Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“FUNGSI NON LINEAR”


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Matematika Ekonomi

DOSEN PEMBIMBING

FITRIANI TOBING, SE, M.Si

DISUSUN OLEH :

1. Afriza Mahendra
2. Ajeng Manjana
3. Bardatus Syahriyah Lingga
4. Fahimah Alda
5. Majalipa Awalia
6. Muhammad Reza
7. Rahmadina
8. Shinta Mustika Hutabarat

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

AKUNTANSI SYARIAH
MEDAN
2018
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha penyayang.
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpah rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami. Sehingga, kami dapat menyelesaikan makalah Matematika
Ekonomi ini tentang: “ Penerapan Fungsi Non Linier.”

Adapun makalah ini, telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Namun
tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekuranggan baik dari
segi penyusun bahasa maupun yang lain.Oleh karena itu, kritikan dan saran dari pembaca
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Khususnya dari guru mata kuliah ini.

Dan kami harapkan,Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman yang


mendalam bagi pembaca dan bagi kami juga, dan dapat meningkatkan ilmu penggetahuan
kita bersama.

Medan, 22 September 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 LATAR BELAKANG 3
1.2 RUMUSAN MASALAH 3
1.3 TUJUAN PENULIS 3

BAB II FUNGSI NON-LINEAR 4


2.1 FUNGSI KUADRAT 4
2.1.1 PERSAMAAN KUADRAT 4
2.1.2 LINGKARAN 5
2.1.3 ELIPS 6
2.1.4 HIPERBOLA 7
2.1.5 PARABOLA 8
2.2 FUNGSI KUBIK 10
2.3 PENERAPAN EKONOMI 10
2.3.1 PERMINTAAN, PENAWARAN, dan KESEIMBANGAN PASAR 10
2.3.2 FUNGSI BIAYA 15
2.3.3 FUNGSI PENERIMAAN 17
2.3.4 KEUNTUNGAN, KERUGIAN, dan PULANG POKOK 17
2.3.5 FUNGSI UTILITAS 19
2.3.6 FUNGSI PRODUKSI 20
2.3.7 KURVA TRANSFORMASI PRODUK 20
BAB III KESIMPULAN 22
3.1 SARAN 22
3.2 DAFTAR PUSTAKA 22

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang
Pemahaman akan fungsi non linier dalam mempelajari ilmu ekonomi
tak kalah pentingnya dengan pemahaman akan fungsi linier. Meskipun banyak
hubungan antar variabel ekonomi cukup dapat diterapkan dengan model linier,
namun tidak sedikit pula yang lebih realistis dan rasional ditelaah dengan model
non-linier. Bahkan sebagian dari model ekonomi linier yang ada sesungguhnya
merupakan penyerderhanaan dari hubungan-hubungan yang non linier.
Ada empat macam fungsi non linier yang paling sering kita temui
dalam analisis ekonomi,yaitu:
1. Fungsi Kuadrat
2. Fungsi Kubik
3. Fungsi eksponensial
4. Fungsi Logaritma

Diantara keempat fungsi non linier tersebut yang paling sering digunakan
adalah fungsi kuadrat.

1.1.2 Rumus Masalah


Berdasarkan dari latar balakang diatas, seterusnya rumusan masalah di usulkan
dengan pertanyaan berikut:
1. Apa sajakah bagian-bagian dari fungsi non-linear?
2. Apa sajakah pembahasan dalam fungsi non-linear?
3. Bagaimanakah penerapan fungsi non-linear terhadap suatu kasus??

1.1.3 TUJUAN PENULIS


1. Tujuan menulis makalah ini adalah untuk mengidenifikasi penerapan fungsi non-
linear.
2. Mengetahui apa saja bagian bagian dari fungsi non-linear.
3. Melatih diri dalam pengembangan materi yang telah ditentukan guna kelancaran
kegiatan belajar mengajar di kampus.
4. Guna memenuhi tugas pada mata kuliah Matematika Ekonomi.

3
BAB II
FUNGSI NON – LINEAR

2.1 Fungsi Kuadrat


Fungsi Kuadart adalah fungsi yang mempunyai pangkat tertinggi dari variabelnya adalah
pangkat dua.
Gambar fungsi kuadrat bisa berupa :
- Lingkaran
- Elips
- Parabola
- Hiperbola
Tetapi dalam penerapan ekonomi, yang paling sering digunakan adalah fungsi kuadrat
yang berbentuk PARABOLA.

2.1.1 Persamaan Kuadrat


Mengingat pangkat dua dalam suatu persamaan kuadrat sesungguhnya dapat terletak
pada baik variabel x maupun variabel y bahkan pada suku xy, maka bentuk yang lebih umum
dari bentuk persamaan kuadrat adalah

ax2 + pxy + by2 + cx + dy + e = 0, a/b ≠ 0

Sebuah fungsi kuadrat jika mempunyai ciri-ciri berikut ini maka:


P = 0 dan a = b ≠ 0 → Bentuk kurva lingkaran
P2 – 4ab < 0 ; a ≠ b dan tanda sama → Bentuk kurva elips
P2 – 4ab > 0 ; a ≠ b dan tanda berlawanan → Bentuk kurva hiperbola
P2 – 4ab = 0 → Bentuk kurva parabola

Abila P = 0, dengan kata lain dalam persamaan kuadrat tersebut tidal terdapat suku bentuk
yang lebih umum tadi berkurang menjadi:

ax2 + by2 + cx + dy + e = 0, a/b ≠ 0

Sebuah fungsi kuadrat jika mempunyai ciri-ciri berikut ini maka:

4
Jika a = b ≠ 0, kurvanya sebuah lingkaran
Jika a ≠ b, tetapi bertanda sama, kurvanya sebuah elips
Jika a dan b berlawanan tanda, kurvanya sebuah hiperbola
Jika a = 0 atau b = 0, tetapi tidak keduanya, kurvanya sebuah parabola.

2.1.2 LINGKARAN
Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak tetap terhadap sebuah
titik tertentu yang disebut pusat.
Bentuk umum persamaan lingkaran :
aX2+bY2+cX+dY+e=0

Lalu ubah bentuk persamaan menjadi (X–i)2+(Y–j)2=r2

c
Dimana : i = −2a ;
d
j = −2a dan r =
(√ i + j − ae )
2 2

Maka i = jarak pusat lingkaran terhadap sumbu Y


J = jarak pusat lingkaran terhadap sumbu X
R = jari-jari lingkaran

Lingkaran bisa digambarkan jika nilai r 2 > 0


Titik potong lingkaran pada sumbu koordinat dapat dicari dengan memisalkan masing-
masing X = 0 dan Y = 0 secara bergantian.
Jika i > r  lingkaran tidak memotong sumbu Y
j > r  lingkaran tidak memotong sumbu X

Contoh :
3 X 2 + 3 Y 2 – 24 X – 18 Y = 33 :3
X 2 + Y 2 – 8 X – 6 Y = 11

c −8 d −6
i = −2a = −2 ( 1 ) = 4 j = −2a = −2 ( 1 ) = 3

dan r =
(√ i + j − ae )
2 2

=
(√ 4 + 3 −−111 )
2 2

= √ 36 =6
jadi lingkaran tersebut mempunyai titik pusat pada sumbu koordinat
( 4 ; 3 ) dengan jari-jari lingkaran = 6

5
Y

7,47 2 2
3X + 3Y - 24X – 18Y
r =6 = 33

(4,3)
i=4
j=3
X
-1,19 0 9,19
-1,47

2.1.3 ELIPS
Elips adalah tempat kedudukan titik-titik yang jumlah jaraknya terhadap dua fokus
selalu konstan. Elips mempunyai dua sumbu simetri yang saling tegak lurus. Sumbu yang
panjang disebut Sumbu Mayor. Dan yang pendek disebut Sumbu Minor. Titik potong antara
kedua sumbu elips tersebut merupakan pusat elips ybs.

Bentuk Umum Persamaan Elips :

aX2+bY2+cX+dY+e=0

dimana : a tandanya sama dengan b tetapi nilai a ¿ b

Pusat dan jari-jari elips dirumuskan sebagai berikut :


( X−i )2 (Y − j )2
+ =1
r2 r 2
1 2 jika r 1 =r 2 maka akan menjadi lingkaran.

Contoh :
Tentukan pusat , jari-jari dan perpotongan kurva elips dengan masing-masing sumbu
koordinatnya ( sumbu X dan Y ) dari persamaan elips berikut :

8 X 2 + 2 Y 2 - 32 X - 12 Y + 18 = 0 : 2
4 X 2 + Y 2 - 16 X - 6 Y = - 9

6
4 X 2 - 16 X + Y 2 - 6 Y = - 9
4 X 2 - 16 X + k 1 +Y2-6Y+k 2 =-9+k 1 +k 2

(4 X 2 - 16 X + 16) + (Y 2 - 6 Y + 9) = - 9 + 16 + 9
4 (X – 2) 2 + (Y – 3) 2 = 16 : 16
2 2 2 2
( X−2) (Y −3) ( X−2) (Y −3 )
4 + 16 =1  22 + 42 =1
Dengan demikian : i=2 dan j = 3 r 1 = 2 dan r 2 =4
Berarti : pusat elips ada pada titik ( 2 ; 3 )
Karena r 1 < r 2 maka sumbu mayor elips // sumbu vertikal Y
r 1 adalah jari-jari pendek dan r 2 adalah jari-jari panjang

Hitunglah : pada titik koordinat berapakah terjadi perpotongan kurva elips dengan sumbu X
dan sumbu Y.

y 8x2+2y2+32x-12y+18=0
7

2,3
3

x
-1 3,32
0,68

2.1.4 HIPERBOLA
Hiperbola adalah tempat kedudukan titik-titik yang perbedaan jaraknya terhadap dua
fokus selalu konstan. Hiperbola mempunyai dua sumbu simetri yang saling tegak lurus dan
sepasang asimtot. Perpotongan antara sumbu-sumbu simetri (antara asimtot-asimtot)
merupakan pusat hiperbola.

Bentuk umum persamaan hiperbola :

7
a X 2 + b Y 2 + c X + d Y + e = 0 ; dimana a dan b berlawanan tanda

Pusat hiperbola dapat dicari dengan cara :

2 2
( X−i ) (Y − j)
− =1
m2 n2 dimana sumbu lintang // sumbu X

2 2
( X−i ) (Y − j)
− =1
atau n2 m2 dimana sumbu lintang // sumbu Y

dimana ( i , j ) adalah koordinat titik pusat hiperbola

Jika nilai m = n maka asimtotnya akan saling tegak lurus, dan sumbu lintangnya tidak lagi
sejajar salah satu sumbu koordinat, dan hiperbolanya disebut hiperbola sama sisi.

2.1.5 PARABOLA
Parabola adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap sebuah titik
fokus dan sebuah garis lurus yang disebut direktriks. Setiap parabola mempunyai sebuah
sumbu simetri dan sebuah titik ekstrim.

y y y y

x x x x
a<0 a>0 a<0 a>0

Persamaan parabola :

y = a X 2 + b X + c jika sumbu simetri // sumbu vertikal (sumbu y)


X = a Y 2 + b Y + c jika sumbu simetri // sumbu horisontal (sumbu x)

X Y
2

Titik Ekstrim :
( −b2 a ; b −4−4aac )

8
Jarak titik ekstrim ↓ ↓ Jarak titik ekstrim
Pada sumbu Y pada sumbu X

Contoh : Tentukan titik ekstrim dan perpotongannya dengan sumbu-sumbu koordinat (sumbu
x dan y) dari parabola berikut :
Y=-X2+6X–2

Sumbu simetri sejajar sumbu Y


Karena nilai a = - 1 < 0 ; maka parabolanya menghadap ke bawah.
Titik ekstrimnya terletak di atas atau titik maksimum, dengan titik
koordinat :

−b b 2−4 ac −6 6 2 −4 (−1 )(−2 ) −6 36−8


( ;
2 a −4 a ) (
= 2(−1 )
;
−4(−1) ) ( = −2
;
4 ) =(3,7)

Perpotongan dengan sumbu Y terjadi pada saat X = 0  Y = - 2

Perpotongan dengan sumbu X terjadi pada saat Y = 0 

0=-X2+6X–2

Dengan menggunakan rumus a b c diperoleh

X 1 = 5,65 dan X 2 = 0,35

y
(3,7)
7

y = -x2 + 6x - 22

x=3 sumbu simetri

x
0 0,35 3 5,65

-2

9
Latihan : Pada Buku Dumairy hal 141 – 142
Nomor : 2 ; 3 ; 6 ; 7 ; 9 ; 10

2.2 FUNGSI KUBIK


Fungsi kubik atau fungsi berderajat tiga ialah fungsi yang pangkat tertinggi dari
variabelnya adalah pangkat tiga. Bentuk umum persamaan fungsi kubik :

D≠0
Y = a+ bx+ cx + dx
2 3

2.3 PENERAPAN EKONOMI

2.3.1 PERMINTAAN, PENAWARAN, dan KESEIMBANGAN PASAR


Selain berbentuk fungsi linear, permintaaan dan penawaran dapat pula berbentuk
fungsi non-linear. Keseimbangan pasar ditunjukkan oleh kesamaan Qd = Qs, pada
perpotongan antara kurva permintaan dan kurva penawaran.

Keseimbanngan pasar

Qd = Qs

Qd = jumlah permintaan
Qs = jumlah penawaran
E = titik keseimbangan
Pe = harga keseimbangan
Qe = jumlah keseimbangan

Analisis pengaruh pajak dan subsidi terhadap keseimbangan pasar juga sama seperti
pada kondisi linear. Pajak atau subsidi menyebabkan harga jual yang ditawarkan oleh
produsen berubah, tercermin oleh berubahnya persamaan penawaran, sehingga harga

10
keseimbangan dan jumlah keseimbangan yang tercipta dipasarpun berubah. Pajak
menyebabkan harga keseimbangan menjadi lebih tinggi dan jumlah keseimbangan menjadi
lebih sedikit. Sebaliknya, subsidi menyebabkan harga keseimbangan menjadi lebih rendah
dan jumlah keseimbangan menjadi lebih banyak.

Kasus 1

Fungsi Permintaan

Bu Evi seorang penjual daging ayam di pasar tradisional. Pada saat tingkat harga Rp.9000,00
perkg, jumlah daging ayam yang diminta 200kg. Ketika harga daging ayam naik menjadi Rp.
11.000,00 per kg, jumlah daging ayam yang diminta menurun menjadi 150kg. Pertanyaan :
berdasarkan uraian tersebut, bagaimana fungsi permintaan daging ayam di pasar?

Diketahui : P1 = Rp. 9000,00 P2 = Rp. 11.000

Q1 = 200kg Q2 = 150kg

Ditanya : Fungsi Permintaan?

Cara 1

P−P1 Q−Q1
=
P 2−P1 Q2−Q1

P−900 Q−200
=
11.000−9.000 150−200

P−9.000 Q−200
=
2.000 −50

-50P + 450.000 = 2000Q – 400.000

2000Q = -50P + 450.000 + 400.000

2000Q = -50P + 850.000

Q = -1/4P + 425

Cara 2

P−P1 Q−Q1
=
P 2−P1 Q2−Q1

11
P−900 Q−200
=
11.000−9.000 150−200

P−9.000 Q−200
=
2.000 −50

-50P + 450.000 = 2000Q – 400.000

-50P = 2000Q – 400.000 – 450.000

-50P = 2.000Q – 850.000

P = -40Q + 17.000

Maka dapat dimisalkan jika

P=0 Q=0

Q = -1/4P + 425 P = -40Q + 17.000

Q = -1/4(0) + 425 P = -40(0) + 17.000

= 425 = 17.000

Kasus 2

Fungsi Penawaran

Di toko buah segar Makmur sebuah semangad engan harga Rp 4.000 hanya mampu menjual
sebanyak 100 buah, dan pada saat harga semangka Rp 5.000 perbuah mampu menjual
semangka lebih banyak menjadi 200 buah. Pertanyaan : Rumuskan fungsi penawarannya

Diketahui : P1 = 4.000 Q1 = 100buah

P2 = 5.000 Q2 = 200buah

Ditanya : fungsi penawaran?

P−P1 Q−Q1
=
P 2−P1 Q2−Q1

P−4.000 Q−100
=
5.000−4.000 200−100

P−4.000 Q−100
=
1.000 100

(P – 4.000) 100 = (Q – 100) 1.000

12
100P – 400.000 = 1000Q – 100.000

1000Q = -300.000 + 100P

Q = 1/1000 ( -300.000 + 100P)

Q = -300 + 0,1P

Jadi,, fungsi penawarannya adalah Q = -300 + 0,1P

Kasus 3

Keseimbangan Pasar

Fungsi permintaan akan suatau barang ditunjukkan oleh persamaan Qd = 13 – P, sedangkan


fungsi penawarannya ditunjukkan oleh persamaan Qs = -8 + 2P. Terhadap barang tersebut
dikenakan pajak sebesar Rp 6 per unit. Pertanyaan : bagaimana keseimbangan sebelum
pajak? Bagaimana keseimbangan sesudah pajak? Bagaimana pajak yang ditanggung oleh
konsumen, pajak yang ditangggung pridusen dan pajak yang diterima pemerintah?

Diketahui : Qs = -8 + 2P Qd = 13 –Pt = 5

Ditanya : Pe dan Qe

P’e dan Q’e

Tk? Tp? T?

Jawab : keseimbangan pasar

Qd = Qs

13 – P = -8 + 2P

-P – 2P = -8 – 13

-3P = -21

P = -21/-3

P=7

Q = 13 –P

Q = 13 – 7

13
Q=6

Jadi, Pe = 7 dan Qe = 6

Persamaan sebelum pajak : Qs = -8P + 2P

Persamaan setelah pajak : 2P = Qs + 8

P = 0,5Qs + 4 + 6

P = 0,5Qs + 10

2P = Qs + 20

Qs = 2P – 20

Persamaan permintaan tetap : Qd = 13 – P

Keseimbangan pasar

Qd = Qs

13 – P = 2P – 20

3P = 20 + 13

P = 33/3

P = 11

Q = 13 – P

Q = 13 – 11

Q=2

Jadi P’e = 11 dan Q’e = 2

Pajak yang ditanggung konsumen

tk = P’e – Pe

tk = 11 – 7

tk =4

Pajak yang ditanggung produsen

tp = t – tk

tp = 6 – 4

tp = 2

14
Pajak yang diterima pemerintah

T = Q’e x t

T=2x6

T = 12

Jadi tk = 4, tp = 2, dan T = 12

2.3.2 FUNGSI BIAYA

Biaya rata-rata adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan tiap unit produk
atau keluaran, merupakan hasil bagi biaya total terhadap jumlah keluaran yang dihasilkan.
Biaya marjinal ialah biaya tambahan yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit
tambahan produk.

Biaya tetap : FC = k (k : konstanta)

Biaya variabel : VC = f(Q)

Biaya total : C = FC + VC = k + f (Q) = c(Q)

Biaya tetap rata-rata : AFC = FC/Q

Biaya variabel rata-rata : AVC = VC/Q

Biaya rata-rata : AC = C/Q = AFC + AVC

∆ C C2−C 1
Biaya marjinal : MC = =
∆ Q Q2−Q 1

Setiap penulisan FC, VC dan C sama maksudnya dengan TFC, TVC, dan TC.

Hubungan antara biaya total dan bagian-bagiannya secara grafik dapat dilihat sebagai berikut

a. Biaya total merupakan fungsi kuadrat parabolic. Andaikan,


C = aQ 2- bQ + c

VC FC

Maka : AC = C/Q = aQ – b + c/Q

AVC = VC/Q – b

AFC = FC/Q = c/Q

b. Biaya total merupakan fungsi kubik. Andaikan,


C = aQ3 - bQ2+ cQ + d

15
VC FC

Maka : AC = c/Q = aQ 2- bQ + c + d/Q

AVC = VC/Q = aQ 2- bQ + c

AFC = FC/Q = d/Q

Kasus 4

Fungsi Biaya

Fungsi biaya produksi TC = 7.200 + 60Q + 0,2 Q2

Maka :

FC = 7.200

VC = 60Q + 0,2 Q2

AFC = 7.200/Q

AVC = (60Q + 0,2 Q 2)/Q = 60 + 0,2Q

AC = (7.200 + 60Q + 0,2 Q 2)/Q

MC = ∆ TC /∆ Q = TC` = 60 + 0,4Q

Kasus 5

Bila diketahui besar produksi (Q) = 50 unit, hitunglah besarnya :

a. TVC b. TC c. AFC d. AVC e. AC f. MC

Jawab :

a. TVC = 60Q + 0,2 Q2


TVC = 60.50 + 0,2.502
TVC = 3.000 + 500
TVC = Rp3.500

b. TC = 7.200 + 60Q + 0,2 Q2


TC = 7.200 + 60.50 + 0,2.502
TC = 7.200 + 3.000 + 500
TC = Rp10.700

c. AFC = 7.200/Q
AFC = 7.200/50 = Rp144

16
d. AVC =( 60Q + 0,2 Q2)/Q = 60 + 0,2Q
AVC = 60 + 0,2.50
AVC = 60 + 10
AVC = Rp70

e. AC = (7.200 + 60Q + 0,2 Q2)/Q


AC = (7.200 + 60.50 + 0,2.502 ¿/50
AC = (7.200 + 3.000 + 500 ¿/50
AC = 10.700/50
AC = Rp214

∆ TC
f. MC = =TC =60+ 0,4 Q
∆Q
MC = 60 + 0,4.50
MC = 60 + 20
MC = Rp80

2.3.3 Fungsi Penerimaan, Keuntungan dan Kerugian serta Titik Impas dari Fungsi Non
Linier

Fungsi penerimaan → bentuk umum → fungsi parabola menghadap ke bawah


pada Produsen di pasar monopoli.

Sedang bentuk fungsi penerimaan akan linier untuk produsen di pasar persaingan sempurna

TR = Q X P = f (Q) → total penerimaan


TR
Q = AR → rata-rata penerimaan
ΔTR
ΔQ = MR → penerimaan marginal

TR

C,R C

17
TI
TI

Q
0
Q1 Q2 Q4

Dimana T I = titik impas


Besar kecilnya keuntungan diperlihatkan oleh besar kecilnya selisih, positif antara TR dan C
Keuntungan maximum tidak selalu terjadi pada saat TR maksimum.

Contoh : → Fungsi permintaan yang dihadapi seorang produsen monopolis P = 30 – 1,5 Q.

Bagaimana persamaan penerimaan totalnya ?

Tentukan tingkat penjualan yang menghasilkan penerimaan total maksimum dan


berapa besarnya penerimaaan total ?

TR = Q x P = Q x ( 30 – 1,5 Q ) = 30 Q – 1,5 Q 2 → parabola

TR Maksimum pada titik ekstrim parabola

−b −30 −30
TR Maks pada Q = 2 a = 2(−1,5) = −3 = 10

TR Maks → 30 Q – 1,5 Q 2
2
b −4 ac
30 (10) – 1,5 (102) = 300 – 150 = 150  bisa juga dari rumus ( −4 a )
Jika biaya total diperlihatkan oleh TC = 0,25 Q 3 – 3 Q 2 + 7Q + 20

Hitunglah ke π an perusahaan, jika terjual barang sebanyak 10 dan 20 unit.

π = TR - TC

π = ( 30 Q – 1,5Q 2 ) – ( 0,25 Q 3 – 3 Q 2 + 7Q + 20 )

π = 30 Q – 1,5 Q 2 - 0,25 Q 3 + 3 Q 2 - 7Q – 20

π = - 0,25 Q 3 + 1,5 Q 2 + 23 Q – 20

18
Pada saat Q = 10 → π = - 0,25 (10) 3 + 1,5 (10) 2 + 23 (10) – 20

→ π = - 250 + 150 + 230 – 20

→ π = 110

Jadi keuntungan perusahaan, jika barang terjual sebanyak 10 unit adalah sebesar Rp. 110,00

Pada saat Q = 20 → π = - 0,25 (20) 3 + 1,5 (20) 2 + 23 (20) – 20

→ π = - 2000 + 600 + 460 – 20

→ π = - 960

Jadi perusahaan jika barang terjual sebanyak 20 unit, maka perusahaan akan rugi sebesar Rp.
960,00

2.3.4 FUNGSI UTILITAS

Fungsi utilitas menjelaskan besarnya utilitas (kepuasan, kegunaan) yang diperoleh


seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang atau jasa. Pada umumnya semakin banyak
jumlah suatu bararng dikonsumsi semakin besar utilitas yang diperoleh, kemudian mencapai
puncaknya (titik jenuh) pada jumlah konsumsi tertentu, sesudah itu justru menjadi berkurang
atau bahkan negatif bila jumlah barang yang dikonsumsi terus menerus ditambah. Utilitas
merupakan fungsi dari jumlah yang dikonsumsi.

Utilitas sosial : U = f(Q)

∆U
Utilitas marjinal : MU =
∆Q

Utilitas total mencapai puncaknya ketika utilitas marjinal nol, dan berkurang ketika utilitas
marginal negatif

Contoh : seseorang melakukan pembelian dan konsumsi atas dua macam barang, makanan
dan pakaian, dan berturut turut harganya adalah Rp5.000 dan Rp50.000. misalkan tambahan
satu unit makanan akan memberikan nilai guna sebanyak 5, dan tambahan satu unit pakaian

19
mempunyai nilai guna marginal sebanyak 50. Andaikan orang itu mempunyai uang sebanyak
Rp50.000 kepada barang apakah uang itu akan dibelanjakan?

Dengan uang itu orang tersebut dapat membeli 10 unit tambahan makanan, maka jumlah nilai
guna marginal yang diperolehnya adalah 10 x 5 = 50. Kalau uang itu digunakan untuk
membeli pakaian, yang diperolehnya hanayalah satu unit dan nilai guna marjinal dari satu
unit tambahan pakaian adalah 50. Seseorang akn memaksimumkan nilai guna dari barang
barang yang dikonsumsinya apabila perbandingan nilai guna marjinal barang tersebut adalah
sama dengan perbandingan harga barang-barang tersebut. Perbandingan harga makanan dan
pakaian adalah 5000 : 50.000 atau 1 : 10. Orang akan memaksimumkan nilai guna barang-
barang yang dikonsumsinya. Nilai guna marjinal/rupiah dari tambahan makanan adalah : nilai
guna marginal/harga = 5/5.000 = 1/1.000 dan nilai guna marginal per rupiah dari tambahan
pakaian adalah : nilai guna marginal/harga = 50/5.000 = 1/1000

2.3.5 FUNGSI PRODUKSI

Produk rata-rata (average product, AP) ialah jumlah keluaran atau produk yang
dihasilkan dari setiap unit masukan yang digungakan, merupakan hasil bagi produk total
terhadap jumlah masukan. Produuk marjinal (marginal product) ialah prudyk tambahan yang
dihasilkan dari setiap tambahan satu unit masukan yang digunakan.

Produk total : P = f(X)

Produk rata-rata : AP = P/Q

Produk marjinal : MP = ∆ P /∆ X

Contoh : Fungsi Produksi yang dihadapi oleh produsen ditunjukan oleh P = 4 X 2 - X 3 .


Bentuklah persamaan produk rata-ratanya serta hitunglah produk total dan produk rata-rata
tersebut jika digunakan masukan sebanyak 2 unit. Berpa produk marjinalnya jika masukan
yang digunakan ditambah 1 unit?

P = 4 X 2- X 3 AP = P/X = 4X - X 2

Untuk X = 2 P = 4(2)2 – (2)3 = 8

AP = 4(2)2 – (2)3 = 8/2 = 4

Jika X = 3 P = 4(3)2 – (3)3 = 9

20
9−8
MP = ∆ P /∆ X = =1
3−2

Produk marginal positif berarti masukan tambahanyang digunakan justruu menambah hasil
produksi.

2.3.5 KURVA TRANSFORMASI PRODUK

KURVA TRANSFORMASI PRODUK ialah kurva yang menunjukkan pilhan


kombinasi jumlah produksi dua macam barang dengan menggunakan masukan yang sama
sejumlah tertentu. Kurva ini dikenal juga dengan sebutan kurva kemungkinan produksi
(Production possibility curve).

Contoh : sebuah pabrik yang menggunakan bahan baku kulit menghasilkan sepatu dan
tas. Kurva transformasi produk yang dihadapinya ditunjukkan oleh pemasaran 4 s2- 6,25 t 2 =
40.000. berapa apsang sepatu dan berapa buah tas paling banyak dapat diproduksi? Berapa
pasang sepatudapat dibuat jika pabrik ini memproduksi 60 buah tas?

Jummlah sepatu terbanyak yang dapat dibuat adalah jikapabrik tidak memproduksi tas
(t = 0 ). Dengan perkataan lain, seluruh kulit yang tersedia (40.000 unit) dialokasikan untuk
membuat sepatu.

T=0 4 s2 = 40.000, s2=10.000 , s = 100 pasang

Jumlah tas terbanyak dapat dibuat :

S=0 6.25t 2 = 40.000, t 2=6.400, t = 80buah

Jika t = 60 t

4 s2=40.000−6.25 (60)2 80

4 s2=17.500 (66 ; 60)

s2=4.375

s2=66,14

S = 66pasang

0 100

21
BAB III

KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan materi tersebut dapat disimpulkan bahwa :

Fungsi non-linear memiliki 4 macam bentu fungsi non-linear, dan yang paling sering
dijumpai dalam analisis ekonomi yaitu fungsi kuadrat dan fungsi kubik.

Bentuk umum dari persamaan kuadrat yang sering kita jumpai yaitu ax2 + pxy + by2 + cx +
dy + e = 0, a/b ≠ 0 dan juga bentuk umum dari fungsi kubik yaitu Y = a+ bx+ cx 2+ dx3 .

Dalam penerapan ekonomi, terbagi menjadi beberapa bagian semacam penerapan


ekonomi permintaan, penawaran, dan keseimbangan pasar, fungsi biaya, fungsi penerimaan,
keuntungan, kerugian, dan pulang pokok, fungsi utilitas, fungsi produksi, dan kurva
transformasi produk. Masing –masing memiliki bentuk umum yang hampir sama namun
berbeda.

3.1 SARAN

Semoga dengan dibuatnya makalah ini pembaca kurang lebihnya dapat memahami isi
dai penjelasan mengenai “Penerapan Fungsi non-Linear.” Diharapkan adanya saran yang
dapat mendukung dalam penyempurnaan makalah ini dari parapembaca.

3.2 DAFTAR PUSTAKA

Jean E.Weber, 1994, Analisis Matematika Penerapan Bisnis dan Ekonomi, Erlangga,
Jakarta.

Buku Diktat Matematika Ekonomi, UIN SU

Rismelharmoni.blogspot.com/2016/10/matematika-ekonomi-tentang-fungsi-non.html?
m=1

Tutupohosali081175.blogspot.com/2013/04/matematika-ekonomi-funngsi-non-linear-
html?m=1

22

Anda mungkin juga menyukai