Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan
DISUSUN OLEH
TAHUN 2020
JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER
2020/2021 PROGRAM S2 KEBIDANAN
A. Soal
1. Buatlah resume artikel dibawah ini
2. Bagaimana menurut saudara kajian keadaan di Indonesia sendiri dalam
kesehatan maternal dan perinatal serta KB dalam mencapai SDGs
3. Buatlah salah satu asuhan kebidanan : ibu hamil normal , ibu bersalin normal,
nifas normal dan bermasalah, BBL normal dan bermasalah, neonates dan anak
balita. Kaitkan asuhan kebidanan dengan asuhan the best practice in midwifery
(kasus di buat sendiri)
4. Jelaskan peran bidan dalam masa pandemic, buatlah kajiannya berdasarkan jurnal.
Bagaimana kebijakan program pada masa kehamilan, persalinan dan nifas serta BBL
dan neonatus yang saudara temui dilingkungan tempat tinggal saudara
B. Jawaban
1. Resume artikel ini adalah
Judul “ The challenges of supporting pregnant women during Covid-19, from a midwife
May 1, 2020 By Alexandra Ossola
“Tantangan Bidan Sebagai Petugas di Garis Depan Dalam Mendukung Wanita Hamil
Selama Covid – 19
Para ahli kesehatan masyarakat mungkin menempatkan wanita dalam risiko jika
sistem medis yang berlebihan mendorong mereka menuju kelahiran di rumah yang tidak
aman.
Dalam artikel ini ada percakapan / wawancara oleh Jurnalis Rose Reid dengan Kate Dirks seorang bidan
di fasilitas kesehatan di Atlanta, Georgia yang merupakan salah satu pusat persalinan tersibuk yang
disiarkan di The Women, sebuah podcast tentang wanita di garis depan pandemi Covid-19 .
Yang dapat disimpulkan bahwa adanya sebuah perubahan wawasan atau filosofi kususnya dalam
lingkup asuhan pelayanan kebidanan yang luar biasa tentang bagaimana virus telah mengubah
keadaan sekitar melahirkan ibu baru dan petugas kesehatan kususnya seorang bidan dan
bagaimana hal-hal bisa berbeda di masa depan.
Dimana pelayanan kebidanan yang di berikan selama pandemi covid -19 ini tergantung kepada
pada ekspresi mata dan suara. Serta berusaha memastikan bahwa dapat melakukan kontak mata
dengan wanita jika memungkinkan, tergantung pada posisi mereka saat bekerja atau di mana
mereka berada.
Dengan keadaan ini hendaknya tidak membuat beberapa perubahan mendasar pada
sistem kita.
Virus dan pandemi telah menggambarkan beberapa masalah nyata dengan sistem
perawatan kesehatan yang sangat patriarkal, dari atas ke bawah yang tidak selalu memiliki
kesejahteraan wanita yang utama dan terutama.
Serta keberadaan seorang bidan di rumah sakit di rumah sakit lebih di percayai dibanding
dengan yang melayani di rumah dan itu adalah sebuah kenyataan yang sampai sekarang.
Penurunan Angka kematian ibu (AKI) dan AKB yang belum bermakna serta
jumlah penderita HIV/AIDS diduga mengalami peningkatan menjadikan fenoma AIDS / HIV
melebihi fenomena gunung es dengan kata lain penyebaran penyakit ini semakin meluas dan
didapatkan data bahwa penderita terbanyak kini adalah ibu rumah tangga anak dan remaja.
Data ini menjadi gambaran nyata jika penekanan penularan HIV/AIDS serta upaya
penurunan AKI dan AKB berhenti hingga MDGs berakhir (2015) tanpa dilanjutkan dengan
target lain (dalam hal ini pelaksanaan SDGs) sangat mungkin upaya penurunan AKI-AKB serta
penularan HIV/AIDS akan stagnan bahkan meningkat kembali.
Hal ini didukung dengan perhitungan data PBB dalam laporan MDGs Asia-Pasifik tahun
2011 didapatkan bahwa upaya menurunkan AKI dan AKB di Indonesia terbilang lambat
dibandingkan dengan target yang harus dipenuhi, serta angka kejadian HIV yang tidak
mengalami perubahan bahkan didapatkan data semakin meningkat.
Penyebab kematian ibu dan anak di Indonesia, merupakan faktor klasik. Kematian ibu di
Indonesia masih didominasi oleh 3 faktor utama yaitu perdarahan, hipertensi (preeklamsia-
eklamsia) serta infeksi. Sedangkan pada bayi disebabkan oleh bayi berat lahir rendah (BBLR),
asfiksia dan cacat bawaan serta infeksi. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang sama
dengan penyebab kematian ibu saat MDGs ditetapkan pada seluruh Negara berkembang
(termasuk Indonesia). Sehingga peningkatan fokus pada target 3 SDGs tersebut .
Kesehatan yang baik dan kesejahteraan menjadi salah satu tanggungjawab pada bidang
kesehatan. Tantangan yang semakin beragam bagi kesehatan ibu dan anak serta ancaman
HIV/AIDS yang kini mulai menginfeksi ibu rumah tangga serta menularkannya pada anak
menjadi hal rumit. namun perlu dilakukan pemutusan mata rantai sehingga tidak terjadi
penularan secara meluas dan cepat serta menimbulkan dampak pada derajat kesehatan ibu dan
anak di Indonesia.
Target SDGs ke-3 menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan
penduduk dengan berbagai golongan usia. Strategi yang dilakukan untuk mencapai target yaitu
dengan meningkatkan dan mendekatkan akses pelayanan kesehatan baik kesehatan ibu, anak
remaja daan lanjut usia secara berkualitas, sehingga mampu melakukan upaya promotif dan
preventif serta deteksi dini terhadap permasalahan yang dialami.
Berdasarkan data pencapaian MDGs, didapatkan bahwa kunjungan K1 dan K4 pada
kehamilan telah mendekati target MDGs. Tingginya cakupan K1 dan K4 seharusnya mampu
menjadi titik awal deteksi dini permasalahan pada kehamilan serta meningkatkan cakupan
persalinan dengan tenaga kesehatan.
Semakin dini dan seringnya ibu melakukan kontak dengan tenaga kesehatan, maka upaya
pencegahan permasalahan pada kehamilan, persalinan dan nifas dapat dideteksi namun hingga
saat ini cakupan K1 dan K4 yang tinggi belum dapat menjadi jaminan menurunnya AKI dan
AKB di Indonesia.
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh kementrian kesehatan, bahwa masih
tingginya AKI dan AKB tidak hanya disebakan oleh 3 faktor di atas namun ketidakpuasan
terhadap pemberi layanan kesehatan, kompetensi pemberi layanan yang kurang serta belum
mumpuni memenuh kebutuhan masyarakat menjadi faktor penyebab lain. sehingga
diperlukannya upaya peningkatan kompetensi layanan, penambahan sarana prasarana kesehatan
yang memadai serta peningkatan pengetahuan ibu akan pentingnya pemeriksaan selama hamil,
melahirkan di tenaga kesehatan serta pemeriksaan pada masa nifas dan bayi selain AKI dan
AKB.
Sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang khusus bergerak pada kesehatan ibu dan
anak, serta kesehatan reproduksi remaja, target 3 menjadi fokus studi utama. Menggali
permasalahan aktual yang ada serta melakukan analisis solusi permasalahan, menjadi hal yang
harus dilakukan. Hal tersebut bukan hanya untuk mendukung SDGs, namun lebih karena merasa
memiliki, bertanggungjawab dan menjadi bagian dari remaja, ibu dan anak, sehingga mampu
menjadi bagian dari solusi dalam meningkatkan kesehatan hingga mampu menjadikan Indonesia
Negara tingkat kesejahteraan ibu anak baik, sesuai target SDGs 2030, karena ini merupakan titik
lanjut membangun Indonesia sehat.
Adapun perincian kajian keadaan di Indonesia sendiri dalam kesehatan maternal
dan perinatal serta KB dalam mencapai SDGs adalah sebagai berikut
Tujuan 3
3A. Mengakhiri kematian yang dapat dicegah dengan kematian anak setidaknya
20 kematian per 1000 kelahiran.
mengurangi kematian ibu menjadi setidaknya 40 kematian per 100.000 kelahiran hidup
dan mengurangi angka kematian akibat penyakit penduduk berumur kurang dari 70
tahun setidaknya 30 persen dari angka pada tahun 2015
Konsep dan Definisi Angka kematian balita adalah probabilitas bagi seorang anak
untuk meninggal sebelum mencapai usia lima tahun, jika merujuk pada angka kematian
spesifik usia saat ini.
Indikator ini mengukur kesehatan dan kelangsungan hidup anak dan dinyatakan
sebagai jumlah kematian per 1.000 kelahiran hidup.
Indikator ini menggambarkan lebih dari 90 persen kematian global di antara anak-anak
di bawah usia 18 tahun.
Data kejadian penyakit seringkali tidak tersedia, sehingga yang digunakan adalah data
angka kematian.
Disagregasi
Data bisa disajikan berdasarkan usia kematian bayi yaitu neonatal (0-1 bulan), bayi (0-
1 tahun), dan balita (0-4 tahun), dan wilayah kota-desa.
Indikator ini dapat disajikan sampai wilayah provinsi dan dapat diproyeksi setiap
tahunnya.
Konsep dan Definisi Rasio kematian ibu adalah jumlah kematian ibu per tahun
dari penyebab yang berkaitan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk sebab-sebab karena kecelakaan atau alasan insidental)
yang terjadi selama kehamilan dan persalinan atau dalam 42 hari dari terminasi
kehamilan, per 100.000 kelahiran per tahun.
Tingkat kematian ibu adalah jumlah kematian ibu di suatu populasi dibagi dengan
jumlah wanita usia reproduksi.
Disagregasi
Seiring membaiknya sistem pendataan, akan sangat penting untuk memilah menurut
usia, lokasi geografis (pedesaan dan perkotaan), dan tingkat pendapatan.
Target 3B.
26. Konsultasi dengan provider kesehatan yang berlisensi di fasilitas kesehatan atau
dalam atau masyarakat per orang, per tahun.
Konsep dan Definisi Akses ke pelayanan perawatan kesehatan dasar, termasuk fasilitas
perawatan kebidanan darurat (Emergency Obstetric Care/ EmOC) diperlukan untuk mencapai
target-target bidang kesehatan.
Penyedia berlisensi di fasilitas kesehatan termasuk semua personil terlatih terdaftar dan
terintegrasi dalam suatu sistem kesehatan nasional. Diantaranya juga termasuk konsultasi
dengan petugas kesehatan masyarakat (kader kesehatan masyarakat) tetapi tidak termasuk
apoteker.
Disagregasi
Berdasarkan jenis kelamin dan wilayah. Disagregasi lain perlu ditinjau lebih lanjut.
Komentar dan keterbatasan Ketersediaan data mungkin menjadi faktor penghambat untuk
menerapkan indikator ini di daerah pedesaan dan beberapa negara berpenghasilan rendah.
Namun, teknologi informasi dan komunikasi modern memungkinkan untuk mengumpulkan
data tersebut secara efektif dan dengan biaya rendah.
Karena data yang sama dapat digunakan untuk menilai kinerja sistem kesehatan dan
berbagai fasilitas, pengumpulan data tersebut harus dilakukan. Keterbatasan lain dari indikator
ini yaitu mengukur jumlah rata-rata konsultasi di seluruh populasi.
Rata-rata tersebut tidak memberikan informasi tentang berapa banyak orang yang
tidak tercakup oleh sistem kesehatan untuk beberapa atau semua jenis konsultasi.
Pada fasilitas EmOC, WHO mendefinisikan tingkat akses yang dapat diterima adalah
berjumlah lima fasilitas (termasuk setidaknya satu fasilitas lengkap) untuk setiap 500.000
penduduk.
Ketersediaan di Indonesia Pengumpulan data untuk indikator ini dapat dilakukan oleh
Kemenkes untuk mendapatkan gambaran mengenai ketersediaan fasilitas kesehatan sebagai
rekomendasi kebijakan. Indikator ini, misalnya, dapat ditambahkan pada Risfaskes dan
Riskesdas.
Indikator ini juga berfungsi sebagai ukuran pendekatan terhadap akses layanan
kesehatan reproduksi yang penting untuk memenuhi banyak target kesehatan, terutama yang
berkaitan dengan target kematian anak, kesehatan ibu, HIV/AIDS, dan kesetaraan gender.
Ketersediaan di Indonesia CPR diperoleh dari Susenas dan SDKI. Data dapat
didisagregasi berdasarkan umur dan status perkawinan (kawin, cerai hidup, atau cerai mati).
Data yang dikumpullkan melalui Susenas belum mencakup remaja belum menikah
yang aktif secara seksual, hanya pada wanita berstatus kawin, cerai hidup, dan cerai mati saja,
sedangkan SDKI dapat menggambarkan pemakaian kontrasepsi pada wanita belum kawin.
Indikator tambahan:
1. Cakupan pelayanan Antenatal (sedikitnya satu kali kunjungan dan setidaknya empat kali
kunjungan)
Merupakan persentase wanita usia 15-49 tahun dengan kelahiran hidup pada periode
waktu tertentu yang menerima perawatan antenatal, yang disediakan oleh tenaga
kesehatan terampil, setidaknya sekali selama kehamilan mereka dan setiap empat kali
atau lebih selama kehamilan mereka.
Indonesia menganjurkan agar ibu hamil melakukan paling sedikit empat kali kunjungan
untuk pemeriksaan selama kehamilan menurut jadwal 1-1-2 yaitu: paling sedikit sekali
kunjungan dalam trimester pertama, paling sedikit sekali kunjungan pada trimester
kedua, dan paling sedikit dua kali kunjungan dalam trimester ketiga.
Sumber data indikator ini adalah SDKI dan dapat dirinci berdasarkan jumlah kunjungan
pemeriksaan, daerah (kotadesa), dan umur kandungan saat kunjungan.
Mirip dengan cakupan perawatan antenatal, persentase wanita usia 15-49 dengan
kelahiran hidup pada periode waktu tertentu yang menerima perawatan pasca-persalinan
oleh tenaga kesehatan terlatih setidaknya sekali setelah kelahiran anak mereka dan
penyedia lain, empat kali atau lebih setelah melahirkan.
Masa nifas didefinisikan sebagai waktu antara keluarnya ari-ari (plasenta) sampai 42
hari (6 minggu) setelah persalinan.
Data bersumber dari SDKI dan dapat dirinci berdasarkan karakteristik latar belakang,
daerah (kota-desa), dan waktu pemeriksaan nifas pertama.
Merupakan persentase ibu hamil yang secara teratur meminum dosis suplemen asam
folatbesi yang dianjurkan.
Indikator ini tersedia di Indonesia berupa persentase pemberian Fe3 kepada ibu hamil.
Data dikumpulkan Kemenkes tiap tahun dan sampai level kabupaten/kota.
5. Persentase ibu hamil yang positif HIV + yang menerima PMTCT (Pencegahan
penularan dari ibu-ke-bayi) Indikator ini melacak persentase ibu hamil yang mengidap
HIV pada suatu resimen untuk pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PMTCT).
Dengan tidak adanya intervensi, 15-45% ibu hamil yang mengidap HIV menularkan
virus kepada anak-anak mereka. Angka ini dapat dikurangi sampai di bawah 5% dengan
adanya intervensi. Data dikumpulkan Kemenkes tiap tahun.
6. Persentase wanita hamil yang menerima malaria IPT (In Pregnant Treatment) di daerah
endemik Merupakan malaria pada kehamilan mempengaruhi ibu dan janin. Pengobatan
pencegahan intermiten pada kehamilan (IPT) secara efektif dapat mencegah malaria
pada ibu hamil; semua wanita hamil di daerah dengan transmisi malaria yang rendah
sampai tinggi harus menerima IPT. Indikator ini tidak tersedia di Indonesia.
Target 5C.
Indikator ini mendapat perhatian lebih terhadap ketidakadilan dalam akses layanan dan
digunakan untuk mendukung HAM dalam kesehatan reproduksi. Perempuan memiliki
hak untuk menentukan untuk memiliki anak atau tidak, begitupun dengan pilihan berapa
jumlah anak atau memberi jarak kehamilan, dan keluarga berencana merupakan dimensi
utama kesehatan reproduksi.
Di negara kurang berkembang, terdapat seperempat hingga seperlima kehamilan yang
tidak diinginkan.
Komentar dan keeterbatasan Indikator ini merupakan perbaikan indikator MDG yaitu
belum terpenuhinya prevalensi kontrasepsi yang mudah dipahami.
Indikator ini dihitung menggunakan persentase semua wanita yang berada pada usia
reproduksi yang telah menikah. Hal ini menjadi kelalaian penting karena norma adat
dan/atau kurangnya pendidikan seks dapat mencegah remaja aktif secara seksual untuk
menggunakan hak mereka dalam memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi.
Ketersediaan di Indonesia Informasi mengenai kebutuhan pelayanan keluarga berencana
dapat diperoleh melalui SDKI.
Menurut SDKI, persentase kebutuhan KB yang terpenuhi dengan metode modern adalah
pemakaian alat/cara kontrasepsi modern dibagi total dari unmet need dan jumlah
pemakaian kontrasepsi modern.
Data dapat dirinci menurut kelompok umur, daerah kota-desa, pendidikan, jumlah anak
yang masih hidup, dan kuintil kekayaan.
3. Buatlah salah satu asuhan kebidanan : ibu hamil normal / ibu
bersalin normal / nifas normal dan bermasalah /BBL normal dan
bermasalah / neonates dan anak balita. Kaitkan asuhan kebidanan
dengan asuhan the best practice in midwifery
JAWAB
STUDI KASUS
B. Riwayat Keluhan
a. AlasanKunjungan
Untuk periksa kehamilan
b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan mual dan muntah sering di kala pagi hari setelah bangun dari
tidur frekwensi 4 -5 x / hari.
C. Riwayatkebidanan
a. Riwayatmenstruasi
Menarchea : 14 th
Siklus : 28 hari
Banyaknya : 1 Softek penuh hari 1-3, 4 - 7 biasa
warna darah : hari 1 -3 merahkental, 4 – 7 kecoklatan
Disminorhoe : haripertama
Lamanya : 6- 7 hari
HPHT : 01 Maret 2020
D. Riwayatkehamilansekarang
HPHT : 01 Maret 2020
TP : 08 Desember 2020
UK : 8 – 9 minggu
K. Pemeriksaan umum
Keadaanumum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD :100/70 mmh
Nadi : 80x/ menit
RR : 20 x/ menit
Suhu :360c
BB sebelumhamil : 50 kg
BB saat ini : 51 kg
TB : 160 cm
LILA : 25 cm
Hb : 11 gr/dl
L. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Kepala bersih, tidak ada benjolan/ bekas luka dan tidak
berketombe
Muka : Simetris, Tidak odema, pucat, tidak ada cloasma gravidarum.
Mata : Simetris, Sclera putih, conjungtiva agak pucat.
Hidung : Simetris, tidak ada secret danpolip.
Mulut dan gigi : mukosa Bibir ragak kering , tidak ada stomatitis, tidak ada
karies
gigi.
Telinga : Simetris, tidak ada serumen.
Leher : Tidak terliha tpembengkakan vena jugularisdankelenjartiroid.
Dada : Simetris, puting susu menonjol, colostrums belum keluar,
hiperpigmentasi areola mamae.
Abdomen : Tidakadalukabekasjahitan, perutterlihatmembesarsesuai
Dengan usia kehamilan dan lineanigraada.
Genetalia : Vulva tidak oedem, tidak ada varices.
Anus : Tidak ada hemaroid.
EkstremitasAtas : Simetris, tidakoedem, tidak ada poli daktili dan sindaktili
Ekstrimitas Bawah : Simetris , tidakoedem, tidak ada poli daktili dan sindaktili.
b. Palpasi
Leher : Tidak teraba pembengkakan vena jugularis dan kelenjar tiroid.
Dada : Tidakterababenjolanmamaekenyal colostrum belum
keluar abdomen
Leopold I : balotement +
Leopold II :-
Leopold III :-
Leopold IV :-
c. Auskultasi
Pernafasan :Normal
DJJ : belum terdengar
d. Perkusi
Reflek patella : ka/ki (+)/(+)
3. Pemeriksaanpenunjang
Goldarah :B
Hb : 11 gr/dl
b. Data objektif
Terlihat adanya tanda tanda mungkin hamil
Secara inspeksi adanya cloasma gravidarum pada wajah
Palpasi balotement +
Pemeriksaan labor Planotest +
c. Analisa dan interpretasi data
Mual dan Muntah Mual terjadi pada sebanyak 85% wanita hamil normal
Prevalensi puncak adalah pada usia kehamilan 11 minggu dengan waktu rata-rata mulai
antara 5 dan 6 minggu.
Kemungkinan penyebabnya mencakup interaksi antara perubahan hormon kehamilan
( Human chorionic gonadotropin, estrogen, progesteron, prostaglandin E2 plasenta)
Serta ada sedikit dukungan untuk teori lama bahwa NVP mencerminkan transformasi
tekanan psikologis menjadi gejala fisik.
Bagi sebagian besar wanita, mual dan muntah dalam kehamilan/ NVP akan sembuh pada
usia kehamilan 14 hingga 16 minggu meskipun sebagian kecil wanita akan mengalami NVP
yang bertahan di atas usia kehamilan 20 minggu.
( varney sixty edition )
V. RENCANA TINDAKAN
Tanggal 08 Juni 2020
1. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya rencana asuhan atau tindakan kepada ibu yaitu agar
kehamilan dapat berlangsung normal keadaan ibu dan janin baik serta gejala emesis yang
dialami ibu dapat teratasi / dapat berkurang .
Dan ibu tidak cemas lagi sehubungan dengan tidak ada nya jaminan sosila kesehatan
untuk persalinanya nanti jika di rujuk ke rumah sakit.
2. Kriteria keberhasilan
a.Tanda-tanda vital dalam batas normal
1) Tekanan darah : sistole 100- 130 mmHg
Diastole 70- 90 mmHg
2) Nadi : 80- 90x/ menit
3) Suhu : 36- 37 C
4) Pernapasan : 16- 20x/ menit
c. Keadaan janin sehat dengan kriteria
1). DJJ dalam batas normal antara 120-160x/ menit
2). TBJ > 2500 gram
d. Hb > 11 gram%
e. Konjungtiva tidak pucat
f.Gejala mual dan muntah ibu bisa berhenti /berkurang yang biasanya 4-5x hari
g. Tidak ada gejala dehidrasi pada ibu
h. Aktifitas ibu sehari hari tidak terganggu karena gejala ini
i. Nafsu makan ibu meningkat
3.Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum tercatat dalam diagnosa dan
masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data
Pada kasus emesis gravidarum ini kebutuhan ibu adalah pemberian konseling dan
motivasi dukungan pada ibu (Mansjoer, 2009)
Ada sedikit dukungan untuk teori lama bahwha kasus emesis mencerminkan
transformasi tekanan psikologis menjadi gejala fisik namun demikian pengalaman seorang
wanita NVP memang memiliki komponen biologis, psikologis, dan sosial budaya.
NVP parah dapat dikaitkan dengan tekanan psikologis yang parah, seperti yang
diharapkan. Dengan demikian, depresi dapat menjadi hasil NVP tetapi bukan penyebab
gangguan tersebut.( Varney sixty Edition )
1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dan kondisi
kesehatan ibu sesuai dengan hasil pemeriksaan .
Serta menjelaskan kepada ibu tentang emesis Gravidarum serta penyebab dan gejala emesis
dalam kehamilan muda diantara penyebab karena reaksi dari peningkatan hormon serta adanya
kemungkinan adanya gangguan psikologis terhadap ibu.
Rasional
Dengan menjelaskan mengenai keadaan yang dialaminya maka ibu akan mengerti
sehingga ibu akan bersifat kooperatif terhadap tindakan dan anjuran petugas kesehatan.
Sedangkan Emesis Gravidarum / NVP adalah Mual dan muntah pada kehamilan disebut
dengan emesis gravidarum. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada yang timbul setiap
saat dan malam hari (Winkjosastro, 2007).
Mual dan Muntah Mual terjadi pada sebanyak 85% wanita hamil.Prevalensi puncak
adalah pada usia kehamilan 11 minggu, dengan waktu rata-rata mulai antara 5 dan 6 minggu
.( varney sixty Edition )
Setiap wanita hamil akan memiliki derajat mual yang berbeda-beda, ada yang tidak
terlalu merasakan apa-apa, tetapi ada juga yang merasa mual dan ada yang merasa sangat mual
dan ingin muntah setiap saat (Maulana, 2008).
Angka kejadian emesis gravidarum pada Word Health Organisation / WHO
memperkirakan bahwa sedikitnya 14% dari semua wanita hamil yang terkena emesis gravidarum
(WHO, 2010).
Menurut (Depkes) 2010 juga memperkirakan 10% wanita hamil yang terkena emesis
gravidarum. Angka kejadian emesis gravidarum di Indonesia yang di dapatkan dari 2.203
kehamilan yang dapat di observasi secara lengkap adalah 543 orang ibu hamil yang terkena
emesis gravidarum
Emesis gravidarum disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
Faktor hormon
faktor predisposisi seperti primigravida, hidramnion, kehamilan ganda, mola
hidatidosa.
Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan – perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu
respon dari jaringan ibu terhadap janin.
faktor psikologis seperti rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu,
kehilangan pekerjaan (Suparyanto, 2011)
DASAR .
a. Ini sesuai dengan jurnal yang berjudul” Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang Emesis Gravidarum dengan Upaya Pencegahan Hyperemesis ‘
Penelitian ini menggunakan desain penelitian survey analitik dengan pendekatan cross
sectional sedangkan respondenya adalah semua ibu hamil trimester I yang memenuhi kriteria
inklusi dan eklusi ( kehamilan yang diinginkan, tidak ada riwayat penyakit) sampel sebanyak 30
orang ibu hamil yang memenuhi kriteria.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang emesis gravidarum dengan upaya pencegahan Hyperemesis
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagai seorang tenaga kesehatan / Bidan dapat
meningkatakan peran nya untuk memberikan imformasi lebih lengkap dan terfokus kepada ibu
hamil kususnya terhadap kasus emesis gravidarum ini agar tidak berubah menjadi hyperemesis
gravidarum sehingga ibu hamil mempunyai pengetahuan yang cukup terhadap ketidak nyamanan
pada kehamilan trimester I kususnya terhadap kasus emesis gravidarum ini.
b. Ini sesuai dengan jurnal yang berjudul “ Nausea and Vomiting of Pregnancy”
oleh Gastroenterology Fellow and Sumona Saha, M.D. Assistant Professor of Medicine
Penelitian ini menyebutkan Mual dan muntah adalah pengalaman umum dalam
kehamilan, mempengaruhi 70-80% dari semua wanita hamil. Meskipun sebagian besar wanita
dengan mual dan muntah kehamilan (NVP) memiliki gejala terbatas pada trimester pertama,
sebagian kecil wanita mengalami perjalanan yang berkepanjangan dengan gejala memanjang
hingga melahirkan.
Data dari hasil penelitian ini di dapatkan kejadian mual dan muntah / NVP lebih umum
pada wanita yang lebih muda, primigravida, wanita dengan pendidikan kurang dari 12 tahun,
non-perokok, dan wanita obesitas . Peningkatan risiko NVP pada trimester pertama juga telah
dilaporkan pada wanita dengan kehamilan ganda dibandingkan dengan wanita dengan kehamilan
tunggal (87% vs 73%) dengan nilai p <0,01)
2. Menjelaskan kepada ibu tentang pentingnya pemenuhan terhadap intake nutrisi pada masa
kehamilan trimester I dengan mengatur pola makan yaitu dengan menganjurkan pada ibu
untuk diet yaitu makan dengan porsi sedikit tapi sering dan menghindari makanan yang
merangsang timbulnya mual dan muntah, menganjurkan pada ibu untuk tidak mengkonsumsi
makanan yang digoreng / mentega / margarin / minyak dan tidak berbau menyengat dan
menganjurkan mengkosumsi roti biskuit kering.
RASIONAL
Data dari hasil penelitian ini di dapatkan adanya perbedaan dalam motilitas lambung
antara wanita hamil dan tidak hamil dengan Menggunakan skintografi lambung tapi tidak ada
perbedaan signifikan dalam tingkat pengosongan cairan ditemukan pada wanita hamil sebelum
aborsi sukarela 6 minggu setelah aborsi dan pada wanita kontrol yang tidak hamil.
Menggunakan metode pengenceran pewarna dengan fenol merah (Davison et al).
menemukan pengosongan lambung menjadi tertunda selama persalinan tetapi tidak pada
trimester ketiga dibandingkan dengan kontrol tidak hamil.
Demikian pula penelitian menggunakan parasetamol menunjukkan tidak ada
penundaan pengosongan lambung pada trimester pertama/kedua/ atau ketiga.
3.Memberikan suport mental kepada ibu dengan melakukan pendekatan psikologi yang baik
dengan menjalin hubungan interpersonal kepada ibu dan keluarga dan menanyakan tentang
keluhan keluhan yang dialami oleh ibu dan keluarga ( kusus nya dalam kasus ini yang membuat
sedikit cemas tentang tidak adanya kartu jaminan kesehatan terhadap ibu )
RASIONAL
Faktor Psikososial
Studi awal menyatakan bahwa NVP mungkin merupakan penyakit psikosomatis di mana
muntah merupakan konflik intrapsikis. Beberapa berspekulasi bahwa NVP adalah manifestasi
dari upaya bawah sadar wanita hamil untuk menolak kehamilan yang tidak diinginkan karena
penelitian telah menemukan bahwa wanita dengan NVP pada trimester pertama lebih mungkin
memiliki kehamilan yang tidak direncanakan atau tidak diinginkan
HG juga telah dikaitkan dengan gangguan psikologis, yaitu kecenderungan neurotik,
histeria, penolakan kewanitaan, penolakan kehamilan serta depresi dan tekanan psikologis terkait
dengan kemiskinan dan konflik perkawinan.
Studi terbaru bagaimanapun, belum menemukan penyebab psikogenik pasti dari HG
oleh karena itu berpendapat bahwa aktor sosiokultural daripada bukti ilmiah telah mengarah pada
pelabelan HG sebagai kondisi psikologis dan bahwa lebih mungkin bahwa gangguan psikologis
seperti depresi lebih merupakan akibat daripada penyebab HG sementara NVP dan HG
kemungkinan bukan merupakan hasil dari kelainan konversi atau kelainan psikologis lainnya
diketahui bahwa perempuan yang terkena dampak memiliki respons psikologis yang terjalin
dengan dan mungkin memperburuk gejala
fisik mereka.
Mual dan muntah selama kehamilan / NVP mencerminkan transformasi tekanan psikologis
menjadi gejala fisik ( varney Sixty Edition )
DASAR
1. Ini sesuai dengan jurnal yang berjudul
Psychological Factors and Hyperemesis Gravidarum
Abstract
The pattern of findings differed between experiments 1 and 2. During pregnancy, women
with HG scored significantly higher on three scales associated with conversion disorder (all p
values <0.01) than did women without HG. There were no significant differences between HG
subjects and controls after pregnancy. We find no support for the theory that HG is a
psychosomatic condition. Rather, it appears to be a complex interaction of biological,
psychological, and sociocultural factors.
Jurnal ini dapat disimpulkan bahwa Telah lama dinyatakan bahwa HG adalah penyakit
psikosomatis yang mencerminkan sifat psikologis jangka panjang yaitu gangguan konversi.
Kami menyelidiki kemungkinan ini dengan melakukan studi dua fase.
Tidak ada perbedaan signifikan antara subyek HG dan kontrol setelah kehamilan.
Kami tidak menemukan dukungan untuk teori bahwa HG adalah kondisi psikosomatik
tampaknya merupakan interaksi yang kompleks dari faktor biologis, psikologis, dan sosial
budaya
3.Ini sesuai dengan jurnal yang berjudul
Efektifitas Self Management Module dalam Mengatasi Morning Sickness
Luthfatul Latifah, Nina Setiawati, Eti Dwi hapsari Jurusan Keperawatan FIKes UNSOED Email:
latifah.lutfatul@gmail.com
Abstrak
Perubahan fisiologis pada kehamilan trimester pertama banyak menimbulkan keluhan,
salah satunya adalah mual muntah. Ibu hamil yang mengalami mual muntah kebanyakan tidak
mengetahui cara mengatasinya, hanya membiarkan saja ketika keluhan itu datang. Ibu baru pergi
ke tempat pelayanan kesehatan ketika keluhan tersebut sudah mengganggu aktifitas. Mual
muntah pada kehamilan seharusnya dapat diatasi dengan perubahan perilaku. Self management
module dapat merubah perilaku dengan informasi untuk mengatasi mual muntah tanpa
penggunaan terapi farmakologi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh self management module dalam
mengatasi morning sicknes pada ibu hamil. Penelitian ini merupakan penelitian pre experiment
dengan rancangan pre and posttest one group. Data dikumpulkan melalui pengukuran frekuensi
mual muntah menggunakan (PUQE)-24. Responden yang terlibat sebanyak 30 orang.
Data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon. Hasil uji normalitas menunjukkan data
terdistribusi tidak normal. Rerata nilai pretest=6,52 (SD=1,947) dan posttest=4,52 (SD=1,895).
Terdapat 27 responden yang mengalami penurunan skor, dua orang mengalami peningkatan
skor, dan satu orang memiliki skor yang sama saat pretest maupun posttest.
Perbedaan nilai pretest dan posttest dianalisis menggunakan uji Wilcoxon, sehingga
diperoleh nilai signifikansi 0,000 (p
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
Self management merupakan istilah yang digunakan pada promosi dan pendidikan
kesehatan serta berguna bagi pasien yang mengalami gangguan fisik maupun psikologis melalui
perbaikan perspektif diri dan kesejahteraan pasien (Kate & Halsted, 2003).
Kondisi morning sickness, selain disebabkan oleh hormon kehamilan, juga karena
kondisi psikologis ibu hamil itu sendiri (Littleton & Engebretson, 2002).
Pada hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa self management module morning
sickness dapat digunakan untuk mengatasi morning sickness. Walaupun penurunan skor
PUQE lebih besar pada responden dengan morning sickness katagori sedang, akan tetapi secara
keseluruhan modul ini dapat digunakan pada responden dengan morning sickness katagori ringan
maupun sedang dan hasil penelitian ini dapat berimplikasi terhadap pengembangan ilmu
kususnya kebidananan yaitu self management module mengenai morning sickness dapat
diberikan sebagai acuan pada ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC di berbagai pelayanan
kesehatan.
4. Menjelaskan kepada ibu tentang bahaya serta komplikasi dalam kehamilan kususnya terhadap
kasus ini apabila tidak cepat ditangani dengan asuhan kebidanan yang baik terhadap ibu
Rasional
Dengan memberitahukan atau menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya
dalam kehamilan maka ibu dapat mengerti dan melaksanakan anjuran bidan
jika mengalami salah satu tanda bahaya kehamilan tersebut, sehingga dapat
terhindar dari 3T (Terlambat dideteksi, Terlambat dirujuk, Terlambat diberikan
pertolongan).
Mediskusikan dengan ibu tentang komplikasi dalam kehamilan ini
Sehingga ibu lebih berhati hati dalam menghadapi emesis yang sedang dialaminya dan lebih
memperhatikan apa yang dianjurkan dan segera datang ke tempat pelayanan jika mengalami
kelainan yang dirasakan selama hamil / mual dan muntah bertambah hebat serta telah membuat
ibu kehilangan cairan yang berat / dehidrasi serta aktifitas ibu jadi tergangu.
Mual dan muntah terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, penurunan
klorida urin, selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan
menyebabkan tertimbunnya toksik.
Pemakaian cadangan karbohidtrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak
sempurna hingga terjadi ketosis.
Hipokalemia akibat muntah dan elserasi yang berlebihan selanjutnya menambah
frekuensi muntah dan merusak hepar. Selaput lendir esofagus dan lambung dapat robek
(Sindrom Mallory-Weiss) sehingga terjadi perdarahan gestasionale (Nenk, 2010)
Pathway emesis Gravidarum
DASAR
Abstract
Dari penelitian tersebut, dapat kita ambil kesimpulan bahwa, ibu hamil yang
diteliti tingkat pengetahuan nya masih tergolong cukup. Artinya KIE yang diberikan
belum maksimal meningkatkan pengetahuan ibu. Meskipun sebagian besar tanda
bahaya perdarahan sudah diketahui.
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan tidak melaksanakan aktifitas
yang dapat membuat ibu kelelahan. Ibu mengerti dan mau melaksanakan anjuran
yang disampaikan.
Rasional
Dengan menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup minimal 7-8 jam/ hari serta
menyarankan kepada ibu untuk istirahat pada waktu siang hari / tidur sekitar 30
sampai 60 menit dapat memulihkan tenaga dan kondisi ibu sehingga kondisi
kesehatan dapat terjaga denagn baik dan ibu mengerti dan mau melakukan
nasihat dari petugas.
Dasar
Ini sesuai dengan jurnal
“ Bed Rest in Pregnancy “
Abstract
The use of bed rest in medicine dates back to Hippocrates, who first
recommended bed rest as a restorative measure for pain. With the formalization of
prenatal care in the early 1900s, maternal bed rest became a standard of care,
especially toward the end of pregnancy. Antepartum bed rest is a common
obstetric management tool, with up to 95% of obstetricians utilizing maternal
activity restriction in some way in their practice. Bed rest is prescribed for a
variety of complications of pregnancy, from threatened abortion and multiple
gestations to preeclampsia and preterm labor. Although the use of bed rest is
pervasive, there is a paucity of data to support its use. Additionally, many well
documented adverse physical, psychological, familial, societal, and financial
effects have been discussed in the literature. There have been no complications of
pregnancy for which the literature consistently demonstrates a benefit to
antepartum bed rest. Given the well documented adverse effects of bed rest,
disruption of social relationships, and financial implications of this intervention,
there is a real need for scientific investigation to establish whether this is an
appropriate therapeutic modality. Well designed randomized, controlled trials of
bed rest versus normal activity for various complications of pregnancy are
required to lay this debate to rest once and for all. Mt Sinai J Med 78:291–302,
2011. © 2011 Mount Sinai School of Medicine
Dari jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa pentingnya istirahat yang cukup
bagi ibu hamil yang bermanfaat untuk mencegah dari komplikasi kehamilan
7. Kalaborasi dengan dokter tentang pemberian obat anti mual dan muntah
Advis
a. Omedon 3x1 untuk meredakan rasa mual
b. Triosid 3x1 untuk mengurangi peningkatan asam lambung
c. Caviplex 2x1 multivitamin untuk kusus ibu hamil
Ibu mengerti dan akan mengkomsmsi obat-obat yang tela diberikan sesuai dengan
dosis dan aturan minum yang telah dianjurkan.
RASIONAL
Tujuan pengobatan adalah memperbaiki gejala sambil meminimalkan risiko pada
ibu dan janin. Untuk mencapai hal ini diperlukan pendekatan multimodal yang disesuaikan
dengan masing-masing individu.
Modalitas pengobatan berkisar dari modifikasi diet sederhana hingga terapi obat dan total nutrisi
orangtua. Keparahan gejala dan penurunan berat badan ibu berguna dalam menentukan
agresivitas pengobatan.
Dalam penelitian ini oleh Lacasse et al, hanya 27% wanita yang ditawarkan anti-emetik
dan tambahan 14% direkomendasikan pendekatan nonfarmakologis .
DASAR
c. Sesuai dengan jurnal yang berjudul “Nausea and Vomiting of Pregnancy”
oleh Gastroenterology Fellow and Sumona Saha, M.D. Assistant Professor of Medicine
1. Pyridoxine-doxylamine ( kombinasi )
2. Antiemetics (The phenothiazines, chlorpromazine (Thorazine) and prochlorperazine
(Compazine), are central and peripheral dopamine antagonists which have been shown to
reduce symptoms in NVP and HG
3. Promotility agents (Metoclopramide (Reglan)
4. Antihistamines and Anticholinergics
5. Other Agents (Ondansetron (Zofran) (pregnancy category B)
uji coba terkontrol secara acak terhadap 40 wanita dengan HG yang diobati dengan
metilprednisolon 16 mg per oral 3 kali sehari selama 3 hari diikuti oleh rejimen tapering 2
minggu versus promethazine 25 mg oral 3 kali sehari selama 2 minggu, tingkat rawat inap yang
lebih rendah adalah ditemukan pada kelompok yang diberi steroid [162].
Studi lain belum menunjukkan manfaat kortikosteroid yang signifikan secara statistik.
Percobaan acak oleh Yost et al. tidak menemukan penurunan yang signifikan dalam jumlah
kunjungan ER atau rawat inap dengan penambahan methylprednisolone parenteral dan oral ke
rejimen promethazine dan metoclopramide .
Tidak ada pedoman yang ditetapkan untuk penggunaan kortikosteroid untuk HG.
Namun, rejimen yang mungkin telah disarankan adalah 48 mg metilprednisolon yang diberikan
secara oral atau intravena dalam tiga dosis terbagi selama dua hingga tiga hari. Jika tidak ada
respons yang terlihat dalam tiga hari, disarankan agar pengobatan dihentikan, karena respons di
atas 72 jam tidak mungkin
Kesimpulan : Terdapat pengaruh pemberian minuman jahe hangat terhadap emesis gravidarum
pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Nalumsari Jepara.
Dasar :
Ini sesuai dengan jurnal
Background
Methods
Data were from a prospective, population-based observational study of the Global
Network for Women's and Children's Health Research Maternal Newborn Health
Registry (MNHR). This is a multi-centre, international study in which pregnant women
were enrolled in mid-pregnancy, followed through parturition and 42 days post-delivery.
Risk for LTFU was calculated within a 95%CI.
Results
A total of 282,626 subjects were enrolled in this study, of which 4,893 were lost to
follow-up. Overall, there was a 1.7% LTFU to follow up rate. Factors associated with a
higher LTFU included mothers who did not know their last menstrual period (RR 2.2,
95% CI 1.1, 4.4), maternal age of < 20 years (RR 1.2, 95% CI 1.1, 1.3), women with no
formal education (RR 1.2, 95% CI 1.1, 1.4), and attending a government clinic for
antenatal care (RR 2.0, 95% CI 1.4, 2.8). Post-natal factors associated with a higher
LTFU rate included a newborn with feeding problems (RR 1.6, 94% CI 1.2, 2.2).
Conclusions
The LTFU rate in this community-based registry was low (1.7%). Maternal age, maternal
level of education, pregnancy status at enrollment and using a government facility for
ANC are factors associated with being LTFU. Strategies to ensure representation and
high retention in community studies are important to informing progress toward public
health goals.
Angka ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan ulang ANC nya cukup rendah. Hal ini
berhubungan dengan usia ibu, tingkat pendidikan, status kehamilan dan fasilitas
kesehatan yang disediakan pemerintah.
Ibu hamil sudah menyadari bahwa pentingnya kunjungan ulang ibu hamil / ANC pada
masa kehamilanya bermanfaat untuk meningkatkan kesehatanya.
4. Jelaskan peran bidan dalam masa pandemic, buatlah
kajiannyaberdasarkan jurnal. Bagaimana kebijakan program pada
masa kehamilan, persalinan dan nifas serta BBL dan neonatus yang
saudara temui dilingkungan tempat tinggal saudara
JAWAB
Peran bidan dalam masa pandemi adalah