Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sepatu merupakan alat pelindung kaki. Dalam proses pembuatannya,
sepatu tidak hanya mementingkan sisi keindahan tetapi juga memperhatikan sisi
ergonomi. Mengingat banyaknya saraf yang terdapat pada kaki maka sepatu harus
dibuat sedemikian rupa supaya bisa melindungi kaki mulai dari tumit hingga
ujung kaki.
Dalam pembuatan sepatu terdapat berbagai mcam konstruksi sepatu. Salah
satu diantaranya adalah konstruksi sepatu sistem lem/ cemented. Metode ini tentu
memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan dibandingkan konstruksi sepatu
lainnya. Oleh karena beberapa keuntungan yang didapatkan dari konstruksi sepatu
ini, industri sepatu mulai menggunakannya dalam memproduksi sepatu mulai dari
sepatu anak-anak hingga sepatu dewasa.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari Praktikum pembuatan sepatu sistem lem adalah:
a. Bagaimanakah proses pembuatan sepatu anak-anak menggunakan sepatu
menggunakan sistem lem?
b. Bagaimanakah proses pembuatan sepatu casual menggunakan konstruksi sepatu
sistem lem?
c. Bagaimanakah skema proses pembuatan sepatu anak-anak dan sepatu casual
menggunakan sistem lem?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pengaruh fungsi desain pada sepatu wanita adalah:
a. Mengetahui bagaimanakah proses pembuatan sepatu anak-anak
menggunakan sepatu menggunakan sistem lem

b. Mengetahui bagaimanakah proses pembuatan sepatu casual


menggunakan konstruksi sepatu sistem lem

c. Mengetahui bagaimanakah skema proses pembuatan sepatu anak-anak


dan sepatu casual menggunakan sistem lem

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari pengaruh fungsi desain pada sepatu wanita
adalah:
1. Dengan adanya laporan ini diharapkan kita dapat lebih memahami
mengenai pengertian konstruksi sepatu sistem lem, kekurangan dan
kelebihan konstruksi sepatu sistem lem dan proses pembuatan sepatu
menggunakan sistem lem.

2. Menambah wawasan pembaca mengenai konstruksi sepatu sistem lem.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konstruksi Sepatu Sistem Lem


Konstruksi sepatu ini merupakan pengembangan konstruksi sepatu
weltshoes. Metode ini digunakan setelah ditemukan perekat/lem sintetis yang
kuat. Lem digunakan sebagai pengganti welt/ pita untuk media perekat antara
upper dan bottom.
B. Kekurangan dan Kelebihan Konstruksi Sepatu Sistem lem
1. Kelebihan kontruksi sepatu sistem lem
Metode ini sangat murah, cepat, dan membuat harga sepatu jadi
lebih bersaing dibanding sepasang sepatu yang dijahit. Metode ini juga
menjadi metode yang cocok untuk sepatu kasual dengan sol berkaret.
Metode cementing/lem bisa menjadi metode yang baik untuk sepatu
sneakers, chukka, dan beragam sepatu ber-sol karet.
2. Kekurangan konstruksi sitem lem
Meskipun murah dan pengerjaannya cepat, metode ini pasti memengaruhi
masa pakai dari sebuah sepatu. Dengan metode ini, sol akan mudah lepas
dan harus di reparasi ulang.
sepatu pada dasarnya terdiri dari 2 komponen utama yaitu upper dan bottom.
Upper adalaha komponen sepatu bagian atas yang menutupi seluruh bagian kaki.
Upper umumnya terdiri dari vamp dan quarter. Vamp adalah komponen sepatu
bagian depan mulai dari tumpuan lidah (tounge) hingga ujung depan (toe) menyebar
ke samping dan berbatasan dengan quarter. Quarter adalah komonen sepatu bagian
samping dan belakang mulai dari ujung yang berbatasan dengan vamp hingga tumit
Dwi Asdono Basuki (2000), Teknologi Sepatu, Akademi Teknologi Kulit,
Yongyakarta.
Bottom adalah komponen sepatu bagian bawah yang terdiri dari sock linning,
insole dan outsole. Sock linning adalah tatakan atau alas yang bersentuhan langsung
dengan kaki. Insole adalah media perekat antara upper dan bottom. Outsole adalah
pelindung sepatu dari tanah.
BAB III
PEMBAHASAN

Skema Pembuatan Sepatu Futsal dan Anak-anak


A. Sepatu Futsal

A. Pembuatan Upper
A. Pembuatan pola
Langkah pertama dalam pembuatan pola adalah membalut acuan
yang akan digunakan untuk membuat sepatu menggunakan solatip kertas.
Setelah acuan dibalut, tentukan panjang SL dengan cara mengukur
panjang alas sepatu menggunakan midline. Setelah mengukur panjang SL,
tentukan titik c dengan cara SC= 1/5 SL. Kemudian tentukan titik v
dengan cara V= 7/10 SL. Setelah itu hubungkan titik v dengan titik J yaitu
titik terluar dari acuan. Kemudian gambar pola yang telah diinginkan
menggunakan titik-titik yang telah ditentukan sebagai dasar pembuatan
pola.
Setelah menggambar pola, belah solatip kertas menjadi dua,
lepaskan solatip pada acuan bagian out kemudian tempelkan pada kertas.
Tambahkan 15-18 cm pada bagian bawah pola untuk elastisitas saat proses
lasting. Slot garis pola yang telah digambar untuk memecah pola menjadi
beberapa komponen. Berikan tambahan 8 mm untuk komponen yang
ditumpangi. Potong pola yang telah digambar pada kertas.

Setelah membuat pola jadi, buat pola linning/pelapis dengan cara


membagi mpola dasar menjadi 2 bagian. Gambar pada kertas dan berikan
tambahan 10 mm pada komponen yang ditumpangi dan kurangi 5 mm
pada bagian bawah. Setelah itu buat pola pengeras bagian vamp dan back
counter.
B. Pemotongan Bahan
Gambar pola yang telah dibuat sebelumnya pada selembar
kulit kemudian potong kulit dan begitupula dengan pola linning
dan pengeras pada bahan yang telah ditentukan.
C. Penyesetan
Setelah semua bahan di potong, seset kulit yang akan
ditumpangi dan pengeras.

D. Perakitan/Penjahitan
Setelah penyesetan, rakit kulit menggunakan lem fox
kemudian dijahit sesuai desain. Pasang elastis kemudian rakit
linning menggunakan lem fox dan kemudian di jahit.
Kemudian rakit kulit dan linning menggunakan lem fox dan
stictch balik . Setelah itu, rekatkan angkle sponge menggunakan
lem fox dan jahit sesuai pola sponge. rekatkan pengeras diantara
kulit dan linning menggunakan lem fox, beri jarak 5 mm dari
bawah.
2. Pembuatan Bottom
A. Pembuatan pola
Balut bagian alas acuan menggunakan selotip kertas. Lepas selotip
kertas dari acuan dan tempelakan pada kertas lalu potong kertas.
B. Pemotongan bahan
Setelah pola bottom jadi, gambar pola pada bahan insole dan
potong.

3. Lasting
Setelah insole telah dipotong dan upper telah dirakit, siapkan acuan, paku,
palu, lem fox dan catut. Rekatkan insole pada acuan menggunakan paku. Oleskan
lem fox diantara upper dan pola lapis serta pada bagian bawah upper untuk proses
lasting. Oleskan lem fox pada insole bagian pinggir. Setelah lem cukup kering,
pasang upper pada acuan dan lasting bagian depan menggunakan mesin lasting
dan rapikan kembali menggunakan catut. Lepaskan paku yang ada pada insole dan
rekatkan stiffener pada sela-sela insole yang belum tertutup oleh upper untuk
media perekat pada outsole.
4. Buffing
Setelah proses lasting selesai, rapikan bagian insole dengan cara di
amplas/ buffing supaya memudahkan perekatan pada outsole.

5. Assembling
Setelah proses buffing, oleskan lem primer pada outsole yang sebelumnya
telah di amplas kasar. Setelah sedikit mengering oleskan lem G 1000 2 kali pada
outsole dan insole kemudian masukan oven selama 5 menit untuk mengaktifkan
lem. Setelah itu rekatkan outsole pada upper kemudian press menggunakan mesin
press selama 3 menit.
6. Finishing
Setelah proses assembling selesai, lepaskan acuan dan rapikan kembali
sisa benang yang masih belum dipotong dan bersihkan sisa lem yang masih
menempel pada sepatu.

B. Sepatu anak-anak
Sepatu anak-anak adalah sepatu yang digunakan oleh anak-anak untuk
melindungi kaki dari gangguan dari luar seperti benturan saat berjalan atau berlari.
Sepatu anak-anak harus diproduksi sesuai dengan batasan kesehatan yang telah di
tentukan karena jika pembuatan sepatu yang tidak tepat akan membuat
pertumbuhan kaki anak terganggu dan tidak seimbang saat berdiri. berikut adalah
proses pembuatan sepatu anak-anak:
A. Pembuatan Upper
A. Pembuatan pola
Langkah pertama dalam pembuatan pola adalah membalut acuan
yang akan digunakan untuk membuat sepatu menggunakan solatip kertas.
Setelah acuan dibalut, tentukan panjang SL dengan cara mengukur
panjang alas sepatu menggunakan midline. Setelah mengukur panjang SL,
tentukan titik c dengan cara SC= 1/5 SL. Kemudian tentukan titik v
dengan cara V= 7/10 SL. Setelah itu hubungkan titik v dengan titik J yaitu
titik terluar dari acuan. Kemudian gambar pola yang telah diinginkan
menggunakan titik-titik yang telah ditentukan sebagai dasar pembuatan
pola.
Setelah menggambar pola, belah solatip kertas menjadi dua,
lepaskan solatip pada acuan bagian out kemudian tempelkan pada kertas.
Tambahkan 15-18 cm pada bagian bawah pola untuk elastisitas saat proses
lasting. Slot garis pola yang telah digambar untuk memecah pola menjadi
beberapa komponen. Berikan tambahan 8 mm untuk komponen yang
ditumpangi. Potong pola yang telah digambar pada kertas.

Setelah membuat pola jadi, buat pola linning/pelapis dengan cara


membagi mpola dasar menjadi 2 bagian. Gambar pada kertas dan berikan
tambahan 10 mm pada komponen yang ditumpangi dan kurangi 5 mm
pada bagian bawah. Setelah itu buat pola pengeras bagian vamp dan back
counter.
B. Pemotongan Bahan
Gambar pola yang telah dibuat sebelumnya pada selembar
kulit kemudian potong kulit dan begitupula dengan pola linning
dan pengeras pada bahan yang telah ditentukan.
C. Penyesetan
Setelah semua bahan di potong, seset kulit yang akan
ditumpangi dan pengeras.

D. Perakitan/Penjahitan
Setelah penyesetan, rakit kulit menggunakan lem fox
kemudian dijahit sesuai desain. Pasang elastis kemudian rakit
linning menggunakan lem fox dan kemudian di jahit.
Kemudian rakit kulit dan linning menggunakan lem fox dan
stictch balik . Setelah itu, rekatkan angkle sponge menggunakan
lem fox dan jahit sesuai pola sponge. rekatkan pengeras diantara
kulit dan linning menggunakan lem fox, beri jarak 5 mm dari
bawah.
2. Pembuatan Bottom
A. Pembuatan pola
Balut bagian alas acuan menggunakan selotip kertas. Lepas selotip
kertas dari acuan dan tempelakan pada kertas lalu potong kertas.
B. Pemotongan bahan
Setelah pola bottom jadi, gambar pola pada bahan insole dan
potong.

3. Lasting
Setelah insole telah dipotong dan upper telah dirakit, siapkan acuan, paku,
palu, lem fox dan catut. Rekatkan insole pada acuan menggunakan paku. Oleskan
lem fox diantara upper dan pola lapis serta pada bagian bawah upper untuk proses
lasting. Oleskan lem fox pada insole bagian pinggir. Setelah lem cukup kering,
pasang upper pada acuan dan lasting bagian depan menggunakan mesin lasting
dan rapikan kembali menggunakan catut. Lepaskan paku yang ada pada insole dan
rekatkan stiffener pada sela-sela insole yang belum tertutup oleh upper untuk
media perekat pada outsole.
4. Buffing
Setelah proses lasting selesai, rapikan bagian insole dengan cara di
amplas/ buffing supaya memudahkan perekatan pada outsole.

5. Assembling
Setelah proses buffing, oleskan lem primer pada outsole yang sebelumnya
telah di amplas kasar. Setelah sedikit mengering oleskan lem G 1000 2 kali pada
outsole dan insole kemudian masukan oven selama 5 menit untuk mengaktifkan
lem. Setelah itu rekatkan outsole pada upper kemudian press menggunakan mesin
press selama 3 menit.
6. Finishing
Setelah proses assembling selesai, lepaskan acuan dan rapikan kembali
sisa benang yang masih belum dipotong dan bersihkan sisa lem yang masih
menempel pada sepatu.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konstruksi sepatu sistem lem merupakan pengembangan konstruksi sepatu
weltshoes. Metode ini digunakan setelah lem sintetis ditemukan. Proses
pembuatan sepatu menggunakan metode ini adalah membuat pola, pemotongan
bahan, penyesetan, perakitan, lasting, buffing, assembling dan finishing. Lem
digunakan sebagai pengganti welt/ pita untuk media perekat antara upper dan
bottom.

DAFTAR PUSTAKA

http://kelompoksatuecommers.blogspot.co.id/2013/11/sepatu-casual-casual-
shoes.html
https://marketplays.id/talk/thread/berbagai-konstruksi-sepatu-kulit-cementing-
bl/326

Anda mungkin juga menyukai