Anda di halaman 1dari 2

“Sesunggunya setiap amal ada saat semangatnya dan setiap saat semangat ada saat FUTUR-

nya, . . .”. (Terj. HR. Ahmad dan dinilai Shahih Oleh Syekh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ As-
Shaghir).
Hadits riwayat Imam Ahmad di atas menunjukkan bahwa setiap amalan ada saat semangat dan ada
pula saat futurnya. Futur secara bahasa bermakna pecah, lemas, dan lemah. (Al-Mukhtasr As-Shihah,
Bab fatara). Menurut Ar-Raghib dalam Al-Mufradat fi Gharibil Qur’an (hlm. 731), Futur artinya putus
setelah tersambung, lembut setelah keras, dan lemah setelah kuat. Senada dengan Ar-Raghib, Ibnu
Mandzur dalam Lisanul Arab menulis, “Seseorang telah futur; putus setelah tersambung dan lembut
setelah keras”. (Lisanul Arab, Bab fatara). Sementara dalam Kitab Afatun ‘alat Thariq (1/19) dijelaskan
bahwa futur adalah malas, lambat, dan santai setelah bersungguh-sungguh, rajin, dan bersemangat.
Dari ta’rif (pengertian) di atas dapat disimpulkan bahwa futur adalah lemah setelah bersemangat,
terputus setelah kontiniu, dan malas setelah rajin dan bersungguh-sungguh.
Futur merupakan penyakit yang kadang menimpa para ahli ibadah, juru da’wah, dan penuntut ilmu.
Jika terserang penyakit ini seseorang menjadi lemah, lamban, dan malas setelah sebelumnya
semangat, rajin, dan bersungguh-sungguh. Bahkan pada tingkat yang paling parah seseorang terputus
sama sekali dari suatu amal ibadah dan da’wah, wallahul musta’an.
Kefuturan biasanya terjadi secara perlahan. Artinya seseorang tidak serta merta terputus secara total
dari suatu amal setelah sebelumnya ia rajin, bersemangat, dan rutin dalam melakukan suatu amalan.
Tetapi berawal dari fenomena malas, bosan dan semacamnya yang tidak disadari dan tidak diatasi.
Sehingga ketika fenomena dan gejalanya makin akut sulit untuk bangkit kembali.
Oleh karena itu mengenali fenomena futur sangat penting, agar mudah menghindarinya atau mudah
mengatasinya ketika awal mula datang. Ibarat penyakit mengenali gejalanya merupakan salah satu
cara menghindari dan mengobatinya ketika telah menimpa. Berikut ini uraian singkat 10 fenomena dan
gejala futur yang perlu diketahui agar mudah terhindar dari penyakit ini.
1. Bermalas-malasan dalam melakukan Ibadah dan Ketaatan
Hal ini juga merupakan salah satu sifat orang Munafiq, Allah Ta’ala berfirman tentang mereka dalam
Surah An-Nisa ayat 142 dan At-Taubah ayat 54;
“Sesungguhnya orang-orang hendak menipu Allah, tetapi Allah Maha Kuasa membalasa tipudaya
mereka, jika bangkit untuk shalat mereka bangkit dalam keadaan malas. Mereka riya kepada manusia
dan tidak berdzikir kepada Allah melainkan sedikit”. (terj. Qs. 4:142).
“. . . dan tidaklah mereka (orang munafik) mendatangi shalat melainkan dalam keadaan malas, dan
tidaklah berinfaq melainkan disertai perasaan benci”. (terj. Qs. 9:54).
Termasuk fenomena ini adalah malas mengerjakan shalat malam, shalat witir, dan shalat-shalat
sunnah rawatib, yang apabila terlewatkan, sangat jarang diqadha. Selain itu Contoh lain dari gejala
dan fenomena ini adalah lalai dari membaca Al-Qur’an dan berdzikir. Bisanya hal ini berawal dari
merasa berat melakukannya (baca Qur’an dan dzikir), lantas lambat laun ditinggalkan.
2. Hati Terasa Gersang dan Mengeras
Hati yang keras sebagai akibat dari dosa membuat seseorang tidak lagi tersenuth oleh bacaan Qur’an
dan mau’idzah (nasehat). Sebab hati telah tertutupi oleh dosa tersebut. Sebagaimana firman Allah
dalam Surah Al-Muthaffin ayat 14; “Sekali-kali tidak, tapi hati mereka tertutup oleh perbuatan dosa
yang mereka lakukan”.
Kadang kerasnya hati sampai pada tingkat tidak dapat mengambil pelajaran dari kematian atau adanya
orang mati. Dia melihat jenazah atau melewati kuburan, namun hatinya tidak tersentuh sedikitpun.
Padahal kematian merupakan pemberi peringatan. “Kafa bilmati wa ‘idzan; cukuplah kematian sebagai
pemberi peringatan”, kata Amirul Mu’minin Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu.
Yang lebih para dari itu, tidak tersentuh dan tidak bergetar hatinya saat membaca dan atau
mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an, baik tentang janji maupun ancaman. Padahal diantara ciri orang
beriman adalah gemetar hatinya bila disebut nama Allah dan bertambah imannya bila dibacakan ayat-
ayat-Nya.
3. Melakukan Perbuatan Dosa dan Maksiat
Perbuatan dosa dan maksiat yang dimaksud di sini adalah dosa dan maksiat yang dilakukan secara
terus menerus tanpa disadari dan disertai sikap meremehkan dosa dan maksiat tersebut. Dosa dan
maksiat yang dilakukan secara sadar dan sengaja tanpa persaan bersalah sama sekali akan berlanjut
pada sikap mujaharah (melakukan dosa secara terang-terangan). “Setiap ummatku (berpeluang)
untuk diampuni, kecuali orang-orang yang melakukan dosa secara terang-terangan”, kata Rasulullah
sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.
4. Tidak Bertangung Jawab Serta Meremehkan dan Menyepelekan Amanah Yang
Dibebankan di Pundaknya
Orang yang futur biasanya tidak menngagungkan amanah yang dibebankan kepadanya. Ia hidup tanpa
target dan tujuan yang tinggi. Perhatian dan targetnya sangat rendah. Cita-cita dan keinginannya tidak
tinggi. Tidak peduli dengan problem yang menimpa kaum Muslimin. Bila diberi amanah dan tugas
da’wah ia meremehkan dan melalaikannya, padahal menunaikan mahan merupakan bagian dari iman.
Nabi menafikan kesempurnaan iman bagi orang yang tidak amanah.
5. Terputusnya Hubungan Persaudaraan Antara Dua Orang Yang Sebeleumnya Saling
Mencintai, Lalu Berubah Menjadi Saling Benci dan Saling Menjauhi
Diantara fenomena futur adalah saling membenci dan menjauhi sesama saudara setelah sebelumnya
saling mencintai. Tentu saja fenomena ini disebabkan oleh dosa masing-masing atau salah satuu pihak.
Rasul bersabda tentang hal ini, “Tidaklah dua orang saling mencintai karena Allah atau karena Islam,
kecuali dipisahkan oleh suatu dosa yang dilakukan salah satunya”. (HR. Ahmad dan Al-Haitsami).
Hal ini kemudian berlanjut pada sikap menjauhi teman dan saudara yang shaleh, lalu memilih
menyendiri atau bergaul dengan teman yang buruk yang membuatnya makin jauh dari jalan yang
benar. Benarlah sabda Rasul yang mulia, “Seseorang tergantung Agama teman dekatnya, maka
hendaknya setiap kalian memeperhatikan siapa yang ia jadikan teman dekat”.
6. Sibuk dengan Urusan Dunia Serta Melalaikan Ibadah, Thalabul ‘Ilmi, dan Da’wah
Dunia memang menggoda dan menggiurkan. Sedikit orang yang selamat dari perangkapnya. Sehingga
kadang kita temukan seseorang yang dulunya terkenal sangat bersemangat dalam menuntut ilmu dan
berda’wah. Namun setelah menggeluti dunia dan sibuk dengannya, ia makin larut sehingga ia berubah.
Hatinya tergantung pada dunia. Semangat, kesibukan, dan obsesinya hanya untuk dunia. Lambat laun
ia mulai meninggalkan aktivitas thalabul ilmi dan da’wah.
7. Banyak Bicara dan Sedikit Bekerja Untuk Maslahat Da’wah
Orang-orang seperti ini biasanya sibuk membicarakan dan menceritakan apa yang pernah
dilakukannya pada masa lalu. “Dulu saya begini dan begitu”, “Dulu saya pernah melakukan ini dan itu”,
“Program itu dulu saya yang gagas dan rintis”, dst. Ia lebih sibuk membahas apa yang pernah
dilakukannya pada masa lalu tinimbang melakukan pekerjaan yang bermanfaat dan mendatangkan
hasil pada masa kini. Orang seperti ini juga senang dah ahli berdebat serta mengemukakan teori-teori,
tapi malas bekerja.
8. Berlebih-lebihan dalam Urusan Makan, Minum, Pakaian, dan Kendaraan
Seharusnya perkara-perkara itu tidak perlu berlebihan dan menggelayuti seluruh perhatian.
Secukupnya saja dan tidak perlu berlebihan, sebagaimana yang disyariatkan oleh Allah; “Wahai anak
cucu Adam, pakaiah pakaianmu yang indah pada saat setiap (memasuki) masjid, serta makan dan
minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”.
(terj. Qs. Al-A’raf:31).
Orang yang telah terjangkiti penyakit futur biasanya mencurahkan seluruh perhatianya pada hal-hal di
atas (makanan, minuman, pakaian, dan kendaraan). Padahal bagi seorang Muslim hal itu sebatas
wasilah dan sarana ibadah mendekatkan diri kepada Allah. Artinya tidak mengapa seseorang memiliki
pakaian dan kendaraan yang bagus, selama sesuai dengan kemampuannya dan diperuntukan bagi
ibadah dan ketaatan kepada Allah. Demikian pula halnya dengan makan dan minum. Seseorang tentu
butuh mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan bergizi, guna menunjang kesehatan dan
kebugaran fisiknya sehingga kuat dalam beribadah kepada Allah dan berda’wah.
9. Padamnya Api Cemburu, Melemahnya Bara Iman, dan Tidak Adanya Kemarahan
Saat Aturan Allah Dilanggar
Orang yang futur biasanya tidak sensitif terhadap kemunkaran dan pelanggaran yang terjadi di
hadapannya. Dia menyaksikan kemunkaran, namun baginya biasa-biasa saja. Melihat orang-orang
berbuat dosa, seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal paling tidak ia dapat berreaksi dengan standar
paling minimal (selemah-lemah iman), yakni membenci dosa dan kemunkaran tersebut dalam hati,
sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam.
10. Fenomena dan Gejala Lain
Selain kesembilan gejala dan fenomena di atas, masih ada bentuk-bentuk yang lain yang merupakan
tanda-tanda futur, diantaranya,
(a) Menyia-nyiakan waktu dan tidak memanfaatkannya dengan baik untuk melakukan hal-hal yang
lebih bermanfaat. Ia lebih menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak penting.
(b) Bekerja serampangan dan asal-asalan serta tanpa target dan tujuan yang jelas.
(c) Menipu diri sendiri dengan sok sibuk, padahal sebenarnya menganggur dan bersantairia. Ia sibuk
dengan pekerjaan yang remeh temeh dan tidak berguna, sehingga pekerjaan lain yang lebih urgent
terbaikan.
(d) Mengkritik semua aktivitas positiv dan tidak turut serta dalam suatu amal. Ia lebih banyak mencari-
cari alasan untuk menutupi kefuturan dan kemalasannya, dan
(e) Suka menunda-nunda pekerjaan dan panjang angan-angan, sehingga tidak satupun pekerjaan dan
amanah yang diselesaikannya.
Semoga Allah menjaga kita dari bahaya penyakit futur, Allahumma Inna na’udzu bika minal ‘ajzi wal
kasali. (sym)

Anda mungkin juga menyukai