Anda di halaman 1dari 21

Manajemen krisis public relations dalam

menangani penolakan imunisasi measles rubella

ABSTRAK

Pada tahun 2017 fenomena imunisasi Measles rubella menarik perhatian publik. Adanya tindakan
penolakan dari para orang tua menghasilkan pemberitaan negatif dan mengantarkan Kementerian
Kesehatan pada situasi krisis. Public relations merupakan divisi yang berperan untuk melindungi dan
mempertahankan reputasi yang dimiliki oleh organisasi melalui tindakan manajemen krisis. Tujuan
penelitian ini yaitu ingin mengetahui manajemen krisis yang dilakukan oleh public relations Kementerian
Kesehatan yang diperdalam dengan menggunakan Situational Crisis Communication Theory. Metode
penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara mendalam
serta mengumpulkan dokumen terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen krisis yang
dilakukan oleh public relations Kementerian Kesehatan pada tahap pre-krisis adalah kegiatan monitoring
media. Saat krisis terjadi respon yang dilakukan tergolong strategi diminish untuk mengurangi dampak
negatif dari peristiwa krisis. Beberapa tindakan yang dilakukan yaitu bekerja sama dengan Komite
Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi, penyebaran release melalui
website, berkomunikasi dengan Pemerintahan daerah, Dinas Kesehatan daerah, serta memanfaatkan media
tradisional dan digital. Pada tahap post-krisis dilakukan dialog dengan Majelis Ulama Indonesia untuk
melakukan kajian lebih lanjut mengenai kehalalan vaksin. Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa penanganan krisis terjadi karena perbaikan komunikasi dan kerja sama dengan para stakeholder.
Adapun sarannya adalah sebaiknya ketika terjadi perbedaan pemahaman dengan Majelis Ulama Indonesia,
public relations Kementerian Kesehatan dapat melakukan komunikasi yang lebih cepat agar masalah
segera teratasi.

PENDAHULUAN pemberitaan negatif bagi Kementerian


Kesehatan.
Pada tahun 2017 Kementerian Kesehatan
Media memberitakan beberapa masalah,
menyelenggarakan program kampanye
yang menjadi alasan penolakan para orang tua.
imunisasi Measles Rubella (MR) fase pertama,
Masalah pertama yaitu karena dampak negatif
di wilayah pulau Jawa. Program imunisasi yang
penyebaran isu mengenai vaksin Measles
dibuat untuk tujuan baik, ternyata mendapatkan
Rubella (MR). Hal tersebut dibenarkan oleh
respons penolakan dari para orang tua.
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan
Peristiwa penolakan berlangsung di beberapa
Kementerian Kesehatan dr. Jane. Menurutnya
wilayah yang berbeda dan menyebabkan
pemberitaan hoaks atau berita bohong di media
sosial mendorong para orang tua untuk Facebook, untuk menyebarkan informasi satu
melakukan penolakan akan vaksin Measles
Rubella (MR) (Lestari, 2017).
Tabel 1 Pemberitaan media mengenai penolakan
Para orang tua memilih media sosial imunisasi Measles Rubella (MR)

setelah negatif dari imunisasi memberikan izin wali murid


menolak
imunisasiBanyaknya Measles Rubella (MR), anaknya (01/08/17)
A l a s a n penolakan
kasus-kasus yang membuat para orang tua Media Judul Artikel - K e r a g u a n dengan bahan
Tanggal vaksin yang tidak halal dan
menggambarkadampak khawatir untuk rappler.com D i Yogyakarta dampak buruk setelah
masih ada imunisasi
Nilai (-)

mendapatkan negatif seperti dikabarkan Kumparan. com Vaksin


Ini Alasan R a t u s a n d i k a b a r k a n
imunisasi. Orangtua di Jawa haram serta dampak
sakit bahkan meninggal usai Tengah Menolak setelah imunisas
Saat program (16/08/17)
meninggal dunia. mendapatkan
imunisasi
Salah satunya imunisasi Measles Warga Tolak I m u n i
s a s i Campak R u b e Vaksin yang tidak
berlangsung l l a , B e r d a l i h V amemiliki label halal
kasusnya datang Rubella (MR) k s i n Haram (-) (-)
tersebar (25/08/17)
dari daerah (Kurniawan, 2017).
pemberitaan, jika Tak Ada Label Halal,
Lumajang Jawa Di tengah Imunisasi
anak-anak yang perkembangannya Campak dan Rubella
Timur. Safira di S u m e n e p
yang pesat,
mendapatkan Liputan6. com Ditolak
Faradika (20/09/17)
imunisasi Measles Vaksin MR m e n g a n
merupakan siswi d u n g zat yang d i h a (-)
Rubella (MR) akan r a m k a n agama
kelas 5 SD, yang
menerima dampak faktualnews. com

media sosial juga memberikan peran dalam Sumber: Media online, 2017

sama lain mengenai vaksin Measles Rubella untuk mengambil tindakan penolakan, ikut
(MR). Wujud penolakan para orang tua di bergabung dalam group facebook tersebut.
media sosial, terlihat melalui group facebook Masalah kehalalan vaksin menjadi alasan
yang bernama Gerakan Anti Vaksin dan selanjutnya para orang tua melakukan
Imunisasi. Para orang tua yang memutuskan penolakan. Sebagian besar masyarakat
Indonesia didominasi oleh warga muslim, kehalalannya saat itu, apalagi dengan sertifikat.
sehingga kehalalan menjadi syarat penting bagi Imunisasi Measles Rubella (MR) pada
mereka untuk bisa menerimanya. Keraguan fase pertama juga terancam untuk dihentikan.
para orang tua akan kehalalan vaksin bersumber Pendapat tersebut bersumber dari Anggota
dari polemik perbedaan pendapat yang terjadi Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim
antara Kementerian Kesehatan dengan Majelis Indonesia (ICMI) Pusat. Brigjen Pol (Purn)
Ulama Indonesia. Anton Tabah Digdoyo meminta vaksinasi
Kementerian Kesehatan menjamin jika Measles Rubella (MR) untuk dihentikan
vaksin rubella aman dan halal, seperti sementara, karena kehalalannya yang belum
pemberitaan dari CNN Indonesia berikut ini. jelas (“ICMI Minta Vaksinasi Rubela
Ibu Menteri Kesehatan Nila Moeloek Dihentikan,” 2017).
menjelaskan Vaksin MR yang diimpor Melalui penjelasan sebelumnya ditemukan
langsung dari India itu halal. Vaksin measles beberapa masalah yang menjadikan para orang
ditumbuhkan pada embrio ayam sedangkan tua melakukan penolakan. Beberapa masalah
vaksin rubella ditanam pada stem sel yang diantaranya yaitu dampak negatif setelah
berasal dari manusia, jadi tidak ada kata haram imunisasi dan penyebaran hoaks yang terjadi di
disini (Olyvia, 2017). Sedangkan, pemberitaan media sosial. Selain itu perbedaan pendapat
melalui Detiknews pihak MUI membantah antara Kementerian Kesehatan dengan MUI
adanya sertifikasi untuk vaksin Measles membuat keraguan akan kehalalan vaksin
Rubella (MR). Seperti respon yang Measles Rubella (MR), membuat program
dikemukakan oleh Ketua Komisi Fatwa MUI tersebut terancam untuk diberhentikan.
Hasanuddin. Menurutnya jika di Munculnya tindakan penolakan dengan
lapangan tersebar isu-isu dari manapun yang beragam permasalahan tersebut, membawa
mengungkapkan vaksin MR sudah halal, hal Kementerian Kesehatan pada situasi krisis.
itu merupakan suatu kebohongan. Ia berharap Definisi krisis adalah kejadian besar yang
berita ini dapat diketahui oleh masyarakat memberikan hasil negatif dan berpotensi
karena vaksin Measles Rubella (MR) belum ada

mempengaruhi organisasi, perusahaan, atau Rubella (MR) merupakan program besar.


industri, serta publiknya, produk, layanan, atau Layanan imunisasi Measles Rubella
nama baik. Berdasarkan definisi tersebut, mendapatkan pemberitaan negatif akibat
peristiwa penolakan yang dialami oleh penolakan karena beragam permasalahan yang
Kementerian Kesehatan dapat digolongkan muncul. Sehingga peristiwa tersebut
sebagai krisis. Kampanye imunisasi Measles memberikan sentimen negatif bagi nama baik
Kementerian Kesehatan, selaku lembaga belakang dalam pendahuluan di atas,
penyelenggara program. diharapkan penelitian ini memberikan tujuan

Divisi public relations memiliki tugas dan manfaat. Manfaat teoritis dari hasil

besar untuk mengelola komunikasi di sebuah penelitian ini diharapkan dapat menjadi

organisasi, termasuk penanganan krisis referensi dan acuan bagi penelitian sejenis

komunikasi. Tindakan yang dilakukan oleh terkait manajemen krisis. Penggunaan teori

public relations memfokuskan pada persiapan Situational Crisis Communication Theory,

krisis sebagai strategi untuk meminimalkan diharapkan untuk memperkaya strategi

kerusakan pada reputasi perusahaan. Kegiatan manajemen krisis yang bisa dilakukan oleh

yang dianggap penting saat melakukan public relations dalam menjaga reputasi yang

komunikasi krisis yaitu persiapan manajemen dimiliki oleh organisasi. Sedangkan manfaat

krisis. Dari penjelasan tersebut, seharusnya praktisnya adalah hasil penelitian manajemen

sosok public relations Kementerian Kesehatan krisis yang dilakukan oleh public relations

juga memberikan peran penanganan krisis dan Kementerian Kesehatan dapat dijadikan bahan

melakukan kegiatan manajemen krisis, pada evaluasi dan pembelajaran bagi organisasi.

peristiwa penolakan imunisasi Measles Rubella Krisis sering kali dilihat sebagai peristiwa
(MR) di fase pertama (Coombs & Holladay, yang menakutkan, sehingga sebagian besar
2010) organisasi memilih untuk menghindarinya.

Adanya indikasi masalah dan latar belakang Menurut (Jessica & Ilfandi, 2018) aktivitas
ini menghasilkan pertanyaan penelitian tentang
public relations memberikan peran penting
bagaimana sebenarnya proses manajemen
dalam penanganan krisis, karena jika tidak
krisis yang dilakukan oleh public relations
ditangani secara cepat dapat membentuk opini
Kementerian Kesehatan, dalam menangani
publik yang tidak sesuai dengan fakta di
krisis komunikasi akibat penolakan imunisasi
lapangan. Kegiatan penanganan krisis yang
Measles Rubella (MR). Sejalan dengan latar
dilakukan oleh pihak public relations yaitu

manajemen krisis. baik yang sudah dimiliki (Prastya, 2011).


Penelitian lainnya membenarkan peran Terdapat tiga ancaman yang ditimbulkan ketika
penting public relations dalam penanganan krisis yaitu: keselamatan publik, kerugian
krisis. Komunikasi krisis merupakan salah satu finansial, atau kehilangan reputasi (Mak & AO,
peran yang dilakukan oleh public relations. 2019).
Krisis sendiri datang secara mengejutkan dan Adanya krisis dapat mengganggu dan
menghadirkan ancaman bagi organisasi, memberikan ancaman proses kerja organisasi.
perusahaan, atau industri, begitu juga terhadap (Suryani & Sagiyanto, 2018) dalam kesimpulan
publik mereka, produk, layanan, ataupun nama penelitiannya mengemukakan aktivitas
mengelola krisis bukanlah hal yang mudah. dilakukan oleh public relations yaitu
Ketika krisis terjadi seorang public relations manajemen krisis. Coombs & Holladay

bukan hanya bertugas untuk sekadar tampil di menjelaskan manajemen krisis sebagai upaya

media. Dalam menangani krisis public untuk mencegah atau mengurangi hasil negatif

relations harus memiliki strategi yang dari krisis untuk melindungi organisasi serta

komprehensif, tepat, dan cermat. Sama halnya para stakeholder, membagi manajemen krisis

seperti hasil penelitian (Meyerding, 2019) menjadi tiga bagian yaitu pre-crisis, crisis dan

ketika krisis terjadi diperlukan respon secepat post-crisis, berikut ini penjelasan dari masing-

mungkin, termasuk menginformasikan kepada masing tahapan (Coombs & Holladay, 2010).

publik tentang semua tindakan yang diambil Pre-crisis merupakan tahap sebelum
organisasi untuk menangani krisis agar terlihat terjadi krisis, tindakan yang dilakukan yaitu
transparan. Ketika peristiwa krisis terjadi, mengumpulkan seluruh informasi tentang
seharusnya organisasi mengkomunikasikan resiko krisis, menentukan respon yang
informasi dan dilakukan saat krisis dan mempersiapkan sosok
fakta yang diverifikasi. terpercaya, yang akan memberikan informasi
Di sisi lain krisis juga memberikan manfaat pada publik.
seperti penjelasan menurut (Mejri & De Wolf, Selanjutnya yaitu crisis, pada tahap organisasi
2013), menurutnya krisis memiliki potensi
sebagai kekuatan baru bagi organisasi dan
dapat dijadikan sebagai sebuah pembelajaran.
Hal tersebut dilakukan untuk mencegah krisis
Sumber: Coombs & Holladay, 2010
berikutnya dan bersiap untuk menghadapinya.
Gambar 1 Tahapan Manajemen Krisis
Tindakan pengelolaan krisis yang bisa

sedang berada dalam situasi krisis dan harus & Holladay, 2010) menjelaskan penarikan
memberikan respons yang tepat, sehingga bisa kesimpulan teori ini didasari oleh peristiwa
tertangani dengan baik. Untuk memperdalam krisis yang memberikan dampak negatif bagi
penanganan yang diberikan pada tahapan krisis, organisasi maupun stakeholder yang
akan dianalisis secara mendalam menggunakan bersangkutan, sehingga diperlukan tanggung
Situational Crisis Communication Theory jawab untuk mengatasinya.
(SCCT). Model Situational Crisis Communication
Situational Crisis Communication Theory Theory terdiri dari beberapa elemen. (Coombs
(SCCT) dikemukakan pertama kali oleh W. & Holladay, 2010) membagi model SCCT
Timothy Coombs sejak tahun 1995. (Coombs menjadi tujuh elemen, yang terdiri dari crisis

Sumber: Coombs & Holladay, 2010 responsibility, crisis history, prior reputations,
crisis response, affect, organization reputation efektif saat krisis terjadi.
dan behavioral intention. Hubungan dengan para stakeholder harus

Elemen yang pertama yaitu, crisis selalu dijaga oleh organisasi, apalagi ketika

responsibility yang dijadikan sebagai inti teori peristiwa krisis terjadi. Terdapat sebuah

untuk mengetahui jenis krisis yang terjadi. pernyataan yang menyebutkan bahwa, dalam

Untuk mewakili tingkatan tanggung jawab dan melakukan penyelesaian krisis, dibutuhkan

ancaman yang ditimbulkan karena krisis. analisis stakeholder yang terlibat dalam krisis

(Coombs & Holladay, 2010) membagi jenis tersebut (Akhyar & Pratiwi, 2019). Dalam

crisis responsibility menjadi tiga. Jenis krisis elements situational communication crisis

victim memberikan tanggung jawab dan theory disebut dengan prior reputation yang

ancaman yang rendah bagi organisasi yang menjelaskan elemen prior reputation,

terkena krisis. Kemudian jenis krisis accident digunakan untuk melihat seberapa baik atau

memberikan tanggung jawab dan ancaman buruk suatu organisasi memperlakukan para

yang minimal untuk organisasi yang terkena stakeholder-nya (Coombs & Holladay, 2010).

krisis. Terakhir jenis krisis intentional Hal tersebut dilakukan untuk menemukan

memberikan tanggung jawab dan ancaman keadaan umum hubungan antara organisasi

yang kuat atau strong bagi organisasi yang dengan para stakeholder.

mengalami krisis. Organisasi harus merancang strategi, agar

Pengalaman krisis yang pernah dialami bisa merespon krisis dengan tepat. Dari hasil

organisasi di masa lalu menjadi elemen penelitian organisasi maupun perusahaan yang

selanjutnya dari situational crisis menghadapi krisis yang sama, tetap memiliki

communication theory. Menurut Coombs & respon yang berbeda dalam menangani sebuah

Holladay, crisis history adalah tindakan untuk krisis (Ham, Hong, & Cameron, 2012). Dalam

melihat ketika suatu organisasi pernah Situational Crisis Communication Theory

mengalami krisis serupa di masa lalu (Coombs SCCT membagi Crisis Response Strategy

& Holladay, 2010). Adanya crisis history menjadi empat strategi yaitu deny, diminish,
memberikan sisi negatif dan juga positif bagi rebuild dan reinforce (Coombs & Holladay,
organisasi. Sebuah krisis di masa lalu, dapat 2010).
membentuk pola “perilaku buruk” untuk Setiap strategi memiliki penjelasannya
organisasi. Tetapi crisis history juga dapat masing-masing. Strategi yang diberikan
memberikan hal positif bagi organisasi, untuk cenderung kecil untuk meminimalkan tanggung
menyusun pesan yang lebih

jawab krisis organisasi dan mengurangi berusaha untuk mengurangi krisis, tetapi
keseriusan krisis yang dirasakan. Diminish meningkatkan persepsi organisasi dengan
menjelaskan alasan dan pembenaran atas apa new media (Coombs & Holladay, 2010).
yang terjadi. Memperkuat strategi mencoba Contohnya seperti website perusahaan ataupun
untuk menambahkan informasi positif tentang dari pemberitaan media online. Kemudian
organisasi. Rebuild merupakan tindakan social network dan media sosial seperti web
akomodatif yang dilakukan oleh organisasi blogs, twitter, podcast, youtube dan email. Hasil
sebagai upaya untuk meningkatkan persepsi penelitian dari (Apuke & Tunca, 2018) praktisi
yang dimiliki. Tindakan yang bisa dilakukan public relations disarankan untuk mengikuti
oleh organisasi yaitu melakukan permintaan kegiatan media sosial dan menindaklanjutinya.
maaf dan memberikan kompensasi kepada Jika sosial media digunakan dengan sesuai saat
korban serta mengambil tanggung jawab penuh krisis, maka dapat digunakan sebagai platform
atas permasalahan yang terjadi. Reinforce negosiasi yang mengajak interaktivitas dengan
adalah strategi penguatan dengan mencoba publik.
menambahkan informasi positif tentang Menurut Coombs & Holladay, setelah
organisasi terutama dari pihak lain. Salah organisasi melakukan crisis response kemudian
satunya adalah dengan mengingatkan orang akan dilihat bagaimana affect atau pengaruh
orang akan pekerjaan baik yang sudah lakukan kepada reputation organizational dan juga
di masa lalu. behavioral intentions dari publik (Coombs &
Media menjadi hal penting bisa Holladay, 2010). Tahap terakhir dalam
dimanfaatkan ketika organisasi mengalami manajemen krisis yaitu post-crisis. Coombs &
krisis. Menurut juru bicara atau spokesperson, Holladay menjelaskan post-crisis sebagai
yang dipercaya oleh organisasi harus bertemu pembelajaran yang diterima organisasi setelah
dengan media pada tahap awal krisis untuk terjadi krisis. Pada tahap ini tetap dibutuhkan
menyebarluaskan informasi dan berpartisipasi komunikasi, untuk mengubah dan menyediakan
dalam membingkai krisis. Pertanyaan media pesan yang dibutuhkan setelah krisis
harus dijawab dengan cepat, akurat, terbuka berlangsung (Coombs & Holladay, 2010).
dan konsisten (Coombs & Holladay, 2010). Bersumber dari penjelasan permasalahan, latar
Coombs & Holladay, menjelaskan, belakang dan pemaparan literatur review
jika sekarang ini dalam menangani krisis
sebelumnya. Penelitian ini berfokus untuk
komunikasi organisasi dapat menggunakan
menganalisis manajemen krisis yang dilakukan

oleh public relations Kementerian Kesehatan METODE PENELITIAN


dalam menangani penolakan imunisasi Measles
Penelitian ini menggunakan pendekatan
Rubella (MR) di tahun 2017 yang diperdalam
kualitatif, karena ingin menggambarkan salah
menggunakan Situational Communication
satu peristiwa yang ada dalam kehidupan sosial.
Crisis Theory.
Menurut West & Turner, pendekatan kualitatif Penelitian ini telah melakukan spesifikasi
untuk menggambarkan detail tentang orang, dengan memilih informan yang menangani
tindakan, dan peristiwa dalam kehidupan sosial manajemen krisis akibat penolakan imunisasi
(West & Turner, 2010). Kemudian, untuk jenis Measles Rubella (MR) di tahun 2017. Pertama
metode yang dipakai yaitu deskriptif. yaitu Anjari, S. Kom, SH, MARS (Kepala

Teknik pengumpulan data yang digunakan Bagian Opini Publik Produksi Komunikasi dan

yaitu wawancara mendalam dan collecting data Peliputan di Biro Komunikasi dan Pelayanan

dokumen yang bisa diakses secara offline Masyarakat Kementerian Kesehatan).

maupun online. (Yin, 2014) membagi beberapa Kemudian Giri Inayah, SKM, MKM sebagai

teknik pengumpulan data untuk pendekatan (Kepala Sub bagian Hubungan Media Massa

kualitatif. Dua diantaranya yaitu interview dan dan Media Sosial di Biro Komunikasi dan

collecting data atau dokumen. Menurut (West Pelayanan Masyarakat Kementerian

& Turner, 2010) wawancara merupakan situasi Kesehatan). Sebagai upaya memperdalam

sosial untuk informan untuk menafsirkan informasi mengenai program imunisasi

makna pertanyaan. Diperlukan pemahaman Measles Rubella (MR), pihak ketiga yang

yang mendalam mengenai maksud peneliti dijadikan informan yaitu dr. Gertrudis Tandy

dalam setiap pertanyaan agar tercapainya menjabat sebagai (Kepala Seksi Imunisasi

pemahaman bersama. Khusus dan Lanjutan Subdit Imunisasi

Subjek dalam penelitian ini yaitu pihak Kementerian Kesehatan). Divisi tersebut

public relations Kementerian Kesehatan, merupakan pembuat program dan masuk ke

perwakilan Majelis Ulama Indonesia dan dalam bagian Direktorat Jenderal Pencegahan

informan ahli. Divisi yang memiliki peran dan dan Pengendalian Penyakit di Kementerian

tugas public relations di Kementerian Kesehatan.


Kesehatan disebut dengan Biro Komunikasi Penelitian ini juga mewawancarai salah

dan Pelayanan Masyarakat. Dalam divisi Biro satu stakeholder Kementerian Kesehatan dalam
Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat masih masalah imunisasi Measles Rubella (MR) yaitu,
dibagi menjadi beberapa sub divisi.

KH. Arwani Faishol merupakan Wakil Si. sebagai Advisor Media and
Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Communications BOD Perum BULOG dan
Indonesia (MUI). Kemudian dilakukan juga pernah menjabat sebagai Vice President
wawancara bersama informan ahli sebagai Corporate Communications Garuda Indonesia.
sosok yang memiliki pengetahuan mengenai Lokasi penelitian untuk memperoleh data
manajemen krisis. Benny Siga Butarbutar, M. dilakasnakan di wilayah Jakarta.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu spokesperson yang akan menghadapi media
model Miles dan Huberman yang terdiri dari atau publik, serta tindakan monitoring berita.
pengumpulan data, reduksi data, dan Pada peristiwa imunisasi Measles Rubella
conclusion drawing and verification (Sugianto, (MR) spokesperson atau juru bicara teknis
Don, & Doho, 2019) Kemudian untuk menguji dibagi menjadi tiga, yang utama yaitu Ibu
kredibilitas data dilakukan pengecekan dengan Menteri Kesehatan, kepala biro komunikasi,
triangulasi. Triangulasi merupakan gagasan dan direktur pembuat program imunisasi.
untuk melihat sesuatu dari berbagai sudut Sebelum terjadi krisis sudah dilakukan
pandang, untuk meningkatkan akurasi data monitoring media setiap hari mengenai
(West & Turner, 2010). pemberitaan apa saja yang dimiliki oleh
Kementerian Kesehatan sehingga dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN mendeteksi atau melakukan tindakan
pencegahan. Begitu pun jawaban dari Inayah
Manajemen krisis terbagi menjadi tiga
sebagai Kepala Sub bagian Hubungan Media
tahapan dimulai dari pre krisis, krisis dan post
Massa dan Media Sosial yang masuk ke dalam
krisis. Tahap pre krisis merupakan fase
sub divisi public relations Kementerian
sebelum krisis terjadi dilakukan seluruh
Kesehatan.
informasi tentang resiko krisis, tindakan apa “Kita sudah ada aturan hukumnya di
yang dilakukan ketika krisis dan Permenkes tentang pejabat yang
memberikan keterangan pada pers dan
mempersiapkan orang ataupun spokesperson pada publik. Jadi pejabat-pejabat itu yang
akan memberikan keterangan. Nah posisi
(Coombs & biro komunikasi merupakan posisi yang
strategis, jadi memang kepala biro
Holladay, 2010). Hasil penelitian yang komunikasi tentu menjadi spokeperson”.
didapatkan dari wawancara bersama ketua sub Inayah, 28 Desember 2019, komunikasi
pribadi).
divisi public relations Kementerian Kesehatan.
Anjari Kepala Bagian Opini Publik Produksi
Saat penolakan imunisasi Measles Rubella
Komunikasi dan Peliputan menjelaskan jika
(MR) salah satu spokesperson yang
Kementerian Kesehatan telah menentukan

memberikan pernyataan yaitu Ibu Menteri Faishol sebagai wakil Sekretaris Komisi Fatwa
Kesehatan Nila Moeloek. Ia menjelaskan jika MUI menjelaskan jika vaksin Measles Rubella
vaksin Measles Rubella halal, sedangkan (MR) hukumnya haram, tetapi karena keadaan
menurut MUI pihaknya belum memberikan genting dan belum ada penggantinya vaksin
sertifikasi halal untuk vaksin tersebut. Melalui tersebut menjadi mubah. Saat isu menyebar
hasil penelitian kandungan Measles Rubella spokesperson memiliki peran penting untuk

(MR) yang diselesaikan pada tahun 2018. menghadapi media dan memberikan informasi
kepada publik. Pihak public relations sebaiknya menjabat Advisor Media and Communications
memastikan spokesperson yang akan berbicara BOD Perum BULOG menjelaskan pentingnya
kepada publik memahami permasalahan dan penggunaan SCCT Situational Crisis
didasari dengan fakta yang sudah terverifikasi. Communication Theory. Menurutnya terdapat

Selaras dengan penjelasan pada dua hal yang ingin dicapai dalam teori SCCT

pendahuluan, public relations Kementerian yaitu kemampuan kita memprediksi reaksi

Kesehatan mengalami krisis akibat adanya kemarahan publik dan bagaimana kemampuan

penolakan dari para orang tua mengenai manajemen public relations dalam menyiapkan

imunisasi Measles Rubella (MR). Pada tahap strategi respon terhadap krisis.

krisis ini, akan diperdalam menggunakan Situational Crisis Communication Theory


Situational Crisis Communication Theory. (Coombs & Holladay, 2010) terdiri dari
Menurut (Coombs & Holladay, 2010) beberapa elements yaitu crisis responsibility,
penarikan kesimpulan teori ini, didasari karena crisis history, prior reputations, crisis response
krisis merupakan peristiwa negatif bagi strategies, affect, organization reputation dan
organisasi sehingga diperlukan tanggung jawab behavioral intentions. Elemen pertama yaitu
untuk mengatasinya. Penjelasan tersebut, crisis responsibility, yang menjelaskan jenis
menjadi alasan menggunakan teori ini. Dengan krisis untuk melihat tanggung jawab serta
menggunakan situational communication ancaman yang diterima oleh organisasi ketika
theory, pada tahap krisis ini akan menganalisis terjadi krisis. (Coombs & Holladay, 2010)
secara mendalam bagaimana proses tanggung membagi jenis krisis menjadi tiga jenis. Dari
jawab yang dilakukan oleh public relations wawancara bersama Inayah, ditemukan jika
Kementerian Kesehatan sebagai upaya peristiwa penolakan imunisasi Measles Rubella
penanganan krisis. (MR) masuk kedalam jenis krisis intentional

Butarbutar sebagai informan ahli yang yang membuat organisasi memberikan


tanggung

jawab strong atau kuat. Kementerian Kesehatan oleh Kementerian Kesehatan.


menganggap serius ancaman ini, alasannya jika Pendapat tersebut, sama halnya dengan
penolakan dibiarkan dan anak-anak tidak pihak narasumber ahli Butarbutar.
“…Krisis yang dialami oleh Kementerian
terimunisasi maka dampak yang ditimbulkan
Kesehatan bisa jadi strong karena
akan luar biasa. Selain itu, karena permasalahan sepertinya sebuah persoalan atau krisis
terlihat kecil, tapi sebenarnya itu bisa
ini terjadi secara nasional maka yang melihat berubah secara besar atau lompat menjadi
besar karena eskalasinya sudah semakin
pihak internasional sehingga dunia global akan tidak jelas karena sosial media itu. Dalam
krisis kita melihat persoalan itu kecil,
melihat dan menilai program yang dilakukan
sedang atau rendah lagi tapi sudah
melihat kepada kemampuan menghitung atau tidak di masa lalu. Menurut Inayah,
eskalasi, dan kemampuan merespon
dengan cepat. Tindakan sekecil apapun Kementerian Kesehatan pernah mengalami
dengan mudah berubah menjadi besar
dan pada saat itu ditangani terlambat the krisis serupa dan biasanya terjadi terkait
damage has already done…” (Butarbutar, program-program imunisasi (Coombs &
13 Mei 2019, komunikasi pribadi).
Holladay, 2010). Menurutnya kelompok kontra
pasti ada, khususnya ketika akan menerapkan
Hasil analisis menunjukan bahwa
vaksin baru. Contoh kasusnya seperti vaksinasi
penolakan imunisasi Measles Rubella (MR) di
untuk kanker serviks, banyak masyarakat yang
tahun 2017 masuk ke dalam jenis strong atau
menganggap vaksin tersebut dapat membuat
kuat, karena menyangkut program nasional
anak-anak menjadi mandul. Padahal setelah
untuk anak-anak Indonesia. Jika kampanye
dilakukan riset, tidak ada indikasi yang
negatif berhasil, maka penolakan akan semakin
menjelaskan bahwa menyebabkan seseorang
meluas dan bisa berdampak pada kesehatan
mandul atau tidak hamil.
pada anak
Pendapat yang senada juga dijelaskan oleh
anak Indonesia itu sendiri. Public relations
Tandy sebagai Kepala Seksi Imunisasi Khusus
Kementerian Selain itu adanya penggunaan
dan Lanjutan Subdit Imunisasi Kementerian
media sosial dapat mengubah permasalahan
Kesehatan. Menurutnya penolakan terjadi pada
dari kecil, hingga melompat menjadi besar
kelompok-kelompok masyarakat anti vaksin
dengan cepat. Maka dari itu, saat krisis terjadi
dan memiliki keyakinan untuk menolak. Salah
dibutuhkan kemampuan perhitungan eskalasi
satu alasan mengapa kelompok tersebut
dan juga tindakan respon secara cepat dan
melakukan penolakan didasari karena mereka
tepat.
lebih percaya herbal.
Coombs & Holladay, menjelaskan crisis
Hasil analisis pada elements crisis history
history merupakan proses untuk menganalisis
menjelaskan, jika Kementerian Kesehatan
jika organisasi pernah mengalami krisis serupa

pernah mengalami hal serupa dimasa lalu. diduga akibat imunisasi ditangani oleh tim ahli
Krisis penolakan mengenai program imunisasi independen Komnas KIPI (Kejadian Ikutan
pernah terjadi sebelumnya dan biasanya Pasca Imunisasi). Dimana tindakan tersebut
permasalahan seperti ini terjadi pada program juga terapkan, untuk kasus penolakan imunisasi

program baru. Salah satu alasan penolakan Measles Rubella (MR) tahun 2017.
terjadi, karena masyarakat mempermasalahkan Elemen prior relations menurut (Coombs
kandungan dan dampak negatif setelah & Holladay, 2010) merupakan proses
melaksanakan vaksinasi. Dari crisis history bagaimana hubungan dan perlakuan organisasi

juga ditemukan jika untuk kasus-kasus yang stakeholder. Dalam program kampanye
imunisasi Measles Rubella (MR) bekerjasama Pendidikan, kepala daerah seperti Gubernur,
dengan banyak stakeholder. Berikut ini Bupati, Walikota yang diajak untuk mendukung
penjelasan Anjari mengenai pihak stakeholder program dan dapat ikut menggerakkan
yang bekerjasama dalam program imunisasi warganya untuk mengikuti program. Setiap
Measles Rubella stakeholder memiliki peran yang berbeda,

(MR). seperti Pemerintah Daerah diharapkan dapat


“Imunisasi Measles Rubella (MR) bukan
program biasa melainkan program membentuk kelompok kerja eliminasi campak
panjang dan program lama. Ini bukan dan pengendalian rubella yang sesuai dengan
hanya cita-cita Indonesia melainkan
keinginan dunia. Memang Kementerian kondisi daerah masing-masing. Selain itu
Kesehatan menjadi focal point atau
pemangku utama namun dibantu oleh Pemerintah Daerah, Kabupaten / Kota
stakeholder lain baik dari dalam negeri
maupun luar. Seperti Kementerian diwajibkan untuk mendukung melalui dana dan
Pendidikan. Kemudian kepala daerah tenaga serta persiapan fasilitas yang ada.
seperti Gubernur, Bupati, Walikota diajak
untuk mendukung program dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
menggerakan rakyatnya untuk mengikuti
program”. (Anjari, 31 Desember 2019, dan Kementerian Agama memiliki peran untuk
komunikasi pribadi).
menyediakan dan memvalidasi data-data

Kementerian Kesehatan menjadi focal sasaran utama imunisasi massal, membantu


point atau pemangku utama yang dibantu oleh membuat surat edaran dan sosialisasi agar
para stakeholder baik dari dalam maupun luar imunisasi berjalan sukses. Lembaga-lembaga
negeri. Kementerian Kesehatan menyebarkan internasional seperti Badan Kesehatan Dunia
rilis dan menjelaskan siapa saja stakeholder (WHO), Badan Dunia untuk Anak-Anak
dalam program imunisasi Measles Rubella (UNICEF) dan badan-badan Perserikatan
Bangsa-Bangsa ikut berpartisipasi melalui
(MR). Diantaranya seperti Kementerian
pengerahan sumber daya yang ada. Kemudian

Manajemen krisis public relations dalam menangani penolakan imunisasi measles rubella
(Wulan Yulianti1, Rino Febrianno Boer)
303 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 290-311

Lembaga-lembaga LSM lokal dan internasional imunisasi. Organisasi profesi (IDAI, IDI, IBI,
diharapkan membantu melalui sumber daya PPNI, PERSI) mendukung imunisasi dengan
SDM yang ada dan berkoordinasi dengan Dinas membuat agar surat edaran untuk masing-
Kesehatan Provinsi/Kabupaten dan Puskesmas masing anggotanya. Kementerian Kesehatan
setempat (WHO, 2017). dalam upaya menyadarkan masyarakat

Peran opinion leader di masing-masing menggunakan media massa (cetak dan

daerah diharapkan seperti Tim Penggerak PKK elektronik (radio, TV) dalam menerbitkan

di tiap tingkatan, tokoh masyarakat dan alim berbagai berita, wawancara, dialog, pesan

ulama untuk menggerakkan kelompok sasaran layanan masyarakat, pengumuman publik, dan
diskusi (WHO, 2017). Hasil analisis menunjukkan sebagai upaya

Melalui penjelasan sebelumnya, terlihat penanganan penolakan yang dilakukan oleh

banyaknya stakeholder yang diajak oleh para orang tua, public relations Kementerian

Kementerian Kesehatan saat program imunisasi Kesehatan melakukan beberapa tindakan sesuai

Measles Rubella (MR). Akan tetapi, terdapat dengan permasalahan yang terjadi. Beberapa

salah satu lembaga yang tidak ada yaitu tindakan yang dilakukan yaitu bekerja sama

Majelis Ulama Indonesia. Dari hasil analisis dengan Komnas KIPI (Kejadian Ikutan Pasca

menunjukkan, terdapat perbedaan acuan fatwa Imunisasi), penyebaran rilis melalui website,

dari pihak Kementerian Kesehatan, sehingga berkomunikasi dengan Pemerintahan daerah,

perbedaan respon dengan Majelis Ulama Dinas Kesehatan daerah, serta memanfaatkan

Indonesia terjadi. media tradisional dan digital. Penelitian dari

Crisis Response Strategy memiliki tujuan (Kriyantono, 2012) memperkuat situational

untuk menentukan tanggapan yang diberikan communication crisis theory, ketika krisis

oleh organisasi saat terjadi sebuah krisis terjadi perusahaan harus berurusan dengan

(Coombs & Holladay, 2010). Hasil analisis dampak krisis pada para korban. Menurut

menunjukkan jika public relations Kementerian Inayah untuk mengatasi Kejadian Ikutan Pasca
Kesehatan memilih tindakan diminish, yaitu Imunisasi yang disingkat menjadi KIPI. Ketika
tindakan yang dilakukan untuk mengurangi ada orang yang mengadu bahwa dia kena kasus
dampak negatif dari peristiwa krisis. Sama imunisasi ini kita harus cek dulu benar

halnya dengan hasil penelitian (Putri, 2019) tidaknya kasus itu karena imunisasi atau tidak.
yang mengartikan strategi diminish sebagai Dari hasil analisis ditemukan jika Public

tindakan justifikasi, melalui argumen dan relations Kementerian Kesehatan

membenarkan tindakannya. memanfaatkan crisis history yang

pernah terjadi sebelumnya. Dalam masalah karena adanya perbedaan pemahaman. Seperti
kejadian negatif pasca imunisasi Measles yang telah dikemukakan oleh Faishol selaku
Rubella (MR) tahun 2017 yang berdampak
pada korban anak-anak, penanganannya tetap
dilakukan oleh Komisi Komite Nasional
Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas PP KIPI).

Hasil analisis menunjukkan jika masalah


perbedaan pendapat di media mengenai
kehalalan vaksin antara Majelis Ulama
Indonesia dan Kementerian Kesehatan terjadi,
Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI. “… pendapat tersebut. Untuk menangani perbedaan
Vaksin rubella itu dulu kan sudah
dilaksanakan sosialisasinya oleh Kemenkes pemahaman Kementerian Kesehatan berupaya
di berbagai wilayah. Tapi tiba-tiba rame,
rame itu bisa dicek lagi menyatakan bahwa untuk melakukan rapat dan membuka saluran
sudah ada fatwa dari MUI. Kemudian MUI komunikasi dengan MUI. Berikut ini penjelasan
pun menyangga belum ada fatwa tentang
vaksin rubella itu tahun 2017 masuk tahun yang dikemukakan oleh Faishol mengenai
2018 awal kan gitu. Sehingga rame di
media ketika di Kemenkes memberikan peristiwa tersebut. Akhirnya pihak Kementerian
penjelasan ada fatwa dari MUI tapi MUI
Kesehatan mendatangi MUI dan dijelaskan
bilang belum ada fatwa tentang vaksin
rubella. Dimana Kok bisa terjadi pemahaman mengenai fatwa Measles Rubella
misinformasi, kan terkait dengan
informasi ke publik…” (Faishol, 21 April (MR). Untuk pelaksanaan imunisasi Measles
2019, komunikasi pribadi).
Rubella (MR) harus dibuat fatwa khusus tidak
bisa menggunakan fatwa No. 4 tahun 2016.
Selain itu Faishol sebagai wakil Sekretaris
Oleh karena itu dibutuhkan penelitian mengenai
Komisi Fatwa MUI menambahkan,
kandungan dan unsur-unsur yang ada dalam
Kementerian Kesehatan mempunyai
imunisasi Measles Rubella (MR), sehingga bisa
pemahaman jika fatwa halal tentang vaksinasi
ditentukan kehalalannya.
dapat digunakan untuk vaksin apa saja
Program imunisasi Measles Rubella (MR)
termasuk vaksin rubella. Sehingga pihak
yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan yang
Kementerian Kesehatan meyakini jika vaksin
mengacu pada fatwa MUI yang sudah ada dan
imunisasi Measles Rubella (MR) sudah
menganggap jika fatwa tersebut bisa diterapkan
mendapatkan sertifikasi.
untuk imunisasi Measles Rubella (MR). Dari
Menurut Tandy program Measles Rubella
hasil analisis dapat dikatakan jika hal tersebut
(MR) mengacu pada fatwa MUI No. 4 tahun
sumber merupakan sumber permasalahan.
2016 yang berisi tentang imunisasi. Saat itu
Kandungan dari imunisasi Measles Rubella
Kementerian berpendapat jika imunisasi
(MR) yang baru dibutuhkan penelitian lebih
Measles Rubella (MR) sudah memiliki fatwa
lanjut mengenai kehalalan vaksin. Dari
halal sedangkan dari pihak MUI menyangkal

pertemuan dan penelitian mengenai vaksin ditemukan vaksin yang halal dan suci. Dalam
Measles Rubella (MR), dihasilkan fatwa MUI hal ini, proses pemberian fatwa imunisasi
nomor 33 tahun 2018 (MUI, 2018). Dalam Measles Rubella (MR), terbilang lambat karena
fatwa MUI nomor 33 tahun 2018 menjelaskan baru selesai pada tahun 2018.
jika pemanfaatan unsur babi hukumnya haram. Sebagai upaya melakukan pendekatan
Namun, pada saat ini diperbolehkan karena kepada pihak yang melakukan penolakan.
kondisi darurat adanya bahaya yang Kementerian Kesehatan melakukan kerja sama
ditimbulkan akibat tidak diimunisasi dan belum dengan Dinas Kesehatan atau pemerintah
daerahnya berbicara dan menjelaskan kepada baik maka mereka melakukan perubahan.
para orang tua yang melakukan penolakan. Public relations Kementerian Kesehatan lebih
Penjelasan dilakukan secara detail, agar mereka menghimbau media untuk menulis ajakan
dapat menerima imunisasi Measles Rubella kepada publik karena situasi anak anak
(MR). Indonesia saat ini yang sedang kritis dan

Pemberitaan negatif yang dimuat oleh membutuhkan imunisasi Measles Rubella

media diatasi dengan cara berbeda. Inayah (MR). Seperti yang dijelaskan bahwa media

menjelaskan saat penolakan terjadi, public bergerak dari sikap agresif awalnya yang

relations Kementerian Kesehatan telah merusak organisasi menjadi saluran komunikasi

melakukan kegiatan media visit di daerah yang membantu perusahaan berbicara kepada

daerah atau media-media yang kontroversial. publik.

Adanya tindakan tersebut dijadikan sebagai Seluruh media Kementerian Kesehatan

penanganan untuk mereka yang memberikan digunakan, baik tradisional media seperti

informasi keliru dan negatif mengenai menyebarkan advertorial salah satunya di

imunisasi Measles Rubella (MR). televisi untuk mengajak dapat berubah dan bisa

Pemberian informasi yang jelas kepada menerima imunisasi Measles Rubella (MR).
media juga dilakukan, sehingga dilakukan Anjari menambahkan jika dalam penanganan
tindakan cross check. Dimana media penolakan imunisasi Measles Rubella (MR) di
menanyakan informasi yang benar dan dari fase pertama, menurutnya media yang

sumber terpercaya yang diwakili oleh pihak digunakan “all media jadi misalkan media
public relations Kementerian Kesehatan. Hasil website kita, majalah media kom, pay media
analisis menunjukkan pada saat krisis terjadi, yah kita pasang PSA di tv, kita pasang

ketika media ditangani dan direspons dengan advertorial di media itu pay media yah kan.
Tetapi kadang

kadang ada di kanal-kanal resmi kita seperti video yaitu para orang tua wali yang
twitter Instagram semua media” (Anjari, 2019 menggambarkan kesedihannya ketika anaknya
31 Desember, komunikasi pribadi). yang sudah terkena penyakit rubella. Menurut

Kementerian Kesehatan juga menggunakan Inayah sebagai Kepala Sub


new media seperti penggunaan sosial media bagian Hubungan Media Massa dan Media

Instagram, Youtube, Instagram, Facebook. Sosial, hal ini dilakukan sebagai strategi untuk

Sebagai upaya ajakan untuk publik, menarik publik. Karena pada dasarnya publik

Kementerian Kesehatan membuat konten akan lebih percaya kepada orang yang sudah

video. Di mana sosok yang dimuat dalam mengalaminya sendiri. Selain dalam bentuk
video dibuat juga gambar ajakan singkat dan Gambar 3 merupakan salah satu konten
mudah dibagikan yang isinya yaitu informasi media sosial yang diunggah dalam Facebook
mengenai program serta informasi mengenai Kementerian Kesehatan. Sosok yang dipilih
program imunisasi Measles Rubella (MR).

tahun kemudian.

Pada tahapan affect di dalam Situational


Communication Crisis Theory (Coombs &
Holladay, 2010) akan dilihat bagaimana
pengaruh krisis pada reputasi organisasi dan
behavior intentions dari publik. Dampak yang
ditimbulkan memang tidak ada hasil riset
pastinya, tetapi menurut Inayah setelah kegiatan
manajemen krisis dilakukan masyarakat jadi
lebih ter info lagi. Contohnya seperti anak-anak
sebagai pelaku yang akan menerima program
imunisasi Measles Rubella (MR), mereka
menjadi tahu.

Selain itu menurut Anjari, public relations


Sumber: Facebook Kemenkes RI, 2017
Gambar 3 Tanggapan Sekretaris Komisi Fatwa Kementerian Kesehatan tidak memiliki data
Majelis Ulama Indonesia
untuk membandingkan reputasi sebelum dan
yaitu perwakilan dari Majelis Ulama Indonesia
sesudah penanganan krisis terjadi, tetapi
yang memberikan tanggapan mengenai
menurutnya andaikan tidak ada penanganan
imunisasi. Dengan adanya tanggapan dari pihak
tersebut, maka proporsi seseorang semakin
MUI diharapkan bisa meredakan kehawatiran
tidak paham akan semakin banyak. Hasil
publik akan hukum Islam vaksin Measles
analisis menunjukkan setelah penanganan yang
Rubella (MR). Dari hasil analisis saat konten
dilakukan, public relations Kementerian
sosial media disebarkan memang terlihat
Kesehatan tidak melakukan riset mengenai
kurang responsif, karena tidak
pengaruhnya pada reputasi organisasi, tetapi
dilangsungkannya komunikasi dua arah dengan
setelah kegiatan manajemen krisis dilakukan
publik. Contohnya seperti masih ada komentar
masyarakat menjadi lebih memahami situasi
yang diabaikan dan tidak diberikan respons.
yang terjadi dan akhirnya dapat menerima
Lalu untuk penanganan kehalalan vaksin
imunisasi demi menjaga kesehatan keluarga.
memang berlangsung lama dan memakan
Meskipun tidak seluruh publik yang dituju
waktu, karena fatwanya baru terselesaikan satu
melakukan tindakan perubahan, karena masih yang diterima organisasi setelah terjadi krisis.
tetap ada kelompok anti vaksin yang kukuh Serta tindakan komunikasi apa yang dilakukan
dengan pendiriannya sendiri. Dalam rilis oleh organisasi setelah krisis terjadi. Menurut
Kementerian Kesehatan menunjukkan hasil Inayah Kementerian Kesehatan harus lebih
akhir program imunisasi Measles Rubella (MR) masif memberikan informasi dan lebih kuat
di tahun 2017 tercapai yaitu sebanyak 97,69% untuk menggandeng LSM, tokoh agama, tokoh
atau 34.964.384 anak terimunisasi. masyarakat kemudian juga media juga harus

Tahap terakhir manajemen krisis yaitu memiliki hubungan yang baik. Selain itu Anjari
post-crisis, (Coombs & Holladay,
2010) menambahkan.
“...Pelaksanaan program ini tidak
menjelaskan tahapan ini sebagai pembelajaran mungkin dilakukan sendiri tetapi
memerlukan orang

Sumber: Hasil Penelitian, 2019

Gambar 4 Proses Manajemen Krisis dan Model Situational Communications Theory yang dilakukan oleh
Public Relations Kementerian Kesehatan

lain. Selain itu adanya pemberitaan miring sehingga mereka belum mau...” (Anjari, 26
miring hoaks atau palsu keliru diperlukan
strategi khusus untuk menyelesaikannya. Desember 2019, komunikasi pribadi).
Lalu kecerdasan dan literasi masyarakat
untuk tidak mudah percaya akan hal-hal
seperti itu. Mereka belum mau karena
Hasil analisis menunjukkan banyaknya
mendapatkan informasi yang memang belum
lengkap dapet informasi yang belum utuh orang tua yang melakukan penolakan, terjadi
dan informasi yang salah keliru atau dapat
informasi yang palsu gitu karena belum mendapatkan informasi dari

sumber yang terpercaya. Sehingga membuat untuk membahas dan melakukan penelitian
mereka mudah untuk percaya akan berita-berita lebih lanjut dalam menetapkan fatwa kehalalan
yang tidak jelas kebenarannya. Kementerian vaksin Measles Rubella (MR).
Kesehatan dan MUI tetap melakukan dialog

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan manajemen krisis yang dilakukan oleh public
relations Kementerian Kesehatan pada tahapan pre-krisis, yaitu persiapan krisis seperti
monitoring media, penentuan spokesperson,

dan pertemuan dengan para stakeholder. Tahapan krisis dianalisis secara mendalam
menggunakan seluruh elemen situational crisis communication theory. Crisis responsibility

yang dialami, masuk ke dalam kategori intentional dan memberikan ancaman strong. Secara
crisis history penolakan program pernah terjadi sebelumnya, dan public relations

Kementerian Kesehatan menggunakan strategi yang sama dalam menangani masalah dampak
negatif peristiwa imunisasi. Pada elements prior reputation ditemukan kesalahpahaman acuan
fatwa yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan.

Hasil analisis penelitian menunjukkan crisis response strategies yang dilakukan yaitu diminish
atau pengurangan kejadian krisis.
Sebagai upaya penanganan penolakan dari para orang tua, Public Relations Kementerian
Kesehatan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Pemerintah Daerah. Mereka ikut serta
untuk melakukan pendekatan kepada para orang tua yang melakukan penolakan. Bekerjasama
dengan Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi dan menjaga hubungan dengan media melalui
media visit dan dilakukan kegiatan cross check informasi. Affect ataupun pengaruh yang
ditimbulkan tidak terlihat dari sisi organizational reputations, terjadi perubahan behavioral
intentions karena program mencapai target sebanyak 97,69% atau 34.964.384 anak terimunisasi.
Tahap terakhir dalam manajemen krisis, pihak Kementerian Kesehatan melakukan dialog
dengan MUI untuk menyelesaikan fatwa kehalalan dari imunisasi Measles Rubella (MR).

Adanya media sosial, sosok public relations dituntut untuk bisa mengatasinya dengan
kemampuan perhitungan eskalasi dan juga tindakan respons yang sama cepat. Kecepatan dalam
merespons bukan berarti melalaikan kredibilitas dari informasi yang disampaikan kepada publik.
Dalam penelitian ini menunjukkan jika organisasi, masih belum cepat melakukan tindakan dan
respons dalam menangani krisis. Sebaiknya sosok public relations saat ini, harus
mempersiapkan strategi kusus penanganan permasalahan di media sosial agar tidak mudah untuk
menjadi krisis.

Saat krisis melanda (prior reputation) yaitu hubungan yang dimiliki organisasi dengan
para stakeholder dapat dimanfaatkan. Peristiwa krisis tidak bisa terselesaikan jika hanya
mengandalkan satu organisasi. Dibutuhkan kerja sama dan komunikasi kepada stakeholder untuk
membantu dan melakukan penanganan secara bersama-sama. Tindakan komunikasi dan
penyelesaian masalah sangat dibutuhkan ketika terjadi perbedaan pemahaman dengan
stakeholder.

Pada penelitian ini public relations Kementerian Kesehatan tidak menghitung pengaruh
penanganan krisis terhadap reputasi yang dimiliki. Adapun saran bagi kalangan praktisi dan
akademis untuk penelitian selanjutnya yang ingin mengangkat topik krisis bisa menggunakan
pendekatan yang berbeda seperti kuantitatif. Dengan menggunakan pendekatan yang berbeda,
keberagaman penelitian semakin berkembang dan pengaruh dari penanganan krisis yang telah
dilakukan bisa terukur dengan jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Akhyar, D. M., & Pratiwi, A. S. (2019). Media sosial dan komunikasi krisis: pelajaran dari
industri telekomunikasi di Indonesia. 11(1), 35–52. https://doi.org/ISSN 2656- 0208

Apuke, O. D., & Tunca, E. A. (2018).


Social media and crisis management: a review and analysis of existing studies. Sosyal Medya
VeKri̇ Yöneti̇ mi̇ : Mevcut Çalişmalariİncelemesi̇ VAnali̇ zi̇ ., 9(2), 199–215.

Coombs, W. T., & Holladay, S. J. (2010). The handbook of crisis communication. In Wiley
Blackwell. Malden: Blackwell Publishing.

Facebook Kemenkes RI. (2017). Kemenkes tegaskan imunisasi mr aman digunakan. Retrieved
from https://www.facebook. com/KementerianKesehatanRI/

Ham, C. D., Hong, H., & Cameron, G. T. (2012). Same crisis, different responses: case studies
of how multiple competing corporations responded to the same explosion-related crises.
International Journal of Business and Social Science, 3(20), 19–31.

ICMI Minta Vaksinasi Rubela Dihentikan. (2017). Retrieved September 8, 2018, from
file:///Users/wulanyulianti/Documents/ LSPR S2/Journal/FULL/Daftar Pustaka/ ICMI Minta
Vaksinasi Rubela Dihentikan - edunews.id %7C Merawat Kebhinekaan. webarchive

Jessica, S., & Ilfandi, A. (2018). Aktivitas public relations angkasa pura ii dalam menangani
pemberitaan negatif terminal 3 bandara Soekarno-Hatta the activity of public relations of
angkasa pura ii in handling negative news terminal 3 Soekarno–Hatta airport. Jurnal Ilmiah
Ilmu Hubungan Masyarakat (Profesi Humas), 2(2), 119– 135. https://doi.org/ISSN: 2541-
3678

Kriyantono, R. (2012). Measuring a company reputation in a crisis situation: An ethnography


approach on the situational crisis communication theory. International Journal of Business
and Social Science, 3(9), 214–223.

Kurniawan, D. (2017). Kekecewaan orangtua bocah sd yang meninggal usai divaksin MR -


Regional Liputan6. Retrieved from https://www.liputan6.com/regional/
read/3089922/kekecewaan-orangtua bocah-sd-yang-meninggal-usai-divaksin mr%0A-sd-
yangmeninggal-usai-divaksin mr%0A

Lestari, S. (2017). Akibat penolakan dan hoaks, imunisasi massal campak dan rubella MR
diperpanjang. Retrieved from BBC Indonesia website: https://www.bbc.com/
indonesia/indonesia-41480450

Mak, A. K. Y., & AO, S. (2019). Revisiting social-mediated crisis communication model: The
Lancôme regenerative crisis after the Hong Kong Umbrella Movement.

Mejri, M., & De Wolf, D. (2013). Crisis management: lessons learnt from the bp deepwater
horizon spill oil. Business Management and Strategy, 4(2), 67. https://
doi.org/10.5296/bms.v4i2.4950

Meyerding, S. G. H., Spiwoks, E., Rombach, M., & Lehberger, M. (2019). Not only speed
matters – Crisis response in the hypothetical case of a transport accident involving
genetically modified crops. Food Policy, 85(February 2018), 55–63. https://
doi.org/10.1016/j.foodpol.2019.04.006
MUI. (2018). Fatwa majelis ulama indonesia no. 33 tahun 2018 tentang penggunaan vaksin mr
(measles rubella) p. Retrieved March 18, 2019, from https://mui.or.id/wp-content/
uploads/2018/08/Fatwa-MUI-No.-33- Tahun-2018-tentang-penggunaan-vaksin MR-
measles-rubella-produksi-dari-SII serum-institue-of-India-untuk-imunisasi.
pdf

Olyvia, F. (2017). Menkes jamin vaksin rubella aman dan halal. Retrieved from
https://www.cnnindonesia.com/ gayahidup/201708014229-255-232065/ menkes-jamin-
vaksin-rubella-aman-dan halal

Prastya, N. M. (2011). Komunikasi krisis di era new media dan social media. Jurnal
Komunikasi, 6(1), 1–20. https://doi. org/10.20885/komunikasi.vol6.iss1.art1

Putri, A. W., Sutopo, & Rahmanto, A. N. (2019). Komunikasi krisis kementerian pertanian pada
kasus penggerebekan gudang beras pt ibu (analisis isi kualitatif menggunakan situational
crisis communication theory). Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, 23(1), 53.
https://doi.org/10.31445/ jskm.2019.1765

Sugianto, S., Don, Y., & Doho, B. (n.d.). (2019). Analisis komunikasi public relations pada
sekolah sma don bosco ii untuk mempertahankan citra sekolah katolik yang berkarakter. 4(April
2019), 63–76.

Suryani, I., & Sagiyanto, A. (2018). Strategi manajemen krisis public relations pt blue bird
group. Communication, 9(1), 103. https://doi.org/10.36080/comm.v9i1.624

West, R., & Turner, L. H. (2010). Introducing communication theory, forth editions. New York:
McGraw-Hill.

WHO. (2017). Ajakan aksi. kementrian kesehatan Indonesia. Retrieved from


http://www.searo.who.int/indonesia/topics/ immunization/mr_call_for_action.pdf

Yin, R. K. (2014). Case Study research design and methods. London: SAGE Inc.

Anda mungkin juga menyukai