Anda di halaman 1dari 58

Geologi Regional Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat,

Sulawesi Selatan

(Oleh Rab. Sukamto dan Supriatna S. Tahun 1982)

Daerah ini mempunyai penduduk yang relatif


PENDAHULUAN lebih padat daripada bagian lain Sulawesi
Selatan bertempat tinggal di kota kabupaten
dan kecamatan, penduduk terdapat di desa
Pemetaan geologi di Lembar Pangkajene dan dan kampung di sepanjang semua jalan
Watampone Bagian Barat. Sulawesi Selatan, utama yang menuju ke daerah pedalaman.
di laksanakan dalam rangka Proyek Pemetaan Sebagian besar penduduk bertani sawan
Geologi dan interpretasi Foto Udara, Pelita 1, sehingga membuat daerah ini penghasil padi
oleh Subdirektorat Perpetaan, Direktorat yang utama di Sulawesi. Penduduk di
Geologi (sekarang Pusat Penelitian dan sepanjang pantai kebanyakan nelayan yang di
Pengembangan Geologi). Semula pemetaan kota kebanyakan berniaga atau jadi
dilaksanakan secara tinjau dengan tujuan karyawan. Kehidupan sosial di daerah ini
untuk melengkapi data geologi guna kompilasi mencerminkan kehidupan asli Sulawesi
Peta Geologi Regional sekala 1:1000.000 yang Selatan. Seperti Bugis, Makassar, dan Bajo.
sekarang sudah terbit (Sukamto, 1975). Penduduk kebanyakan beragama Islam, tetapi
Pemetaan tinjau dilakukan selama Agustus tetapi yang beragama Katoilik dan Protestan
dan September 1971 oleh R. Sakamto. H. serta yang beragama lain hanya sedikit.
Sumadirdja, TS. Suriatmadja. KA. Astadiredja,
dan dibantu oleh S. Hardoprawiro. D. Sudana, Fisiografi lengan selatan sulawesi yang
N. Ratman dan E. Titersole berarah utara-selatan mempengaruhi keadaan
iklimnya. Seperti di daerah lndonesia yang
Data geologi tinjau yang dihasilkan pada 1971 lain, di sini pun ada dun musim, yaitu musim
kemudian dilengkapi sejumlah lintasan geologi hujan dan musim kemarau. Di bagian barat
yang lebih rapat, yang dilakukan dari musim berbeda waktunya dengan di bagian
September disusun menjadi peta1 geologi timur. Musim hujan di bagian barat
ber sistem Luar Jawa, sekala 1:250.000. berlangsung dari Nopember sampai April, dan
di bagian timur dan Mei sampai Oktober.
Hutan lebat hanya ditemukan di daerah
Pemetaan selama dilakukan oleh R Sukamto, berdongak tinggi, yaitu di pegunungan
S. Supriatna. A Yasin, Sukardi, dan dibantu sebelah barat dan timur. Daerah berdongak
oleh Y. Noya. I. Umar. R. L. Situmorang, A. rendah sebagian besar daerah pertanian.
Koswara dan Sahardjo. Selama 1978 dan Binatang liar sudah jarang ditemui di daerah
1979 juga diperoleh data geologi setempat ini; yang terlihat hanya ular, kijang, anoang
oleh R. Sukamto dan S. Santosa yang dipakai dan kera.
untuk memperbaiki beberapa bagian dari peta
geologi ini.
Daerah pemetaan sangat mudah dicapai.
Hubungan udara yang pada 1971 antara
Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Jakarta dan Makassar (sekarang Ujung
Barat terletak antara kordiniat 119o 05‘ - 120o Pandang) hanya berlagsung beberapa kali
45‘ BT dan 4o – 5o LS; meliputi Daerah Tk. II dalam seminggu. sekarang telah berubah jadi
Kabupaten Maros, Pangkep, Barru beberapa kali dalam satu hari Lapangan udara
Watansoppeng, Wajo, Watampone, Sinjai dan Ujung Pandang, Mandai, terletak di bagian
Kotamadya Parepare: semuanya termasuk baratlaut Lembar Ujung Pandang, Benteng
Daerah Tk. 1 Propinsi Sulawesi Selatan. dan Sinjai. Hampir seluruh daerah pemetaan
Lembar peta berbatasan dengan Lembar dapat dengan mudah dicapai dengan mobil.
Majene-Palopo di utara, Lembar Ujung Semua kota kabupaten dan sebagian dari kota
Pandang, Benteng dan Sinjai di selatan, Selat kecamatan mempunyai hubungan jalan yang
Makasar d barat dan, Teluk Bone di timur. dapar dilalui kendaraan mobil, jalan desa dan
setapak dapat ditemukan hampir di seluruh
daerah ini.

Peta dasar yang dipakai dalam pemetaan ini


adalah peta topografi bersekala 1 :250.000.
AMS Seri T-503, 1965, No SB 50-4 dan 51-1

1
yang juga dipakai sebagai peta dasar STRATIGRAFI
Kompilasi. Untuk lapangan dipakai peta
topografi bersekala 1 : 50.000. Di samping itu
dipakai potret udara yang melingkupi bagian Kelompok batuan tua yang umurnya belum
barat lembar, dan sebagian dari bagian timur. diketahui terdiri dari batuan ularabasa, batuan
Potret ini sebagiar besar bersekala 1 : 50.000. malihan dan batuan melange. Batuannya
selain yang bersekala 1: 10.000. terbreksikan dan tergerus dan mendaun, dan
sentuhannya dengan formasi dl sekitarnya
Penyelidikan geologi sebelumnya di lembar ini berupa sesar atau ketidselarasan. Penarikhan
dilakukan oleh Steiger (1915), t‘Hoen & radiometri pada sekis yang menghasilkan 111
Ziegler (1917). Sung (1948). Hooijer (1949) juta tanun Kemungkinan menunjukkan
dan Patty & Wiryosujono (1962); yang terbaru peristiwa malihan akhir pada tektonik Zaman
di lakukan oleh van Leeuwen (1974). Kapur. Batuan tua ini tertindih tak selaras
oleh endapan flysch Formasi Balangbaru dan
Formasi Marada yang tebalnya lebih dari 2000
GEOMORFOLOGI
m dan berumur Kapur Akhir. Kegiatan magma
sudah mulai pada waktu itu dengan bukti
Di daerah Lembar Pangkajene dan adanya sisipan lava dalam flysch.
Watampone Bagian Barat terdapat dua baris Batuan gunungapi berumur Paleosen (58,5-
pegunungan yang memanjang hampir sejajar 63,0 it), dan diendapkan
pada arah utara-barat laut dan terpisahkan
oleh lembah Sungai Walanae. Pegunungan dalam lingkungan laut, menindih tak selaras
yang barat menempati hampir setengah luas batuan flysch yang berumur Kapur Akhir.
daerah, melebar di bagian selatan (50 km) Batuan sedimen Formasi Malawa yang
dan menyempit di bagian utara (22 km). sebagian besar dicirikan oleh endapan darat
Puncak tertingginya 1694 m, sedangkan dengan sisipan batubara, menindih tak selaras
ketinggian rata-ratanya 1500 m. batuan gunangai Paleosen dan batuan flysch
Pembentuknya sebagian besar batuan Kapur Akhir. Ke atas Formasi Malawa ini
gunungapi. Di lereng barat dan di beberapa secara berangsur beralih ke endapan karbonat
tempat di lereng timur terdapat topografi Formasi Tonasa yang terbentuk secara
kras, penceminan adanya batugamping. Di menerus dari Eosen Awal sampai bagian
antara topografi kras di lereng barat terdapat bawah Miosen Tengah. Tebal Formasi Tonasa
daerah pebukitan yang dibentuk oleh batuan lebih kurang 3000 m, dan melampar cukup
Pra-Tersier. Pegunungan ini di baratdaya luas mengalasi batuan gunungapi Miosen
dibatasi oleh dataran Pangkaiene-Maros yang Tengah di barat. Sedimen klastika Formasi
luas sebagai lanjutan dari dataran di Salo Kalupang yang Eosen sampai Oligosen
selatannya. bersisipan batugamping dan mengalasi batuan
gunungapi Kalamiseng Miosen Awal di timur.
Pegunungan yang di timur relatif lebih sempit Sebagian besar pegunungan, baik yang di
dan lebih rerdah, dengan puncaknya rata-rata barat maupun yang di timur, berbatuan
setinggi 700 m, dan yang tertinggi 787 m. gunungapi. Di pegunungan yang timur,
Juga pegunungan ini sebagian besar batuan itu diduga berumur Miosen Awal
berbatuan gunungapi. Bagian selatannya bagian atas yang membentuk batuan
selebar 20 km dan lebih tinggi, tetapi ke utara Gunungapi Kalamiseng Di lereng timur bagian
meyempit dan merendah, dan akhirnya utara pegunungan yang barat, terdapat
menunjam ke bawah batas antara Lembah batuan Gunungapi Soppeng yang diduga juga
Walanae dan dataran Bone. Bagian utara berumur Miosen Awal. batuan sedimen
pegunungan ini bertopografi kras yang berumur Miosen Tengah sampai Pliosen Awal
permukaannya sebagian berkerucut. Batasnya berselingan dengan batuan gunungapi yang
di timurlaut adalah dataran Bone yang sangat berumur antara 8,93-9,29 juta tahun. Secara
luas, yang menempati hampir sepertiga bersama batuan itu menyusun Formasi Camba
bagian timur. yang tebalnya sekitar 5000 m. Sebagian besar
pegunungan yang barat terbentuk dari
Lembah Walanae yang memisahkan kedua Formasi Camba ini yang menindih tak selaras
pegunungan tersebut di bagian utara selebar Formasi Tonasa.
35 Km. tetapi di bagian selatan hanya 10 km. Selama Miosen akhir sampai Pliosen, di
Di tengah tendapat Sungai Walanae yang daerah yang sekarang jadi Lembah Walanae
mengalir ke utara Bagian selatan berupa di endapkan sedimen klastika Formasi
perbukitan rendah dan di bagian utara Walanae. Batuan itu tebalnya sekitar 4500 m,
terdapat dataran aluvium yang sangat luas dengan bioherm batugamping koral tumbuh di
mengelilingi D. Tempe. beberapa tempat (batugamping Anggota
Taccipi). Formasi, Walanae berhubungan
menjemari dengan bagian atas Formasi

2
Camba. Kegiatan gunungapi selama Miosen Endapan pantai setempat mengandung sisa
Akhir sampai Pliosen Awal merupakan sumber kerang dan batugamping koral (Qc). Sisipan
bahan bagi Formasi Walanae. Kegiatan lempung laut yang mengandung moluska
gunungapi yang masih terjadi di beberapa (Arca,. Trocbus dan Cypraea) dan buncak besi
tempat selama Pliosen, dan menghasilkan terdapat di sekitar Danau Tempe (t‘Hoen &
batuan gunungapi Parepare (4,25-4,95 juta Ziegler, 1915). Undak sungai yang berumur
tahan) dan Baturape-Cindako, juga Plistosen (tak terpetakan) di Kampung
merupakan sumber bagi formasi itu. Sompoh, dekat Sungai Walanae, mengandung
tulang gajah purba yang dikenali sebagai
Archidiscodon celebensis (Hooijer, 1949).
Terobosan batuan beku yang terjadi di daerah
itu semuanya berkaitan erat dengan kegiatan
gunungapi tersebut. Bentuknya berupa stok,
Batuan Sedimen dan Bautan Gunungapi
sill dan retas, bersusunan beraneka dari
Kb FORMASI BALANGBARU : sedimen tipe
basal, andesit, trakit, diorit dan granodiorit.
flysch; batupasir berselingan dengan
dan berumur berkisar dari 8.3 sampai 19 ± 2
batulanau, batulempung dan serpih bersispan
juta tahun.
konglomerat, batupasir konglomeratan. tufa
Setelah Pliosen Akhir, rupanya tidak terjadi
dan Lava; batupasirnya bersusunan grewake
pengendapan yang berarti di daerah ini, dan
dan arkosa. sebagian tufaan dan gampingan:
juga tidak ada kegiatan gunungapi. Endapan 5
pada umumnva menunjukkan struktur
undak di utara Pangkajene dan di beberapa
turbidit; di beberapa tempat di temukan
tempat di tepi Sungai Walanae, rupanya
konglomerat dengan susunan basal, andesit,
terjadi selama Pliosen. Endapan Holosen yang
diorit. serpih, tufa terkersikkan, sekis, kuarsa,
luas berupa aluvium terdapat di sekitar D.
dan bersemen batupasir; pada umumnya
Tempe,
padat dan sebagian serpih terkersikkan. Di
bawah mikroskop, batupasir dan batulanau
di dataran Pangkajene-Maros dan di bagian terlihat mengandung pecahan batuan beku.
utara dataran Bone.

metasedimen dan rijang radiolaria. Daerah


Endapan Permukaan baratlaut mengandung banyak batupasir dan
ke arah tenggara, lebih banyak batulempung
dan serpih.
Qpt ENDAPAN UNDAK: kerikil, pasir dan
lempung, membentuk dataran rendah
Baru-baru ini Labaratorium Total CTF
bergelombang di sebelah utara Pangkajene.
mengenali Globotruncana pada serpih -
Terutama berasal dari batua pra-tersier di
lanauan dari sebelah timur Bantimala, dan
sebelah timur Pangkajene. Satuan ini dapat
pada grewake dari jalan antara Padaelo
dibedakan secara morfologi dari endapan
Tanetteriaja yang berumur Kapur Akhir (P.F
aluvium yang lebih muda. Satuan ini
Burollet, hubungan tertulis, 1979).
barangkali dapat dinasabahkan dengan
endapan undak di dekat sungai Walanae yang
mengandung tulang gajah purba yang Formasi ini tebalnya sekitar 2000 m; tertindih
berumur Plistosen; tidak terpetakan. tak selaras batuan Formasi Mallawa dan
Lempung, pasir dan kerikil yang tidak Batuan Gunungapi Terpropilitkan, dan
terpetakan di daerah tata-sungai Walanae menindih tak selaras Kompleks Tektonik
mungkin termasuk satuan ini. Bantimala.

Qc TERUMBU KORAL : batugamping


Km FORMASI MARADA (van Leeuwen.
terumbu, dibeberapa tempat di sepanjang
1974): sedimen bersifat flysch; perselingan
pantai terangkat membentuk singkapan kecil.
batupasir, batulanau, arkosa, grewake. serpih
Yang dipetakan hanya ditemukan di selatan
dan konglomerat; bersisipan batupasir dan
Marek. Di dangkalan Spermonde terumbuh
batulanau gampingan, tufa. lava dan breksi
koral muncul ke atas muka laut, melampar
yang tersusun oleh basal, andesit dan trakit.
kira-kira 60 km di lepas pantai ke arah barat,
dan kira-kira 50 km di lepas pantai ke arah
timur di bagian selatan Lembar. Batupasir dan batulanau berwarna kelabu
muda sampai kehitaman; serpih berwarna
kelabu tua sampai coklat tua: konglomerat
Qac ENDAPAN ALUVIUM, DANAU DAN
tersusun oleh kerikil andesit dan basal: lava
PANTAI: lempung, lanau. lumpur pasir dan
dan breksi terpropilitkan kuat dengan mineral
kerikil di sepanjang sungai besar, di sekitar
sekunder berupa karbonat, silikat, serisit,
lekuk Danau Tempe, dan di sepanjang pantai.
klorit dan epidot. Fosil Globotruncana dari

3
batupasir gampingan yang dikenali oleh PT setebal beberapa sentimeter dan berupa
Shell menunjukkan umur Kapur Akhir dan lapisan sampai 1,5 m.
diendapkan di lingkungan neritik dalam (T.M.
van Leeuwen, hubungan tertulis. 1978). Penelitian palinologi terhadap sisipan batubara
Formasi ini tebalnya lebih dari 1000 m. telah dilakukan oleh Asrar Khan (M.E -
Scrutton, Robertson

Teos FORMASI SALO KALUPANG: Research, hubungan tertulis, 1974) dan oleh
batupasir, serpih dan batulempung. Robert H. Tschudy (Don E. Wolcort, USGS,
berselingan dengan konglomerat gunungapi, hubungan tertulis, 1973). Sepuluh buah
breksi dan tufa bersisipan lava, batugamping contoh dari singkapan B.32 (a-f) dan B.54 (a-
dan napal, batulempung. serpih dan batupasir c, dan RR.10), daerah Tanetteriaja, dan
di beberara tempat tercirikan oleh warna sebuah dari dekat galian lempung di Tonasa
merah, coklat, kelabu dan hitam; setempat mengandung fosil mikroflora sbb.: Acritarchs
mengandung fosil moluska dan foraminifera, sp., Anacolosidites sp., Anno daceae sp.
terutama di dalam lapisan batugamping dan Barringtonia sp, Betulaceae pollen,
napal pada umumnya gampingan. padat dan Bombacaceae sp., Compositae sp. Cyatbidites
sebagian dengan urat kalsit, sebagian sp., Dicolpopollis cf , D. kalewesis, D.
serpihnya sabakan; kebanyakan lapisan verrucate, D. smooth, Dinoflagellates sp.,
terlipat kuat dengan kemiringan antara 20° - Florscbuetzia trilobata, Gunnera sp.,
57°. penampang di Salo Kalupang Intratriporopollenites, Leotriletes sp.,
memperlihatkan lebih banyak konglomerat di Monosulcate pollen, Monosulites sp.,
bagian barat, dengan komponen andesit dan Myricaceae pollen, Olacacea sp., Palmea
basal. Di sebelah timur Palatae tersingkap pollen, Psilamonoletes sp,.
lebih banyak tufa dan batupasir daripada di Retitricolpitesantonii. Retikutcbensis
SaLo Kalupang. Di timur Samaenre terdapat (VENKATCHALA & KAR. 1968),
lebih banyak singkapan serpih daripada di Sapotaceoidacpollenites sp., Sterculiaceae sp.,
tempat lain; batuannya berwarna coklat Syncolporate pollen, Tetraporina sp.,
kemerahan dan kelabu berselingan dengan Tricolpate pollen, Tricolpate verrucate pollen,
batugamping berlapis (Teol) dan batupasir. Triporate pollen. Verrucatosporites sp.,
Verrustriletesmajor. dan Verrutricolporites sp.
Fosil foraminifera yang dikenali oleh D. Kadar Berdarsarkan fosil tersebut A . Khan dan R.H.
(hubungan tertulis, 1971 dan 1974). dan Tschudy memperkirakan umur Paleogen
lokasi A.29.b. Tc.239.b dan Tc.239.d yang, di dengan lingkungan paralas sampai dangkal.

antaranya Discocyclina javana (VERBEEK), Berdasarkan fosil Ostrakoda dari contoh


Nummulites sp. , N. gizehensis FORSKAL. V batuan B.45/e. E. Hazel memperkirakan,
pengaronensis (VERBEEK), Heterostegina sp, umur Eosen (DL. Wolcort. USGS, hubungan
Catapsydrax unicavus BOLLI-LOEBLICH- tertulis. 1973). Fosil Ostracoda yang dikenali
TAPPAN, Globorotalia opima BOLLI. adalah: Bairdiiac sp,. Cytberella sp,.
Globigerina binaensis KOCH, Gn. tripartita Cytberelloidea sp,.1 Cytberelloidea sp.2
BOLLI. Gn. tapuriensis BLOW & BANNER, Gn. Cytboropteron sp.1
venezuelana HEDBERG, ganggang dan
lithothamnium. menunjukkan kisaran umur Cytboropteron sp.2, Kritbinids sp,.
Eosen Awal - Oligosen Akhir. Tebal satuan ini Loxoconcba sp,. Paijenborcbella sp,.
diperkirakan tidak kurang dari 4500 m. Pokornyella sp,. Traciryleberis sp,. Dan
xestoberis sp,.Tebal formasi ini tidak kurang
dari 400 m; tertindih selaras oleh
Tem FORMASI MALAWA: batupasir, batugamping Temt. dan menindih tak Selaras
konglomerat, batulanau. batulempung. dan batuan sedimen Kb dan batuan gunungapi
napal, dengan sisipan lapisan atau lensa Tpv.
batubara dan batulempung;

Batupasirnya sebagian besar batupasir Temt FORMAST TONASA : batugamping


kuarsa, ada pula yang arkosa, grewake. dan koral pejal sebagian terhablurkan. Berwarna
tufaan, umumnya berwarna kelabu muda dan putih dan kelabu muda; batugamping
coklat muda; pada umumnya bersifat rapuh, bioklastika dan kalkarenit. Berwarna putih
kurang padat; konglomeratnya sebagian coklat muda dan kelabu muda. sebagian
kompak; batulempung. batugamping dan berlapis baik, berselingan dengan napal
napal umumnya mengandung moluska yang globigerina tufaan; bagian bawahnya
belum diperiksa, dan berwarna kelabu muda mengandung batugamping berbitumen,
sampai kelabu tua; batubara berupa lensa setempat bersisipan breksi batugamping dan

4
batugamping pasiran; di dekat, Malawa, Opercuna sp., Amphistegina sp. dan
daerah Camba terdapat batugamping yang Cycloclypeus sp. Gabungan fosil ini
mengandung glaukonit, dan di beberapa menunjukkan kisaran umur dari Eosen Awal
tempat di daerah Ralla ditemukan (Ta.2) sampai Miosen Tengah (Tf), dan
batugamping yang mengandung banyak lingkungan neritik dangkal hingga dalam dan
sepaian sekis dan batuan ultramafik; laguna. Tambahan pulah ditemukan fosil-fosil
batugamping berlapis sebagian mengandung foraminifera yang lain. ganggang, koral dan
banyak foraminifera besar, napalnya banyak moluska dalam formasi ini.
mengandung foraminifera kecil dan beberapa
lapisan napal pasiran mengandung banyak Tebal formasi ini diperkirakan tidak kurang
kerang (pelecypoda) dan siput (gastropoda) dari 3000 m; menindih selaras batuan
besar. Formasi Malawa, dan tertindih tak selaras
batuan Formasi Camba; diterobos oleh sill,
Batugamping pejal pada umumnya retas, ban stok batuan beku yang bensusunan
terkekarkan kuat; di daerah Tanetteriaja basal, trakit, dan diorit.
terdapat tiga jalur napal yang berselingan
dengan jalur barugamping berlapis.
Tmc FORMASI CAMBA : batuan sedimen
Fosil dari batuan Formasi Tonasa telah laut berselingan dengan batuan gunungapi;
dikenali oleh D. Kadar (Hubungan tertulis batupasir tufaan berselingan dengan tufa,
1971, 1973), Reed & Malicoat (M.W. Konts, batupasir, batulanau dan batulempung;
hubungan tertulis, 1972), Purnamaningsih bersisipan dengan napal, batugamping
(hubungan tertulis, 1973, 1974), dan oleh konglomerat dan breksi gunungapi, dan
Sudiyono (hubungan tertulis, : 1973). Contoh setempat dengan batubara, berwarna
batuan yang dianalisa dari lokasi: A.46, beraneka, putih , coklat, merah, kuning,
A.112, B.28.b. B.29. B30. B.33, P.58, B. 129, kelabu muda sampai kehitaman: umumnya
C.8, C51, D.30, Ta.72, Ta.79. Ta.81, Ta.90. mengeras kuat dan sebagian kurang padat;
Ta.131, Ta.134.d, Ta.186.a. Ta.452, Ta.506. berlapisan dengan tebal antara 4 cm dan 100
Tb.2. Tc.65.a. Tc.94, Tc.100, Tc.134, Td.6, cm. Tufanya berbutir halus hingga lapili; tufa
Td.20. Td.63, Td.70. Td.101, Td.112, Td.116, lempungan berwarna, merah mengandung
Te.121, Te.216.a, Ti.1, Ti.3, dan Ti.9. Fosil banyak mineral biotit; konglomerat dan
yang dikenali termasuk: Dictyoconus sp., breksinya terutama berkomponen andesit dan
Asterocydina sp., An. matanzensis COLE, basal dengan ukuran antan 2 cm dan 40 cm;
Biplanispira sp., Discocyclina sp., Nummulites batugamping pasiran dan batupasir
sp., N. atacicus LEYMERIE. N. pangaronensis gampingan mengandung pecahan koral dan
(VERBEEK), Fasciolites sp., F. oblonga moluska: batulempung gampingan kelabu tua
D‘ORBIGNY, Alveolinella sp., Orbitolites sp., dan napal mengandung foram kecil dan
Pellatispira sp., P. madaraszi HANTKEN, P. moluska; sisipan batubara setebal 40 cm
orbitoidae PROVALE. P. provaleae YABE, ditemukan di S. Maros. Pada umumnya
Spiroclypeus sp., S. tidoenganensis VAN DER berlapis baik, terlipat lemah dengan
VLERK. S. verinicularis TAN, Globorotalia sp., kemiringan sampai 30°.
Gl. centralis CUSHMAN & BERMUDEZ, Gl,
mayeri CUSHMAN & ELLISOR, Gl. obesa Fosil dari Formasi Camba telah dikenali oleh
BOLLI, Gl preamenardii CUSHMAN & D. Kadar (hubungan tertulis. 1971, 1973,
STAINFORTH. Gl. siakensis (LE ROY), 1974). A.F Malicoat (M.W. Kontz, hubungan
Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), tertulis, 1972), dan oleh Purnamaningsih
Gn. dehiscens (CHAPMAN-PARR COLLINS) (hubungan tertulis, 1974), dari contoh
Hantkenina alabamensis CUSHMAN, batuan: B.27, B.73, B.134. C.43, C.44. Ta.57.
Heterostegina sp., H. bornensis VAN DER Ta.153. Ta.243. Ta.275, Ta.276, Tc.48.
VLERK, Austrotrillina bowcbini Tc.416. Td.46, Td.182. Td.332, dan Ti.15.
(SCHLUMBERGER), Lepidocyclina sp., Fosil-fosil yang dikenali termasuk:
Lepidocyclina cf. borneensis PROVALE.
Lephippioides JONES & CHAPMAN. L.
L. cf. Omphalus TAN, L. Ephippioides JONES, sumatrensis (BRADY) Iniogypsina sp.,
L, sumatrensis (BRADY), L. parva Globigerina venezuelana HEDBERG ,
OPPENOORTH, Iniogypsina sp., Globigerina Globorotalia baroemoenensis LEROY. Gl.
sp., G. venezuelana HEDBERG, mayeri CUSHMAN & ELISOR, Gl menardii
Globigerinoides sp., Gd. altiaperturus BOLLI, (DORBIGNY. Gl lenguaensis BOLLI. Gl. lobata
Gd. immaturus LE ROY, Gd. Subquadratus BERMUDEZ. G.l obesa BOLLI, Gl.
BRONNI- MANN, Gd. trilobus (REUSS), peripheroacuta BLOW &
Orbulina bilobata (D‘ORBIGNY). O. suturalis
BRONNIMANN, O. universa D‘ORBIGNY,

5
BANNER. Gl. praemenardii CUSHMANN & menghasilkan 6,2 juta tahun (T.M. vaan
STAINFORTH. Gl. siakensis (LEROY) Leeuwen, hubungan tertulis, 1978).
Globoqudrina altispira (CUSHMAN JARVIS,, Gn Beberapa lapisan batupasir dan batugamping
dehiscens (CHAPMAN PARR-COLLINS) pasiran mengandung moluska dan sepaian
Globerinaoides immaturus LEROY. Gd. koral. Sisipan tufa gampingan, batupasir
obliquas BOLLI, Gd. Sacculifer (BRADY, Gd. tufa gampingan, batupasir gampingan,
Subquadratus BRONNIMANN. Gd. Trilobus batupasir lempungan, napal dan batugamping
(REUSS), Orbulina universa D‘ORBIGNY, mengandung fosil foraminifera.
Biorbulina bilobata (D‘ORBIGNY), Operculina
sp., Cycloclypeus sp., Hastigerina
Praesiphonifera BLOW, Sphaeroidinellopsis Fosil yang dikenali oleh Sudiyono dan
seminulina (SCEWAGER), Sp. kochi Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1973,
(CAUDRIE), dan Sp. subdehiscens BLOW. 1974) dari lokasi Td.7 dan Td.338 adalah
Gabungan fosil ini menunjukkan umur Globigerina venezuelana (HEDBERG),
berkisar dari Miosen Tengah sampai Miosen Globorotalia mayeri CUSHMAN & ELLISOR, Gl.
Akhir (N.9—N.15), dan lingkungan neritik. menardii (D‘ORBIGNY), Gl. siakensis (LEROY).
Gl. acostaensis BLOW, Gl. Cf. dutertrei,
Lagi pula ditemukan fosil-fosil foraminifera Globoquadrin.a altispira (CUSHMAN &
yang lain, ganggang dan koral dalam formasi JARVIS), Globigerinoides extremus BOLLI. Gd
ini. Kemungkinan sebagian dari Formasi immaturus LEROY, Gd. obliqus BOLLI. Gd.
Camba diendapkan dekat daerah pantai. ruber (D‘ORBIGNY) Gd. sacculifer (BRADY),
Secara setempat ditemukan pula fosil Gd. trilobus (REUSS), Hastigerina
berumur Pliosen Awal, seperti yang di sebelah aequilateralis (BRADY), dan
utara Ujung Pandang. Sphaerodinellopsis subdehiscens (BLOW).
Baik gabungan fosil maupun data radiometri
Satuan ini tebalnya sekitar 5000 m, menindih menunjukkan jangka umur Miosen Tengah -
tak selaras batugamping dari Formasi Tonasa Miosen Akhir.
(Temt) dan batuan dari Formasi Malawa
(Tem), mendatar berangsur berubah jadi Batuannya sebagian besar diendapkan dalam
bagian bawah dari pada Formasi Walanae lingkungan laut neritik sebagai fasies
(Tmpw); diterobos oleh retas, Sil dan stok gunungapi Formasi Camba, menindih tak
bersusunan basal piroksen, andesit dan diorit. selaras batugamping Formasi Tonasa dan
batuan Formasi Malawa; sebagian terbentuk
Tmcv, Anggota Batuan Gunungapi; batuan dalam lingkungan darat, setempat breksi
gunungapi bersisipan batuan sedimen laut; gunungapi mengandung sepaian batugamping
breksi gunungapi, lava, konglomerat seperti yang ditemukan di S. Paremba; tebal
gunungapi, dan tufa berbutir halus hingga diperkirakan tidak kurang dari 4000 m.
lapili; bersisipan batupasir tufaan, batupasir
gampingan, batulempung mengandung sisa Tmca : Basal di sekatar G. Gatarang yang
tumbuhan, batugamping dan napal. dikelilingi tebing melingkar menyerupai
Batuannya bersusunan andesit dan basal; kaldera, dan juga di beberapa tempat yang
umumnya sedikit terpropilitkan, sebagian lain, tercirikan oleh limpahan kandungan
terkersikkan, amigdaloidal dan berlubang- leusit.
lubang diterobos oleh retas, sill dan stok
bersusunan basal dan diorit; berwarna kelabu Tmcl, Anggota Batugamping, batugamping,
muda, kelabu tua dan coklat. batugamping tufaan, batugamping pasiran,
setempat dengan sisipan tufa; sebagian
Pemeriksaan petrografi menunjukkan fonolit kalkarenit, pejal dan sarang, berbutir halus
nefelin, porfiri sienit nefelin, diabas hipersten, sampat kasar; putih, kelabu, kelabu
tufa batuan basa andesit, andesit, andesit kecoklatan, coklat muda dan coklat; sebagian
trakit dan basal leusit (Subroto dan mengandung glaukonit: fosil terutama
Saefuddin, hubungan tertulis, 1972): dan foraminifera, dan sedikit moluska dan koral.
tefrit leusit basanit leusit, leusitit dan dasit
(von Steiger, 1913). Fosil yang dikenali oleh D. Radar (hubungan
tertulis, 1973) dan contoh batuan Ta.37,
Penarikan Kalium Argon pada batuan basal Ta.52, Ta.58.a, Td.104 dan Td.105, adalah:
dari lokasi 7 menghasilkan 17,7 juta tahun Lepidocyclina sp., L. cf) omphalus TAN, L.
(Indonesia Gulf Oil, hubungan tertulis, 1972), sumtrensis (BRADY), B. Verbeeki (NEWTON &
dasit dan andesit dari lokasi 1 dan 2 masing- HOLLAND), Mogypsina sp., M. thecidaeforinis
masing menghasilkan umur 8,93 dan 9,29 (RUTTEN), M. cf. cupulaeforinis (ZUFFARDI-
juta tahun (ET.D. Obradovich, hubungan COMERCY), Globorotalia sp., Gl. Mayeri
tertulis, 1974), dan basal dari Birru CUSHMANN & ELLISOR, Gl. lobata

6
BERMUDEZ, Gl. praemenardii CUSHMANN & sp., Miogypsina sp.. Globigerina bulloides
STAINFORTH. Gl praescitula BLOW, Gl. DORBIGNY, G. nephentes DODD, Globorotalia
siakensis (LEROY), Globorotaloides variabilis obesa BOLLI. Gl. dutertrei (D‘ORBIGNY), Gl.
BOLLI, Globoquadrina altispira (CUSHMAN & lobata BERMUDEZ, Gl. Scitula (BRADY), Gl.
JARVIS), Gn. globosa BOLLI, Globigerinoides acostaensis BLOW. Gl. crassula CUSHMAN &
sp., Gd. immaturus LEROY. Gd. sacculifer STEWART, Gl. merotumida BLOW & BANNER
(BRADY) Gd. subquadratus BRONNIMANN, Gl. Tumida (BRADY;, Globoquadrina altispira
Biorbulina bilobata (D‘ORBIGNY), Orbulina (CUSHMAN & JARVIS), Globigerinoides
suturalis BRONNIHANN, O. universa conglobatus, BRADY. Gd. Extremus BOLLI,
D‘ORBIGNY, Hastigerina siphonifera Gd. immaturus LEROY. Gd. ruber (D‘ORBINY)
Gd. sacculifer (BRADY). Gd. obliquus BOLLI,
(D‘ORBIGNY), Sphaeroidinellopsis kochi Gd. trilobus (REUSS). Orbulina universa
(GAUDRIE), Sp. Seminulina (SGHWAGER), D‘ORBIGNY, Hastigerina aequilateralis
Operculina sp., Amphistegina sp., Cyclocypeus (BRADY), Sphaeroidinellopsizs seminulina
sp., dan ganggang. Gabungan fosil tersebut (SCHWACER), Ep. subdehiscens BLOW,
menunjukkan umur Miosen Tengah (Tf; N.9 - Pulleniatina obiquiloculata
N. 13).
(PARKER & JONES), Amphistegina sp., dan
Operculina sp. Gabungan fosil tersebut
Tmpw FORMAS1 WALANAE : batupasir menunjukkan umur Miosen Tengah - Pliosen
berselingan dengan batulanau, tufa, napal, (N.9-N.20). Lagi pula ditemukan fosil-fosil
batulempung. konglomerat dan batugamping: foraminifera yang lain, moluska, ganggang
dan koral dalam formasi ini.
Sebagian memakas dan sebagian repih;
umumnya berwarna muda, putih keabuan, Satuan batuan ini tersebar luas di sepanjang
kecoklatan dan kelabu muda. Batupasir lembah S. Walanae, di timur D. Tempe dan
berbutir halus sampai kasar, umumnya tufaan sekitar Watampone; pada umumnya terlipat
dan gampingan, terdiri terutama dari sepaian lemah, dengan kemiringan lapisan kurang dan
batuan beku dan sebagian mengandung 15°, pelipatan kuat terjadi di sepanjang lajur
banyak kuarsa. Komponen batuan gunungapi sesar, dengan kemiringan sampai 60°. Bagian
jumlahnya bertambah secara berangsur ke bawah formasi ini diperkirakan menjemari
arah barat dan selatan, terdiri dari butiran dengan Formasi Camba, dan bagian atasnya
abu hingga lapili, tufa kristal, setempat menjemari dengan Batuan Gunungapi
mengandung banyak batuapung dan biotit. Parepare; telal diperkirakan tidak kurang dari
Konglomerat ditemukan lebih banyak di 4.500 m.
bagian selatan dan barat, tersusun terutama
dari kerikil dan kerakal andesit, trakit dan Tmpt, Anggota Tacipi: batugamping koral
basal. Ke arah utara dan timur jumlah dengan sisipan batugamping berlapis, napal,
karbonat dan klastika bertambah; di sekitar batulempung, batupasir, dan tufa: putih,
Tacipi batugamping berkembang jadi anggota kelabu muda, dan kelabu kecoklatan;
Tacipi; di daerah sekitar Watampone sebagian sarang dan sebagian pejal. setempat
ditemukan lebih banyak batugamping pasiran berstruktur breksi dan konglomerat; setempat
berlapis yang berselingan dengan napal. mengandung banyak moluska.
batulempung, batupasir dan tufa.
Fosil foram yang dikenali oleh D. Kadar
Fosil foram kecil banyak ditemukan di dalam (hubungan tertulis, 1974), dan lokasi E.755
napal dan sebagian batugamping; setempat dan Ta. 157 adalah : Amphistegina sp.,
moluska ditemukan melimpah di dalam Operculina sp., Orbulina sp., Rotalia sp., dan
batupasir, napal dan batugamping; di daerah Gastropoda. Satuan ini di banyak tempat
selatan setempat ditemukan ada tumbuhan di membentuk pebukitan kerucut, dan beberapa
dalam batupasir silangsiur dan beberapa lensa membentuk punggungan yang sejajar dengan
batubara di dalam batulempung; batutahu pantai timur, yaitu di barat Watampone; di
ditemukan di dalam batupasir dekat lembah S. Walanae, dan di utara Tacipi,
Pampanua dan Sengkang, daerah utara. batugamping Anggota Tacipi tarsingkap di
sana-sini di dalam batuan Formasi Walanae;
Fosil foraminifera yang dikenali oleh D. Kadar tebal satuan ini dperkirakan tidak kurang dan
(hubungan tertulis, 1973. 1974), oleh 1700 m.
Pumarnaningsih dan M. Karmini (hubungan
tertulis, 1974) dan contoh batuan Ta.150.
Ta.157, Ta.168. Ta.192. Ta.219. Ta.
24O Ta.389, Tc.296.a, Td.43, dan Te.75,
adalah: Lepidocyclina sp., Katacyclocypeus

7
Batuan Gunungapi Tmsv BATUAN GUNUNGAPI SOPPENG :
breksi gunungapi dan lava, dengan sisipan
Tpv BATUAN GUNUNGAPI tufa berbutir pasir sampai lapili, dan
TERPROPILITKAN : breksi, lava dan tufa. di batulempung; di bagian utara lebih banyak
bagian atas lebih banyak tufa, sedangkan di tufa dan breksi, sedangkan di bagian selatan
bagian bawah lebih banyak lava: umumnya lebih banyak lavanya; sebagian bersusunan
bersifat andesit, sebagian trakit dan basal; basal piroksen dan sebagian basal leusit,
bagian atas bersisipan serpih merah dan kandungan leusitnya makin banyak ke arah
batugamping; komponen breksi beraneka, selatan: sebagian lavanya berstuktur bantal
dari beberapa cm sampai melebihi 50 cm, dan sebagian terbreksikan; breksinya
terekat tufa yang jumlahnya kurang dari berkomponen antara 5 cm - 50 cm; warnanya
50%; lava dan breksi berwarna kelabu tua kebanyakan kelabu tua sampai kelabu
sampai kelabu kehijauan, sangat terbreksikan kehijauan.
dan terpropilitkan, mengandung banyak
karbonat dan silikat. Batuan gunungapi ini pada umumnya terubah
sangat kuat, amigdaloid dengan mineral
Penarikhan Kalium/Argon pada basal dan sekunder berupa urat karbonat dan silikat;
timur Bantimala (lokasi 5)- menghasilkan diterobos oleh retas (0,5 m - 1 m) dan sil
umur 58,5 juta tahun (J.D. Obradovich, trakit dan andesit, dengan arah umum retas
hubungan tertulis. 1974), dan penarikhan timurlaut-baratdaya. Satuan ini ditaksir
jejak belah pada tufa dari bagian bawah setebal 4.000 m, menindih takselaras
Batuan Gunungapi Langi menghasilkan umur batugamping Formasi Tonasa dan ditindih;
63 + 2 juta tahun (T.M. van Leeuwen. selaras batuan Formasi Camba; diperkirakan
hubungan tertulis 1978). berumur Miosen Bawah.

Satuan ini tebalnya sekitar 400 m; sebagai Tpbv BATUAN GUNUNGAPI BATURAPE
CINDAKO : lava dan breksi, dengan sisipan
lanjutan dan yang tersingkap di Birru, di
lembar Ujung Pandang, Benteng & Sinjai, sedikit tufa dan konglomerat; bersusunan
yang oleh van Leeuwen (1974) disebut batuan basal, sebagian besar ponfiri dengan fenokris
Gunungapi Langi; ditindih takselaras oleh piroksen sampai 1 cm panjangnya, dan
batuan Eosen Formasi Tonasa dan Formasi sebagian tansatmata; kelabu tua kehijauan
Malawa; diterobos oleh batuan granodiorit dan hingga hitam; lava sebagian berkekar
meniang dan sebagian berkekar lapis; pada
basal.
umumnva breksi berkomponen kasar, 15 cm -
60 cm, terutama basal dan sedikit andesit,
terekat oleh tufa,
Tmkv BATUAN GUNUNGAPI Dasit pasir sampai lapili, mengandung
KALAMISENG : lava dan breksi, dengan
sisipan tufa, batupasir, batulempung dan
banyak sepaian piroksen. Satuan batuan ini
napal; kebanyakan bersusunan basal dan
sebagian andesit; kelabu tua hingga kelabu tebalnya tidak kurang dari 1250 m di lembar
kehitaman, umumnya tansatmata, Ujungpandang, Benteng & Sinjai setelah
kebanyakan terubah, amidaloid dengan selatan daerah lembar ini menindih takselaras
batuan gunungapi Formasi Camba (Tmcv);
mineral sekunder karbonat dan silikat;
mungkin berumur Pliosen Akhir
sebagian lavanya menunjukkan struktur
bantal.

Satuan batuan ini tersingkap di sepanjang Tppv SATUAN GUNUNGAPI PAREPARE :


daerah pegunungan di timur lembah Walanae, tufa, berbutir halus sampai lapili, breksi dan
terpisahkan oleh lajur sesar dari batuan konglomerat gunungapi , setempat dengan
sedimen dan karbonat yang berumur Eosen di sisipan lava dan batupasir tufaan: terutama
bagian baratnya diterobos oleh retas dan stok bersusunan trakit dan andesit, pemeriksaan
basal, ansdesit dan diorit. petrografi menunjukan andesit trakit,
beberapa lapisan tufa mengandung banyak
biotit; umumnya memakas lemah dan
Satuan batuan ini berumur lebih muda dari sebagian repih; berwarna putih keabuan
batugamping Eosen dan lebih tua dari Formasi hingga kelabu; setempat terlihat lapisan
Camba Miosen Tengah, mungkin Miosen silang-siur dan sisa tumbuhan. Sebagian dari
Bawah; dan tebalnya tidak kurang dari 4.250 batuan, gunungapi ini di daerah timur terdiri
m. terutama dari lava (Tppl), bersusunan trakit,
mengandung banyak biotit. Satuan ini ditaksir
setebal 500 m, menindih batuan Formasi

8
Camba dan kemungkinan menjemari dengan Di sekitar Bantimala dan Tanetteriaja trakit
bagian atas Formasi Walanae. Umurnya menerobos batugamping Formasi Tonasa, dan
Pliosen, berdasarkan penarikhan radiometri di utara Soppeng menerobos batuan
pada trakit dan tufa dari timurlaut Parepare gunungapi Soppeng (Tmsv).
(Lembar Majene-Palopo), yang masing-
masing menghasilkan 4,25 dan 4,95 juta Penarikhan Kalium/Argon trakit; dari barat
tahun (J.D. Obradovich, hubungan tertulis, Bantimala (lokasi 3 dan 4 menghasilkan :
1974) pada felspar 8,3 juta tahun, dan pada biotit
10.9 juta tahun (Indonesia Gulf Oil, hubungan
Batuan Terobosan tertulis. 1972).

gd GRANODIORIT : terobosan granodiorit,


berwarna kelabu muda, dengan miksoskop b BASAL : terobosan basal berupa sil, stok
batuannya terlihat mengandung felspar. dan retas, kebanyakan bertekstur porfir
kuarsa, biotit, sedikit piroksen dan dengan fenokris piroksen kasar mencapai
horenblenda, dengan mineral ikutan zirkon, ukuran lebih dari 1 cm, dan sebagian putih
apatit dan magnetit; mengandung senolit tansatmata; berwarna kelabu tua kehitaman
bersusunan diorit dan diterobos oleh aplit; sampai kehijauan, sabagian dicirikan oleh
beberapa bagian yang bersusunan diorit srtuktur kekar meniang bersegi enam,
terkaolinkan. beberapa di antaranya bertekstur gabro.

Batuan terobosan ini terdapat dibagian Terobosan basal di sekitar Tonasa membentuk
tenggara Lembar, tersingkap luas di sekitar sil di dalam batugamping Formasi Tonasa dan
Birru, di lembar Ujungpandang, Benteng & terobosan yang terjadi di sekitar Malawa
Sinjai. menerobros batuan Formasi Marada kebanyakan membentuk retas dalam batuan
(Km) dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan Formasi Malawa.
(Tpv), tetapi tidak ada santuhan dengan
batugamping Formasi Tonasa Temt). Penarikhan Kalium/Argon pada batuan basal
dari lokasi 7, di timur Tonasa 1, menunjukkan
Penarikhan jejak belah percontoh granodiorit umur 17,7 juta tahun (Indonesia Gulf Oil,
menghasilkan umur 19 + 2 juta tahun, dan hubungan tertulis. 1972).
memberikan dugaan batuan terobosan ini
ditempatkan selama Miosen (T.M. van
Leeuwen, hubungan tertulis. 1978). Kompleks Tektonika Bantimala

d DIORIT – GRANODIORIT : terobosan Ub BATUAN ULTRABASA : peridotit,


diorit dan granodiorit, terutama berupa stok sebagian besar terserpentinkan, berwarna
dan sebagian berupa retas, kebanyakan hijau tua sampai hijau kehitaman;
bertekstur porfir, berwarna kelabu muda kebanyakan terbreksikan dan tergerus melalui
sampai kelabu. Diorit yang tersingkap di sesai naik ke arah baratdaya; pada bagian
sebelah utara Bantimala dan di sebelah timur yang pejal terlihat struktur berlapis, dan di
Birru menerobos batu pasir Formasi beberapa tempat mengandung buncak dan
Balangbaru dan batuan lensa kromit; satuan ini tebalnya tidak kurang
dan 2500 m, dan mempunyai sentuhan sesar
ultramafik; terobosan yang terjadi di sekitar dengan satuan batuan di sekitarnya.
Camba sebagian terdiri dari granodiorit porfir,
dengan banyak fenokris berupa biotit dan
amfibol, dan menerobos batugamping Formasi s BATUAN MALIHAN : sebagian besar sekis
Tonasa dan batuan Formasi Camba. dan sedikit genes; secara megaskopik terlihat
mineral di antaranya glaukofan, garnet,
Penarikhan Kalium/Argon granodiorit dari epidot,
timur Camba (lokasi 8) pada biotit
menghasiikan 9.03 juta tahun (J.D. mika dan klorit; di bawah mikroskop t‘Hoent &
Obradovich, hubungan tertulis 1974). Ziegler (1915) dan Subroto & Saefudin
(hubungan tertuis. 1972) mengenali sekis
glaukofan, eklogit, sekis garnet, sekis amfibol,
t TRAKIT: terobosan trakit berupa stok, sil sekis kiorit, sekis muskovit, sekis muskovit-
dan retas; bertekstur porfir kasar dengan tremoilit-aktinolit, sekis muskovit-aktinolit,
fenokris sanidin sampai 3 cm panjangnya; genes albit-ortoklas, dan genes kuarsa-
berwarna putih keabuan sampai kelabu muda. felspar; eklogit tidak ditemukan berupa

9
singkanan, melainkan berupa sejumlah laut dangkal tempat pengendapan batuan
bongkah besar di daerah batuan malihan; di klastika bersisipan karbonat Formasi Salo
lokasi Te. 149.a sekisnya mengandung grafit;, Kalupang. Pengendapan Formasi Malawa
berwarna kelabu, hijau, coklat dan biru. kemungkinan hanya berlangsung selama awal
Eosen, sedangkan Formasi Salo Kalupang
Baruan malihan ini umumnya berpendaunan berlangsung sampai Oligosen Akhir.
miring ke arah timurlaut, sebagian
terbreksikan, dan tersesarkan naik ke arah Di barat diendapkan batuan karbonat yang
baratdaya. Satuan ini tebalnya tidak kurang sangat tebal dan luas sejak Eosen Akhir
dari 2000 m dan bersentuhan sesar dengan sampai Miosen Awal. Gejala ini menandakan
satuan batuan di sekitarnya. Penarikhan bahwa selama waktu itu terjadi paparan laut
Kalium/Argon pada sekis di timur Bantimala dangkal yang luas, yang berangsur-angsur
(lokasi 5) menghasilkan umur 111 juta tahun menurun sejalan dengan adanya
(J.D. Obradovich. hubungan tertulis, 1974). pengendapan. Proses tektonik di bagian barat
ini berlangsung sampai Miosen Awal,
sedangkan di bagian timur kegiatan
m KOMPLEK MELANGE : batuan campur gunungapi sudah mulai lagi selama Miosen
aduk secara tektonik terdiri dari grewake, Awal, yang diwakili oleh Batuan Gunungapi
breksi, kongomerat, batupasir; terkersikkan, Kalamiseng dan Soppeng (Tmkv dan Tmsv).
serpih kelabu, serpih merah, rijang radiolaria
merah, batusabak, sekis, ultramafik, basal, Akhir kegiatan ganungapi Miosen Awal itu
diorit dan lempung; himpunan batuan ini diikuti oleh tektonik yang menyebabkan
mendaun, kebanyakan miring ke arah terjadinya permulaan terban Walanae yang
timurlaut dan tersesarkan naik ke arah kemudian menjadi cekungan tempat
baratdaya; satuan ini tebalnya tidak kurang pembentukan Formasi Walanae. Peristiwa ini
dari 1750 m, dan mempunyai sentuhan sesar kemungkinan besar berlangsung sejak awal
dengan satuan batuan di sekitarnya. Miosen Tengah, dan menurun perlahan
selama sedimentasi sampai Kala Pliosen.
Menurunnya Terban Walanae dibatasi oleh
dua sistem sesar normal, yaitu sesar Walanae
yang seluruhnya nampak hingga sekarang di
TEKTONIKA
sebelah timur, dan sesar Soppeng yang hanya
tersingkap tidak menerus di sebelah barat.
Batuan tua yang masih dapat diketahui
kedudukan stratigrafi dan tektonikanya adalah
Selama terbentuknya terban Walanae, di
sedimen flych Formasi Balangbaru dan
timur kegiatan gunungapi terjadi hanya di
Formasi
bagian selatan sedangkan di barat terjadi
Marada; bagian bawah takselaras menindih
kegiatan gunungapi yang hampir merata dari
satuan yang lebih tua, dan bagian atasnya
selatan ke utara, berlangsung dari Miosen
ditindih takselaras oleh batuan yang lebih
Tengah sampai Pliosen. Bentuk kerucut
muda. Batuan yang lebih tua merupakan
gunungapi masih dapat diamati di daerah
masa yang terimbrikasi melalui sejumlah
sebelah barat ini, di antaranya Puncak Maros
sesar sungkup, terbreksikan, tergerus,
dan G. Tondongkarambu. Suatu tebing
terdaunkan dan sebagian tercampur menjadi
melingkar mengelilingi G. Benrong, di utara G.
melange. Oleh karena itu komplek batuan ini
Tondongkarambu, mungkn. merupakan sisa
dinamakan Komplek Tektonik Bantimala.
suatu kaldera.
Berdasarkan himpunan batuannya diduga
Formasi Balangbaru dan Formasi Marada itu
merupakan endapan lereng di dalam sistem Sesar utama yang berarah utara-baratlaut
busur-palung pada zaman Kapur Akhir. Gejala terjadi sejak Miosen Tengah, dan tumbuh
ini menunjukkan, bahwa melange di Daerah sampai setelah Pliosen. Pelipatan besar yang
Bantimala terjadi sebelum Kapur Akhir. berarah hampir sejajar dengan sesar utama
diperkirakan terbentuk sehubungan dengan
Kegiatan gunungapi bawah laut dimulai pada adanya, tekanan mendatar berarah kira-kira
Kala Paleosen, yang hasil erupsinya terlihat di timut-barat pada waktu sebelum akhir
timur Bantimala dan di daerah Birru (lembar Pliosen. Tekanan ini mengakibatkan pula
Ujungpandang, Benteng & Sinjai). Pada Kala adanya sesar sungkup lokal yang
Eosen Awal, rupanya daerah di barat berupa menyesarkan batuan pra-kapur Akhir di
tepi Daerah Bantimala yang kemudian tertekan
melawati batua tersier.

daratan yang dicirikan oleh endapan darat


Penyesaran yang relarif lebih kecil di bagian
serta batubara di dalam Formasi Malawa;
timur Lembar Walanae dan di bagian barat
sedangkan di daerah timur, berupa cekungan

10
pegunungan barat yang berarah baratlaut - DAFTAR REFERENSI/REFERENCES
tenggara dan merencong, kemungkinan
besar terjadi oleh gerakan mendatar ke kanan Hooijer, DA. 1949. Plistocene vertebrates
sepanjang sesar besar. from Celebes. IV Archideskodon
celebensit nov. Spec.; Zool. Meded. ,
DeelXX, No. 14, Leiden 1949.
SUMBERDAYA MINERAL DAN ENERGI
Patty, E.J. and S. Wiryosujono, 1962. The raw
Gejala mineralisasi yang didapatkan di daerah materials for cement plant in the Tonasa
Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian - Baloci area on South Sulawesi; unpubl.
Barat ialah sebagai berikut: rept GSI, No. 20/do.

Sebuah urat kuarsa yang mengandung sulfida Steiger, von H., 1915. Petrografische
tembaga dan malakit tersingkap pada beschrijying van eenege gesteenten uit
sentuhan retas diorit di dalam batuan klastika de onderafdeeling Pangkadjene en het
Teos kira-kira 30 km sebelah timurlaut landscap Tanette v/h Govt. Celebes dan
Camba. Hasil analisis oleh Direktorat Geologi Onderhorighede; jaarb. Mijnw. Verh.,
(197) memperlihatkan kandungan Cu, pp. 171-227.
11,19% dan Zn 1,58%. Ketul mangan dengan
kandungan MnO2, 20,39% yang berserakan di Sukamto. R, 1975. Geologic map of
dekat sentuhan antara batugamping Temt dan Indonesia, Sheet VIII Ujungpandang,
batuan gunungapi Tpv di daerah Birru, scale 1 : 1,000.000; Geological Survey
menurut hasil penelitian PT Riotinto Bethlehen of Indonesia.
Indonesia (1974) ternyata tudung besi
petunjuk mineral logam dasar.
Sung, G.L., 1948. Samenvatting van
belangrijkere geologische gegevens over
Kromit ditemukan dalam batuan ultrabasa di Celebes; GL. A. Raport No. 22575;
timur Barru dan di timurlaut Pangkajene, unpubl. rent. PERTAMINA.
terutama pada bagian yang berlapis berupa
lensa atau buncak. Tanah palapukannya
t‘Hoent, C. and K. Ziegler, 1917. Verslag
mengandung apungan kromit. Analisis kimia
ovede resultaten van geologisch -
apungan kromit dari baratlaut Tanetteriaja
Mijnbouwkundige verkenningen in Z.W.
memperlihatkan kadar Cr2O3, 24.70% dan Fe,
Celebes; jaarb. Mijnw. Verb. II, pp. 235-
13.47%. Di beberapa tempat kromit
363.
ditambang oleh perusahaan daerah.

van Leeuwen, T.M., 1974 . The geology of


Batugamping Formasi Tonasa dan lempung.
Birru area, South Sulawesi; PT Riotinto
Formasi Malawa digali di tenggara dan di
Bethlehem Indonesia, unpubl. rept.
timur laut Pangkajene, sebagian bahan dasar
bagi pabrik semen Tonasa I dan Tonasa II.
Batuan terobosan basal, trakit, diorit dan
granodiorit yang ditemukan di beberapa
Keterangan dan Peta Geologi Lembar
tempat baik sebagai bahan bangunan fondasi.
Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai, Sulawesi
Lapisan batubara ditemukan di beberapa
tempat di dalam Formasi Malawa. Beberapa di (Oleh Rab. Sukamto dan Supriatna S.
antaranya telah ditambang selama dan
sebelum perang dunia kedua. Eksplorasi
Tahun 1982)
minyak dan gas telah dilakukan oleh Gulf Oil
Indonesian sejak tahun 1967 baik di daerah
pantai maupun di lepas pantai. Tes pemboran
di Singkang telah membuktikan adanya PENDAHULUAN
gasbumi di daerah itu.

Mataair panas dan mineral ditemukan di Pemetaan geologi daerah Lembar Ujung
beberapa tempat, yang di antaranya Pandang. Benteng dan Sinjai, Sulawesi
mencapai temperatur 40o C. Analisis kimia air Selatan, dilaksanakan dalam rangka Proyek
mineral percontoh dari utara Tanettariaja Pemetaan Geologi dan interpretasi Foto
menunjukkan susunan utama dalam mg/liter: Udara. Pelita I, oleh Subdirektorat Perpetaan,
Ca2+, 206,5; CO2 bebas, 238,1; HCO3, 697,8; Direktorat Geologi (skarang Pusat Penelitian
dan Cl, 116,0. dan Pengembangan Geologi). Semula

11
pemetaan dilaksanakan secara tinjau dengan Seperti di daerah Indonesia yang lain di
tujuan untuk melengkapi data geologi di daerah ini pun ada dua musim, yaitu musim
daerah selatan garis 5° LS (termasuk Lembar kemarau dan musim hujan. Musim di daerah
Pangkajene dan Watampone Bagian Barat) di bagian barat berbeda waktunya dengan
guna kompilasi Peta Geologi Regional sekala 1 daerah bagian timur. Musim hujan di bagian
:1.000.000, yang sekarang sudah terbit barat biasanya berlangsung dan Nopember
(Sukamto 1975) Pemetaan tinjau dilakukan s/d April, dan di bagian timur biasanya
selama Agustus dan September 1971 oleh R. berlangsung dari Mei s/d Oktober.
Sukamto H. Sumadirdja. T.S Suria Admadja.
K.A Astadiredja, dan dibantu oleh S. Hutan lebat hanya ditemukan di daerah
Hardjprawiro. D. Sudana N. Ratman dan E. dongak yang tinggi, yaitu di sekitar G.
Titersole. Lompobatang dan G. Cindako. Daerah
berdongak rendah sebagian besar berupa
Data geologi tinjau yang dihasilkan pada 1971 daeah pertanian. Binatang hutan sudah jarang
Kemudian dilengkapi dengan berbagai lintasan ditemui di daerah ini, yang terlihat hanya ular,
geologi yang lebih rapat yang dilakukan kijang, anoang dan kera.
selama April sampai dengan Juli 1974,
dan Agustus sampai dengan Nopember 1974. Daerah pemetaan umumnya mudah dicapai.
Hasilnya disusun menjadi peta geologi Perhubungan udara yang pada tahun 1971
bersistem luar Jawa sekala 1 : 250.000. hanya ada penenbangan dan Jakarta ke
Pemetaan selama 1974 dilakukan oleh R. Makassar (sekarang Ujung Pandang)
Sukamto,. S. Supriatna. I. Umar, A. Koswara beberapa kali dalam seminggu, sekarang
dan dibantu oleh Sanardjo. telah berubah menjadi beberapa kali dalam
satu hari. Lapangan Udara Mandai terletak di
Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai bagian baratlaut lembar peta. di antara Ujung
dibatasi oleh kordinat: 119o -120° 30‘ BT dan Pandang dan Maros. Dari Mandai atau dan
5o – 6o LS. Untuk mudahnya seluruh Pulau Ujung Pandang hampir seluruh daerah
Salayar yang memanjang sampai 6° 30‘ LS pemetaan dapat dicapai dengan kendaraan
dimasukkan ke dalam lembar ini. Oleh karena mobil. Semua kota Kabupaten dan sebagian
itu lembar ini sebenarnya di selatan dibatasi dari kota-kota Kecamatan mempunyai
oleh lintang 6° 35‘. hubungan jalan yang dapat dilalui oleh
kendaraan mobil. Jalan-jalan desa dan
Daerah ini meliputi Daerah Tk II Kabupaten setapak dapat datemukan hampir di seluruh
Maros, Sungguminasa, Takalar. Jeneponto, daerah ini. Pulau Salayar sekarang
Benteng, Bulukumba, Sinjai dan Salayar; mempunyai hubungan laut teratur dengan
termasuk Daerah Tk. I Propinsi Sulawesi Bulukumba di daratan Sulawesi, dan baru-
Selatan. Lembar peta berbatasan dengan baru ini juga hubungan udara yang disebut
Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian perintis.
Barat di utara Selat Makassar di barat, Teluk
Bone di timur dan Laut Flores di selatan. Peta dasar yang dipakai dalam pemetaan ini
adalah peta topografi bersekala 1 : 250.000,
Penduduk di daerah lembar ini relatif. padat AMS seri T-503, 1962, SB 50-5 dan SB 51-5 ±
daripada daerah lain di 9. Peta sekala ini dipakai sebagai peta dasar
kompilasi. Di lapangan dipakai pula peta
topografi bersekala 1 : 100.000. Di samping
Sulawesi. Kebanyakan penduduk betempat
itu dipakai pula potret udara yang melengkapi
tinggal di kota-kota Kabupaten dan
sebagian besar daerah, dengan sekala
Kecamatan. Yang tersebar di sepanjang
sebagian besar 1:50.000, dan
pesisir, dan juga di desa-desa yang besar di
pedalaman. Sebagian besar penduduknya
bertani sawah dan ladang, dan ada pula yang beberapa bersekala 1:10:000. Hanya 2
bekerja sebagai nelayan. Penduduk di kota- daerah sempit yang memanjang utara-
kota. sebagian berniaga dan sebagian selatan. satu melewati bagian timur Puncak G.
karyawan. Kehidupan sosiai di daerah ini Lompobatang dan yang lain melewati Sinjai
mencerminkan kebudayaan asli Sulawesi yang tidak terlingkupi potret udara.
Selatan yang diantaranya Bugis, Makassar,
Bajo, dll. Kebanyakan masyarakatnya Laporan penyelidikan geologi sebelumnya
beragama islam ada pula beragama; Katolik yang dipakai sebagai referensi dalam
dan protestan sedikit yang beragama lain. penusunan peta Lembar Ujung Pandang.
Benteng dan Sinjai ini adalah yang disusun
Fisiografi lengan selatan Sulawesi yang t‗Hoen dan Ziegler (1915), Korte (1924),
membentang dengan arah utara-selatan Sung (1942), Purbo-Hadiwidjoyo (1970) dan
mempengaruhi keadaan iklim di daerah ini. van Leeuwen (1974).

12
teluk, yang mudah dibedakan dari pantai di
daerah lain pada lembar ini. Daerah ini
GEOMORFOLOGI disusun oleh batuan karbonat dari Formasi
Tonasa.
Bentuk morfologi yang menonjol di daerah
lembar ini adalah kerucut gunungapi Secara fisiografi pesisir timur merupakan
Lompobatang. yang menjulang mencapai penghubung antara Lembah Walanae di utara,
ketinggian 2876 m di atas muka laut. Kerucut dan Pulau Salayar di selatan. Di bagian utara,
gunungapi dari kejauhan masih daerah berbukit rendah dari Lembah Walanae
memperlihatkan bentuk aslinya. dan menjadi lebih sempit dibanding yang di
menempati lebih kurang 1/3 daerah lembar. (Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian
Pada potret udara terlihat dengan jelas Barat) dan menerus di sepanjang pesisir timur
adanya beberapa kerucut parasit, yang Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai
kelihatannya lebih muda dan kerucut ini. Pegunungan sebelah timur dan Lembar
induknya bersebaran di sepanjang jalur utara- Pangkajene dan Watampone Bagian Barat
selatan melewati puncak G. Lompobatang. berakhir di bagian utara pesisir timur lembar
Kerucut gunungapi Lompobatang ini tersusun ini.
oleh batuan gunungapi berumur Plistosen.
Bagian selatan pesisir timur membentuk suatu
Dua buah bentuk kerucut tererosi yang lebih tanjung yang ditempati sebagian besar oleh
sempit sebarannya terdapat di sebelah barat daerah berbukit kerucut dan sedikit topografi
dan sebelah utara G. Lompobatang. Di kras. Bentuk morfologi semacam ini
sebelah barat terdapat G. Baturape, mencapai ditemukan pula di bagian baratlaut P. Salayar.
ketinggian 1124 m dan di sebelah utara Teras pantai dapat diamati di daerah ini
terdapat G. Cindako, mencapai ketinggian sejumlah antara 3 dan 5 buah. Bentuk
1500 m. Kedua bentuk kerucut tererosi ini morfologi ini disusun oleh batugamping
disusun oleh bawan gunungapi berumur berumur Miosen Akhir-Pliosen.
Pliosen.
Pulau Salayar mempunyai bentuk memanjang
Di bagian utara lembar tendapat 2 daerah utara-selatan, yang secara fisiografi
yang tercirikan oleh topografi kras yang di merupakan lanjutan dari pegunungan sebelah
bentuk oleh batugamping Formasi Tonasa. timur di Lembar Pangkajene dan Watampone
Kedua daerah bertopografi kras ini dipisahkan Bagian Barat. Bagian timur rata-rata
oleh pegunungan yang tersusun oleh batuan berdongak lebih tinggi dengan puncak
gunungapi berumur Miosen sampai Pliosen. tertinggi 608 m, dan bagian barat lebih
rendah. Pantai timur rata-rata terjal dan
pantai barat landai secara garis besar
Daerah sebelah barat G. Cindako dan sebelah
membentuk morfologi lereng-miring ke anah
utara G. Baturape merupakan daerah
barat.
berbukit. kasar di bagian timur dan halus di
bagian barat. Bagian timur mencapai
ketinggian. kina-kira 500 m, sedangkan STRATIGRAFI
bagian barat kurang, dan 50 m di atas muka
laut dan hampir merupakan suatu datanan. Tatanan Stratigrafi
Bentuk morfologi ini disusun oleh batuan
klastika gunungapi berumur Miosen. Bukit- Satuan batuan tertua yang telah diketahui
bukit memanjang yang tersebar di daerah ini umurnya adalah batuan sedimen flysch Kapur
mengarah ke G. Cindako dan G. Baturape Atas yang dipetakan sebagai Formasi Marada
berupa retas-retas basal. (Km) Batuan malihan (s) belum diketahui
umurnya, apakah lebih tua atau lebih muda
Pesisir barat merupakan daratan rendah yang dari pada Formasi Marada; yang jelas
sebagian besar terdiri dari daerah rawa dan diterobos oleh granodiorit yang diduga
daerah pasang-surut. Beberapa sungai besar berumur Miosen (19 ± 2 juta tahun).
membentuk daerah banjir di dataran ini. Hubungan Formasi Marada dengan satuan
Bagian timurnya terdapat buki batuan yang lebih muda, yaitu Formasi Salo
Kalupang dan Batuan Gunungapi
Terpropilitkan tidak begitu jelas, kemungkinan
bukit terisolir yang tersusun oleh batuan tak selaras.
klastika gunungapi berumur Miosen dan
Pliosen. Pesisir baratdaya ditempati oleh Formasi Salo Kalupang (Teos) yang
morfologi berbukit memanjang rendah dengan diperkirakan berumur Eosen Awal -Oligosen
arah umum kirar-kira baratlaut-tenggara. Akhir berfasies sedimen laut, dan diperkirakan
Pantainya berliku - liku membentuk beberapa

13
setara dalam umur dengan bagian bawah dataran pantai barat terdapat endapan rawa
Formasi yang sangat luas.

Tonasa (Temt). Formasi Salo Kalupang terjadi


di sebelah timur Lembah Walanae dan Batuan Sedimen dan Batuan Gunungapi
Formasi Tonasa terjadi di sebelah baratnya.
Km FORMASI MARADA (TM. VAN
LEEUWEN, 1974): batuan sedimen bersifat
Satuan batuan berumun Eosen Akhir sampai
flysch: perselingan. batupasir, batulanau,
Miosen Tengah menindih takselaras batuan
arkose. Grewake, serpih dan konglomerat;
yang lebih tua. Berdasarkan sebaran daerah
singkapannya, diperkirakan batuan karbonat
yang dipetakan sebagai Formasi Tonasa berisipan batupasir dan batulanau gampingan.
(Temt) tenjadi pada daerah yang luas di tufa, lava dan breksi yang bersusunan basal.
lembah ini. Formasi Tonasa ini diendapkan andesit dan trakit.
sejak Eosen Akhir berlangsung hingga Miosen
Tengah, menghasilkan endapan karbonat Batupasir dan batulanau berwarna kelabu
yang tebalnya tidak kurang dan 1750 m. Pada muda sampai kehitaman; serpih berwarna
kala Miosen Awal rupanya terjadi endapan kelabu tua sampa coklat tua; konglomerat
batuan gunungapi di daerah timur yang tersusun oleh andesit dan basal; lava dan
menyusun Batuan Gunungapi Kalamiseng breksi terpropilitkan kuat dengan mineral
(Tmkv). sekunder berupa karbonat, silikat, serisit.
klorit dan epidot.
Satuan batuan berumur Miosen Tengah
sampai Pliosen menyusun Formasi Camba Fosil globotruncana, dari batupasir gampingan
(Tmc) yang tebalnya mencapai 4.250 m dan yang dikenal oleh PT Shell menunjukKan umur
menindih tak selaras batuan-batuan yang Kapur Akhir, dan diendapkan di lingkungan
lebih tua. Formasi ini disusun oleh batuan neritik dalam (T.M. van Leeuwen, hubungan
sedimen laut berselingan dengan klastika tertulis, 1975 . Formasi ini diduga tebalnya
gunungapi, yang menyamping beralih menjadi tidak kurang dari 1000 m.
dominan batuan gunungapi (Tmcv). Batuan
sedimen laut berasosiasi dengan karbonat Teos FORMASI SALO KALUPANG:
mulai diendapkan sejak Miosen Akhir sampai batupasir, serpih dan batulempung
Pliosen di cekungan Walanae, daerah timur, berselingan. dengan konglomerat gunungapi,
dan menyusun Formasi Walanae (Tmpw)
25 dan breksi dan tufa. bersisipan lava. batugamping
Anggota Salayar (Tmps). dan napal: batulempung. serpih dan
batupasirnya di beberapa tempat dicirikan
Batuan gunungapi berumur Pliosen terjadi oleh warna merah, coklat, kelabu dan hitam;
secara setempat, dan menyusun Batuan setempat mengandung fosil moluska dan
Gunungapi Baturape - Cindako (Tpbv). Satuan foraminifera di dalam sisipan batugamping
batuan gunungapi yang termuda adalah yang dan napal; pada umumnya gampingan, padat,
menyusun Batuan Gunungapi Lompobatang dan sebagian dengan urat kalsit, sebagian
(Qlv), berumur Plistosen. Sedimen termuda dari serpihnya sabakan; kebanyakan
lainnya adalah endapan aluvium dan pantai lapisannya terlipat kuat dengan kemiringan
(Qac). antara 20o - 75o.

Fosil dari Formasi Salo Kalupang yang dikenali


oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1974) pada
Perian Satuan Peta contoh batuan Td. 140, terdiri dari:
Asterocyclina matanzensis COLE, Discocyclina
dispansa (SOWERBY), D. javana (VERBEEK),
Nummulites sp., Pellatispira madaraszi
Endapan Permukaan
(HANTKEN), Heterostegina saipanensis COLE,
. dan Globigerina sp. Gabungan fosil ini
Qac ENDAPAN ALUVIUM, RAWA DAN menunjukkan umur Eosen Akhir (Tb). Formasi
PANTAI: kerikil. pasir, lempung, lumpur dan Salo Kalupang yang tersingkap di daerah
batugamping koral. Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian
Barat mengandung fosil yang berumur Eosen
Terbentuk dalam lingkungan sungai, rawa, Awal sampai Oligosen Akhir. Formasi ini
pantai dan delta. Di sekitar Bantaeng, tebalnya tidak kurang dari 1500 m, sebagai
Bulukumba dan S. Berang endapan lanjutan dari daerah lembar Pangkajene dan
aluviumnya terutama terdiri dari rombakan Watampone Bagian Barat sebelah utaranya ;
batuan gunungapi G. Lompobatang: di ditindih tak selaras oleh batuan dari Formasi

14
Walanae dan dibatasi oleh sesar dan batuan Warna beraneka dari putih, coklat, merah.
gunungapi Tmkv. kelabu muda sampai kehitaman umumnya
mengeras kuat; berlapis-lapis dengan tebal
antara 4 cm dan 100 cm. Tufa berbutir halus
hingga lapili; tufa lempungan berwarna merah
mengandung banyak mineral biotit;
Temt FORMASl TONASA: batugamping,
konglomenat dan breksinya terutama
sebagian berlapis dan sebagian Pejal; koral, 27
berkomponen andesit dan basal dengan
bioklastika, dan kalkarenit. dengan sisipan
ukuran antara 2 cm dan 30 cm; batugamping
napal globigerina.
pasiran mengandung koral dan moluska;
batulempung kelabu tua dan napal
Batugamping kaya foram besar, batugamping mengandung fosil foram kecil; sisipan
pasiran, setempat dengan moluska: batubara setebal 40 cm ditemukan di S.
kebanyakan putih dan kelabu muda. Maros.
sebagian kelabu
Fosil dari Formasi Camba yang dikenal oleh D.
tua dan coklat. Perlapisan baik setebal antara Kadar (hubungan tertulis 1974, 1975) dan
10 cm dan 30 cm, terlipat lemah dengan Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1975).
kemiringan lapisan rata-rata kurang dari 25o; pada contoh batuan La.3. L.a.24, La.125, dan
di daerah Jeneponto banugamping berlapis La.448/4, terdiri dari: Globorotalia mayeri
berselingan dengan napal globigerina. CUSHMAN & ELLISOR,. Gl. praefoksi BLOW &
MANNER, Gl. siakensis (LEROY), Flosculinella
Fosil dari Formasi Tonasa dikenal: oleh D. bontangensis (RUTTEN).
Kadar (hubungan tertulis. 1973, 1974, 1975;.
dan oleh Purnamaningsih (hubungan tertulis, Globigerina venezuelana HEDBERG,.
1974). Contoh-contoh yang dianalisa fosilnya Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARWS).
adalah: La.8, La.35, Lb.1, Lb.49, Lb83, Lc.44, Orbulina universa D‘ORBIGNY, O. suturalis
Lc.97, Lc. 114, Td.37, Td.161, dan Td.167. BROWNIMANN Cellantbus cratuculatus
Fosil fosil yang dikenali termasuk: FICHTEL & MOLL, dan Elphidium advenum
Discocyclina sp., Nummuliites sp. . (CUSHMAN) Gabungan fosil tersebut
Heterostegina sp.. Flosculineilla sp., menunjukkan umur Miosen Tengah (Tf). Lagi
Spirochypues sp., S. Orbitoides DOUVILLE, pula ditemukan fosil foraminifera jenis yang
Lepidocyclina sp., L. ephippiodes JONES & lain, ostrakoda dan moluska dalam Formasi
CHAPMAN. L. verbeeki NEWTON & HOLLAND, ini. Kemungkinan Formasi Camba di daerah ini
L. cf. Sumatrensis JONES & CHAPMAN, berumur sama dengan yang di Lembar
Miogypsina sp., Globigerina sp, Gn. triprtita Pangkajene dan Watampone Bagian Barat,
COCH, Globoquadrina altispira (CUSHMAN & yaitu Miosen Tengah sampai Miosen Akhir.
JARVIS), Amphistegina sp.,Cycloclypeus sp..
dan Operculina sp. Gabungan fosil tersebut
Formasi ini adalah lanjutan dari Formasi
menunjukkan umur berkisar dari Eosen
Camba yang terletak di Lembar Pangkajene
sampai Miosen Tengah (Ta - Tf). dan
dan Bagian Barat Watampone sebelah
lingkungan pengendapan neritik dangkal
utaranya kira-kira 4.250 m tebalnya,
sampai dalam dan sebagian laguna.
diterobos oleh retas basal piroksen setebal
antara ½ - 30 m, dan membentuk bukit-bukit
Formasi ini tebalnya tidak kurang dari 1750 memanjang Lapisan batupasir kompak (10 -
m, tak selaras menindih batuan Gunungapi 75 cm) dengan sisipan batupasir tufa (1 - 2
Terpropilitkan (Tpv) dan ditindih oleh Formasi cm) dan konglomerat berkomponen basal dan
Camba (Tmc); di beberapa tempat diterobos andesit, yang tersingkap di P. Salayar
oleh retas, sil dan stok bersusunan basal dan diperkirakan termasuk satuan Tmc.
diorit; berkembang baik di sekitar Tonasa di
daerah Lembar Pangkajene dan Watampone Tmcv Batuan Gunungapi Formasi Camba:
Bagian Barat, sebelah utaranya. breksi gunungapi, lava konglomerat dan tufa
berbutir halus hingga lapili bersisipan batuan
sedimen laut berupa barupasir tufaan,
Tmc FORMASI CAMBA : batuan sedimen batupasir gampingan dan batulempung yang
laut berselingan dengan batuan gunungapi, mengandung sisa tumbuhan. Bagian
batupasir tufaan benselingan dengan tufa bawahnya lebih banyak mengandung breksi
batupasir dan batulempung ; bersisipan napal, gunungapi dari lava yang berkomposisi
batugamping , konglomerat dan breksi andesit ban basal; konglomerat juga
gunungapi. dan batubara. berkomponen andesit dan basal dengan
ukuran 3 - 50 cm; tufa berlapis baik, terdiri
dari tufa litik, tufa kristal dan tufa vitrik.
Bagian atasnya mengandung ignimbrit

15
bersifat trakit dan tefrit leusit; ignimbrit dengan batugamping Anggota Salayar
berstruktur kekar meniang, berwarna kelabu (Tmps); kebanyakan batuannya berlapis baik,
kecoklatan dan coklat tua, tefrit leusit terlipat lemah dengan kemiringan antara 10o
berstruktur aliran dengan permukaan – 20o, dan membentuk perbukitan dengan
berkerak roti, berwarna hitam. Satuan Tmcv ketinggian rata-rata 250 m di atas muka laut;
ini termasuk yang dipetakan oleh T.M. van tebal Formasi ini sekitar 2500 m. Di P. Salayar
Leeuwen (hubungan tertulis, 1978) sebagai Formasi ini terutama terdiri dari lapisan-
Batuan Gunungapi Sopo, Batuan Gunungapi lapisan batupasir tufaan (10 - 65 cm) dengan
Pamusureng dan Baruan Gunungapi Lemo. sisipan. napal; batupasirnya mengandung
Breksi gunungapi yang tersingkap di P. kuarsa, biotit, amfibol dan piroksen.
Salayar mungkin termasuk formasi ini;
breksinya sangat kompak, sebagian Fosil dari Formasi Walanae yang dikenali oleh
gampingan; berkomponen basal amfibol, Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1975)
basal piroksen dan andesit (0,5 — 30 cm), pada contoh batuan La.457 dan La,468, terdiri
bermassa dasar tufa yang mengandung biotit dari: Globigerina sp., Globorotalia menardi
dan piroksen. (D‘ORBIGN‘Y), Gl. tumida (BRADY).
Globoquadrina altispira (CUTSHMAN &
Fosil yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan JARVIS), Globigerinoides immaturus LEROY,
rertulis, 1971) dari lokasi A.75 dan A.76.b Gl. obliquus BOLLI dan Orbulina universa
termasuk: Amphistegina sp., Globigerinides, D‘ORBIGNY. Gabungan fosil tersebut
Operculina sp., Orbulina universa D‘ORBIGNY, menunjukkan umur berkisar29 dari Miosen Akhir
Rotaila sp., dan Gastropoda. Penarikhan jejak sampai Pliosen, (N18 – N20). Lagi pula
belah dan contoh ignimbrit menghasilkan ditemukan jenis foraminifera yang lain,
umur 13 ± 2 juta tahun dan K-Ar dan contoh ganggang, dan koral dalam Formasi ini.
lava menghasilkan umur 6,2 juta tahun (TM.
van Leeuwen, hubungan tertulis, 1978). Data
paleontologi dan radiometri tersebut
Tmps Anggota Salayar Formasi Walanae:
menunjukkan umur Miosen Tengah sampai
batugamping pejal, batugamping koral dan
Miosen Akhir.
kalkarenit, dengan sisipan napal dan batupasir
gampingan; umumnya putih,
Satuan ini mempunyai tebal sekitar 2.500 m
dan merupakan fasies gunungapi dari pada
Formasi Camba yang berkembang baik di bagian coklat dan merah; setempat
daerah sebelah utaranva Lembar Pangkajene mengandung moluska.
dan Watampone Bagian Barat); lapisannya
kebanyakan terlipat lemah, dengan Di sebelah timur Bulukumba dan di P. Salayar
kemiringan kurang dari 20o; menindih tak terlihat batugampmg ini relatif lebih muda dan
selaras batugamping Formasi Tonasa (Temt) pada batupasir Formasi Walanae, tetapi di
dan batuan yang lebih tua. beberapa tempat terlihat adanya hubungan
menjemari. Fosil dari Anggota Salayar yang di
Tmpw FORMASI WALANAE : penselingan kenali oleh Purnamaningsih (hubungan
batupasir, konglomerat, dan tufa. dngan tertulis, 1975) pada contoh batuan La.437,
sisipan batulanau, batulempung, La.438 dan La.479, terdiri dari:
batugamping, napal dan lignit; Globigerinanaphentes TODD, Globorotalia
acostaensis BLOW, Gl. dutertrei
(D’ORBIGNY),Gl. margaritae BOLLI &
Batupasir berbutir sedang sampai kasar, BERMUDEZ, Gl. menardii (D‘ORBIGNY), GL
umumnya gampingan dan agak kompak, scitaes (BRADY), Gl. tumiida (BRADY),
berkomposisi sebagian andesit dan sebagian Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS),
lainnya banyak mengandung kuarsa; tufanya Gn. Dehiscens (CHAPMANN-PARRCOLLINS),
benkisar dari tufa breksi, tufa lapili dan tufa Globigerinoides extremus BOLLI &
kristal yang banyak mengandung biotit; BERMUDEZ, Gd. immaturus LEROY, Gd.
konglomerat berkomponen andesit, trakit dan obliquus BOLLI, Gd. ruber: (D‘ORBIGNY), Gd.
basal, dengan ukuran ½ - 70 cm. rata-rata 10 sacculifer (BRADY), Gd. trilobus (REUSS),
cm. Biorbulina bilobata (D‘ORBIGNY), Orbulina
universa (D‘ORBIGNY), Hasdgerina
Formasi ini terdapat di bagian timur, sebagai aequiiateralis (BRADY), Pulleniatina primalis
lanjutan dari lembah S. Walanae di lembar BANNER & BLOW, Sphaeroidinellopsis
Pangkajene dan Watampone Bagian Barat seminulina SCHWAGER dan Sp. subdehiscens
sebelah utaranya. Di daerah urara banyak BLOW. Gabungan fosil tersebut menunjukkan
mengandung tufa, di bagian tengah banyak umur berkisar dan Miosen Akhir sampai
mengandung batupasir, dan di bagian selatan Pliosen Awal (N16-N19).
sampai di P. Salayar batuannya merjemari

16
bensusunan basal, andesit dan diorit. Satuan
Tebal satuan diperkirakan sekitar 2000 m. Di batuan ini diperkirakan beramur Miosen Awal;
Kp. Ara dan di ujung utara P. Salayar tebal satuan di lembar Pangkajene dan
ditemukan undak-undak pantai pada Watampone Bagian Barat tidak kurang dari
batugamping; paling sedikit ada 3 atau 4 4250 m.
undak pantai. Daerah batugamping ini
membentuk pebukitan rendah dengan
Tpbv BATUAN GUNUNGAPI BATURAPE
ketinggian rata-rata 150 m, dan yang paling
CINDAKO : lava dan breksi, dengan sisipan
tinggi 400 m di P. Salayar.
sedikit tufa dan konglomerat.

Bersusunan basal, sebagian besar porfiri


Batuan Gunungapi dengan fenokris piroksen besar-besar sampai
1 cm dan sebagian kecil tansatmata, kelabu
Tpv BATUAN GUNUNGAPI TERPRO tua kehijauan hingga hitam warnanya; lava
PILITKAN : breksi, lava dan tufa. sebagian berkekar maniang dan sebagian
berkekar lapis, pada umumnya breksi
berkomponen kasar, dari 15 cm sampai 60
Mengandung lebih banyak tufa di bagian
cm, terutama basal dan sedikit andesit,
atasnya dan lebih banyak lava di bagian
dengan semen tufa berbutir kasar sampai
bawahnya, kebanyakan bersifat andesit dan
lapili, banyak mengandung pecahan piroksen.
sebagian trakit; bersisipan serpih dan
batugamping di bagian atasnya; koponen
breksi beraneka ukuran dari beberapa cm Komplek terobosan diorit berupa stok dan
sampai lebih dan 50 cm, tersemen oleh tufa retas di Baturape dan Cindako diperkirakan
yang kurang dan 50%; lava dan breksi merupakan bekas pusat erupsi (Tpbc); batuan
berwarna kelabu tua sampai kelabu di sekitarnya terubah kuat, amigdaloidal
kehijauan, sangat terbreksikan dan dengan mineral sekunder zeolit dan kalsit:
terpropilitkan, mengandung bank-bank mineral galena di Baturape kemungkinan
karbonat dan silikat. berhubungan dengan terobosan diorit ini;
daerah sekitar Baturape dan Cindako
batuannya didominasi oleh lava Tpbl. Satuan
Satuan ini tebalnya sekitar 400 m, ditindih tak ini tidak kurang dari 1250 m tebalnya dan
selaras oleh batugamping Eosen Formasi berdasarkan posisi stratigrafinya kira-kira
Tonasa, dan diterobos oleh batuan granodiorit berumur Pliosen Akhir.
(gd); disebut Batuan Gunungapi Langi oleh
van Leeuwen (1974). Penarikhan jejak belah
sebuah contoh tufa dari bagian bawah satuan Qlv BATUAN GUNUNGAPI
menghasilkan umur - 63 juta tahun atau LOMPOBATANG : aglomerat, lava. breksi,
Paleosen (T.M.van Leeuwen, hubungan endapan lahar dan tufa.
tertulis, 1978).
Membentuk kerucut gunungapi strato dengan
puncak tertinggi 2950 m di atas muka laut;
batuannya sebagian besar berkomposisi
Tmkv BATUAN GUNUNGAPI KALIMISENG andesit dan sebagian basal, lavanya ada yang
: lava dan breksi, dengan sisipan tufa; berlubang - lubang seperti yang disebelah
batupasir, batulempung dan napal. barat Sinjai dan ada yang berlapis; lava yang
terdapat kira-kira 2½ km sebelah utara
Kebanyakan bensusunan basal dan sebagian Bantaeng berstruktur bantal; setempat breksi
andesit, kelabu tua hingga kelabu kehijauan, dan tufanya mengandung banyak biotit.
umumnya tansatmata, kebanyakan terubah.
amigdaloidal dengan mineral sekunder Bentuk morfologi tubuh gunungapi masih jelas
karbonat dan silikat; sebagian lavanya dapat dilihat pada potret udara: (Qlvc) adalah
menunjukkan struktur bantal. pusat erupsi yang memperlihatkan bentuk
kubah lava; bentuk kerucut parasit
Satuan batuan ini tersingkap di sapanjang memperlihatkan paling sedikit ada 2 perioda
daerah pegunungan sebelah timur Lembah kegiatan erupsi, yaitu Qlvpl dan Qlvp2. Di
Walanae. sebagai lanjutan dan Tmkv yang daerah sekitar pusat erupsi batuannya
tersingkap bagus di daerah sebelah utaranya terutama terdiri dari lava dan aglomerat
(Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian (Qlv), dan di daerah yang agak jauh terdiri
Barat); terpisahkan oleh jalur sesar dari terutama dan breksi, endapan lahar dan tufa
batuan sedimen dan karbonat Formasi Salo (Qlvb). Berdasarkan posisi stratigrafinya
Kalupang (Eosen — Oligosen) di bagian diperkirakan batuan gunungapi ini berumur
baratnya; diterobos oleh retas dan stok Plistosen.

17
Batuan Terobosan Kalium/Argon pada batuan basal dari lokasi 1
dan 4, dan gabro dari lokasi 5 menunjukkan
gd GRANODIORIT : terobosan granodiorit, umur masing-masing 7,5. 6,99 dan 7,36 juta
batuannya berwarna kelabu muda, di bawah tahun, atau Miosen Akhir (Indonesia Gulf Oil
mikroskop terlihat adanya felspar, kuarsa, Co., hubungan tertulis, 1972; J.D.
biotit, sedikit piroksen dan hornblende, Obradovich, hubungan tertulis, 1974). lni
dengan mineral pengiring zirkon, apatit dan menandakan bahwa
magnetit; mengandung senolit bersifat diorit, kemungkinan besar penerobosan basal
diterobos retas aplit, sebagian yang lebih berlangsung sejak Miosen Akhir sampai
bersifat diorit mengalami kaolinisasi. Pliosen Akhir.

Batuan terobosan ini tersingkap di sekitar


Birru, menerobos batuan dari Formasi Marada Batuan Malihan
(Km) dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan
(Tpv), tetapi tidak ada kontak dengan
batugamping Formasi Tonasa (Temt). s BATUAN MALIHAN KONTAK : batutanduk
Penarikan jelak belah dari contoh granodiorit yang berkomposisi mineral-mineral antofilit.
yang menghasilkan umur 19 ± 2 juta tahun kordiorit, epidot, garnet, kuarsa, felspar,
memberikan dugaan bahwa penerobosan muskovit dan karbonat.
batuan ini berlagsung di Kala Miosen Awal Berwarna kelabu kehiauan sampai hijau tua,
(T.M. van Leeuwen, hubungan tertulis, 1978). tersingkap daerah yang sempit (±2 km2),
pada kontak dengan granodiorit (gd) dan
dibatasi oleh sesar dari batuan gunungapi
d DIORIT: terobosan diorit, kebanyakan Tmcv. Batutanduk ini mengandung banyak
berupa stok dan sebagian retas atau sill; lensa magnetit.
Singkapannya ditemukan di sebelah timur
Maros, menenobos batugamping Formasi
Tonasa (Temt); umumnya berwarna kelabu, TEKTONIKA
bertekstur porfiri, dengan fenokris amfibol dan
biotit, sebagian berkekar meniang. Batuan tertua yang tersingkap di daerah ini
adalah sedimen flysch Formasi Marada,
Penarikhan Kalium Argon pada biotit dan aplit berumur Kapur Atas. Asosiasi batuannya
(lokasi 2) dan diorit (lokasi 3) menunjukkan memberikan petunjuk suatu endapan lereng
umur masing- masing 9.21 dan 7,74 juta bawah laut, ketika Kegiatan magma
tahun atau Miosen. Akhir. (J.D. Obradovich berkembang menjadi suatu gunungapi pada
hubungan tertulis. 1974). waktu kira-kira 63 juta tahun, dan
menghasilkan Batuan Gunungapi
t/a TRAKIT DAN ANDESIT : terobosan Terpropilitkan.
trakit dan andesit berupa retas dan stok.
Lembah Walanae di lembar Pangkajene dan
Trakit berwarna putih, bertekstur porfiri Watampone Bagian Barat sebelah utaranya
dengan fenokris sanidin sampai sepanjang 1 menerus ke Lembar Ujung Pandang, Benteng
cm; andesit berwarna kelabu tua, bertekstur dan Sinjai, melalui Sinjai di pesisir timur
porfiri dengan fenokris amfibol dan biotit. Lembah ini memisahkan batuan berumur
Batuan ini tersingkap di daerah sebelah Eosen. yaitu sedimen klastika Formasi Salo
baratdaya Sinjai, dan menerobos batuan Kalupang di sebelah timur dan sedimen
gunungapi Formasi Camba (Tmcv). karbonat Formasi Tonasa di sebelah baratnya.
BASAL : terobosan basal berupa retas, sill
dan stok, bertekstur porfir dengan fenokris Rupanya pada Kala Eosen daerah sebelah
piroksen kasar mencapai ukuran lebih dan 1 barat Lembah Walanae menapakan suatu
cm, berwarna kelabu tua kehitaman dan paparan laut dangkal, dan daerah sebelah
kehijauan; sebagian dicirikan oleh struktur timurnya merupaKan suatu cekungan
kekar meniang, beberapa di antaranya sedimentasi dekat daratan.
mempunyai tekstur gabro. Terobosan basal di
sekitar Jene Berang berupa kelompok retas
Paparan laut dangkal Eosen meluas hampir ke
yang mempunyai arah kira- kira radier
seluruh daerah lembar peta, yang buktinya
memusat ke Baturape dan Cindako ;
ditunjukkan oleh sebaran Formasi Tonasa di
sedangkan yang di sebelah utara Jeneponto
sebelah barat Birru, sebelah timur Maros dan
berupa stok.
di sekitar Takalar. Endapan paparan
berkembang selama Eosen sampai Miosen
Semua terobosan basal menerobos batuan Tengah. Sedimentasi klastika di sebelah timur
dan Formasi Camba (Tmc). Penarikan

18
Lembah Walanae rupanya berhenti pada Akhir Baturape-Cindako (Tpbv), yang oleh
Oligosen, dan diikuti oleh kegiatan gunungapi perusahaan setempat telah ditambang sejak
yang menghasilkan Formasi Kalamiseng. sebelum Perang Dunia ke-II.

Akhir dari pada kegiatan gunungapi Eosen Batugamping dari Formasi Tonasa yang
Awal diikuti oleh tektonik yang menyebabkan berlimpah memberikan cadangan bahan
terjadinya pemulaan terban Walanae. yang galian industri yang cukup besar.
kemudian menjadi cekungan di mana Formasi Batugamping ini
Walanae terbentuk. Peristiwa ini kemungkinan telah digunakan sebagai bahan baku untuk
besar berlangsung sejak awal Miosen Tengah Pabrik Semen Tonasa yang terletak di
dan menurun perlahan selama sedimentasi Pangkajene di sudut baratdaya lembar
sampai kala Pliosen. Pangkajene dan Watampone Bagian Barat.
Batuan beku berupa terobosan dan lava
Menurunnya cekungan Walanae dibarengi oleh (basal, trakit, andesit, diorit, granodorit) yang
kegiatan gunungapi yang terjadi secara luas ditemukan di berbagai tempat baik sebagai
di sebelah baratnya dan mungkin secara lokal bahan bangunan fondasi.
di sebelah timurnya. Peristiwa ini terjadi
selama Miosen Tengah sampai Pliosen. Mataair panas dan mineral ditemukan di
Semula gunungapinya terjadi di bawah muka beberapa tempat. Beberapa airpanas di
laut, dan kemungkinan sebagian muncul di sebelah baratdaya dan selatan Sinjai, di
permukaan pada kala Pliosen. Kegiatan antaranya ada yang bersuhu sampai 40oC
gunungapi selama Miosen meghasilkan (Purbo-Hadiwidjoyo, 1970). Eksplorasi minyak
Formasi Camba, dan selama Pliosen dan gasbumi dilakukan oleh Gulf Oil Indonesia
menghasilkan Batuan Gunungapi Baturape- sejak 1967 di beberapa tempat di darat dan di
Cindako. lepas pantai. Pemboran uji telah dilakukan
baik di pantai maupun di lepas pantai.
Kelompok retas basal berbentuk radier
memusat ke G. Cindako dan G. Baturape,
terjadinya mungkin berhubungan dengan ACUAN
gerakan mengkubah pada kala Pliosen.
Korte, P.. 2924. Geologische verkenning in
Kegiatan gunungapi di daerah ini masih Saleier; unpubl. rept. GSI
berlangsung sampai dengan kala Plistosen,
meghasilkan Batuan Gunungapi Lompobatang. Purbo-Hadiwidioyo 1970, Tentang
Berhentinya kegiatan magma pada akhir pemeriksaan gerakan tanah di Kp.
Plistosen, diikuti oleh suatu tektonik yang Salohe, Kabupaten Sinjai, Sulawesi
menghasilkan sesar-sesar en echelon Selatan unpubl. rept GSI, IS/Gth/165,
(merencong) yang melalui G. Lompobatang
berarah utara-selatan. Sesar-sesar en echelon
Sukamto, K., 1975, Geologic Map of
mungkin sebagai akibat dari suatu gerakan
Indonesia, sheet VIII Ujung Pandang,
mendatar dekstral dari pada batuan alas di
scale 1,000,000; Geological Survey of
bawah Lembah Walanae. Sejak kala Pliosen
Indonesia.
pesisir- barat ujung lengan Sulawesi Selatan
ini merupakan dataran stabil, yang pada kala
Holosen hanya terjadi endapan aluvium dari t‘Hoen, C. & K. Ziegler, 1917, Verslag over he
rawa-rawa. resultaten van geologisch-mijnhouv-
kundige verkenninger in Z.W. Celebesc
jaarb. Mijnw. Verb. II, pp. 235—361,

SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI


van Leeuwen. TM., 1974, The geology of Birru
area, South Sulawesi PT Riotinto
Gejala mineralisasi didapatkan di daerah
Eethlehem Indonesia, unpubl. rept.
Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai.
Gosan mangan ditemukan berserakan di
atas tanah lapukan dari Batuan Gunungapi Geologi Lembar Majene dan Bagian
Terpropilitkan (Tpv), dekat sentuhan dengan
terobosan granodiorit (gd). Hasil penyelidikan
yang diiakukan oleh PT Riotinto Bethlehen Barat Lembar Palopo, Sulawesi
Indonesia menunjukkan bahwa gosan mangan
itu berasal dari prospek endapan bijih logam
dasar (van Leeuwen, 1974). Endapan timbal (Oleh : Djuri, Sudjatmiko, S. Bachri dan Sukido, 1998)
terjadi di daerah pinggiran komplek terobosan
Edisi Kedua
diorit (Tpbc) pada Batuan Gunungapi

19
batugamping dan napal. Formasi Riu berumur
Miosen Awal - Miosen Tengah, tertindih
PENDAHULUAN takselaras oleh Formasi Sekala (Tmps) dan
Batuan Gunungapi Talaya (Tmtv). Formasi
Sekala terdiri dari grewake, batupasir hijau,
Peta dasar dibuat oleh Pusat Penelitian dan
napal dan batugamping bersisipan tuf dan
Pengembangan Geologi, berdasarkan peta
lava bersusunan andesit-basal; berumur
dari U.S. Army Map Service, seri T-503,
Miosen Tengah - Pliosen; berhubungan men-
Lembar SA 50-16 dan SA 51-13, 1965.
jemari dengan Batuan Gunungapi Talaya.
Batuan Gunungapi Talaya terdiri dari breksi,
Peta geologi dibuat berdasarkan pemetaan lava dan tuf yang bersusunan andesit-basal
pada tahun 1912 oleh Sudjatmiko, Djuri, Budi dan mempunyai Anggota Tuf Beropa (Tmb).
Santoso, Memed dan Yop Yusuf, serta Batuan Gununapi Talaya menjemari dengan
kompilasi oleh S. Bachri pada tahun 1997. Batuan Gunungapi Adang (Tma) yang
terutama bersusunan leusit basal.
Edisi pertama (1974), oleh Djuri dan
Sudjatmiko
Pemerian Satuan

Edisi kedua (1997), digambar dan dicetak Qa ALUVIUM : Lempung lanau, pasir, dan
ulang dengan beberapa perbaikan oleh : kerikil

S. Bachri dan Sukido Qpbt TUF BARUPU : Tuf, putih hingga


Disunting oleh D. Sukarna, N Ratman dan kelabu muda, mengandung biotit dan
(and) T.C. Amil batuapung, bersusunan dasit; setempat
dijumpai breksi, batuapung Umurnya diduga
Tatanan Stratigrafi Plistosen dan tebalnya sekitar 300 m. Nama
satuan ini pertamakali digunakan oleh
Abendanon (1915).
Daerah Lembar Majene dan Bagian Barat
Lembar Palopo terbentuk oleh beraneka
macam batuan seperti, batuan sedimen, Qphs ENDAPAN ANTAR GUNUNG :
malihan, gunungapi dan terobosan. Umurnya Konglomerat mengandung komponen granit,
berkisar dari Mesozoikum sampai Kuarter. batupasir tufaan, batulanau dan serpih,
setempat mengandung fosil moluaka;
Satuan tertua di Lembar ini adalah Batuan termampatkan lemah.
Malihan (TR w) yang terdiri dari sekis, genes,
filit dan batusabak. Satuan ini mungkin dapat
disamakan dengan Kompleks Wana di Lembar Qpps NAPAL PAMBAUANG : Napal tufa,
Pasangkayu yang diduga berumur lebih tua serpih napalan meagandung nodul, batupasir
dan Kapur dan tertindih takselaras oleh tufaan, dan lensa-lensa konglomerat;
Formasi Latimojong (Kls). Formasi tersusun mengandung fosil foraminifera yang
oleh filit, kuarsit, batulempung malih dan menunjukkan umur Plistosen. Tebal satuan
pualam, berumur Kapur. sekitar 300 m, dan kemungkinan terendapkan
di lingkungan laut dangkal.
Satuan berikutnya adalah Formasi Toraja
(Tet) terdiri dari batupasir kuarsa,
konglomerat kuarsa, kuarsit, serpih dan Tmpi BATUAN TEROBOSAN : Umumnya
batulempung yang umumnya berwarna merah batuan beku bersusunan asam sampai
alau ungu. Formasi ini mempunyai Anggota menengah seperti granit, granodiorit, diorit,
Rantepao (Tetr) yang terdiri dari senit, monzonit kuarsa den riolit; setempat
batugamping numulit berumur dijumpai gabro di G. Pangi. Singkapan
terbeser di daerah G. Paroreang yang
Eosen Tengah Eosen Akhir. Formasi Toraja menerus sampai daerah G. Gandadiwata di
menindih takselaras Formasi Latimojong, dan Lembar Mamuju (Ratman dan Atmawinata,
tertindih takselaras oleh Batuan Gunungapi 1993). Umumya diduga Pliosen karena
Lamasi (Toml) yang terdiri dari batuan menerobos Batuan Gunungapi Walimbong
gunungapi, sedimen gunungapi dan yang berumur Mio-Pliosen, serta berdasarkan
batugamping yang berumur Oligo-Miosen atau kesebandingan dengan granit di Lembar
Oligosen Akhir - Miosen Awal. Batuan Pasangkayu yang berumur 3,35 juta tahun
gunungapi ini mempunyai Anggota (Sukamto, I975a)
Batugamping (Tomc), tertindih selaras oleh
Formasi Riu (Tmr) yang terdiri dari

20
39

Tppv BATUAN GUMINGAPI PAREPARE : berumur Miosen Tengah - Pliosen; tebalnya


Breksi gunungapi berkomponen trakit dan ratusan meter.
andesit; batuapung, batupasir tufaan,
konglomerat dan breksi tufaan; diterobos
oleh, retas-retas trakit-andesit. Umur satuan Tmm FORMASI MANDAR : Batupasair,
adalah Pliosen berdasarkan penarikhan batulanau dan serpih, berlapis baik,
radiometri pada trakit dan tufa di Parepare mengandung lensa lignit, mengandung
yang menghasilkan umur 4,25 dan 4,95 juta foraminifera berumur Miosen
tahun (S.D. Obradovich, dalam Sukamto, Akhir, tebal mencapai 400 m, mungkin
1982). diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai
deltaik; di Lembar Mamuju formasi ini
dikuasai oleh napal dan batugamping dengan
Tppl ANGGOTA LAVA BATUAN sisipan tuf, batupasir dan konglomerat, serta
GUNUNGAPI PAREPARE : Lava trakit, disebut Formasi Mamuju (Ratman dan
kelabu muda hingga putih, berkekar-tiang. Atmawinata, 1993).

Tmpm FORMASI MAPI : Batupasir tufan, Tmps FORMASI SEKALA : Batupasir,


batulanau, batulempung, batugamping konglomerat, serpih, tuf, sisipan lava andesit
pasiran dan kanglomerat. Berdasarkan – basalan,; mengandung foraminifera
kandungan fosil foraminiferanya umur formasi berumur Miosen Tengah – Pliosen dengan
ini Miosen Tengah - Pliosen. Formasi ini lingkungan pengendapan laut dangkal;
tersingkap di daerah S. Mapi, tebalnya sekitar tebalnya sekitar 500 m. Di Lembar Mamuju
100 m. (Ratman dan Atmawinata, 1993) formasi ini
juga disusun oleh batupasir hijau, napal dan
lava bantal, dan sebagian batuan bercirikan
endapan turbidit.
Tpw FORMASI WALANAE : Konglametat,
sedikit batupasir glaokonit dan serpih;
mengandung kokuina, moluska dan
Tomd FORMASI DATE : Napal diselingi
foraminifera yang menunjukkan umur Pliosen,
batulanau gampingan dan batupasir
sedang lingkungan pengendapannya darat
gampingan; tebal endapan mencapai 500 -
hingga laut dangkal. Ke arah Selatan, di
1000 m; kandungan foraminifera
Lembar Pangkajene dan Watampone bagian
menunjukkan umur Oligosen Tengah - Miosen
barat (Sukamto. 1982), batupasir semakin
Tengah dengan lingkungan pengendapan laut
menguasai dan berselingan dengan
dangkal. Di Lembar Mamuju (Ratman dan
batulanau, tuf, napal, konglomerat dan
Atmawinata. 1993) formasi ini disebut
batugamping. Batugamping di Tacipi disebut
Formasi Rio.
Anggota Tacipi. Tebal formasi tidak kurang
dari 1700 m.
Tomm FORMASI MAKALE : Batugamping
terumbu, terbentuk di laut dangkal. Umurnya
Tpl ANGGOTA BATUGAMPING FORMASI
diduga Miosen Awal - Miosen Tengah.
WALANAE : Batugamping terumbu, tebalnya
Tms PORMASI SALOWAJO : Napal dan
kurang dari 100 m, dijumpai menumpangi
batugamping yang tersisip, setempat
atau sebagai lensa pada bagian atas Batuan
mengandung batupasir gampingan berwarna
Gunungapi Walimbong (Tmpv). umurya
abu-abu biru sampai hitam, konglomerat dan
sekitar Mio-Pliosen. dengan lingkungan
breksi, Foraminifera umurnya berjangka dari
pengendapan laut dangkal. Batuan serupa dan
Miosen Awal hingga Miosen Tengah termuda.
seumur di Lembar Pangkajene dan bagian
barat Watampone (Sukamto, 1982) disebut
Anggota Tacipi Formasi Walanae, di Lembar
Tml FORMASI LOKA : Batuan epiklastik
Enrekang (Sukido. 1997) disebut Formasi
gunungapi terdiri dari batupasir andesitan
Tacipi.
batulanau, konglomeerat dan breksi. Berlapis
hingga masif terutama sebagai endapan darat
hingga delta dan laut dangkal. Fosil
Tmpv BATUAN GUNUNGAPI WALIMBONG
foraminifera menunjukkan umur Miosen
: Lava berausunsn basal sampai andesit,
Tengah - Miosen Akhir. Tebalnya mencapai
sebagian lava bantal; breksi andesit piroksin,
ratusan meter.
breksi andsit trakit; mengandung feldspatoid
di beberspa tempat; diendapkan di lingkungan
laut. diduga berumur Mio-Pliosen karena
Tolv BATUAN GUNUNGAPI LAMASI : Lava
menjemari dengan Formasi Sekala yang
andesit, basal, breksi gunungapi, batupasir

21
dan batulanau; setempat mengandung tersebut bersatu. Pada akhir Miosen - Tengah
feldspatoid; umumnya terkloritkan dan sampai Pliosen terjadi pengendapan sedimen
terkersikan; umurnya diduga Oligosen karena molasa secara tak selaras di atas seluruh
menindih Formasi Toraja (Tets) yang berumur mendala geologi di Sulawesi, serta terjadi
Eosen, sedang Formasi Toraja menurut terobosan batuan granitan di Mendala Geologi
Simandjuntak, drr. (1991) berumur Paleosen. Sulawesi Barat, Pada Plio-Pliosen seluruh
Tebal satuan tidak kurang dari 500 m. daerah Sulawesi tercenangga. Didaerah
pemetaan, percenanggaan ini diduga telah
Tets FORMAS1 TORAJA : Serpih coklat mengakibatkan terbentuknya lipatan dengan
kemerahan, serpih napalan kelabu, sumbu berarah baratlaut - tenggara, serta
batugamping, batupasir kuarsa, konglomerat, sesar naik dengan bidang sesar miring ke
batugamping, dan setempat batubara. Tebal timur. Setelah itu seluruh daerah Sulawesi
formasi diduga tidak kurang dan 1000 m. terangkat dan membentuk bentangalam
Fosil foraminifera besar pada batugamping seperti sekarang ini.
menunjukkan umur Eosen - Miosen (Budiman,
1981. dalam Simandjuntak, drr., 1993).
Sedang lingkungan pengendapannya laut SUMBERDAYA MINERAL DAN ENERGI
dangkal. Formasi ini menindih tidak selaras
Formasi Latimojong dan ditindih tidak selaras
oleh Batuan Gunungapi Lamasi. Secara setempat, yaitu di daerah utara G.
Gandang dijumpai mineralisasi tembaga,
timbal, seng dan besi, yaitu pada batuan
Tetl ANGGOTA BATUGAMPING FORMASI gunungapi dan pada batuan terobosan.
TORAJA : Batugamping kelabu hingga putih, Karena sebaran batuan gununapi cukup luas,
bebeepa lensa-lensa besar, mengandung disertai penerobosan batuan granitoid yang
numulites berumur Eosen dengan lingkungan cukap luas pula, maka kemungkinan di daerah
pengendapan laut dangkal, tebalnya sekitar ini mempunyai potensi mineral logam yang
500 m; di Lembar Mamuju disebut Anggota tinggi. Adanya alterasi seperti kloritisasi dan
Rantepao Formasi Toraja (Ratman dan silisifikasi pada Batuan Gunungapi Lamasi
Atmawinata, 1993). juga merupakan petunjuk adanya
mineralisasi. Berbagai macam batuan beku
terobosan yang ada menpunyai potensi
Kls FORMASI LATIMOJONG : Secara umum sangat besar untuk keperluan bahan
formasi ini mengalami pemalihan lemah - bangunan. Adapun sumber energi yang ada
sedang; terdiri atas serpih, filit, rijang, adalah batubara yang tersingkap dibeberapa
marmer, kuarsit dan breksi terkersikkan; tempat pada Formasi Toraja.
diterobos oleh batuan beku menengah sampai
basa; di Lembar Mamuju (Ratman dan
Atmawinata, 1993) juga dijumpai
batulempung mengandung fosil DAFTAR ACUAN
Globotruncana berumur Kapur Akhir, dengan
lingkungan pengendapan laut dalam. Tabal
formasi lebih dari 1000 m. Abendanon, E.C., 1915. Geologische en
geographische doorkruisingen van
Midden-Celebes (1909-1910): Leiden,
TEKTONIKA DAN STRUKTUR E.J. Brill, v.I, 451 p

Lembar Majene dan bagian barat Palopo


Ratman, N. Dan S. Atmawinata, 1993. Geologi
terletak di Mendala Geologi Sulawesi Barat
Lembar Mamuju, Sulawesi, Sekala 1 :
(Sukamto, 1975 b, lihat gambar). Mendala ini
250.000. Pusat Penelitian dan
dicirikan oleh batuan sedimen laut dalam
Pengembangan Geologi.
berumur Kapur - Paleogen yang kemudian
berkembang menjadi batuan gunungapi
bawah laut dan akhirnya gunungapi darat di Reyzer. E.C., 1915. Geologische
akhir Tersier. Batuan terobosan granitan aanteekeningen betreffende de
berumur Miosen-Pliosen juga mencirikan Zuidelijke Toraja Landen, verzameld uit
mendale ini. Sejarah tektoniknya dapat de Verslagen der mijnbouwkundige
diuraikan mulai dari jaman Kapur, yaitu, saat onder-zoekingen In Midden Celebes:
Mendala Geologi Sulawesi Timur bergerak ke Jaarboek v.h Mijnwezen in Nederlandsch
barat mengikuti gerakan tunjaman landai ke Oost-Indie, 1918, Weltevreden (now
barat di bagian timur Mendala Gaologi Jatinegara), Gov”t. Printing Office p,
Sulawesi Barat. Penunjaman ini berlangsug 154 – 209. pl.14
hingga Miosen Tengah, saat kedua mendala

22
Simandjuntak, TO, E. Rusmana, Surono dan PENDAHULUAN
Supandjono, 250.000. Penelitian dan
Pengembangan, Geologi. Pemetaan geologi bersistim Lembar Mamuju,
sekala I : 250.000 dilakukan dalam rangka
Sukamto, R., 1915 a. Geologic Map of pelaksanaan Pelita IV tahun kedua, Proyek
Sulawesi Sheet VIII Ujung Pandang Pemetaan Geologi dan Interpretasi foto citra
Scale 1:1000.000 Geological Survey of di lingkungan Puslitbang Geologi.
Indonesia.
Pekerjaan lapangan berlangsung selama 4
------1975 b. The Structure of Sulawesi in the bulan yang dibagi dalam dua tahap. Yang
light of plate tectonics, Proc. Reg, on pertama dari Juni sampai Juli 1985 dan kedua
the Geol, and Min Resources of dan Oktober sampai November 1985.
Southeast Asia. Jakarta: Indonesian
Association of Geologist. Proyek yang sama pada 1972 telah dilakukan
pemctaan geologi tinjau di Lembar ini dan
------R., 1982. Geologi Lembar Pangkajene hasilnya berupa laporan terbuka (Apandi drr.,
dan Watampone Bagian Barat, Sulawesi. 1982). Lembar Mamuju dibatasi oleh kordinat
Pusat Penelitian dan Pengembangan 118°30‘ - 1200 BT dan 2° - 3° LS, yang luas
Geologi. daratannya 11.305 km2. Di utara batasnya
adalah Lembar Pasangkayu; di umur Lembar
Malili; di selatan Lembar Majene dan di barat
Selat Makassar. Secara kepamongprajaan,
Sukido, D. Satria dan S Koesoemadinata, Lembar ini termasuk dalam Kabupaten
1997, Peta geologi Lembar Enrekang Mamuju, Kabupaten Majene, Kabupaten
Sulawesi, skala 1 : Polmas (Polewali-Mamasa), Kabupaten Tator
43100.000, (Tana Toraja) dan Kabupaten Luwu, Propinsi
Puslitbang Geologi.
Sulawesi Selatan (Gb. 2). Sebagaimana
daerah lainnya di Indonesia.

Geologi Lembar Mamuju,


Sulawesi
Geology of the Mamuju Quadrangle GEOMORFOLOGI
, Sulawesi
Lembar Mamuju sebagian besar berupa
Oleh (By): pegunungan, hanya sebagian kecil berupa
N. Ratman dan (and) S. Atmawinata pebukitan menggelombang dan dataran
rendah. Topografi kras terdapat sempit di
sekitar Rantepao, di bagian tenggara Lembar
Geologi dipetakan pada 1985 oleh: (Gb. 4). Daerah pegunungan Morfologi ini
Geology mapped in 1985 by: menempati hampir dua pertiga luas daerah
N. Ratman dan (and) S. Atmawinata yang dipetakan yaitu di bagian tengah, utara,
timurlaut dan selatan. Daerah ini umumnya
berlereng terjal dan curam, puncak bukitnya
Ditelaah dan disunting oleh: berkisar dari 800 sampai 3.000 m. Puncak
Reviewed and edited by: tertinggi adalah Bulu Gandadiwata ( 3.074
T.O. Simandjuntak, S. Gafoer & K. m) dan Bulu Potali ( 3.008 m). Halaan
Sukamto tertentu tidak terdapat pada sebaran gunung
tersebut, akibatnya pola aliran berkembang
tidak mengikuti aliran tertentu, melainkan
DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN menyesuaikan dengan keadaan tanah
ENERGI bawahnya. Di banyak tempat terdapat air
DIREKTORAT JENDERAL GEOLOGI DAN terjun, yang menunjukkan ciri kemudaan
SUMBERDAYA MINERAL daerah. Ciri lain berupa lembah yang sempit
PUSAT PENELITIAN DAN dan curam. Di sekitar Barupu dan Panggala,
PENGEMBANGAN GEOLOGI terdapat suatu morfologi , yang berpola
saliran memancar. Lereng bukit umumnya
terjal dan membentuk ngarai, dindingnya
DEPARTMENT OF MINES AND ENERGY digali untuk pemakaman. Di daerah
DIRECTORATE GENERAL OF GEOLOGY pegunungan terdapat sedikit topografi krast
AND MINERAL RESOURCES dan dataran aluvium sempit, yaitu di sekitar
GEOLOGICAL RESEARCH AND Rantepao. Gua alamiah pada batugamping di
DEVELOPMENT CENTRE 1993
23
daerah ini digunakan penduduk setempat Batuan Gunungapi Talaya terdiri dari breksi,
sebagai lokasi pemakaman. lava dan tuf yang bersusunan andesit-basal
dan mempunyai Anggota Tuf Beropa (Tmb).
Daerah pebukitan meng-gelombang Batuan Gununapi Talaya menjemari dengan
Batuan Gunungapi Adang (Tma) yang
Morfologi ini terdapat di bagian baratdaya terutama bersusunan leusit basal.
Lembar, yaitu daerah antara Teluk Lebani dan
Teluk Mamuju. Tinggi pebukitan berkisar dan
500 sampai 600 mdpl atas muka laut. Daerah
ini berpola aliran meranting. Batuan Gunungapi Adang berhubungan
menjemari dengan Formasi Mamuju (Tmm)
Daerah dataran rendah yang berumur Miosen Akhir. Formasi Mamuju
terdiri atas napal, batupasir gampingan, napal
Dataran rendah menempati bagianbarat tufan dan batugamping pasiran bersisipan tuf
Lembar, yaitu sepanjang pantai mulai dan Formasi ini mempunyai Anggota Tapalang
Kaluku sampai Babana (daerah S. Budong- (Tmmt) yang terdiri dari batugamping koral,
budong). Umumnya berpolah aliran meranting batugamping biokiastika dan napal yang
(dendritik) dan beberapa sungal bermeander. banyak mengandung moluska. Formasi
Lariang terdiri dari batupasir gampingan dan
mikaan, batulempung, bersisipan kalkarenit,
Tataan Stratigrafi
konglomerat dan tuf; umumya Miosen Akhir-
Pliosen Awal.
Daerah Lembar Mamuju terbentuk oleh
beraneka macam batuan seperti, batuan
Di bagian tenggara Lembar, tersingkap Tuf
sedimen, malihan, gunungapi dan terobosan.
Barupu (Qbt) yang terdiri dari tuf, tuf lapili
Umurnya berkisar dan Mesozoikum sampai
dan lava, yang umumnya bersusunan dasit,
Kuarter.
dan diduga berumur Plistosen. Sedangkan di
bagian baratlaut tersingkap Formasi Budong-
Satuan tertua di Lembar ini adalah Batuan budong (Qb) yang terdiri dari konglomerat,
Malihan (TR w) yang terdiri dari sekis, genes, batupasir, batulempung; dan batugamping
filit dan batusabak. Satuan ini mungkin dapat koral (Ql).
disamakan dengan Kompleks Wana di Lembar
Pasangkayu yang diduga berumur lebih tua
Endapan termuda di Lembar ini adalah
dan Kapur dan tertindih takselaras oleh
endapan kipas aluvium (Qt) dan aluvium (Qa)
Formasi Latimojong (Kls). Formasi tersusun
yang terdiri dari endapan-endapan sungai,
oleh filit, kuarsit, batulempung malih dan
pantai dan antar gunung.
pualam, berumur Kapur.

Satuan berikutnya adalah Formasi Toraja


(Tet) terdiri dari batupasir kuarsa,
konglomerat kuarsa, kuarsit, serpih dan Perian satuan peta
batulempung yang umumnya berwarna merah
atau ungu. Formasi ini mempunyai Anggota
Rantepao (Tetr) yang terdiri dari batugamping ENDAPAN PERMUKAAN
numulit berumur Eosen Tengah Eosen Akhir.
Formasi Toraja menindih takselaras Formasi Qf ENDAPAN KIPAS ALUVIUM ; Breksi,
Latimojong, dan tertindih takselaras oleh batupasir sedang-kasar, lempung danpasir.
Batuan Gunungapi Lamasi (Toml) yang terdiri
dari batuan gunungapi, sedimen gunungapi
Satuan ini umumnya terdapat pada lereng
dan batugamping yang berumur Oligo-Miosen
bukit yang berbatuan gunungapi dan batuan
atau Oligosen Akhir - Miosen Awal. Batuan
beku (andesit, basal dan granit)
gunungapi ini mempunyai Anggota
Singkapannya terdapat di bagian tenggara
Batugamping (Tomc), tertindi selaras oleh
Lembar di daerah Tandung dan Litke.
Formasi Riu (Tmr) yang terdiri dari
Komponen batuan umumnya ber bentuk
batugamping dan napal. Formasi Riu berumur
menyudut tanggung-menyudut, berukuran
Miosen Awal - Miosen Tengah, tertindih
pasir-bongkah, terpilah buruk. Breksi dan
takselaras oleh Formasi Sekala (Tmps) dan
batupasirnya berlapis buruk, dengan
Batuan Gunungapi Talaya (Tmtv). Formasi
massadasar pasir lempungan; kurang mampat
Sekala terdiri dari grewake, batupasir hijau,
sampai lepas. Satuan ini diduga berumur
napal dan batugamping bersisipan tuf dan
Plistosen sampai Holosen
lava bersusunan andesit-basal; berumur
Miosen Tengah - Pliosen; berhubungan
menjemari dengan Batuan Gunungapi Talaya.

24
Qa ALUVIUM ; Bongkah, kerakal, kerikil, Malili di timur. Tebalnya lebih dan 1.000 m.
pasir, lanau, lempung dan lumpur; setempat Singkapan batusabak di S. Karataun daerah
mengandung sisa-sisa tumbuhan. Galumpang banyak mengandung urat kuarsa
yang disertai cebakan bijih sulfida tembaga,
Satuan ini terhampar luas di daerah muara besi, seng dan sedikit emas. Tebal unit kuarsa
sungai besar, yaitu S. Budong budong S. beraneka dan beberapa cm sampai 50 cm.
Lumu, S. Karama, dan S. Kaluku serta Nama Formasi Latimojong 49 pertama kali
terdapat di sepanjang pantai. Tebalnya digunakan oleh Brouwer (1934) dengan lokasi
berkisar antara I dan 5 m. Satuan ini tipenya di Pegunungan Latimojong, Lembar
menindih takselaras satuan yang ada di Majene. (Djuri dan Sudjatmiko, 1979).
bawahnya. Umumya adalah Holosen Setempat
berupa endapan antar gunung yang terdiri
dari breksi, Tet FORMASI TORAJA perselingan
batupasir kuarsa, serpih dan batulanau, ber
konglomerat batupasir, batulempung yang sisipa konglomerat kuarsa, batulempung
belum padat, dan sisa tumbuhan. karbonat, batugamping, napal,
batupasir hijau, batupasir gampingan dan
batubara, setempat dengan
BATUAN SEDIMEN
lapisan tipis resin dalam batulempung.
Kls FORMASI LATIMOJONG : batusabak,
kuarsit, filit, batupasir kuarsa malih, Umumnya berlapis baik, dengan tebal lapisan
batulanau malih dan pualam; setempat berkisar dan beberapa cm sampai lebih dari 1
batulempung gampingan. m. Setempat berstruktur perarian sejajar,
lapisan bersusun dan silang-siur.
Batusabak, berwarna kelabu kehitaman
sampai hitam, berlapis baik dengan tebal dan Satuan ini umumnya terlipat, setempat
2 cm sampai 10 cm; mampat; setempat mempunyai kemiringan hampir tegak. Secara
mengandung urat kuarsa. Kuarsit, berwarna keseluruhan, satuan ini mempunyai warna
putih kehijauan; berlapis baik dengan tebal 1 yang khas yaitu merah kecoklatan sampai
sampai 3 cm; mampat. Filit, berwarna merah ungu, dan beberapa berwarna kelabu
kecoklatan perdaunan searah dengan bidang kehitaman. Batupasir kuarsa, berwarna putih-
perlapisan. Batupasir kuarsa malih dan kelabu muda, coklat kemerahan sampai ungu;
batulempung malih, umumnya berwarna putih berukuran sedang sampai kasar; terpilah
kelabu sampai kecoklatan; berlapis baik baik, butiran membundar tanggung sampai
dengan tebal dan beberapa cm sampai 25 cm; membundar benar; terdiri dari 90% - 95%
terutama tersusun dan kuarsa dan lempung; kuarsa dan sisanya adalah kepingan mineral
perdaunan searah dengan bidang perlapisan. rutil dan zirkon; berperekat kuarsa halus.
Pualam, berwarna putih kelabu, berbutir halus
dan mampat. Batuan ini hanya tersingkap di Konglomerat kuarsa, berwarna putih kelabu;
daerah hulu S. Mariri sebelah timur sangat pejal; ukuran butir dari 5 mm sampai
Galumpang. 3 cm, membundar tanggung sampai
membundar baik, terpilah baik, beberapa
Batulempung gampingan, berwarna kelabu lapisan membentuk lapisan bersusun dengan
muda, cukup keras; berlapis dengan tebal dan tebal berkisar dan 2 cm sampai 15 cm.
beberapa cm sampai 20 cm. Batuan ini Komponen utamanya terdiri dari kuarsa dan
mengandung fosil Globotruncana formicata sedikit batuan sedimen malih, dengan perekat
formicata PLUMMER, Gbobotruncana atau massa dasar pasir kuarsa.
stuartiformis DOLBIER, Globotruncana sp.
Kumpulan fosil ini menunjukkan umur Kapur Serpih, berwarna kelabu kecoklatan; pasiran;
Akhir dengan lingkungan pengendapan laut mudah hancur; berlapis baik dengan tebal dan
dalam (Purnamaningsih, hubungan tertulis, 2 cm sampai 1 m, setempat bersisipan
1985). Satuan ini diterobos oleh Granit batugamping kelabu yang keras setebal 1
Mamasa dan Granit Kambuno, tertindih sampai 5 cm dan tak berfosil.
takselaras oleh Formasi Toraja dan batuan
yang lebih muda lainnya. Batubara umumnya terdapat sebagai sisipan
dalam batupasir kuarsa, tebalnya 40 - 75 cm,
Sebarannya terdapat di bagian tengah, tersingkap di utara Tamalea dan sebelah barat
selatan dan timurlaut Lembar, serta sedikit di Galumpang. Batulanau, berwarna kelabu
bagian timur. Di bagian timurlaut, menerus ke muda sampai kelabu tua; mudah hancur;
Lembar Pasangkayu di utara, dan ke Lembar agak gampingan; berlapis baik dengan tebal

25
dari 2 cm sampai 15 cm; yang lapuk berwarna tergeruskan sehingga fosil numulit tampak
merah kecoklatan. Batuan ini disisipi oleh mengkilat dan menjadi terpipihkan searah
lapisan tipis napal, berwarna putih; cukup bidang lapisan. Batugamping terhablur ulang,
keras; tak berfosil. Umumnya terdapat pada berwarna putih kelabu sampai coklat terang;
bagian bawah formasi. sebagian berlapis; setempat berkepingan.

Batulempung karbonan, berwarna kelabu tua Selain Nummulit sp., batuan ini mengandung
sampai coklat kemerahan; agak lunak dan pula fosil Discocyclina sp., Pelatispira sp.,
mengandung sedikit kerikil batuan sedimen Ascocyclina sp., Quinqueloculina sp.,
malih yang membundar tanggung. Batuan ini Asterocyclina sp., ekinoid, koral dan ganggang
setempat disisipi lapisan tipis (2 cm) resin. Di yang menunjukkan umur Eosen dengan
daerah sentuhan dengan tubuh granit, batuan lingkungan pengendapannya laut dangkal
ini menjadi sangat keras. (Purnamaningsih, hubungan tertulis, 1985).

Batugamping bioklastika, berwarna putih Batugamping numulit ini sebagian berupa


kehijauan sampai kelabu; pejal; berlapis baik lensa di dalam Formasi Toraja. Anggota
dengan tebal 2 sampai 10 cm; terdapat Rantepao dan Formasi Toraja tertindih
sebagai sisipan; lapukannya berwarna merah. takselaras oleh satuan batuan gunungapi
Fosil yang ditemukan dalam batugamping Oligosen-Miosen dan diduga menindih
bioklastika adalah Pelatispira orbitoides takselaras Formasi Latimojong. Satuan ini
PROVALE, Amphistegina sp., Fabiania sp., tersingkap di bagian Tenggara Lembar, yaitu
Discocyclina sp., Asterocyclina sp., di daerah Rantepao, dan sedikit di bagian
Nummulites sp., Globorotalia gulbrooki tengah Lembar, yaitu di dekat Galumpang.
BOLLI dan Tebalnya ± 500 m. Satuan ini pertama kali
dikenal sebagai satuan Batugamping Formasi
Toraja (Djuri dan Sudjatmiko, 1974). Nama
Operculina sp. Kumpulan fosil ini Anggota Rantepao adalah nama baru yang
menunjukkan umur Eosen Tengah-Eosen diusulkan, lokasi tipenya terdapat di sekitar
Akhir (Sudiyono, hubungan tertulis, 1985). Rantepao
Lingkungan pengendapannya adalah laut
dangkal sampai darat.
Tomc ANGGOTA BATUGAMPING, BATUAN
Formasi ini tersebar di sudut tenggara GUNUNGAPI LAMASI; batugamping dan
Lembar, yaitu di daerah Rantepao dan di napal.
bagian tengah Lembar, yaitu di daerah S. Hau
dan S. Karataun. Tebalnya diperkirakan lebih Batugamping, berwarna putih; pejal;
dari 1.000 m. Formasi ini mempunyai Anggota terhablur ulang; miskin fosil; sebagian berupa
Rantepao yang berhubungan menjemari. terumbu. Napal, berwarna kelabu kecoklatan;
Formasi Toraja diduga menindih takselaras berlapis baik dengan tebal dari beberapa cm
Formasi Latimojong dan tertindih takselaras sampai 25 cm. Satuan ini di banyak tempat
oleh satuan batuan gunungapi Oligosen - merupakan lensa di dalam Batuan Gunungapi
Miosen. Lamasi (Toml). Napal ini mengandung fosil
Globigerina angulisuturalis BOLLI Catapsydrax
Satuan ini pertama kali dikenal sebagai dissimilis CUSHMAN dan BERMUDEZ,
Formasi Serpih Tembaga (de Koning Knif, Globorotalia cf G. seakensis LEROY,
1914). Nama Formasi Tonja dimunculkan oleh Globorotaloides suteri BOLLI, dan Globigerina
Djuri dan Sudjatmiko (1974) yang dibagi atas cf, G. selli BORzETU. Kumpulan fosil ini
dua bagian yaitu batuan sedimen (serpih, menunjukkan umur Oligosen Akhir-Miosen
batugamping, batupasir kuarsa, dan Awal (P-2 1) atau bagian bawah N4,
konglomerat kuarsa) dan batugamping. diendapkan dalam lingkungan litoral sampai
Dalam laporan ini batugampingnya disebut neritik (Purnamaningsih, hubungan tertulis,
Anggota Rantepao. Nama Formasi ini berasal 1985).
dari daerah Toraja yang merupakan lokasi
tipenya. Satuan ini tersingkap baik, terutama di daerah
aliran S. Lamasi sebelah utara Rantepao,
Tetr ANGGOTA RANTEPAO, FORMASI berhubungan menjemari dengan seri batuan
TORAJA : batugamping numulit dan gunungapi Oligosen Miosen (Tomc). Tebalnya
batugamping terhablur ulang, sebagian diduga 100 m.
51
tergerus.
Tmr FORMASI RIU; napal, batugamping,
Batugamping numulit, berwarna putih sampai serpih, batupasir gampingan bersisipan
coklat muda berlapis baik, setempat batulempung dan tuf.

26
Napal, berwarna putih sampai coklat muda Grewake, berwarna kelabu kehijauan berlapis
dan kelabu; tebal dan beberapa cm sampai 1 baik dengan tebal dan 25 cm sampai lebih dan
m; berlapis baik dengan lapisan hampir 1 m; berbutir sedang sampai kasar; setempat
mendatar agak keras; dan banyak konglomeratan dan membentuk perlapisan
mengandung fosil. bersusun dan “slump’. Komponennya terdiri
dari mika, felspar, hornblenda dan sedikit
kuarsa. 53
Batugamping pasiran, berwarna putih sampai
coklat muda; sebagian berlapis; setempat
terhablurkan; beberapa berupa terumbu. Batulempung, berwarna coklat merah; keras;
Serpih, berwarna kelabu; tebal lapisan tufaan; belapis baik dengan tebal dari
mencapai 1 m lebih; bersisipan batugamping beberapa cm sampai 20 cm. batuan ini
pasiran setebal 5 cm sampai 20 cm. berselang- seling dengan graiwake berbutir
halus sampai sedang, batulempung lunak dan
Batupasir gampingan, berwarna kelabu serpih. Batupasir mikaan, berwarna kelabu;
kecoklatan agak keras sampai lunak; berlapis keras; tufaan; berlapis dengan tebal 10 cm-
baik dengan tebal dari beberapa cm sampai 15 cm.
15 cm; biasanya berselingan dengan
batulempung, bersisipan batugamping pasiran Napal, berwarna putih; agak keras; berlapis
dan tuf. dengan tebal mencapai 25 cm. Batuan ini
setempat berselingan dengan tuf halus dan
Batulempung dan tuf, berwarna putih coklat lunak. Serpihnya, berwarna hitam sampai
agak lunak; umumnya merupakan sisipan ungu dan agak lunak.
tipis di dalam batugamping pasiran dan sedikit
dalam serpih. Formasi ini mengandung fosil, Batupasir gampingan, berwarna kelabu;
di antaranya adalah: Lepidocyclina martini mengandung fosil foraminifera; berstruktur
SCHLUMBERGER, Lepidocyclina omphalus TAN perarian sejajar; bersisipan tuf, breksi
SIN HOK, Mioqypsina sp., dan Heterostegina gunungapi, tuf pasiran dan konglomerat. Di
sp., yang menunjukkan umur Miosen Awal- dalam konglomerat tendapat komponen
Miosen Tengah dan berlingkungan batugamping foram yang berumur Eosen.
pengendapan laut dangkal (Purnamaningsih,
hubungan tertulis, 1985). Sebarannya Breksi gunungapi, berkomponen andesit-
terutama di sekitar Rantepao dan menerus ke basal; berukuran dari kerikil sampai bongkah
Lembar Majene dan Palopo di bagian selatan menyudut sampai menyudut tanggung;
dan timur. bermassa dasar tuf pasiran.

Formasi ini tertindih takselaras oleh Formasi Lava, bersusunan andesit-basal; berstruktur
Sekala. Satuan ini diduga menindih selaras bantal; berongga (amigdaloid) dan terisi
Batuan Gunungapi Lamasi dan menindih kalsit, beberapa termineralkan dengan pirit.
takselaras Formasi Toraja. Tebalnya Lava dan breksi tersebut berupa trakit-
diperkirakan 500 m - 700 m. andesit; porfirit; hypokristalin, tersusun oleh
plagioklas, piroksen, felspar, gelas dan
Nama Formasi ini adalah nama baru yang bijih. Beberapa
diusulkan dan singkapan terbaik terdapat di S.
Riu. Satuan ini di Lembar Majene dan bagian berupa trakit-basal; bertekstur porfirit; trakit;
barat Palopo disebut satuan napal (Djuri dan kristalnya berbentuk euhedral-anhedral;
Sudjatmiko, 1974). berukuran sedang sampai halus; tersusun
oleh plagioklas, klinopiroksen, biotit, felspar
dan gelas. Felspar piroksen sebagian besar
Tmps FORMASI SEKALA : batupasir hijau, terubah menjadi serisit dan kiorit.
grewake, napal, batulempung. batupasir
mikaan, tuf, serpih dan batupasir gampingan. Napal dan batugamping pasirannya
dengan sisipan breksi, lava dan konglomerat. mengandung fosil Orbulina universa
D‗ORBIGNY, Globigerina venezuelana
Umumya berlapis baik, setempat berstruktur HEDBERG, Globigerinoides immaturus LEROY,
perlapisan bersusun. Batupasir hijau, tufan; Globoguadrina altispira CUSHMAN & JARVIS,
keras; berlapis dengan tebal dan 10 cm Globorotalia menardii D‗ORBIGY,
sampai 1 m, berselingan dengan Globigerinoides trilobus REUSS,
batulempung, berwarna coklat kehitaman; Sphaeroidinellopsis subdehiscens BLOW,
keras, dan tuf berwarna coklat muda. Globoguadrina sp., Bulimina sp., dan
Nodosaria sp. Kumpulan fosil ini menunjukkan
umur Miosen Tengah - Pliosen dan

27
berlingkungan pengendapan “inner-outer immaturus LEROY, Globigerinoides lobulus
sublitoral” (Purnamaningsih, hubungan REUSS, Globigerina venezuelana HEDBERG,
tertulis, 1985). Dengan adanya struktur Globigerinoides sicanus DE STEPHANI,
perlapisan bersusun dan “slump’, mungkin Orbulina suturalis BRONIMAN,
sebagian dan formasi ini diendapkan dalam Sphaeroidinellopsis seminulina SCHWAGNER
keadaan arus pekat (turbidit). dan fosil bentosnya adalah Dentalina sp., dan
Planulina sp. Kumpulan fosil plangton tersebut
Formasi ini tersebar di bagian tenggara menunjukkan umur Miosen Akhir dan
Lembar, yaitu di sebelah barat Rantepao, dan diendapkan pada lingkungan inner - outer
di bagian tengah Lembar. Menindih takselaras sublitoral (Sudiyono, hubungan tertulis,
Formasi Riu, berhubungan menjemari dengan 1985).
Batuan Gunungapi Talaya. Tebal satuan
diperkirakan 1.000 m. Nama formasi ini Formasi ini tersebar di sekitar Mamuju dan
adalah nama baru yang diusulkan, diambil Tapalang di bagian baratdaya Lembar,
dari nama S. Sekala yang merupakan tempat berhubungan menjemari dengan Batuan
singkapan terbaik. Ke arah timur di Lembar Gunungapi Adang Tebalnya ± 500 m. Formasi
Malili, formasi ini disebut Tuf Rampi ini mempunyai Anggota Tapalang (Tmmt).
(Simandjuntak drr., 1991). Nama formasi ini adalah nama baru yang
diusulkan, singkapan terbaiknya terletak di
sebelah baratdaya Mamuju.
Tmm FORMASI MAMUJU : napal, kalkarenit
dan batugamping koral bersisipan tuf dan Tmmt ANGGOTA TAPALANG, FORMASI
batupasir, setempat dijumpai konglomerat di MAMUJU ; batugamping terumbu
bagian bawah. mengandung moluska melimpah,
batugamping kepingan dan napal; sebagian
berlapis. 55
Napal, berwarna putih sampai kelabu; berlapis
baik dengan tebal dan beberapa cm sampai
20 cm; agak keras; setempat tufan banyak Batugamping terumbu, berwarna kelabu
mengandung globigerina dan sedikit cangkang sampai coklat; mengandung moluska dan
moluska. koral. Batugamping kepingan, berwarna
kelabu kecoklatan; berlapis baik dengan tebal
Kalkarenit, berwarna putih sampai kelabu; 30- 100 cm; terdiri dari koral dan cangkang
berlapis baik dengan tebal 10 cm sampai 50 moluska. Sedangkan napal, berwarna coklat;
cm; agak keras; banyak mengandung berlapis baik; mengandung foraminifera kecil
globigerina. Batugamping koral, tak berlapis; dan cangkang moluska.
berongga; biasanya membentuk bukit kecil-
kecil yang menonjol dan lebih terjal Anggota ini tersingkap di sekitar Tapalang dan
dibandingkan dengan daerah sekitarnya. berhubungan menjemari dengan batuan
leusit-basal dari Batuan Gunungapi Adang.
Tuf berwarna putih kecoktatan lunak; terlapis Tebalnya ± 50 m. Berdasarkan kedudukannya
tipis (1 - 5 cm); merupakan sisipan di dalam yang menjemari dengan Formasi Mamuju,
kalkarenit dan napal; setempat berselang- maka anggota ini diduga berumur Miosen
seling. Batupasir halus dan batulempung, Atas.
mikaan; tufan; agak keras sampai lunak;
umumnya terdapat sebagai sisipan di dalam Satuan ini merupakan nama anggota baru
kalkarenit, sedikit dalam napal. yang diusulkan, diambil dari nama daerah
Tapalang yang merupakan tempat singkapan
Konglomerat, lapuk, berwarna hitam; terbaik.
komponen berukuran kerikil sampai kerakal
dengan bentuk membundar tanggung sampai Tmpl FORMASI LARIANG batupasir
membundar baik. gampingan, mikaan, batulempung bersisipan
kalkarenit, konglomerat dan tuf.
Batuan ini hanya tersingkap di satu tempat,
yaitu di tepi jalan Mamuju - Tapalang dan Batupasir gampingan, mikaan, berwarna
terletak di bawah kalkarenit, diperkirakan kelabu; berbutir sedang - kasar, mampat;
menjemari dengan tuf leusit (Tma). setempat konglomeratan. Batuan ini berlapis
baik, dengan tebal dan beberapa cm sampai
Fosil yang dapat dikenali, baik dari napal 10 cm.
maupun batugamping pasirannya adalah
Orbulina universa D‘ORBIGNY, Globorotalia Batulempung, berwarna kelabu; berlapis
menardii D ‗ORBIGNY, Globigerinoides tipis sampai masif;

28
56

menunjukkan struktur silang-siur. Kalkarenit, Konglomerat, berwarna coklat kelabu; aneka


berwarna kelabu; tak berlapis; sebagian bahan; mampat; sebagian mudah lepas;
terhablurkan; banyak mengandung fosil berlapis baik, dengan tebal lapisan dan
foraminifera, gastropoda dan braciopoda, beberapa cm sampai 35 cm.
setempat berupa terumbu koral.
Komponen utamanya adalah leusit, dasit,
Konglomerat, berwarna coklat kemerahan; granit, dan diorit; berbentuk membundar
aneka bahan; berlapis baik dan berselang- tanggung sampai membundar, tertanam
seling dengan batupasir setebal 2 cm sampai dalam massadasar batupasir berbutir halus
6 cm; komponen berukuran 2 cm sampai 4 sampai sedang.
cm, terdiri dari batuan sedimen, basal,
andesit, granit, genes dan sekis, berbentuk Batupasir, berwarna kelabu kecoklatan agak
membundar tanggung sampai membundar lunak; berlapis dengan tebal dan beberapa cm
yang direkat oleh batupasir kuarsa yang juga sampai 20 cm; butiran berukuran halus
sebagai massadasar. sampai sedang, terdiri dari kuarsa dan batuan
beku, dengan massa dasar lempung.
Tuf, berwarna putih kelabu; mengandung Setempat ditemukan struktur perlapisan
biotit dan kuarsa; mudah hancur; merupakan bersusun, dan berselingan dengan grewake.
sisipan dalam batupasir gampingan dan
batulempung. Batupasir gampingan dan Batugamping koral, berwarna kecoklatan;
kalkarenit, mengandung fosil, antara lain tersusun dan pecahan koral; berlapis tipis (2 -
Globigerinoides ruber D‘ORBIGNY, 5 cm); terdapat sebagai sisipan dalam
Globigeinoides triloba REUSS, Globorotalia konglomerat dan batupasir.
menardii D‘ORBIGNY, Globigerinoides Batulempung, berwarna coklat; agak lunak;
elongatus D ‗ORBIGNY, Pulleniatina primalis berlapis tipis; mengandung sisa tumbuhan.
BLOW dan BANNER, Gloguadrina altispira Batuan ini terdapat sebagai sisipan dalam
CUSHMAN dan JARVIS, Sphaeroidinellopsis batupasir dan konglomerat.
seminulina SCHWAGER, Globigerinoides
obliguus BOLLI, Globigerinoides immaturus
Berdasarkan kedudukan stratigrafinya, dan
LEROY, Globigerina venezuelana HEDBERG,
masih belum kompak, maka formasi ini
Globorotalia acostaensis BLOW, Globorotalia
diduga berumur Plistosen-Holosen, dan
cf. Globorotalia margaritae BOLLI dan
berlingkungan pengendapan laut dangkal
BERMUDEZ, Frazilus sp., Neoeponides sp.,
sampai darat. Satuan ini tersebar di bagian
Siphogenerina sp. (terdapat melimpah,
baratlaut Lembar, terutama di bagian hilir S.
Cancris sp., Ammonia sp., Hastigerina 57
Budong-budong.
siphonfera D‘ORBIGNY, Orbulina universa
D‘ORBIGNY dan Bullimina sp. Kumpulan fosil
plangton ini menunjukkan umur Miosen Akhir- Formasi Budong-budong menindih takselaras
Pliosen Awal dan terendapkan dalam Formasi Lariang, Batuan Gunungapi Lamasi,
lingkungan laut dangkal (Sudiyono, hubungan Batuan Gunungapi Talaya dan Batuan
tertulis, 1985). Formasi ini tersebar di bagian malihan, dan diduga berhubungan menjemari
baratlaut Lembar yaitu di bagian tengah aliran dengan batugamping koral. Tebal satuan
S. Lumu dan S. Budong-budong, menerus ke seluruhnya ± 200 m. Formasi Budong-budong
utara ke Lembar Pasangkayu. Satuan ini adalah nama baru yang diusulkan, berasal
menindih takselaras Batuan Gunungapi dari nama S. Budong-budong, yang
Adang. Batuan Gunungapi Talaya, dan Batuan merupakan tempat singkapan yang terbaik.
Malihan; tertindih takselaras oleh Formasi
Budong - Budong dan endapan Kuarter. Tebal
satuan ini ± 500 m. Ql BATUGAMPING KORAL : batugamping
terumbu dan batugamping bioklastika,
Nama formasi ini adalah nama baru yang setempat dengan cangkang moluska;
diusulkan, berasal dan nama S. Lariang di berongga.
Lembar Pasangkayu yang merupakan daerah
lokasi tipenya (Sukido, drr., dalam persiapan, Batuan ini terutama tersusun dari koral,
1987). ganggang dan sedikit pecahan cangkang
moluska. Sebarannya terutama terdapat di
pantai baratlaut Lembar dan diduga
Qb FORMASI BUDONG - BUDONG: menjemari dengan Formasi Budong-budong
konglomerat dan batupasir, bersisipan tipis yang berumur Plistosen Holosen, Tebal satuan
batugamping koral dan batulempung. ± 25 m.

29
BATUAN GUNUNGAPI breksi. Batuan ini biasanya mengandung
sisipan tipis tuf lapili bersusunan andesit.
Toml BATUAN GUNUNGAPI LAMASI:
aneka tuf, lava dan breksi gunungapi Satuan batuan ini diterobos58oleh retas diorit,
bensusunan andesit dasit, setempat sisipan andesit dan Granit Kambuno, yang
batupasir gampingan dan serpih menyebabkan terjadinya pemineralan dari
pengubahan (pengersikan, pengepidotan, dan
Batuan ini umumnya mengandung urat pengkloritan), terutama pada bidang
kuarsa bermineral sulfida,terutama pirit, kontaknya. Pemineralan yang terjadi berupa
setempat tembaga; terubah dan terkersikkan; bijih “massive”, “fragmental” “stockwark” dan
bersusunan andesit, dasit dan trakit serta “network” dan sisin urat. Bijih sulfidanya
sedikit basal. adalah sfalerit, pirit, galena dan kalkopirit;
ditemukan di daerah Sangkaropi, Pompangeo
dan Rumanga (semuanya telah diselidiki
Aneka tuf terdiri dari tuf hijau, tuf sela dan tuf
oleh PT Aneka Tambang dan tim dari
lapili. Tuf hijau, berbutir sangat halus;
Direktorat Sumberdaya Mineral. Di Bilolo
berhablur renik; terdiri dari klorit (60%),
ditemukan cebakan barit di atas bijih sulfida
felspar (10%), serisit (5%), lempung (15%),
“massive”. Cebakan ini telah diselidiki dan
kuarsa (5%) dan bijih (1%). Batuan ini agak
ditambang oleh PT Aneka Tambang,
keras sampai lunak; berlapis buruk antara 0,5
Pemineralan sulfida dan barit akan dibahas
- 2 cm sampai tak berlapis. Setempat
lebih lanjut dalam bab Sumberdaya Mineral
berwarna putih kehijauan; keras; terkersikkan
dan Energi. Batuan gunungapi ini mempunyai
termineralkan, terutama pirit; berkepingan tuf
Anggota Batugamping, sehingga umurnya
putih bersifat dasit atau trakit, terdiri dari
diperkirakan sama dengan anggota tersebut
mineral kuarsa dan felspar.
yaitu Oligosen - Miosen.

Tuf sela, berwarna kuning-kehijauan,


Satuan ini tersebar di bagian tengah, utara
berkepingan dasit dan andesit yang tertanam
dan timur Lembar, menindih takselaras
dalam massa dasar mineral kuarsa dan
Formasi Toraja dan tertindih selaras oleh
felspar, mengandung sedikit tembaga dan
Formasi Sekala.
pirit.
Lokasi tipenya terdapat di S. Lamasi antara
Palopo dan Sabang, Lembar Malili
Tuf lapili, berupa tuf dengan pecahan dasit (Simandjuntak drr., 1982) dibagian tenggara
berukuran 1 - 3 cm, berbentuk menyudut Lembar.
sampai menyudut tanggung; keras; berlapis
baik.
Tmrt TUF RAMPI : batupasir tufan dan tuf
kristal.
Lava, berwarna kelabu muda; pejal;
bersusunan dasit-trakit; umumnya terubah
Batupasir tufan, putih hingga kekuningan,
dan termineralkan berupa pirit. Lava
berbutir halus hingga sedang, terpilah buruk,
bersusunan dasit, kristalnya berbentuk
mengandung kaca gunungapi, felspar dan
anhedral sampai euhedral; porfirit; berbutir
kuarsa. Memperlihatkan perlapisan sejajar
kasar sampai halus; tersusun oleh plagioklas
yang disebabkan oleh perubahan warna atas
(An20, 20%), kuarsa (15%), biotit (15%),
susunan butiran batuan, dan berlapis dengan
mikrolit felspar dan gelas (35%), sedikit dan
ketebalan berkisar antara 10-30 cm.
piroksen. Andesitnya berukuran halus sampai
Umumnya pejal dan telah mengalami ubahan.
sedang; pejal; porfirit; hipokristalin; tersusun
oleh fenokris plagioklas (35%), piroksen
(25%), bijih (20%), sedikit kuarsa dan gelas Tuf kristal, putih, pejal dan padat, berbutir
dengan massa dasar felspar (35%). halus terdiri dari kristal kuarsa dan feldspar
yang berbentuk anhedral dan lempung
terdapat sebagai hasil dari mineral ubahan.
Breksi, berwarna putih kelabu; bersusunan
Tuf kristal ini umumnya terdapat berelingan
sama dengan lava; komponennya berukuran
dengan batupasir tufan dengan tebal
dari beberapa cm sampai 5 cm dengan bentuk
lapisannya mencapai 5 m
menyudut tanggung sampai menyudut
dengan massa dasar tuf. Di beberapa tempat,
batuan ini termineralkan yang tersebar di Batuan ini terdapat di bagian timurlaut
dalam komponen maupun massa dasarnya; Lembar, menyebar ke arah timur di Lembar
setempat mengandung sulfida tembaga. Malili yang diperkirakan berumur Oligosen-
Miosen Awal, dan takselaras menindih Formasi
Latimojong (Simandjuntak drr., 1991).
Batulempung hitam, menyerpih; terdapat
secara setempat, berupa selingan dalam tuf

30
Tmt BATUAN GUNUNGAPI TALAYA : Batupasir karbonan, berwarna kelabu tua;
breksi, lava, breksi tuf, tuf lapili, bersisipan berbutir halus-sedang; sebagian
tuff dan batupasir (grewake), rijang, serpih, konglomeratan yang banyak mengandung
napal, setempat batupasir karbonan dan kepingan batulanau sangat keras; berlapis
batubara. dan menunjukkan stuktur silang-siur.
Batubara dengan tebal lebih dari 2 m
Breksi, lava dan breksi tuf, umumnya ditemukan berselingan dengan batupasir
bersusunan andesit sampai basal; setempat karbonan.
mengandung leusit Batuan ini sebagian besar
telah terpropilitkan dan termineralkan, Batupasir wake sebagai sisipan, berwarna
sehingga warnanya kelabu kehijauan sampai kelabu kehijauan; berlapis baik dengan tebal
hijau; banyak mengandung urat kalsit dan 0,5 - 1 m; berstuktur perlapisan bersusun;
setempat urat kuarsa setempat ‗slump‘ dan konglomeratan. Batuan
ini biasanya tendapat berselingan dengan lava
Breksi, berwarna kelabu; komponen atau breksi.
berukuran kerikil sampai bongkah, dengan
bentuk menyudut tanggung sampai Rijang, merupakan sisipan tipis dalam saluan
menyudut, tertanam dalam massa dasar tuf ini, berwarna putih kelabu sampai kelabu
pasiran; mampat; tidak berlapis. kemerahan. Serpih. berwarna kelabu
kecoklatan; getas; berlapis tipis. Napal,
Lava, berwarna kelabu; terkekarkan dengan berwarna putih; berlapis tipis (1 - 5 cm);
sturktur kekar meniang; beberapa berstuktur keras dan mampat. Napal ini mengandung
bantal; pejal. Berdasarkan penelitian fosil ganggang, pecahan ekinoid,
petrologi, batuan ini umumnya bersusunan Lepidocyclina sp., Miogypsina sp. dan Gypsina
andesit, andesit piroksen, diabas dan basal; sp., yang mungkin menunjukkan umur Miosen
beberapa contoh bersusunan trakit basal, Awal - Miosen Tengah.
dasit, andesit horenblenda, andesit biotit dan
basal leusit. Umumnya terhablur penuh, Berdasarkan umur itu dan kedudukan
porfirit, berbutir halus sampai sedang dengan stratigrafinya yang menjemari dengan
bentuk anhedral sampai euhedrali; beberapa Formasi Sekala, maka dapat disimpulkan
bertekstur afanit. bahwa umur satuan ini berkisar dan Miosen
Tengah sampai Pliosen. Lingkungan
Andesit piroksen tersusun dari plagioklas An pengendapan satuan ini adalah laut dalam
40-50 (40% - 60%), piroksen (10% - 20%), sampai dangkal dan sebagian darat.
sedikit lempung, kuarsa, horenblenda, biotit,
bijih dan gelas. Piroksen dan plagioklas, Satuan ini tersebar luas di Lembar Mamuju
sebagian telah terubah menjadi kalsit, serisit dan hampir tersingkap di semua tempat. Di
dan beberapa epidot. Massadasarnya terdiri bagain selatan Lembar, menerus ke Lembar
dari mikrolit atau kristal renik felspar dan Majene; ke utara ke Lembar Pasangkayu dan
sedikit piroksen atau horenblenda, yang ke timur ke Lembar Malili dan sebelah barat
umumnya telah tembah menjadi kalsit dan Poso. Nama satuan diambil dari nama Gunung
beberapa karbonat. Beberapa mineral (Bulu) Talaya, di bagian barat Lembar, tempat
menunjukkan retak-retak, yang diisi oleh ditemukan singkapan yang baik. Tebal satuan
kuarsa sekunder. Bijih berwarna hitam, ini ±750 m,
berbutir halus (0,4 mm), kedap, anhedral,
terdapat menyebar pada massadasar. Tmb TUF BEROPA : perselingan tuf dan
batupasir tufan, bersisipan breksi gunungapi
Basal dan breksi basal, umumnya terdiri dari dan batupasir wake.
plagioklas (An3o - Ab70), klinopiroksen, olivin,
gelas, mineral gelap dan bijih. Batuan ini Tuf, berwarna putih kemerahan sampai
menunjukkan tekstur porfirit, dengan penokris kehijauan; berbutir halus- sedang;
terdiri dari felspar dan piroksen; umumnya mengandung biotit, felspar dan kuarsa.
telah terubah menjadi serisit, klorit dan Batupasir tufan, berwarna kelabu kecoklatan;
epidot. berlapis baik dan pejal.

Tuf lapili, berwarna kelabu kehijauan Batupasir wake, berwarna kelabu kehijauan;
berkepingan andesit. Andesit, berbutir halus berlapis baik tersusun dari plagioklas, mineral
(0,3 mm - 1 mm), anhedral euhedral, mafik, kuarsa dan oksida besi, berbutir
tersusun dan plagioklas (40%), piroksen sedang sampai kasar.
(15%), kripto kristalin (20%), kuarsa (2%),
ortoklas (1%), karbonat (5%), klorit (8%),
dan bijih (1%).

31
Breksi gunungapi, berwarna kelabu Mamuju; menjemari dengan Formasi Mamuju
kekuningan; pejal; sebagian berlapis; dan Anggota Tapalang; dan diduga menjemari
komponen berukuran dan 5 sampa 30 cm pula dengan Batuan (gunungapi Talaya.
dengan bentuk menyudut tanggung sampai Berdasarkan kedudukan stratigrafi tersebut,
menyudut. Tersusun oleh kepingan andesit maka umumya diduga sama dengan Formasi
sampai basal, porfirit, tersusun dari Mamuju, yaitu Miosen Tengah - Miosen Akhir.
plagioklas, horenblenda, piroksen dan gelas Umur ini sama dengan umur leusit yang ada
yang tertanam dalam massadasar mikrolit di Lembar Pangkajene (Silitonga, 1982). Tebal
felspar. satuan ± 400 m.

Batupasir wake sebagai sisipan berwarna Qbt TUF BARUPU : tuf, tuf lapili, tuf hablur,
kelabu muda, berlapis cukup baik dengan bersusunan dasit dan sedikit breksi lava
tebal dan 0,5 sampai 0,75 m. bersusunan andesit dan dasit.

Satuan ini diduga merupakan anggota di Tuf, berwarna putih sampai kelabu; agak
bagian bawah dani Batuan Gunungapi Talaya mampat, sebagian mudah hancur; setempat
sehingga umurnya diduga Miosen Tengah. berlapis (10 - 25 cm). Sedangkan tuf hablur,
Tebalnya ± 500 m. Satuan ini tersingkap di berwarna patih kelabu; berbutir sedang
tengah bagian timur Lembar, terutama di sampai kasar; terdapat sebagai sisipan tipis
sekitar desa Belopa; menjemari dengan dalam tuf. Batuan ini umumnya bersusunan
Batuan Gunungapi Talaya dan menindih dasit; biotit, sanidin, dan banyak dijumpai
takselaras Formasi Latimojong. oksida besi.

Breksi lava, berwarna kelabu; mampat keras;


Tma BATUAN GUNUNGAPI ADANG : tuf komponen berukuran kerikil sampai bongkah
62
lapili, breksi bersisipan lava, batupasir dan dengan bentuk menyudut tanggung sampai
batulempung tufan. menyudut; bersusunan andesit.

Tuf lapili, berwarna putih kehijauan; berbutir Tuf Barupu diduga berumur Plistosen dan
kasar; mengandung mineral leusit, berukuran tebalnya ± 300 m. Sebarannya terdapat di
dan beberapa cm sampai 3 cm, terhablur bagian tenggara Lembar yaitu di daerah
sempurna, dengan massadasar tuf halus Kawalean, sebelah selatan Bulu Malimongan
bersusunan leusit. Batuan ini berlapis kurang dan di sebelah barat Rantepao. Satuan ini
baik sampai tak berlapis. menindih takselaras batuan gunungapi
Oligosen - Miosen.
Breksi, berwarna kelabu; komponen
berukuran kerikil sampai bongkah, terutama Penamaan Tuf Barupu pertama kali diberikan
tersusun oleh basal leusit dan massadasarnya oleh Abendanon (1915), kemudian digunakan
tuf yang bersusunan leusit. Basal leusit, pula oleh Reyzer (1920). Namanya berasal
berbutir kasar; terhablur sempurna; porfirit, dan Barupu, nama kampung di setelah barat
tersusun dan mineral leusit (50%), piroksen Rantepao yang merupakan tempat singkapan
(5%), gelas dan felspar (40%), mineral kedap terbaik.
cahaya (5%) dan biotit (1%).
BATUAN TEROBOSAN
Lava basal lausit, porfirit dengan bentuk
mineral subhederal sampai anhedral, terdiri Tmpi BATUAN TEROBOSAN : granit,
dari leusit (45%), kalium felspar (20%), granodiorit, riolit.
piroksen (10%) dan biotit (8%). Beberapa
contoh batuan menunjukkan struktur trakit. Granit, berwarna kelabu, putih kemerahan
sampai kehitaman, berbutir sedang sampai
Batupasir dan batulempung tufaan, berwarna sangat kasar, terhablur sempurna dengan
kelabu muda; terdapat sebagai sisipan dalam bentuk sub-euhedral, beberapa panidiomorfik.
tufa berlapis cukup baik dengan tebal 1 - 5 Mineral utamanya terdiri dari kuarsa, kalium
cm agak keras; mengandung mineral leusit felspar, plagioklas, horenblenda, biotit dan
berbutir halus sedang dan batuapung. setempat klorit, apatit dan bijih. Kuarsa dan
Setempat dalam satuan ini ditemukan batuan felspar umumnya tumbuh bersama
biotit andesit dengan kristal biotit berukuran 2 (intergrowth), dan setempat serisitisasi dan
cm. karbonatisasi. Pada beberapa mineral terlihat
retak-retak sebagai akibat pengaruh dari
Satuan ini tersebar luas di bagian baratdaya tekanan. Di beberapa tempat mengandun
Lembar, yaitu daerah di antara Tapalang dan emas.

32
Granodiorit, berwarna putih kotor berbintik Batusabak, berwarna kelabu kehitaman
hitam hingga kelabu kehitaman, berbutir dengan susunan hampir sama dengan filit.
sedang-kasar, porfiritik dengan fenokris terdiri Satuan ini diduga berumur lebih tua dari pada
dari plagioklas, horenblenda, kuarsa dan umur Formasi Latimojong, berdasarkan
biotit; sedikit piroksen, bijih; setempat kenyataan bahwa batuannya telah mengalami
terlihat klorit, apatit, sirkon dan epidot; beberapa kali pencenanggaan (deformasi)
serisit, magnetit dan lempung terdapat yang dicirikan oleh adanya lebih dari dua arah
sebagai hasil ubahan. pendaunan, sedangkan Formasi Latimojong
kurang menunjukkan arah pendaunan.
Riolit, putih kelabu, butir halus-sedang dan Kenyataan ini membuktikan bahwa Komplek
berbentuk sub-anhedral. Mineral penyusun Wana terbentuk sebelum Kapur dan diduga
utarnanya terdiri dari piroksen, biotit dan Trias, tetapi sebelum Formasi Latimojong
plagioklas dengan sedikit kuarsa dan felspar. terbentuk. Tebal satuan ini tidak diketahui
dengan pasti, diduga lebih dari 1.000 m.
Diorit, berwarna kelabu kehitaman sampai
kehijauan, umumnya berbutir sedang-halus, Satuan ini dapat disebandingkan dengan sekis
terhablur sempurna setempat mengandung glaukofan atau Komplek Pompangeo
butiran kuarsa hingga terbentuk batuan diorit (Simandjuntak, drr., 1991) atau Komplek
kuarsa dan terdapat sebagal retas-retas di Wana (Sukido, drr., 1987, dalam persiapan).
beberapa tempat. Satuan ini tersingkap di daerah Budong-
budong, sudut baratlaut Lembar. Singkapan
yang cukup luas terdapat di sebelah utara
Apatit, umumnya berbentuk reta-retas
Lembar yaitu di Lembar Pasangkayu. Satuan
berwarna kelabu kemerahan, berbutir sangat
ini tertindih takselaras oleh Formasi Lariang,
kasar dengan mineral felspar dan kuarsa
Formasi Budong-budong aluvium.
mencapai ukuran 3 cm. Granit mempunyai
penyebaran yang luas terutama di bagian
selatan Lembar, beberapa tempat di baglan STRUKTUR DAN TEKTONIKA
timur. Batuan ini ada yang menamakan Granit
Mamasa atau Granit Kambuno di Lembar Malili Struktur utama di Lembar Mamuju adalah
dan Lembar Poso; Umurnya diperkirakan pada sesar normal dan sesar naik yang mempunyai
Miosen Akhir - Pliosen Awal. arah umum utara timurlaut-selatan
baratdaya. Beberapa sesar berarah hampir
Di beberapa tempat, terutama yang terdapat barat - timur dan utara baratlaut - selatan
di bagian selatan Lembar telah mengalami tenggara. Struktur lipatan di Lembar ini
pelapukan yang cukup kuat, hingga lepas - berkembang cukup baik.
lepas seperti pasir kuarsa.
Penerobosan terhadap Batuan Gunungapi Daerah Lembar termasuk dalam Mandala
Lamasi menunjukkan adanya pemineralan Geologi Sulawesi Barat (Sukamto,
bijih sulfida dan membentuk cebakan 1973a), terutama terdiri dari batuan malihan,
tembaga, seperti yang terdapat di batuan sedimen, batuan gunungapi dan
Sangkaropi, Penasuang dan Bilolo di bagian batuan terobosan bersifat granit.
utara Tana Toraja.
Di daerah ini paling sedikit telah terjadi empat
BATUAN MALIHAN kali gejala tektonik. Tektonik awal yang dapat
diamati mungkin terjadi pada Kala Kapur
Tengah yang bersamaan dengan gejala
tektonik di Daerah Sulawesi
TR w BATUAN MALIHAN : sekis mika, genes
mika, dan sedikit filit serla batusabak.
baratdaya (Leeuwen, 1981). Gejala ini
mengakibatkan perlipatan, persesaran dan
Sekis mika dan genes mika, berwarna kelabu;
pemalihan regional derajat rendah pada
umumnya tersusun oleh biotit, muskovit, dan
Satuan Batuan Malihan.
kuarsa; berbutir sedang sampai kasar. Batuan
telah mengalami deformasi dan pada
singkapannya terlihat paling sedikit ada tiga Pada Kapur Akhir terbentuk Formasi
arah pendaunan. Latimojong dalam lingkungan laut dalam,
terutama terbentuk di bagian timur dan
tengah Lembar. Tektonika selanjutnya terjadi
Filit, berwarna kelabu; tersusun dari lempung,
pada Paleosen, yang mengakibatkan satuan
karbonat dan kuarsa, beberapa granit dan
Batuan Malihan terlipat dan termalih lagi serta
sedikit hornblende.
Formasi Latimojong termailih regional derajat
rendah.

33
Pada Kala Eosen sampai Oligosen terjadi SUMBERDAYA MINERAL DAN ENERGI
genang laut yang membentuk sedimen laut
Formasi Toraja dan Anggota Rantepao. Pada Daerah Lembar Mamuju mengandung bahan
Kala Oligosen sampai Miosen Awal terjadi lagi galian logam dan non logam serta
kegiatan tektonik yang disertai dengan sumberdaya energi yang diperkirakan
kegiatan gunungapi dalam bentuk busur mempunyai prospek cukup baik.
kepulauan gunungapi, dan membentuk
Batuan Gunungapi Lamasi, yang di beberapa
Bahan galian logam
tempat terbentuk pula batugamping. Setelah
kegiatan gunungapinya terhenti, pengendapan
batuan karbonat terus berlangsung sampai Bahan galian logam yang ditemukan di daerah
awal Miosen Tengah sehingga terbentuk pemetaan adalah emas, perak, tembaga, besi
Formasi Riu. dan seng; di antaranya berupa kalkopirit,
kalkosit, kovelit, sfalerit, malakit, bornit,
magnetit, galena dan pirit. Cebakannya antara
Pada Kala Miosen Tengah bagian tengah
lain berupa letakan, urat, porfiri, impregnasi
sampai Awal Miosen Akhir terjadi lagi kegiatan
dan kantong-kantong.
tektonik yang disertai dengan kegiatan
gunungapi yang menghasilkan Batuan
Gunungapi Talaya, Tuf Beropa dan batuan Sebarannya terdapat di bagian tengah dan
sedimen gunungapi Formasi Sekala. Batuan tenggara Lembar, dekat dengan batuan
Gunungapi Talaya bersusunan andesit-basal terobosan Granit. Batuan terobosan itu sangat
yang makin ke arah atas susunannya berubah erat hubungannya dengan pemineralan di
menjadi leusit-basal, sehingga terbentuk daerah ini. Pemineralan terjadi pada batuan
Batuan Gunungapi Adang. Di bagian barat, malihan, sedimen, gunungapi dan pluton.
pada waktu yang bersamaan terendapkan
batuan karbonat Formasi Mamuju dan Penelitian mineral logam di daerah ini telah
batugamping terumbu Anggota Tapalang. dilakukan oleh Djumhani dan Pudjowalujo
(1976), Seksi Mineral Vulkanogenik Direktorat
Pada Kala akhir Miosen Tengah, kegiatan Sumberdaya Mineral (1980) dan Deddi, drr.
gunungapi tersebut disertai dengan terobosan (1984).
batun granit yang menerobos semua satuan
yang lebih tua. Terobosan ini membawa Djumhani dan Pudjowalujo (1976),
larutan hidrotermal yang kaya akan bijih mendapatkan beberapa daerah yang
sulfida dan membentuk endapan bijih sulfida mengandung mineral logam, yaitu Batuisi -
terutama suffida tembaga, seperti di daerah Salole, Huna - Lelupa, Paniwangan - Salipaku
Sangkaropi, Penasuang dan Bilolo. dan Talimbangan - Sangkaropi.

Terobosan ini disertai dengan pengangkatan Daerah Batuisi –Salole


dan penyesaran, sehingga terbentuk sesar
turun dan sesar naik yang berarah utara Mineral logam yang ditemukan di daerah ini
timurlaut - selatan baratdaya. adalah pirit, kalkopirit, dan kovelit; terdapat
Pengangkatan yang terjadi di bagian barat dalam urat kuarsa yang menerobos
Lembar mungkin berlangsung sampai Miosen batusabak, berupa urat-urat berisi pirit dan
Akhir yang dilanjutkan dengan penurunan malakit. Ditemukan juga bongkah diorit yang
sehingga terbentuk Formasi Lariang.
mengandung pirit, sfalerit dan kalkopirit.
Genesa pemineralannya diduga
Kegiatan tektonik terakhir mungkin terjadi metasomatisma kontak dan mungkin pula
pada Kala Pliosen, sehingga bagian timur impregnasi. Analisa geokimia contoh tanah di
Lembar terangkat, sedangkan pengangkatan S. Belimbing menghasilkan kadar tembaga
di bagian barat Lembar disusul oleh dari 50 sampai 193 ppm dan di S. Belopa dan
penurunan yang menghasilkan Formasi 60 sampai 426 ppm.
Budong-budong dan Batugamping Koral.
Di daerah ini, Deddi, drr. (1984) menemukan
Sejak Pliosen Akhir daerah ini diduga sudah tembaga dengan kadar 2 sampai 130 ppm,
berupa daratan, dan pada Kala Plistosen (?) timbal dengan kadar 11 sampai 46 ppm dan
terjadi kegiatan gunungapi yang seng dengan kadar 7 sampai 84 ppm.
menghasilkan Tuf Barupu,
Mineralisasi emas terdapat dalam urat-urat
Pengangkatan daerah ini masih berlangsung kuarsa halus di S. Taroto anak sungai
terus sampai sekarang. dicirikan dengan Lebutang.
tumbuhnya terumbu koral di sepanjang pantai
barat.

34
Daerah Hune-Lelupa

Pemineralan di daerah ini terjadi pada Bahan galian non logam


rekahan halus batuan pluton dan pada retas
andesit. Mineral yang ditemukan adalah pirit, Bahan galian non logam yang terdapat di
kalkopirit dan galena yang terdapat secara daerah ini antara lain adalah batugamping,
tersebar (porfiri). Analisa geokimia dari granit, andesit, basal, dasit, pasir dan kerikil
contoh sedimen dari S. Kasomang yang cukup melimpah. Sebagian bahan galian
menunjukkan kadar tembaga 24 - 28 ppm, ini telah dimanfaatkan untuk bahan bangunan
timbal 6 - 59 ppm, dan seng 30 - 90 ppm. dan pengeras jalan.
Analisa contoh tanahnya menunjukkan kadar
tembaga 41 - 477 ppm.
Sumber energi

Daerah Paniwangan-Salupaku
Sumber energi yang terdapat di daerah mi
adalah batubara dan mataair panas. Batubara
Mineral yang ditemukan di Paniwangan adalah terdapat sebagai sisipan dalam batuan
bongkah magnetit; sedangkan di Salapaku Formasi Toraja dengan tebal berkisar dan 40
adalah butir-butir halus kalkopirit di dalam sampai 75 cm. Singkapannya terdapat di 5
batuan malihan. km baratdaya Penasuang, 4 km baratlaut
Galumpang dan di daerah Galumpang sendiri,
serta 1,5 km utara Tamalea.
Daerah Talimbangan-Sangkaropi-Bilolo
Mataair panas di daerah ini terdapat cukup
Mineral yang ditemukan di daerah banyak tersebar di bagian tengah dan timur
Talimbangan adalah pirit dan kalkopirit yang Lembar; suhunya berkisar dari 60 sampai 90°
terkurung dalam massa dasar magnetit pejal C, mungkin dapat digunakan sebagai
di dalam batusabak. Selain itu ditemukan juga pembangkit tenaga listrik berkekuatan sekitar
urat berisi pirit, kalkopirit, galena dan sfalerit 40 mega Watt (Apandi drr., 1982).
yang menerobos breksi andesit dan
granodiorit. Analisa geokimia contoh sedimen Sumber energi lainnya adalah air terjun yang
sungai dan S. Talimbangan menunjukkan mungkin bisa dimanfaatkan sebagal
kadar tembaga dari 1,4 sampai 836 ppm, pembangkit tenaga listrik dengan sistem
timbal dari 31 sampai 295 ppm dan seng dan mikro-hidro. Air terjun ini terdapat di daerah
31 sampai 125 ppm. aliran cabang S. Mamasa di bagian tenggara
Lembar.
Di daerah Sangkaropi, mineral yang
ditemukan adalah pirit, galena, sfalerit,
kalkopirit, bornit dan kovelit. Endapan berupa
kantong-kantong terdapat di dalam breksi
Sumberdaya alam lainnya
gunungapi. Di daerah ini ditemukan pula urat-
urat yang mengandung gabungan galena-
pirit-kuarsa di dalam batuan granit. Analisa Di Lembar Mamuju, selain bahan galian logam
geokimia contoh tanah, menghasilkan kadar dan non logam yang ditemukan, Juga hasil
tembaga 124 - 150 ppm. hutannya cukup melimpah untuk
dimanfaatkan, terutama rotan dan kayu
hitam.
Di daerah Bilolo, cebakan tembaga diikuti oleh
barit. Barit ini diusahakan secara kecil-kecilan
oleh PT. Aneka Tambang. Cebakan tembaga Tana Toraja sebagai obyek pariwisata,
dengan barit sebagai penutupnya diduga sebarusnya bisa dikembangkan lagi, dengan
merupakan cebakan bijih tipe Kuroko (Seksi dan menjaga kelestarian lingkungan, adat
Mineral Vulkanogenik, 1980, 1981). istiadat dan kebudayaannya yang khas, serta
menyediakan sarana dan prasarana angkutan
dan fasilitas lainnya yang lebih baik.
Eksplorasi tembaga oleh PT. Aneka Tambang
bekerjasama dengan Seksi Mineral
Vulkanogenik, SDM, di daerah Sangkaropi- Daerah lainnya dapat pula dijadikan obyek
Bilolo berlangsung dan 1976 - 1981. Selama pariwisata, mengingat daerah inii mempunyai
kegiatan pemetaan geologi Lembar Mamuju keadaan alam dan panorama yang indah
ini, kegiatan yang dilakukan PT. Aneka dengan binatang langka yang hanya ada di
Tambang, adalah mengusahakan barit secara Sulawesi, yaita anoa, babirusa, tapir dan
kecil-kecilan, sedangkan tembaganya tidak, burung maleo. Untuk perlu diadakan suatu
mungkin kurang menguntungkan. hutan suaka nasional yang dapat dijadikan

35
obyek pariwisata sambil melindungi binatang Tectonics of Eastern Indonesia, GRDC,
tersebut dan kepunahan yang disebabkan Spec. Publ. No. 2, 1981, pp.177-304.
oleh peburuan liar.
Reyzer, J., 1920, Geologische ann tekeningen
Daerah pantai barat, mulai dan Mamuju 69
betreffende de zuidelijke Toraja-
selatan sampai Belang- belang di utara cukup Landen, vetzaineld uit de vuslagen der
baik untuk tempat hiburan dan pariwisata. Di mijnbouwkundige onderzoekingen in
daerah lautnya kaya akan berbagai jenis Midden Celebes Jaarb. V.h. Mijw. in
karang, tumbuhan, dan ikan karang dengan Ned. Qast Indie, 1918, p. 154-209,
lingkungan yang masih bersih dan indah. p1. 14.

ACUAN Sarasin F. & P. Sarasin, 1901, Entwurf einer


geografische, geologisehe
Abendanon, E.C., 1915, Geologische en Beschreibung der
geographische door kruisingen van
Midden Celebes (1905-1910). Leiden, insel Celebes, Weisbaden. Arsip Perpustakaan
E.J. Brill, v.1,451 p. Puslitbang Geologi.

Apandi, T., N. Ratman dan Yusup, 1982, Seksi Mineral Vulkanogenik, 1980, Laporan
Laporan Geologi Lembar Mamuju, penyelidikan geologi dan geokimia
Sulawesi, sekala 1: 250.000. Pro. tinjau regional daerah basin S. Lamasi
P.G.I.F., Bid. Geo. Reg. Puslitbang dan S. Sadari, Kecamatan Sesean dan
Geologi. Kecamatan Walenrang, Kabupaten
Tana Toraja dan Kabupaten Luwu,
Brouwer, HA., 1934, Geologische Sulawesi Selatan, Sub. Dit. Eksp. Min.
onderzoekingen op het eiland Celebes, Log. DSM,
Verh. Geol. Mynb. Gen. Ned. en Kol.,
Geola Serie Vol. x. Simandjuntak, TO., B. Rusmana, Surono dan
LB. Supandjono, 1991, Peta Geologi
Deddi, T. Sutisna, Sukmana dan Zulkifli, Bersistem Lembar Malili, Puslitbang
1984, Peyelidikan Pendahuluan Geologi.
Geologi, Pendulangan dan Geokimia
Daerah Kecamatan Budong-budong, Sukamto, R., 1978, The structure of Sulawesi
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Selatan. in the light of plate tectonics. Proc.
Seksi Mineral Vulkanogenik, Sub. Rag. Conf. Geol. Min. Res. S.E. Asia,
Dit.Mift Log. SDM. 1975, Jakarta.

De Koning Knijff. J., 1914, Geologische Sukido, D. Sukarna dan K. Sutisna, 1987,
gegevens omtrent gedeelten der Peta Geologi Lembar Pasangkayu,
afdelingen Loewoe, Parepait en Boni Sulawesi, sekala 1: 250.000,
van het Government Celebes en Puslitbang Geologi.
Onder hoorigheden. Jaarb. v.h.
Mijnwezen in Nederlandsek Oost indie
1912, Batavia Staatsdrukkerij Deel I,
p.227 -295.

Djumhani dan H. Pudjowalujo, 1976, Laporan


5 tahun Peta tahap I, Bagian
Pemetaan dan Penyelidikan Mineral
daerah Sulawesi Selatan Blok 5, 1969-
1979, Direktorat Geologi.

Djuri dan Sudjatmiko, 1979, Peta Geologi


Bersistem, Lembar Majene-Palopo,
Sulawesi Selatan, sekala 1 250.000.
Direktorat Geologi.

Leeuwen Th.M. van, 1981, The Geology of


Southwest Sulawesi with Special
Reference to the Biru Area. In: Bather
Al. & Wiryosujono, S. The Geology and

36
Lembar Malili terletak diantara kordinat 120° -
Geologi Lembar Malili, Sulawesi 121°30‘ BT dan 2°00‘ - 3°00‘ LS, dan meliputi
Geology of the Malili Quadrangle, Sulawesi daerah seluas 21.000 Km2. Lembar ini di
utara dibatasi oleh Lembar Poso, di timur oleh
Lembar Bungku, di selatan oleh Lembar
Kendari, Teluk Bone dan Lembar Majene, dan
0leh (By):
di barat oleh Lembar Mamuju. Bagian selatan
TO. Simandjuntak, E. Rusmana, Surono lembar termasuk Kabupaten Luwu, Propinsi
dan (and) J. B Supandjono Sulawesi Selatan, sedangkan bagian utara
termasuk Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi
Geologi dipetakan pada 1979/1980 oleh: Tengah.
Geology mapped in 1979/1980 by:
Musim kemarau di daerah ini berlangsung dan
TO. Simandjuntak, E. Rusmana, Surono, Mei sampai Oktober, dan musim hujan dan
Nopember sampai April. Curah hujan di
J. R Supandjono, A. Koswar, R.L.
bagian selatan antara 2500 - 3000 mm, dan
Situmorang, T. Turkandi, K. Sutisna, A. di bagian utara antara 3500 - 4000 mm per
Azis dan (and) M. Endharto tahun.

Ditelaah dan disunting oleh Penduduknya terdiri dari beberapa suku. Suku
Reviewed and edited by: Bugis dan Bajo‘e yang menempati daerah
pantai bermata pencarian menangkap ikan
Rab. Sukamto dan (and) T. Soeradi dan berdagang. Suku Mori, Tolaki, Toraja dan
Pamona yang hidup di pedalaman umumnya
bertani dan mencari hasil hutan. Sejak adanya
DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN tambang nikel di Soroako banyak diantara
ENERGI penduduk asli yang menjadi karyawan
DIREKTORAT JENDERAL GEOLOGI DAN perusahaan. Orang Bugis dan Bajo‘e pada
SUMBERDAYA MINERAL umumnya beragama Islam; orang Mori dan
PUSAT PENELITIAN DAN Toraja beragama Kristen, sedangkan orang
Tolaki ada yang Islam dan ada yang Kristen.
PENGEMBANGAN GEOLOGI
Daerah yang dipetakan dapat dicapai dan
DEPARTMENT OF MINES AND ENERGY Ujung Pandang melalui udara, darat dan laut.
DIRECTORATE GENERAL OF GEOLOGY Penerbangan perintis Ujung Pandang -
AND MINERAL RESOURCES Soroako berlangsung dua kali seminggu, dan
GEOLOGICAL RESEARCH AND Ujung Pandang - Masamba sekali seminggu,
DEVELOPMENT CENTRE 1991 menggunakan pesawat kecil Twin otter,
Cessna atau Cassa. Jalan darat dan Ujung
Pandang ke Palopo sudah beraspal dan dapat
dilalui segala jenis kendaraan bermotor pada
PENDAHULUAN setiap musim. Jalan ini merupakan ruas jalan
Trans Sulawesi. Antara kota Malili dan
Soroako terentang jalan raya yang dibangun
dan dikelola oleh PT Inco. Palopo dan Malili
Pemetaan gcologi bersistem Lembar Malili selain jalan darat juga dihubungkan dengan
(2113) dilakukan oleh Bidang Geologi perahu atau kapal laut.
Regional (sekarang Bidang Pemetaan
Geologi), Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, dalam rangka kegiatan Proyek Peta dasar yang dipakai bersekala 1:250.000,
Pemetaan Geologi dan Interpretasi Foto seri Sc yang berasal dan US Army Service.
udara, tahun anggaran 1979/1980, PELITA III Potret Udara yang terscdia hanya meliputi
tahun ke 1. Tujuannya ialah penyelidikan bagian timur dan tengah daerah pemetaan,
geologi serta sumberdaya mineral dan energi dibuat otch Angkatan Udara Australia. Citra
yang akan rnenghasilkan data dasar untuk Landsat meliputi seluruh daerah.
menunjang inventarisasi sumberdaya mineral
dan energi wilayah tersebut. Laporan terdahulu mengenai daerah ini ditulis
oleh Koolhoven (1930), Brouwer (1934),
Pekerjaan lapangan berlangsung dalam dua Loczy (1934), Rulten (1927), Umbgrove
tahap: (1935), Hetzel (1936), Bothc (1927), Hopper
tahap pertama dan Juni sampai Agustus 1979, (1941), Soeria - Atmadja dkk.(1972),
dan tahap kedua dan Nopember 1979 sampai Sukamto (1975), Achmad (1975) dan
Januari 1980. Sophaheluwakan & Suparka (1978). Laporan -

37
laporan tersebut terutama menyangkut Palopo, Sabbang, Masamba sampai Bone-
daerah yang berbatuan ultrabasa. Bagian Bone. Daerah ini mempunyai ketinggian
barat Lembar telah ada peta geologi yang hanya beberapa meter di atas permukaan laut
bersifat kompilasi. dan dibentuk oleh endapan aluvium. Pada
umumnya merupakan daerah pemukiman dan
pertanian yang baik. Sungai yang mengaliri di
FISIOGRAFI daerah ini diantaranya S. Pampengan, S.
Rongkong dan S. Kebu, menunjukkan proses
berkelok.
Secara morfologi daerah ini dapat dibagi atas
4 satuan : Daerah Pegunungan, Daerah
Pebukitan, Daerah Kras dan Daerah Terdapatnya pola aliran subdendrit dengan air
Pedataran. terjun di beberapa tempat, terutama di
Daerah Pegunungan menempati bagian barat daerah pegunungan, aliran sungai yang deras,
dan tenggara lembar peta. Di bagian barat serta dengan memperhatikan dataran yang
terdapat 2 rangkaian pegunungan: agak luas di bagian selatan peta dan adanya
Pegunungan Tineba dan Pegunungan Koro-Ue perkelokan sungai utama, semuanya
yang memanjang dan baratlaut - tenggara, menunjukkan morfologi dewasa.
dengan ketinggian antara 700-3016 m di atas
permukaan laut dan dibentuk oleh batuan STRATIGRAFI
granit dan malihan. Sedangkan di bagian
tenggara lembar peta terda pat Pegunungan Tatanan Stratigrafi
Verbeek dengan ketinggian antara 800 - 1346
m di atas permukaan laut, dibentuk oleh
Berdasarkan himpunan batuan, struktur dan
batuan ultramafik dan batugamping. Puncak-
biostratigrafi, secara regional Lembar Malili
puncaknya antara lain G. Baliase (3016 m), G.
termasuk Mendala Geologi Sulawesi Timur
Tambake (1838 m), Bulu Nowinokel (1700
dan Mendala Geologi Sulawesi Barat, dengan
m), G. Kaungabu (1760 m), Buhi Taipa (1346
batas Sesar Palu Koro yang membujur hampir
m), Bulu Ladu (1274 m), BuLu Burangga
utara-selatan. Mendala Geologi Sulawesi
(1032 m) dan Bulu Lingke (1209 m). Sungai-
Timur dapat dibagi menjadi dua lajur (Telt):
sungai yang mengalir di daerah ini yaitu S.
lajur batuah malihan dan lajur ofiolit Sulawesi
Kataena, S. Pincara, S. Rongkong. S. Larona
Timur yang terdiri dari batuan ultramafik dan
dan S. Malili merupakan sungai utama. Pola
batuan sedimen petagos Mesozoikum.
aliran sungai umumnya dendrit.

Mendala Geologi Sulawesi Barat dicirikan oleh


Daerah Pebukitan menempati bagian tengah
lajur gunungapi Paleogen dan Neogen, intrusi
dan timurtaut lembar peta dengan ketinggian
Neogen dan sedimen flysch Mesozoikum yang
antara 200 - 700 m di atas permukaan laut
diendapkan di pinggiran benua (Paparan
dan merupakan pebukitan yang agak landai
Sunda).
yang terletak di antara daerah pegunungan
dan daerah pedataran. Pebukitan ini dibentuk
oleh batuan vulkanik, ultramafik dan Di Mendala Geologi Sulawesi Timur, batuan
batupasir. Puncak-puncak bukit yang terdapat tertua adalah batuan ofiolit yang terdiri dari
di daerah ini di antaranya Bulu Tiruan ((630 ultramafik termasuk harzburgit, dunit,
m), Bulu Tambunana (477 m) dan Bulu Bukila piroksenit, wehrlit dan serpentinit, setempat
(645 m). batuan mafik termasuk gabro dan basal.
Umurnya belum dapat dipastikan, tetapi
diperkirakan sama dengan ofiolit di lengan
Sungai-sungai yang bersumber di daerah
timur Sulawesi yang berumur Kapur – Awal
pegunungan mengalir melewati daerah ini
Tersier (Simandjuntak, 1986).
terus ke daerah pedataran dan bermuara di
Teluk Bone. Pola alirannya dendrit.
Di bagian barat mendala ini terdapat lajur
metamorfik, komplek Pompangeo yang terdiri
Daerah Kras menempati bagian timurlaut
dari berbagai jenis sekis hijau di antaranya
lembar peta dengan ketinggian antara 800 -
sekis mika, sekis hornblenda, sekis glaukofan,
1700 m dari permukaan laut dan dibentuk
filit, batusabak, batugamping terdaunkan
oleh batugamping. Daerah ini dicirikan oleh
atau pualam dan setempat breksi. Umurnya
adanya dolina, ―Sinkhole‖ dan sungai bawah
diduga tidak lebih tua dari Kapur. Di atas
permukaan. Puncak yang tinggi di daerah m
ofiolit diendapkan tak selaras Formasi Matano:
di antaranya Butu Wasopute (1768 m) dan
bagian atas berupa batugamping kalsilutit,
Pegunungan Toruke Empenai (1185 m).
rijang radiolaria, argilit dan batulempung
napalan, sedangkan bagian bawah terdiri dari
Daerah Pedataran menempati daerah selatan rijang radiolaria dengan sisipan kalsilutit yang
lembar peta, melampar mulai dan utara semakin banyak ke bagian atas. Berdasarkan

38
kandungan fosilnya Formasi ini menunjukkan Terdapat dua bauan terobosan granit yang
umur Kapur. berbeda umurnya; yang pertama berumur
Miosen Akhir dan yang kedua Pliosen. Yang
Pada mendala ini dijumpai pula komplek terakhir lamparannya cukup luas di bagian
bawah bancuh (Melange Wasuponda), terdiri baratlaut lembar peta. Di daerah Palopo granit
dari bongkahan asing batuan mafik, berumur Miosen Akhir menerobos Formasi
serpentinit, pikrik, rijang, batugamping Latimojong dan Formasi Toraja dan
terdaunkan, sekis, amfibolt dan eklogit (?) menghasilkan mineralisasi hidrotermal.
berbagai ukuran yang tertanam di dalam Batuan termuda di daerah ini adalah aluvium
masa dasar lempung merah bersisik. yang terdiri dari endapan sungai, danau dan
pantai. Sebarannya luas di utara Teluk Bone
dan di selatan Danau Poso.
Batuan tekonika ini tersingkap baik di daerah
Wasuponda serta di daerah Ensa, Koro Mudi
dan Petumbea, diduga terbentuk sebelum
Perian Satuan Peta
Tersier (Simandjuntak, 1980). Pada Kala
Miosen Akhir batuan sedimen pasca
orogenesa Neogen (Kelompok Molasa ENDAPAN PERMUKAAN
Sulawesi) diendapkan tak selaras di atas
batuan yang lebih tua. Kelompok ini termasuk Ql ENDAPAN DANAU : Lempung, pasir dan
Formasi Tomata yang terdiri dari klastika kerikil.
halus sampai kasar, dan Formasi Larona yang
umumnya terdiri dari klastika kasar yang Lempung menunjukkan penlapisan karena
diendapkan dalam lingkungan laut dangkal perbedaan warna dan agak
sampai darat. Pengendapan ini terus mengeras, tebal lapisan antara beberapa
berlangsung sampai Kala Pliosen. sampai 100 mm. Pasir dan kerikil, kelabu
hingga hitam, kurang padat, mengandung
Di Mendala Geologi Sulawesi Barat batuan banyak sisa
tentua adalah Formasi Latimojong yang tumbuhan. Perlapisan cukup baik, dengan
diduga berumur Kapur Akhir. Batuan ini terdiri tebal lapisan antara beberapa hingga 20 cm.
dari deret flysch, perselingan antara argilit, Sebaran satuan meliputi daerah di selatan
filit, batusabak dan wake dengan sisipan Danau Poso, sekitar Danau Matano, Danau
rijang radiolaria dan konglomerat. Batuan ini Mahalona dan Danau Towuti. Tebal satuan
diduga telah diendapkan di pinggiran benua diperkirakan puluhan meter.
Sunda. Tak selaras di atasnya di-endapkan
Formasi Toraja yang terdiri dari serpih, Oal ALUVIUM : lumpur, lempung, pasir,
batugamping, batupasir dan konglomerat. 76
kerikil dan kerakal.
Umurnya berjangka dari Eosen - Miosen
Tengah (Djuri dan Sudjatmiko, 1974).
Satuan ini merupakan endapan sungai, rawa
dan pantai. Sebarannya meliputi dataran di
Pada Kala Oligosen terjadi kegiatan gunungapi utara Teluk Bone, Rampi dan Leboni yang
bawah laut yang menghasilkan lava bantal terletak di bagian baratlaut lembar, daerah
dan breksi yang bersusunan basa sampai Somba Limu di timur Danau Poso, sepanjang
menengah. Batuan itu membentuk Batuan lembah S. Laa di bagian timurlaut lembar,
Gunungapi Lamasi. Kegiatan ini berlangsung serta daerah Bungku yang terletak di sebelah
terus sampai Kala Miosen Tengah (Batuan barat Danau Matano.
Gunungapi Tineba dan Tufa Rampi), yang
sebagian sudah muncul ke atas permukaan
laut.

Di atasnya secara tak selaras diendapkan Mendala Geologi Sulawesi Barat


Formasi Bone-bone yang terdiri dari endapan
turbidit dan perselingan antara konglomerat BATUAN SEDIMEN
dan klastika halus. Formasi ini banyak
mengandung fosil foram kecil yang Kls FORMASI LATIMOJONG : perselingan
menunjukkan umur Miosen Akhir - Pliosen. batusabak, filit, wake, kuarsit, batugamping
Kegiatan gunungapi terjadi lagi pada Plio- dan batulanau dengan sisipan konglomerat
Plistosen bahkan sampai Holosen yang dan rijang, umumnya termalih sangat lemah.
menghasilkan lava dan bahan piroklastika
yang bersusunan andesit (Batuan Gunungapi
Batusabak, hitam sampai kelabu kehitaman
Masamba).
padat dan keras, tebal lapisan an tar 10-20
m. Filit, merah kecoklatan; belahan

39
berkembang baik dan persekisan sudah Batupasir, kelabu kehijauan sampai coklat;
tampak agak keras dan kompak. padat, keras, berkomponen kepingan batuan,
kuarsa dan felspar berbutir sedang, membulat
Wake, kelabu kehijauan sampai kelabu; sampai membulat tanggung; berlapis baik,
padat, keras; berukuran sedang; kepingan tebal tiap lapisan antara 3 - 15 cm.
(fragmen) membulat sampai membulat
tanggung, terdiri atas rombakan batuan Konglomerat, kelabu kehitaman; padat dan
gunungapi, hornblenda dan felspar; berlapis keras, berkomponen kuarsit, kuarsaan
baik dengan tebal lapisan sekitar 60 cm. baturijang; berukuran 0,5-3 cm, membulat
Perarian sejajar berkembang baik; kontak tanggung sampai membulat, terekat oleh
atas dan bawah lapisan sangat jelas. batupasir kasar dan berkemas terbuka

Kuarsit, hijau cerah sampai merah keputihan; Formasi Toraja didominasi oleh serpih,
padat, sangat keras; berlapis baik; tebal batugamping dan batupasir
lapisan sampai 1 m.
berselingan dengan serpih, dengan sisipan
Batugamping, hitam; padat, menghablur dan konglomerat. Fosil foraminifera besar yang
sangat keras; berlapis baik dengan tebal ditemukan dalam batugamping: Muniditcs sp,
lapisan 30 - 50 cm. Discocyclina Sp, Bordis S Lepidocyclina sp.
Operculina sp, Cydoclypcus sp dan Miogypsina
Batulanau, kelabu sampai kelabu kemerahan; sp menunjukkan umur Eosen-Miosen
perarian; berbutir halus padat dan keras. (Budiman, 1981). Satuan ini diendapkan pada
Konglomerat, kelabu; bersifat padat, dengan lingkungan dangkal sampai air payau.
komponen andesit dan batupasir, berukuran
2- 5 cm, kemas terbuka, perekat batupasir. Sebarannya dari sekitar desa Maro,
memanjang ke barat dan selatan melewati
Rijang, putih sampai merah; padat, pejal, desa Tondon hingga di Lembar Majene yang
sangat keras; berfosi radiolaria. Fosil untuk berdampingan (Djuri & Sudjatmiko, 1975).
penentuan umur batuan tidak ditemukan, Ketebalan seluruhnya melebihi 1000 m.
tetapi Brouwer (1934) di Pegunungan Satuan ini menindih secara tidak selaras
Latimojong dan Reyzer (1920) di Babakan di Formasi Latimojong dan ditindih secara tidak
bagian tenggara lembar, menemukan fosil selaras oleh satuan batuan gunungapi Lamasi.
yang berumur Kapur. Himpunan batuan dan
struktur sedimen memperlihatkan bahwa BATUAN GUNUNGAPI
Formasi Latimojong adalah endapan flysch
yang diendapkan di pinggiran benua yang Tplv BATUAN GUJNUNGAPI LAMASI: lava,
aktif Tanah Sunda (Sundaland). Formasi breksi dan tufa.
Latimojong melampar di pojok baratdaya
daerah penyelidikan, mulai dan Palopo sampai
Lava, bersusunan andesit sampai basal;
anak sungai Rongkong. Tebal satuan ini
memperlihatkan struktur aliran dan
diperkirakan melebihi 1000 m, di atasnya
amigdaloid, padu dan pejal; tebal 1 - 10 m.
tertindih secara tidak selaras oleh Formasi
Lava andesit berwarna kelabu;.bentekstur
Toraja dan batuan gunungapi Lamasi. Satuan
porfirit dengan fenokris plagioklas dan
ini merupakan kelanjutan dan Formasi
piroksen serta masa dasar, berbutir halus,
Latimojong di Lembar Majene Palopo (Djuri &
Lava basal berwarna kelabu kehitaman,
Sudjatmiko, 1974) di tenggara lembar peta.
bertekstur porfirit dangan fenokris plagioklas,
piroksen dan horenblenda, serta masa dasar
Tets FORMASI TORAJA : serpih, berbutir halus yang terdiri dari mineral
batugamping dan batupasir dengan sisipan plagioklas dan piroksin. Kedua jenis lava itu
konglomerat. terpropilitkan dan terubah dengan mineral
ubahnya berupa lempung dan kiorit.
Serpih, merah tua sampai merah hati; padat
dan keras; perlapisan cukup baik dengan Breksi, kelabu sampai kelabu kehitman;
tebal lapisan antara 5-30 cm; memperlihatkan berkomponen batuan andesit, basal dan
―reticulate cleavage‖. batuapung; menyudut sampai menyudut
tanggung berukuran antra 10- 40 cm;
Batugamping, putih kekuningan sampai perekatnya tufa halus sampai kasar, Padat
kelabu kehitaman; berupa batugamping koral, dan keras. Di beberapa tempat mengalami
padat dan sangat keras, tidak berlapis; tebal proses hidrotermal, hingga termineralisasikan
mencapai 50 m. membentuk endapan pirit dan perak.

40
Tufa, putih sampai kelabu; mengandung dan menjemari dengan Batuan Gunungapi
mineral hornblenda dan kaca volkanik, Tineba.
berukuran sampai 0,1 cm. Perlapisan cukup
baik; merupakan perselingan antara tufa
halus dan tufa kasar; tebal tiap lapisan antara Tmtv BATUAN GUNUNGAPI TINEBA: lava
5-45 cm. Tebal seluruh lapisan tufa mencapai andesit horenblenda, basal, Latit kuarsa dan
10 m. breksi.

Batuan gunungapi Lamasi berupa perselingan Lava andesit horenblenda, kelabu berbintik
lava, breksi dan tufa, dengan lava dan breksi putih; porfiritik dengan 79 fenokris mineral
merupakan batuan penyusun utamanya. plagioklas dan hornblenda; berbutir sedang
Berdasarkan penarikhan pada batuan basal di masa dasar sangat halus, terdiri dari mineral
daerah Palopo (Sukamto, 1975) dan korelasi felspar, horenblenda, kaca dan lempung.
dengan batuan gunungapi di daerah Biru (van Horenblenda sebagian terubah menjadi biotit,
Leeuwen, 1979) dan daerah Bantimala sedangkan lempung berupa hasil ubahan
(Sukamto, 1982), satuan ini diperkirakan plagioklas; pejal dan padat.
berumur Paleogen. Batuan gunungapi ini
merupakan hasil kegiatan gunungapi bawah
Lava basal, umumnya mengalami ubahan;
laut. Sebarannya mulai dari Palopo, melampar
kelabu sampai kehitaman berbintik putih
ke utara sampai Sabbang. Tebal satuan
berbutir halus yang terdiri dari mineral
diperkirakan mencapai 500 m. Satuan ini
plagioklas, serisit, stibik, kaca dan lempung.
menindih secara tak selaras Formasi Toraja
dan Formasi Latimojong.
Lava latit kuarsa, kelabu berbintik putih;
pejal; porfiritik dengan fenokris berbutir
Batuan gunungapi Lamasi dapat dikorelasikan sedang; terdiri atas mineral kuarsa, felspar
dengan batuan gunungapi Miosen di Lembar kalium, plagioklas dan biotit; masa dasar
Majene (Djuri & Sudjatmiko, 1975; Sunarya & berbutir halus, terdiri atas mineral felspar,
Surawinata, 1980). biotit, kiorit, lempung dan serisit; felspar
kalium dan plagioklas terubah menjadi
lempung dan serisit; klorit berupa ubahan dan
Tmrt TUFA RAMPI: Batupasir Tufaan, tufa mineral mafik.
ubu dan tufa kristal.
Sebaran ke atas berupa lava andesit
Batupasir tufaan, putih kekuningan; berbutir horenblenda; basal terubah dan latit kuarsa
halus sampai sedang agak padat, sulit diperikan. Batuan gunungapi Tineba
mengandung kaca vulkanik, felspar dan berupa hasil peleleran batuan gunungapi
kuarsa. Perlapisan sejajar disebabkan oleh bawah laut yang diduga berumur Oligosen-
perubahan warna susunan batuan. Secara Miosen Awal, karena satuan ini diterobos oleh
keseluruhan batuan ini berselingan dengan batuan bersifat granit yang berumur Miosen
batupasir tufaan; tebal tiap lapisan antara 10 Akhir-Plistosen. Satuan ini menempati
- 30 cm. Batuan ini umumnya telah tinggian Tineba, terus melampar ke arah
mengalami ubahan. utara daerah Rampi di bagian baratlaut
Lembar Malili. Ketebalan satuan
Tufa kristal, putih; pejal, padat; terdiri dari diperhitungkan dan penampang geologi,
kristal anhedron bersusunan felspar, kuarsa diperkirakan tidak kurang dan 500 m.
dan lempung. Felspar dan kuarsa berbutir
halus; lempung hasil ubahan felspar. Batuan
telah mengalami ubahan kuat. QTpmv BATUAN GUNUNGAPI MASAMBA:
batuan piroklastika dan lava.
Tufa Rampi tersusun terutama oleh
perselingan batupasir tufaan dengan tufa Batuan piroklastika, merupakan rempah
yang mengandung lapisan tufa kristal, tebal gunungapi bersusunan andesit dan dasit;
sampai 5 m. Batuan ini diterobos oleh batuan menunjukkan kemas terbuka.
granit berumur Miosen Akhir-Plistosen, dan
karena itu diperkirakan berumur Oligosen-
Lava, bersusunan andesit dan basal. Lava
Miosen Awal; berupa endapan gunungapi
andesit, kclabu; bertekstur porfiritik; berbutir
bawah laut. Sebarannya dari barat desa
halus sampai menengah; mengandung
Rampi di bagian barat laut Lembar Malili
fenokris plagioklas, piroksen dan sedikit
meluas ke arah barat Lembar Mamuju. Tebal
ortoklas, dengan masa dasar mikrolit
satuan diperkirakan sekitar 600 m. Satuan ini
plagioklas, kaca dan lempung.
menindih tidak selaras Formasi Latimojong

41
Lava basal, hitam; amigdaloid, afanitik; Granit, putih berbintik hitam kebiruan;
berstruktur aliran, mengandung mikrolit berbutir sedang sampai kasar; berhablur
felspar; massa dasar sangat halus dari kaca penuh (holokristalin); umumnya bertekstur
dan klorit. Sebagian terubah menjadi mineral porfiritik. Fenokris terdiri atas ortoklas,
lempung. Batuan ini berongga yang diisi oleh plagioklas, kuarsa, horenblenda dan biotit,
kalsit yang tersebar di atas masa dasar kuarsa,
Batuan gunungapi Masamba diperkirakan hasil hornblenda, biotit dan mineral lempung.
kegiatan gunungapi Plio-Plistosen dalam Umumnya batuan ini masih segar. Ditemukan
lingkungan daratan. Penarikhan Kalium/Argon berbagai jenis granit, di antaranya mikrolit
atas batuan trakit yang terdapat di beberapa horenblenda-biotit, mikrogranit biotit, genes-
tempat di sepanjang jalur sesar Palu-Koro mikrogranit biotit, dan mikro-leukogranit
menunjukkan umur 4,25 juta tahun (Hartono S, 1980).
(Sukamto, 1975a). Sebaran satuan batuan ini
meliputi daerah di bagian utara Masamba. Granodiorit, putih berbintik hitam; pejal dan
Batuan ini menindih tak selaras granit bertekstur porfiritik dan sedikit fanerik;
Kambuno dan Formasi Bone-Bone. berhablur penuh; hipidiomorf; butiran
Berdasarkan kesamaan litologi dinasabahkan berukuran sedang. Susunan mineral berupa
dengan batuan Gunungapi (Qtv) yang fenokris plagioklas dan jenis oligoklas,
terdapat di daerah Lembar Ujung Pandang ortoklas, kuarsa dan horenblenda, serta masa
(Sukamto, 1975). dasar epidot, serisit, magnetit, kuarsa dan
mineral ternpung. Bauan ini umumnya
terdapat dalam keadaan segar. Setempat
BATUAN BEKU/TEROBOSAN telah terkekarkan dan menunjukkan kekar
tiang.
Tmpg GRANIT PALOPO : granit dan
granodiorit. Berdasarkan kesamaan litologi dengan granit
di Lembar Pasangkayu yang hasil penarikhan
Granit, putih koton benbintik hitam; berhablur granit menunjukkun umur 3,35 juta tahun
penuh; berbudaran sama besar; berbutir (Sukamto, 1975), granit Kambuno diduga
menengah; fanerik dengan mineral utama berumur Pliosen. Sebaran sauan ini meliputi
kuarsa, ortoklas, plagioklas dan sedikit pegunungan di sekitar Bulu Kambuno di
horenblenda. Umumnya mengalami bagian barat Lembar Malili. Di baratlaut desa
Sabbang tampak gejala peruntuhan tektonik
pelapukan, terbreksikan dan terkekarkan. dengan batuan dan Formasi Latimojong di
daerah Rampi satuan ini menerobos satuan
gunungapi Tinemba yang menunjukkan gejala
Granodiorit, putih kehitaman; pejal; fanerik alterasi dan pemineralan.
dan porfiritik; berbutir menengah sampai
kasar fenokris plagioklas dengan masadasar
kuarsa, hornblenda, biotit dan mineral ubahan Mendala Geologi Sulawesi Timur
kloril. Mineral mafik umumnya telah
terkloritisasikan. Batuan yang bertekstur
porfiritik tersebut telah terkekarkan dan BATUAN SEDIMEN
terbreksikan.

Di dalam satuan batuan ini kedudukan granit Kml FORMASI MATANO: batugamping
terhadap granodiorit sulit ditentukan, baik ke hablur dan kalsilutit, napal, serpih, dengan
arah atas maupun mendatar. Berdasarkan sisipan rijang dan batusabak.
hasil penarikhan pada retas granit di daerah
Palopo, batuan itu berumur 8,10 juta tahun Formasi Matano bagian bawah ditempati oleh
(Sukamto, 1975) atau Akhir Miosen. Satuan batugamping kalsilutit berlapis dengan lensa
ini menempati daerah pegunungan antara rijang, sedang bagian atas merupakan
desa Tojambu dan Tondon, yang terletak di perselingan antara batugamping pejal dan
bagian baratdaya Lembar Malili. Satuan terhablur ulang, napal dan srrpih dengan
batuan ini menerobos Formasi Toraja dan lensa batusabak dan rijang.
Formasi Latimojong.
Batugamping, putih kotor sampaii kelabu;
berupa endapan kalsilutit yang telah
Tpkg GRANIT KAMBUNO : granit dan menghablur ulang dan berbutir halus (lutit);
granodiorit. perlapisán sangat baik dengan ketebalan
lapisan antara 10 - 15 cm; di beberapa
tempat dolomitan; di tempat lain

42
mengandung lensa rijang setempat Lherzolit, hijau kehitaman; hotokristalin, padu
perdaunan. dan pejal. Mineral penyusunnya ialah olivin
(45%), piroksen (25%), dan sisanya epidot,
Napal, kelabu sampai kecoklatan; padat dan yakut, klorit dan bijih dengan mineral
pejal; terlipat kuat; berlapis baik dengan tebal berukuran halus sampai kasar.
lapisan sampai 15 cm. Di beberapa tempat
terdapat lensa rijang dan sisipan batusabak. Wehrlit, bersifat padu dan pejal; kehitaman;
bertekstur afanitik. Batuan ini tersusun oleh
Serpih, kelabu; pejal dan padat berlapis baik mineral olivin, serpentin, piroksen dan
dengan ketebaan lapisan sampai82 5 cm; iddingsit. Serpentin dan iddingsit berupa
terkadang gampingan atau napalan. mineral hasil ubahan olivin.

Rijang. kelabu sampai kebiruan dan coklat Websterit, hijau kehitaman; holokristalin,
kemerahan; pejal dan padat. berupa lensa padu dan pejal. Batuan ini terutama tersusun
atau sisipan dalam batugamping dan napal; oleh mineral olivin dan piroksenkilno
ketebatan sampai 10 cm. berukuran halus sampai sedang. Juga
ditemukan mineral serpentin, klorit, serisit
dan mineral kedap cahaya. Batuan ini telah
Batusabak, coklat kemerahan; padat dan
mengalami penggerusan, hingga di beberapa
setempat gampingan; berupa sisipan dalam
tempat terdapat pemilonitan dalam ukuran
serpih dan napal, ketebalan sampai 10 cm.
sangat halus yang memperlihalkan struktur
Berdasarkan kandungan fosil batugamping,
kataklas.
yaitu Globotruncana sp dan Heterohelix sp,
serta Radiolaria dalam rijang (Budiman,
1980), Formasi Matano diduga berumur Kapur Serpentinit, kelabu tua sampai kehitaman;
Atas. padu dan pejal. Batuannya bentekstur afanitik
dengan susunan mineral antigorit, lempung
dan magnetit. Umumnya memperlihatkan
Satuan ini diendapkan dalam lingkungan laut
struktur kekar dan cermin sesar yang
dalam. Sebaran formasi antara daerah Ulu
berukuran megaskopis. Dunit, kehitaman;
Uwoi dan Balu Wasopute, memanjang pada
padu dan pejal, berteksur afanitik. Mineral
arah baratdaya-timurlaut dan S. Bantai Hulu
penyusunnya ialah olivin, piroksen. plagioklas,
sampai Pegunungan Tometindo. Ketebalan
sedikit serpentin dan magnetit; berbutir halus
seluruh lapisan mencapai 550 m. Hubungan
sampai sedang. Mineral utama Olivin
dengan Komplek Ultramafik berupa sesar
berjumlah sekitar 90%: Tampak adanya
naik; biasanya berupa suatu lajur
penyimpangan dan pelengkugan kembaran
termilonitkan atau terserpentinkan yang bisa
yang dijumpai pada piroksen. mencirikan
mencapai puluhan meter tebalnya. Satuan ini
adanya gejala deformasi yang dialami oleh
menindih secara selaras Formasi Lamusa,
batuan ini. Di beberapa tempat dunit
serta tertindih secara tidak selaras oleh
terserpentinkan kuat yang ditunjukkan dari
Formasi Tomata dan Formasi Larona.
struktur sisa seperti jaring dan barik-barik
Koolhoven (1930) menamakan satuan ini
mineral olivin dan piroksen; serpentin dan
―Lapisan Matano Atas‖.
talkum sebagai mineral pengganti.

LAJUR OFIOLIT SULAWESI TIMUR


MTosm BATUAN MAFIK : gabro, diabas.

Gabro, sebagai retas di dalam batuan


BATUAN BEKU
ultramafik; kelabu berbintik hitam; bersifat
padu dan pejat. Batuan ini
MTosu BATUAN ULTRAMAFIK: harzburgit,
lherzolit, wehrlit, websterit, serpentinit dan
bertekstur faneritik dengan susunan mineral
dunit.
plagioklas, olivin, antigorit, serta sedikit
magnetit dan serisit. Tebal retas gabro sampai
Harzburgit, hijau sampai kehitaman; 2 m.
holokristalin, padu dan pejal. Mineralnya halus
sampai kasar, terdiri atas olivin (60%) dan
Diabas, kelabu sampai hitam; pejal dan
piroksen (40%). Di beberapa tempat
bertekstur afanitik atau membutir; hipidiomorf
menunjukkan struktur perdaunan. Hasil
dengan butiran halus sampai sedang. Mineral
penghabluran ulang pada mineral piroksen
penyusunnya ortoklas atau piroksen, klorit,
dan olivin mencirikan batas masing-masing
lempung, oksida besi, dan sedikit kuarsa.
kristal bergerigi.
Plagioklas dan ortoklas urnumnya terubah
menjadi lempung kelabu. Piroksen sebagian
terubah menjadi kiorit dan oksida besi. Klorit

43
berwarna hijau muda; umumnya bercampur Batuan serpentin merupakan hasil ubahan
dengan oksida besi, sehingga warnanya batuan ultramafik yang terbentuk dalam kerak
menjadi kekuningan serta sering terdapat samudera pada Paleozoikum Akhir
mengisi rongga di antara mineral. Batuan ini diperkirakan dialih mampatkan pada
terdapat di dalam Komplek Ultramafik sebagal Mesozoikum. Singkapan di daerah selatan D.
bagian daripada ofiolit. Poso, dan sebagai bongkahan dalam Bancuh
(Melange) Wasuponda. Ketebalan sulit
Batuan Ultramafik dan Mafik ini diperkirakan diperkirakan, berdasarkan penampang
merupakan batuan tertua di Lembar Malili dan melebihi 1000 m. Hubungan dengan batuan
diduga berumur Kapur. Sebarannya meluas di sekitarnya berupa persentuhan tektonik.
sekitar Danau Matano dan Danau Towuti di
timur dan tenggara Lembar peta, meliputi
pegunungan Verbeek, Bulu Salura, BATUAN MALIHAN
Pegunungan Tometindo, Bulu Bukia, Bulu
Tambuhuna, Bulu Tampara Masapi dan Butu LAJUR METAMORFIC SULAWESI TENGAH
Lingke. Satuan ini secara tektonik
bersentuhan dengan batuan Mesozoikum dan MTpm KOMPLEK POMPANGEO : sekis,
Paleogen, dan secara tak selaras tertindih genes, pualam, serpentinit dan meta kuarsit,
batuan sedimen Neogen dan Kuarter. batusabak, filit dan setempat breksi.

BATUAN TEKTONIK Sekis, putih, kuning kecoklatan, kehijauan


kelabu; kurang padat sampai sangat padat
MTwm BANCUH (MELANGE) WASUPONDA: serta memperlihatkan perdaunan. Setempat
Terdiri dari bongkahan asing, sekis, genes, menunjukkan struktur chevron, lajur tekuk
batuan mafik, amfiboilt, diabas malih, batuan (kink banding) dan augen, dan di beberapa
ultramafik (pikrit), batugamping terdaunkan tempat perdaunan terlipat.
dan eklogit; berukuran dari beberpa
sentimeter sampai puluhan meter, bahkan
Batuan terdiri atas sekis mika, sekis mika
ratusan meter; terutama dalam masa dasar
yakut (garnet, sekis klorit-amfibolit dan sekis
lempung merah bersisik yang sering
klorit-zoisit. amfibolit dan fasies sekis hijau-
menunjuktan perdaunan, s tempat juga masa
glaukofan-lawsonit. Tekstur batuan
dasar serpentinit terdaunkan (pikrit). Satuan
heteroblas; terdiri dari mineral lepidoblas dan
ini diduga merupakan bancuh tektonik
granoblas berbutir halus sampai sedang;
(Simandjuntak, 1980), berdasarkan bentuk
kuarsa, muskovit horenblende, klinozoisit,
bodin yang menunjukkan kesan penekukan
felspar, yakut (garnet), klorit, serisit; apatit
dan lempung bersisik yang terdaunkan.
dan titanit sebagai mineral tambahan.
Berdasarkan ketiadaan bongkah asing yang
berumur Tersier, diperkirakan satuan ini
terbentuk datam lajur penunjaman Zaman Genes, kelabu sampai kelabu kehijauan;
Kapur. Ketebalan sulit ditentukan; bertekstur heteroblas, xenomorf sama
hubungannya dengan batuan ultramafik dan butiran, terdiri dari mineral granoblas berbutir
Formasi Matano berupa persentuhan tektonik. halus sampai sedang. Jenis batuan ini terdiri
Singkapan baik terdapat di daerah Wasuponda atas genes kuarsa biotit dan genes pumpelit-
di baratdaya Danau Matano. muskovit-yakut. Bersifat kurang padat sampai
padat.
MTs BATUAN SERPENTIN: serpentin (pikrit,
dikuasai oleh mineral antigorit, sedikit talkurn, Genes kuarsa-biotit tersusun oleh mineral
lempung dan magnetit; hitam kehijauan; kuarsa, plagioklas dan biotit.
permukaan mengkilap; tergeruskan, dengan Genes pumpelit-muskovit-yakut, berbutir
cermin sesar dan kekar yang tak beraturan; halus sampai sedang setempat ditemukan
umumnya memperlihatkan persekisan yang blastomilonit yang berupa hancuran felspar,
setempat terlipat, dan dapat muskovit dan kuarsa. Batuan terutama terdiri
atas plagioklas, kuarsa, muskovit dan
pumpelit; yakut terdapat dalam bentuk
dilihat dengan mata bugil. Talkum granoblas.
menyerabut, menempati retakan di antara
serpentin; lempung, kelabu, sangat halus, Pualam (MTmm), kehijauan, kelabu sampai
terdapat secara berkelompok di beberapa kelabu gelap, coklat sampai merah coklat, dan
tempat dalam batuan. Magnetit, hitam kedap; hitam bergaris putih; sangat padat
biasanya mengisi retakan dalam batuan. dengan

44
persekisan, tekstur umumnya nematoblas Sebaran satuan batuan ini meliputi daerah
yang memperlihatkan pengarahan. Persekisan Pegunungan Pompangeo, Koro-Ue dan Bakase
dalam batuan ini didukung oleh adanya yang terletak di sebelah utara pebukitan
pengarahan kalsit hablur yaag tergabung Bone-Bone, serta di utara, barat dan selatan
dengan mineral lempung dan mineral kedap
(opak). Batuan terutama tersusun oleh kalsit, Danau Poso, di barat desa Mangkutana, dan di
dolomit dan piroksen; mineral lempung dan utara Masamba.
mineral bijih dalam bentuk garis. Wolastonit
dan apatit terdapat dalam jumlah sangat
Pualam terdapat cukup luas di barat
kecil. Plagioklas jenis albit mengalami
Mangkutana yang merupakan lereng timur
penghabluran ulang dengan piroksen.
Pegunungan Bakase, serta dalam lensa-lensa
kecil dengan ketebalan kurang dari satu meter
Serpentinit (MTsp), kehijauan sampai sampai beberapa meter sering dijumpai dalam
kehitaman; terdaunkan, menunjukkan kesan sekis dan genes. Setempat ditemukan
cermin sesar yang mengkilap pada perselingan dengan sekis seperti tersingkap di
permukaannya. Setempat mengandung asbes Kodina, selatan D. Poso.
dan rodingit. Batuan ini ditemukan dalam
lajur sesar dengan ketebalan kurang dari satu
Satuan ini tertindih tak selaras oleh Formasi
meter sampai beberapa meter, dan dalam
Tomata dan Formasi Bone-Bone; persentuhan
lajur sesar besar melebihi ratusan meter. Di
tektonik berupa sesar-naik dengan batuan
beberapa tempat perdaunan yang telah
granit di barat dan batuan ofiolit di sebelah
terlipat (kink banding). Serpentin terdapat di
Timurnya.
sebelah utara Masamba, diantara sesar Palu-
Koro dan sesar naik Masamba.

Mendala Geologi Lajur Banggai-Sula


Kuarsit, putih sampai coklat muda; pejal dan
keras; berbutir (granular), terdiri atas mineral BATUAN SEDIMEN
granoblas, senoblas, dengan butiran dan
halus sampai sedang. Batuan sebagian besar
terdini dari kuarsa, jumlahnya sekitar 97%.
Oksida besi bercelah diantara kuarsa, KJml FORMASI MASIKU: batusabak, serpih,
jumlahnya sekitar 3%. Batuan ditemukan filit, batupasir, batugamping dengan buncah
sebagai lensa di dalam batuan malihan; tebal gamping rijangan.
mencapai 10 cm.
Batusabak, kelabu hingga kelabu tua; berlapis
Batusabak, kelabu sampai coklat; agak padat baik, tebal lapisan sampai 5 cm; padat;
sampai padat, setempat tampak struktur belahan berkembang baik.
perlapisan halus (perarian).
Serpih, kelabu kehitaman; padat; berlapis
Filit, coklat muda sampai coklat tua; padat, baik dengan tebal lapisan mencapai 5 cm.
belahan berkembang baik, setempat Setempat mengandung lensa tipis batupasir
terdaunkan; lensa atau pisahan kuarsa kelabu, berbutir sedang - kasar; padat. Tebal
(quartz segregation) berwarna putih sampai lensa mencapai 0,5 cm.
coklat setebal beberapa mm sampai 1 cm.
Filit, kelabu gelap; berbutir halus, padat
Breksi aneka bahan, coklat kemerahan; berlapis baik dengan tebal lapisan mencapai 5
padat, terkërsikkan dan termalihkan lemah. cm; belahan berkembang baik setempat
Komponen terdiri dari batugamping, rijang mengandung urat kuarsa sampai setebal 1
dan argilit; sebagian terdaunkan; berukuran cm.
sampai 15 cm; bentuk menyudut; masa dasar
kalsit. Urat kuarsa dan kalsit memotong Batupasir, kelabu kecoklatan; berbutir halus
breksi ini secara tidak beraturan. sampai kasar komponen terdiri dari kuarsa,
mika, felspar dan kepingan batuan; padat;
Secara umum, Komplek Pompangeo lapisan cukup baik dengan tebal sampai 10
didominasi oleh sekis dan genes. Serpentinit cm.
umumnya ditemukan dalam lajur sesar.
Pualam, kuarsit, batusabak dan filit terdapat Batugamping, putih kotor, kelabu muda
berupa lensa atau perselingan dengan sampai coklat; berbutir halus; berlapis baik
srkis.Umur satuan ini belum dapat dipastikan, dengan tebal lapisan mencapai 15 cm; di
tetapi diduga tidak lebih tua dari Kapur. beberapa tempat mengandung urat-urat
kalsit; setempat mengandung buncah rijang.

45
Rijang, coklat kemerahan; berupa lensa dan Ke arah atas serpih dan batupasir lebih
buncah berbentuk lonjong dan memanjang. dominan dibandingkan dengan konglomerat.
Tebal mencapai 5 cm; mengandung fosil
mikro. Kandungan fosil dalam batupasir halus:
Batuan ini terlipat kuat dan tersesarkan; Globigerinoides immaturus LEROY,
rekahan dan kekar sangat umum dijumpai. Globigerinoides trilobus REUSS, G. ruber
D‘ORBIGNY, G. obliquus BOLLI, Globorotalia
Fosil penunjuk umur tidak ditemukan. Diduga acostacusis BRADY, Globoquadrina altispira
Formasi Masiku berumur Jura Akhir-Kapur USHMAN & JARVIS, G. dehiscens CHAPMAN,
Awal dan diendapkan dalam llngkungan laut PARR, COLLINS dan Sphacroidinella seminulia
dalam. SCHWAGER, yang menunjukkan umur Miosen
Akhir - Pliosen serta lingkungan pengendapan
Satuan ini tersingkap di selatan Kolonodale, laut dangkal dan setempat payau.
dan meluas ke utara di Lembar Poso. Tebal
satuan sekitar 500 m. Diduga satuan ini Sebaran satuan batuan ini meliputi daerah
menindih selaras Formasi Tetambahu dan lembah S. Kadata di antara desa Sombu Limu
bersentuhan secara tektonik dengan batuan dan Koro Lemo, daerah antara desa Tomata
ofiolit dan Formasi Matano. dan Gontara, serta pebukitan antara Bulu
Ponteoa dan Bulu Paangkombe, di bagian
timurlaut daerah Malili.
Sedimen Klastika Pasca Orogenesa Neogen

Tebal satuan ini sekitar 1000 m. Hubungan


KELOMPOK MOLASA SULAWESI :
antara Formasi Tomata dan Formasi Larona
Kelompok ini terdiri dari batuan klastika
mungkin menjemari. Berdasarkan kesamaan
kasar, termasuk Formasi Tomata, Formasi
litologi, Formasi Tomata dapat dikorelasikan
Bone-bone dan Formasi Larona.
dengan molasa Sulawesi Sarasin dan Sarasin
(1901).
Tmpt FORMASI TOMATA : perselingan
serpih, batupasir, batupasir dan konglomerat
Tmpb FORMASI BONE-BONE: Perselingan
dengan sisipan napal dan lignit.
antara konglomerat, batupasir, napal dan
lempung tufaan.
Serpih, kelabu sampai kecoklatan; berlapis
baik dan padat; tebal lapisan sampai 40 cm;
di beberapa tempat gampingan dan
Konglomerat, kelabu kecoklatan; kurang
mengandung konkresi oksida besi berukuran
padat hingga padat; pilahan dan kemas
sampai 10 cm atau berupa lensa setebal 5
buruk, komponen terutama didominasi oleh
cm.
batuan malihan, juga terdapat batuan
gunungapi andesit, batugamping terdaunkan,
Batupasir, kelabu sampai kuning kecoklatan; kuarsit dan kuarsa. Bentuk komponen
berbutir halus sampai kasar; setempat membundar sampai membundar tanggung,
kerikilan; terdiri dari rombakan kuarsa, umumnya berukuran sampai 10 cm, tetapi
kuarsit, mika dan rijang perlapisan cukup ada juga yang sampai 30 cm. Perekatnya
baik; tebat tiap lapisan 30 cm; tidak padat batupasir berbutir sedang sampai kasar, di
kecuali setempat. beberapa tempat gampingan; setempat
perlapisan bersusun dengan bidang lapisan
Konglomerat, berkomponen kuarsit, kuarsa, sulit dikenali. Tebal lapisan berkisar 1 - 6 m.
batugamping terdaunkan; terekat pasir Lapisan bergabung umum terdapat, sehingga
berlumpur secara kurang padat sampai padat; lapisan menjadi sangat tebal, mencapai
membulat tanggung sampai membulat, belasan meter.
dengan ukuran sampai 10 cm; tebal lapisan
sampai 40 cm. Batupasir, kelabu sampai kecoklatan; padat
dan keras, kadang - kadang gampingan;
Napat, kelabu; agak padat; berupa sisipan berbutir halus sampai kasar, setempat
dalam serpih dan batupasir dengan ketebalan kerikilan; menyudut tanggung sampai
sampai 10 cm. membulat tanggung, terpilah baik; kompone
berupa kepingan batuan malihan, gunungapi,
Lignit, kehitaman; kurang padat, sebagai mika, imineral mafik, dan kuarsa membentuk
sisipan dalam serpih di bagian atas satuan; perselingan dengan napal dan lempung
tebal sampai 200 m. tufaan; tebal lapisan antara 25 cm - 1 m.
Struktur permukaan erosi, kesan beban. dan
perlapisan bersusun dalam beberapa lapisan

46
batupasir secara berangsur beralih ke mengandung fosil Gastropoda, setempat jejak
konglomerat di bawahnya. daun; tebal tiap lapisan sampai 10 cm.

Napal, kelabu tua sampai kelabu muda; Tufa, kelabu; berbutir halus dan kompak;
kurang padat, berlapis baik dengan ketebalan berupa sisipan dalam batupasir, ketebalan
tiap lapisan antara 1 - 15 cm. mencapai 10 cm.

Lempung tufaan, kelabu kecoklatan sampai Berdasarkan kesamaan litologi dengan


coklat; kurang padat, berlapis baik; setempat Formasi Bone-Bone (Tmpb), Formasi Larona
struktur perarian. Tebal tiap lapisan 1 - 20 berumur Miosen Akhir-Pliosen. Satuan batuan
cm, tidak jarang sampai 200 mm. ini. diendapkan dalarn lingkungan laut
dangkal sampai darat. Sebarannya meliputi
Bagian bawah formasi terutama terdiri dari pebukitan di utara S. Waki sampai desa Lerea,
perselingan napal, batupasir dan lempung di bagian selatan Lembar Bungku; tebal
tufaan, sedangkan bagian atas didominasi sekitar 1000 m; perlipatan lemah yang
oleh konglomerat dan batupasir sela (litos). menyebabkan sudut kemiringan90 sampai 350.
Napal mengandung fosil foraminifera kecil Formasi Laorana dan Formasi Tomata
diantaranya: Globoquadiin dehiscens tertindih secara tidak selaras oleh endapan
CHAPMAN, PARR, COLLINS, Globorotalia danau dan aluvium.
acostacizsis BLOW dan G. plesiotumida BLOW
& BANNER, yang menunjukkan umur STRUKTUR DAN TEKTONIKA
Miosen
Struktur dan geologi Lembar Malili
Akhir-Pliosen (N16-N19). Satuan ini memperlihatkan ciri Komplek tubrukan dan
diendapkan pada lingkungan laut dangkal dan pinggiran benua yang aktif. Berdasarkan
terbuka (neritik). Tersebar di utara Masamba, struktur,
Bone-Bone sampai Mangkutana. Ketebalannya
diduga melebihi 750 m; terletak tak selaras di himpunan batuan, biostratigrafi dan umur,
atas Komplek Malihan Pompangeo. daerah ini dapat dibagi menjadi 2 domain
yang sangat berbeda, yakni :

1) alohton: ofiolit dan malihan, dan 2)


Tpls FORMASI LARONA : Konglomerat, autohton: batuan gunungapi dan pluton
batupasir, batulempung dengari sisipan tufa. Tersier dan pinggiran benua Sundaland, serta
kelompok molasa Sulawesi. Lembar Malili,
Konglomerat, kelabu sampai kelabu hitam; sebagaimana halnya daerah Sulawesi bagian
komponen berupa batuan ultramafik, timur, memperlihatkan struktur yang sangat
batugamping terdaunkan, kuarsit, rijang rumit. Hal ini disebabkan oleh pengaruh
berukuran 10-30 cm, membulat tanggung pergerakan tektonik yang telah berulangkali
sampai membulat; terekat padat oleh terjadi di daerah ini.
batupasir kasar kecoklatan, setempat
gampingan; pilahan dan kemas kurang baik, Struktur penting di daerah ini adalah sesar
tebal tiap lapisan minimum 25 cm; lipatan, selain itu terdapat kekar dan
memperlihatkan perlapisan bersusun. perdaunan. Secara umum kelurusan sesar
berarah baratlaut-tenggara. Yang terdapat di
Batupasir, kelabu sampai coklat; berbutir daerah ini berupa sesar naik, sesar sungkup,
kasar, komponen berupa kepingan batuan, sesar geser dan sesar turun, yang
juga kuarsa dan piroksen; cukup padat; diperkirakan sudah mulai terbentuk sejak
perlapisan baik, di beberapa tempat Mesozoikum. Beberapa sesar utama
menunjukkan perlapisan bersusun; tebal tiap tampaknya aktif kembali. Sesar Matano dan
lapisan sampai 20 cm. sesar Palu-Koro merupakan sesar utama
berarah baratlaut-tenggara, dan menunjukkan
gerak mengiri. Diduga kedua sesar itu masih
Juga terdapat. batupasir hijau, berbutir kasar
aktif sampai sekarang (Tjia 1973; Ahmad,
dengan komponen hampir seluruhnya terdiri
1975), keduanya bersatu di bagian baratlaut
dari rombakan batuan ultramafik, tebal
Lembar. Diduga pula kedua sesar terscbut
lapisan antara 3-10 cm; padat dan berlapis
terbentuk sejak Oligosen, dan bersambungan
baik.
dengan sesar Sorong sehingga merupakan
satu sistem sesar ―transform‖. Sesar lain yang
Lempung, kelabu; berlapis baik, berupa lebih kecil berupa tingkat pertama dan/atau
sisipan dalam konglomerat atau dalarn kedua yang terbentuk bersamaan atau setelah
batupasir; padat, setempat gampingan dan

47
sesar utama tersebut. Dengan demikian dangkal. Di bagian neritik luar diendapkan
sesar-sesar ini dapat dinamakan Sistem Sesar Formasi Tetambahu dan Formasi Masiku pada
Matano-Palu-Koro. akhir Jura hingga permulaan Kapur. Ketiga
satuan ini terbentuk di pinggiran benua yang
Lipatan yang terdapat di daerah ini dapat saat ini menjadi Mendala Banggai-Sula.
digolongkan dalam lipatan lemah, lipatan Semuanya tersingkap di Lembar Bungku
tertutup dan lipatan tumpang tindih. Pada (Simandjuntak drr., 1981) di sebelah timur
yang pertama kemiringan lapisannya landai lembar ini.
biasanya tidak melebihi 3O° yang dapat
digolongkan dalam jenis lipatan terbuka. Pada Zaman Kapur, dibagian lain dalam
Lipatan ini berkembang dalam batuan yang cekungan laut dalam di sebelah barat terjadi
berumur Miosen hingga Plistosen; biasanya pemekaran dasar samudera, dan membentuk
sumbu lipatannya bergelombang dan berarah kerak samudera yang sebagian menjadi Lajur
baratdaya-timurlaut. Pada yang kedua, baik Ofiolit Sulawesi Timur.
yang simetris maupun yang tidak, kemiringan
lapisannya antara 500 dan tegak, ada juga Pengendapan bahan-bahan pelagos di atas
yang terbalik. Lipatan ini biasanya terdapat kerak samudera ini berlangsung hingga
dalam batuan sedimen Mesozoikum. Sumbu Zaman Kapur Akhir (Formasi Matano).
lipatan pada umumnya berarah utara-selatan,
mungkin golongan ini terbentuk pada Kala
Pada Zaman Kapur Akhir, lempeng samudera
Oligosen atau lebih tua.
yang bergerak ke arah barat menunjam di
bawab pinggiran benua dan/atau di daerah
Adapun yang ketiga berkembang dalam busur gunungapi. Jalur penunjaman ini
batuan sedimen Mesozoikum, batuan malihan sekarang ditandai oleh batuan bancuh di
dan di beberapa tempat dalam serpentin yang Wasuponda (Simandjuntak, 1980). Di
92
terdaunkan. Lipatan dalam batuan sedimen cekungan rumpang parit busur di pinggiran
Mesozoikum berimpit dan/atau memotong yang aktif di sebelah barat, diendapkan
lipatan terdahulu, sehingga ada sumbu lipatan batuan sedimen jenis ―flysch, Formasi
pertama (f1) yang berimpit dengan yang Latimojong pada Kapur Atas. Pengendapan
kemudian (f2), di samping f1 terpotong oleh batuan ini disusul oleh Formasi Toraja pada
f2. Lipatan kedua (f2) ini diperkirakan Kala Eosen dan kegiatan gunungapi bawah
terbentuk pada Miosen Tengah. Kedua lipatan laut pada Kala Oligosen (Vulkanik Lamasi)
ini tampaknya mengalami deformasi lagi yang berlangsung terus hingga Mioscn
pada Plio-Plistosen, dan membentuk lipatan (Volkanik Rampi dan Tineba). Satuan batuan
fasa ketiga (f3) dengan sumbu lipatan yang ini sekarang merupakan bagian dan Mendala
berarah baratlaut-tenggara, sama dengan Sulawesi Barat.
lipatan pada batuan sedimen muda. Jenis
lipatan ini dalam ukuran megaskopis
Pada Zaman Paleogen pengendapan batuan
berkembang dataran batuan malihan dan
karbonat (Formasi Larca) berlangsung dalam
serpentin yang terdaunkan.
busur laut yang semakin mendangkal, yang
disusul pengendapan Formasi Takaluku pada
Kekar terdapat dalam hampir scmua jenis Kala Miosca Tengah.
batuan dan tampaknya terjadi dalam
beberapa perioda. Pola dan arah kekar ini
Pada Kala Oligoson, sesar Sorong yang
sesuai dengan jenisnya, ac; b atau diagonal.
menerus ke sesar Matano dan Palu-Koro mulai
aktif dalam bentuk sesar transcurrent.
Perkembangan tektonik dan sejarah Akibatnya minikontinen Banggai-Sula
pengendapan batuan sedimcn di daerah ini bergerak ke arah barat dan memisahkan diri
tampaknya sangat erat hubungannya dengan dari benua Australia.
perkembangan Mendala Banggai-Sula yang
sudah terkeratonkan pada akhir Paleozoikum.
Pada Kala Miosen Tengah bagian timur kerak
samudera di Mendala Sulawesi Timur
Pada Zaman Trias Formasi Tokala diendapkan menumpang tindih (obducted) platform
di datam paparan tepi lereng benua. Pada Banggai-Sula yang bergerak ke arah barat.
akhir Trias terjadi pemekaran pinggiran benua Dalam pada itu, di bagian barat lajur
yang kemudian disusul pengendapan Formasi penunjaman dan busur luar
Batebeta secara selaras di atasnya pada awal tersesarsungkupkan di atas rumpang parit
Jura. busur dan busur
gunungapi, dan mengakibatkan ketiga
Pada Zaman Jura Formasi Nanaka diendapkan mendala geologi tersebut saling berhimpitan.
secara tidak selaras di atas batuan yang lebih
tua, dalam lingkungan darat hingga laut

48
Pada Akhir Miosen hingga Pliosen, batuan Granit, basal dan andesit terdapat mulai dan
kiastika halus sampai kasar Kelompok Molasa Palopo hingga Sabbang dan Masamba, bisa
Sulawesi (Formasi Tomata, Bone-Bone) dimanfaatkan untuk bahan bangunan dan
diendapkan dalam lingkungan taut dangkal pengeras jalan. Pasir dan kerikil terdapat di
dan terbuka dan sebagian berupa endapan daerah aluvium, sangat halus, di utara Teluk
darat yang bersamaan dengan intrusi yang Bone.
bersifat granit di bagian barat.
PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH
Pada Kala Plio-Plistosen keseluruhan daerah
mengalami deformasi. Intrusi yang bersifat Untuk pengembangan wilayah yang
granit menerus di Mendala Sulawesi Barat, menunjukkan prospek baik ialah daerah
yang dibarengi oleh perlipatan dan dataran rendah yang membentang mulai dan
penyesaran bongkah yang mengakibatkan Palopo sampai daerah Wotu. Di daerah ini
terbentuknya berbagai cekungan kecil, selain sarana angkutan sudah ada, juga
dangkal dan sebagian tertutup. Di dalamnya tanahnya cukup subur dan baik sekali untuk
diendapkan batuan kiastika kasar dan pesawahan, sehingga sangat tepat untuk
keseluruhan daerah terangkat. Pada bagian pemukiman transmigrasi. Pada saat ini proyek
tertentu, endapan aluvium, danau, sungai dan transmigrasi sudah dilaksanakan di daerah
pantai berlangsung terus hingga sekarang. Bone-bone dan Wotu yang terakhir sudah
dimulai sejek zaman Belanda (1930). Daerah
SUMBERDAYA MINERAL DAN ENERGI lain yang sedang dikembangkan ialah daerah
Wowondula dan Wasuponda, yang
Bahan galian yang terdapat di daerah yang sepenuhnya dibiayai dan dikelola oleh PT
dipetakan di antaranya nikel, bijih besi, Inco.
kromit, emas, batugamping, granit, basal,
andesit, batubara, pasir dan kerikil Bijih nikel Di S. Larona pembangkit listrik tenaga air
pada saat ini sedang ditambang oleh PT. Inco telah dibangun oleh PT. Inco yang
di daerah Soroako. Bijih tersebut biasanya menghasilkan tenaga listrik paling besar di
terdapat dalam endapan laterit berasal dari Sulawesi.
batuan ultramalik yang melapuk. Di samping
itu bijih besi yang potensial terdapat pada D. Poso, D. Towuti dan D. Matano sangat
bagian atasnya (sebagai penudung) yang untuk dikembangkan menjadi industri
biasanya berupa daerah-daerah datar (PT pariwisata disamping untuk perikanan.
Inco, 1972, Sukamto, 1975).

Kromit dijumpai sebagai endapan primer dan


sekunder yang pertama berupa lensa, lapisan
DAFFAR PUSTAKA/REFERENCES
tipis, bentuk pod atau sebagai butiran yang
menyebar dalam batuan ultramafik dan erat
hubungannya dongan harzburgit dan dunit
yang telah terserpentinkan Ahmad, W., 1975, Geology along the Matano
(Sophaheluwakan dan Suparka, 1978). Kromit Fault Zone, East Sulawesi, Indonesia,
sekunder tipe sedimenter terdapat sebagai Proc. Regional conference on the
komponen dalam konglomerat. Endapan Geology and Mineral Resources of
tersebut terdapat di sekitar Karebe dan S. Southeast Asia, pp. 143- 150.
Larona, sebelah baratdaya Malili.

Emas tipe sedimenter (placer deposit) Bemmelen, R.W.van, 1949, The Geology of
terdapat di S. Lamasi, daerah Palopo, Indonesia, Maninus Nijh off The
diusahakan oleh penduduk dengan cara Hague.
mendulang.
Brouwer, H.A., 1974, Geological Exploration in
the Island of Celebes: Amsterdam,
Batubara dan lignit tidak banyak terdapa, Nort, Holland Pith. Co
berupa lensa-lensa dalam Formasi Toraja dan
Formasi Tomata. Djuri and Sudjatmiko, 1974, Geologic Map of
the Majene and Western part of
Batugamping pejal terdapat di bagian selatan Palopo Quadrangles, South Sulawesi :
D. Matano, sebagian sudah dimanfaatkan oleh Geol. Survey of Indonesian.
PT. Inco untuk bahan bangunan. Pualam
terdapat di daerah pegunungan Balcase. Francken, C. & Jones, D., 1971, Report on a
Photo Geological Study of South

49
Eastern Sulawesi, Prepared by of South cast Asia, Jakarta:
KLM.:Acrocanofor PT. INCO, Unpub. Indonesian Association of Geologists.

Hamilton, Warren, 19Th Preliminary Tectonic Sophaheluwakan, Jan & Suparka, 1978,
Map of the Indonesian Region: US Geologi dan Asosiasi Cebakan Kromit
Geol. Open file report. daerah Malili dan sekitarnya, Sulawesi
Selatan : Laporan Penelitian, LGPN
—--, 1973, Tectonic of the Indonesian Region LIPI.
: Proc. Regional Conference on the
Geology of Southeast Asia: Geol. Soc. Sunarya,Y., Yudawinata, K. &
Malaysia. Bull. No.6. Herman,D,Z.,1980, Penelitian
Stratigrafi dan Studi Geokimia
Hopper, R.H., 1941. A Geology Endapan Bijih Tipe Kuroko di daerah
Reconnaissance in the East Arm of Sangkaropi, Kecamatan Sesean,
Celebes and Island Peleng: Unpub. Tanah Toraja, Sulawesi Selatan : PIT
rep. May 23, 1947,: Nederlandsche
95 (AGI IX, Yogyakarta.
Pacific Petroleum Maatschappij.

Koothoven, W.C.B.,1932, The Geology of the Socria Atmadja, R., Golightly, J.P. & Wahju,
Malili Field, Central Celebes (Dutch): BK, 1972, Mafic and Ultramafic Rock
JB Mijnw.Ned.Indic. Verh.III. Association in the East Arm of
Sulawesi: Unpub. Rep. Presented at
—, 1923, Report on the Investigation of Nickel Reg. Conf on the Geol, of SE Asia,
Ore and Chromite in the Lasolo Area Kualalumpur, March 1972.
(Subscct.: Kendari) : Arsip Pus. Jaw.
Geologi No. 20/br. Tjetje Apandi, 1980, Geologic Map of Mamuju
PT International Nickel Indonesia, 1972, Quadrangle, Sulawesi, Scale
Laterite Deposits in the Southeast Arm 1:250.000: Geol. Survey of Indonesia.
of Sulawesi: Unpub. Rep. Presented at
Regional Conference on the Geology Tjia, M.D. & Zakaria, T., 1974, Palu-Koro
of Southeast Asia, Kualalumpur, Strike Slip Fault Zone, Central
March 1972. Sulawesi, Indonesia: Sains
Sarasin, F, 1901, Entwurf drier Geografische, Malaysiana.
Geologischen Beschrcibung der Inset
Celebes: Wiesbaden.
Umbgrove, J.H.F., 1935, Dc Pretertiare
Historic van de Indischen Archipel :
Simandjuntak, T.O., 1980, Wasuponda Leidsche GeoL Medal. 7.
Melange PIT lAGI VIII, Jakarta.

Leeuwen, Th.M. van, 1979, The Geology of


-------,1981, Some Sedimentological Aspects
Southeast Sulawesi with Special
of Mesozoic rocks in Eastern Sulawesi
Reference to the Biru Area: CCOP-
: PIT IAGI IX, Yogyakarta.
IOC/SEATAR, Bandung, July 1979.
Simandjuntak, T.O., 1986, Sedimentology and
Teetontcs of the Collision Complex in
the East Arm of Sulawesi, Unpub. PhD
thesis RHBNC University of London,
374 pp.

Sukamto, Rab., 1973, Reconnaissance


Geologic Map

of Palu Area, Central Sulawesi : Gcot. Survey


of Indonesia.

-------1975a, Geologic Map of Indonesia,


Sheet VIII, UjungPandang, Scale
1:1.000.000 Geol. Survey of
Indonesia.

-------,1975b, The Structure of Sulawesi in


the light of Plate Tectonics: Proc. Reg.
Conf. on the Geol. and Min. Resources

50
pada Juni-Juli 1980, tahun anggaran
Geologi Lembar Bungku, 1980/1981. Tahap pertama menyangkut
bagian barat dan tahap kedua bagian timur
Sulawesi Lembar, masing-masing dibatasi pemisah air
Geology of the Bungku Bulu Karoni (Gb. 1).

Quadrangle,Sulawesi Lembar Bungku secara geografi dibatasi oleh


121°30‘ - 123°00‘ BT, dan 2°00‘ - 3°00‘ LS,
Oleh (By): yang meliputi daerah seluas 4.500 km2.
T.O. Simandjuntak, E. Rusmana & Bagian selatan berbatasan dengan Lembar
Kendari; barat, Lembar Malili; utara, Lembar
J.B. Supandjono
Poso dan Lembar Batui; dan timur, Lembar
Kep. Sula. Peta dasar yang digunakan adalah
Geologi dipetakan pada 1980 oleh: peta topografi Lembar Bungku SA 51-10, seri
Geology mapped in 1980 by: T 503, buatan U.S. Army Map Service, dengan
T.O. Simandjuntak, E. Rusmana & sekala 1 : 250.000. Selain itu digunakan pula
J.B. Supandjono potret udara dan citraan satelit yang
melingkupi daerah ini.
Ditelaah dan disunting oleh:
Reviewed and edited by:
Laporan yang ada mengenai daerah ini
M.M. Purbo-Hadiwidjojo dan (and) berasal dan Dieckmann, (1918), yang meneliti
R. Sukamto pemineralan nikel di sekitar Teluk Tomoni
sampai Kolaka dan Kendari. PT. Inco
DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN Indonesia, sejak 1968 Selama beberapa tahun
ENERGI menyelidiki keadaan geologi daerah ini dalam
DIREKTORAT JENDERAL GEOLOGI DAN rangka pencarian bijih nikel. Sukamto
(1975a), menyusun peta geologi Lembar
SUMBERDAYA MINERAL
Ujungpandang, 1: 1.000.000, yang juga
PUSAT PENELITIAN DAN meliputi daerah Bungku.
PENGEMBANGAN GEOLOGI
Secara kepamongprajaan bagian barat
DEPARTMENT OF MINES AND ENERGY Lembar ini termasuk Kecamatan Malili,
DIRECTORATE GENERAL OF GEOLOGY Kabupaten Luwu, Propinsi Sulawesi Selatan;
AND MINERAL RESOURCES sedangkan bagian timurnya termasuk
GEOLOGICAL RESEARCH AND Kecamatan Bungku Tengah, Kabupaten Poso,
Propinsi Sulawesi Tengah.
DEVELOPMENT CENTRE
Penduduk di daerah pemetaan terdiri dari
1994 suku Pamona, Mori, Bugis dan Bajoe. Suku
Pamona umumnya menempati daerah
pebukitan. Tempat tinggal dan tanah
pertaniannya selalu berpindah-pindah tempat.
Suku ini terkenal pula senang berburu. Suku
Mori umumnya menempati daerah
pedalaman. Mereka bertani, mendamar,
PENDAHULUAN merotan serta beternak ayam, kambing dan
kerbau. Suku Pamona dan suku Mori
umumnya beragama Kristen. Suku Bugis
Pemetaan geologi dan penyelidikan mineral umumnya bertempat tinggal di daerah pantai;
Lembar Bungku merupakan tindak lanjut mereka berdagang dan mencari ikan. Suku
Proyek Pemetaan Geologi dan Interpretasi Bajoe tinggal
Foto Udara (sekarang Proyek Pemetaan
Geologi dan Geofisika), Bidang Geologi di pantai sebagai nelayan. Suku Bugis dan
Regional (sekarang Bidang Pemetaan Bajoe umumnya beragama Islam, Penduduk
Geologi), Puslitbang Geologi. Hasilnya di daerah pemetaan sangat jarang, dengan
diperlukan untuk menunjang penginventarisan kepadatan kurang dan 5 jiwa setiap km2.
sumberdaya mineral dan program
pengembangan wilayah dacrah tersebut.
Musim hujan di daerah ini berlangsung antara
Mei - Oktober, dan musim kemarau antara
Pekerjaan lapangan dilaksanakan dalam dua Nopember - April. Curah hujan rata-rata
tahap, yang pertama pada Juni-Juli 1979, sekitar 3000 mm/tahun.
tahun anggaran 1979/1980, dan yang kedua

51
Daerah pegunungan umumnya masih tertutup Wahombaja, serta daerah pebukitan selatan
hutan tropika. Daerah pebukitan membentang dan Peg. Wawoombu di barat
menggelombang banyak yang tertutup oleh sampai Peg. Lalompa di timur. Daerah
alang-alang dan semak belukar, akibat pebukitan kras ditempati oleh batuan
perladangan yang berpindah-pindah. karbonat dan Formasi-formasi Tokala, Matano
Sedangkan daerah pantai umumnya dan Salodik.
ditumbuhi oleh bakau. Ular besar dan kecil,
babi hutan, babi rusa, rusa serta anoa masih Morfologi Pegunungan, umumnya ditempati
terdapat di daerah ini. Anoa yang. hanya oleh batuan ultramafik, berketinggian lebih
terdapat di Sulawesi termasuk fauna yang dan 700 m di atas muka laut. Daerah
dilindungi. pegunungan ini menempati lebih dan separoh
daerah Lembar, yakni pegunungan sekitar
Lalulintas udara secara teratur terdapat punggungan pemisah air Bulu Karoni yang ke
antara Ujungpandang dan Soroako serta arah baratlaut-tenggara, serta punggungan
Ujungpandang dan Kendari. Selanjutnya pemisah air Wawoombu yang arahnya
dapat diteruskan dengan kendaraan darat dan baratdaya-timurlaut. Puncak-puncaknya
perahu bermotor langsung ke daerah antara lain Bulu Lampesu (1068) dan Bulu
pemetaan. Karoni (1422).

Pola aliran sungai umumnya meranting.


FISIOGRAFI Beberapa sungai memiliki pola hampir sejajar,
yaitu S. Bahudopi, S. Bahumahoni dan S.
Morfologi di daerah Lembar Bungku dapat Wosu. Sungai sungai yang terletak di sebelah
dibagi menjadi lima satuan, yakni dataran timur punggungan pemisah air Bum Karoni,
rendah, dataran menengah, pebukitan mengalir ke amh timur dan bermuara di Teluk
menggelombang, kras dan pegunungan. Tolo; yang terletak di sebelah barat
punggungan pemisah air Bulu Karoni dan
Wawoombu mengalir ke arah barat dan
Morfologi dataran randah umumnya
bermuara di Danau Towuti. Sedangkan sungai
mempunyai ketinggian antara 0 dan 50 m di
yang terletak antara punggungan pemisah air
atas muka laut. Dataran ini menempati
Wawoombu dan Bulu Karoni mengalir ke arah
daerah sepanjang pantai timur Lembar,
selatan dan bermuara di Teluk Tolo dekat
kecuali pantai dekat desa Todua, Tabo dan
Kendari di luar Lembar Bungku.
Lalompe. Batuan penyusunnya terdiri atas
endapan sungai, pantai dan rawa.

Morfologi dataran menengah menempati


daerah sekitar Desa Tokolimbu dan Tosea STRATIGRAFI
yang terletak di pantai timur Danau Towuti,
serta daerah yang terletak antara Danau Tatanan Stratigrafi
Mahalona dan Bulu Biniu. Dataran ini tersusun
oleh endapan danau, dan memiliki ketinggian Satuan batuan di Lembar Bungku dapat
sekitar 300 mdpl atas muka laut. dikelompokkan dan ditempatkan dalam dua
mendala, yaitu Mendala Banggai-Sula dan
Morfologi pebukitan menggelombang, Mendala Sulawesi Timur (Sukamto, 1975a).
berketinggian antara 100 dan 400 m di atas Mendala Banggai-Sula meliputi Formasi Tokala
muka laut. Pebukitan ini menempati daerah (TR Jt) terdiri atas batugamping klastika
antara S. Ongkaya dan S. Bulu Mbelu, sebelah dengan sisipan batupasir sela, diduga
utara Peg. Verbeek, sekitar daerah Lamona, berumur Trias - Jura Awal. Formasi Tokala
sekitar daerah Bahu Mahoni, sekitar Kampung ditindih secara selaras oleh Formasi Nanaka
Tabo serta di sekitar Bulu Talowa. Batuan (Jn) yang terdiri atas konglomerat, batupasir
penyusun pebukitan ini ialah batuan sedimen kuarsa mikaan, serpih dan lensa batubara
dan Formasi Tomata. yang diperkirakan berumur Jura Akhir.
Formasi Masiku (KJn) terdiri dari batusabak,
Morfologi kras, memiliki ketinggian antara 400 filit, batupasir, batugamping, berumur Jura
dan 800 m di atas muka laut, dicirikan oleh Akhir - Kapur Awal. Formasi Salodik (Tems)
adanya pebukitan kasar, sungai bawah tanah diendapkan pada Eosen Akhir - Miosen Awal
dan dolina. Pebukitan kras meliputi daerah S. terdiri atas kalsilutit, batugamping pasiran
Ongkaya, S. Tetambahu, dan batupasir.

antara S. Bahu Mbelu dan S, Wata, antara S. Mendala Sulawesi Timur meliputi Kompleks
Ambuno ke arah tenggara sampai sekitar G. Ultramafik (Ku) yang sampai saat ini umumya
masih dianggap yang paling tua. Batuannya

52
terdiri dari harzburgit, lherzolit, wehrlit, Batugamping klastika, berwarna kelabu muda,
websterlit, serpentinit, dunit dan gabro. kelabu sampai merah jambu, berbutir halus,
Secara tektonik Kompleks Ultramafik sangat padu, serta memiliki perlapisan yang
menindih satuan batuan yang berumur baik, dengan kekar yang diisi urat kalsit putih
Mesozoikum, baik dari Mendala Banggai-Sula kotor. Umumnya telah mengalami pelipatan
ataupun Mendala Sulawesi Timur. Formasi kuat; tidak jarang ditemukan sinklin dan
Matano (Km) terdiri atas kalsilutit hablur antiklin, serta lapisan yang hampir tegak
bersisipan napal, serpih dan rijang diduga (melebihi 80o). Setempat terdaunkan.
berumur Kapur Akhir. Formasi Matano secara
tak selaras tertindih oleh Formasi Tomata Batupasir sela, berukuran halus sampai kasar,
(Tmpt) yang terdiri dari atas batupasir, berwarna kelabu kehijauan sampai merah
lempung, tuf, dan konglomerat dengan sisipan kecoklatan terakat lempung dan oksida besi
lignit, yang diperkirakan berumur Miosen lunak, setempat padat, mengandung sedikit
Akhir - Pliosen. Di beberapa tempat terdapat kuarsa, berlapis baik.
aluvium (Qa) yang menindih secara tak
selaras Formasi Tomata. Aluvium berupa
Wake, berwarna kelabu kehijauan sampai
endapan sungai, pantai rawa dan danau,
kecoklatan, berbutir sedang sampai kasar,
terdiri dari atas kerikil, kerakal, pasir lempung
terekat lempung. Perlapisan berkisar dari
dan sisa tumbuhan. Endapan muda tersebut
tidak jelas sampai baik. Di beberapa tempat
diduga berumur Plistosen - Holosen.
tampak perlapisan bensusun; tebal lapisan
mencapai 50 cm.
Perian Satuan Peta
Serpih dan napal, berwarna kelabu sampai
ENDAPAN PERMUKAAN kekbu tua, memiliki perlapisan baik, tebal
lapisan antara 10 - 20 cm. Lempung pasiran,
Qa ALUVIUM : lumpur, lempung, pasir, berwarna kelabu sampai kecoklatan,
kerikil, dan kerakal. perlapisan baik, tebal lapisan antara 1 - 10 cm
berselingan dengan batuan yang disebutkan
Lempung, berwarna coklat muda sampai terdahulu.
coklat tua; kelabu tua sampai kehitaman
berselingan dengan pasir, kerikil dan kerakal. Argilit, menunjukkan kesan rijang, berwarna
Sebagian endapan danau agak padat. Tebal kelabu, bebepa sisipan.
lapisannya beberapa cm sampai puluhan cm. Batugamping, mengandung fosil Halobia,
Pasir, berwarna coklat, berbutir halus sampai Amonit dan belemnit yang diperkirakan
kasar, perlapisan buruk dan tidak padat. berumur Trias - Jura Awal dan lingkungan laut
Tebalnya dari beberapa cm sampai puluhan dangkal (neritik).
cm. Setempat membentuk struktur perlapisan
bersusun, mengandung sisa tumbuhan. Formasi Tokala tersingkap di bagian selatan
dan tenggara Lembar. Sedang nama formasi
Kerikil dan kerakal, bersifat lepas dan kemas berdasarkan pada tempat singkapan yang
terbuka; komponennya berukuran sampai 5 baik di G. Tokala, Lembar Batui (Surono, drr.,
cm, membulat-tanggung sampai membulat, 1984).
terdiri atas kepingan batuan ultramafik,
sedimen malih, kuarsit, batugamping Satuan batuan ini berketebalan melebihi 1000
terdaunkan dan rijang. m, secara selaras tertindih Formasi Nanaka
dan secara tektonik bersentuhan dengan
Aluvium berupa endapan sungai, rawa, danau batuan ultramafik.
dan pantai; diperkirakan berumur Plistosen -
Holosen. Sebarannya terdapat di sepanjang
tepi danau dan pantai timur Lembar Bungku. Jn FORMASI NANAKA : konglomerat,
batupasir mikaan, serpih dan lensa batubam.

Konglomerat, berkomponen batuan


BATUAN SEDIMEN gunungapi, granit merah, batuan malihan,
kuarsa, serta sedikit rijang. Komponennya
Mendala Banggai- Sula membulat tanggung sampai membulat
berdiameter sampai 10 cm terekat padu oleh
batupasir kecoklatan; berselingan dengan
TRJt FORMASI TOKALA : perselingan
batupasir dan serpih tebal lapisan dapat
batugamping klastika, batupasir sela, wake,
melebihi satu meter.
serpih, napal dan lempung pasiran dengan
sisipan argilit.

53
Batupasir mikaan, berwarna merah cm. Tebal lapisan batugamping sekitar 15 cm.
kecoklatan, berbutir halus sampai kasar, Setempat ditemukan buncak rijang.
setempat kerikilan, berlapis baik terekat
lempung dan oksida besi, padat, tebal lapisan Rijang, berwarna coklat kemerahan,
berkisar antara 3 - 30 cm. mengandung radiolaria, berupa lensa setebal
5 cm, dan berupa buncak dalam
103
batugamping, membulat-tanggung sampai
Serpih, berbutir halus, berwarna kelabu membulat; ukurun mencapai 5 cm, perlapisan
sampai kecoklatan, berlapis baik, padat, tebal cukup baik.
lapisan mencapai 5 cm.
Berdasarkan kandungan fosil Globotruncana
Batubara, berwarna kelabu tua sam-pai sp di dalam batugamping dan Radiolaria di
kehitaman, berupa sisipan atau lensa dalam dalam rijang, Formasi Masiku diduga berumur
serpih ketebalan sampai 30 cm. Jura Akhir Kapur Awal, dan lingkungan
pengendapannya laut dalam. Hubungannya
Umur satuan batuan ini diperkirakan Jura, dengan Formasi Nanaka tidak diketahui.
berdasarkan korelasi dengan batuan yang
sama di Lembar Poso. Keterdapatan batubara Sebaran satuan ini meliputi daerah hulu S.
menunjukkan bahwa lingkungan Ongkaya dan Peg. Wawoombu di bagian utara
pengendapannya darat hingga laut dangkal. dan baratdaya Lembar. Singkapan yang
baik
Formasi Nanaka menyebar di daerah selatan
Desa Sawaitole; dibatasi Sesar Matano dan terdapat dekat Kampung Masiku di Peg.
bersentuhan tektonik dengan batuan Wawoombo.
ultramafik.
Tebal satuan sekitar 500 m. Formasi Masiku
Tebal seluruh lapisan sulit ditentukan; tetapi tertindih secara selaras oleh Formasi Matano.
di P. Banggai dan Sula dapat mencapai 2000
m (Sukamto, 1975b). Tems FORMASI SALODIK : kalsilutit,
batugamping pasiran, napal, batupasir dan
rijang.
JKm FORMASI MASIKU : batusabak, serpih,
flit, batupasir, batugamping dengan buncak Kalsilutit, berwarna putih kelabu sampai
rijang. kelabu, berbutir halus, padat, perlapisan baik,
dengan tebal tiap lapisan antara 10 dan 30
Batusabak, berwarna kelabu sampai coklat cm.
kehitaman, berlapis baik, padat. Tebal tiap
lapisannya sampai 5 cm. Batugamping pasiran, berwarna kelabu
kecoklatan, berbutir halus sampai sedang;
Serpih, berwarna kelabu kehitaman, berlapis padat; berlapis baik, dengan tebal tiap lapisan
baik, padat. Tebal tiap lapisannya mencapai 5 sampai 20 cm.
cm. Setempat ditemukan lensa tipis dan
sisipan batupasir, berwarna kelabu, berbutir Napal, berwarna kuning kecoklatan; berlapis
kasar, padat. Tebal lensa sampai 0,5 cm. baik, dengan tebal tiap lapisan sampai 15 cm.

Filit, berwarna kelabu tua, berbutir halus, Batupasir, berwarna kekuningan sampai
padat, berlapis baik, perdaunan Sebagai ciri kelabu, berbutir halus, padat, di beberapa
khusus, setempat berurat kuarsa sampai 1 tempat karbonatan; ditemukan bempa sisipan
cm, yang sejajar arah perdaunan; tebal filit di dalam batugamping kalsilutit; tebal tiap
mencapai 5 cm. lapisan sampai 10 cm.

Batupasir, berwarna kelabu kecoklatan, Rijang, berwarna kecoklatan sampai


berbutir halus sampai kasar, padat, lapisan kemerahan; berupa lensa atau sisipan dalam
cukup baik, ketebalan sampai 10 cm. batugamping kalsilutit; tebal tiap lapisan
sampai 7 cm.
Batugamping, berwarna putih kotor, kelabu
muda sampai coklat kemerahan, berbutir Berdasarkan kandungan fosil Globorotalia
halus, berlapis baik. Di beberapa tempat spp., Globigerina sp., Chilogueinbelina sp.,
rekahan terisi kalsit, tebal lapisan sampai 1 Discocyclina spp., Nummulites sp., Operculina
sp., Globigerinoides altiapertura BOLLI,

54
Globigerinoides trilobus (REUSS), Koolhoven (1932) menyebutnya ―lapisan
Globigerinoides immaturus LE ROY, Matano Atas‖.
Gbobigerinoides sacculiferus (BRADY),
Globigerina Spp., Globorotalia sp., Tmpt FORMASI TOMATA : perselingan
Praeorbulina sp., Lepidocyclina sp., dan batupasir konglomerat, batulempung dan tuf
Spiroclypeus sp.; dan napal Gboboquadrina dengan sisipan lignit.
altispira (CUSHMAN & JARVIS),
Sphaeroidinellopsis seminulina (SCHWAGER),
Batupasir, berwarna kelabu kuning
Gbobigerinoides immaturus LE ROY,
kecoklatan, kelabu sampai coklat, berbutir
Globigerinoides altiaperturus BOLLI,
halus sampai kasar kerikilan, berlapis baik, di
Globigerinoides trilobus REUSS), Globigerina
beberapa tempat terdapat lapisan bersusun
binaensis KOCH, Gbobigerina sp. dan
tebal lapisan mencapai 30 cm, kurang padat
Globigerinita sp. (Budiman, 1980; hubungan
sampai padat, komponen kepingan batuan,
tertulis), di dalam batugamping kalsilutit,
kuarsa dan mineral hitam; setempat
Formasi Salodik diduga berumur Eosen Akhir -
gampingan. Juga ditemukan batupasir hijau
Miosen Awal; lingkungan pengendapannya
berbutir kasar, hampir seluruhnya terdiri dari
diperkirakan laut dangkal dan terbuka.
batuan ultramafik.

Sebaran satuanbatuan ini terdapat di sebelah


Konglomerat, berkomponen sampai 10 cm,
timur Peg. Wawoombu, di bagian selatan
sesekali 30 cm; membulat- tanggung sampai
Lembar. Tebalnya sekitar 250 m.
membulat; terekat padu oleh batupasir kasar
berwarna kecoklatan; setempat gampingan;
komponen berupa batuan ultramafik,
Mendala Sulawesi Timur batugamping terdaunkan, kuarsit, dan rijang.
Pilahan dan kemas umumnya kurang baik.
Km FORMASI MATANO : kalsilutit, napal, Tebal lapisan minimum 40 cm; ditemukan
serpih dan rijang. perlapisan bersusun.

Kalsilutit, berbutir halus, berwarna kelabu, Batulempung, bewarna kelabu, kecoklatan


padat dan keras, lapisannya sampai coklat kemerahan; setempat bersifat
gampingan; mengandung fosil moluska.
baik, tebal lapisan berkisar antara 10 - 15 cm. Setempat ada jejak daun, sering ada
kongkresi oksida besi, berukuran mencapai 10
cm, atau berupa sisipan setebal 3 cm.
Napal, berwarna, kelabu, berlapis baik, padat
Perlapisan kurang baik sampai cukup baik,
dan keras. Tebal masing-masing lapisan
umumnya kurang padu, kecuali di beberapa
mencapai 15 cm. Setempat sisipan rijang
tempat. Tebal tiap lapisan sampai 400 cm.
setebal 10 cm.

Serpih, benvama kelabu, berlapis baik, padat. Tuf, berbutir halus sampai sedang, berwarna
Tebal tiap lapisannya sampai kelabu muda sampai kelabu tua, kurang padu
sampai padu, perlapisan cukup baik, dengan
5 cm.
tebal masing-masing lapisan sampai 15 cm.
Rijang, berupa sisipan dalam batugamping
dan napal. Tebal sisipan sampai 10 cm, Lignit, berwarna kelabu kehitaman; kurang
berwarna merah sampai coklat kemerahan. padat; berupa sisipan dalam batulempung
dengan tebal sampai 200 cm.
Berdasarkan kandungan fosil Heterohelix sp.,
dalam batugamping, dan Radiolaria dalam Batupasir halus mengandung fosil: Bolivia sp.,
rijang, Formasi Matano diduga berumur Kapur Pullenia sp., Robulus sp., Globigerinoides
Akhir (Budiman, 1980, hubungan tertulis); trilobus (REUSS), Globigerinoides immaturus
berlingkungan pengendapan laut dalam. LB ROY, Globigerinoides ruber (D ‗ORB IGNY),
Globigerinoides obliquus BOLLI, Globorotalia
menardil (D‘ORBIGNY), Globorotalia
Sebaran satuan meliputi daerah antara hulu
acostaensis BLOW, Globoquadrina altispira
S. Ongkaya dan Peg. Verbeek, Peg.
(CUSHMAN & JARVI S), Sphaeroidinella
Wawoombu dan Bulu Warungkelewatu, di
seminulina SCHWAGER, Globorotalia
bagian utara dan selatan Lembar. Tebalnya
plesiotumida BLOW & BANNER, dan
sekitar 550 m. Formasi Matano tertindih
Hastigerma aequilaterabis (BRADY);
secara selaras oleh Formasi Salodik. Di
menunjukkan umur Miosen Awal hingga
beberapa tempat persentuhan tektonik
Pliosen; lingkungan pengendapannya laut
dengan batuan ultramafik; hubungan dengan
dangkal, setempat payau.
batuan sedimen yang lebih tua tidak jelas.

55
Satuan ini di bagian atas lebih dikuasai oleh Websterit, berwarna hijau kehitaman, padat
batuan klastika kasar, di bagian bawah dan pejal. Terutama tersusun oleh mineral
dikuasai oleh klastika halus. Sebarannya olivin dan piroksen klino, berukuran halus
meliputi daerah selatan Desa Tanoa, Bahu sampai sedang, serta hampir seluruh
Mbelu dan dekat Desa Sawogi, Lamona, Bahu kristalnya berbentuk anhedron. Serpentin
Mahoni, sepanjang S. Bahodopi, dan daerah hasil ubahan olivin dan piroksen terutama
sebelah barat Bulu Warungkelewatu. Tebal mengisi rekahan kristal tembah, dan
satuan sekitar 1000 m. Ciri litologi satuan membentuk struktur jala. Batuan mengalami
sama dengan Molasa Sulawesi Sarasin dan penggerusan, hingga setempat terdapat
Sarasin (1901). Nama Formasi Tomata pemilonitan dalam ukuran sangat halus dan
berasal dari Desa Tomata (Lembar Malili) memperlihatkan struktur kataklastik. Klorit,
tempat diketemukannya singkapan yang baik. zoisit dan mineral gelap, terdapat terutama
pada lajur milonit, kecuali itu mineral ini
terdapat pula di seluruh bagian batuan.
BATUAN BEKU
Serpentinit, berwarna kelabu tua sampai hijau
kehitaman, pejal dan padat. Mineral
Ku KOMPLEKS ULTRAMAFIK : harzburgit, penyusunnya terdiri dari antigont, lempung
lherzolit, wehrlit, websterit, serpentinit, dunit, dan magnetit, berbutir halus, dengan retakan
diabas dan gabro. tidak teratur, yang umumnya terisi magnetit
hitam kedap. Mineral lempung berwarna
kelabu, sangat halus, berkelompok pada
Harzburgit, berwana hijau sampai kehitaman,
beberapa tempat. Batuan ini umumnya
padat dan pejal setempat ada perhaluan
memperlihatkan struktur kekar dan cermin
mineral; tersusun dan mineral halus sampai
sesar (slickenside) yang dapat dilihat dengan
kasar, terdiri atas olivin (sekitar 55%), dan
mata telanjang.
piroksen (sekitar 35%), serta mineral
serpentin sebagai hasil ubahan piroksen dan
olivin (sekitar 10%). Setempat dijumpai Diabas, berwarna kelabu, kelabu kehijauan
blastomilonit dan porfiroblas dengan megakris sampai hitam kehijauan, padat dan pejal,
piroksen yang tumbuh dengan massadasar berbutir halus sampai sedang, setempat
minolit. hablur penuh. Mineral penyusunnya terdiri
atas plagioklas, ortoklas, piroksen dan bijih,
Lherzolit, berwarna hijau kehitaman, pejal dan jenis plagioklasnya labradorit. Di beberapa
padat, berbutir sedang sampai kasar tempat batuan terubah kuat.
hipidiomorf. Di beberapa tempat terdapat
tekstur ofit dan poikilitik. Batuan terutama Dunit, berbutir halus sampai kasar, berwarna
terdiri dari mosaik olivin dan piroksen-klino kehijauan, kelabu kehijauan sampai
atau piroksenorto; yakut dan epidot kehitaman, pejal dan padat. Setempat tampak
merupakan mineral ikutan. porfiroblastik. Susunan mineral terdiri atas
olivin (sekitar 90%), piroksen, plagiokias, dan
bijih; mineral ubahan terdiri dari serpentin,
Nampaknya batuan ini telah mengalami gejala
talkum, dan klorit, masing-masing hasil
penggerusan yang dicirikan oleh
ubahan olivin dan piroksen. Di beberapa
pelengkungan pada kembaran polisintesis dan
tempat batuan terubah kuat; memperlihatkan
pada mineral piroksen.
struktur sarang, bank-bank, bentuk sisa, dan
bentuk semu dengan
Werhlit berwarna kehitaman, pejal dan padat,
berbutir halus sampai kasar, alotriomoif.
serpentin dan talkum sebagai mineral
Batuan terutama terdiri atas olivin, dan
pengganti.
kadang-kadang piroksen klino. Mineral olivin,
dan piroksen hampir seluruhnya
memperlihatkan retakan dalam jalur Gabro, berbintik hitam, berbutir Sedang
memanjang yang umumnya terisi serpentin sampai kasar, padat dan pejal. Mineral
dan talkum, strukturnya menyerupai jala. penyusunnya terdiri atas plagioklas, dan olivin
Gejala deformasi telah terjadi dalam batuan jenis plagioklas yakni labradorit-bitaonit.
ini dengan diperlihatkannya penyimpangan Sebagian olivin terubah jadi antigorit, dan
dan pelengkungan kembaran yang dijumpai bijih, plagioklas jadi serisit. Batuan ini
pada mineral piroksen klino. Setempat ditemukan berupa retas menerobos batuan
mineral olivin selain terubah jadi ulatramafik.
serpentin dan talkum, juga jadi igningsit
coklat kemerahan. STRUKTUR DAN TEKTONIKA

56
Struktur utama di daerah ini berupa sesar dan Formasi Tokala yang berlangsung sampai Jura
lipatan. Sesar meliputi sesar turun, sesar Awal.
geser, sesar naik dan sesar sungkup.
Penyesaran diduga berlangsung sejak Kemudian pada Jura Akhir menyusul
Mesozoikum. Sesar Matano merupakan sesar pengendapan Formasi Nanaka secara selaras
utama dengan arah baratlaut-tenggara. Sesar di atasnya. Pada Eosen Akhir-Miosen Awal,
ini menunjukkan gerakan mengiri, diduga Formasi Salodik diendapkan secara tidak
bersambung dengan Sesar Sorong. Keduanya selaras di atasnya; lingkungannya laut
merupakan satu sistem sesar jurus yang dangkal sampai darat. Ketiga satuan ini
mungkin telah terbentuk sejak Oligosen. terbentuk di tepian benua yang saat ini
Kelanjutannya diperkirakan pada Sesar Palu- berupa Mendala Banggai - Sula.
Koro yang juga menunjukkan gerakan mengiri
(di luar Lembar Bungku; diperkirakan masih
Di bagian lain, dalam cekungan laut-dalam di
aktif).
barat Banggai-Sula, pada Zaman Jura
terendapkan bahan pelagos Formasi Masiku.
Sesar yang lain di daerah ini lebih kecil dan Pengendapan ini terus berlangsung hingga
merupakan sesar tingkat kedua atau mungkin awal Zaman Kapur. Formasi Matano secara
tingkat ketiga. selaras terendapkan di atas Formasi Masiku.
Kedua satuan ini terendapkan di laut dalam.
Lipatan yang terdapat di Lembar ini tergolong
lipatan terbuka, tertutup, dan pergentengan. Pada Zaman Paleogen Akhir pengendapan
batuan karbonat Formasi Salodik berlangsung
1. Lipatan terbuka berupa lipatan lemah yang dalam busur luar yang semakin mendangkal.
mengakibatkan kemiringan lapisan tidak Proses ini berlangsung sampai awal Kala
melebihi 35°. Lipatan ini terdapat dalam Miosen.
batuan yang berumur Miosen hingga
Plistosen. Biasanya sumbu lipatannya Pada Kala Oligosen, Sesar Sorong yang
menggelombang dan berarah barat-timur menerus ke Sesar Matano dan Palu-Koro
sampai baratlaut-tenggara. mulai aktif dalam bentuk sesarjurus
mendatar, sehingga benua mini Banggai-Sula
2. Lipatan tertutup berupa lipatan sedang bergerak ke arah barat dan memisahkan diri
sampai kuat yang mengakibatkan dan Benua Australia.
kemiringan lapisan dan 50° sampai tegak.
Setempat, lapisan itu hingga terbalik. Pada Kala Miosen Tengah, bagian timur kerak
Lipatan ini terdapat dalam batuan samudra di Mendala Sulawesi Timur
sedimen Mesozoikum, dengan sumbu menumpang tindih (obducted) benua mini
lipatan yang umunmya berarah baratlaut- Banggai - Sula yang bergerak ke arah barat
tenggara. Diduga, lipatan ini terbentuk lajur penunjaman dan busur luar
pada Oligosen atau lebih tua. tersungkupkan (overthrusted) di atas
rumpang parit busur gunungapi, yang
3. Lipatan pergentengan (superimposed mengakibatkan ketiga mendala geologi
fold) terdapat dalam satuan batuan tersebut saling berdempetan.
Mesozoikum, pada Mendala Sulawesi
Timur dan Mendala Banggai-Sula. Sumbu Pada akhir Miosen hingga Pliosen batuan
lipatannya berarah baratlaut-tenggara. klastika halus sampai kasar dan bagian bawah
Formasi Tomata mulai terendapkan dalam
Kekar terdapat dalam hampir semua satuan lingkungan laut-dangkal dan terbuka.
batuan, tetapi terutama dalam batuan beku
dan batuan sedimen Mesozoikum. Terjadinya
Pada Kala Pliosen keseluruhan daerah
mungkin dalam beberapa perioda,
mengalami orogenesa yang dibarengi oleh
sejalan
lipatan dan sesar bongkah, mengakibatkan
terbentuknya cekungan kecil dan dangkal.
dengan perkembangan tektonik di daerah ini. Batuan klastika kasar dan bagian atas Formasi
Tomata terendapkan di dalamnya, kemudian
Sejarah pengendapan batuan sedimen dan seluruh daerah terangkat.
perkembangan tektonik di Lembar Bungku
diduga sangat erat hubungannya dengan Pada bagian tertentu, endapan aluvium,
perkembangan Mendala Banggai-Sula yang danau, sungai dan pantai berlangsung terus
sudah terkratonkan pada akhir Paleozoikum. hingga sekarang.
Pada Zaman Trias, terjadi pengendapan
SUMBERDAYA MINERAL

57
Bahan galian yang ditemukan di daerah ACUAN
Bungku di antaranya nikel, bijih besi, pasir
besi, minyak bumi, batugamping, batuan
beku, pasir dan kerikil.
Dieckmann, W., 1918, Over het
Bijih nikel sudah dieksplorasi oleh PT. Inco verbeekgebergte in Celebes en
tetapi tidak dilanjutkan karena secara deszelps Ertsafzettingen.
ekonomi tidak menguntungkan. Bijih tersebut
biasanya terdapat dalam endapan laterit
Koolhoven, W.B.C., 1923, Report on the
berasal dan batuan ultramafik yang melapuk.
investigation of nickel ore and
Bijih nikel ini biasanya berasosiasi dengan
chromite in the Lasolo area
bijih besi, yang merupakan lapisan penutup
(subsection : Kendari), Arsip
endapan laterit yang biasanya berupa daerah
Pusat Jawatan Geologi, No. 20/br.
datar (PT. Inco, 1972; Sukamto, 1 975b).

--------, 1932, The geology of the Malili field,


Pasir besi berupa endapan pantai setebal 1 - 2
Centrul Celebes (Dutch), Jb.
m, ditemukan disepanjang pantai mulai dan
Mijnw. Ned. Indie. Verh. III.
Wata sampai Wosu, di bagian timurlaut
Lembar. Endapan tersebut pernah diteliti oleh
PT. Indochrom pada tahun 1978/1979, tetapi PT. International Nickel Indonesia, 1972,
tidak dilanjutkan, mungkin secara ekonomi Laterite deposits in the Southeast
kurang menguntungkan. arm, Sulawesi unpubl. report
presented at Regional Conference
on the Geology of Southeast Asia,
Rembesan minyak bumi merupakan petunjuk
Kuala Lumpur, March, 1972.
adanya sumber minyak bumi, yang banyak
dijumpai terutama di sepanjang S. Wosu, di
bagian timurlaut Lembar; diduga berasal dari Sarasin, F. & P. Sarasin, 1901,
satuan batuan sedimen Mendala Banggai- Enwurfeinergeografische,
Sula. Dengan diketemukannya rembesan geologischen beschreib ung der
minyak bumi tersebut, diperkirakan daerah Insel Celebes: Wiesbaden.
Bungku memiliki potensi penting di masa
mendatang. Sukamto, R., 1975a, Geologic Map of
Indonesia, sheet VIII,
Batugamping bersifat pejal, terdapat di Ujungpandang, scale 1 1.000.000,
beberapa tempat seperti di Peg. Wawoombu, Geol. Survey of Indonesia.
dan sekitar Kampung Kuluri di bagian selatan
dan tenggara Lembar. Penduduk setempat --------1975b, The structure of Sulawesi in
telah memanfaatkan sebagai bahan pengeras light of plate tectonics, Proc. Reg.
jalan dan secara kecil-kecilan sebagai bahan conf on the Geol. and Min. Res. of
bangunan, Singkapan batuan cukup luas dan Southeast Asia, Jakarta 4 - 7
tebal, diduga memiliki mutu yang baik, August, 1975 : Indonesian
sehingga sebagai bahan bangunan Association of Geologists.
batugamping ini memiliki prospek cukup baik.
Surono, R.L. Situmorang & T.O.
Batuan beku terdiri atas batuan ultramafik, Simandjuntak, 1984, Laporun
gabro dan diorit; terdapat di sekitar D. Towuti Geologi Lembar Batui, Sulawesi,
dan bagian tengah Lembar. Batuan ini bersifat Laporan terbuka, Puslitbang
pejal dan padat, sehingga dapat digunakan Geologi.
sebagai bahan pengeras jalan dan balian
bangunan.

Pasir dan kerikil merupakan bahan baku untuk


pembuatan jalan dan bahan bangunan. Di
daerah ini ditemukan sebagai endapan pantai
yang terletak antara Tanjung Lingkobu dan
Tanjung Lalompa; dan dalam satuan batuan
dan Formasi Tomata, di sekitar Bulu Talowa,
hulu S. Ongkaya dan S. Bahu Mbelu, di bagian
tenggara dan utara Lembar.

58

Anda mungkin juga menyukai