Anda di halaman 1dari 4

Nama: Deni Setiadi

Nim: 20190401263

UAS HUKUM dan HAM

1. HAM sebagai hak alamiah adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia.
Manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum yang
berlaku, namun semata-mata karena martabatnya sebagai manusia. Setiap manusia yang terlahir
dengan warna kulit, jenis kelamin, bahasa, budaya, dan kewarganegaraan yang berbeda, ia tetap
memiliki hak hak tersebut.

HAM yang bersumber pada hukum adalah hak-hak menurut hukum, yang dibuat melalui proses
pembentukan hukum dari masyarakat itu sendiri, baik secara nasional maupun internasional (Positive
Rights). Dasar dari hak-hak ini adalah persetujuan dari yang diperintah, yaitu para Warga Negara, yang
tunduk kepada hak hak itu dan tidak hanya tata tertib alamiah.

2. Magna Carta atau Piagam Besar diratifikasi di Inggris pada 15 Juni 1215 atas kezaliman Raja John.
Piagam itu sejatinya terlahir dari perseteruan antara Raja John, Paus Innocent III dan para bangsawan
Inggris kelas Baron.

Berkat keberadaan Magna Carta, raja tak lagi bisa bertindak sewenang-wenang. Dengan kata lain,
Piagam Besar itu menjadi tonggak sejarah lahirnya hak asasi manusia dan hukum konstitusional.
Sejumlah hak raja dicabut, berganti dengan keputusan berdasarkan pertimbangan hukum dan asas
kemanusiaan.

Magna Carta memuat delapan perjanjian damai: 1. Raja beserta keturunannya berjanji akan
menghormati kemerdekaan, hak, dan kebebasan Gereja Inggris; 2. Raja berjanji kepada penduduk
kerajaan yang bebas untuk memberikan hak-hak; 3. Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan
menghormati hak-hak penduduk; 4. Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa bukti
dan saksi yang sah; 5. Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan, ditangkap, dinyatakan bersalah
tanpa perlindungan negara dan tanpa alasan hukum sebagai dasar tindakannya; 6. Apabila seseorang
tanpa perlindungan hukum sudah terlanjur ditahan, raja berjanji akan mengoreksi kesalahannya; 7.
Kekuasaan raja harus dibatasi; dan 8. Hak Asasi Manusia (HAM) lebih penting daripada kedaulatan,
hukum atau kekuasaan

3. DUHAM telah menjadi dokumen yang dimanfaatkan dalam forum politik dan yuridis, serta dijadikan
referensi pokok dalam penyusunan perjanjian internasional hak-hak asasi di level regional seperti
Konvensi Eropa, Konvensi Amerika dan Piagam Eropa. Demikian juga, DUHAM telah menjadi referensi
penting dalam perumusan HAM di level konstitusi sebuah negara atau nasional. Bahkan, deklarasi
digunakan oleh bangsa-bangsa yang menuntut kemerdekaan, bebas dari praktik penjajahan/kolonial,
serta digunakan dalam perjuangan praktik diskriminasi rasial.

Karena perkembangan tersebut, maka DUHAM telah menjadi bagian dari hukum internasional yakni
sebagai hukum kebiasaan.

4. Perlunya instrumen HAM regional karena agar bisa menyesuaikan pengaturan universal hak asasi
manusia dengan perkembangan hukum di kawasan, budaya dan kepentingan negara-negara yang ada di
kawasan tersebut.

5. Asas Legalitas

Asas Keseimbangan

Asas Praduga Tak Bersalah

6. Hubungan Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia

Perumusan ciri-ciri Negara Hukum yang dilak uk an oleh F.J. Stahl, yang kemudian ditinjau ulang oleh
International Commision of Jurist pada Konferensi yang diselenggarakan di Bangkok tahun 1965, yang
memberikan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individu konstitusi harus pula
menentukan cara procedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin;

2 Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak;

3. Pemilihan Umum yang bebas;

4. Kebebasan menyatakan pendapat

5. Kebebasan berserikat/berorganisas i dan beroposisi

6. Pendidikan Kewarganegaraan.

Seperti dijelaskan di atas, jelaslah bahwa sebuah Negara Hukum haruslah memiliki ciri atau syarat
mutlak bahwa negara itu melindungi dan menjamin Hak Asasi Manusia setiap warganya.

Dengan demikian jelas sudah keterkaitan antara Negara hukum dan Hak Asasi Manusia, dimana Negara
Hukum wajib menjamin dan melindungi Hak Asasi Manusia setiap warganya.

Hubungan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia


Antara HAM dan demokrasi memiliki hubungan yang sangat erat. HAM tidak mungkin eksis di suatu
negara yang bersifat totaliter (tidak demokratis), namun sebaliknya negara yang demokratis pastilah
menjamin eksistensi HAM. Suatu negara belum dapat dikatakan demokratis apabila tidak menghormati
dan melindungi HAM. Kondisi yang dibutuhkan untuk memperkokoh tegaknya HAM adalah alam
demokratis di dalam kerangka negara hukum (rule of law state). Konsep negara hukum dapat dianggap
mewakili model negara demokratis (demokrasi). Implementasi dari negara yang demokratis
diaktualisasikan melalui sistem pemerintahan yang berdasarkan atas perwakilan (representative
government) yang merupakan refleksi dari demokrasi tidak langsung. Menurut Julius Stahl dan A.V.Dicey
suatu negara hukum haruslah memenuhi beberapa unsur penting, salah satu unsur tersebut antara lain
yaitu adanya jaminan atas HAM. Dengan demikian untuk disebut sebagai negara hukum harus terdapat
perlindungan dan penghormatan terhadap HAM.

7. Ditetapkannya beberapa ketentuan perundang-undangan tentang HAM , seperti amandemen


konstitusi negara ( UUD NRI '45 ), ketetapan MPR ( TAP MPR), Undang-undang, peraturan pemerintah
dan ketentuan perundang-undangan lainnya. Seperti TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM.

8. Pelanggaran HAM adalah pelanggaran yg dilakukan terhadap Hak asasi manusia, dapat berupa
pelanggaran berat atau ringan. Sedangkan pelanggran pidana adalah pelanggaran yang terjadi dalam
ketertiban hukum. pelanggran pidana bisa melibatkan HAM semantara pelanggaran HAM tidak
seutuhnya berkaitan dengan pidana.

Contoh kasus pelanggaran ham: Pembunuhan munir dan yang terbaru adalah Pembunuhan anggota FPI

9. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM)

Komnas HAM didirikan berdasarkan Keppres No. 50 Tahun 1993 dengan tujuan untuk membantu
pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan HAM serta meningkatkan perlindungan HAM.

Peran Komnas HAM :

1. Melakukan pengkajian dan penelitian dari instrumen hukum di Indonesia

2. Menangani kasus pelanggaran HAM.

3. Mengkaji peraturan negara seperti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah dan
produk hukum

Fungsi Komnas HAM :

1.Fungsi pengkajian dan penelitian.


2.Fungsi penyuluhan.

3.Fungsi pemantauan.

4.Fungsi mediasi.

Pengadilan HAM

Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan Peradilan Umum dan
memiliki tugas dan kewenangan untuk memeriksa dan memutus perkara pelanggaran berat HAM.

Adapun pelanggaran berat HAM yang dimaksud hanya meliputi kejahatan genosida dam kejahatan
terhadap kemanusiaan (crimes against humanity).

10. Tentu saja masih berlaku. Menurut hukum HAM Internasional dalam keadaan perang dilarang
melakukan penyerangan terhadap warga sipil, rumah ibadah, rumah sipil dan Protokol Tambahan 1977
secara khusus melindungi orang yang tidak mengambil bagian dalam permusuhan (warga atau
penduduk sipil, pekerja kesehatan, dan pekerja bantuan kemanusiaan) dan mereka yang tidak lagi
terlibat dalam permusuhan, seperti tentara yang terluka, sakit dan kapalnya karam dan tawanan perang
(Konvensi Jenewa 1949).

Anda mungkin juga menyukai