DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH :
1. Afriza Mahendra
2. Ajeng Manjana
3. Bardatus Syahriyah Lingga
4. Fahimah Alda
5. Majalipa Awalia
6. Muhammad Reza
7. Rahmadina
8. Shinta Mustika Hutabarat
AKUNTANSI SYARIAH
MEDAN
2018
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha penyayang.
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpah rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami. Sehingga, kami dapat menyelesaikan makalah Matematika
Ekonomi ini tentang: “ Penerapan Fungsi Non Linier.”
Adapun makalah ini, telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Namun
tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekuranggan baik dari
segi penyusun bahasa maupun yang lain.Oleh karena itu, kritikan dan saran dari pembaca
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Khususnya dari guru mata kuliah ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 LATAR BELAKANG 3
1.2 RUMUSAN MASALAH 3
1.3 TUJUAN PENULIS 3
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang
Pemahaman akan fungsi non linier dalam mempelajari ilmu ekonomi
tak kalah pentingnya dengan pemahaman akan fungsi linier. Meskipun banyak
hubungan antar variabel ekonomi cukup dapat diterapkan dengan model linier,
namun tidak sedikit pula yang lebih realistis dan rasional ditelaah dengan model
non-linier. Bahkan sebagian dari model ekonomi linier yang ada sesungguhnya
merupakan penyerderhanaan dari hubungan-hubungan yang non linier.
Ada empat macam fungsi non linier yang paling sering kita temui
dalam analisis ekonomi,yaitu:
1. Fungsi Kuadrat
2. Fungsi Kubik
3. Fungsi eksponensial
4. Fungsi Logaritma
Diantara keempat fungsi non linier tersebut yang paling sering digunakan
adalah fungsi kuadrat.
3
BAB II
FUNGSI NON – LINEAR
Abila P = 0, dengan kata lain dalam persamaan kuadrat tersebut tidal terdapat suku bentuk
yang lebih umum tadi berkurang menjadi:
4
Jika a = b ≠ 0, kurvanya sebuah lingkaran
Jika a ≠ b, tetapi bertanda sama, kurvanya sebuah elips
Jika a dan b berlawanan tanda, kurvanya sebuah hiperbola
Jika a = 0 atau b = 0, tetapi tidak keduanya, kurvanya sebuah parabola.
2.1.2 LINGKARAN
Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak tetap terhadap sebuah
titik tertentu yang disebut pusat.
Bentuk umum persamaan lingkaran :
aX2+bY2+cX+dY+e=0
c
Dimana : i = −2a ;
d
j = −2a dan r =
(√ i + j − ae )
2 2
Contoh :
3 X 2 + 3 Y 2 – 24 X – 18 Y = 33 :3
X 2 + Y 2 – 8 X – 6 Y = 11
c −8 d −6
i = −2a = −2 ( 1 ) = 4 j = −2a = −2 ( 1 ) = 3
dan r =
(√ i + j − ae )
2 2
=
(√ 4 + 3 −−111 )
2 2
= √ 36 =6
jadi lingkaran tersebut mempunyai titik pusat pada sumbu koordinat
( 4 ; 3 ) dengan jari-jari lingkaran = 6
5
Y
7,47 2 2
3X + 3Y - 24X – 18Y
r =6 = 33
(4,3)
i=4
j=3
X
-1,19 0 9,19
-1,47
2.1.3 ELIPS
Elips adalah tempat kedudukan titik-titik yang jumlah jaraknya terhadap dua fokus
selalu konstan. Elips mempunyai dua sumbu simetri yang saling tegak lurus. Sumbu yang
panjang disebut Sumbu Mayor. Dan yang pendek disebut Sumbu Minor. Titik potong antara
kedua sumbu elips tersebut merupakan pusat elips ybs.
aX2+bY2+cX+dY+e=0
Contoh :
Tentukan pusat , jari-jari dan perpotongan kurva elips dengan masing-masing sumbu
koordinatnya ( sumbu X dan Y ) dari persamaan elips berikut :
8 X 2 + 2 Y 2 - 32 X - 12 Y + 18 = 0 : 2
4 X 2 + Y 2 - 16 X - 6 Y = - 9
6
4 X 2 - 16 X + Y 2 - 6 Y = - 9
4 X 2 - 16 X + k 1 +Y2-6Y+k 2 =-9+k 1 +k 2
(4 X 2 - 16 X + 16) + (Y 2 - 6 Y + 9) = - 9 + 16 + 9
4 (X – 2) 2 + (Y – 3) 2 = 16 : 16
2 2 2 2
( X−2) (Y −3) ( X−2) (Y −3 )
4 + 16 =1 22 + 42 =1
Dengan demikian : i=2 dan j = 3 r 1 = 2 dan r 2 =4
Berarti : pusat elips ada pada titik ( 2 ; 3 )
Karena r 1 < r 2 maka sumbu mayor elips // sumbu vertikal Y
r 1 adalah jari-jari pendek dan r 2 adalah jari-jari panjang
Hitunglah : pada titik koordinat berapakah terjadi perpotongan kurva elips dengan sumbu X
dan sumbu Y.
y 8x2+2y2+32x-12y+18=0
7
2,3
3
x
-1 3,32
0,68
2.1.4 HIPERBOLA
Hiperbola adalah tempat kedudukan titik-titik yang perbedaan jaraknya terhadap dua
fokus selalu konstan. Hiperbola mempunyai dua sumbu simetri yang saling tegak lurus dan
sepasang asimtot. Perpotongan antara sumbu-sumbu simetri (antara asimtot-asimtot)
merupakan pusat hiperbola.
7
a X 2 + b Y 2 + c X + d Y + e = 0 ; dimana a dan b berlawanan tanda
2 2
( X−i ) (Y − j)
− =1
m2 n2 dimana sumbu lintang // sumbu X
2 2
( X−i ) (Y − j)
− =1
atau n2 m2 dimana sumbu lintang // sumbu Y
Jika nilai m = n maka asimtotnya akan saling tegak lurus, dan sumbu lintangnya tidak lagi
sejajar salah satu sumbu koordinat, dan hiperbolanya disebut hiperbola sama sisi.
2.1.5 PARABOLA
Parabola adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap sebuah titik
fokus dan sebuah garis lurus yang disebut direktriks. Setiap parabola mempunyai sebuah
sumbu simetri dan sebuah titik ekstrim.
y y y y
x x x x
a<0 a>0 a<0 a>0
Persamaan parabola :
X Y
2
Titik Ekstrim :
( −b2 a ; b −4−4aac )
8
Jarak titik ekstrim ↓ ↓ Jarak titik ekstrim
Pada sumbu Y pada sumbu X
Contoh : Tentukan titik ekstrim dan perpotongannya dengan sumbu-sumbu koordinat (sumbu
x dan y) dari parabola berikut :
Y=-X2+6X–2
0=-X2+6X–2
y
(3,7)
7
y = -x2 + 6x - 22
x
0 0,35 3 5,65
-2
9
Latihan : Pada Buku Dumairy hal 141 – 142
Nomor : 2 ; 3 ; 6 ; 7 ; 9 ; 10
D≠0
Y = a+ bx+ cx + dx
2 3
Keseimbanngan pasar
Qd = Qs
Qd = jumlah permintaan
Qs = jumlah penawaran
E = titik keseimbangan
Pe = harga keseimbangan
Qe = jumlah keseimbangan
Analisis pengaruh pajak dan subsidi terhadap keseimbangan pasar juga sama seperti
pada kondisi linear. Pajak atau subsidi menyebabkan harga jual yang ditawarkan oleh
produsen berubah, tercermin oleh berubahnya persamaan penawaran, sehingga harga
10
keseimbangan dan jumlah keseimbangan yang tercipta dipasarpun berubah. Pajak
menyebabkan harga keseimbangan menjadi lebih tinggi dan jumlah keseimbangan menjadi
lebih sedikit. Sebaliknya, subsidi menyebabkan harga keseimbangan menjadi lebih rendah
dan jumlah keseimbangan menjadi lebih banyak.
Kasus 1
Fungsi Permintaan
Bu Evi seorang penjual daging ayam di pasar tradisional. Pada saat tingkat harga Rp.9000,00
perkg, jumlah daging ayam yang diminta 200kg. Ketika harga daging ayam naik menjadi Rp.
11.000,00 per kg, jumlah daging ayam yang diminta menurun menjadi 150kg. Pertanyaan :
berdasarkan uraian tersebut, bagaimana fungsi permintaan daging ayam di pasar?
Q1 = 200kg Q2 = 150kg
Cara 1
P−P1 Q−Q1
=
P 2−P1 Q2−Q1
P−900 Q−200
=
11.000−9.000 150−200
P−9.000 Q−200
=
2.000 −50
Q = -1/4P + 425
Cara 2
P−P1 Q−Q1
=
P 2−P1 Q2−Q1
11
P−900 Q−200
=
11.000−9.000 150−200
P−9.000 Q−200
=
2.000 −50
P = -40Q + 17.000
P=0 Q=0
= 425 = 17.000
Kasus 2
Fungsi Penawaran
Di toko buah segar Makmur sebuah semangad engan harga Rp 4.000 hanya mampu menjual
sebanyak 100 buah, dan pada saat harga semangka Rp 5.000 perbuah mampu menjual
semangka lebih banyak menjadi 200 buah. Pertanyaan : Rumuskan fungsi penawarannya
P2 = 5.000 Q2 = 200buah
P−P1 Q−Q1
=
P 2−P1 Q2−Q1
P−4.000 Q−100
=
5.000−4.000 200−100
P−4.000 Q−100
=
1.000 100
12
100P – 400.000 = 1000Q – 100.000
Q = -300 + 0,1P
Kasus 3
Keseimbangan Pasar
Diketahui : Qs = -8 + 2P Qd = 13 –Pt = 5
Ditanya : Pe dan Qe
Tk? Tp? T?
Qd = Qs
13 – P = -8 + 2P
-P – 2P = -8 – 13
-3P = -21
P = -21/-3
P=7
Q = 13 –P
Q = 13 – 7
13
Q=6
Jadi, Pe = 7 dan Qe = 6
P = 0,5Qs + 4 + 6
P = 0,5Qs + 10
2P = Qs + 20
Qs = 2P – 20
Keseimbangan pasar
Qd = Qs
13 – P = 2P – 20
3P = 20 + 13
P = 33/3
P = 11
Q = 13 – P
Q = 13 – 11
Q=2
tk = P’e – Pe
tk = 11 – 7
tk =4
tp = t – tk
tp = 6 – 4
tp = 2
14
Pajak yang diterima pemerintah
T = Q’e x t
T=2x6
T = 12
Jadi tk = 4, tp = 2, dan T = 12
Biaya rata-rata adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan tiap unit produk
atau keluaran, merupakan hasil bagi biaya total terhadap jumlah keluaran yang dihasilkan.
Biaya marjinal ialah biaya tambahan yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit
tambahan produk.
∆ C C2−C 1
Biaya marjinal : MC = =
∆ Q Q2−Q 1
Setiap penulisan FC, VC dan C sama maksudnya dengan TFC, TVC, dan TC.
Hubungan antara biaya total dan bagian-bagiannya secara grafik dapat dilihat sebagai berikut
VC FC
AVC = VC/Q – b
15
VC FC
AVC = VC/Q = aQ 2- bQ + c
Kasus 4
Fungsi Biaya
Maka :
FC = 7.200
VC = 60Q + 0,2 Q2
AFC = 7.200/Q
MC = ∆ TC /∆ Q = TC` = 60 + 0,4Q
Kasus 5
Jawab :
c. AFC = 7.200/Q
AFC = 7.200/50 = Rp144
16
d. AVC =( 60Q + 0,2 Q2)/Q = 60 + 0,2Q
AVC = 60 + 0,2.50
AVC = 60 + 10
AVC = Rp70
∆ TC
f. MC = =TC =60+ 0,4 Q
∆Q
MC = 60 + 0,4.50
MC = 60 + 20
MC = Rp80
2.3.3 Fungsi Penerimaan, Keuntungan dan Kerugian serta Titik Impas dari Fungsi Non
Linier
Sedang bentuk fungsi penerimaan akan linier untuk produsen di pasar persaingan sempurna
TR
C,R C
17
TI
TI
Q
0
Q1 Q2 Q4
−b −30 −30
TR Maks pada Q = 2 a = 2(−1,5) = −3 = 10
TR Maks → 30 Q – 1,5 Q 2
2
b −4 ac
30 (10) – 1,5 (102) = 300 – 150 = 150 bisa juga dari rumus ( −4 a )
Jika biaya total diperlihatkan oleh TC = 0,25 Q 3 – 3 Q 2 + 7Q + 20
π = TR - TC
π = ( 30 Q – 1,5Q 2 ) – ( 0,25 Q 3 – 3 Q 2 + 7Q + 20 )
π = 30 Q – 1,5 Q 2 - 0,25 Q 3 + 3 Q 2 - 7Q – 20
π = - 0,25 Q 3 + 1,5 Q 2 + 23 Q – 20
18
Pada saat Q = 10 → π = - 0,25 (10) 3 + 1,5 (10) 2 + 23 (10) – 20
→ π = 110
Jadi keuntungan perusahaan, jika barang terjual sebanyak 10 unit adalah sebesar Rp. 110,00
→ π = - 960
Jadi perusahaan jika barang terjual sebanyak 20 unit, maka perusahaan akan rugi sebesar Rp.
960,00
∆U
Utilitas marjinal : MU =
∆Q
Utilitas total mencapai puncaknya ketika utilitas marjinal nol, dan berkurang ketika utilitas
marginal negatif
Contoh : seseorang melakukan pembelian dan konsumsi atas dua macam barang, makanan
dan pakaian, dan berturut turut harganya adalah Rp5.000 dan Rp50.000. misalkan tambahan
satu unit makanan akan memberikan nilai guna sebanyak 5, dan tambahan satu unit pakaian
19
mempunyai nilai guna marginal sebanyak 50. Andaikan orang itu mempunyai uang sebanyak
Rp50.000 kepada barang apakah uang itu akan dibelanjakan?
Dengan uang itu orang tersebut dapat membeli 10 unit tambahan makanan, maka jumlah nilai
guna marginal yang diperolehnya adalah 10 x 5 = 50. Kalau uang itu digunakan untuk
membeli pakaian, yang diperolehnya hanayalah satu unit dan nilai guna marjinal dari satu
unit tambahan pakaian adalah 50. Seseorang akn memaksimumkan nilai guna dari barang
barang yang dikonsumsinya apabila perbandingan nilai guna marjinal barang tersebut adalah
sama dengan perbandingan harga barang-barang tersebut. Perbandingan harga makanan dan
pakaian adalah 5000 : 50.000 atau 1 : 10. Orang akan memaksimumkan nilai guna barang-
barang yang dikonsumsinya. Nilai guna marjinal/rupiah dari tambahan makanan adalah : nilai
guna marginal/harga = 5/5.000 = 1/1.000 dan nilai guna marginal per rupiah dari tambahan
pakaian adalah : nilai guna marginal/harga = 50/5.000 = 1/1000
Produk rata-rata (average product, AP) ialah jumlah keluaran atau produk yang
dihasilkan dari setiap unit masukan yang digungakan, merupakan hasil bagi produk total
terhadap jumlah masukan. Produuk marjinal (marginal product) ialah prudyk tambahan yang
dihasilkan dari setiap tambahan satu unit masukan yang digunakan.
Produk marjinal : MP = ∆ P /∆ X
P = 4 X 2- X 3 AP = P/X = 4X - X 2
20
9−8
MP = ∆ P /∆ X = =1
3−2
Produk marginal positif berarti masukan tambahanyang digunakan justruu menambah hasil
produksi.
Contoh : sebuah pabrik yang menggunakan bahan baku kulit menghasilkan sepatu dan
tas. Kurva transformasi produk yang dihadapinya ditunjukkan oleh pemasaran 4 s2- 6,25 t 2 =
40.000. berapa apsang sepatu dan berapa buah tas paling banyak dapat diproduksi? Berapa
pasang sepatudapat dibuat jika pabrik ini memproduksi 60 buah tas?
Jummlah sepatu terbanyak yang dapat dibuat adalah jikapabrik tidak memproduksi tas
(t = 0 ). Dengan perkataan lain, seluruh kulit yang tersedia (40.000 unit) dialokasikan untuk
membuat sepatu.
Jika t = 60 t
4 s2=40.000−6.25 (60)2 80
s2=4.375
s2=66,14
S = 66pasang
0 100
21
BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan materi tersebut dapat disimpulkan bahwa :
Fungsi non-linear memiliki 4 macam bentu fungsi non-linear, dan yang paling sering
dijumpai dalam analisis ekonomi yaitu fungsi kuadrat dan fungsi kubik.
Bentuk umum dari persamaan kuadrat yang sering kita jumpai yaitu ax2 + pxy + by2 + cx +
dy + e = 0, a/b ≠ 0 dan juga bentuk umum dari fungsi kubik yaitu Y = a+ bx+ cx 2+ dx3 .
3.1 SARAN
Semoga dengan dibuatnya makalah ini pembaca kurang lebihnya dapat memahami isi
dai penjelasan mengenai “Penerapan Fungsi non-Linear.” Diharapkan adanya saran yang
dapat mendukung dalam penyempurnaan makalah ini dari parapembaca.
Jean E.Weber, 1994, Analisis Matematika Penerapan Bisnis dan Ekonomi, Erlangga,
Jakarta.
Rismelharmoni.blogspot.com/2016/10/matematika-ekonomi-tentang-fungsi-non.html?
m=1
Tutupohosali081175.blogspot.com/2013/04/matematika-ekonomi-funngsi-non-linear-
html?m=1
22