Makalah Agama 1
Makalah Agama 1
Dosen Pembimbing
Siti Sumadiah, S.Pd.i, M.Pd
Disusun Oleh :
Muhammad Ramadani (19310730012)
Hasiholan Firdaus Millenio Sianipar (19310730013)
Aldo Riski Bintoro (19310730016)
Muhammad Faldi Haris (19310730038)
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Karena itu,
dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya bagi para pembaca yang
ingin memberi kritik maupun saran demi memperbaiki makalah ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
MATERI
“Hak pilih bagi salah satu atau kedua belah pihak yang melaksanakan
tranksaksi untuk melangsungkan atau membatalkan tranksaksi yang disepakati
sesuai dengan kondisi masing-masing pihak yang melakukan transaksi”.
Hal khiyar ditetapkan syariat islam bagi orang-orang yang melakukan
transaksi perdata agar tidak rugikan dalam transaksi yang mereka lakukan,
sehingga kemaslahatan yang dituju dalam suatu transaksi tercapai dengan sebaik-
baiknya. Dengan kata lain, diadakannya khiyar oleh syara agar kedua belah pihak
dapat memikirkan lebih jauh kemaslahatan masing-masing dari akad jual belinya,
supaya tidak menyesal dikemudian hari,dan tidak merasa tertipu.
Jadi, hak khiyar itu ditetapkan dalam islam untuk menjamin kerelaan dan
kepuasan timbal balik pihak-pihak yang melakukan jual beli. Dari satu segi
memang khiyar (opsi) ini tidak praktis karena mengandung arti ketidakpastian
suatu transaksi, namun dari segi kepuasan pihak yang melakukan transaksi,khiyar
ini yaitu jalan terbaik.
2
Menurut Abdurrahman al-Jaziri, status khiyar dalam pandangan ulama fiqh
adalah di syariatkan atau dibolehkan, karena suatu keperluan yang mendesak
dalam mempertimbangkan kemaslahatan masing-masing pihak yang melakukan
transaksi.
Diabad modern yang serba canggih, dimana sistem jual beli semakin mudah
dan praktis, masalah khiyar ini tetap diberlakukan, hanya tidak menggunakan kata-
kata khiyar dalam mempromosikan barang-barang yang dijualnya, tetapi dengan
ungkapan singkat dan menarik, misalnya : “ Teliti sebelum membeli”. Ini berarti
bahwa pembeli diberi hak khiyar(memilih) dengan hati-hati dan cermat dalam
menjatuhkan pilihannya untuk membeli, sehingga ia merasa puas terhadap barang
yang benar-benar ia inginkan.
Artinya, bagi tiap-tiap pihak dari kedua belah pihak ini mempunyai hak
antara melanjutkan atau membatalkan selama keduanya belum berpisah secara
3
fisik. Dalam kaitan pengertian berpisah dinilai sesuai dengan situasi dan
kondisinya. Dirumah yang kecil, dihitung sejak salah seorang keluar. Dirumah
besar, sejak berpindahnya salah seorang dari tempat duduk kira-kira dua atau tiga
langkah. Jika keduanya bangkit dan pergi bersama-sama maka pengertian berpisah
belum ada.
Pendapat yang dianggap kuat, bahwa yang dimaksud berpisah disesuaikan
dengan adat kebiasaan setempat.
2. Khiyar ‘aib yaitu hak untuk membatalkan atau melangsungkan jual beli bagi
kedua belah pihak yang berakad apabila terdapat suatu cacat pada objek yang
diperjualbelikan, dan cacat itu tidak diketahui pemiliknya ketika akad berlangsung.
Misalnya, seseorang membeli telur 1 kg, kemudian satu butir diantaranya telah
busuk, atau ketika telur dipecahkan telah menjadi anak ayam. Hal ini sebelumnya
tidak diketahui baik oleh penjual maupun pembeli. Dalam kasus seperti
ini,menurut para pakar fiqh,ditetapkan hak khiyar bagi pembeli.
Jadi, dalam khiyar aib itu apabila terdapat bukti cacat pada barang yang
dibelinya, pembeli dapat mengembalikan barang tersebut dengan meminta ganti
barang yang baik, atau kembali barang dan uang.
Khiyar Aib ini menurut kesepakatan ulama fiqh, berlaku sejak diketahuinya
cacat pada barang yang diperjualbelikan dan dapat diwarisi oleh ahli waris pemilik
hak khiyar. Adapun cacat yang menyebabkan mnculnya hak khiyar, menurut
ulama Hanafiyah dan Hanabilah adalah seluruh unsur yang merusak obyek jual
beli itu dan mengurangi nilaninya menurut tradisi paa pedagang. Tetapi menurut
ulama Malakiyah dan Syafi’iyah seluruh cacat yangmenyebabkan nilai barang itu
berkurang atau hilang unsur yang diiginkan daripadanya.
3. Khiyar Ru’yah, yaitukhiyar (hak pilih) bagi pembeli untuk menyatakan berlaku
atau batal jual beli yang ia lakukan terhadap suatu obyek yang belum ia lihat ketika
akad berlangsung.
Jumhur ulama fiqh yang terdiri dari ulama Hanafiyah, Malikiyah, Hanabilah,
dan Zahiriyah menyatakan bahwa Khiyar ru’yah disyariatkan dalam islam
berdasarkan sabda rasulullah saw yang menyatakan :
ِ َ َم ِن ْااشتَ َري َشيْئا ً لَ ْم يَ َرهُ فَهُ َو باِ ْل ِخي
) عن ابي هرىرةnار اِ َذا َراَهُ (رواه الدار قطني
“ Siapa yang membeli sautu yang belum ia lihat maka ia berhak khiyar apabila
telah melihat barang itu” (HR. Dar al-Quthni dari Abu Hurairah).
Akad seperti ini menurut mereka boleh terjadi disebabkan objek yang akan
dibeli itu tidak ada ditempat berlangsungnya akad, atau karena sulit dilihat seperti
ika kaleng (sardencis). Khiyar ‘Ruyah, menurut mereka, mulai berlaku sejak
pembeli melihat barang yang akan ia beli.
4
Akan tetapi, ulam Syafi’iyah,dalam pendapat baru (al-mazhab al-jadid),
mengatakan bahwa jual beli barang yang gaib tidak sah, baik barang itu disebutkan
sifatnya waktu akad maupun tidak. Oleh sebab itu, menurut mereka, khiyar ru’yah
tidak berlaku, karena akad itu mengandung unsur penipuan yang boleh membawa
kepada perselisihan. Dan hadis rasulullah saw menyatakan :
“Rasulullah saw melarang jual beli yang mengandung penipuan”. (HR. Jamaah
ahli hadis, kecuali Bukhari)
4. Khiyar syarat, yaitu khiyar (hak pilih) yang dijadikan syarat oleh keduanya
(pembeli dan penjual), atau salah seorang dari keduanya sewaktu terjadi akad
untuk meneruskan atau membatalkan akadnya itu, agar dipertimbangkan setelah
sekian hari. Lama syarat yang diminta paling lama tiga hari.
Contoh Khiyar syarat, seseorang berkata : Saya jual mobil ini dengan harga seratus
juta rupiah (Rp. 100.000.000) dengan syarat boleh memilih selama tiga hari.
Dalam kaitan ini Rasulullah saw bersabda :
“Kamu boleh khiyar (memilih) pada setiap benda yang telah dibeli selama tiga hari
tiga malam”. (HR Baihaqi)
“Setai dua orang yang melakukan jual beli, belum sah dinyatakan jual beli itu
sebelum mereka berpisah, kecuali jual beli khiyar”.
Artinya jual beli dapat dilangsungkan dan dinyatakan sah apabila mereka berdua
telah berpisah, kecuali apabila di syaratkan oleh salah satu kedua belah pihak, atau
kedua-duanya adanya syarat dalam masa tertentu.
5. Khiyar ta’yin, yaitu hak pilih bagi pembeli dalam menentukan barang yang
berbeda kualitas dalam jual beli. Contoh, pembelian keramik : ada yang berkualitas
super (KW1) dan sedang (KW2). Akan tetapi, pembeli tidak mengetahui secara
pasti mana keramik yang super dan berkualitas sedang. Untuk menentukan pilihan
itu ia memerlukan pakar keramik dan arsitek. Khiyar seperti ini, menurut ulama
Hnafiyah yaitu boleh, dengan alasan bahwa produk sejenis yang berbeda kualitas
sangat banyak,yang kualitas itu tidak diketahui secara pasti oleh pembeli, sehingga
5
ia memerlukan bantuan seorang pakar. Agar pembeli tidak tertipu dan agar produk
yang ia carai sesuai dengan keperluaanya, maka khiyar ta’yin dibolehkan.
Akan tetapi jumhur ulam fiqh tidak menerima keabsahan khiyar ta’yin yang
dikemukakan ulama hanafiyah ini. Alasan mereka dalam akad jual beli ada
ketentuan bahwa barang yang diperdagangkan (al-sil’ah) harus jelas, baik
kualitasnya, maupun kuantitsnya. Dalam persoalan khiyar ta’yin, menurutmereka
kelihatan bahwa identitas barang yang akan dibeli belum jelas,oleh karena itu , ia
termasuk kedalam jual beli al-ma’dum (tidak jelas identitasnya) yang dilarang
syara’.
Ulama Hanafiyah yang membolehkan khiyar ta’yin mengemukakan tiga syarat
untuk syah nya khiyar ini, yaitu:
a. Pilihan dilakukan terhadap barang sejenis yang berbeda kualitas dan sifatnya.
b. Barang itu berbeda sifat dan nilainya.
c. Tenggang waktu untukkhiyar ta’yin itu harus ditentukan, yaitu menurut Imam
Abu Hanifah tidak boleh lebih dari 3 hari.
Khiyar Ta’yin, menurut ulama Hanafiyah, hanya berlaku dalam transaksi yang
bersifat pemindahan hak milik yang berupa materi dan mengikat bagi kedua belah
pihak, seperti jual beli.
6
BAB III
PEMBAHASAN
Pedagang hendaknya berlaku jujur kepada setiap pembeli. Apabila ada cacat
atau kerusakan maka jangan ditutup-tutupi. Sebab dengan jujur akan diberikan
keberkahan dalam kehidupan. Jadikanlah jujur sebagai sebuah budaya baik dalm
jual beli. Pedagang perlu teliti dalam memeriksa keadaan barang apakah ada
kerusakan atau tidak. Hal tersebut untuk menghindari pengembalian barang dari
pembeli karena cacat dikemudian hari.
Pembeli pun harus teliti dalam memilih barang yang hendak dia beli.
Pembeli sebaiknya jangan tergiur dengan harga yang murah tapi perlu diketahui
kualitasnya juga. Sebab harga yang murah belum tentu kualitasnya tinggi. Pembeli
jangan ragu untuk mengajukan hak khiyar supaya tidak mengalami kerugian
apabila barang yang telah dibeli terdapat cacat atau terdapat kerusakan didalamnya.
Dengan cara meminta bukti pembelian berupa kuitansi akan memudahkan pembeli
mengajukan pembelian barang jika terjadi cacat dikemudian hari.
7
BAB IV
KESIMPULAN
Secara etimologi, al-khiyar berarti pilihan. Secara terminologi, khiyar yaitu
mencari kebaikan dari dua perkara, melangsungkan atau membatalkan (jual-beli) .
Atau hak-hak menentuka pilihan antara dua hal bagi pembeli dan penjual, apakah
akad jual beli akan diteruskan atau dibatalkan.
Hukum khiyar dalam kalanagna ulama fiqh mubah (diperbolehkan), Karena
suatu keperluan yang mendesak dalam mempertimbangkan kemaslahatan masing-
masing pihak yang melakukan transaksi.
Macam- Macam khiyar :
a. Khiyar Majlis, yaitu hak pilih dari kedua belah pihak yang berakad untuk
membatalkan akad, selama keduanya masih berada dalam satu majelis akad
(diruangan toko) dan belum berpisah badan.
b. Khiyar ‘Aib, yaitu hak untuk membatalkan atau melangsungkan jual beli bagi
kedua belah pihak yang berakad apabila terdapat suatu cacat pada obyek yang
diperjualbelikan, dan cacat itu tidak diketahui pemiliknya ketika akad berlangsung.
c. Khiyar Ru’yah, yaitu khiyar (hak pilih) bagi pembeli untuk menyatakan berlaku
atau batal jual beli yang ia lakukan terhadap suatu obyek yang belumia lihat ketika
akad berlangsung.
d. Khiyar Syarat, yaitu khiyar (hak pilih) yang dijadikan syarat oleh keduanya
(pembeli dan penjual), atau salah seorang dari keduanya sewaktu terjadi akad
untuk meneruskan atau membatalkan akadnya itu, agar dipertimbangkan setelah
sekian hari. Lama syarat yang diminta paling lama tiga hari.
e. Khiyar ta’yin, yaitu hak pilih bagi pembeli dalam menentukan barang yang
berbeda kualitas dalam jual beli.
Diantara hikmah khiyar sebagai berikut :
Khiyar dapat membuat akad jual beli berlangsung menurut prinsip-prinsip islam,
yaitu suka sama suka antara penjual dan pembeli.
Terhindar dari unsur penipuan dan khiyar dapat memelihara hubungan baik dan
terjalin cinta kasih antar sesama.
8
DAFTAR PUSAKA
https://www.popbela.com/career/inspiration/niken-ari/pengertian-khiyar-dalam-
islam
https://alhasanah.or.id/pengetahuan/mengenal-3-jenis-khiyar-jual-beli-dalam-
islam/
https://muhammadiyah.or.id/khiyar-dalam-jual-beli/