Anda di halaman 1dari 12

MIMBAR PENDIDIKAN: Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan,

Volume 4(1), Maret 2019

ENDANG KOMARA

Kompetensi Profesional Pegawai ASN


(Aparatur Sipil Negara) di Indonesia
ABSTRAKSI: Kompetensi pegawai dapat dipahami sebagai sebuah kombinasi antara keterampilan, atribut
personal, dan pengetahuan yang tercermin melalui perilaku kinerja yang dapat diamati, diukur, dan dievaluasi.
Dengan menggunakan metode kualitatif, analisis deskriptif, dan studi kepustakaan, artikel ini membahas
tentang kompetensi profesional pegawai ASN (Aparatur Sipil Negara) di Indonesia. Hasil kajian menunjukan
bahwa kompetensi dapat dibedakan menjadi dua tipe. Pertama, kompetensi “lembut”, atau jenis kompetensi
yang berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengelola proses pekerjaan, hubungan antar manusia, serta
membangun interaksi dengan orang lain. Contoh kompetensi “lembut” bagi para pegawai ASN adalah
kepemimpinan, komunikasi, hubungan antarpribadi, dan lain-lain. Kedua, kompetensi “keras”, atau jenis
kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan fungsional dan teknis suatu pekerjaan. Dengan kata lain,
kompetensi pegawai ASN di sini berkenaan dengan seluk-beluk teknis yang berkaitan dengan pekerjaan yang
ditekuni. Contoh kompetensi “keras” adalah teknik kelistrikan, riset pemasaran, analisis finansial, perencanaan
tenaga kerja, dan lain-lain. Pelayanan publik di Indonesia hendaknya mendorong adanya budaya kerja
yang positif, membangun komunikasi yang respektif, meningkatkan kedisiplinan pegawai, menegakan aturan
organisasi, serta menerapkan ganjaran dan hukuman sebagai bentuk motivasi kerja bagi pegawai.
KATA KUNCI: Kompetensi Profesional; Pegawai; Aparatur Sipil Negara di Indonesia.

ABSTRACT: “Professional Competencies of State Civil Apparatus’ Employee in Indonesia”. Competencies


employee can be understood as a combination of skills, personal attributes, and knowledge that is reflected
through performance behavior that can be observed, measured, and evaluated. By using qualitative methods,
descriptive analysis, and library studies, this article discusses the professional competence of State Civil
Apparatus’ employees in Indonesia. The results of the study show that competencies can be divided into two
types. Firstly, soft competencies, or types of competencies that are closely related to the ability to manage work
processes, human relations, and build interactions with others. Examples of soft competencies for State Civil
Apparatus’ employees are leadership, communication, interpersonal relations, and others. Secondly, hard
competency, or type of competency related to functional and technical abilities of a job. In other words, the
competence of State Civil Apparatus’ employees here concerns to the technical intricacies related to the work
being undertaken. Examples of hard competency are electrical engineering, marketing research, financial
analysis, manpower planning, and others. Public services in Indonesia should encourage a positive work
culture, build respectful communication, improve employee discipline, enforce organizational rules, and apply
rewards and punishments as a form of employee motivation.
KEY WORD: Professional Competences; Employee; State Civil Apparatus in Indonesia.

About the Author: Prof. Dr. Endang Komara adalah Guru Besar Sosiologi Pendidikan di STKIP (Sekolah Tinggi Keguruan
dan Ilmu Pendidikan) Pasundan, Jalan Permana No.32-B Cimahi, Jawa Barat, Indonesia. Untuk kepentingan akademik, penulis
bisa dihubungi dengan alamat emel: endang_komara@yahoo.co.id
Suggested Citation: Komara, Endang. (2019). “Kompetensi Profesional Pegawai ASN (Aparatur Sipil Negara) di
Indonesia” in MIMBAR PENDIDIKAN: Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan, Volume 4(1), Maret, pp.73-84. Bandung,
Indonesia: UPI [Indonesia University of Education] Press, ISSN 2527-3868 (print) and 2503-457X (online).
Article Timeline: Accepted (December 14, 2018); Revised (January 15, 2019); and Published (March 30, 2019).

© 2019 by UPI (Indonesia University of Education) Press in Bandung, West Java, Indonesia 73
ISSN 2527-3868 (print), 2503-457X (online), and http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbardik
ENDANG KOMARA,
Kompetensi Profesional Pegawai ASN

PENDAHULUAN kompeten dalam bidangnya. Dengan kata


ASN (Aparatur Sipil Negara) adalah lain, pegawai ASN dalam menjalankan
profesi bagi PNS (Pegawai Negeri Sipil) tugas tentunya harus berdasarkan pada
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian profesionalisme dan kompetensi, sesuai
kerja, yang mengabdi pada instansi kualifikasi bidang ilmu yang dimilikinya
pemerintah. Pegawai ASN terdiri dari PNS (Ryngaert & Wouters, 2005; Dwiyanto,
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian 2006; dan Komara, 2018).
kerja, yang diangkat oleh pejabat pembina Data BKN (Badan Kepegawaian Negara)
kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu menunjukan bahwa saat ini terdapat hampir
jabatan pemerintahan, atau diserahi tugas 4 juta lebih pegawai ASN di Indonesia.
negara lainnya, dan digaji berdasarkan Kritik tentang rendahnya mutu pelayanan
peraturan perundang-undangan. Pegawai pegawai ASN selalu dikaitkan dengan
ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan profesionalisme semata. Padahal, tidak
publik; pelayanan publik; serta perekat dan memadainya kualitas kerja pegawai ASN
pemersatu bangsa (Prasojo & Rudita, 2014; juga merupakan akibat tidak berimbangnya
dan Faedlulloh, 2015).1 rasio antara jumlah pegawai ASN dengan
Sedangkan pegawai ASN bertugas: para stakeholders-nya, di samping
melaksanakan kebijakan publik yang dibuat rendahnya kompetensi para pegawai ASN
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian, sesuai yang bersangkutan (Paath, 2018; dan
dengan ketentuan peraturan perundang- Komara, 2018).2
undangan; memberikan pelayanan publik Menurut R. Palan (2007), dan sarjana
yang profesional dan berkualitas; serta lainnya, bahwa competency (kompetensi)
mempererat persatuan dan kesatuan NKRI merupakan deskripsi mengenai perilaku,
(Negara Kesatuan Republik Indonesia). sementara competence (kecakapan) sebagai
Pegawai ASN juga berperan sebagai deskripsi tugas atau hasil pekerjaan. Dengan
perencana, pelaksana, dan pengawas demikian, kompetensi merujuk kepada
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan karakteristik yang mendasari perilaku
dan pembangunan nasional melalui yang menggambarkan motif, karakteristik
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik pribadi (ciri khas), konsep diri, nilai-nilai,
yang profesional, bebas dari intervensi pengetahuan atau keahlian, yang dibawa
politik, serta bersih dari praktek korupsi, seseorang yang berkinerja unggul atau
kolusi, dan nepotisme (Prasojo & Rudita, supperior performer (Palan, 2007; Carter,
2014; Komara, 2018; dan Nasty, 2018). 2011; dan Kartika & Sugiarto, 2014).
Berkenaan dengan hal tersebut, dalam Kompetensi terdiri dari beberapa jenis
rangka mewujudkan sistem pemerintahan karakteristik yang berbeda dan mendorong
yang bersih dan berwibawa (good perilaku. Fondasi karakteristik ini terbukti
governance), serta mewujudkan pelayanan dalam cara seseorang berperilaku di tempat
publik yang baik, efisien, efektif, dan kerja. Kompetensi adalah mengenai orang,
berkualitas, tentunya perlu didukung oleh seperti apa dan bagaimana yang dapat
adanya pegawai ASN yang profesional, mereka lakukan, bukan apa yang mungkin
bertanggung jawab, adil, jujur, dan mereka lakukan. Selanjutnya, ditegaskan
bahwa inti manajemen kepegawaian
Lihat juga, misalnya, “Undang-Undang Republik
1 lebih berorientasi pada profesionalisme
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara” dalam www.hukumonline.com. Tersedia secara 2
Lihat “Renstra BKN Tahun 2015-2019”. Tersedia
online juga di: http://www.sdm.depkeu.go.id/peraturan/doc/ secara online di: http://www.bkn.go.id/wp-content/
UU_NO_5_2014.PDF [diakses di Bandung, Jawa Barat, uploads/2016/12/BAB-I.pdf [diakses di Bandung, Jawa
Indonesia: 3 November 2018]. Barat, Indonesia: 10 Januari 2019].

74 © 2019 by UPI (Indonesia University of Education) Press in Bandung, West Java, Indonesia
ISSN 2527-3868 (print), 2503-457X (online), and http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbardik
MIMBAR PENDIDIKAN: Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan,
Volume 4(1), Maret 2019

pegawai ASN, yang bertugas memberikan objektif, pandai berkomunikasi, selalu siap,
pelayanan kepada masyarakat secara dan berlatih (Rosyadi, 2014; Nurhajati &
jujur, berkompetensi, adil, dan merata Bachri, 2017; dan Komara, 2018).
dalam penyelenggaraan tugas negara, Dengan peningkatan kinerja dan kualitas
pemerintahan, dan pembangunan (Suhaji, pelayanan publik yang profesional, maka
2010; Kartika & Sugiarto, 2014; dan kepada pegawai ASN perlu dilakukan
Komara, 2018). optimalisasi, antara lain, pertama,
Dengan demikian, maka pegawai ASN peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan
dituntut tidak partisipan dan harus netral; melalui promosi untuk mengikuti beasiswa
keluar dari semua pengaruh golongan dan kedinasan, melaksanakan bimbingan teknis
partai politik; serta tidak diskriminatif dalam yang dapat menunjang kinerja profesi,
memberikan pelayanan kepada masyarakat. serta mengikutsertakan berbagai diklat
Untuk bisa melaksanakan tugas pelayanan (pendidikan dan latihan) atau lokakarya.
dengan persyaratan yang demikian, Kedua, penyelenggaraan pelayanan prima
maka pegawai ASN dituntut memiliki sebagai salah satu instansi yang berfungsi
profesionalisme yang ditunjang dengan sebagai pelayanan publik, sudah seharusnya
kemampuan, pengetahuan, keterampilan, terjadi peningkatan kepuasan masyarakat
wawasan global, serta memiliki kompetensi selaku pelanggan terhadap pelayanan yang
yang tinggi (Denhardt & Denhardt, 2003; diberikan, menetapkan standarisasi yang
Fitria, 2014; dan Komara, 2018). tinggi, serta komitmen didalam diri pegawai
Permasalahannya adalah pegawai ASN untuk memberikan pelayanan terbaik,
ASN yang profesional dan memiliki yang menjadi faktor kunci dalam pelayanan
kompetensi tinggi, seperti diamanatkan prima. Ketiga, peningkatan kultur budaya
oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun kerja organisasi publik (Rewansyah, 2010;
2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan Sancoko, 2010; dan Komara, 2018).
dinginkan oleh semua pihak, hingga saat Salah satu faktor penunjang dalam
ini masih merupakan impian daripada peningkatan kinerja dan profesionalisme
kenyataan. Sebenarnya, jumlah pegawai pegawai ASN dalam pelayanan publik
ASN di Indonesia tersebut masih relatif kecil adalah iklim kerja yang sehat dan dinamis.
bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Hal ini perlu didorong agar budaya
Indonesia sekitar 265 juta. Ditegaskan pula organisasi yang terbangun adalah budaya
bahwa pegawai ASN di Indonesia hanya 1.7% kerja yang positif, membangun komunikasi
dari total jumlah penduduk Indonesia (Hayat, yang respektif, meningkatkan kedisiplinan
2014; Chrisnandi, 2016; dan Paath, 2018). pegawai, menegakkan aturan organisasi,
Secara spesifik dijelaskan bahwa serta menerapkan reward and punishment
kualifikasi pegawai ASN dapat ditinjau sebagai bentuk peningkatan motivasi kerja
dari tiga unsur. Pertama, keahlian, yang (Sancoko, 2010; Sartika et al., 2016; dan
dimaksud bahwa setiap pegawai ASN harus Mustafid, 2017).
memiliki pengalaman yang sesuai dengan Artikel ini, dengan menggunakan metode
tugas dan fungsinya; memiliki pengetahuan kualitatif, penjelasan yang analitis dan
yang sesuai dengan tugas dan fungsinya; deskriptif, serta kajian pustaka (cf Soemitro,
memiliki wawasan yang luas; dan beretika. 1994; Sutopo, 1998; Ibrahim, 2008; Zed,
Kedua, kemampuan teknis, yaitu pegawai 2008; Khatibah, 2011; dan Marzuki,
ASN harus memahami tugas-tugas di 2016) mengkaji tentang pegawai ASN
bidangnya. Ketiga, sifat-sifat personal di Indonesia, dengan membahas tentang:
yang baik, yakni harus memiliki disiplin (1) Kompetensi Pegawai ASN; dan (2)
yang tinggi, jujur, menaruh minat, terbuka, Profesionalisme Pegawai ASN.

© 2019 by UPI (Indonesia University of Education) Press in Bandung, West Java, Indonesia 75
ISSN 2527-3868 (print), 2503-457X (online), and http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbardik
ENDANG KOMARA,
Kompetensi Profesional Pegawai ASN

HASIL DAN PEMBAHASAN atau pegawai ASN yang profesional


Kompetensi Pegawai ASN (Aparatur dan berkompetensi tinggi, diantaranya
Sipil Negara). Dalam Undang-Undang ditunjukkan dengan pentingnya pembinaan
Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok- karier pagawai ASN, yang dilaksanakan atas
pokok Kepegawaian, Bab I, butir 8 dasar perpaduan antara sistem prestasi kerja
disebutkan secara jelas bahwa manajemen dan karier. Untuk itu, maka pengembangan
PNS (Pegawai Negeri Sipil), atau sekarang pegawai ASN berbasis kompetensi
disebut pegawai ASN, adalah keseluruhan merupakan suatu keharusan, agar organisasi
upaya untuk meningkatkan efisiensi, (birokrasi) dapat mewujudkan kinerja lebih
efektivitas, dan derajat profesionalisme baik dan memberikan pelayanan publik yang
penyelenggaraan tugas, fungsi, dan prima (Soetrisno, 2003; Nurprojo, 2014; dan
kewajiban kepegawaian, yang meliputi Komara, 2018).
perencanaan, pengadaan, pengembangan Menurut “Kamus Kompetensi” dari
kualitas, penempatan, promosi, penggajian, LoMA (Letter of Map Amendment),
kesejahteraan, dan pemberhentian (Hartini et pada tahun 1998, yang dimaksud dengan
al., 2008; Rosyadi, 2014; dan Basri, 2018).3 kompetensi itu bisa didefinisikan sebagai
Hasil penelitian dari PERC (Political and aspek pribadi dan seorang karyawan,
Economic Risk Consultancy), pada tahun yang memungkinkan dia untuk mencapai
1999, menyimpulkan bahwa Indonesia kinerja yang superior (cf LoMA, 1998;
menjadi salah satu negara terburuk Mangundjaya, Aprilianti & Poerwadi, 2009;
dalam bidang birokrasi di dunia, dengan dan Utomo, Suryanto & Suaedi, 2015).
memperoleh skor 8.0 dari kisaran skor untuk Aspek-aspek pribadi ini termasuk sifat,
yang terbaik; dan 10 untuk yang terburuk motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan,
(Puji, 2010; dan Baderi, 2018).4 dan keterampilan kompetensi yang akan
Rendahnya kinerja birokrasi, atau mengarahkan tingkah-laku; sedangkan
pegawai ASN, mengakibatkan rendahnya tingkah-laku akan menghasilkan kinerja
kualitas pelayanan publik, bahkan (Prawirosentono, 1999; Lasmahadi, 2000;
mengakibatkan pengguna jasa harus Umar, 2003; Mangundjaya, Aprilianti &
membayar biaya yang mahal atau high cost Poerwadi, 2009; dan Utomo, Suryanto &
economny. Gambaran buruknya birokrasi, Suaedi, 2015).
atau kinerja pegawai ASN yang rendah, Berdasarkan definisi tersebut, maka
disebabkan oleh kurangnya atau bahkan dapat disimpulkan bahwa tidak semua
tidak kompetensinya sebagian pejabat aspek pribadi dari seseorang pegawai ASN
struktural dan staf di lingkungan aparatur itu merupakan kompetensi. Hanya aspek-
negara tersebut. Untuk mewujudkan aspek pribadi yang mendorong diri pegawai
SDM (Sumber Daya Manusia) aparatur ASN untuk mencapai kinerja tinggi, yang
merupakan pencerminan kompetensi
3
Lihat juga, misalnya, “Undang-Undang Republik yang dimilikinya. Selain itu, juga dapat
Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas disimpulkan bahwa kompetensi akan selalu
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian”. Tersedia secara online di: https://
terkait dengan kinerja, sehingga kompetensi
pih.kemlu.go.id/files/UU_Pokok-pokok%20Kepegawaian- pegawai ASN tersebut adalah kemampuan
Perubahan_No.43%20Th.1999.pdf [diakses di Bandung, dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang
Jawa Barat, Indonesia: 3 November 2018].
4
Lihat juga “Survey PERC Jadi Cermin Perbaikan
pegawai ASN berupa pengetahuan, keahlian,
Birokrasi di Indonesia” dalam Detik News, pada 7 Juni dan sikap perilaku, yang diperlukan dalam
2010. Tersedia secara online juga di: https://news.detik. pelaksanaan tugas jabatannya (Suprapto,
com/berita/d-1373180/survei-perc-jadi-cermin-perbaikan-
birokrasi-di-indonesia- [diakses di Bandung, Jawa Barat,
2002; Utomo, Suryanto & Suaedi, 2015; dan
Indonesia: 3 November 2018]. Komara, 2018).

76 © 2019 by UPI (Indonesia University of Education) Press in Bandung, West Java, Indonesia
ISSN 2527-3868 (print), 2503-457X (online), and http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbardik
MIMBAR PENDIDIKAN: Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan,
Volume 4(1), Maret 2019

Selanjutnya, menurut M.L. Spencer (skill), atribut personal, dan pengetahuan


& M.S. Spencer (1993) dan sarjana (knowledge) yang tercermin melalui
lainnya, kompetensi dapat dibagi atas dua perilaku kinerja (job behavior) yang dapat
kategori, yaitu threshold competencies dan diamati, diukur, dan dievaluasi (Irawan,
differentiating competencies. Mengenai 2017; Sari, Rochana & Muhammad, 2017;
threshold competencies adalah karakteristik dan Komara, 2018).
utama yang harus dimiliki oleh seseorang Selain itu, Dharma (2002) dan sarjana
agar dapat melaksanakan pekerjaannya, lainnya, juga merangkum pendapat beberapa
tetapi tidak untuk membedakan seorang ahli, tentang komponen kompetensi.
yang berkinerja tinggi dan rata-rata. Menurut mereka, terdapat lima karakteristik
Sedangkan differentiating competencies komponen kompetensi, yaitu: (1) motives
adalah faktor yang membedakan individu adalah sesuatu dimana seseorang secara
yang berkinerja tinggi dan rendah, sebagai konsisten berpikir, sehingga ia melakukan
misal, apabila dosen dapat mengajar dengan tindakan; (2) traits adalah watak yang
baik, cara mengajarnya mudah dipahami dan membuat orang untuk berperilaku, atau
analisisnya tajam, sehingga dapat dibedakan bagaimana seseorang merespons sesuatu
tingkat kinerjanya, maka hal itu sudah dengan cara-cara tertentu; (3) self concept
masuk kedalam differentiating competencies adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki
(Spencer & Spencer, 1993; Mulyasa, 2013; seseorang; (4) knowledge adalah informasi
dan Ladina, 2015). yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu;
Makna, kompetensi sebagai an serta (5) skill adalah kemampuan untuk
underlying characteristics merupakan melaksanakan suatu tugas tertentu, baik
sesuatu yang melekat dalam dirinya, yang secara fisik maupun mental (Dharma, 2002;
dapat digunakan untuk memprediksi Sedarmayanti, 2011; dan Pramularso, 2018).
tingkat kinerja. Sesuatu yang dimaksud Sedangkan menurut Prayitno (2004),
itu bisa menyangkut motif, konsep diri, dan sarjana lainnya, bahwa komponen
sifat, pengetahuan, dan kemampuan atau kompetensi profesional dibagi menjadi
keahlian. Kompetensi individu yang empat kelompok, yaitu: (1) kemampuan
berupa kemampuan dan pengetahuan bisa spesialis, yang melimputi kemampuan
dikembangkan melalui pendidikan dan keterampilan dan pengetahuan,
pelatihan. Sedangkan motif kompetensi menggunakan perkakas dan peralatan
dapat diperoleh pada saat proses seleksi dengan sempurna, serta mengorganisasikan
(Bangun, 2012; Wibowo, 2015; dan dan menangani masalah; (2) kemampuan
Komara, 2018). metodik, yang meliputi kemampuan
Dalam konteks ini, causally related mengumpulkan dan menganalisis informasi,
artinya kompetensi adalah sesuatu yang mengevaluasi, orientasi tujuan kerja, serta
menyebabkan atau memprediksi perilaku bekerja secara sistematik; (3) kemampuan
dan kinerja. Kata criterion-referenced sosial, yang meliputi kemampuan untuk
mengandung makna bahwa kompetensi berkomunikasi, bekerja kelompok, dan
sebenarnya memprediksi siapa yang bekerja sama; serta (4) kemampuan individu,
berkinerja baik dan kurang baik, yang yang meliputi kemampuan untuk inisiatif,
diukur dari kriteria atau standar yang dipercaya, motivasi, dan kreatif (Prayitno,
digunakan (Harits, 2006; Dharma, 2008; dan 2004; Irawan, 2017; dan Komara, 2018).
Komara, 2018). Profesionalisme Pegawai ASN. Pegawai
Secara general, kompetensi pegawai ASN (Aparatur Sipil Negara) merupakan
ASN sendiri dapat dipahami sebagai unsur utama sumber daya aparatur
sebuah kombinasi antara keterampilan yang mempunyai peranan menentukan

© 2019 by UPI (Indonesia University of Education) Press in Bandung, West Java, Indonesia 77
ISSN 2527-3868 (print), 2503-457X (online), and http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbardik
ENDANG KOMARA,
Kompetensi Profesional Pegawai ASN

keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan (Departemen Dalam Negeri Republik


dan pembangunan. Pegawai ASN di sini Indonesia), pada tahun 2004, adalah
adalah setiap warga negara Indonesia yang kehandalan dalam pelaksanaan tugas
telah memiliki syarat yang ditentukan dan sehingga terlaksana dengan mutu tinggi,
diangkat oleh pejabat yang berwenang serta waktu yang tepat, cermat, dan dengan
disetujui untuk suatu jabatan pegawai negeri prosedur yang mudah dipahami dan diikuti
dan digaji berdasarkan peraturan perundang- oleh pelanggan (cf DEPDAGRI, 2004;
undangan yang berlaku. Sedangkan Safrizal, 2014; dan Komara, 2018).
profesionalisme pegawai ASN di sini Menurut Purwodarminto (1990),
dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
dan keterampilan ASN dalam melakukan dijelaskan bahwa profesionalisme adalah
pekerjaan menurut bidang dan tingkatan mutu, kualitas, dan tindak-tanduk yang
masing-masing (Akny, 2014; Putri & Yusa, merupakan ciri suatu profesi, atau orang
2015; dan Komara, 2018). yang profesional (Purwodarminto, 1990).
Profesionalisme menyangkut Berdasarkan pengertian di atas dapat
kecocokan (fitness) antara kemampuan disimpulkan bahwa untuk melayani
yang dimiliki oleh birokrasi (bureaucratic kepentingan masyarakat/publik dibutuhkan
competence) dengan kebutuhan tugas (task atau diperlukan konsentrasi yang maksimal
requirement). Terpenuhinya kecocokan dari para pegawai ASN, sehingga
antara kemampuan dengan kebutuhan tugas diharapkan pelaksanaan pekerjaan yang
di bidang pemerintahan itu merupakan sepenuh hati dan penuh rasa tanggung jawab
syarat terbentuknya aparatur profesional. tersebut, masyarakat yang dilayani merasa
Artinya, keahlian dan kemampuan aparat terpuaskan kebutuhannya (Purwodarminto,
merefleksikan arah dan tujuan yang ingin 1990; Asrariyah, 2013; dan Komara, 2018).
dicapai oleh suatu organisasi (Sulistya, Apabila kepuasan masyarakat terhadap
2008; Damaiyanto, Kusuma & Karim, 2015; kualitas layanan para pegawai ASN tinggi,
dan Komara, 2018). maka hal itu dapat menjadi indikator bahwa
Dalam kaitan ini, Ambar Teguh kualitas organisasi pemerintahan tersebut
Sulistiyani (2004); J.P.G. Sianipar tinggi, atau pelayanan kepada masyarakat
(2008); D. Sudarso (2009); dan Endang tersebut efektif dan efisien. Dalam konteks
Komara (2018) mengemukakan bahwa ini, Joko Widodo (2007) dan sarjana lainnya
untuk menjadi seorang profesional memberikan penekanan kepada pentingnya
dalam memberikan pelayanan, aparatur kualitas pelayanan pegawai oleh organisasi
negara harus memiliki kemampuan dan publik yang lebih profesional, efektif,
pengetahuan tentang bidang tugas masing- efisien, sederhana, transparan/terbuka, tepat
masing. Jadi, profesionalisme pegawai ASN waktu, responsif, dan adaptif (Widodo,
tersebut adalah terkait dengan pelayanan 2007; Podungge, 2010; dan Komara, 2018).
publik (Sulistiyani, 2004; Sianipar, 2008; Terdapat beberapa faktor yang
Sudarso, 2009; dan Komara, 2018). mempengaruhi profesionalisme pegawai
Pelayanan pegawai ASN yang ASN dalam pelayanan publik, di antaranya
profesional adalah kemampuan seseorang adalah budaya organisasi publik yang timbul
pegawai ASN yang miliki profesi melayani dan mengkristal dalam rutinitas birokrasi,
kebutuhan orang lain, atau profesional tujuan organisasi, struktur organisasi,
dalam menanggapi kebutuhan orang lain, prosedur kerja dalam birokrasi, sistem
atau profesional menanggapi kebutuhan insentif, dan lain-lain (Asrariyah, 2013;
khas orang lain. Sedangkan pengertian Kadarisman, 2018; dan Komara, 2018).
profesionalisme menurut DEPDAGRI Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

78 © 2019 by UPI (Indonesia University of Education) Press in Bandung, West Java, Indonesia
ISSN 2527-3868 (print), 2503-457X (online), and http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbardik
MIMBAR PENDIDIKAN: Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan,
Volume 4(1), Maret 2019

profesionalisme pegawai ASN dalam publik secara profesional. Kebijakan ASN


pelayanan publik, di antaranya adalah: berdasarkan prestasi kerja merupakan
Pertama, Budaya Organisasi. Budaya domain kebijakan Pemerintah Pusat. Jadi,
organisasi yang terbangun di lingkup sistem insentif yang memungkinakan dapat
birokrasi pada umumnya bersifat dilakukan di lingkungan instansi pemerintah
formalistik, yaitu pegawai ASN cenderung adalah dengan mengatur honor-honor
bekerja sesuai aturan formal yang telah yang bersumber dari pelaksanaan berbagai
ditentukan sebelumnya, kebiasaan yang kegiatan secara lebih adil dan merata
turun-temurun selalu dilakukan oleh kepada setiap aparaturnya (Asrariyah,
aparatur sebelumnya, dan juga pegawai 2013; Sejati, Komariah & Abubakar, 2017;
ASN selalu berpedoman prosedural yang dan Komara, 2018).
berlaku. Ketidakberanian mendobrak
kebiasaan tersebut menjadikan pegawai KESIMPULAN 5
ASN cenderung kurang kreatif, responsif, Upaya peningkatan kapasitas pegawai
dan inovatif, yang pada akhirnya ASN (Aparatur Sipil Negara) dilakukan
menghambat profesionalisme pegawai ASN melalui promosi untuk mengikuti beasiswa
dalam melaksanakan pelayanan kepada kedinasan, melaksanakan bimbingan teknis
masyarakat (Asrariyah, 2013; Hasan, 2017; yang dapat menunjang kinerja profesi,
dan Komara, 2018). serta mengikutsertakan dalam diklat
Kedua, Hierarki Struktural Organisasi. (pendidikan dan latihan), atau lokakarya,
Batasan antara atasan dan bawahan kerap yang sekiranya memberikan dampak pada
menjadi permasalahan dalam membentuk sikap profesionalisme pegawai, sehingga
profesionalisme pegawai ASN, karena dapat mengoptimalisasi pelayanan kepada
umumnya komunikasi internal dalam masyarakat.
organisasi publik tersebut relatif tidak Penyelenggaraan pelayanan prima,
berjalan dengan lancar. Namun, kondisi sebagai salah satu instansi yang berfungsi
demikian tentu tidak pada semua instansi sebagai pelayan publik, sudah seharusnya
pemerintahan. Di banyak tempat ditemukan terjadi dalam peningkatan kepuasan
keadaan yang berbeda, yaitu kondisi masyarakat selaku pelanggan terhadap
hierarkis struktural yang justru tidak ada pelayanan yang diberikan, menetapkan
masalah berarti dalam menjalin komunikasi standarisasi yang tinggi, serta komitmen
internal. Hal ini karena gaya kepemimpinan didalam diri pegawai ASN untuk
dalam mengelola administrasi dan mengatur memberikan pelayanan terbaik menjadi
jalannya organisasi dapat dikatakan telah faktor kunci dalam pelayanan prima.
berjalan cukup baik. Selain menggunakan Peningkatan kultur budaya kerja
pendekatan secara formal kedinasan, 5
Sebuah Pengakuan: Artikel ini, sebelum dikemas-
pimpinan juga menggunakan pendekatan kini dan diperbaiki dalam bentuknya sekarang, merupakan
informal, sehingga terjalin kedekatan artikel saya, yang ditulis pada tahun 2018, dengan judul
emosional dengan bawahannya (Nurcholis, “Kompetensi Profesional Pegawai ASN”. Tersedia secara
online di: http://endangkomarasblog.blogspot.com/2018/11/
2005; Asrariyah, 2013; dan Komara, 2018). kompetensi-profesional-pegawai-asn.html [diakses di
Ketiga, Sistem Balas Jasa. Dalam konteks Bandung, Jawa Barat, Indonesia: 10 Januari 2019]. Saya
ini, misalnya, sistem insentif yang ada. mengucapkan terima kasih kepada Andi Suwirta, M.Hum.,
Dosen Senior di Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS
Sistem insentif bagi pegawai ASN berupa UPI (Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
reward and punishment dianggap masih Universitas Pendidikan Indonesia) di Bandung, yang telah
belum diterapkan dengan optimal. Hal ini turut membantu memperkaya sumber rujukan untuk artikel
saya ini. Walau bagaimanapun, seluruh isi dan interpretasi
pada gilirannya dapat melemahkan fokus dalam artikel ini menjadi tanggung jawab akademik saya
aparatur dalam menjalankan pelayanan sepenuhnya secara pribadi.

© 2019 by UPI (Indonesia University of Education) Press in Bandung, West Java, Indonesia 79
ISSN 2527-3868 (print), 2503-457X (online), and http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbardik
ENDANG KOMARA,
Kompetensi Profesional Pegawai ASN

organisasi publik merupakan salah satu Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah” dalam USU
faktor penunjang dalam peningkatan Law Journal, Vol.6, No.3 [April], hlm.56-76.
Carter, L. (2011). “The Relationship between
kinerja dan profesionalisme pegawai ASN. Interpersonal Relational Competence and
Pelayanan publik hendaknya merupakan Employee Performance: A Developmental
iklim kerja yang sehat dan dinamis. Hal Model” in International Journal of
ini perlu didorong agar budaya organisasi Interdisciplinary Social Sciences, Vol.6, No.3,
yang terbangun adalah budaya kerja yang pp.217-226.
Chrisnandi, Yuddy. (2016). “Menuju Smart ASN
positif, membangun komunikasi yang 2019”. Tersedia secara online di: https://www.
respektif, meningkatkan kedisiplinan menpan.go.id/site/cerita-sukses-rb/menuju-
pegawai, menegakan aturan oragnisasi, serta smart-asn-2019 [diakses di Bandung, Jawa Barat,
menerapkan reward and punishment sebagai Indonesia: 3 November 2018].
bentuk motivasi kerja.6 Damaiyanto, Dede, Aji Ratna Kusuma & Abdullah
Karim. (2015). “Profesionalisme Aparatur dalam
Upaya Meningkatkan Pelayanan Publik di Kantor
Kelurahan Simpang Raya, Kecamatan Barong

Referensi Tongkok, Kabupaten Kutai Barat” dalam Jurnal


Administrative Reform, Vol.3, No.1 [Januari-
Maret]. Tersedia secara online di: http://e-
Akny, Aldenila Berlianti. (2014). “Mewujudkan journals.unmul.ac.id/index.php/JAR/article/
Good Governance melalui Reformasi Birokrasi viewFile/547/497 [diakses di Bandung, Jawa
di Bidang SDM Aparatur untuk Peningkatan Barat, Indonesia: 10 November 2018].
Kesejahteraan Pegawai” dalam Jejaring Denhardt, V. & R.B. Denhardt. (2003). The New
Administrasi Publik, Th.VI, No.1 [Januari-Juni]. Public Service: Serving Not Steering. Armonk,
Tersedia secara online juga di: http://journal.unair. New York: M.E. Sharpe.
ac.id/download-fullpapers-admpf947b2269efull. DEPDAGRI [Departemen Dalam Negeri Republik
pdf [diakses di Bandung, Jawa Barat, Indonesia: Indonesia]. (2004). Birokrasi di Indonesia.
10 November 2018]. Jakarta: PT Penebar Swadaya, edisi pertama
Asrariyah, Sitti. (2013). “Profesionalisme Aparatur terbit tahun 1997.
dalam Pelayanan Publik di Kantor Camat Dharma. (2002). Manajemen Prestasi Kerja. Jakarta:
Samarinda Ulu, Kota Samarinda” dalam Penerbit Rajawali.
e-Journal Ilmu Pemerintahan, Volume 1(1), Dharma, Surya. (2008). Pengembangan SDM
hlm.149-164. Tersedia secara online juga di: Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Amara Books.
https://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/ Dwiyanto, Agus. (2006). Mewujudkan Good
uploads/2013/02/JURNAL [diakses di Bandung, Governance melalui Pelayanan Publik.
Jawa Barat, Indonesia: 10 November 2018]. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Baderi, Firdaus. (2018). “Birokrasi Perizinan versus Faedlulloh, Dodi. (2015). “Kerja dalam Kesetaraan:
Kinerja Aparat” dalam Harian Ekonomi Neraca, Studi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
pada 21 Februari. Tersedia secara online juga di: Kontrak (PPPK) dalam Proyeksi Konfigurasi
http://www.neraca.co.id/article/97432/birokrasi- Aparatur Sipil Negara (ASN) di Indonesia” dalam
perizinan-vs-kinerja-aparat [diakses di Bandung, Civil Service, Vol.9, No.2 [November], hlm.1-
Jawa Barat, Indonesia: 10 Januari 2019]. 12. Tersedia secara online juga di: https://www.
Bangun, W. (2012). Manajemen Sumber Daya academia.edu/19797844/Kerja_dalam_Kesetaraan_
Manusia. Jakarta: Penerbit Erlangga. Studi_Pegawai_Pemerintah [diakses di Bandung,
Basri, Hasan. (2018). “Analisis Pengembangan Karir Jawa Barat, Indonesia: 3 November 2018].
ASN Berdasarkan Merit Sistem: Studi Penelitian di Fitria, Siti N. (2014). “Pembinaan Kinerja Pegawai
dalam Melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsi
6
Pernyataan: Saya, dengan ini, menyatakan bahwa artikel di Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten”.
ini, beserta seluruh isinya, adalah benar-benar karya saya Skripsi Sarjana Tidak Diterbitkan. Yogyakarta:
sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan Jurusan Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu
dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang Pendidikan UNY [Universitas Negeri Yogyakarta].
berlaku dalam masyarakat akademik. Atas pernyataan ini, saya Tersedia secara online juga di: https://eprints.uny.
siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada ac.id/26996/1/Siti%20Fitria%20N(09101241035).
saya, apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran
pdf [diakses di Bandung, Jawa Barat, Indonesia: 3
terhadap etika keilmuan dalam karya saya, atau ada klaim dari
pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
November 2018].

80 © 2019 by UPI (Indonesia University of Education) Press in Bandung, West Java, Indonesia
ISSN 2527-3868 (print), 2503-457X (online), and http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbardik
MIMBAR PENDIDIKAN: Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan,
Volume 4(1), Maret 2019

Harits, Benyamin. (2006). Profesionalisme dan Surakarta]. Tersedia secara online juga di:
Akuntabilitas Birokrasi Publik Berbasis Kinerja http://eprints.ums.ac.id/37951/1/NASKAH%20
dalam Rangka Mewujudkan Good Governance. PUBLIKASI.pdf [diakses di Bandung, Jawa
Bandung: Penerbit UNPAS [Universitas Pasundan]. Barat, Indonesia: 10 November 2018].
Hartini, Sri et al. (2008). Hukum Kepegawaian di Lasmahadi, A. (2000). “Sistem Manajemen SDM
Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. Berbasis Kompetensi”. Tersedia secara online di:
Hasan, Aswar. (2017). “Demokratisasi Birokrasi: www.epsikologi.com [diakses di Bandung, Jawa
Sebuah Studi Perilaku Birokrasi dalam Pelayanan Barat, Indonesia: 10 Januari 2019].
Informasi Publik di Pemkot Makassar”. Disertasi LoMA [Letter of Map Amendment]. (1998).
Doktor Tidak Diterbitkan. Makassar: Program “LoMA Competency Dictionary”. Available
Studi Administrasi Publik, Pascasarjana Fakultas online at: http://kinggamoncons.epizy.com/
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNHAS [Universitas lomacompetencydictionarypdf.pdf?i=1
Hasanuddin] Makassar. Tersedia secara online [diakses di Bandung, Jawa Barat, Indonesia: 10
juga di: http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/ November 2018].
temporary/DigitalCollection [diakses di Bandung, Mangundjaya, Wustari, Ayu Aprilianti & Noeraini
Jawa Barat, Indonesia: 10 November 2018]. Poerwadi. (2009). “Developing Employee’s
Hayat. (2014). “Peningkatan Kualitas Sumber Daya Performance through Competency Assessment”
Manusia Aparatur Pelayanan Publik dalam in Proceedings the 2009 International Conference
Kerangka Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 on Human Resource Development, conducted
tentang Aparatur Sipil Negara” dalam Jurnal in Taipei, Taiwan, on October 21, pp.115-
Kebijakan dan Manajemen PNS, Vol.8, No.1 124. Available online also at: https://www.
[Juni], hlm.31-40. researchgate.net/publication/262639764_
Ibrahim, Johny. (2008). Teori dan Metodologi Developing_Employee’s_Performance_through_
Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayumedia Competency_Assessment [diakses di Bandung,
Publishing. Jawa Barat, Indonesia: 10 November 2018].
Irawan, Mochammad Rudy. (2017). “Bukan Aparatur Marzuki, P.M. (2016). Penelitian Hukum. Jakarta: PT
Biasa: Asesmen Kompetensi Aparatur”. Tersedia Karisma Putra Utama, edisi revisi.
secara online di: http://bkpsdmd.babelprov. Mulyasa, E. (2013). Standar Kompetensi dan
go.id/content/bukan-aparatur-biasa-assesement- Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja
kompetensi-aparatur-translate [diakses di Bandung, Rosdakarya.
Jawa Barat, Indonesia: 10 November 2018]. Mustafid, Hidayat. (2017). “Peningkatan Kinerja
Kadarisman, Muh. (2018). Manajemen Aparatur Aparatur Sipil Negara melalui Budaya
Sipil Negara. Depok: Rajagrafindo Persada. Organisasi” dalam Jurnal Peningkatan Kinerja
Kartika, Lucia Nurbani & Agus Sugiarto. (2014). Aparatur Sipil Negara, Vol.3, No.1, hlm.1-14.
“Pengaruh Tingkat Kompetensi terhadap Kinerja Nasty, Elana. (2018). “Aparatur Sipil Negara”
Pegawai Administrasi Perkantoran” dalam Jurnal dalam KOMPASIANA: Byond Blogging, pada
Ekonomi dan Bisnis, Vol.XVII, No.1 [April], 9 September. Tersedia secara online juga di:
hlm.73-90. https://www.kompasiana.com/enty_lafina_
Khatibah. (2011). “Penelitian Kepustakaan” dalam nasution/5b9517f1677ffb687165d9b3/aparatur-
Jurnal Iqra’, Vol.05, No.01 [Mei], hlm.36-39. sipil-negara [diakses di Bandung, Jawa Barat,
Tersedia secara online juga di: http://repository. Indonesia: 10 Januari 2019].
uinsu.ac.id/640/1/%285%29PENELITIAN%20 Nurcholis, Hanif. (2005). Teori dan Praktik
KEPUSTAKAAN.pdf [diakses di Bandung, Jawa Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta: PT
Barat, Indonesia: 10 Januari 2019]. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Komara, Endang. (2018). “Kompetensi Profesional Nurhajati, Widi Asih & Bachtiar Sjaiful Bachri.
Pegawai ASN”. Tersedia secara online di: http:// (2017). “Pengembangan Kurikulum Pendidikan
endangkomarasblog.blogspot.com/2018/11/ dan Pelatihan (DIKLAT) Berbasis Kompetensi
kompetensi-profesional-pegawai-asn.html dalam Membangun Profesionalisme Pegawai
[diakses di Bandung, Jawa Barat, Indonesia: 10 Negeri Sipil (PNS)” dalam Jurnal Pendidikan:
Januari 2019]. Teori dan Praktik, Vol.2, No.2, hlm.156-164.
Ladina, Andritya. (2015). “Pengaruh Pelatihan dan Nurprojo, Indaru Setyo. (2014). “Merit System dan
Kompetensi Trainer terhadap Kinerja Karyawan Politik Birokrasi di Era Otonomi Daerah” dalam
PT PLN (Persero) Rayon Manahan”. Skripsi Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS, Vol.8,
Sarjana Tidak Diterbitkan. Surakarta: Program No.1 [Juni], hlm.45-52.
Studi Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi Paath, Carlos K.Y. (2018). “Jumlah ASN di Indonesia
& Bisnis UMS [Universitas Muhamadiyah 4.351.490 Orang” dalam Berita Satu, pada 29

© 2019 by UPI (Indonesia University of Education) Press in Bandung, West Java, Indonesia 81
ISSN 2527-3868 (print), 2503-457X (online), and http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbardik
ENDANG KOMARA,
Kompetensi Profesional Pegawai ASN

Oktober. Tersedia secara online juga di: https:// Safrizal. (2014). “Analisis Profesionalisme Aparatur
www.beritasatu.com/nasional/515506/jumlah-asn- Birokrasi pada Sekretariat Daerah Kabupaten
di-indonesia-4351490-orang [diakses di Bandung, Aceh Timur” dalam Perspektif, Vol.7, No.1
Jawa Barat, Indonesia: 10 Januari 2019]. [April], hlm.304-322.
Palan, R. (2007). Competency Management: Teknik Sancoko, Bambang. (2010). “Pengaruh Remunerasi
Mengimplementasikan Manajemen SDM Berbasis terhadap Kualitas Pelayanan Publik” dalam
Kompetensi untuk Meningkatkan Daya Saing Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, edisi
Organisasi. Jakarta: Penerbit PPM. khusus, diterbitkan di Jakarta, ada pada penulis.
Podungge, Robiyati. (2010). “Mewujudkan Birokrasi Sari, Dewi Listina, Siti Rochana & Amril
yang Mengedepankan Etika Pelayanan Publik”. Muhammad. (2017). “Manajemen Program
Makalah Tidak Diterbitkan, ada pada penulis. Standarisasi dan Sertifikasi Kompetensi di
Pramularso, Eigis Yani. (2018). “Pengaruh Badan Pengembangan SDM Kementerian Dalam
Kompetensi terhadap Kinerja Karyawan CV Negeri” dalam Jurnal Improvement, Vol.4, No.2
Inaura Anugerah Jakarta” dalam Widya Cipta, [Desember], hlm.223-237.
Vol.II, No.1 [Maret], hlm.40-46. Sartika, Dewi et al. (2016). Pengembangan
Prasojo, Eko & Laode Rudita. (2014). “Undang- Kompetensi Aparatur Sipil Negara. Samarinda:
Undang Aparatur Sipil Negara: Membangun Penerbit PKP2A III LAN Samarinda. Tersedia
Profesioalisme Aparatur Sipil Negara” dalam secara online juga di: https://www.academia.
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS, Vol.8, edu/36660743/pengembangan_kompetensi_
No.1 [Juni], hlm.13-29. aparatur_sipil_negara.pdf [diakses di Bandung,
Prawirosentono, Suyadi. (1999). Analisis Kinerja Jawa Barat, Indonesia: 10 November 2018].
Organisasi. Bandung: PT Rineka Cipta. Sedarmayanti. (2011). Manajemen Sumber Daya
Prayitno. (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Manusia: Reformasi Birokrasi dan Manajemen
Konseling. Jakarta: Penerbit Grasindo. Pegawai Negeri Sipil. Bandung: Refika Aditama.
Puji, Siwi Tri B. (2010). “Indonesia ‘Juara’ Kedua Sejati, Dhineu Herawati, Aan Komariah & Abubakar.
Birokrasi Tak Efisien se-Asia” dalam Republika. (2017). “Pengaruh Insentif terhadap Disiplin
Co.Id, pada 3 Juni. Tersedia secara online juga di: Kerja Pegawai Negeri Sipil di PPPPTK TK dan
https://www.republika.co.id/berita/breaking-news/ PLB Bandung” dalam Jurnal ADPEND, Volume
nasional/10/06/03/118187-indonesia-juara-kedua- 1(1), hlm.91-101.
birokrasi-tak-efisien-se-asia [diakses di Bandung, Sianipar, J.P.G. (2008). Manajemen Pelayanan
Jawa Barat, Indonesia: 10 Januari 2019]. Masyarakat. Jakarta: Penerbit LAN [Lembaga
Purwodarminto. (1990). Kamus Umum Bahasa Administrasi Negara].
Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Soemitro, Ronny Hanitijo. (1994). Metodologi
Pengembangan Bahasa, Depdikbud RI Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia
[Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Republik Indonesia]. Soetrisno. (2003). Peningkatan Sumber Daya
Putri, P.A.M.A. & I.G. Yusa. (2015). “Peranan Manusia di Era Otonomi Daerah. Yogyakarta:
Pegawai Negeri Sipil dalam Penyelenggaraan Raja Pustaka.
Pelayanan Terpadu Satu Pintu”. Makalah Tidak Spencer, M.L. & M.S. Spencer. (1993). Competence
Diterbitkan, ada pada penulis. at Work: Models for Superrior Performance. New
“Renstra BKN Tahun 2015-2019”. Tersedia secara York: John Wily and Son, Inc.
online di: http://www.bkn.go.id/wp-content/ Sudarso, D. (2009). Teori Administrasi. Jakarta:
uploads/2016/12/BAB-I.pdf [diakses di Bandung, Penerbit UT [Universitas Terbuka].
Jawa Barat, Indonesia: 10 Januari 2019]. Suhaji, Linawati. (2010). “Pengaruh Motivasi,
Rewansyah, Asmawi. (2010). Reformasi Birokrasi Kompetensi, Kepemimpinan, dan Lingkungan
dalam Rangka Good Governance. Jakarta: CV Kerja terhadap Kinerja Karyawan: Studi pada PT
Yusaintanas Prima. Herculon Carpet Semarang”. Skripsi Sarjana Tidak
Rosyadi, Slamet. (2014). “Prospek Pengembangan Diterbitkan. Semarang: STIE [Sekolah Tinggi Ilmu
Aparatur Sipil Negara Berbasis Merit: Peluang Ekonomi] Widya Manggala, Semarang.
dan Tantangan untuk Membangun Birokrasi Sulistiyani, Ambar Teguh. (2004). Memahami Good
Profesional dan Berintegritas” dalam Jurnal Governance dalam Perspektif Sumber Daya
Kebijakan dan Manajemen PNS, Vol.8, No.1 Manusia. Yogyakarta: Penerbit Gaya Media.
[Juni], hlm.53-60. Sulistya, Arief Dwi. (2008). “Profesionalisme
Ryngaert, C. & J. Wouters. (2005). Good Governance Aparatur Pemerintah: Studi Kasus Responsifitas
Lesson from International Organization. New dan Inovasi Aparatur di Kecamatan Sumber,
York: Wessel, first edition. Kabupaten Rembang”. Tesis Magister Tidak

82 © 2019 by UPI (Indonesia University of Education) Press in Bandung, West Java, Indonesia
ISSN 2527-3868 (print), 2503-457X (online), and http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbardik
MIMBAR PENDIDIKAN: Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan,
Volume 4(1), Maret 2019

Diterbitkan. Semarang: PPs UNDIP [Progam “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5


Pascasarjana, Universitas Diponegoro] Semarang. Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara” dalam
Tersedia secara online juga di: https://core.ac.uk/ www.hukumonline.com. Tersedia secara online
download/pdf/11716388.pdf [diakses di Bandung, juga di: http://www.sdm.depkeu.go.id/peraturan/
Jawa Barat, Indonesia: 10 November 2018]. doc/UU_NO_5_2014.PDF [diakses di Bandung,
Suprapto. (2002). Pengantar Ilmu Komunikasi dan Jawa Barat, Indonesia: 3 November 2018].
Peran. Yogyakarta: Buku Seru. Utomo, Widodo Dwi, Suryanto Suryanto & Falih
“Survey PERC Jadi Cermin Perbaikan Birokrasi Suaedi. (2015). “Pemetaan Kompetensi untuk
di Indonesia” dalam Detik News, pada 7 Juni Pengembangan Penilaian Kinerja Berbasis
2010. Tersedia secara online juga di: https:// Kompetensi di Unit Kerja Perawatan Intensif
news.detik.com/berita/d-1373180/survei-perc- (ICU) Rumah Sakit Adi Husada Kapasari
jadi-cermin-perbaikan-birokrasi-di-indonesia- Surabaya” dalam BISMA: Bisnis dan Manajemen,
[diakses di Bandung, Jawa Barat, Indonesia: 3 Vol.8, No.1. Tersedia secara online juga di:
November 2018]. https://journal.unesa.ac.id/index.php/bisma/
Sutopo, H.B. (1998). Pengantar Penelitian article/view/2733 [diakses di Bandung, Jawa
Kualitatif: Dasar-dasar Teori dan Praktis. Barat, Indonesia: 3 November 2018].
Surakarta : Pusat Penelitian Surakarta. Wibowo, Danan Satriyo. (2015). “Analisis
Umar, Husein. (2003). Evaluasi Kinerja Perusahaan: Faktor Kompetensi dan Motivasi Kerja dalam
Teknik Evaluasi Bisnis dan Kinerja Perusahaan Membentuk Sikap Kerja Profesional”. Tersedia
secara Komprehensif, Kuantitatif, dan Modern. secara online di: http://digilib.unmuhjember.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ac.id/files/disk1/48/umj-1x-danansatri-2372-1-
“Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 danansa-o.pdf [diakses di Bandung, Jawa Barat,
Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang- Indonesia: 3 November 2018].
Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Widodo, Joko. (2007). Analisa Kebijakan Publik.
Pokok Kepegawaian”. Tersedia secara online Yogyakarta: Graha Ilmu.
di: https://pih.kemlu.go.id/files/UU_Pokok- Zed, Mestika. (2008). Metode Penelitian
pokok%20Kepegawaian-Perubahan_No.43%20 Kepustakaan. Jakarta: Penerbit YOI [Yayasan
Th.1999.pdf [diakses di Bandung, Jawa Barat, Obor Indonesia].
Indonesia: 3 November 2018].

© 2019 by UPI (Indonesia University of Education) Press in Bandung, West Java, Indonesia 83
ISSN 2527-3868 (print), 2503-457X (online), and http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbardik
ENDANG KOMARA,
Kompetensi Profesional Pegawai ASN

Aparatur Sipil Negara di Indonesia


(Sumber: https://setkab.go.id, 17/1/2019)

Upaya peningkatan kapasitas pegawai ASN (Aparatur Sipil Negara) di Indonesia dilakukan melalui promosi
untuk mengikuti beasiswa kedinasan, melaksanakan bimbingan teknis yang dapat menunjang kinerja profesi, serta
mengikutsertakan dalam diklat (pendidikan dan latihan), atau lokakarya, yang sekiranya memberikan dampak
pada sikap profesionalisme pegawai, sehingga dapat mengoptimalisasi pelayanan kepada masyarakat.

84 © 2019 by UPI (Indonesia University of Education) Press in Bandung, West Java, Indonesia
ISSN 2527-3868 (print), 2503-457X (online), and http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbardik

Anda mungkin juga menyukai