Anda di halaman 1dari 15

Merancang RPP Merdeka Belajar

Sebagai guru, Anda sudah tidak asing dengan RPP, bukan? Ya, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menjadi salah satu kompetensi pedagogik yang
harus dikuasai guru. RPP merupakan ketentuan yang harus dilakukan guru
sebelum melaksanakan proses pembelajaran.  Adanya RPP akan memudahkan
guru melaksanakan aktivitas pembelajaran. Mengapa demikian? RPP berperan
sebagai pedoman yang memuat prosedur dan pengorganisasian pembelajaran
guna mencapai Kompetensi yang tertera pada Silabus. Guru yang berkompeten
menyusun RPP akan lebih terarah dan sistematis selama melaksanakan proses
pembelajaran.
 
Akan tetapi, praktik yang kerap terjadi penyusunan RPP terkesan rumit. Guru
mengeluhkan proses penyusunan RPP memakan waktu cukup lama dengan
penjabaran setiap elemen belajar yang cukup kompleks. Alhasil, pembelajaran
pun kurang terkendali. Guru sekedar menyusun RPP sebagai syarat administrasi
tanpa memahami tujuan dan esensi. Apakah benar demikian? Lanjutkan ke
aktivitas berikutnya untuk memahami miskonsepsi yang terjadi pada
penyusunan RPP. 

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, RPP merupakan tugas esensial


seorang guru. Penyusunan RPP menjadi tugas utama yang tidak terpisahkan
dari profesi guru. Namun, sangat disayangkan ketika penyusunan RPP diartikan
sebagai rutinitas, tanpa menyadari makna dari proses merancang alur
pembelajaran. Tugas utama guru ini pun menjadi sekedar tugas administrasi
belaka. Guru kerap melupakan kebutuhan murid dan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai. Alih-alih melakukan hal tersebut, guru lebih memikirkan
bagaimana menyelesaikan materi dan pencapaian nilai daripada melakukan
intervensi pengajaran yang tepat bagi murid.
 
Sejatinya, penyederhanaan penyusunan RPP sudah diatur dalam Surat Edaran
Mendikbud Nomor 19 Tahun 2019. Pada surat tersebut dijelaskan penyusunan
RPP dilakukan dengan prinsip efisien, efektif dan berorientasi pada murid. RPP
pun tidak lagi dibuat rumit dengan berbagai elemen pembelajaran. Lalu,
bagaimana praktik yang ideal dari penyusunan RPP? Miskonsepsi apa saja yang
masih ditemui pada penyusunan RPP? Simak video refleksi berikut untuk
memahami esensi sekaligus miskonsepsi mengenai RPP. Catat poin penting
yang Anda peroleh kemudian bagikan pada ruang diskusi.

Setelah Anda menyimak video refleksi RPP, silakan Anda membuat tabel T atau
tabel perbedaan yang mengidentifikasi perbedaan RPP yang Merdeka Belajar
dan RPP yang belum Merdeka Belajar. Anda dapat membuat kriteria pembeda
berdasarkan identifikasi Anda, tidak ditentukan secara khusus kriteria
pembedanya. Setelah itu, lampirkan tabel T dengan klik file yang Ada di sebelah
kiri ruang diskusi. 
Diskusikan tabel yang sudah Anda buat pada forum diskusi berdasarkan kriteria
pembedanya. Jika sudah dilakukan, lanjutkan ke aktivitas berikutnya. 
 
Berikut template tabel T yang dapat Anda gunakan.

1. Guru dapat membuat RPP


seminggu sekali, agar lebih valid. 1. Guru biasanya hanya copy
2. Guru dapat memodifikasi RPP paste dari RPP guru lain.
agar lebih sesuai dengan kondisi 2. Guru membuat RPP hanya
aktual. sebagai pemenuhan kewajiban
3. Guru lebih mengutamakan saja.
materi yang sesuai dengan kondisi
siswa.
Tujuan dan prinsip strategi pembelajaran merdeka belajar telah Anda pelajari.
Lalu, apa cara yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan dan prinsip strategi
merdeka belajar? Pembelajaran merdeka belajar dapat diwujudkan melalui cara
5M. Cara 5M ini terdiri dari:

1. Memanusiakan hubungan
2. Memahami konsep
3. Membangun keberlanjutan
4. Memilih tantangan
5. Memberdayakan konteks.

5M inilah yang akan memfasilitasi pembelajaran merdeka belajar. Bagaimana


penjelasan setiap komponen 5M? Silakan pelajari pada infografis yang tersedia.
Anda telah menyelesaikan kuis tujuan dan strategi pembelajaran merdeka
belajar. Apa jawaban Anda? 
 
Jika Anda menjawab “Benar” pada semua soal. Selamat! Anda mendapat hasil
maksimal pada kuis ini. Ya, semua pernyataan tersebut telah sesuai. RPP
disusun secara efektif, efisien dan berorientasi pada murid. Idealnya, RPP
disusun sebelum guru melaksanakan proses belajar agar pembelajaran lebih
terarah. Dengan demikian, pencapaian Kompetensi Dasar dapat dikuasai. Tidak
ada standar baku mengenai format dan jumlah halaman yang disyaratkan. Guru
dapat menyusun dan memodifikasi sesuai kebutuhan murid. Asalkan sesuai
dengan prinsip penyusunan RPP serta memuat tiga komponen inti (tujuan
pembelajaran, langkah pembelajaran dan asesmen). Penyusunan RPP akan lebih
mudah jika menggunakan alat bantu yang disebut Kanvas RPP Merdeka Belajar.
Adanya kanvas memudahkan guru merancang alur belajar dan memahami
keterkaitan setiap elemen yang terdapat dalam penyusunan RPP. 
 
Bagaimana? Apakah Anda mendapatkan nilai maksimal? Silakan mempelajari
kembali materi sebelumnya jika Anda mendapat nilai yang kurang maksimal.
Sementara itu, lanjutkan proses belajar Anda ke topik selanjutnya jika Anda
sudah memahami topik ini. 

Selamat datang di topik keempat! Setelah Anda memahami prinsip dan tujuan
RPP Merdeka Belajar, Anda akan mempelajari pentingnya memahami profil
murid sebagai langkah awal dalam menyusun RPP merdeka belajar.
Sebagaimana penjelasan sebelumnya, salah satu prinsip RPP ialah berorientasi
pada murid. Berorientasi pada murid berarti memahami profil murid dari segi
kesiapan, minat dan kebutuhan belajar murid dalam kelas. Namun, guru
seringkali melewatkan prinsip tersebut. Sebenarnya, bagaimana cara
memahami profil murid yang beragam? 
 
Memahami profil murid dapat dilakukan jika mengetahui langkah
perencanaannya. Guru dapat melakukan asesmen diagnostik sebagai langkah
awal memetakan kebutuhan murid di kelasnya. Apa itu asesmen diagnostik?
Asesmen diagnostik merupakan penilaian oleh guru di awal pembelajaran untuk
melihat kompetensi dan perkembangan belajar siswa. Nantinya, hasil diagnosis
guru digunakan untuk memetakan kebutuhan belajar murid sehingga dapat
menentukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi murid. 
 
Pada prinsipnya, asesmen diagnostik dilakukan dengan memperhatikan aspek 
non kognitif dan kognitif. Apa tujuan melakukan asesmen diagnostik non
kognitif dan asesmen diagnostik kognitif? Silakan simak dan pelajari infografis
berikut.
Selain asesmen diagnostik non kognitif, pemetaan murid hasil asesmen
diagnostik kognitif juga diperlukan. Sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya, asesmen diagnostik kognitif diperlukan untuk mengidentifikasi
capaian kompetensi murid. Bagaimana langkah dalam memetakan murid
melalui asesmen diagnostik kognitif? Berikut penjelasannya.
Setelah memahami profil murid, topik selanjutnya yang akan dipelajari ialah
bagaimana menentukan tujuan, bukti dan asesmen belajar sebagai elemen yang
terdapat dalam kanvas RPP Merdeka Belajar. 
 
Pada dasarnya, merancang strategi merdeka belajar dilakukan dengan
prinsip backward thinking. Apa yang dimaksud backward thinking? Backward
thinking  ialah cara berpikir mundur yang digunakan dalam merancang suatu
desain. Dalam hal ini, berpikir mundur dilakukan dengan merumuskan
rangkaian kegiatan belajar mulai kegiatan sebelum hasil akhir (tujuan, bukti dan
asesmen) hingga kegiatan awal pembelajaran. 
 
Bagaimana maksudnya? Setelah anda memahami profil murid, Anda justru akan
memulai seluruh rangkaian dari tujuan belajar. Menentukan tujuan belajar di
awal akan membantu mengidentifikasi bukti apa saja yang menunjukan bahwa
murid telah mencapai kompetensi yang diharapkan. Selain itu, adanya tujuan
belajar membuat guru lebih mudah menentukan teknik asesmen yang sesuai
dengan materi pembelajaran. Lantas, bagaimana cara menentukan tujuan, bukti
dan asesmen? 
 
Infografis berikut ini akan memudahkan Anda memahami bagaimana guru
menentukan tujuan, bukti dan asesmen pembelajaran. Silakan Anda pelajari dan
cermati setiap langkahnya. Catat informasi penting yang Anda peroleh.
Kemudian, sampaikan pendapat Anda melalui ruang diskusi. 
Bagaimana rekan guru belajar? Apakah Anda kesulitan menjawab kuis? Yuk, kita
bahas bersama kuis menentukan tujuan, bukti dan asesmen belajar yang sudah
Anda selesaikan. Simak penjelasan berikut dan cocokkan dengan jawaban Anda. 
 
1. Tujuan pembelajaran: 
Menjelaskan fungsi organ pencernaan manusia berdasarkan media video dan
tanya jawab

 Kata kerja: Menjelaskan


 Topik/bidang: fungsi organ pencernaan manusia 
  Kriteria: Media video dan tanya jawab 

Mengkategorikan organ dengan enzim pencernaan yang sesuai melalui media


papan bermain 

 Kata kerja: Mengkategorikan


 Topik/bidang: organ dengan enzim pencernaan manusia 
 Kriteria: Media papan bermain 

Mengidentifikasi gangguan pencernaan, penyebab dan hubungannya dengan


makanan dan kesehatan melalui eksplorasi dan penugasan kelompok

 Kata kerja: Mengidentifikasi


 Topik/bidang:gangguan pencernaan manusia dengan makanan dan
kesehatan
 Kriteria: Eksplorasi dan penugasan kelompok

2. Bukti dan asesmen yang ditentukan Guru Nata telah sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ditentukan. Setiap bukti yang ditentukan Guru Nata mampu
mengukur pencapaian tujuan belajar murid.
 
Setelah membaca penjelasan di atas, mari lanjutkan proses belajar ke topik
selanjutnya.
Pada aktivitas sebelumnya, Anda telah mengetahui cara berpikir
melalui backward thinking. Proses backward thinking yang dimulai dari melihat
profil murid, tujuan, bukti dan asesmen akan membantu Anda untuk
menentukan strategi pembelajaran yang paling sesuai dengan profil murid
Anda. Strategi dan cakupan pembelajaran inilah yang akan kita pelajari pada
topik ini.
 
Bagaimana cara menentukan strategi dan cakupan belajar? Pilihlah konteks dan
konten belajar yang relevan dengan kehidupan murid-murid Anda sebagai
cakupan belajar. Pastikan Anda juga mengimplementasikan cara 5M dalam
proses pembelajaran di dalam kelas: memanusiakan hubungan, memahami
konsep, membangun keberlanjutan, memilih tantangan dan memberdayakan
konteks. Secara lebih detil, berikut infografis yang menjelaskan langkah
menyusun strategi dan cakupan belajar.

Anda mungkin juga menyukai