Anda di halaman 1dari 20

KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DITINJAU DARI PERBEDAAN

STRUKTUR MODAL

Rahayu Amelia Hartiningrum

Universitas Negeri Surabaya

rahayuamelias@gmail.com

Ika Permatasari

Universitas Negeri Surabaya

ikapermatasari@unesa.ac.id

ABSTRACT

This research aims to determine whether financial performance of companies that


have larger number of debt are different with companies that have less debt. This
study uses comparative method and non parametric hypotheses Mann-Whitney t-test
since the data is not comply with normality assumption. The sample consists of
published companies on Indonesia Stock Exchange (IDX) on 2015, excluding
financial sector, that have DER ratio ranging from more than 1 and less than 1. The
result indicates that financial performance of companies that have larger numbers of
debt differ from those with lower debt.
Keyword:capital structure,debt level, firm performance

PENDAHULUAN

Pendanaan adalah salah satu keputusan. yang harus dibuat oleh manajer

keuangan suatu perusahaan. Dalam keputusan pendanaan, manajer. keuangan

berhubungan dengan komposisi. bagian kanan laporan posisi keuangan. (Van Horne,
2

2014:3). Keputusan pendanaan ini akan menentukan bagaimana kegiatan operasional

perusahaan akan didanai. Perusahaan bisa mendanai kegiatan perusahaan dari sumber

pendanaan yang berasal dari eksternal maupun internal perusahaan. (Pandey, 2009)

berpendapat bahwa struktur modal berdasarkan pada keputusan perusahaan tentang

bagaimana keuangan perusahaan dibiayai. Sumber utamanya berasal dari ekuitas,

utang dan sekuritas. Menurut Van Horne (2013:176), struktur modal adalah bauran

atau proporsi pembiayaan jangka panjang permanen perusahaan yang diwakili oleh

utang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa.

Kesalahan dalam menentukan. struktur modal akan berpengaruh terhadap

kelangsungan perusahaan, terutama jika perusahaan terlalu besar dalam menggunakan

utang, maka beban. yang harus. ditanggung perusahaan semakin besar juga, hal

tersebut dapat meningkatkan. risiko keuangan perusahaan jika perusahaan tidak

mampu membayar beban bunga atau angsuran utangnya (Maryati, 2016).

Penambahan utang tidak hanya akan meningkatkan risiko perusahaan, tetapi juga

akan meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan dari.para pemegang

saham. Perusahaan harus menentukan seberapa besar proporsi penggunaan sumber

modal diambil dari utang, saham preferen maupun saham biasa dengan

mempertimbangkan risiko dari masing-masing sumber pendanaan, sehingga risiko-

risiko yang tidak perlu dapat dihindari (Mahadika, 2016).

Setiap keputusan pendanaan mengharuskan manajer keuangan untuk dapat

mempertimbangkan. biaya dan manfaat dari sumber-sumber dana yang dipilih. yaitu

bagaimana kombinasi optimal antara pendanaan dari utang dan modal sendiri
3

(ekuitas). Namun pada kenyataannya, perusahaan sulit. untuk mencapai struktur

modal yang optimal dalam suatu komposisi pendanaan yang tepat. Bahkan untuk

menetapkan. suatu range untuk struktur modal yang optimal pun sangat sulit. Oleh

karena itu, sebagian besar perusahaan hanya memperhatikan apakah perusahaan

sudah terlalu banyak menggunakan utang atau tidak. Dengan mempertimbangkan hal.

tersebut, perusahaan harus lebih. memfokuskan diri pada suatu tingkat utang yang

hati-hati (prudent) dibandingkan jika harus mencari suatu tingkat utang yang optimal.

Struktur modal perusahaan dapat. berbeda-beda, bahkan. perusahaan pada.

industri yang sama juga akan. memiliki struktur modal yang. berbeda secara

signifikan (Brigham & Houston, 2013). Ada perusahaan yang memilih membiayai

aktivitas perusahaannya dengan utang, sedangkan yang lain lebih memilih

menggunakan ekuitas. Jumlah proporsi struktur modal antara perusahaan pun

berbeda, ada perusahaan yang memiliki jumlah utang yang lebih besar dari jumlah

ekuitasnya dan ada perusahaan yang memiliki proporsi struktur modal dengan

menggunakan utang seminimal mungkin. Dari proporsi struktur modal yang

digunakan oleh masing-masing perusahaan tentunya telah dipertimbangkan dengan

seksama karena proporsi struktur modal tersebut dapat memengaruhi kinerja

perusahaan. Baik buruknya kinerja perusahaan tergantung dari bagaimana perusahaan

dikelola. Sehingga. keputusan sumber dana yang dipakai untuk memperkuat struktur

modal suatu perusahaan tidak dapat dipandang sebagai keputusan yang sederhana

karena memiliki efek langsung terhadap posisi keuangan perusahaan.

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dapat menggunakan analisis rasio-

rasio keuangan yang dipergunakan oleh investor sebagai salah satu alat untuk menilai
4

kinerja keuangan perusahaan di masa yang lalu. Rasio keuangan. dipergunakan oleh

pihak manajemen perusahaan untuk membandingkan. rasio keuangan pada saat ini

dengan. rasio keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Rasio keuangan dibuat

untuk membantu mengevaluasi. laporan keuangan atau membantu mengidentifikasi

kekuatan dan kelemahan laporan keuangan perusahaan (Kamaludin, 2011:40).

Penelitian tentang kinerja perusahaan yang dipengaruhi oleh struktur modal

perusahaan telah banyak dilakukan dan memberikan hasil yang beragam. Perusahaan

yang memiliki intensitas peminjaman atau pemakai sumber dana utang yang begitu

tinggi, akan menyebabkan perusahaan membayarkan bunga pinjaman yang tinggi,

memiliki risiko modal kerja yang rendah dan dalam jangka panjang akan membawa

perusahaan menuju kebangkrutan (Idamiharti, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh

Quang & Xin (2015) menunjukkan adanya hubungan antara struktur modal dan

kinerja keuangan di ambang yang berbeda. Misalnya, dalam kisaran antara 0.040-

0,703 hubungan antara struktur modal dan kinerja keuangan adalah berhubungan

positif, di luar dari kisaran tersebut akan menjadi negatif. Menurut mereka struktur

modal dengan utang jangka panjang memiliki batas tertentu terhadap kinerja

keuangan perusahaan. Peningkatan yang berlebihan pada utang perusahaan akan

menyebabkan penurunan kinerja keuangan, yang berarti bahwa profitabilitas bisnis,

dalam hal ini ekuitas akan berkurang.

Penelitian ini menguji tentang kinerja keuangan dengan struktur modal.

Penelitian ini akan menguji apakah terdapat perbedaan kinerja di antara perusahaan

yang memiliki struktur modal yang berbeda. Penelitian sebelumnya hanya


5

menggunakan sampel satu atau beberapa industri saja namun pada penelitian ini akan

menggunakan seluruh perusahaan non keuangan. yang terdapat di Bursa Efek

Indonesia (BEI). Perusahaan-perusahaan tersebut akan dikelompokkan ke dalam dua

kategori proporsi struktur modal yaitu perusahaan dengan struktur modal yang

memiliki banyak utang atau yang memiliki nilai DER>1 dan perusahaan dengan

struktur modal yang memiliki sedikit utang atau yang memiliki nilai DER<1.

KAJIAN PUSTAKA

Teori Pecking Order

Teori pecking order diperkenalkan pertama kali pada tahun 1961 oleh Gordon

Donaldson yang meneliti 500 perusahaan yang terdaftar pada Fortune 500 yang

dipublikasikan oleh Harvard School of Business, Divisi Riset. Teori Pecking Order

yang kemudian dikembangkan oleh Myers & Majluf (1984). Teori ini menjelaskan

urutan pendanaan yang digunakan perusahaan. Perusahaan lebih memilih

menggunaan sumber pendanaan internal dan jika membutuhkan pendanaan dari pihak

luar, perusahaan akan memilih utang terlebih dahulu, selanjutnya perusahaan akan

memilih menerbitkan saham. Urutan pendanaan tersebut merupakan urutan

berdasarkan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan dan biaya ekuitas merupakan

biaya termahal karena pendanaan internal dinilai lebih murah dibandingkan dengan

menerbitkan saham. Pendanaan menggunakan ekuitas hanya dilakukan jika biaya

akibat financial distress menjadi begitu tinggi dan kapasitas utang perusahaan telah
6

melampaui batas. Dari sudut pandang investor, pendanaan dengan ekuitas dinilai

lebih beresiko dibandingkan dengan utang.

Struktur Modal

Struktur modal adalah bauran atau proporsi pembiayaan jangka panjang

permanen perusahaan yang diwakili oleh utang, saham preferen, dan ekuitas saham

biasa (Van Horne, 2013:176). Menurut Brigham & Houston (2013:188) terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan, antara lain stabilitas

penjualan, struktur aset, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak,

kendali, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan lembaga pemeringkat,

kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, dan fleksibilitas keuangan.

Kinerja Keuangan

Van Horne (2002:9) berpendapat bahwa kinerja keuangan merupakan ukuran

prestasi perusahaan maka keuntungan adalah merupakan salah satu alat yang dipakai

oleh para manajer. Beberapa tujuan pengukuran kinerja keuangan perusahaan

diantaranya (Munawir, 2010:31):

1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi pada saat

ditagih.

2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.


7

3. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas dan rentabilitas, yaitu kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu yang

dibandingkan dengan penggunaan aset atau ekuitas secara produktif.

4. Untuk mengetahui tingkat aktivitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan

dalam menjalankan dan mempertahankan usahanya agar tetap stabil, yang

diukur dari kemampuan perusahaan dalam membayar pokok utang dan beban

bunga tepat waktu, serta pembayaran dividen secara teratur kepada para

pemegang saham tanpa mengalami kesulitan atau krisis keuangan.

Analisis Rasio Keuangan

Menurut Van Horne (2014:190) rasio keuangan merupakan alat yang

digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Rasio

keuangan menghubungkan dua buah data keuangan dengan membagi satu angka

dengan angka yang lainnya. Penghitungan menggunakan rasio dikarenakan dengan

cara ini, perbandingan yang didapat mungkin terbukti lebih berguna daripada angka-

angka aslinya. Chen & Shimerda (1981) mengatakan bahwa rasio keuangan

merupakan bagian penting dalam mengevaluasi kinerja dan kondisi keuangan dari

suatu entitas. Sehingga rasio keuangan yang dianalisis dapat disesuaikan dengan bukti

empiris yang didapat, serta dihubungkan dengan untuk apa rasio keuangan tersebut

dipergunakan dan ditujukan.

Dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan dapat diketahui mengenai

kondisi keuangan yang menggambarkan kinerja dari perusahaan yang dan juga dapat
8

membantu manajemen perusahaan untuk mengidentifikasi kelemahan dan

selanjutnya mengevaluasi kinerja perusahaan untuk perencanaan dimasa mendatang.

a. Rasio Likuiditas

Menurut Van Horne (2014:167) rasio likuiditas (liquidity ratio) digunakan

untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi liabilitas jangka

pendeknya. Rasio ini membandingkan utang jangka pendek dengan aset lancar yang

tersedia untuk memenuhi utang tersebut.

b. Rasio Manajemen Aset

Menurut Van Horne (2014:172) rasio aktivitas mengukur seberapa efektif

perusahaan menggunakan berbagai asetnya. Salah satu rasio yang dapat digunakan

untuk mengukur aktivitas atau manajemen aset perusahaan adalah total asset turn

over (TATO). Total asset turn over mengukur hubungan antara penjualan neto

dengan aset total perusahaan. Rasio perputaran aset memberikan gambaran efisiensi

relatif penggunaan total aset perusahaan untuk menghasilkan penjualan (Van Horne,

2014:180).

c. Rasio Profitabilitas

Menurut Kamaludin (2011:45) rasio profitabilitas menunjukkan tentang

tingkat efektivitas dalam mengelola perusahaan untuk menghasilkan laba. Investor

yang potensial akan melihat dengan cermat kelancaran sebuah perusahaan dan

kemampuannya untuk mendapatkan keuntungan (profitabilitas), karena investor

mengharapkan deviden dan harga pasar dari sahamnya. Rasio ini dimaksudkan untuk
9

mengukur efisiensi penggunaan aset perusahaan. Profitabilitas diukur dengan rasio

laba terhadap total aset (ROA).

d. Rasio Pasar

Rasio nilai pasar adalah rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan

dengan labanya dan dengan nilai buku perusahaan. Rasio ini memberi gambaran

kepada manajemen perusahaan mengenai pendapat investor tentang prestasi

perusahaan di masa lalu dan prospeknya di masa mendatang (Margaretha, 2011:27).

Rasio price earning ratio (PER) membandingkan antara harga saham (yang didapat

dari pasar modal) dan laba per lembar saham yang didapat pemilik perusahaan

(disajikan dalam laporan keuangan).

Pengembangan Hipotesis

Penelitian ini akan menguji tentang perbedaan kinerja keuangan yang diukur

menggunakan rasio keuangan (CR, TATO, ROA dan PER) terhadap perusahaan

dengan struktur modal yang berbeda. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0 : Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan antar perusahaan dengan

struktur modal yang berbeda

H1 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan antar perusahaan dengan struktur

modal yang berbeda

METODE

Jenis Penelitian
10

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode

komparatif yang bertujuan untuk membandingkan keberadaan suatu variabel atau

lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda

(Sugiyono, 2014:177). Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis

adalah uji statistik parametrik Independent sample t-test dengan asumsi normalitas

dan uji homogenitas harus terpenuhi. Jika kedua asumsi tidak terpenuhi maka uji

hipotesis dilakukan menggunakan statistik nonparametrik Mann-Whitney t-test yang

tidak membutuhkan uji asumsi normalitas maupun homogenitas.

Sumber Data

Penelitian ini mengunakan data sekunder berupa laporan keuangan seluruh

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2015

Sampel Penelitian

Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 526 perusahan.

Penelitian ini mengeluarkan perusahaan keuangan dan perusahaan yang mengalami

defisiensi modal (ekuitas negatif). Sehingga keseluruhan sampel yang digunakan

pada penelitian ini sebanyak 376 perusahaan dengan kategori perusahaan yang

memiliki banyak utang sebanyak 165 perusahaan dan perusahan yang memiliki

sedikit utang sebanyak 211 perusahaan.


11

Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel

Variabel Dependen

Current Ratio (CR)

Rasio likuiditas dalam penelitian ini akan diproksikan dengan current ratio

(CR). Current ratio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar utang

lancar dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki. Semakin besar rasio ini berarti

semakin likuid perusahaan.

Aset Lancar
RumusCR =
Kewajiban Lancar

Total Activity Turnover (TATO)

Rasio aktivitas atau manajemen aset dalam penelitian ini akan diproksikan

dengan total activity turnover (TATO). Total asset turn over mengukur hubungan

antara penjualan neto dengan aset total perusahaan. Rasio perputaran aset

memberikan gambaran efisiensi penggunaan total aset perusahaan untuk

menghasilkan penjualan.

Penjualan
RumusTATO=
Total Aset

Return on Assets (ROA)


12

Rasio profitabilitas dalam penelitian ini akan diproksikan dengan return on

assets (ROA). ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan

semua aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar

ROA, berarti semakin efisien penggunaan aset perusahaan atau dengan kata lain

dengan jumlah aset yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar (Sudana,

2015:25).

Laba neto setela h pajak


Rumus ROA=
Total aset

Price Earning Ratio (PER)

Rasio pasar dalam penelitian ini akan diproksikan dengan price earning ratio

(PER). Rasio ini mengukur tentang bagaimana investor menilai prospek pertumbuhan

perusahaan di masa mendatang dan tercermin pada harga saham yang bersedia

dibayar oleh investor untuk setiap rupiah laba yang diperoleh perusahaan.

Harga pasar perlembar saham


Rumus PER=
Laba per lembar saham

Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah struktur modal. Struktur

modal adalah bauran atau proporsi pembiayaan jangka panjang permanen perusahaan

yang diwakili oleh utang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa (Van Horne,

2013:176). Struktur modal dapat diukur dengan menggunakan rasio debt to equity

(DER). Struktur modal pada penelitian ini dikategorikan ke dalam kelas dengan

acuan sebagai berikut:


13

a. Banyak utang: rasio DER > 1

b. Sedikit utang: rasio DER antara < 1

Total Utang
Rumus DER=
Total Ekuitas

Hasil Uji Hipotesis

Sebelum dilakukan uji hipotesis Independent sample t-test, asumsi normalitas

dan homogenitas harus terpenuhi terlebih dahulu.

a. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas pada Tabel 1 menunjukkan hasil nilai signifikansi (Sig.)

untuk masing-masing rasio < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak

berdistribusi secara normal dan karena data tidak berdistribusi maka uji hipotesis

yang dipakai adalah uji statistik nonparametrik Mann-Whitney t-test.

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas

Tests of Normality
  Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
  Kategori Statistic df Sig. Statistic df Sig.
CR DER>1(banya
k utang)
0,189 165 0 0,65 165 0
DER<1(sedikit
utang)
0,37 211 0 0,231 211 0
TATO DER>1(banya
k utang)
0,173 165 0 0,804 165 0
14

DER<1(sedikit
utang)
0,134 211 0 0,852 211 0
ROA DER>1(banya
k utang)
0,202 165 0 0,742 165 0
DER<1(sedikit
utang)
0,071 211 0,012 0,956 211 0
PER DER>1(banya
k utang)
0,447 165 0 0,151 165 0
DER<1(sedikit
utang)
0,465 211 0 0,203 211 0
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber: Output SPSS

b. Uji Hipotesis

Hasil pengujian Mann-Whitney t-test pada Tabel 2 menunjukkan bahwa

masing-masing rasio memiliki nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 sehingga berdasarkan

pada kriteria pengambilan keputusan maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan antar perusahaan dengan

struktur modal yang berbeda.

Tabel 2. Hasil Uji Hipotesis Mann-Whitney t-test

Test Statisticsa
  CR TATO ROA PER
Mann-
Whitney
U 7199 15059 12961 14846,5
Wilcoxo
nW 20894 37425 26656 28541,5
Z -9,761 -2,246 -4,252 -2,449
Asymp.
Sig. (2-
tailed) 0 0,025 0 0,014
15

a. Grouping Variable: Kategori


Sumber: Output SPSS

Tabel 3. Hasil Analisis Deskriptif Menggunakan Uji Mann-Whitney t-test

Ranks
  Mean Sum of
Kategori N Rank Ranks
CR DER>1(banyak
utang) 165 126,63 20894
DER<1(sedikit
utang) 211 236,88 49982
Total 376    
TATO DER>1(banyak
utang) 165 202,73 33451
DER<1(sedikit
utang) 211 177,37 37425
Total 376    
ROA DER>1(banyak
utang) 165 161,55 26656
DER<1(sedikit
utang) 211 209,57 44220
Total 376    
PER DER>1(banyak
utang) 165 172,98 28541,5
DER<1(sedikit
utang) 211 200,64 42334,5
Total 376    
Sumber: Output SPSS

Hasil Pembahasan

Current Ratio (CR)

Dari hasil uji hipotesis menggunakan Mann-Whitney Test didapatkan nilai

signifikan 0,000 yang berarti mendukung hipotesis satu/alternatif dan tidak

mendukung hipotesis null. Jika dilihat dari nilai mean rank antara perusahaan sedikit
16

utang sebesar 236,88 dan banyak utang sebesar 126,63 maka mean rank untuk

perusahaan yang memiliki sedikit utang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan

banyak utang. Perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi menunjukkan bahwa

perusahaan memiliki posisi aset lancar yang lebih besar dan memiliki kemampuan

untuk membayar utang jangka pendeknya. Perusahaan yang mampu membayar utang

jangka pendeknya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan berarti perusahaan

dalam keadaan likuid. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar utang jangka

pendeknya bisa berdampak pada hilangnya kepercayaan kreditur terhadap

perusahaan.

Total Activity Turnover (TATO)

Dari hasil uji hipotesis menggunakan Mann-Whitney Test didapatkan nilai

signifikan sebesar 0,025 yang berarti mendukung hipotesis satu atau alternatif dan

menolak hipotesis null. Jika dilihat dari mean rank TATO antara perusahaan banyak

utang dan sedikit utang terlihat bahwa nilai mean rank TATO untuk perusahaan

banyak utang lebih baik dibandingkan nilai mean rank TATO untuk perusahaan

sedikit utang. Perusahaan yang banyak utang dapat dikatakan lebih efisien dalam

menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan. Semakin besar penjualan maka

perusahaan akan semakin cepat untuk melunasi utangnya. Utang yang besar

menjadikan perusahaan yang memiliki banyak utang termotivasi untuk segera

membayar utangnya.

Return on Assets (ROA)


17

Dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan Mann-Whitney Test didapatkan

nilai signifikan sebesar 0,000 yang berarti .mendukung. hipotesis satu/alternatif dan

tidak mendukung hipotesis null. Jika dilihat dari nilai mean rank perusahaan yang

memiliki sedikit utang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan banyak utang.

Perusahaan yang memiliki tingkat rasio profitabilitas yang tinggi akan mengurangi

menggunakan modal dari luar karena adanya ketersediaan dana yang berasal dari

internal perusahaan berupa laba ditahan atau laba bersih yang dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan modal perusahaan. Sebaliknya perusahaan yang kurang

profitable atau profitabilitasnya rendah akan cenderung menggunakan utang untuk

memenuhi kebutuhan modalnya karena tidak tersedianya dana dari internal

perusahaan. Sesuai dengan teori pecking order, perusahaan akan menggunakan

sumber dana internalnya terlebih dulu untuk memenuhi kebutuhan modalnya dan jika

masih memerlukan tambahan modal, perusahaan akan menggunakan utang dan

pilihan terakhir adalah mengeluarkan saham jika dana yang dibutuhkan masih kurang.

Price Earning Ratio (PER)

Dari hasil uji hipotesis menggunakan Mann-Whitney Test didapatkan nilai

signifikan sebesar 0,014 yang berarti mendukung hipotesis satu/alternatif dan tidak

mendukung hipotesis null. Jika dilihat dari mean rank PER antara perusahaan banyak

utang dan sedikit utang terlihat bahwa nilai mean rank PER untuk perusahaan sedikit

utang lebih baik dibandingkan nilai mean rank PER untuk perusahaan banyak utang.

Hasil price earning ratio yang tinggi menunjukkan bahwa investor memiliki

keyakinan atas prospek perusahaan di masa yang akan datang. Semakin tinggi rasio
18

PER maka kinerja perusahaannya dapat diindikasikan berkinerja dengan baik. Rata-

rata perusahaan yang memiliki sedikit utang memiliki prospek yang lebih baik di

mata investor dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki sedikit utang karena

perusahaan dipandang mampu untuk mendapatkan laba di masa yang akan datang.

SIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini jika dilihat dari rasio

likuiditas menunjukkan bahwa likuiditas rata-rata perusahaan yang memiliki sedikit

utang lebih baik jika dibandingkan dengan rata-rata perusahaan yang memiliki

banyak utang. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki sedikit utang memiliki

internal financing yang cukup untuk membayar utangnya. Jika dilihat dari rasio

profitabilitas, rata-rata perusahaan yang memiliki sedikit utang lebih baik jika

dibandingkan dengan rata-rata perusahaan yang memiliki banyak utang. Hal ini

dikarenakan perusahaan yang memiliki sedikit utang dapat memenuhi kebutuhan

modalnya dari laba ditahan yang dimiliki oleh perusahaan. Jika dilihat dari rasio

pasar, rata-rata perusahaan yang memiliki sedikit utang lebih baik jika dibandingkan

dengan rata-rata perusahaan yang memiliki banyak utang. Hal ini dikarenakan

perusahaan mampu menghasilkan laba untuk investor dan diyakini memiliki prospek

yang baik dimasa mendatang. Sedangkan jika dilihat dari rasio manajemen aset, rata-

rata perusahaan yang memiliki banyak utang lebih baik jika dibandingkan dengan

rata-rata perusahaan yang memiliki sedikit utang. Hal ini dikarenakan perusahaan

yang memiliki banyak utang memiliki kewajiban untuk membayar utangnya.


19

Semakin besar penjualan maka perusahaan akan semakin cepat untuk melunasi

utangnya.

SARAN

Dalam penelitian ini penulis tidak mengklasifikasikan perusahaan ke dalam

masing-masing sektornya dimana setiap sektor industri yang ada di Bursa Efek

Indonesia memiliki karakteristik, potensi pasar dan resiko industri yang berbeda-

beda. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggelompokkan perusahaan ke

dalam sektor industrinya masing-masing sehingga diharapkan dapat memberikan

gambaran yang lebih mendalam tentang kinerja keuangan perusahaan berdasarkan

pada sektor industrinya.

DAFTAR PUSTAKA

Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2013). Dasar- Dasar Manajemen Keuangan.


Jakarta: Salemba Empat.
Chen, K. H., & Shimerda, T. A. (1981). An Empirical Analysis of Useful Financial
Ratios. Financial Management, 10(1), 51–60. https://doi.org/10.2307/3665113
Idamiharti. (2015). Struktur Modal dan Kinerja Perusahaan. Poli Bisnis, 7(1), 12–23.
Kamaludin. (2011). Manajemen Keuangan “Konsep Dasar dan Penerapannya.”
Bandung: CV. Mandar Maju.
Mahadika, C. A. (2016). Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva, Pertumbuhan
Penjualan Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal (Studi Pada
20

Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2010-2013). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 3(2).
Margaretha, F. (2011). Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Maryati, E. (2016). Analisis Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Pertumbuhan
Penjualan Dan Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan
Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaf. Riset Akuntansi Dan
Keuangan, 1(2), 143–151.
Munawir, S. (2010). Analisis laporan Keuangan (4th ed.). Yogyakarta: Liberty.
Myers, S. C., & Majluf, N. S. (1984). Corporate financing and investment decisions
when firms have information that investors do not have. Journal of Financial
Economics, 13(2), 187–221. https://doi.org/10.1016/0304-405X(84)90023-0
Pandey, I. . (2009). Financial Management: Capital Structure Planning and Policy,
332–333.
Quang, D. X., & Xin, W. Z. (2015). Impact of Capital Structure on the Financial.
Measuring Impact Of Capital Structure On Financial Performance Of
Vietnamese SOEs, 4(6), 114–117.
Sugiyono. (2014). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Van Horne, J. (2002). Financial Management and Policy (12th ed.). New Jersey:
Prentice-Hall International Inc.
Van Horne, J., & M. Wachowicz JR, J. (2013). Dasar-dasar Manajemen Keuangan 2
(13th ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Van Horne, J., & M. Wachowicz JR, J. (2014). Dasar-dasar Manajemen Keuangan
(13th ed.). Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai