelah sekian lama mengalami kekeringan. Tanah yang
kering dan kemudian terisi air hujan dapat meningkatkan berat (masanya) dan
akhirnya terjadi longsor. Bencana longsor yang menimpa pemukiman dapat
menimbulkan korban jiwa. Korban biasanya terkubur oleh tanah karena tidak
sempat menyelamatkan diri.
Penanggulangan bencana longsor dapat dilakukan dengan cara:
a. Pencegahan
Bencana longsor dapat dicegah melalui cara berikut:
- Melarang pembangunan rumah pada lokasi yang rawan longsor, terutama pada
lereng dan kaki bukit.
- Memperkuat kestabilan tanah dengan pohon-pohon yang akarnya dapat
mengikat tanah secara kuat.
- Pembangunan tembok-tembok penahan untuk memperkuat lereng pada lokasi
rawan longsor.
- Memberikan penyuluhan pada masyarakat yang tinggal di wilayah longsor
tentang cara menghindari bencana longsor.
b. Pasca bencana longsor
- Mengerahkan tim dan masyarakat untuk bersama-sama memberikan pertolongan
jikalau ada warga yang masih bisa diselamatkan.
- Mengumpulkan informasi dari warga tentang lokasi rumah yang terkena
longsor, jumlah rumah dan jumlah anggota keluarganya.
- Memberikan pertolongan medis bagi warga yang masih hidup dan terkena
longsor.
- Membangun kembali rumah warga dan infrastruktur yang terkena longsor.
- Merelokasi warga pada lokasi baru yang lebih aman dari longsor jika masih ada
kemungkinan longsor pada masa yang akan datang.

4. Penanggulangan Bencana Tsunami

Tsunami adalah ombak besar yang terjadi setelah peristiwa gempa bumi,
gempa laut, gunung berapi meletus, atau hantaman meteor di laut. Tsunami dapat
diprediksi oleh berbagai institusi seismologi sehingga dapat diterapkan sistem
peringatan dini (early warning system).
a. Sebelum terjadi tsunami

- Memasang peralatan sistem peringatan dini di wilayah-wilayah laut yang


berpotensi mengalami tsunami.
- Melakukan pemetaan tingkat kerawanan bencana tsunami dan mensosialisasikan
kepada masyarakat.
- Menentukan jalur-jalur evakuasi bagi penduduk yang tinggal di wilayah-wilayah
rawan tsunami.
- Menanam dan memelihara hutan mangrove di sepanjang pantai untuk menahan
laju ombak.
b. Pada saat terjadinya tsunami
- Memberikan tanda peringatan dan informasi untuk memandu penduduk
mencapai tempat yang aman.
- Mengerahkan tim penyelamat beserta perlatan pendukung untuk membantu
penduduk mencapai tempat evakuasi.
- Memantau perkembangan keadaan untuk menentukan langkah-langkah
berikutnya.
c. Setelah terjadinya tsunami
- Mencari korban untuk dievakuasi ke tempat yang aman
- Memberikan pertolongan bagi para korban bencana
- Menyiapkan tenda-tenda darurat untuk menampung para korban bencana
- Memberikan bantuan makanan dan obat-obatan.
- Mengidentifikasi kerusakan yang terjadi
- Memperbaiki sarana dan prasarana yang mengalami kerusakan.

5. Penanggulangan bencana letusan gunungapi

Di Indonesia sering terjadi bencana yang disebabkan oleh meletusnya


gunungapi. Ada sekitar 130 gungapi aktif terdapat di Indonesia. Selain membawa
bencana, gunungapi merupakan sumber pembawa kemakmuran melalui tanah
yang subur. Oleh karena itu penduduk selalu tertarik untuk menetap dan
mendekati gunungapi walaupun tempat tersebut berbahaya.
Penanggulangan bencana meletusnya gunungapi mencakup aspek social
dan budaya. Selain itu penanganannya bervariasi tergantung pada karakteristik
gunungapi itu sendiri:
a. Sebelum terjadi letusan

- Melakukan pemantauan dan pengamatan kegiatan pada semua gunungapi aktif


- Pembuatan dan penyediaan Peta Kawasan Rawan bencana dan Peta Zona Resiko
Bahaya Gunungapi yang didukung dengan Peta Geologi Gunungapi.
- Melakukan penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika, dan geokimia di
gunung api.
- Melakukan peningkatan pembimbingan dan pemberian informasi gunungapi
kepada sumberdaya manusia dan pendukungnya seperti peningkatan sarana dan
prasarananya.
b. Saat terjadi letusan
- Membentuk tim gerak cepat penanggulangan bencana
- Meningkatkan pemantauan, pengamatan, dan pelaporan tingkat kegiatan
menurut alur penanggulangan bencana sesuai dengan kebutuhan.
- Memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat sesuai prosedur.
- Menyediakan tempat pengungsian atau penampungan sementara.
c. Setelah terjadi letusan
- Menginventarisir data, mencakup sebaran dan colume hasil letusan.
- Mengidentifikasi daerah yang terancam dan terkena bencana.
- Memberikan saran penanggulangan bahaya
- Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang
- Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak dan juga sarana serta prasarana
yang rusak.
6. Penanggulangan bencana gempa bumi

Gempa bumi adalah gejala pelepasan energi dari dalam bumi. Sampai saat
ini manusia belum dapat meramalkan kapan suatu gempa akan terjadi. Gempa
bumi merupakan bencana alam yang juga sering melanda wilayah Indonesia.
Penanggulangan bencana gempa bumi dapat dilakukan dengan cara:
a. Sebelum terjadi gempa
- Melakukan sosialisasi gempa di wilayah yang rawan gempa
- Mengembangkan bangunan yang relatif tahan gempa, dengan memperkuat atau
memperdalam fondasi bangunan, penggunaan material yang ringan supaya
bengaunan dapat mengikuti getaran gempa.

- Pendidikan pada masyarakat tentang cara menyelamatkan diri dari gempa, mulai
dari anak-anak hingga orang dewasa.
- Monitoring, dengan mengukut gerakan tanah menggunakan skala Richter.
- Persiapan menghadapi gempa di rumah dengan menyiapkan air, makanan,
lampu senter, selimut dan pertolongan pertama.
- Menentukan titik berkumpul dan jalur evakuasi.
b. Pada saat gempa dan setelah terjadinya gempa
- Memberikan peringatan terjadinya gempa kepada masyarakat.
- Memantau perkembangan gempa dan menyebarluaskannya kepada masyarakat.
- Mengerahkan regu atau tim penyelamat tanggap darurat ke lapangan untuk
memberikan pertolongan.
- Memperbaiki berbagai fasilitas yang merusak terutama jalan agar bantuan tidak
terhambat datang ke lokasi dan masyrakat dapat melakukan mobilitas.
- Mempersiapkan diri terhadap ancaman gempa susulan.

D. Penanggulangan Bencana Alam melalui Kearifan Lokal


1. Penanggulangan Bencana Alam melalui Kearifan Lokal
Pengetahuan yang dibagi turun temurun dalam suatu masyarakat berjasa besar
dalam penanggulangan bencana sebuah daerah. Sebab, pengetahuan yang biasa disebut
kearifan lokal ini membuat masyarakat tanggap saat suatu bencana menerjang
wilayahnya.
Kearifan lokal terdiri dari dua kata, yaitu kearifan dan lokal. Kearifan adalah
suatu pemahaman dan kesadaran yang mendalam tentang orang, benda, peristiwa atau
situasi sehingga persepsi, penilaian, dan tindakan yang dilakukan berdasarkan
pemahaman dan kesadaran tersebut.
Menurut Goyah (2013) yang dituliskan dalam aartikel online, mengatakan bahwa
kearifan lokal adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah.
Kearifan lokal adalah produk masa lalu yang terus menerus dijadikan pegangan hidup.
Walaupun lokal namun nilai-nilai yang terkandung didalamnya bersifat
universal.Bencana menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat
sehingga mereka mempunya tanda-tanda sebagai pesan budaya datangnya bencaa. Pesan
budaya itu merupakan pengetahuan yang terbentuk dari hasil adaptasi
panjangsekelompok manusia dengan lingkungannya. Pengetahuan tentang tanda-tanda
bencana disebut kearifan lokal.

Setiap masyarakat mempunyai pesan budaya menghadapi bencana yang secara


empirik terbukti mampu mengurangi jumlah korban yang sejatinya merupakan
pengetahuan yang berlaku dalam dunia ilmu pengetahuan.
Beberapa bentuk kearifan lokal masyaraat Indonesia dalam menanggapi dan
menanggulangi bencana alam:
a. Masyarakat pesisir Maluku Utara mengenali gejala alam berupa naiknya ikan-ikan
dalam jumlah di perairan. Fenomena ini diyakini sebagai tanda datangnya gempa.
b. Masyarakat Dayak meyakini munculnya bintang-bintang tertentu secara periodik
merupakan pertanda air pasang maupun surut.
c. Masyarakat sekitar Merapi mengenal tanda gunung itu akan meletus ketika harimau
dan kera mulai turun ke perkampungan.
d. Masih banyak kearifan lokal yang dimiliki masyarakat di wilayah lain. Kearifan lokal
dalam menghadapi bencana sebaiknya disepakati sebagai cara dini mendeteksi bencana.

3.5. MITIGASI BENCANA ALAM


3. Persebaran Wilayah Rawan Bencana

PERSEBARAN WILAYAH RAWAN BENCANA ALAM DI INDONESIA


Posisi geografis dan geodinamik Indonesia menjadikanya salah satu wilayah yang
rawan bencana alam. Sebagai Negara kepulauan yang menjadi pertemuan tiga lempeng
besar dunia, yaitu lempeng Indo-australia, Lempeung Eurasia, dan lempeng Pasifik.
Aktivitas ketiga lempeng tersebut membuat Indonesia memiliki aktivutas kegunungapian
dan kegempaan yang tinggi. Dinamika lempeng juga membentuk relief permukaan bumi
yang khas dan sangat berfariasi. Negara kita juga memiliki banyak pegunungan dengan
lereng-lereng yang curam. Kondisi ini tentu membuat Negara kita juga rawan terhadap
bahaya tanah longsor yang tinggi. Selain longsor, wilayah landau menyimpan potensi
ancaman banjir, penurunan lahan, dan tsunami.
Berdasarkan UU No 24 Tahun 2007 disebutkan bahwa Bencana alam adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angin topan, dan tanah longsor. Pengurangan terhadap dampak bencana salah satunya
dapat dilakukan dengan mengetahui sebaran daerah rawan bencana alam di Indonesia.Hal
tersebut bertujuan untuk meminimalisir risiko bencana pada suatu daerah.
Untuk meminimalisir banyaknya korban, Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) membuat peta rawan bencana di Indonesia bertujuan untuk menyajikan
informasi mengenani penyebaran lokasi-lokasi yang berpotensi bencana agar masyarakat
disekitar daerah rawan bencana sudah memiliki sikap siap siaga apabila terjadi bencana.
Berikut kita akan melihat sebaran wilayah rawan bencana yang di Indonesia.

A. GEMPA BUMI
1. Persebaran Wilayah Rawan Bencana Gempa Bumi di Indonesia Gempa bumi mungkin
adalah ancaman bencana alam terbesar di Indonesia karena terjadi tiba-tiba dan bisa
menyerang wilayah padat penduduk, seperti kota-kota besar. Gempa bumi dengan
kekuatan sekitar 5 atau 6 skala Richter terjadi hampir setiap hari di Indonesia namun
biasanya tidak menyebabkan atau hanya sedikit menyebabkan kerugian. Kalau kekuatan
gempa melewati 7 skala Richter, sebuah gempa bias menyebabkan banyak kerusakan.
Setiap tahunnya, dua atau tiga gempa bumi dengan 7 skala Richter (atau lebih) terjadi di
Indonesia dan lingkungan hidup.
Berdasarkan peta indeks ancaman bencana gempa bumi di Indonesia menunjukan bahwa
hampir semua wilayah Indonesia memiliki risiko gempa bumi. Bagian selatan Indonesia
tepatnya di pulau Sumatera, Jawa, Nusa tenggara memiliki risiko bencan gempa bumi
yang tinggi. Ancaman gempa bumi yang tinggi juga ditunjukan di wilayah Papua bagian

utara dan wilayah ambon dan Sulawesi bagian utara. Ancaman sedang ditunjukan pada
wiayah sumatera bagian tengah jawa bagian tengah dan daerah Maluku. Sementara pulau
Kalimantan menunjukan bahwa miliki ancaman yang paling rendah dari gempa bumi.

2. Alasan Kongkrit Daerah Tersebut Mendapatkan Risiko Bencana Gempa Bumi Tinggi
Hampir seluruh kejadian gempa berkaitan dengan suatu patahan, yaitu satu tahapan
deformasi batuan atau aktivitas tektonik dan dikenal sebagai gempa tektonik. Sebaran
pusat-pusat gempa (epicenter) di dunia terbesar di sepanjang batas-batas lempeng
(divergent, konvergent, maupun transform), oleh karena itu terjadinya gempa bumi
sangat berkaitan teori tektonik lempeng. Indonesia merupakan salah satu negara yang
berada pada batas lempeng. Hal tersebut membuat Indonesia memiliki jumlah patahan
yang sangat banyak sehingga menjadikan Indonesia rawan bencana gempa bumi. Potensi
gempa bumi di Indonesia dapat dijumpai di pulau sumatera, jawa, nusa tenggara, papua
yang berada di dsebelah utara, dan Sulawesi bagian utara.
Di pulau sumatera terdapat sesar semangko yang membentang dari banda aceh sampai
teluk semangko di selatan lampung. Membentang pararel dengan zona subduksi sebagai
pengaruh konvergensi lempeng Eurasia dengan lempeng Indo-Australia. Gempa-gempa
yang berfariasi dengan zonapatahan Sumatera merupakan gempa-gempa berkuatan
sedang hingga kuat dengan potensi kedalaman dangkal, kurang dari 20 km. Kuat gempa
dengan kedalaman yang yang dangkal dapat mengakibatkan kerusakan yang parah. Di
pulau jawa juga banyak dijumpai sesar yang aktif, beberapa sesar tersebut adalah sesar
opak, cimandiri, dan grindulu.
3. Gempa Bumi Yang Pernah Terjadi Di Indonesia
Gempa yang pernah terjadi di Indonesia yaitu dipulai Sumatera dan Jawa dengan
skala bervariasi mulai dari skala 6,5 – 9,2 richter, dengan korban jiwa mulai dari 104 jiwa
– 283.106 jiwa.
Sebagian sebab dari banyaknya jumlah korban jiwa maupun luka-luka di
Indonesia adalah karena konstruksi yang buruk dari rumah-rumah dan infrastruktur yang
ada. Itu sebabnya mengapa gempa yang sedang bisa saja menyebabkan jatuhnya banyak
korban, runtuhnya gedung-gedung, dan hilangnya tempat tinggal bagi banyak orang.
Sebuah publikasi dari Bank Dunia (dirilis pada Oktober 2010) mengekspresikan
kekuatiran akan kemungkinan terjadinya dampak yang mengerikan apabila sebuah gempa
dengan kekuatan 8,5 skala Richter terjadi di sebuah megapolitan seperti Jakarta.
4. Dampak Yang Ditimbulkan Gempa Bumi
 Rekahan / patahan di permukaan bumi
Gempa bumi seringkali berdampak pada rekahan dan patahan permukaan bumi
yang secara regional dikenal debagai deformasi kerak bumi. Salah satu conohnya yaitu
pada tahun 2006 gempa bumi di jogja membuat bentukan yang baru di sesar opak. 

Getaran/ guncangan Bencana gempa bumi yang secara langsung terasa dan berdampak
sangat serius yaitu adalah runtuhnya bangunan-bangunan yang disebabkan oleh getaran/
guncangan gempa yang merambat pada media batuan/tanah.
 Longsoran tanah
Berbagai tipe dan jenis luncuran dan longsoran tanah umumnya dapat terjadi
bersamaan dengan terjadinya gempa.
 Kebakaran
Kebakaran sering terjadi pada saat terjadinya gempa, hal tersebut disebabkan oleh
material yang mudah terbakar dan instalasi listrik pada saat terjadi goncangan gempa
bumi.
 Perubahan Air Bawah tanah
Reggim air bawah tanah dapat mengalami perubahan oleh perpindahan yang
disebabkan oleh sesar atau oleh goncangan. Contoh kasus dari perubahan air tanah adalah
adanya beberapa sumber mata air yang hilang setelah gempa terjadi.
 Tsunami
Gempa bumi dapat berasal dari gempa bumi yang berada di wilayah laut yang
dangkal. Salah satu contoh tsunami di Indonesia yaitu di Aceh dan di pangandaran.

B. LETUSAN GUNUNG BERAPI


1. Persebaran Gunung Berapi di Indonesia
Berdasarkan persebaran peta di atas dapat diketahui bahwa Indonesia memiliki
banyak sekali gunung berapi. Daerah-daerah yang berbatasan langsung dengan daerah
subduksi seperti di pulau Sumatera, Jawa , Nusa tenggara, Maluku, dan Sulawesi utara
terdapat gunung berapi. Pulau Kalimantan dan Papua adalah pulau besar di Indonesia
yang tidak dijumpai gunung berapi.
2. Daerah Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi di Indonesia
Setiap wilayah yang berdekatan dengan gunung berapi memiliki risiko terhadap
erupsi gunung berapi. Bahaya gunung berapi adalah bahaya yang ditimbulkan oleh
letusan / kegiatan gunung berapi, berupa benda padat, cair, dan gas serta campuran
diantaranya yang mengancam atau cenderung merusak dan menimbulkan korban jiwa
serta kerugian harta benda dalam tatan (lingkungan) kehudupan manusia. Wilayah di
Indonesia yang relatif aman dari bahaya letusan gunung berapi yaitu berada di pulau
Papua dan di pulau Kalimantan.
3. Erupsi Gunung Berapi yang Terjadi di Indonesia Tahun

Berdasarkan data dari kementrian ESDM pada tahun 2017 aktifitas gunung berapi
di Indonesia adalah sebagai berikut:
 G. Sinabung pada Tingkat Aktivitas Level IV (AWAS) kondisi visual dan kegempaan
masih tinggi, sehingga potensi ancaman bahaya erupsi G. Sinabung masih tinggi
khususnya Awan Panas dan Guguran yang umumnya mengarah ke tenggara – timur,
erupsi-erupsi masih berlangsung tiap hari. Tidak tercatat adanya korban harta maupun
jiwa.
 Gunungapi pada Tingkat Aktivitas Level II (WASPADA) sebanyak 15 gunungapi
secara visual maupun kegempaan masih relatif tinggi, tidak ada kejadian bencana yang
mengakibatkan korban harta dan jiwa. Gunung berapi yang masih memperlihatkan
aktivitas erupsi adalah G. Kerinci di Kabupaten Jambi Provinsi Sumatera Barat, G.
Semeru di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur dan G. Dukono di Kabupaten
Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara, sedangkan gunungapi lainnya belum
menunjukan aktivitas peningkatan atau penurunan adalah G. Bromo, G. Rinjani, G.
Lokon, G. Soputan, G. Karangetang, G. Gamalama, G. Sangeangapi, G. Rokatenda, G.
Ibu, G. Gamkonora, G. Anak Krakatau, dan G. Marapi, dalam bulan Januari 2017 tingkat
aktivitasnya masih Level II (WASPADA), tidak ada tanda peningkatan atau penurunan
tingkat aktivitas serta tidak ada kejadian bencana yang mengakibatkan korban harta dan
jiwa
 Gunungapi pada Tingkat Aktivitas Level I (NORMAL) kondisinya belum menunjukan
adanya peningkatan aktivitas, tidak ada kejadian korban dari pengunjung maupun
wisatawan.

C. TSUNAMI
1. Persebaran Wilayah Rawan Bencana Tsunami di Indonesia
Berdasarkan peta indeks ancaman tsunami di Indonesia kepulauan Maluku, papua
bagian utara dan sumatera bagian selatan memiliki risiko tsunami yang tinggi. Bagian
pegunungan di Sumatera dan di jawa relative mempunyai risiko tsunami yang rendah.
Bagian Barat di pulau Kalimantan juga menunjukan risiko tsunami yang rendah.
2. Tsunami yang Berada di Indonesia
Gempa bumi tektonik berkekuatan 8,5 SR berpusat di Samudra India (2,9 LU dan
95,6 BT di kedalaman 20 km (di laut berjarak sekitar 149 km selatan kota Meulaboh,
Nanggroe Aceh Darussalam). Gempa itu disertai gelombang pasang (Tsunami) yang
menyapu beberapa wilayah lepas pantai di Indonesia (Aceh dan Sumatera Utara), Sri
Langka, India, Bangladesh, Malaysia, Maladewa dan Thailand. Korban tewas di propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara menurut Departemen Sosial RI
(11/1/2005) adalah 105.262 orang. Sedangkan menurut kantor berita Reuters, jumlah
korban Tsunami diperkirakan sebanyak 168.183 jiwa dengan korban paling banyak

diderita Indonesia, 115.229 (per Minggu 16/1/2005). Sedangkan total luka-luka sebanyak
124.057 orang, diperkirakan 100.000 diantaranya dialami rakyat Aceh dan Sumatera
Utara.
Pada tanggal 17 juli 2006 telah terjadi gempa di sebelah selatan pantai
Pangandaran. Pusat Gempa Nasional Badan Meteorologi dan Geofisika atau PGN BMG
menyatakan gempa bumi yang terjadi di kawasan pantai Pangandaran tersebut terjadi
pada pukul 15.19 berkekuatan 6,8 Skala Richter (SR), dengan pusat gempa tektonik pada
kedalaman kurang dari 30 km di titik 9,4 Lintang Selatan, dan 107,2 Bujur Timur. Pusat
gempa tepatnya berada di sebelah selatan Pameungpeuk dengan jarak sekitar 150 km, dan
merupakan zona pertemuan dua lempeng benua Indo-Australia dan Eurasia pada
kedalaman kurang dari 30 km.
Gempa bumi yang terjadi tersebut juga menyebabkan terjadinya gelombang
tsunami yang menerjang pantai selatan Jawa Barat seperti Cilauteureun, Kab. Garut,
Cipatujah, Kab. Tasikmalaya, Pangandaran, Kab. Ciamis, pantai selatan Cianjur dan
Sukabumi. Bahkan, gelombang tsunami juga menerjang Pantai Cilacap dan Kebumen,
Jawa Tengah, serta pantai selatan Kab. Bantul, Yogyakarta. Gempa yang diiringi tsunami
ini telah menelan korban jiwa hingga mencapai ratusan orang dan ratusan lainnya
mengalami cedera, dan puluhan jiwa dinyatakan hilang. Ratusan rumah mulai dari
sepanjang pantai Krapyak, Kalipucang, Parigi, Cipatujah, Kab. Tasikmalaya, hancur.
Demikian pula, hotel-hotel di sepanjang objek wisata pantai barat Pangandaran.

D. BANJIR
1. Persebaran Wilayah yang Sering Terjadi Banjir di Indonesia
Berdasarkan peta risiko bencana banjir di Indonesia dapat dilihat bahwa hampIr
semua wilayah di Indonesia mempunyai potensi terkena bencana banjir. Bencara banjir
tersebut dari yang tinggi sampai yang rendah banyak sekali faktor yang
mempengaruhinya. Wilayah papua bagian selatan yang daerhnya berupa rawa-rawa
sangan rentan terhadap bencan abanjir. Banjir juga dapat ditimbulkan dari Curah hujan
yang tinggi yang datang dalam intensitas yang tinggi pula.
2. Daerah di Indonesia yang Sering Terjadi Banjir
Jakarta adalah salah satu daerah di Indonesia yang sering mengalami banjir.
Berdasarkan Nirwono joga ahli tata kota yang dikutip dari kompas.com
mengemukakan 4 faktor yang membuat banjir terjadi di Jakarta:
a. berubahnya ruang terbuka hijau di Jakarta menjadi kawasan pembangunan, seperti
permukiman, gedung, dan jalan. Resapan air hujan menjadi berkurang dan akhirnya air
mengalir ke jalanan.

b. sistem drainase yang buruk di Jakarta. Menurut Joga, seharusnya saluran air berujung
ke sungai atau laut, melainkan ke daerah resapan atau ke dalam tanah. Pemerintah harus
melakukan revitalisasi terhadap sistem drainase di seluruh Jakarta dan jalan-jalan
protokol seperti Sarinah, Thamrin, Sudirman, dan lainnya. Pemerintah juga perlu
membuat sistem drainase eco-drainase yang mengalirkan air ke sumber resapan.
c. tidak optimalnya fungsi waduk maupun situ. Dalam catatannya, pada tahun 1990-an,
Jakarta memiliki 70 waduk dan 50 situ. Namun, kini hanya tersisa 42 waduk dan 16 situ.
Sebanyak 50 persen di antaranya pun tidak berjalan optimal. Waduk-waduk di Jakarta
dipenuhi tumbuhan enceng gondok, limbah, dan sampah. Pendangkalan pun terjadi akibat
sedimentasi lumpur. Waduk yang akhirnya mongering kemudian dijadikan daerah
hunian.
d. belum dilakukannya normalisasi di semua sungai. Menurut pengamat dari Universitas
Trisakti ini, pemerintah harus melakukan normalisasi kali sekaligus merelokasi
permukiman di bantaran sungai ke tempat yang layak huni.

E. KEKERINGAN

1. Persebaran Wilayah Indonesia yang Sering Mengalami Bencana Kekeringan


Berdasarkan peta menunjukan bahwa ancaman bencana kekeringan yang tigggi di
Indonesia tedapat di pulau sumatera, jawa, Kalimantan, dan papua.kondisi curah hujan
sangat mempengaruhi kekeringan suatu daerah. Selain itu el nino juga berpengaruh
terhadap kekeringan di Indonesia.
2. Penyebab Wilayah Tersebut Mengalami Risiko Kekeringan Penyebab
kekeringan pada suatu wilayah disebabkan oleh beberapa hal , dari wilahya sendiri
beriklim kering, lahan yang mampu meloloskan air, atau akibat dari fenomen el nino.
Selain itu Kekeringan di Indonesia biasanya terjadi di wilayah pertanian tadah hujan,
wilayah irigasi golongan, wilayah gardu liar dan juga titik endemic kekeringan.
Musim kemarau yang panjang dan kekeringan di sejumlah wilayah Pulau Jawa
menyebabkan sebagian besar petambak mengalami kerugian sedikitnya mencapai Rp
10.000.000-15.000.000, karena para petambak tergantung pada air tawar, hal ini
disampaikan oleh Organisasi tani dan nelayan, Kontak Tani dan Nelayan Andalan KTNA
(BBC 15/09/2012). Akibat dari kemarau panjang yang terjadi di sejumlah daerah di
Indonesia saat ini, berdampak pada menyusutnya cadangan air waduk, dimana
berdasarkan pemantauan Kementerian PU terhadap 71 waduk yang tersebar di Indonesia,
hingga akhir Agustus 2012 terdapat 19 waduk normal, 42 waspada, dan 10 kering
(Inilah.com 07/09/2012).
Kekeringan yang baru terjadi disejumlah daerah di Indonesia, merupakan salah
satu dampak akibat perubahan iklim yang terjadi di Indonesia. Indikasi utama perubahan
tersebut adalah adanya anomaly cuaca, dimana pada bulan September ini, seharusnya
sudah mengalami musim penghujan, akan tetapi menurut laporan dari BMKG bahwa

musim kemarau diperkirakan sampai pada bulan Oktober atau Desember. Selain akibat
dari perubahan iklim, kelangkaan air juga disebabkan oleh aktivitas manusia. Dimana
aktivitas manusia juga berkontribusi terhadap permasalahan ini akibat aktivitasnya yang
melakukan pembalakan hutan besar-besaran, memperbesar sumbangan gas CO2 ke
atmosfer melalui emisi gas rumah kaca, serta aktivitas pertambangan yang tidak
mengindahkan kaidah lingkungan. Akibatnya seperti yang kita rasakan saat ini, beberapa
waduk di Pulau Jawa telah mengalami penurunan debit simpanan air yang berdampak
pada defisit air untuk kebutuhan irigasi pertanian, serta mengeringnya sumur-sumur
penduduk dibeberapa daerah.
Faktor lain yang berpengaruh adalah tingginya intensitas pembangunan gedung di
kota-kota besar, yang berdampak pada semakin meningkatnya aliran permukaan saat
musim penghujan karena sebagian besar lapisan tanahnya sudah terkover oleh aspal dan
beton, sehingga air hujan tidak mampu berinfiltrasi ke dalam tanah sebagai simpanan air
tanah di dalam akuifer. Selain itu, tingginya aktivitas perubahan penggunaan lahan
didaerah pegunungan dan perbukitan dari hutan ke permukiman, juga memperbesar debit
aliran sungai dan juga menimbulkan peningkatan volume sedimentasi waduk dan sungai,
akibatnya waduk dan sungai tersebut sudah mengalami pendangkalan dini, dan
selanjutnya mengakibatkan volume simpanan air dalam waduk menjadi semakin
menurun dari kondisi sebelumnya. Hal inilah yang menyebabkan lahan sawah disejumlah
daerah mengalami kekeringan akibat suplay air dari waduk sangat sedikit.

F. ANGIN PUTTING BELIUNG

1. Wilayah Rawan Bencana Angin Puting Beliung di Indonesia


Mayoritas ancaman angina putting putting beliung di Indonesia relative rendah. Akan
tetapi di wilayah pulau jawa terdapat ancaman putting beliung dari sekala sedang hingga
tinggi. Hal tersebut membuat pulau jawa harus mendapatkan perhatian khusus dari
ancaman bencana putting beliung.
2. Penyebab
Penyebab Terjadinya Angin Puting Beliung disebabkan karena Udara panas dan dingin
bertemu, sehingga saling bentrok dan terbentuklah puting beliung. Selain itu juga karen
Dalam awan terjadi arus udara naik ke atas yang kuat. Hujan belum turun, titik-titik air
maupun Kristal es masih tertahan oleh arus udara yang naik ke atas puncak awan. Putting
beliung merupakan dampak ikutan awan Cumulonimbus (Cb) yang biasa tumbuh selama
periode musim hujan, tetapi tidak semua pertumbuhan awan CB akan menimbulkan
angin puting beliung.
Berikut ini adalah cirri-ciri angin puting beliung:
a. Kehadirannya belum dapat diprediksi.
b. Terjadi secara tiba-tiba (5-10 menit) pada area skala sangat lokal.

c. Pusaran puting beliung mirip belalai gajah/selang vacuum cleaner.


d. Jika kejadiannya berlangsung lama, lintasannya membentuk jalur kerusakan.
e. Lebih sering terjadi pada siang hari dan lebih banyak di daerah dataran rendah

G. TANAH LONGSOR

Berdasarkan peta yang dikeluarkan oleh PNPB menunjukan bahwa wilayah


Indonesia mempunyai potensi rawan tanah longsor. Hal tersebut diperkuat dengan
kejadian longsor yang belum lama terjadi seperti yang ada di purworejo dan ponorogo.
Longsor adalah salah satu bencana yang paling sering terjadi sepanjang 2016. Data
BNPB menunjukkan longsor terjadi sebanyak 612 kali tahun lalu. Pada Juni 2016,
misalnya, longsor berlangsung di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, sehingga
menyebabkan puluhan orang meninggal dunia. Pada tahun 2017 ini juga terjadi tanah
longsor di wilayah ponorogo yang mengakibatkan korban jiwa. Sebagian masyarakat
berhasil menyelamatkan diri. 17 orang luka-luka, namun 28 orang dicemaskan tertimbun,
plus 15 orang pekerja panen jahe.

H. KEBAKARAN HUTAN

1. Daerah yang Sering Terjadi Kebakaran Hutan


Berdasarkan peta tersebut dapat dilihat bahwa titik api yang disinyalir sebagai kebakaran
hutan dapat dijumpai pada pulau sumatera dan pulau Kalimantan. Hal tersebut ditunjukan
dengan jumlahya titik api di kedua wilayah tersebut.
2. Penyebab Kebakaran Hutan Di Sumatera Dan Kalimantan
Pembakaran lahan yang tidak terkendali sehingga merembet ke lahan lain. Pembukaan
lahan tersebut dilaksanakan baik oleh masyarakat maupun perusahaan. Namun bila
pembukaan lahan dilaksanakan dengan pembakaran dalam skala besar, kebakaran
tersebut sulit terkendali. Hal inilah yang menjadi faktor utama kebakaran hutan di pulau
sumatera dan Kalimantan.

3.5. MITIGASI BENCANA ALAM


3. Lembaga Kebencanaan

LEMBAGA KEBENCANAAN
A. BNPB (BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA)
1. Kedudukan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) adalah lembaga pemerintah
non-kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
penanggulangan bencana. BNPB berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Presiden.
2. Tugas dan Fungsi BNPB
a. Tugas BNPB
1) Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan
bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap
darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara;
2) Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;
3) Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada
masyarakat;
4) Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada
Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam
kondisi darurat bencana;
5) Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan
nasional dan internasional
6) Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
7) Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan
8) Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah.
b. Fungsi BNPB
Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan

efisien; dan Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan


bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.
3. Susunan Organisasi BNPB
BNPB terdiri atas :
a. Kepala
Kepala mempunyai tugas memimpin BNPB dalam menjalankan tugas dan
fungsi BNPB.
b. Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana
Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana mempunyai tugas memberikan
masukan dan saran kepada Kepala BNPB dalam penanggulangan bencana.
c. Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana.
Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana mempunyai tugas
melaksanakan penanggulangan bencana secara terintegrasi yang meliputi
prabencana, saat tanggap darurat, dan pascabencana.
4. Pembiayaan
Pembiayaan untuk mendukung kegiatan BNPB dibebankan kepada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau sumber
anggaran lainnya yang sah serta tidak mengikat.

B. BASARNAS
1. Kedudukan
Badan SAR Nasional (BASARNAS) adalah Lembaga Pemerintah Non-
Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Presiden.
2. Tugas dan Fungsi
a. Tugas
Badan SAR Nasional memiliki tugas membantu Presiden dalam
penyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pencarian dan pertolongan
(search and rescue).
b. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, Badan SAR Nasional
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1) perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang SAR;


2) perumusan kebijakan teknis di bidang SAR;
3) koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang SAR;
4) pembinaan, pengerahan dan pengendalian potensi SAR;
5) pelaksanaan siaga SAR;
6) pelaksanaan tindak awal dan operasi SAR;
7) pengoordinasian potensi SAR dalam pelaksanaan operasi SAR;
8) pendidikan, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang
SAR;
9) penelitian dan pengembangan di bidang SAR;
10)pengelolaan data dan informasi dan komunikasi di bidang SAR;
11)pelaksanaan hubungan dan kerja sama di bidang SAR;
12)pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawabBadan SAR Nasional;
13)penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum;
14)pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Badan SAR Nasional; dan
15)penyampaian laporan, saran dan pertimbangan di bidang SAR.
3. Susunan Organisasi BASARNAS
BASARNAS terdiri dari :
a. Kepala
Kepala mempunyai tugas memimpin BASARNAS dalam menjalankan tugas dan
fungsi BASARNAS.
b. Sekretariat Utama
Sekretariat Utama mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan
dan pengendalian terhadap program, administrasi dan sumber daya di lingkungan
BASARNAS.
c. Deputi Bidang Operasi SAR
Deputi Bidang Operasi SAR mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan
siaga SAR, tindak awal dan operasi SAR.
d. Deputi Bidang Potensi SAR

Deputi Bidang Potensi SAR mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan


kebijakan di bidang potensi SAR.
e. Inspektorat
Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional terhadap
pelaksanaan tugas di lingkungan BASARNAS.
f. Pusat
Pusat yang dimaksud disini adalah pusat data dan informasi. Pusat data dan
informasi bertugas menyediakan data dan informasi berkaitan dengan
BASARNAS.
g. Unit Pelaksana Teknis
Unit Pelaksana Teknis melaksanakan tugas SAR dan administrative Badan SAR
Nasional di daerah.
4. Pembiayaan
Segala biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi BASARNAS,
dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan sumber
anggaran lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

C. PVMBG
1. Kedudukan
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) adalah salah satu
unit di lingkungan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral.
2. Tugas dan Fungsi
a. Tugas
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mempunyai tugas
melaksanakan penelitian, penyelidikan, perekayasaan dan pelayanan di bidang
vulkanologi dan mitigasi bencana geologi.
b. Fungsi
1) penyiapan penyusunan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, dan kriteria,
serta rencana dan program di bidang vulkanologi dan mitigasi bencana geologi;

2) pelaksanaan penelitian, penyelidikan, perekayasaan, pemetaan tematik dan


analisis risiko bencana geologi, serta peringatan dini aktivitas gunungapi dan
potensi gerakan tanah dan pemberian rekomendasi teknis mitigasi bencana
geologi;
3) pembinaan jabatan fungsional pengamat gunungapi;
4) pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian, penyelidikan,
perekayasaan, pemetaan tematik dan analisis risiko bencana geologi, serta
peringatan dini aktivitas gunungapi dan potensi gerakan tanah dan pemberian
rekomendasi teknis mitigasi bencana geologi; dan
5) pelaksanaan administrasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

3. Susunan Organisasi PVMBG


a. Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana kerja
dan anggaran, urusan keuangan, kerja sama, umum, kepegawaian, hukum, dan
pengelolaan informasi.
b. Bidang Mitigasi Gunungapi
Bidang Mitigasi Gunungapi mempunyai tugas penyiapan penyusunan kebijakan
teknis, norma, standar, prosedur, kriteria, rencana, pelaporan, pengamatan, dan
penetapan status, peringatan dini, rekomendasi teknis mitigasi bencana
gunungapi, pelaksanaan penelitian, penyelidikan, perekayasaan, pemantauan,
pemetaan tematik, pemodelan bahaya dan penyebaran informasi gunungapi.
c. Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami
Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami mempunyai tugas penyiapan
penyusunan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, kriteria, rencana,
pelaporan, pemetaan dan rekomendasi teknis mitigasi gempa bumi dan tsunami,
penelitian, penyelidikan, perekayasaan, pemodelan bahaya serta penyebaran
informasi gempa bumi dan tsunami.
d. Bidang Mitigasi Gerakan Tanah
Bidang Mitigasi Gerakan Tanah mempunyai tugas penyiapan penyusunan
kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, kriteria, rencana, pelaporan, pemetaan
dan rekomendasi teknis mitigasi gerakan tanah, penelitian, penyelidikan,
perekayasaan, serta pelaksanaan pemantauan dan peringatan dini potensi gerakan
tanah, pemodelan bahaya, penyebaran informasi gerakan tanah.

4. Pembiayaan
Segala biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi PVMBG,
dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan sumber
anggaran lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

3.5. MITIGASI BENCANA ALAM


5. Partisipasi Masyarakat Dalam Mitigasi Bencana

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MITIGASI BENCANA


A. Partisipasi Masyarakat

Masyarakat terdiri dari individu-individu dan kelompok-kelompok. Di dalam UU


24/2007 tidak ada definisi khusus tentang masyarakat, tapi pengertian masyarakat itu
secara umum terdapat dalam pengertian “setiap orang adalah orang perseorangan,
kelompok orang, dan/atau badan hukum.”
Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan secara spontan dengan kesadaran dan
tanggung jawab dengan dilatarbelakangi untuk kemajuan pribadi maupun kelompok.
Jenis-jenis partisipasi dibagi menjadi lima yaitu:
a. Partisipasi buah pikiran, yang diberikan partisipan dalam anjang sono, pertemuan atau
rapat,
b. Partisipasi tenaga, yang diberikan partisipan dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan
atau pembangunan desa, pertolongan dari orang lain, dan sebagainya
c. Partisipasi harta benda, yang diberikan orang dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan
atau pembangunan desa, dan sebagainya
d. Partisipasi keterampilan dan kemahiran, yang diberikan orang untuk mendorong aneka
ragam bentuk usaha dan industry
e. Partisipasi sosial, yang diberikan orang sebagai tanda keguyuban.
Partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor pendukung pembangunan
berkelanjutan, dengan ikut berpartisipasi aktif, masyarakat dapat meningkatkan kapasitas
masyarakat dalam mendukung program yang direncanakan oleh pemerintah. Partisipasi
masyarakat dalam berbagai tindakan yang dilakukan masyarakat didalamnya terdapat
proses pembelajaran. Oleh karena itu, partisiapasi masyarakat sangat penting untuk
ditingkatkan. Dalam mitigasi bencana, unsur-unsur masyarakat diharapakan ikut
berpartispasi secara aktif disertai rasa tanggung jawab sehingga dapat meminimalisir
korban bencana.
Bencana alam merupakan suatu peristiwa yang tidak terduga dan diluar jangkauan
manusia sehingga peristiwa tersebut dapat menimbulkan banyak kerugian, baik kerugian
jiwa-raga, harta benda, maupun kerusakan lingkungan.Oleh karena itu, pelaksanaan
penanggulangan bencana dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat yang di
daerah tempat tinggalnya berpotensi terjadi suatu bencana, bukan hanya upaya
penanggulangan bencana yang dilakukan oleh pemerintah.
Pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama melakukan penanggulangan
bencana sehingga penanggulangan bencana alam dapat dilakukan secara efektif dan
efisien.Pemerintah melakukan penanggulangan bencana melalui tahap response, recovery
dan development dimana didalamnya terdapat tindakan evakuasi, penyediaan kebutuhan
dasar korban, upaya rekonstruksi dan rehabilitasi, serta perbaikan-perbaikan lain yang
juga dimaksudkan sebagai langkah mitigasi bencana.Masyarakat dapat berpartisipasi
dalam penanggulangan bencana alam melalui partisipasi buah pikiran, tenaga, harta
benda, keterampilan dan kemahiran, serta partisipasi sosial.

B. Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat

Penanganan bencana sesuai dengan UU No. 25 tahun 2007, menitikberatkan pada


partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bencana.Jadi masyarakat bukan hanya
sekedar menjadi korban/objek dari bencana namun juga sebagai pelaku dari
penanggulangan bencana. Metode yang tepat dalam penanganan bencana sekarang ini
(dan sekarang yang sedang dikembangkan oleh PMI) adalah Kesiapsiagaan Bencana
berbasis masyarakat (KBBM/CBDP = Community Base Disaster Preparedness). KBBM
adalah program berbasis masyarakat yang mendorong pemberdayaan kapasitas
masyarakat untuk menyiagakan diri dalam mencegah serta mengurangi dampak dan
resiko bencana yang terjadi lingkungannya.KBBM diterapkan karena masyarakat sebagai
pihak yang terkena dampak bencana, harus diberdayakan dengan pengetahuan dan
ketrampilan yang memadai, sehingga mampu melakukan upaya upaya penanganan
dampak bencana dan pengurangan resiko.KBBM diterapkan di daerah rawan bencana
seperti banjir, longsor, gempa bumi, gunung meletus, gelombang pasang/tsunami dan
dimana masyarakatnya mudah bekerjasama (bergotong royong) untuk melaksanakan
upaya mitigasi atau pengurangan resiko.KBBM bermanfaat bagi masyarakat yang paling
rentan yang secara langsung terancam kondisi kesehatan, kehidupan ekonomi dan
lingkungan hidupnya.
Mengembangkan kebijakan-kebijakan mitigasi lewat konsultasi dengan
kelompok-kelompok masyarakat setempat dengan menggunakan teknik-teknik dan
tindakan-tindakan di mana mereka dapat mengorganisir diri mereka sendiri dan mampu
mandiri dengan bantuan teknis terbatas dari luar. Program-program mitigasi berbasis
masyarakat seperti itu dianggap lebih mungkin menghasilkan tindakan-tindakan yang
merespon kebutuhan riil penduduk, dan untuk mengambil bagian dalam pembangunan
masyarakat, kesadarannya akan bahaya-bahaya yang mereka hadapi dan kemampuan
masyarakat untuk melindungi diri di masa mendatang, walaupun secara teknis sarana-
sarana mungkin kurang efektif dibandingkan dengan program-program mitigasi berskala
lebih besar. Pendekatan ini juga cenderung memaksimalkan penggunaan sumber-sumber
daya lokal, termasuk tenaga kerja, material dan organisasi.
Menerapkan kebijakan-kebijakan berbasis masyarakat seperti itu tergantung pada
beberapa factor seperti, adanya lembaga-lembaga dan kelompok-kelompok masyarakat

setempat yang aktif dan berkepentingan yang dapat menyediakan bantuan dan dukungan
teknis pada tingkat yang memadai.Meskipun demikian, peluang-peluang untuk aksi-aksi
mitigasi berbasis masyarakat harus selalu diupayakan di dalam mengembangkan satu
strategi mitigas.Mitigasi bencana berbasisi masyarakat tentu jauh lebih murah dan
mungkin lebih berhasil dibandingkan dengan program-program mitigasi bencana berskala
lebih besar.

C. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Mitigasi Bencana


1. Bencana Banjir
Partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat mengurangi dampak bencana
banjir yang akan diderita oleh masyarakat sendiri,
Partisipasi yang diharapkan mencakup :
a. Ikut serta dan aktif dalam latihan‐latihan (gladi) upaya mitigasi bencana banjir
misalnya kampanye peduli bencana, latihan kesiapan penanggulangan banjir dan
evakuasi, latihan peringatan dini banjir dan sebagainya.
b. Ikut serta dan aktif dalam program desain & pembangunan rumah tahan banjir
antara lain rumah tingkat, penggunaan material yang tahan air dan gerusan air.
c. Ikut serta dalam setiap tahapan konsultasi publik yang terkait dengan
pembangunan prasarana pengendalian banjir dan upaya mitigasi bencana banjir.
d. Membuang sampah di tempat yang sudah disediakan
e. Melakukan pembersihan terhadap got, saluran air, dan juga parit yang berada di
sekitar rumah sehingga aliran air lancar bebas dari tumpukan sampah.
f. Melakukan reboisasi (penghijauan kembali tanah yang gundul)
g. Melaksanakan pola dan waktu tanam yang mengadaptasi pola dan kondisi
banjir setempat untuk mengurangi kerugian usaha dan lahan pertanian dari banjir
h. Melakukan penanaman pohon di lahan lahan yang kosong agar daerah tersebut
bisa menjadi daerah resapan air.
2. Bencana Erupsi Gunung Berapi
Partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat mengurangi dampak bencana
erupsi gunung berapi yang akan diderita oleh masyarakat sendiri,
Partisipasi yang diharapkan mencakup :
a. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung api dan ancaman-
ancamannya.

b. Memahami daerah ancaman dan daerah aman melalui peta kawasan rawan
gunung berapi.
c. Membuat sistem peringatan dini.
d. Mengembangkan radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status
gunung api.
e. Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang diterbitkan
oleh instansi berwenang untuk mengetahui daerah ancaman dan daerah aman.
f. Memahami jalur evakuasi dan lokasi pengungsian.
g. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting.
h. Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api
(dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Pos
pengamatan gunung api biasanya mengkomunikasikan perkembangan status
gunung api lewat radio komunikasi.
3. Bencana Gempa Bumi
Partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat mengurangi dampak bencana
gempa bumi yang akan diderita oleh masyarakat sendiri,
Partisipasi yang diharapkan mencakup :
a. Mengikuti sosialisasi tentang gempabumi dan mempelajari penyebab gempa
bumi.
b. Membuat konstruksi rumah tahan gempa.
c. Memperhatikan sistem peringatan dini dan membuat sistem peringatan dini
mandiri, seperti mengikat benda-benda yang tergantung dengan kuat.
d. Melaksanakan dan mengikuti simulasi gempabumi.
e. Mengetahui dimana informasi gempa bisa didapatkan yaitu: BMKG, TV,
Radio, ORARI, dll.
f. Menyiapkan “tas siaga bencana”.
4. Bencana Tanah Longsor
Partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat mengurangi dampak bencana
tanah longsor yang akan diderita oleh masyarakat sendiri,
Partisipasi yang diharapkan mencakup :
a. Waspada ketika curah hujan tinggi.
b. Membuat selokan yang kuat untuk mengalirkan air hujan.

c. Membuat saluran pembuangan air menurut kontur tanah.


d. Memberi tanda khusus pada daerah rawan longsor lahan.
e. Membuat terasering atau sengkedan pada lahan yang miring.
f. Tidak melakukan pemotongan lereng.
g. Membatasi lahan untuk pertanian
h. Menggunakan teknik penanaman dengan sistem kontur tanah
i. Waspada gejala tanah longsor (retakan, penurunan tanah).
j. Tidak Membuat Kolam atau Sawah diatas Lereng
Membuat kolam atau sawah diatas lereng adalah perbuatan yang bias
menimbulkan tingginya peluang terjadinya tanah longsor. Jika dibuat sawah
diatas lereng maka akan tercipta kolam air yang bias menimbulkan daya
hidrostatika sehingga bisa menimbulkan potensi gerakan tanah yang bisa tergeser
dan bisa menimbulkan terjadinya longsor.
k. Tidak mendirikan bangunan permanen di daerah tebing dan tanah yang tidak
stabil (tanah gerak).
Pilihlah tempat yang aman saat membangun rumah, apabila lokasi pembuatan
rumah letaknya di perbukitan, maka pilihlah lokasi yang aman sehingga daerah
rumah yang akan dibangun jauh dari potensi bongkahan longsor.
l. Tidak Menebang Pohon di Sekitar Lereng
Menebang pohon di sekitar lereng atau tebing bisa menyebabkan terjadinya tanah
longsor. Semakin banyak pohon akan semakin kuat dan stabil tanah yang
ditanami. Akar akar pohon tersebut bias menyebar dan bersinggungan.
m. Menghindari atau mengurangi penebangan pohon yang tidak terkendali dan
tidak terencana (over cutting, penebangan cuci mangkuk, dan penjarahan).
n. Melakukan penanaman vegetasi tanaman keras yang ringan dengan perakaran
intensif dan didalam kawasan yang curam yang memiliki potensi terjadi tanah
longsor.
o. Mengembangkan usaha tani ramah longsor lahan seperti penanaman hijauan
makanan ternak (HMT) melalui sistem panen pangkas.
5. Bencana Tsunami
Partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat mengurangi dampak bencana
tsunami yang akan diderita oleh masyarakat sendiri,
Partisipasi yang diharapkan mencakup :

a. Hindari bertempat tinggal di daerah tepi pantai yang landai kurang dari 10
meter dari permukaan laut. Berdasarkan penelitian, daerah ini merupakan daerah
yang mengalami kerusakan terparah akibat bencana tsunami, badai dan angin
ribut.
b. Disarankan untuk menanam tanaman yang mampu menahan gelombang seperti
bakau, palem, ketapang, waru, beringin atau jenis lainnya.
c. Menaati peraturan tentang tata guna lahan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah setempat.
d. Buat bangunan bertingkat dengan ruang aman di bagian atasbagian dinding
yang lebar usahakan tidak sejajar dengan garis pantai.
6. Bencana Angin Ribut
Partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat mengurangi dampak bencana
angin puting beliung yang akan diderita oleh masyarakat sendiri, karena sifatnya
yang terjadi secara mendadak dan dalam waktu yang sangat singkat ,
Upaya pengurangan risiko di antaranya adalah:
a. Mengikuti sosialisasi tentang mitigasi bencana alam angin putting beliung.
b. Selalu mengikuti informasi prakiraan cuaca.
c. Jika tidak penting sekali, hindari bepergian apabila langit tampak awan gelap
dan menggantung.
d. Membuat kontruksi bangunan yang memenuhi syarat teknis mampu bertahan
terhadap gaya angin.
e. Pengamanan pada bagian-bagian yang mudah diterbangkan angin yang dapat
membahayakan diri atau orang lain pada saat terjadi putting beliung.
f. Untuk para nelayan, supaya menambatkan atau mengikat kuat kapal-kapalnya.
g. Memangkas dahan pohon yang terlalu besar dari pohon yang terlalu rimbun
dan rapuh untuk mengurangi beban.
h. Memperhatikan atap rumah sekitar. Jika ada atap dari rumah yang tidak
permanen, usahakan untuk menghindari melewatinya di kala hujan dan cuaca
berangin karena atap rumah seperti ini mudah terhempas saat angin kencang.
i. Waspada saat keadaan langit cerah namun terdapat awan yang tiba-tiba gelap.
j. Segera berlindung atau menjauh dari lokasi kejadian, karena peristiwa
fenomena tersebut sangat cepat.

7. Bencana Kebakaran Hutan


Partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat mengurangi dampak bencana
kebakaran hutan yang akan diderita oleh masyarakat sendiri,
Partisipasi yang diharapkan mencakup :
a. Jangan melakukan pembakaran untuk melakukan pembukaan lahan.
b. Melakukan tatacara pembukaan lahan tanpa bakar, dengan cara berikut ini:
1) Menebang pohon dan semak belukar pada lahan yang akan gunakan
untuk berkebun,
2) memotong/mencacah pohon, ranting, semak dan disebarkan
kesekeliling lahan.
3) Tidak menggunakan bahan kimia untuk mematikan pohon/semak.
4) Membiarkan sisa semak dan pepohonan yang telah dicacah mengering
selama lebih kurang sebulan. Bila memungkinkan menyiram air kesegala
penjuru lahan untuk membantu mempercepat proses pembusukan.
c. Membuat sumur di lahan anda sehingga tidak akan kesulitan mencari air
seandainya terjadi kebakaran yang tidak terkendali di lahan ataupun diluar lahan
anda.
d. Membuat parit disekeliling lahan, minimal disekeliling rumah dengan
dalam/lebar minimal 30/30 centimeter. Melakukan pengecekan menjelang musim
kemarau agar tidak terjadi pendangkalan. Parit ini sangat berguna untuk
mencegah api memasuki lahan/daerah rumah anda.
e. Membuat sistem peringatan sederhana apabila terjadi kebakaran, seperti
kentongan.

D. Potensi Kearifan Lokal dalam Mitigasi Bencana

Masyarakat Indonesia diwarisi dengan pengetahuan dari berbagai peristiwa alam


yang kerap terjadi.Karena posisi geografis dan geologisnya yang tepat di atas pertemuan
tiga lempeng samudra yang terus bergerak dan sering bertumbukan, menyebabkan gempa
dan tsunami kerap terjadi. Kondisi wilayah Indonesia dengan banyaknya gunung api,
memberikan banyak pengalaman empiris kejadian letusan yang membawa korban. Dari
pengalaman ini masyarakat lokal umumnya memiliki pengetahuan local dan kearifan
ekologi dalam memprediksi dan melakukan mitigasi bencana alam di daerahnya.
Pengetahuan lokal tersebut diperoleh dari pengalaman yang kaya akibat berinteraksi
dengan ekosistemnya. Berbagai contoh bentuk kearifan lokal dalam mitigasi bencana
alam antara lain:

1. Masyarakat yang bermukim di lereng Gunung Merapi, di Jawa Tengah dan DI


Yogyakarta, telah mempunyai kemampuan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya
letusan. Selain masih kuatnya keyakinan spiritual, masyarakat disana biasanya membaca
tanda-tanda alam melalui perilaku hewan, seperti turunnya hewan-hewan dari puncak
atau keluar dari rimbun hutan, burung-burung atau hewan lainnya mengeluarkan bunyi
suara yang tidak biasa, atau adanya pohon-pohon di sekeliling kawah yang kering dan
mati layu.
2. Semong adalah kearifan lokal masyarakat di Pulau Simeulue dalam membaca
fenomena alam pantai telah menyelamatkan banyak masyarakat dari bencana tsunami.
Teriakan semong merupakan peringatan dini yang diartikan adanya situasi dimana air
laut surut dan masyarakat harus lari ke bukit. Ini adalah pengetahuan yang diperoleh dari
leluhur belajar dari kejadian bencana yang pernah terjadi puluhan tahun lalu. Semong ini
yang menyelamatkan masyarakat di pulau Simeulue, padahal secara geografis letaknya
sangat dekat dengan pusat gempa. Semong bagi masyarakat pulau Simeulue
disosialisasikan turun temurun melalui dongeng dan legenda oleh tokoh masyarakat
sehingga istilah ini jadi melekat dan membudaya di hati masyarakat pulau itu. Dengan
pengetahuan ini yang dimiliki orang Simeulue banyak masyarakat pesisir pantai lainnya
di Aceh terselamatkan saat tsunami terjadi. Mereka memaksa orang untuk lari ke gunung.
yang lebih besar yang sulit diprediksi terjadi kapan dan dimana.
3. Konstruksi bangunan tradisional yang menggunakan bahan material yang
ringan seperti kayu dan bambu memungkinkan bangunan tradisional tidak mudah roboh
karena memiliki kelenturan terhadap gempa. Selain itu struktur bangunan yang dikaitkan
satu sama lain menggunakan pasak bisa lebih dinamis dan kokoh sehingga tahan terhadap
guncangan gempa.
Beberapa contoh rumah tradisional yang tahan terhadap gempa antara lain:
a. Rumah Gadang
Pasti sudah banyak yang mengenal bangunan adat yang berasal dari
Minangkabau, Sumatera Barat ini.Yang paling dikenal, rumah Gadang memiliki
konstruksi atap berbahan ijuk yang melengkung ke dalam.Pada 2009 lalu saat
terjadi gempa, rumah Gadang ini banyak yang tetap kokoh bertahan kala itu.
b. Rumah Tua Bali Utara
Rumah-rumah yang berada di kawasan Bali Utara ini dianggap tahan akan gempa,
karena memiliki konstruksi yang memanfaatkan saka atau tiang kayu dan
lambang serta sineb sebagai balok. Hal ini bertujuan untuk melindungi
penghuninya dari reruntuhan bangunan akibat gempa.Arsitek lokal sejak
peradaban Bali Kuno sudah melakukan ujicoba yang panjang untuk membangun
rumah tahan gempa yang dapat diwariskan ke generasi selanjutnya.Bangunan adat
di Bali Utara ini menjadi salah satu temuan penting dalam kesejarahan gempa di
Indonesia.

c. Rumah Woloan
Bangunan adat dari Tomohon, Sulawesi Utara ini sudah sejak dulu dikenal
sebagai rumah yang tahan guncangan gempa.
d. Rumah Omo Hada
Kehebatan konstruksi bangunan adat Nias ini terlihat pada 2010 silam, saat itu
Nias dilanda gempa berskala cukup besar.Bangunan adat ini masih kokoh berdiri
dan posisinya hanya sedikit bergeser.Konstruksi rumah Omo Hada menggunakan
pasak dari kayu untuk menyatukan antarbagian, tidak memiliki jendela namun
diganti dengan semacam model teralis untuk ventilasi dan memiliki atap yang
oval.Uniknya bangunan adat ini memiliki tiang-tiang penyangga yang tidak
beraturan arahnya.Ada yang ke atas, ke samping maupun ke bawah.Konon hal
itulah yang menjadikan bangunan ini tahan gempa.Rumah adat Omo Hada ini
banyak dijumpai di desa Tumori dan desa Bawomataulo.
e. Rumah Lahei
Hampir sama dengan rumah Omo Hada, bangunan adat yang berasal dari Kerinci,
Riau ini juga tersusun dari kayu yang saling disatukan dengan menggunakan
pasak kayu dan ikatan tambang yang terbuat dari ijuk.

Anda mungkin juga menyukai