Anda di halaman 1dari 11

JURNAL AGROMAST , Vol.1, No.

2, Oktober 2016

PENGARUH PERBEDAAN JENIS TANAH (REGOSOL DAN LATOSOL)


DAN APLIKASI PUPUK ORGANIK TERHADAP BIBIT KELAPA SAWIT

Angga Pratama Salem1, Pauliz Budi Hastuti2, Umi Kusumastuti Rusmarini2


1
Mahasiswa Fakultas Pertanian INSTIPER
2
Dosen Fakultas Pertanian INSTIPER

ABSTRAK
Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis tanah (regosol dan
latosol) dan aplikasi pupuk organik terhadap bibit kelapa sawit, telah dilakukan dikebun penelitian
(KP2) Institut Pertanian Stiper Maguwoharjo, Sleman, D.I Yogyakarta, pada tanggal 25 april sampai
25 juli 2016. Metode penelitian yang di gunakan adalah percobaan faktorial yang di atur dalam
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 faktor. Faktor yang pertama adalah jenis tanah
(T) yang terdiri dari dua aras yaitu T1= tanah regosol, dan T2= tanah latosol. Faktor kedua adalah
dosis pupuk (P) yang terdiri dari 4 aras yaitu: P0= Pupuk Kimia NPKMg dan Urea (kontrol), P1=
Pupuk kandang sapi 20%, P2= Pupuk kandang sapi 40% dan P3= Pupuk kandang sapi 60%. Data
yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam. Bila ada beda nyata dilakukan uji lanjut dengan
menggunakan uji jarak berganda Duncan ( Duncan Multiple Range Test ) pada jenjang 5 %. Hasil
penelitian menunjukkan penggunaan media tanam tanah regosol dapat meningkatkan tinggi tanaman,
jumlah daun, panjang akar dan berat segar akar daripada media tanam tanah latosol. Aplikasi pupuk
organik 40% dapat meningkatkan jumlah daun, dan berat segar akar. Sedangkan aplikasi pupuk
organik 60% dapat meningkatkan panjang akar bibit.Penggunaan pupuk organik dengan beberapa
persen volume memberikan pengaruh yang sama dengan penggunaan pupuk anorganik terhadap jenis
tanah ( regosol dan latosol) terhadap berat kering akar dan berat kering tajuk.

Kata Kunci : Tanah regosol, tanah latosol, pupuk organik, bibit kelapa sawit.

PENDAHULUAN dibawa dari Afrika ke Amerika,


Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis penyebarannya mencapai Amerika bagian
guineensis Jacq.) berasal dari benua Afrika. timur. Kelapa Sawit sebagai sumber penghasil
Kelapa Sawit banyak dijumpai dihutan hujan minyak nabati memegang peranan penting
tropis negara Kamerun, Pantai Gading, Ghana, bagi perekonomian negara. Penanaman kelapa
Liberia, Nigeria, Sierra Leone, Togo, Angola, sawit umumnya dilakukan di negara bagian
dan Kongo. Penduduk setempat menggunakan beriklim tropis yang memiliki curah hujan
kelapa sawit untuk memasak dan bahan untuk tinggi minimum 1600mm/tahun (Pahan,
kecantikan. Selain itu, buah kelapa sawit juga 2014).
dapat diolah menjadi minyak nabati.warna dan Pengembangan kelapa sawit terus
rasa minyak yang dihasilkan sangat bervariasi. meningkat dari tahun ke tahun, terlihat dari
Minyak Kelapa Sawit mengandung rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa
karotenoid yang cukup tinggi. Karotenoid sawit selama 2004 2014 sebesar 7,67%,
mengandung pigmen yang menghasilkan sedangkan produksi kelapa sawit meningkat
warna merah. Selain itu terdpat komponen rata-rata 11,09% per tahun. Peningkatan luas
utama yaitu asam lemak jenuh palmitat yang areal tersebut disebabkan oleh harga CPO
menyebabkan minyak bertekstur kental-semi (crude palm oil) yang relatif stabil di pasar
padat dan menjadi lemak padat didaerah internasional dan memberikan pendapatan
beriklim sedang. Minyak Kelapa Sawit produsen, khususnya petani, yang cukup
merupakan bahan baku yang penting untuk menguntungkan. Berdasarakan buku statistik
berbagai masakan tradisional di Afrika Barat. komoditas kelapa sawit terbitan Ditjen
Mulai abad ke-14 hingga ke 17 buah sawit Perkebunan, pada Tahun 2014 luas areal
JURNAL AGROMAST , Vol.1, No.2, Oktober 2016

kelapa sawit mencapai 10,9 juta Ha dengan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur
produksi 29,3 juta ton CPO. Luas areal hara misalnya N+P, P+K, N+P+K dan
menurut status pengusahaannya milik rakyat sebagainya.
(Perkebunan Rakyat) seluas 4,55 juta Ha atau Pupuk organik adalah pupuk yang
41,55% dari total luas areal, milik negara tersusun dari materi makhluk hidup, seperti
(PTPN) seluas 0,75 juta Ha atau 6,83% dari pelapukan sisa -sisatanaman, hewan, dan
total luas areal, milik swasta seluas 5,66 juta manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat
Ha atau 51,62%, swasta terbagi menjadi 2 atau cair yang digunakan untuk memperbaiki
(dua) yaitu swasta asing seluas 0,17 juta Ha sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk
atau 1,54% dan sisanya lokal (Anonim, 2014). organik mengandung banyak bahan organik
Untuk memenuhi jumlah lahan yang daripada kadar haranya.
semakin luas maka dari itu di butuhkan bibit
kelapa sawit dalam jumlah yang sangat TATA LAKSANA PENELITIAN
banyak. Sistem pembibitan kelapa sawit terdiri Waktu dan Tempat Penelitian
dari dua model: 1.Penanaman kecambah Penelitian dilaksanakan di Kebun
dilakukan langsung di pembibitan utama. Pendidikan dan Penelitian (KP2) Institut
2.Penanaman kecambah dilakukan dua tahap, Pertanian STIPER Yogyakarta yang terletak di
di polybag kecil dan kemudian dipindahkan ke Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok,
polybag besar. Pre nursery 3 bulan di polybag Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
kecil dan Main nursery 9 -12 bulan sampai Yogyakarta. Lokasi penelitian memiliki
bibit siap tanam. ketinggian ± 118 meter di atas permukaan laut,
Masing-masing model pembibitan dengan rata-rata curah hujan 2500-3500 mm
mempunyai keuntungan dan kekurangan. per tahun. Suhu di lokasi penelitian 25º C
Tetapi sistem dua tahap lebih disarankan sampai dengan 30º C dengan kelembaban
karena kemudahan dalam pengawasan dan udara 80% sampai dengan 85%. Penelitian
pemeliharaan tersedia waktu untuk dilakukan pada April sampai dengan Juli
mempersiapkan pembibitan utama bibit lebih 2016.
terjamin karena terdapat proses seleksi. Alat dan Bahan Penelitian
Seleksi yang ketat dapat mengurangi 1. Alat yang digunakan dalam penelitian
penggunaan tanah dan polybag (Pahan, 2014). ini adalah cangkul, ember, gembor,
Media tanam (tanah) sangat gayung, selang, meteran, martil,
menentukan pertumbuhan bibit kelapa sawit. nampan, ayakan, timbangan analitik,
Tanah yang digunakan harus subur dan kaya oven, alat, penggaris dan alat tulis.
akan unsur hara, jenis tanah yang digunakan 2. Bahan yang digunakan dalam
dalam penelitian antara lain tanah regosol dan penelitian ini adalah benih kelapa
tanah latosol sawit unggul yang diperoleh dari
Didalam kesuburan tanah pupuk PT.DAMI MAS ( SINAR MAS)
sangat berperan penting untuk menyuburkan Perkebunan Kelapa Sawit Riau,
tanah dan memperbaiki sifat-sifat tanah. kompos, bambu, polybag dengan
Pupuk dibedakan menjadi dua jenis yaitu ukuran panjang 22 cm, lebar 14 cm dan
pupuk anorganik dan pupuk organik. tebal 0,07 mm, plastik, pupuk NPK
Pupuk anorganik adalah pupuk yang Mg 15-15-6-4 dan Urea.
dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan Metode Penelitian
meramu bahan-bahan kimia anorganik Rancangan penelitian ini yang di
berkadar hara tinggi. Pupuk anorganik atau gunakan adalah percobaan faktorial yang di
pupuk buatan dapat di bedakan menjadi pupuk atur dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL)
tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal yang terdiri dari 2 faktor.
adalah pupuk yang mengandung satu unsur Faktor yang pertama adalah jenis tanah (T)
hara misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan dengan perlakuan yaitu jenis tanah
lain sebagaimya. Pupuk majemuk adalah
JURNAL AGROMAST , Vol.1, No.2, Oktober 2016

T1= tanah regosol, dan T2= tanah latosol. 4. Pemberian Pupuk Kotoran Sapi
Faktor kedua adalah dosis pupuk Pupuk organik yang digunakan berasal
(P) yang terdiri dari 4 perlakuan (% dari kotoran sapi yang telah
volume) yaitu: P0= Pupuk Kimia NPK, terdekomposisi, pemberian pupuk
Mg dan Urea (kontrol), P1= pemberian organik dalam beberapa dosis yaitu
pupuk kotoran sapi 20%, P2= pemberian 20%,40% dan 60% Volume.
pupuk kotoran sapi 40% dan P3= 5. Kontrol
pemberian pupuk kotoran sapi 60%. Pemupukan Urea pada tahap pre
Dari kedua faktor tersebut diperoleh nursery dapat dilakukan dengan
2 x 4 = 8 kombinasi perlakuan dan masing- konsentrasi 0,1-0,2% (1-2 g urea/liter
masing diulang 5 kali, setiap ulangan 2 air untuk 20 bibit). Cara pemupukan
sampel tanaman. Sehingga jumlah seluruh adalah semprot (foliar application)
tanaman dalam penelitian 2 x 4 x 5 x 2 = yang dimulai pada bibit umur 1,5 atau
80 tanaman. 2 bulan. Pupuk NPKMg 15-15-6-4
Data yang diperoleh dianalisis dapat diaplikasikan dengan cara foliar
dengan analysis of variance ( Anova ). Bila application dengan konsentrasi 0,15-
ada beda nyata dilakukan uji lanjut dengan 0,3% (1,5-3 g/liter air untuk 20 bibit).
menggunakan uji jarak berganda Duncan ( Urea di berikan pada minggu ganjil dan
Duncan Multiple Range Test ) pada jenjang pupuk majemuk di berikan pada
5 %. minggu genap.
Pelaksanaan Penelitian 6. Persiapan Bahan Tanam
1. Persiapan Lahan Bahan tanam diperoleh dari PT.Sinar
Tempat pembibitan terlebih dahulu Mas Riau, yang dipesan berupa
dibersihkan dari gulma dan sisa – sisa kecambah. Setelah kecambah
tanaman yang dapat menjadi inang diperoleh dipisahkan kecambah yang
hama dan penyakit, kemudian tanah normal dan abnormal. Kecambah yang
diratakan agar posisi polybag tidak normal ditanam dan kecambah yang
miring. Lahan yang digunakan untuk abnormal dibuang.
areal pembibitan dilakukan di tempat 7. Penanaman Kecambah Kelapa Sawit
terbuka, datar dan dekat dengan Penanaman bibit kelapa sawit
sumber air. dilakukan dengan melihat radikula dan
2. Pembuatan Naungan. plumula, dimana radikula mempunyai
Naungan dibuat dari bambu dengan ciri bentuk yang lebih kasar, warna
ukuran lebar 2 meter, panjang 4 meter kekuning – kuningan, ukuran lebih
dan tinggi naungan sebelah barat 1,5 panjang dari plumula ( maksimal 5 cm
meter dan sebelah timur 2 meter. ) ditanam menghadap ke bawah.
Naungan ditutup dengan plastik Plumula yang mempunyai ciri bentuk
transparan, untuk menghindari hujan yang lebih halus, warna keputih –
secara langsung dan di sekeliling putihan, ukuran lebih pendek dari
naungan ditutup dengan plastik radikula ( panjang maksimal 3 cm )
transparan setinggi 1,5 meter serta ditanam menghadap ke atas.
diberi paranet untuk mengurangi Selanjutnya dengan pembuatan lubang
intesitas cahaya. tanam, menanam kecambah ke dalam
3. Persiapan Media Tanam lubang tanam dengan plumula
Tanah yang digunakan adalah Regosol menghadap ketas dan radikula
dan Latosol diambil dari Desa Putat, menghadap ke bawah serta menutup
Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung kembali lubang tanam yang telah
Kidul. Tanah diayak dengan dimasukkan kecambah.
menggunakan saringan halus ukuran 2 Kecambah ditanam pada kedalaman
mm. ±1,5 cm dari permukaan tanah.
JURNAL AGROMAST , Vol.1, No.2, Oktober 2016

8. Penyusunan Polybag 3. Panjang Akar ( cm )


Polybag diletakkan dalam naungan Panjang akar bibit diukur dari
yang telah disiapkan. Polybag disusun pangkal batang sampai ke ujung paling
dengan rapi dan teratur agar panjang menggunakan penggaris,
memudahkan dalam perawatan pengukuran dilakukan pada akhir
maupun pengamatan. penelitian.
9. Aplikasi Air Siram 4. Berat Segar Akar ( g )
Sumber air yang digunakan untuk Akar tanaman terlebih dahulu
aplikasi air siram diperoleh dari KP2. dibersihkan dari tanah yang mungkin
Penyiraman dilakukan dua hari sekali masih melekat pada akar kemudian
pagi dan sore hari, penyiraman dimulai ditimbang pada akhir penelitian.
dari saat mulai tanam. Penyiraman 5. Berat Kering Akar ( g )
dilakukan dengan menggunakan gelas Akar tanaman yang telah
ukur dengan volume air siram dibersihkan dimasukkan kedalam oven
disesuaikan pada perlakuan yang dengan suhu 70 °C ditimbang sampai
diteliti. mencapai berat konstan ± 48 jam.
10. Penyiangan Penimbangan menggunakan
Penyiangan dilakukan secara manual timbangan analitik pada akhir
dengan mencabut gulma yang tumbuh penelitian.
sekaligus menggemburkan tanah. 6. Berat Segar Tanaman ( g )
Interval penyiangan tergantung pada Terlebih dahulu dibersihkan
pertumbuhan gulma yang tumbuh di dari tanah yang mungkin masih
polybag. melekat pada akar dan batang tanaman.
11. Pengendalian Hama Kemudian ditimbang menggunakan
Hama yang paling sering muncul timbangan analitik pada akhir
adalah belalang, cara pengendaliannya penelitian.
dilakukan secara manual dengan cara 7. Berat Kering Tanaman ( g )
menangkap lalu dibunuh. Tanaman yang telah
Parameter Pengamatan dibersihkan dari tanah dimasukkan ke
Parameter yang diamati pada penelitian ini dalam oven denga suhu 70 °C,
adalah : ditimbang sampai mencapai berat
1. Jumlah Daun ( helai ) konstan ± 48 jam.
Jumlah daun pada tanaman
kelapa sawit dihitung yang sudah HASIL DAN ANALISIS HASIL
terbuka penuh setiap minggu sampai Tinggi Tanaman
akhir penelitian. Hasil sidik ragam (Lampiran 1a)
2. Tinggi Bibit ( cm ) menunjukkan bahwa kombinasi antara jenis
Panjang akar bibit diukur dari tanah (regosol dan latosol) dan pupuk organik
pangkal batang sampai ke ujung daun tersebut tidak ada interaksi nyata terhadap
yang paling muda dengan tinggi tanaman. Hasil uji DMRT pada jenjang
menggunakan penggaris, pengukuran nyata 5% disajikan pada Tabel 1.
dilakukan seminggu sekali sampai
akhir penelitian.
JURNAL AGROMAST , Vol.1, No.2, Oktober 2016

Tabel 1. Pengaruh jenis tanah (regosol dan latosol) dan pupuk organik terhadap tinggi bibit (cm)
kelapa sawit di pre nursery.
Kontrol Pupuk Organik (% Volume)
Jenis
Tanah Urea + NPKMg 20 40 60 Rerata
Regosol 23,10 23,20 23,40 23,40 23,28 b
Latosol 20,90 21,20 21,80 21,80 21,43 a
RERATA 22,00 p 22,20 p 22,60 p 22,60 p (-)
Keterangan: Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom atau baris
menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%
(-) : Tidak ada interaksi
Tabel di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan bibit. Adapun pertumbuhan
penggunaan tanah regosol lebih baik tinggi bibit yang dipengaruhi oleh jenis tanah
dibandingkan tanah latosol terhadap tinggi regosol dan latosol dapat dilihat pada Gambar
tanaman. Sedangkan berbagai macam % 1.
volume pupuk organik tidak mempengaruhi

Gambar 1. Laju pertumbuhan tinggi bibit terhadap perlakuan jenis tanah regosol dan latosol.
JURNAL AGROMAST , Vol.1, No.2, Oktober 2016

Gambar 1 menunjukkan bahwa daripada jenis tanah latosol. Adapun


perbedaan jenis tanah mempengaruhi pertumbuhan tinggi bibit yang dipengaruhi
pertumbuhan tinggi bibit. Laju pertumbuhan oleh perbedaan persentase volume pupuk dapat
bibit pada jenis tanah regosol lebih tinggi dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Laju pertumbuhan tinggi bibit terhadap perlakuan persen volume pupuk organik jenis
tanah regosol dan latosol.

Gambar 2 di atas menunjukkan bahwa Jumlah Daun


perlakuan persentase volume pupuk 60%, 40% 1b ) menunjukkan bahwa kombinasi antara
dan 20% menunjukkan pengaruh yang sama jenis tanah (regosol dan latosol) dan pupuk
baik dalam pertumbuhan bibit di pre nursery. organik tersebut tidak ada interaksi nyata
terhadap jumlah daun. Hasil uji DMRT pada
jenjang nyata 5% disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh jenis tanah (regosol dan latosol) dan pupuk organik terhadap jumlah daun
bibit kelapa sawit di pre nursery.
Kontrol Pupuk Organik (% Volume)
Jenis Tanah Urea + NPKMg 20 40 60 Rerata
Regusol 3,70 3,80 4,60 4,10 4,05 b
Latosol 3,40 3,60 3,70 3,60 3,57 a
RERATA 3,55 p 3,70 p 4,15 q 3,85 pq (-)
Keterangan: Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom atau baris
menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%
(-) : Tidak ada interaksi

Tabel di atas menunjukkan bahwa Panjang Akar


penggunaan tanah regosol lebih baik Hasil sidik ragam (Lampiran 2a )
dibandingkan tanah latosol terhadap jumlah menunjukkan bahwa kombinasi antara jenis
daun. Sedangkan pemberian pupuk organik tanah (regosol dan latosol) dan pupuk organik
40% dapat meningkatkan jumlah daun yang tersebut tidak ada interaksi nyata terhadap
tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan tinggi bibit, jenis tanah maupun dosis pupuk
pupuk organik 60% tetapi berbeda nyata organik menunjukkan pengaruh yang nyata
dengan kontrol. terhadap panjang akar. Hasil uji DMRT pada
jenjang nyata 5% disajikan pada Tabel 3.
JURNAL AGROMAST , Vol.1, No.2, Oktober 2016

Tabel 3. Pengaruh jenis tanah (regosol dan latosol) dan pupuk organik terhadap panjang akar (cm)
bibit kelapa sawit di pre nursery.
Kontrol Pupuk Organik (% Volume)
Jenis Tanah Urea + NPKMg 20 40 60 RERATA
Regusol 24,50 24,70 24,40 28,10 25,43 b
Latosol 20,50 22,20 24,00 26,80 23,38 a
RERATA 22,50 p 23,45 pq 24,20 pq 27,45 q (-)
Keterangan: Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom atau baris
menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan DMRT pada jenjang nyata 5%
(-) : Tidak ada interaksi

Tabel di atas menunjukkan bahwa Berat Segar Akar


penggunaan tanah regosol lebih baik 2b ) menunjukkan bahwa kombinasi antara
dibandingkan tanah latosol terhadap panjang jenis tanah (regosol dan latosol) dan pupuk
akar. Sedangkan pupuk organik 60% organik tersebut tidak ada interaksi nyata
memberikan panjang akar tertinggi dan tidak terhadap tinggi bibit. Hasil uji DMRT pada
berbeda nyata dengan pupuk organik 20% dan jenjang nyata 5% disajikan pada Tabel 4.
40% tetapi berbeda nyata dengan kontrol.

Tabel 4. Pengaruh jenis tanah (regosol dan latosol) dan pupuk organik terhadap berat segar (gram)
akar bibit kelapa sawit di pre nursery.
Kontrol Pupuk Organik
Jenis
Tanah Urea + NPKMg 20 40 60 RERATA
Regusol 1,78 1,90 3,00 1,92 2,15 b
Latosol 0,95 1,35 1,62 1,79 1,43 a
RERATA 1,37 p 1,63 p 2,31 q 1,85 pq (-)
Keterangan: Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom atau baris
menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan DMRT pada jenjang nyata 5%
(-) : Tidak ada interaksi

Tabel di atas menunjukkan bahwa organik 20% maupun kontrol.Berat Kering


penggunaan tanah regosol lebih baik Akar
dibandingkan tanah latosol berat segar akar 3a ) menunjukkan bahwa kombinasi antara
tanaman. Sedangkan pupuk organik 40% jenis tanah (regosol dan latosol) dan pupuk
memberikan berat segar akar tertinggi dan organik tersebut ada interaksi nyata terhadap
tidak berbeda nyata dengan pupuk organik tinggi bibit. Hasil uji DMRT pada jenjang
60% tetapi berbeda nyata dengan pupuk nyata 5% disajikan pada Tabel 5.
JURNAL AGROMAST , Vol.1, No.2, Oktober 2016

Tabel 5. Pengaruh jenis tanah (regosol dan latosol) dan pupuk organik terhadap berat kering (gram)
akar bibit kelapa sawit di pre nursery.
Kontrol Pupuk Organik (% Volume)
Jenis Tanah Urea + NPKMg 20 40 60 RERATA
Regusol 0,37 ab 0,35 ab 0,28 ab 0,38 bc 0,44
Latosol 0,21 a 0,37 ab 0,37 ab 0,36 ab 0,34
RERATA 0,50 0,36 0,32 0,37 (+)
Keterangan: Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom atau baris menunjukkan
tidak beda nyata berdasarkan DMRT pada jenjang nyata 5%
(+) : Interaksi nyata

Pemberian pupuk organik dengan latosol memberikan pengaruh yang sama atau
volume 20%, 40%, 60% dan pupuk anorganik tidak berbeda nyata dengan berat kering akar.
pada tanah regusol dan tanah latosol Berat Segar Tajuk
memberikan pengaruh yang sama pada berat 3b ) menunjukkan bahwa antara jenis tanah
kering akar atau tidak berbeda nyata. Begitu (regosol dan latosol) dan pupuk organik
juga dengan pemberian pupuk organik 20%, tersebut tidak ada interaksi nyata terhadap
40%, 60% dan pupuk anorganik pada tanah berat segar tajuk. Hasil uji DMRT pada jenjang
nyata 5% disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh jenis tanah (regosol dan latosol) dan pupuk organik terhadap berat segar (gram)
tajuk bibit kelapa sawit di pre nursery.
Kontrol Pupuk Organik (% Volume)
Jenis Tanah Urea + NPKMg 20 40 60 Rerata
Regusol 4,23 4,34 5,04 4,66 4,57 a
Latosol 4,33 4,43 4,93 4,91 4,65 a
RERATA 4,28 p 4,39 p 4,99 p 4,78 p (-)
Keterangan: Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom atau baris
menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan DMRT pada jenjang nyata 5%
(-) : Tidak ada interaksi

Tabel di atas menunjukkan bahwa Berat kering Tajuk


perbedaan jenis tanah sebagai media tanam dan 4a ) menunjukkan bahwa antara jenis tanah
berbagai % volume pupuk tidak (regosol dan latosol) dan pupuk organik ada
mempengaruhi berat segar tajuk tanaman. interaksi nyata terhadap tinggi bibit. Hasil uji
DMRT pada jenjang nyata 5% disajikan pada
Tabel 7
JURNAL AGROMAST , Vol.1, No.2, Oktober 2016

Tabel 7. Pengaruh jenis tanah (regosol dan latosol) dan pupuk organik terhadap berat kering (gram) tajuk
bibit kelapa sawit di pre nursery.
Kontrol Pupuk Organik (% Volume)
Jenis
Tanah Urea + NPKMg 20 40 60 Rerata
Regusol 0,71 ab 0,81 ab 0,71 ab 1,13 b 0,84
Latosol 0,59 a 0,76 ab 0,87 ab 0,97 ab 0,80
RERATA 0,65 0,79 0,79 1,05 (+)
Keterangan: Angka rerata yang diikuti huruf yang sama dalam kolom atau baris
menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan DMRT pada jenjang nyata 5%
(+) : Interaksi nyata
latosol dan penyerapan ini berangsur menurun
Pemberian pupuk organik 20%, 40%, 60% karena menurunnya jumlah hara yang ada
dan pupuk anorganik pada tanah regusol dan didalam tanah, ketersediaan hara didalam tanah
tanah latosol memberikan pengaruh yang sama sangat dipengaruhi oleh kadar lempung dan
pada berat kering tajuk. keberadaan unsur hara yang mampu
memfiksasinya seperti Al dan Fe yang
PEMBAHASAN memfiksasi unsur P pada tanah latosol (Havlin
Masalah yang penting dalam et al, 2005).
pengusahaan tanaman budidaya dikawasan Hasil analisis menunjukkan bahwa
tropika basah adalah rendahnya kandungan hara parameter jumlah daun, panjang akar dan berat
tanah, ketersediaan bahan organik tanah dan segar akar bibit dipengaruhi oleh pupuk organik.
kemampuan tanah menahan air (William dan Penggunaan pupuk organik 40% dapat
joseph, 1976) dalam (Subowo. G, 2010). meningkatkan jumlah daun dan berat segar akar,
Berdasarkan hasil sidik ragam pada jenjang 5 % sedangkan pupuk organik 60% dapat
menunjukkan bahwa jenis tanah yang digunakan meningkatkan panjang akar. Hal ini disebabkan
(Regusol dan Latosol) mempengaruhi parameter pupuk organik dapat mengubah tekstur tanah
tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar dan menjadi gembur sehingga mudah ditembus oleh
berat segar akar. Penggunaan tanah regosol akar dan akar dapat berkembang dengan baik.
sebagai media tanam lebih baik daripada media Penggunaan pupuk anorganik sebagai kontrol
tanah latosol, karena tanah regosol lebih banyak menyebabkan pemadatan tanah sehingga
mengandung unsur hara tersedia yang dapat mengganggu perkembangan akar tanaman.
diserap oleh tanaman dibandingkan Mencampur pupuk organik dengan tanah akan
menggunakan jenis tanah latosol yang menghasilkan sistem perakaran tanah yang
mengandung sedikit unsur hara tersedia, akibat dalam dan proses perakaran yang baik (Sutanto
kekurangan unsur hara akan mengurangi 2002). Secara garis besar keuntungan yang
pasokan ATP, sehingga kemampuan untuk diperoleh dengan memanfaatkan pupuk organik
transport ion juga menyusut yang dapat dapat mempengaruhi sifat fisik tanah, warna
menghambat pertumbuhan bibit (Rohmiyati b, tanah dari cerah akan berubah jadi kelam. Hal
2010). Rendahnya kapasitas fiksasi terhadap ini berpengaruh baik pada sifat fisik tanah yaitu
unsur hara pada tanah regosol menyebabkan membuat tanah menjadi gembur dan lepas-lepas
unsur hara yang diberikan pada awal sehingga aerasi dan pengaktusan dakhil menjadi
pertanaman lebih tersedia sehingga tanaman lebih baik serta lebih mudah di tembus
pada tanah regosol mampu menyerap hara lebih perakaran tanaman. Pada tanah yang diberi
banyak dibandingkan tanaman pada tanah bahan organik akan meningkatkan pengikatan
JURNAL AGROMAST , Vol.1, No.2, Oktober 2016

antar partikel dan meningkatkan kapasitas kelapa sawit. Pada tanah latosol Fosfor didalam
mengikat air (Sutanto. 2002). Penggunaan tanah menjadi tidak tersedia difiksasi oleh
bahan organik juga dapat membuat tanah mineral lempung dan ion-ion Al, Fe, Mg
menjadi gembur sebab tanah yang gembur dapat maupun Ca yang membentuk senyawa kompleks
meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan sehingga menjadi tidak larut, bahan organik
akar, disamping itu tanah yang gembur juga mempunyai kemampuan untuk meningkatkan
mudah mengikat air, memiliki peredaran udara ketersediaan fosfor didalam tanah latosol
(aerasi) dan pembuangan air (drainase) yang melalui asam organik sebagai hasil sampingan
baik sehingga didalam tanah tersedia cukup dekomposisi bahan organik menghasilkan anion
oksigen yang berguna bagi respirasi akar organik yang akan membentuk senyawa
tanaman sehingga berpengaruh pada kompleks atau senyawa kelat (Fe-org, Al-org)
pemanjangan akar (Cahyono, 2003). yang sukar larut dengan ion-ion logam dari
Penggunaan pupuk anorganik dapat unsur mikro seperti Fe dan Al, sehingga fosfor
menyebabkan terjadinya kerusakan tanah secara yang semula terfiksasi oleh ion logam tersebut
fisik yang diakibatkan karena kerusakan struktur (Fe-P, Al-P) akan menjadi bebas dan lebih
tanah sehingga menimbulkan pemadatan tanah tersedia bagi tanaman, sehingga dapat
(Djajakirana 2001). meningkatkan pertumbuhan akar dan tajuk bibit
Kandungan hara rata-rata yang terdapat kelapa sawit (Rohmiyati b, 2010).
dalam pupuk kandang sapi antara lain :
N (0.10-0.96), P (0.64-1.15), K (0.45-1.00), Mg KESIMPULAN
(0.12-0.15), S (0.05), Fe (0.1), B (0.01), Cu Berdasarkan hasil analisis dan
(0.01), Mn (0.03), dan Zn (0.04) (Munasmar, pembahasan dari penelitian yang telah di
2003). laksanakan, dapat diambil kesimpulan sebagai
Hasil analisis menunjukkan interaksi berikut :
antara jenis tanah (regosol dan latosol) dan 1. Penggunaan media tanam tanah regosol
pupuk organik dengan perlakuan % volume dapat meningkatkan tinggi tanaman,
sama dengan pemberian pupuk anorganik jumlah daun, panjang akar dan berat
(kontrol) dalam meningkatkan berat kering akar segar akar daripada media tanam tanah
dan berat kering tajuk. Pemberian pupuk organik latosol.
pada tanah regosol dapat memperbaiki struktur 2. Aplikasi pupuk organik 40% dapat
tanah menjadi lebih gembur dan membuat tanah meningkatkan jumlah daun, dan berat
regosol memiliki daya simpan air yang baik segar akar. Sedangkan aplikasi pupuk
sedangkan pemberian pupuk organik pada tanah organik 60% dapat meningkatkan
latosol dapat membuat struktur tanah menjadi panjang akar bibit.
lebih gembur dan memiliki daya simpan air yang 3. Penggunaan pupuk organik dengan
baik juga serta dapat menetralkan pH masam beberapa persen volume pada jenis tanah (
menjadi netral sehingga dapat meningkatkan regosol dan latosol) berpengaruh terhadap
pertumbuhan akar dan tajuk pada bibit kelapa berat kering akar dan berat kering tajuk.
sawit.
Pada tanah regosol pemberian pupuk DAFTAR PUSTAKA
organik dapat memperbaiki agregasi tanah Akiyat. Darmosarkoro, W. Sugiyono. 2005.
menjadi lebih kuat dan lebih tahan terhadap Pembibitan Kelapa Sawit. Penerbit Pusat
eros,serta meningkatkan kemampuan tanah Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
dalam menyimpan air akibat perbaikan agregasi Andoko, A dan widodoro. 2013. Berkebun
sehingga meningkatkan lengas tersedia yang Kelapa Sawit Si Emas Cair. Penerbit
baik bagi pertumbuhan akar dan tajuk pada bibit PT.Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan.
JURNAL AGROMAST , Vol.1, No.2, Oktober 2016

Anonim. 2014. Statistik Kelapa Sawit Indonesia. Lingga, P dan Marsono. 2006. Petunjuk
https://www.bps.go.id/website/pdf_publi Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya,
kasi/statistik-kelapa-sawit- Jakarta.
indonesia2014.pdf. Diakses 11 April Lubis, Rustam Effendi, Agus
2016. Widanarko.2011.BukuPintarKelapaSawit.
Asra, Gia dan Toga simanungkalit. 2015. PenerbitPT.AgromediaPustaka. Jakarta
Respon Pemberian Pupuk Organik Dan Selatan.
Zeolit Terhadap Pertumbuhan Bibit Munasmar E. I. 2003. Pupuk Organik Cair dan
Kelapa Sawit Di Pre Nursery. Jurnal Padat, Pembuatan serta Aplikasi.
Online Agroekoteknologi. Vol 3, no 1. Penebar Swadaya. Bogor.
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/agroeko Nasution, Rahmad. 2014. Pengaruh Macam Dan
teknologi/article/download/9494/414 2. Dosis Pupuk Organik Terhadap
Diakses 12 april 2016. Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Di Pre
Cahyono, Bambang. 2003. Teknik Budidaya Nursery. Institut Pertanian Stiper
Dan Analisis Usaha Tani. yogyakarta Yogyakarta.
Djajakirana. 2001. Pengelolaan Kesuburan Pahan,Iyung. 2006. ManajemenAgribisnis Dari
Tanah. Bumi Aksara. Semarang HuluHinggaHilir. PenebarSwadaya,
F, Arifin. 2010. Pengaruh Interaksi Hara Depok.
Nitrogen Dan Fosfor Terhadap Pahan, Iyung. 2014.
Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea PanduanLengkapKelapaSawitManajeme
Mays) Pada Tanah Regosol Dan Latosol. nAgribisnis Dari HuluHinggaHilir.
Penerbit Gadjah Mada University Press. Jakarta.
Yogyakarta. Rohmiyati,SM. 2010. a Dasar-DasarIlmu
Foth, Henry, D. 1991. Dasar-DasarIlmu Tanah. Tanah.InstitutPertanianStiper.Yogyakarta.
PenerbitGadjahMada University Rohmiyati, SM.2010. bKesuburan Tanah &
Press.Yogyakarta. Pemupukan. Institut Pertanian Stiper
Foth, Henry, D. 1994. Dasar-DasarIlmu Yogyakarta.
Tanah.PenerbitErlangga. Yogyakarta. Rosmarkam. 2002. IlmuKesuburan Tanah.
G, Subowo. 2010. Strategi Efesiensi PenerbitKanisius (Anggota IKAPI),
Penggunaan Bahan Organik Untuk Yogyakarta.
Kesuburan Dan Produktivitas Tanah Setyamidjaja, Djoehana. 2006. Kelapa Sawit.
Melalui Pemberdayaan Sumber Daya Yogyakarta.
Hayati Tanah. Jurnal Sumber Daya Lahan Susetya, Darma. 2014. Panduan Lengkap
Vol. 4 No. 1. Juli 2010. Mebuat Pupuk Organik Untuk Tanaman
Havlin JL, JD Beaton, SL Tisdale and WL Pertaniandan Perkebunan. Penerbit
Nelson.2005. Soil fertility And Fertilizers Pustaka Baru Press, Yogyakarta.
an Introduction Management. Seventh Sutanto, Rachman. 2002.
Edition. Person Education Inc. Upper PenerapanPertanianOrganik.
Saddle River, New Jersey. PenerbitKanisius (Anggota IKAPI).
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai