Anda di halaman 1dari 78

i

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala,


sehingga Laporan Studi Lapangan Individu Pelatihan Kepemimpinan Administrator
Angkatan XII Tahun 2023 ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penyusunan
Laporan Studi Lapangan Individu ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan serta tunjuk
ajar dari berbagai pihak. Oleh karenanya, dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih dan rasa hormat kepada :

1. Ibu Kasmarni, S.Sos, MP; Bupati Bengkalis.


2. Bapak dr. Ersan Saputra, Th; Plt. Sekretaris daerah Kabupaten Bengkalis,
3. Bapak Drs. Asrizal, M.Pd; Kepala BPSDM Provinsi Riau
4. Bapak Dr. H. Dianto Mampanini, SE, MT ; Widyaiswara Ahli Utama BPSDM
Provinsi Riau, selaku Pembimbing studi lapangan Kelompok II;
5. Bapak Moh. Sulthon, S.Sos. MM; Sekretaris Dinas Kominfo Kota Malang selaku
Narasumber pada Stula PKA Angkatan XII;
6. Peserta Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan XII Tahun 2023
Pemerintah Kabupaten Bengkalis,

Semoga Laporan ini bermanfaat untuk meningkatkan kinerja organisasi pada


perangkat daerah peserta PKA khususnya dan bagi Pemerintah Kabupaten Bengkalis.
Masukan kritik dan saran, Kami harapkan untuk penyempuranaan laporan ini.

Pekanbaru, 12 Juli 2023


Penyusun,

SUHERMANTO, S.E

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... 0
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A. Latar Belakang....................................................................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan ............................................................................................... 5
C. Waktu dan Tempat Studi Lapangan ........................................................................ 6
BAB II DESKRIPSI LOKUS ...................................................................................... 7
A. Profil Organisasi .................................................................................................... 7
B. Deskripsi Kinerja Organisasi ................................................................................ 21
C. Identifikasi Komponen Key Success Factor .......................................................... 22
D. Analisa Peran Kepemimpinan .............................................................................. 23
E. Rumusan Lesson Learnt ....................................................................................... 25
BAB III IDENTIFIKASI KEY SUCCES MELALUI LEASON LEARNED ............... 39
A. Peran Kepemimpinan ........................................................................................... 39
B. Inovasi Pelayanan ................................................................................................ 39
C. Kompetensi dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia ........................................ 49
D. Jejaring Kerja dan Kolaborasi Pemangku Kepentingan ......................................... 51
E. Penerapan Manajemen Kinerja ............................................................................. 51
F. Penerapan Manajemen Risiko .............................................................................. 51
G. Planning dan Budgeting ..................................................................................... 352
H. Pemanfaatan Teknologi ........................................................................................ 53
BAB IV ADOPSI KEY SUCCESS LOKUS .............................................................. 58
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 58
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 58
B. Saran ................................................................................................................... 58
Daftar Pustaka ................................................................................................................

Lampiran

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ASN (Aparatur Sipil Negara) adalah profesi bagi PNS (Pegawai Negeri
Sipil) dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja, yang mengabdi pada
instansi pemerintah. yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan
diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan, atau diserahi tugas negara
lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pegawai ASN
berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik; pelayanan publik; serta perekat
dan pemersatu bangsa.
Sedangkan pegawai ASN bertugas: melaksanakan kebijakan publik yang
dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian, sesuai dengan ketentuan peraturan
Perundang-undangan; memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas; serta mempererat persatuan dan kesatuan NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia). Pegawai ASN juga berperan sebagai perencana, pelaksana,
dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan
nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional,
bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktek korupsi, kolusi, dan
nepotisme (Saputra, D. J. (2022;)1.
Kompetensi terdiri dari beberapa jenis karakteristik yang berbeda dan
mendorong perilaku. Fondasi karakteristik ini terbukti dalam cara seseorang
berperilaku di tempat kerja. Kompetensi adalah mengenai orang, seperti apa dan
bagaimana yang dapat mereka lakukan, bukan apa yang mungkin mereka
lakukan. Selanjutnya, ditegaskan bahwa inti manajemen kepegawaian lebih
berorientasi pada profesionalisme pegawai ASN, yang bertugas memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara jujur, berkompetensi, adil, dan merata
dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan ( Komara,
E. (2019)2.

1
Saputra, D. J. (2022). Eksistensi Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja Ditinjau dari
Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018. Takuana: Jurnal Pendidikan, Sains, dan
Humaniora, 1(2), 122-129.
2
Komara, E. (2019). Kompetensi profesional pegawai asn (aparatur sipil negara) di
indonesia. Mimbar Pendidikan, 4(1), 73-84.
1
Dengan demikian, maka pegawai ASN dituntut tidak partisipan dan harus
netral; keluar dari semua pengaruh golongan dan partai politik; serta tidak
diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk bisa
melaksanakan tugas pelayanan dengan persyaratan yang demikian, maka
pegawai ASN dituntut memiliki profesionalisme yang ditunjang dengan
kemampuan, pengetahuan, keterampilan, wawasan global, serta memiliki
kompetensi yang tinggi (Denhardt & Denhardt, 2003; Fitria, 2014; dan Komara,
2018).
Pelatihan Kepemimpinan Administrator yang selanjutnya disingkat PKA
adalah pelatihan struktural kepemimpinan administrator sebagaimana diatur
dalam peraturan pemerintah yang mengatur mengenai manajemen Pegawai
Negeri Sipil, yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi peserta dalam
rangka memenuhi standar kompetensi manajerial jabatan administrator.
Kompetensi yang dikembangkan dalam PKA merupakan kompetensi
kepemimpinan manajemen kinerja, yang merupakan kompetensi manajerial
peserta untuk menjamin terlaksananya akuntabilitas jabatan administrator. Untuk
mencapai kompetensi kepemimpinan sebagaimana dimaksud, dilaksanakan
melalui 4 (empat) agenda pembelajaran PKA, yang meliputi :
(1) Agenda Kepemimpinan Pancasila Dan Nasionalisme;
(2) Agenda Kepemimpinan Kinerja;
(3) Agenda Manajemen Kinerja; Dan
(4) Agenda Aktualisasi Kepemimpinan.
Pemerintah Kabupaten Bengkalis melalui Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia sedang menyelenggarakan tahapan Pelatihan Kepemimpinan
Administrator Angkatan XII tahun 2023 dengan pola pelatihan blended learning
(908 jam pelajaran) yang terbagi ke dalam enam tahapan pembelajaran yaitu:
(1) Pembelajaran mandiri selama 66 jam pelajaran;
(2) Elearning selama 104 jam pembelajaran;
(3) Pembangunan komitmen bersama selama 27 jam pembelajaran;
(4) Pembelajaran klasikal tahap I selama 149 jam pelajaran;
(5) Aktualisasi kepemimpinan kinerja selama 540 jam pelajaran; dan
(6) Pembelajaran klasikal tahap II selama 22 jam pembelajaran.

2
Pada pembejalaran tahap ke 4 (empat) klasikal I peserta pelatihan
diwajibkan untuk melaksanakan Studi lapangan (Stula) secara berkelompok ke
lokus yang telah ditentukan. Studi apangan (Stula) merupakan metode
pembelajaran melalui pengumpulan secara langsung dengan pengamatan,
wawancara, mencatat, atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yang pada
kesempatan ini diselenggarakan secara virtual (daring). Dinas Komunikasi dan
Informatika Kota Malang menjadi salah satu tujuan lokus pelaksanaan studi
lapangan ini.
Kebutuhan akan layanan memiliki posisi yang sangat strategis dalam
kehidupan manusia. Masyarakat sebagai konsumen memiliki ekspetasi yang
tinggi bahwa akan mendapatkan pelayanan prima dari goverment. Tujuan utama
dari organisasi publik adalah memberikan pelayanan terbaik karena hal tersebut
merupakan keharusan untuk memberikan hak masyarakat. Ketika pelayanan
merupakan kewajiban maka seyogyanya pemerintah berupaya mencarikan solusi
terhadap permasalahan pelayanan yang muncul di lapangan. Permasalahan yang
muncul bisa berasal dari banyak sumber, baik itu dari internal maupun eksternal.
Kemunculan permasalahan yang bersumber dari dalam perangkat daerah (PD)
dalam hal ini instansi pemerintah merupakan kendala internal, sedangkan
permasalahan yang hadir dari pengguna jasa layanan merupakan wujud dari
kendala eksternal. Hadirnya permasalahan internal dan eksternal menuntut para
pegawai untuk selalu beradaptasi dengan kondisi zaman terutama pemanfaatan
kemajuan teknologi dalam memberikan pelayanan prima. Penciptaan nilai publik
semakin dipandang sebagai poros utama transformasi digital pemerintah.
Konsep digitalisasi sebenarnya sudah ada sejak lama, seperti pembayaran
pajak secara online di Bank, perkantoran terpadu pengurusan izin dan pembuatan
dokumen pribadi : SIM, Akte Kelahiran, Kartu Keluarga, dan lain-lain. Sejak
pandemi, istilah digitalisasi pelayanan mulai booming, karena pengalaman
mencatat bahwa dengan adanya transformasi digitalize dalam pelayanan saat
pandemi membuat kita paham bahwa pelayanan secara online mampu bertahan
dalam kondisi tersebut, walaupun memang sejatinya pelayanan secara luring
masih juga dibutuhkan. Pelayanan dengan berbasis TIK setelah pandemi mulai
banyak dipopulerkan karena menjadi salah satu inovasi dalam memajukan suatu
3
daerah memanfaatkan perkembangan TIK dengan konsep baru yang lebih
visioner. Proses digitalisasi pelayanan publik membuat pemerintah untuk segera
menaklukkan tantangan supaya lebih cepat dalam memberikan pelayanan publik.
Jika layanan terbiasa dengan manual, sekarang bertransformasi semakin canggih,
cepat dan sesuai pada target/maker nya digitalisasi layanan..
Standar pelayanan publik juga memberikan peluang sebesar-besarnya pada
publik untuk menyampaikan pengaduan/keluhan jika produk layanan yang
diterima tidak sesuai dengan harapan atau yang dijanjikan. Hal ini tersirat dalam
Undang Undang RI No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang tertera
dalam Pasal delapan ayat 2 yang menjelaskan komponen dalam pengaduan
pelayanan publik, sekurang-kurangnya meliputi : pelaksanaan pengelolaan
aduan, pengelolaan informasi, dan penyuluhan kepada publik. Selama ini, banyak
warga yang belum mengetahui bahwa ada hak dan kewajiban dari publik
(masyarakat) dalam pelayanan. Salah satu hak tersebut adalah bisa melakukan
keluhan/pengaduan. Pengaduan/keluhan tersebut nantinya akan dikolaborasikan
dengan masukan dan solusi dari masing-masing Perangkat Daerah untuk segera
ditindaklanjuti. Responsivitas ini dipandang perlu supaya pemerintah bisa
memahami yang menjadi permasalahan/keluhan/aduan masyarakat secara sigap
dan tepat.
Melalui latar belakang tersebut, Pemerintah Kota Malang menyediakan
layanan pengaduan masyarakat dalam bentuk aplikasi digital yang dinamakan
“Sambat Online”. Aplikasi ini merupakan bentuk layanan digital yang
dilaunching pada 20 Mei 2016 kemudian di maintenance dan kembali
disempurnakan pada tanggal 7 Desember 2019 yang mana sudah bisa di
download di aplikasi play store. Namun seiring dengan banyaknya keluhan yang
masuk timbul permasalahan mengenai lambatnya penanganan dalam merespon
keluhan masyarakat, bahkan banyak pengaduan/ keluhan lambat untuk di respon.
Organisasi publik yang di percaya sebagai pengelola komunikasi dan
teknologi informasi di Malang adalah Dinas Kominfo Kota Malang yang
berperan sebagai pelaksanaan kebijakan di bidang komunikasi dan informasi
dengan adanya suatu upaya untuk selalu meningkatkan pelayanan di bidang
komunikasi dan informasi sehingga dapat dijadikan pusat komunikasi dan

4
informasi bagi kebutuhan masyarakat pada umumnya. Semakin meningkatnya
penduduk di Kota Malang dan meningkatnya arus globalisasi dan informasi di
Kota Malang membuat Pemerintah Kota Malang membuat suatu terobosan yang
sangat membantu bagi masyarakat Kota Malang. Pelayanan dalam bidang
pengaduan khususnya kritik dan saran yang dulunya hanya bisa disampaikan
kepada Organisasi Perangkat Daerah. Dinas Komunikasi dan Informasi Kota
Malang mempunyai wewenang dalam menyampaikan kepada Organisasi
Perangkat Daerah yang bersangkutan sesuai dengan pengaduan, kritik, saran atau
pertanyaan oleh masyarakat Kota Malang.
Berbagai best practice ini tentunya akan bernilai guna bagi pengembangan
manajemen kinerja organisasi bagi peserta PKA Angkatan XII Tahun 2023
khususnya dan organisasi perangkat daerah lingkup Pemerintah Kabupaten
Bengkalis umumnya.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud :
Studi lapangan secara virtual (daring) pada Dinas Komunikasi dan
Informatika Kota Malang dilaksanakan dengan maksud sebagai berikut :
a. Memperoleh data dan informasi mengenai kinerja;
b. Agar dapat mengambil subtansi mata pelatihan pada pembelajaran
Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan XII Tahun 2023;
c. Melakukan adopsi dan adaptasi terhadap kinerja dan inovasi yang
diterapkan Dinas Kominfo Kota Malang yang sesuai dengan karakter
Organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten Bengkalis.

2. Tujuan :
Tujuan dari studi lapangan secara virtual (daring) adalah agar peserta
Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan XII Tahun 2023 dapat
mengaktualisasikan kepemimpinan manajemen kinerja untuk mendukung
pelaksanaan tugas memimpin kegiatan pelayanan publik dalam rangka
peningkatan kinerja organisasi di unit kerja masing-masing.

5
C. Waktu dan Tempat Studi Lapangan
Studi lapangan Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan XII
Tahun 2023 dilaksanakan dengan menerapkan metode virtual (daring) mulai
tanggal 10 s.d 13 Juli 2023 di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Provinsi Riau. Adapun tahapan dan agenda studi lapangan virtual (daring)
dimaksud sebagai berikut :
1. Senin 10 Juli 2023, Persiapan Pelaksanaan Studi Lapangan sesuai kelompok
masing-masing untuk menggali informasi keunggulan manajemen kinerja
pelayanan publik Organisasi Perangkat Daerah yang dijadikan lokus, dengan
tujuan mengenali Fokus pada Lokus serta mengumpulkan data dan informasi;
2. Selasa 11 Juli 2023, Pembukaan, Mengumpulkan Bahan, Menganalisis dan
menginterpretasi data/informasi; Mengindentifikasi 8 (delapan) Key Success
Factors (KSF) (Keunggulan Strategi dan Manajemen Knerja Pelayanan
Publik di Lokus (Peran Kepemimpinan, Inovasi Pelayanan, Kompetensi dan
Pemberdayaan SDM, Pembangunan Jejaring Kerja dan Kolaborasi Pemangku
Kepentingan, Penerapanan Manajemen Kinerja, Penerapanan Manajemen
Resiko, Planning Budgeting serta Pemanfaatan Teknologi) dan Menetapkan
KSF yang dominan dalam meningkatkan keunggulan strategi dan manajemen
kinerja dan pembobotan kinerja.
3. Rabu, 12 Juli 2023, Menyusun laporan kelompok, diskusi kelompok dan
menyusun draft laporan individu.
4. Kamis 13 Juli 2023, Berbagi pengalaman hasil studi lapanganan kinerja
organisasi dan finalisasi laporan individu.

6
BAB II
DESKRIPSI LOKUS

A. Profil Organisasi
1. Landasan Hukum
Berdasarkan Peraturan Wali Kota Malang Nomor 72 Tahun 2019
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja
Dinas Komunikasi dan Informatika, semula terdiri dari 4 (empat) bidang
menjadi 3 (tiga) bidang yaitu Bidang Komunikasi dan Informasi Publik,
Bidang Statistik dan Persandian serta Bidang Aplikasi Informatika.

2. Susunan Organisasi Tata Kerja (SOTK)


Gambar 1.1 Struktur Organisasi Diskominfo Kota Malang

3. Tugas Pokok dan Fungsi


a. Sekretariat
Sekretariat melaksanakan tugas pokok pengelolaan administrasi umum
meliputi penyusunan program, ketatalaksanaan, ketatausahaan,
keuangan, kepegawaian, urusan rumah tangga, perlengkapan,

7
Untuk melaksanakan tugas pokoknya, Sekretariat mempunyai fungsi:
1. Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja
(Renja)
2. Penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA)
3. Penyusunan dan pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA) dan Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA);
4. Penyusunan Penetapan Kinerja (PK);
5. Pelaksanaan dan pembinaan ketatausahaan, ketatalaksanaan dan
kearsipan;
6. Pengelolaan urusan kehumasan, keprotokolan dan kepustakaan;
7. Pelaksanaan urusan rumah tangga;
8. Pelaksanaan administrasi dan pembinaan kepegawaian;
9. Pelaksanaan pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap
berwujud yang akan digunakan dalam rangka penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi;
10. Pelaksanaan pemeliharaan barang milik daerah yang digunakan
dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi;
11. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang milik daerah;
12. Pengelolaan anggaran;
13. Pelaksanaan administrasi keuangan dan pembayaran gaji pegawai;
14. Pelaksanaan verifikasi Surat Pertanggungjawaban (SPJ) keuangan;
15. Pengkoordinasian pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
16. Pengkoordinasian penyusunan tindak lanjut hasil pemeriksaan;
17. Penyusunan dan pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SPP) dan
Standar Operasional dan Prosedur (SOP);
18. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI);
19. Pelaksanaan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
dan/atau pelaksanaan pengumpulan pendapat pelanggan secara
periodik yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas layanan;
20. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Perangkat Daerah;
21. Pengelolaan pengaduan masyarakat di bidang Komunikasi dan
Informatika;

8
22. Penyampaian data hasil pembangunan dan informasi lainnya
terkait layanan publik secara berkala melalui web site Pemerintah
Daerah;
23. Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi; dan
24. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas pokoknya.

Sekretariat terdiri dari :

Subbagian Penyusunan Program melaksanakan tugas pokok penyusunan


program, evaluasi dan pelaporan.
Dalam menjalankan tugas pokoknya, mempunya fungsi :
1. Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja (Renja);
2. Penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA);
3. Penyusunan dan pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA) dan Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA);
4. Penyusunan Penetapan Kinerja (PK);
5. Penyusunan laporan dan dokumentasi pelaksanaan program dan
kegiatan;
6. Penyusunan laporan penerapan dan pencapaian Standar Pelayanan
Minimal (SPM);
7. Penyusunan dan pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SPP) dan
Standar Operasional dan Prosedur (SOP);
8. Pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan;
9. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI);
10. Pelaksanaan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
dan/atau pelaksanaan pengumpulan pendapat pelanggan secara
periodik yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas layanan;
11. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Perangkat Daerah;
12. Penyampaian data hasil pembangunan dan informasi lainnya terkait
layanan publik secara berkala melalui website Pemerintah Daerah;

9
13. Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi;
dan
14. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan
tugas pokoknya.
15. Subbagian Keuangan melaksanakan tugas pokok pengelolaan
anggaran dan administrasi keuangan.
Dalam menjalankan tugas pokoknya, mempunya fungsi :
1. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen
Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA);
2. Pelaksanaan penatausahaan keuangan;
3. Pelaksanaan verifikasi Surat Pertanggungjawaban (SPJ) keuangan;
4. Penyusunan dan penyampaian laporan penggunaan anggaran;
5. Penyusunan dan penyampaian laporan keuangan semesteran dan
akhir tahun;
6. Penyusunan administrasi dan pelaksanaan pembayaran gaji pegawai;
7. Penerimaan, pengadministrasian dan penyetoran penerimaan bukan
pajak daerah;
8. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI);
9. Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi;
dan
10. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan
tugas pokoknya.
11. Subbagian Umum melaksanakan tugas pokok pengelolaan
administrasi umum meliputi ketatalaksanaan, ketatausahaan,
kepegawaian, urusan rumah tangga, perlengkapan, kehumasan dan
kepustakaan serta kearsipan.
Dalam menjalankan tugas pokoknya, mempunya fungsi :
1. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen
Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA);
2. Pelaksanaan ketatausahaan, ketatalaksanaan dan kearsipan;
3. Pelaksanaan administrasi kepegawaian;
4. Pelaksanaan kehumasan, keprotokolan dan kepustakaan;

10
5. Pelaksanaan urusan rumah tangga;
6. Pelaksanaan pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap
berwujud yang akan digunakan dalam rangka penyelenggaraan tugas
pokok dan fungsi;
7. Pelaksanaan pemeliharaan barang milik daerah yang digunakan
dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi;
8. Pelaksanaan dan penatausahaan barang milik daerah;
9. Pengelolaan pengaduan masyarakat di bidang Komunikasi dan
Informatika;
10. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI);
11. Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi;
dan
12. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan
tugas pokoknya.
b. Bidang Aplikasi Informatika
Bidang Aplikasi Informatika melaksanakan tugas pokok pengelolaan
aplikasi dan pengembangan informatika, pelaksanaan keamanan
infrastruktur, serta pelaksanaan analisa dan evaluasi penerapan sistem
informatika.
Untuk melaksanakan tugas pokoknya, Bidang Aplikasi Informatika
mempunyai fungsi:
1. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis Bidang Aplikasi
Informatika;
2. Pengumpulan dan pengolahan data dalam rangka perencanaan teknis
pengelolaan aplikasi dan pengembangan informatika, pelaksanaan
keamanan infrastruktur, serta pelaksanaan analisa dan evaluasi
penerapan sistem informatika;
3. Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program di bidang
pengelolaan aplikasi dan pengembangan informatika, pelaksanaan
keamanan infrastruktur, serta pelaksanaan analisa dan evaluasi
penerapan sistem informatika;

11
4. Penyiapan perumusan kebijakan pengembangan di bidang e-
government, e-service, perangkat lunak dan konten, pemberdayaan
informatika serta standarisasi serta monitoring dan evaluasi aplikasi
informatika;
5. Pengembangan dan pemberdayaan aplikasi informatika serta upaya
peningkata aplikasi informatika;
6. Pembangunan, pengelolaan dan pengembangan infrastruktur dan
manajemen aplikasi sistem aplikasi informatika;
7. Pengembangan sarana dan prasarana aplikasi informatika dalam
mendukung implementasi e-government;
8. Penyiapan system aplikasi komputer yang diperlukan perangkat
daerah;
9. Peningkatan dan pemberdayaan system aplikasi informatika;
10. Pemrosesan pertimbangan dan analisa teknis pemanfaatan system
aplikasi informatika;
11. Penyiapan bahan dalam rangka pemeriksaan dan tindak lanjut Hasil
Pemeriksaan;
12. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen
Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA);
13. Pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SPP) dan Standar
Operasional dan Prosedur (SOP);
14. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI);
15. Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
16. Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi;
dan
17. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas pokoknya.
c. Bidang Aplikasi Informatika terdiri dari :
a) Seksi Aplikasi dan Pengembangan Informatika melaksanakan tugas
pokok pengelolaan informasi melalui sistem informatika.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, mempunyai fungsi :

12
1. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis
bidang pengelolaan informasi melalui sistem informatika;
2. Penyiapan bahan penyusunan perencanaan dan pelaksanaan
program di bidang pengelolaan informasi melalui sistem
informatika;
3. Penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, norma, kriteria dan
bimbingan teknis, serta evaluasi di bidang interoperabilitas sistem
informasi;
4. Pelaksanaan evaluasi bidang keamanan sistem informasi dan
perangkat lunak serta bidang konten;
5. Pemberdayaan telematika dan usaha informatika;
6. Pengembangan telematika dan usaha informatika;
7. Penyiapan perumusan kebijakan pengembangan di bidang e-
government, e-service, perangkat lunak dan konten,
pemberdayaan informatika, standarisasi, monitoring dan evaluasi
aplikasi informatika;
8. Pelaksanaan kebijakan telematika dan informatika di bidang e-
government, e-business, perangkat lunak dan konten;
9. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan standarisasi dan
monitoring dan evaluasi aplikasi informatika;
10. Pembangunan, pengelolaan dan pengembangan infrastruktur dan
manajemen aplikasi informasi daerah;
11. Pemberian pelayanan dan bimbingan teknis, serta evaluasi di
bidang infrastruktur aplikasi tatalaksana e-government, aplikasi
layanan publik dan kepemerintahan;
12. Pelaksanaan kerjasama program e-government antar lembaga
pemerintah dan/atau lembaga Swasta;
13. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan
Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA);
14. Pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SPP) dan Standar
Operasional dan Prosedur (SOP);
15. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI);

13
16. Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
17. Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi; dan
18. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
sesuai dengan tugas pokoknya.
b) Seksi Keamanan Infrastruktur melaksanakan tugas pokok penertiban
dalam rangka kelancaran dan keteraturan Aplikasi dan
pengembangan informatika daerah.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, mempunyai fungsi :
1. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis
bidang penertiban dalam rangka kelancaran dan keteraturan
Aplikasi dan pengembangan informatika daerah;
2. Penyiapan bahan penyusunan perencanaan dan pelaksanaan
program di bidang penertiban dalam rangka kelancaran dan
keteraturan Aplikasi dan pengembangan informatika daerah;
3. Penyiapan sistem aplikasi komputer yang diperlukan Perangkat
Daerah;
4. Penyajian dan pengendalian data masukan sampai data keluaran;
5. Penyiapan bahan dan pelaksanaan pelayanan informasi;
6. Pengembangan sarana dan prasarana Telematika dalam
mendukung implementasi e-government;
7. Peningkatan dan pemberdayaan Sistem Informasi Informatika;
8. Pemberian bimbingan dan pengendalian sistem informasi dan
telematika kepada Perangkat Daerah;
9. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan
Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA);
10. Pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SPP) dan Standar
Operasional dan Prosedur (SOP);
11. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI);
12. Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
13. Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi; dan

14
14. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
sesuai dengan tugas pokoknya.
c) Seksi Analisa dan Evaluasi melaksanakan tugas pokok analisa dan
evaluasi sistem informatika Daerah.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, mempunyai fungsi :
1. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis
bidang analisa dan evaluasi sistem informatika Daerah;
2. Penyiapan bahan penyusunan perencanaan dan pelaksanaan
program di bidang analisa dan evaluasi sistem informatika
Daerah;
3. Pelaksanaan verifikasi informasi dari sumber asalnya;
4. Penganalisaan dan penyiapan sistem informasi manajemen yang
dibutuhkan Perangkat Daerah;
5. Penyiapan bahan pertimbangan dan analisa teknis pemanfaatan
sistem Informatika;
6. Pelaksanaan kerjasama teknis di bidang informatika dengan
pihak ketiga;
7. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan
Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA);
8. Pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SPP) dan Standar
Operasional dan Prosedur (SOP);
9. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI);
10. Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
11. Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi; dan
12. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
sesuai dengan tugas pokoknya.
d. Bidang Komunikasi dan Informasi Publik (KIP)
Bidang Informasi Publik melaksanakan tugas pokok pelayanan informasi
publik.
Untuk melaksanakan tugas pokok, Bidang Informasi Publik mempunyai
fungsi :

15
1. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis Bidang Informasi
Publik;
2. Pengumpulan dan pengolahan data dalam rangka pelayanan
informasi publik;
3. Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program di bidang
pelayanan informasi publik;
4. Pelaksanaan sistem dan indentifikasi informasi daerah;
5. Pelaksanaan fasilitasi sarana dan prasarana informasi publik;
6. Pelaksanaan fasilitasi dan verifikasi pengaduan publik melalui
website Pemerintah Daerah;
7. Pelaksanaan program dokumentasi dan publikasi;
8. Pelaksanaan program pengembangan informasi melalui kerja sama
dengan instansi terkait;
9. Pelaksanaan penyuluhan informasi publik;
10. Penyiapan bahan dalam rangka pemeriksaan dan tindak lanjut Hasil
Pemeriksaan;
11. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen
Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA);
12. Pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SPP) dan Standar
Operasional dan Prosedur (SOP);
13. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI);
14. Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
15. Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi;
dan
16. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas pokoknya

e. Bidang Informasi Publik, terdiri atas :


a) Seksi Pengelolaan dan Pelayanan Informasi mempunyai tugas pokok
pengelolaan dan pelayanan informasi.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya mempunyai fungsi :
1. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis
bidang pengelolaan dan pelayanan informasi;
16
2. Penyiapan bahan penyusunan perencanaan dan pelaksanaan
program di bidang pengelolaan dan pelayanan informasi;
3. Pelaksanaan inventarisasi bahan atau materi informasi publik;
4. Pelaksanaan pengolahan dan pelayanan informasi publik;
5. Pelaksanaan penyuluhan sistem informasi publik;
6. Pelaksanaan penghimpunan pengaduan dari masyarakat untuk
diteruskan kepada Perangkat Daerah terkait;
7. Pelaksanaan fasilitasi sarana dan prasarana pelayanan informasi
publik;
8. Pembinaan dan bimbingan teknis sistem informasi;
9. Pelaksanaan evaluasi hasil pelaksanaan penyuluhan sistem
informasi;
10. Penerimaan pengaduan masyarakat yang diteruskan ke unit kerja
terkait;
11. Penyiapan bahan dalam rangka kerja sama dengan instansi terkait
dalam penyebaran informasi publik;
12. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen
Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA);
13. Pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SPP) dan Standar
Operasional dan Prosedur (SOP);
14. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI);
15. Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
16. Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi;
dan
17. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai
dengan tugas pokoknya.
b) Seksi Publikasi dan Dokumentasi mempunyai tugas pokok pengolahan
data sebagai bahan publikasi dan dokumentasi informasi publik.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya mempunyai fungsi :
1. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis
bidang pengolahan data sebagai bahan publikasi dan dokumentasi
informasi publik;

17
2. Penyiapan bahan penyusunan perencanaan dan pelaksanaan
program di bidang pengolahan data sebagai bahan publikasi dan
dokumentasi informasi publik;
3. Penyiapan dan pengolahan bahan informasi publik sebagai bahan
publikasi potensi daerah;
4. Pelaksanaan inventarisasi dan analisis data potensi daerah sebagai
bahan dokumentasi dan publikasi;
5. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen
Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA);
6. Pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SPP) dan Standar
Operasional dan Prosedur (SOP);
7. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI);
8. Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
9. Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi;
dan
10. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai
dengan tugas pokoknya.

f. Bidang Statistik dan Persandian


Bidang Statistik dan Persandian mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan program dan kegiatan di bidang statistik dan persandian. (2)
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang
Statistik dan Persandian menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan program Bidang Statistik dan Persandian berdasarkan
perencanaan Strategis;
b. Perumusan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang statistik
dan persandian;
c. Pembinaan pelaksanaan kebijakan di bidang statistik dan
persandian;
d. Pengumpulan dan pengolahan data statistik sektoral;
e. Pelaksanaan analisis data statistik sektoral;
f. Pembangunan metadata statistik sektoral;
g. Peningkatan kapasitas kelembagaan statistik sektoral;
18
h. Pelaksanaan koordinasi penyediaan statistik sektoral;
i. Pelaksanaan pembinaan pengamanan informasi persandian dan
penyelenggaraan sistem persandian;
j. Pelaksanaan koordinasi pengamanan peralatan sandi dan kunci
sistem sandi;
k. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan tugas dan fungsi di bidang
statistik dan persandian; dan
l. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
bidang tugasnya
a) Seksi Statistik
1. Seksi Statistik mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dalam
rangka penyusunan petunjuk teknis, pemantauan dan pembinaan
statistik.
2. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Seksi Statistik menyelenggarakan fungsi:
a. Perencanaan kegiatan dan anggaran Seksi Statistik;
b. Penyiapan bahan perumusan, koordinasi pelaksanaan kebijakan
statistik;
c. Penyiapan bahan identifikasi kebutuhan data untuk perencanaan,
pelaksanaan evaluasi, dan pengendalian pembangunan tingkat
Daerah;
d. Penyiapan bahan pengumpulan data statistik sektoral;
e. Penyiapan bahan pengolahan data statistik sektoral;
f. Penyiapan bahan analisis data statistik sektoral;
g. Penyiapan bahan pembangunan metadata statistik sektoral;
h. Penyiapan bahan pelaksanaan diseminasi data statistik sektoral;
i. Penyiapan bahan peningkatan kapasitas kelembagaan statistik
sektoral;
j. Penyiapan bahan pengembangan infrastruktur data statistik
sektoral;
k. Penyiapan bahan koordinasi statistik sektoral;

19
l. Penyiapan bahan pelaksanaan validasi data berbasis
elektroniK/e-database;
m. Penyiapan bahan pelaksanaan pembinaan, monitoring, dan
pelaporan lingkup data dan statistik;
n. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan tugas dan fungsi Seksi
Statistik; dan
o. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
sesuai bidang tugasnya.
b) Seksi Persandian
1) Seksi Persandian mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan dalam rangka penyusunan petunjuk teknis,
pemantauan dan pembinaan persandian.
2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Seksi Persandian menyelenggarakan fungsi:
a. Perencanaan kegiatan dan anggaran Seksi Persandian;
b. Penyiapan bahan perumusan, koordinasi pelaksanaan
kebijakan persandian;
c. Penyiapan bahan penyelenggaraan persandian untuk
pengamanan informasi Pemerintah Daerah;
d. Penyiapan bahan penyusunan penetapan pola hubungan
komunikasi sandi antar Perangkat Daerah;
e. Penyiapan bahan evaluasi dan analisis persandian;
f. Penyiapan bahan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan
pengamanan informasi persandian dan penyelenggaraan
sistem persandian;
g. Penyiapan bahan koordinasi pengamanan peralatan sandi
dan kunci sistem sandi; pelaksanaan evaluasi dan pelaporan
tugas dan fungsi Seksi Persandian; dan
h. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala

20
4. Visi dan Program

Visi :
Visi Dinas Kominfo Kota Malang yaitu : “Mewujudkan Penyelenggaraan
Pelayanan Publik Melalui Peningkatan Pemanfaatan Teknologi Informasi
Dan Komunikasi, Dinas Kominfo Kota Malang Berusaha Untuk Memenuhi
Akan Kebutuhan Infrastruktur Tik.
Program :
1. Pembangunan Dan Pengembangan Sarana Prasarana Tik
2. Penyediaan Kapasitas Koneksi Internet
3. Pengembangan Aplikasi Informatika
4. Pemberdayaan TIK
5. Pengelolaan Informasi Publik (PPID)

B. Deskripsi Kinerja Organisasi


Kepemimpinan kinerja organisasi Dinas Kominfo Kota Malang dapat
dilihat dengan telah melaksanakan tugas pokok dan fungsi dalam rangka
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis
Dinas Kominfo Kota Malang tahun 2018-2023. Jumlah sasaran yang telah
ditetapkan untuk mencapai Visi dan Misi Pemerintah Daerah sebanyak 1
tujuan, 2 sasaran strategis dengan 6 indikator kinerja tahun 2022.
Dari 5 sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Kinerja (Renja)
untuk Tahun Anggaran 2022 telah tercapai semua. Iktisara Pencapaian
Sasaran dapat dilihat dibawah ini:
1. Terwujudnya sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik.
2. Meningkatnya Tata Kelola dan Layanan Pemerintah Berbasis Elektronik.
3. Meningkatnya Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah.
4. Persentase Ketermanfaatan Data Statistik Sektoral.
5. Persentase Perangkat Daerah yang mengimplementasikan persandian.

21
Gambar 1.2 Target dan Realisasi Kinerja Diskominfo Kota Malang

C. Identifikasi Komponen Key Success Factor


Menurut Mardiasmo dalam Rachmawati1 key success factors adalah suatu
area yang mengidentifikasi kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Faktor kunci
keberhasilan adalah variabel-variabel penting dalam lingkungan intern maupun
ekstern perusahaan yang sangat mempengaruhi kesuksesan perusahaan
melakukan strategi dalam mencapai tujuan. Menurut Tripomo key success factors
adalah faktor-faktor internal organisasi yang paling kritis atau yang paling
penting, yang mungkin digunakan oleh suatu organisasi untuk menangani
peluang dan ancaman agar dapat bertahan dan memenangkan persaingan
(meningkatkan posisi persaingan). Dari definisidefinisi diatas dapat disimpulkan
bahwa key success factors (faktor kunci keberhasilan) merupakan faktor-faktor
kritis pada lingkungan usaha yang mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai
tujuannya sehingga manajer harus melakukan tindakan yang cepat dan tepat bila
terjadi perubahan signifikan. Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa key success factors (faktor kunci keberhasilan) merupakan faktor-faktor
kritis pada lingkungan usaha yang mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai
tujuannya sehingga manajer harus melakukan tindakan yang cepat dan tepat bila
terjadi perubahan signifikan.

22
Menurut Mardiasmo dalam Rachmawati, key variabel atau critical success
factors memiliki pemicu keberhasilan beberapa karakteristik, antara lain: (1)
Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi, (2) Secara
volatile dan dapat berubah dengan cepat, (3) Perubahannya tidak dapat
diprediksi, (4) Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera, (5) Variabel
dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran antara (surrogate).
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui studi lapangan virtual (during)
selanjutnya dilakukan analisa dengan menerapkan teori key success factors maka
dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Penggunaan aplikasi digital untuk peningkatan pelayanan public (e-
SURADI, Sambat Online, e-Arsip, portal Malang Satu Data, aplikasi
Malang Pro UMKM (Malpro).
2. Menjalin hubungan kerja yang baik antar jejaring kerja.
3. Komitmen pimpinan tinggi terhadap waktu penyelesaian masalah yang
terangkum dalam pertemuan rutin.
4. Program pelatihan pegawai yang berkesinambungan.
5. Transparansi sektor publik dengan menampilkan kinerja instansi baik
terkait finansial maupun non finansial kepada masyarakat dalam bentuk
laporan rutin yang dapat diakses masyarakat.
6. Kepuasan Masyarakat sebagai Pengguna layanan digital meningkat,
dibuktikan dengan penerimaan award.
7. Keterlibatan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) dalam setiap
perubahan prosedur layanan dan kebijakan yang dibuat.
8. Memberikan reward dengan kepada staf.
9. Partisipasi berupa kritik dan saran pengguna jasa merupakan faktor
penentu peningkatan kinerja Layanan publik.
10. Ketegasan pimpinan dalam mengelola pegawai dengan bekerja
berbasis kinerja.
11. Membangun Komitmen Pegawai untuk melakukan perubahan.

D. Analisa Peran Kepemimpinan


Menurut kodrat serta irodat-Nya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi
pemimpin. Sejak adam dijadikan manusia pertama dan di turunkan ke bumi, dia
23
ditugasi sebagai khalifah fil ardhi. Sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an
surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya “ingatlah ketika Tuhan-Mu berfirman
kepada Malaikat”; “sesungguhnya aku akan mengangkat Adam sebagai khalifah
di muka bumi”. Perkataan khalifah oleh sebagian mufassirin penghubung atau
pemimpin yang diserahi untuk menyampaikan atau memimpin sesuatu. Sehingga
jelaskan bahwa manusia telah dikaruniai sifat sekaligus tugas sebagai seorang
pemimpin.
Beberapa pendapat konvensional tentang defenisi kepemimpinan telah di
kemukakan oleh para ahli salah satunya ialah George R. Terry mengatakan
kepemimpinan sebagai aktivitas mempengaruhi orang-orang agar diarahkan
untuk mencapai tujuan organisasi. 3 Selanjutnya, Wahjosumidjo juga
mengemukakan pendapat yang hampir sama bahwa kepemimpinan pada
hakikatnya suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-
sifat tertentu seperti; kepribadian (personality), kemampuan (ability), dan
kesanggupan (capability). Kepemimpinan juga sebagai rangkaian kegiatan
(activity) yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan (position) serta gaya
atau perilaku pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan adalah proses antar hubungan
atau interaksi antar pemimpin, pengikut dan situasi.4
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui studi lapangan virtual (during)
selanjutnya dilakukan analisa data dari 3 (tiga) aspek kepemimpinan dapat
digambarkan peran kepemimpinan pada Dinas Kominfo Kota Malang sebagai
berikut :
1. Kepribadian (personality), menerapkan nilai kuwera brata yang artinya
seorang pemimpin hendaknya harus bijaksana dalam menggunakan dana atau
uang serta selalu ada hasrat untuk mensejahterakan masyarakat dan tidak
menjadi pemboros yang akhirnya dapat merugikan negara dan masyarakat.
2. Kemampuan (ability), menerapkan nilai surya brata yang artinya seorang
pemimpin dapat memberikan penerangan secara adil dan merata kepada
seluruh rakyat yang dipimpinnya serta selalu berbuat berhati-hati seperti
matahari sangat berhati-hati dalam menyerap air.

3
George R. Terry (1972:458)
4
Wahjosumidjo (1987:11)
24
3. Kesanggupan (capability), menerapkan nilai baruna brata yang artinya
seorang pemimpin hendaknya dapat memberantas segala jenis penyakit yang
berkembang di masyarakat, seperti pengangguran, kenakalan remaja,
pencurian, dan pengacau keamanan negara.

Rumusan Lesson Learnt

Panduan umum kegiatan pelatihan mengatur bahwa penyusunan laporan


berupa lesson learnt yang diberlakukan secara khusus pada agenda pembelajaran
benchmarking. Agenda ini menggunakan metode studi lapangan yang bertujuan
untuk membekali peserta dengan kemampuan mengadopsi dan mengadaptasi
praktik baik (good practice) dan/atau praktik terbaik (best practices) dalam
mengelola kebijakan sesuai dengan tema pembelajaran yang telah ditetapkan.
Adapun lingkup dan perumusan lesson learnt dalam studi lapangan virtual
(during) pada Dinas Kominfo Kota Malang ini adalah sebagai berikut lain :
1. Peran kepemimpinan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan
organisasi, penerapan nilai-nilai profesional, tangguh, visioner, jujur, adil,
bertanggung jawab, disiplin, sinergi dan bersatu menjadi nilai-nilai yang telah
diterapkan, semangat transformasi menjadi tantangan tersendir karena
perbedaan karakteristik (budaya, gaya hidup, perilaku) dan komunikasi
efektif menjadi satu-satunya cara yang harus dipelajari secara mendalam
terutama bagi tingkatan manajerial dalam rangka membangun kesepakatan
dalam pencapaian tujuan organisasi. Dalam melaksanakan pelayanan publik,
pimpinan dan seluruh staf harus menghindari Kepemimpinan Transaksional
atau “Transaction Leadership” dan mewujudkan Kepemimpinan
Tranformasional atau “Transformasional Leadership”. Hal ini Terbukti
Mampu Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik pada Dinas Kominfo
Kota Malang.
2. Kompetensi dan Pengembangan SDM pada Dinas Kominfo Kota Malang
yang dapat diadopsi adalah komitmen untuk memastikan peningkatan
kompetensi SDM melalui pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan
pemberiaan reward terhadap staf.

25
3. Pelaksanaan pembangunan jejaring kerja dan kolaborasi pemangku
kepentingan pada Dinas Kominfo Kota Malang yang dapat diadopsi yaitu
terjalinnya kerjasama dengan OPD dilingkungan Kota Malang dan
Stakeholders dan masyarakat dibangun atas kesamaan visi, misi mendukung
tugas dan fungsi organisasi, saling percaya, saling menguntungkan, efektif
dan efisien, komunikasi timbal-balik, dan komitmen yang kuat, kesemuanya
itu perlu lebih dioptimalkan, serta telah diatur melalui Perwali Nomor 7
Tahun 2022 tentang Malang Satu Data.
4. Dalam penerapan manajemen kinerja, seluruh kinerja yang menjadi kunci
kesuksesan Dinas Kominfo Kota Malang dapat diadopsi mulai dari
Perencanaan dan Monitoring yang sudah terintegrasi dan berbasis digital.
5. Penerapan manajemen resiko pada Dinas Kominfo Kota Malang yang dapat
diadopsi yaitu berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
Nomor 6 Tahun 2017 tentang Sistem Manajemen Risiko dilingkungan
Kementeriaan Komunikasi dan Informatika, serta dikuatkan dengan
Monitoring dan Evaluasi secara rutin.

26
BAB III
IDENTIFIKASI KEY SUCCES
FACTOR MELALUI LEASON
LEARNT

A. Peran Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan salah satu dimensi kompetensi yang sangat
menentukan terhadap kinerja atau keberhasilan organisasi. Esensi pokok
kepemimpinan adalah cara untuk memengaruhi orang lain agar menjadi efektif
tentu setiap orang bisa berbeda dalam melakukan. Kepemimpinan merupakan
seni, karena pendekatan setiap orang dalam memimpin orang dapat berbeda
tergantung karakteristik pemimpin, karakteristik tugas maupun karakteristik
orang yang dipimpinnya.
Menurut Kreitner & Kinicki5 menyatakan bahwa kepemimpinan
(leadership) didefinisikan sebagai “Suatu proses pengaruh sosial dimana peran
pemimpin untuk mengusahakan partisipasi sukarela dari para bawahannya dalam
suatu target guna mencapai tujuan organisasi”.
Sedangkan arti kepemimpinan menurut A Robert Baron6, ialah “ leadership
is the process whereby oone individual influences or her group members toward
the attainment of defined group or organizational goals; ”kepemimpinan
merupakan proses dimana individu memberikan pengaruh anggota kelompok lain
tentang perolehan tujuan yang telah diputuskan oleh kelompok atau organisasi”.
Transactional leadership adalah kepemimpinan yang menyampingkan
sesuatu yang buruk menuju kinerja organisasi yang sangat baik, lewat
pembaharuan dan perbaikan. Proses transformasi ini dapat dikerjakan dengan
proses rekrutmen, seleksi, promosi, pelatihan dan pengembangan, jaminan
kesehatan dan efektivitas kinerja organisasi. Berdasarkan penelitian Bass,
pemimpin transformasional yang efektif mempunyai ciri-ciri7 :

5
Kreitner, Robert and Kinicki, Angelo.2005. Perilaku Organisasi edisi 5. Jakarta. PT. Salemba
empat. 2005. hlm.372
6
Greenberg, Jerald & BaronRobert, A. 2003. Behavior in Organization : Understanding and
Managing The Human side of work. 2003. hlm.471
7
Luthan, Fred. Organizational Behavior. hlm. 285
27
1) Pemimpin melakukan identifikasi diri sebagai agen perubahan;
2) Pemimpin merupakan orang yang bisa memberikan semangat;
3) Pemimpin merupakan orang yang yakin pada orang lain;
4) Pemimpin merupakan pendorong system nilai;
5) Pemimpin merupakan pembelajaran sepanjang hayat;
6) Mempunyai kemampuan beradaptasi dengan kompleksitas, ambiguitas
dan ketidakpastian;
7) Mempunyai visi.
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui studi lapangan virtual (daring)
selanjutnya dilakukan analisa data aspek peran kepemimpinan pada Dinas
Kominfo Kota Malang bahwa Kepala Dinas Kominfo Kota Malang telah
menerapkan Penguatan Budaya Kinerja, Penguatan Agen Perubahan, Perbaikan
Akuntabilitas dan Reformasi Birokrasi, Peningkatan Kapasitas Manajemen
Pengetahuan dan Pemanfaatan Digitalisasi.
Konsolidasi internal dan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia,
koordinasi dan kolaborasi efektif dengan instansi terkait, serta menjaga
komunikasi dengan seluruh staf.
Kepala Dinas Kominfo Kota Malang juga mendorong upaya pengembangan
kompentensi SDM, penerapan pengelolaan keuangan berbasis digital,
membangun jejaring kerja berkolaborasi dengan pihak ekternal serta memberikan
pelayanan publik berbasis digital melalui Aplikasi Smart City Kota Malang.
Selanjutnya secara reguler Kepala Dinas Kominfo Kota Malang
menyelenggarakan rapat dengan para pejabat administrator dan pengawas guna
memperoleh kesamaan pemahaman, sharing pengetahuan dan pengalaman,
memecahkan permasalahan organisasi dan lain-lain. Serta melakukan kunjungan
langsung ke lapangan untuk memonitor kinerja staf dan memberikan arahan
untuk kesuksesan pelaksanaan kegiatan-kegiatan strategis yang memerlukan
perhatian ekstra.

B. Inovasi Pelayanan
Pelayanan publik merupakan salah satu fungsi utama dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini didukung dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh (Anwar, 2000) mengatakan bahwa pelayanan publik sebagai
28
jembatan antara pemerintah dengan masyarakat dalam melaksanakan fungsi dan
tugas pemerintahan. Saat ini, Indonesia sedang memasuki era teknologi digital
yang semakin masif. Pada level ini, pemerintah berfokus mengembangkan
inovasi yang berbasis teknologi digital. Saat ini, masyarakat ingin semua
pelayanan administrasi dilakukan dengan cepat, efisien dan efektif. Oleh karena
itu, pelayanan prima juga dituntut dari mereka yang melakukan pelayanan publik
(Hayat, 2017). Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2017 mendefinisikan inovasi
sebagai segala bentuk reformasi pemerintah provinsi yang bertujuan untuk
meningkatkan kinerja pemerintah provinsi.
Untuk mendorong daerah menciptakan dan mengembangkan inovasi,
pemerintah telah memberikan berbagai peraturan kepada pemerintah negara
sebagai pedoman untuk melaksanakan inovasi, sebagai daya ungkit bagi
pengelola daerah untuk lebih meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan
memperkenalkan berbagai inovasi (Hiplunudin, 2017).
Untuk mendorong daerah mengembangkan inovasi digital, pemerintah
menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 95 tentang sistem pemerintahan
elektronik pada tahun 2018. Pemerintah meningkatkan “pelayanan digital” dalam
penyelenggaraan pelayanan publik (Indonesia, 2009). Hal ini penting karena
pelayanan digital merupakan tuntutan yang dekat dengan masyarakat. Inti dari
transformasi digital bukan hanya untuk menghadirkan pelayanan biasa secara
online atau membangun aplikasi. Transformasi digital lebih luas dari sekedar
mengubah pelayanan dalam jaringan, tetapi bagaimana semua area pelayanan
dapat diintegrasikan sehingga perubahan proses pelayanan dapat tercapai dan
dimungkinkan untuk menciptakan “nilai” kepuasan bagi pengguna pelayanan
(Imania & Haryani, 2018).
Anttiroiko, Bailey dan Valkama menyebutkan; “there are also concepts that
refer to application areas of governance innovation, such as democratic,
managerial, development and service functions of government”. Yaitu ada tata
kelola yang mengacu pada bidang aplikasi inovasi tata kelola seperti, demokatis,
manajerial, pengembangan dan fungsi pelayanan pada pemerintahan. United
Nations tentang Innovative Public Service Delivery: Learning from Best Practice
mendeteksi bahwa governansi (tata kelola) yaitu sebuah elemen utama (sentral)

29
dalam inovasi penyediaan layanan publik. Penyediaan layanan publik yang
inovatif membutuhkan penguatan dalam tata kelola dan kapasitas sektor publik,
yang paling utama adalah masalah analisis kelembagaan, aktor kebijakan dan
masyarakat dalam sistem tata kelola8.
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui studi lapangan virtual (daring)
pada Dinas Kominfo Kota Malang, ditemui berbagai inovasi yang terdiri dari 42
Aplikasi Publik dan 25 Aplikasi Administrasi Pemerintahan, diantaranya yaitu:
a) Smart City Kota Malang
Smart City adalah konsep kota cerdas/kota pintar yang berguna untuk
membantu masyarakat dalam melakukan pekerjaan dengan
memanfaatkan teknologi, dan sumber daya yang ada dengan efisien dan
sistematis (Smart Economy, Smart Mobility, Smart Environment, Smart
People, Smart Living dan Smart Governance).
b) Sambat Online
Sambat Online ini adalah sarana yang di sediakan untuk menjembatani
sekaligus memudahkan warga kota khususnya untuk melayangkan
aspirasi, saran, kritik, pengaduan maupun pertanyaan kepada perangkat
pemerintah Kota Malang.
c) Layanan 112
Layanan Panggilan Darurat Ngalam 112, merupakan layanan panggilan
darurat yang didukung oleh Perangkat Daerah dan Instansi terkait di
lingkungan Pemkot Malang. Tujuannya, merespon masyarakat Kota
Malang dalam meminta bantuan saat terjadi keadaan darurat.
d) Lapor
Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat atau Lapor!,
merupakan sistem pengelolaan pengaduan pelayanan publik dalam satu
pintu. Tujuannya, masyarakat memiliki satu saluran pengaduan secara
Nasional.
e) Job Fair Aktive
Job Fair Active merupakan inovasi yang diluncurkan Pemerintah Kota

8
Siti Nur Hapzah, Budi Rianto, M. Husni Tamrin, Program Studi Administrasi Publik, Universitas
Hang Tuah, Surabaya, Volume: 5 (2) 2020: Hal:5
30
Malang dan pertama kali di Indonesia dalam pelaksanaan Job Fair secara
full digital.
f) Simbahe
Simbah-e adalah aplikasi pembayaran online untuk melakukan sewa
lapangan, seluruh lapangan yang ada di dispora dapat disewa melalui
aplikasi ini. Pembayaran online dapat dilakukan dengan mudah dengan
adanya virtual account. Disporpar Kota Malang telah melakukan
kerjasama dengan perbankan untuk mempermudah pembayaran di
aplikasi.
g) Kelompok Informasi Masyarakat (KIM)
Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) atau kelompok sejenis lainnya
adalah kelompok yang dibentuk oleh, dari, untuk masyarakat secara
mandiri yang aktif dan kreatifitasnya melakukan pengelolaan informasi
dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan nilai
tambah.
Dasar utama pembentukan KIM adalah Peraturan Menteri Komunikasi
dan Informatika RI nomor 08/PER/M.KOMINFO/6/2010 tentang
Pedoman Pengembangan dan Pemberdayaan Lembaga Komunikasi
Sosial, tanggal 1 Juni 2010.
h) Suradi
E-Suradi (Electronic Surat Digital) adalah aplikasi surat menyurat antar
perangkat daerah dan pemerintahan resmi dalam bentuk elektronik yang
dimana aplikasi ini digunakan sebagai sistem informasi di seluruh Dinas
dan Organisasi Perangkat Daerah di Kota Malang. Tujuan adanya E-
Suradi adalah terimplementasinya pelaksanaan digitalisasi dalam
mendukung e-government di Kota malang khususnya proses
adminiastrasi surat perangkat daerah yang efektif, efisien, cepat dan
akurat.
Sedangkan strategi utama dalam menerapkan inovasi pelayanan
adalah dengan merencanakan dan melaksanakan program/kegiatan yang
tepat tujuan dan tepat sasaran sesuai skala prioritas dengan
mempertimbangkan tingkat urgenitas dan nilai strategis suatu

31
program/kegiatan.

C. Kompetensi dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia


Melihat pentingnya peranan faktor Sumber Daya Manusia dalam sebuah
instansi, maka tidak salah jika dikatakan bahwa Sumber Daya Manusia adalah
aset yang paling penting yang berdampak pada kesejahteraan instansi secara
langsung. Selain itu para Pegawai dalam melaksanakan tugasnya seharusnya
sesuai dengan harapan yang diinginkan oleh pimpinan, dengan demikian
pegawai tersebut dapat dikatakan mempunyai prestasi kerja atau kinerja yang
baik. Untuk dapat melayani dan memenuhi kebutuhan masyarakat, sangat
dibutuhkan pegawai yang benar- benar menguasai bidangnya dan
bertanggung jawab. Para pemimpin dapat meningkatkan kualitas pegawainya
dengan melakukan program pengembangan dalam peningkatan pengetahuan
dan keterampilannya. Hal ini dikarenakan sering terlihat terjadi kesenjangan
didalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, ditambah dengan kurang
peduli terhadap permintaan masyarakat sehingga menimbulkan berbagai
masalah.
Menurut Sedarmayanti (2011) pemberdayaan sumber daya manusia
adalah suatu proses kegiatan usaha untuk lebih memberdayakan “daya
manusia” melalui perubahan dan pengembangan manusia itu sendiri, berupa
kemampuan, kepercayaan, wewenang, dan tanggung jawab dan rangka
pelaksanaan kegiatan- kegiatan organisasi untuk meningkatkan kinerja
sebagaimana diharapkan. Sedangkan Menurut Melville Herskowitz dalam
Kusdi (2011) mengemukakan bahwa budaya organisasi adalah sebuah
struktur yang menggambarkan keyakinan, perilaku, pengetahuan, sanksi,
nilai-nilai yang mengatur cara hidup anggotaanggota organisasi9.
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui studi lapangan virtual
(daring) data kompetensi dan pengembangan sumber daya manusia pada
Dinas Kominfo Kota Malang mengacu kepada visi-misi dan roadmap

9
Indra Surya Permanaa, Listyaningsihb, Susi Herliawati, Pengaruh Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia, Budaya Organisasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Sekretariat Daerah
Indramayu, Jurnal Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Cirebon Volume 14 No. 2, 2019,
Hal:300-301
32
reformasi birokrasi dan peraturan perundang-undangan, kesempatan 20 jam
pelajaran merupakan hak dari seluruh aparatur sipil negara sehingga dalam
berbagai kesempatan Dinas Kominfo Kota Malang mengusulkan pegawai
yang akan mendapatkan pelatihan tertentu, serta melakukan rekrutmen sesuai
kompentensi bidang yang membutuhkan.
Selanjutnya memberi peluang kepada staf mengikuti pelatihan teknis
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, mendorong staf untuk
mengikuti pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, serta mengoptimalkan
peran dan tusi Bidang Bina Konstruksi dalam meningkatkan keterampilan
dan keahlian pelaku jasa konstruksi melalui program pelatihan bekerja sama
dengan Badan Kompetensi Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi
Jawa Timur.

D. Jejaring Kerja dan Kolaborasi Pemangku Kepentingan


Pemerintah tidak hanya mengandalkan pada kapasistas internal yang
dimiliki dalam penerapan sebuah kebijakan dan pelakasanaan program.
Pemerintah pada dasarnya perlu mendengarkan suara publik untuk dapat
memutuskan tindakan atau kebijakan apa yang perlu dirancang. Oleh karena
itu, perlu melibatkan stakeholders dalam merancang sebuah kebijakan.
Dalam hal ini proses dan struktur pengambilan keputusan dan manajemen
kebijakan publik yang melibatkan orang secara konstruktif di seluruh batas-
batas lembaga publik, tingkat pemerintahan, dan/atau lingkup publik, swasta
dan sipil untuk melaksanakan tujuan publik yang tidak dapat dicapai.
Collaborative governance berbasis pada tujuan untuk memecahkan
bersama permasalahan atau isu tertentu dari para pihak yang terkait, pihak
tersebut tidak hanya berbatas pada instansi pemerintah dan non pemerintah,
karena dalam prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, melibatkan
masyarakat sipil dalam perumusan dan pengambilan keputusan. Model
collaborative governance yaitu kondisi awal dalam suatu kolaborasi
dipengaruhi oleh beberapa fenomena, yaitu para stakeholders memiliki
kepentingan dan visi bersama yang ingin dicapai, sejarah kerjasama dimasa
lalu, saling menghormati kerjasama yang terjalin, kepercayaan masing-
masing stakeholders, ketidakseimbangan kekuatan, sumber daya, dan
33
pengetahuan10.
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui studi lapangan virtual
(daring) pada Dinas Kominfo Kota Malang, telah membangun jejaring kerja
Optimasi grup admin, penyelenggaraan apresiasi penghargaan AIKID,
kegiatan peningkatan kapasitas admin dan kampanye isu strategis antar
instansi dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam mengatasi permasalahan
yang ada terkait Teknologi Informasi dan Komunikasi serta Pemanfaatan
grup media se-Kota Malang dalam berbagi rilis berita web, kerja sama dengan
UMKM, Startup, PKK, Forum Anak dan Pelaku Ekraf dan Pemanfaatan fitur
promosi, optimasi moderasi komen, kerjasama kampanye isu strategis dengan
badan publik/lembaga lainnya.

E. Penerapan Manajemen Kinerja


Menurut George R Terry dalam bukunya Principles of Management,
manajemen merupakan suatu proses yang menggunakan metode ilmu dan
seni untuk menerapkan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok
manusia yang dilengkapi dengan sumber daya/faktor produksi untuk
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan lebih dahulu, secara efektif dan
efisien. Sedangkan menurut John R Schermerhorn Jr dalam bukunya
Management, manajemen adalah proses yang mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian terhadap penggunaan
sumber daya yang dimiliki, baik manusiadan material untuk mencapai
tujuan11.
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui studi lapangan virtual
(daring) pada Dinas Kominfo Kota Malang Penerapan Manajemen Kinerja
melalui Pemantapan Tata Kelola, Penguatan Perencanaan, membangun
strategi komunikasi efektif baik dilingkungan internal maupun ekternal OPD,
pemanfaatan teknologi informasi baik melalui website, media sosial serta

10
Pengurus Forum Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia, Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen
Indonesia, ISSN, 2614-0462 INOBIS Volume 4, No. 2, Maret 2021
11
Nasrullah Nursam, Manajemen Kinerja, Kelola: Journal of Islamic Education Management Vol.2,
No.2 Oktober 2017, Hal 167-175 ISSN : 2548-4052
34
aplikasi layanan pemerintah. Dan meningkatkan akuntabilital kinerja
pelayanan publik dengan meraih berbagai penghargaan Kabupaten/Provinsi
dan Nasional.

F. Penerapan Manajemen Risiko


Pemahaman manajemen resiko memungkinkan pihak manajemen untuk
terlibat secara efektif ketika menghadapi ketidakpastian dengan risiko dan
peluang yang berhubungan dan juga meningkatkan kemampuan suatu
organisasi untuk dapat memberikan nilai tambah. Menurut Smith (1990)
Manajemen Resiko adalah suatu proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol
keuangan dari suatu resiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah
organisasi atau suatu proyek yang bisa menimbulkan kerusakan ataupun
kerugian pada organisasi tersebut 12.
Tata kelola saat ini menjadi kebutuhan di setiap instansi penyelenggara
pelayanan publik mengingat peran teknologi yang semakin penting. Dalam
penyelenggaraan tata kelola ini, faktor keamanaan informasi merupakan
aspek terpenting mengingat kinerja tata kelola informasi akan terganggu jika
objek tata kelola teknologi informasi mengalami masalah keamanan
informasi yang menyangkut kerahasiaan, keuntungan dan ketersediaan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 6
Tahun 2017 tentang Sistem Manajemen Risiko dilingkungan Kementeriaan
Komunikasi dan Informatika.
Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) adalah seperangkat
kebijakan terkait manajemen keamanan informasi terkait dengan risiko
teknologi informasi, Di mana organisasi harus merancang, menerapkan, dan
memelihara kebijakan, proses dan sistem untuk mengolah risiko informasi
dan memastikan tingkat risiko keamanan informasi yang dapat diterima.

G. Planning dan Budgeting


Pada konteks perencanaan daerah, perencanaan merupakan suatu proses
penyusunan visi, misi dan program dalam rangka pelayanan kepada

12
Ibid.
35
masyarakat dengan mempertimbangkan faktor ketersediaan sumber daya
yang dimiliki daerah secara efesien dan efektif serta mempertimbangkan
aspek keberlanjutan dari ketersediaan sumber daya tersebut. Penganggaran
sector public terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-
tiap program dana aktivitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran
organisasi sector public dimulai ketika perumusan strategi dan perencanaan
strategi telah selesai dilakukan. Anggaran merupakan artikulasi dari hasil
perumusan strategi dan perencanaan strategi yang telah dibuat. Tahap
penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan
tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang
sudah disusun. Anggaran merupakan managerial plan for action untuk
memfasilitasi tercapainya tujuan organisasi.
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui studi lapangan virtual
(daring) pada Dinas Kominfo Kota Malang ketepatan penganggaran terhadap
capaian realisasi tercapai hampir 100 %, SILPA umumnya dimanfaatkan
untuk kegiatan urgent melalui pergeseran anggaran ataupun kegiatan pada
APBD Perubahan atas persetujuan TAPD. Dan menerapkan Pengelolaan
Keuangan Keuangan berbasis digital melalui Pemanfaatan SIPDRI Keuangan
Rencana Aksi berbasis Roadmap Pengembangan Digitalisasi Daerah Kota
Malang SP2D Online Kerja sama dengan Perbankan

H. Pemanfaatan Teknologi
Smart City adalah konsep kota cerdas/kota pintar yang berguna untuk
membantu masyarakat dalam melakukan pekerjaan dengan memanfaatkan
teknologi, dan sumber daya yang ada dengan efisien dan sistematis. Lahirnya
konsep smart city terus mendorong percepatan pembangunan daerah secara
berkelanjutan. Namun didalam perencanaan konsep tersebut memiliki
beberapa pertimbangan. Seperti kepadatan penduduk, indeks ketersediaan
sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten, teknologi dan infrastruktur
pendukung.
Mewujudkan kota berbasis Smart City masih menjadi salah satu prioritas
di dalam pembangunan Kota Malang pada 2023. Hal ini senada dengan yang
dikatakan oleh Wali Kota Malang Drs. H. Sutiaji, yakni jika progam-progam
36
di Kota Malang telah berbasis smart city, maka pusat data akan tercantum
menjadi satu. Menurut beliau, konsep smart city tersebut menjadi program
prioritas di tahun 2022. Contoh pelaksanaan smart city tersebut dapat
diwujudkan di dalam pemerintahan (smart governance). Jika di bidang
ekonomi, mendorong di sektor UMKM merupakan salah satu konsep di smart
economy. Dengan adanya konsep smart city yang diterapkan di Kota Malang
ini, diharapkan dapat memajukan segala sektor. Terlebih saat ini Kota Malang
menjadi trend center di Indonesia khususnya Provinsi Jawa Timur.
Saat ini Pemerintah Kota Malang sedang mempersiapkan menuju
konsep Smart City. Beberapa bukti dalam pelaksanaan berdasarkan indikator
dalam mewujudkan Smart City tersebut seperti :
1. Smart Economy : Jika melihat secara data, dalam pelaksanaannya,
Pemkot Malang telah melakukan berbagai program dalam mendukung
indikator tersebut. Contohnya Program “Brand Lokal Malang Mbois”
program tersebut diusulkan oleh Bapak walikota dalam mendukung
sektor UMKM yang berada di Kota Malang agar mampu bersaing
dengan produk luar dan menanamkan kesadaran akan mencintai produk-
produk lokal buatan Kota Malang. Menurutnya hal tersebut selain
meningkatkan partisipasi masyarakat guna mengkampanyekan
#BrandLokalMalangMbois.
2. Smart Mobility : Jika melihat perkembangan infrastruktur di Kota
Malang, Pemerintah Kota Malang terus mengebut pengerjaan
infrastruktur yang belum /akan dilaksanakan. Pemerintah Kota Malang
telah meresmikan Jembatan Kedungkandang yang menghubungkan
antara Kota Malang dengan Kabupaten Malang dan peresmian proyek
Islamic Center tahap pertama. Dengan adanya 2 infrastruktur daerah
tersebut diharapkan dapat mendorong sektor ekonomi di wilayah timur
Kota Malang.
3. Smart Environment : Saat ini Pemerintah Kota Malang sedang
merencanakan program Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk mencapai
pemenuhan 20% dari wilayah kota tersebut. Saat ini masih mencapai
4%. Namun, saat ini pemkot masih merencanakan menambah lahan

37
tersebut dengan membeli lahan untuk RTH (Mufarendra, 2020). Salah
satu RTH di Kota Malang yaitu Taman Slamet.
4. Smart People : Pengembangan sumber daya manusia (SDM) di Kota
Malang, saat ini ditujukan kepada para pelaku UMKM. Dengan begitu
bentuk supporting dari pemerintah daerah berupa bantuan dana maupun
bantuan pelatihan UMKM. Salah satu program yang dilaksanakan yaitu
pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK).
5. Smart Living : Indikator Smart Living di Kota Malang dapat tercapai
salah satunya melalui pendidikan dan sosial budaya. Sebagai Kota
Pendidikan di Indonesia, Kota Malang memiliki banyak Perguruan
Tinggi Negeri(PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta(PTS). Salah satu
prestasi Kota Pendidikan ini, yakni menjadi kota dengan indeks
pelayanan terbaik di Jawa Timur dengan poin 86 mengalahkan di daerah
lain.
6. Smart Governance : Smart governance, adalah indikator paling utama
di dalam terwujudnya Smart City yang ada di Kota Malang. Salah satu
penerapan digitalisasi di Pemkot Malang yakni Aplikasi Sambat Online
dan Jogo Malang, Ngalam Command Center (NCC) di Balaikota
Malang.
Sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 95 Tahun 2018 tentang
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Erik mengatakan bahwa
SPBE adalah penyelenggaraan pemerintahan yang memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) di lingkungan pemerintah daerah. Tujuannya,
untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, transparan,
dan akuntabel, serta pelayanan publik yang memiliki standar kualitas dan
terpercaya. Selaras dengan Visi dan Misi Kota Malang untuk memastikan
kepuasan masyarakat atas layanan pemerintah yang tertib hukum, profesional
dan akuntabel, maka indeks SPBE menjadi salah satu Indikator Kinerja Utama
(IKU) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Malang. Dia mengajak seluruh perangkat daerah di lingkungan Pemkot
Malang serius menjalankan SPBE.

38
BAB IV
ADAPTASI KEY SUCCESS LOKUS

A. Kewenangan Jabatan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bengkalis Nomor 3 Tahun


2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten
Bengkalis, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Bengkalis Nomor 7 Tahun 2019 tentang perubahan atas Peraturan Daerah
Kabupaten Bengkalis Nomor 3 Tahun 2016 tentang pembentukan dan susunan
Perangkat Daerah Kabupaten Bengkalis, maka telah ditetapkan Peraturan Bupati
Bengkalis Nomor 108 Tahun 2021 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Inspektorat Daerah Kabupaten Bengkalis.
Sesuai Peraturan Bupati tersebut Inspektorat merupakan unsur Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang mempunyai tugas membantu Bupati
dalam membina dan mengawasi pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan oleh Perangkat Daerah,
salah satunya Inspektur Pembantu V yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
melaksanakan pengawsasan bidang Investigasi dan membawahi Kelompok
Jabatan Fungsional Pengawas Urusan Penyelanggaraan Pemerintahan di Daerah
(PPUPD) dan Jabatan Fungsional Auditor

B. Permasalahan Kinerja Organisasi

Ada beberapa permasalahan yang terjadi di Inspektorat Daerah Kabupaten


Bengkalis tekait pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsinya antara lain :
1. Rendahnya efisiensi dan efektifitas penanganan pengaduan
masyarakat: Inspektorat Daerah tidak dapat merespons pengaduan dengan
cepat dan efisien dalam memberikan tindakan yang memadai, masyarakat
dapat kehilangan kepercayaan terhadap proses penanganan pengaduan.
Ketidakefektifan dan kelambatan penanganan dapat menyebabkan

39
ketidakpuasan masyarakat dan feedback kepada masyarakat menjadi sangat
lambat.
2. Kurangnya transparansi: Ketika Inspektorat Daerah tidak memberikan
informasi yang cukup mengenai proses penanganan pengaduan dan tindak
lanjut yang diambil, masyarakat mungkin merasa bahwa pengaduan
mereka diabaikan atau ditutup-tutupi. Kurangnya transparansi dapat
mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut.

3. Tingginya Risiko Kehilangan atau Kehancuran Dokumen: Dalam proses


pengaduan konvensional, dokumen fisik seperti surat atau formulir bisa
terkena risiko kehilangan atau kerusakan. Hal ini dapat menyebabkan
hilangnya bukti atau informasi penting yang diperlukan dalam penanganan
pengaduan.

Dalam Rancangan Aksi Perubahan Menyusun gagasan dalam bentuk


inovasi pelayanan publik yaitu “Strategi Pemantapan Program Tindak Lanjut
Pengaduan Masyarakat Pada Inspektorat Daerah Kabupaten Bengkalis”

Tabel 2.1.
Identifikasi dan Perumusan Isu Strategis
Tugas atau
Ruang Lingkup Rumusan isu Aktual
Fungsi
No. (Obyek Spesifik) Srategis
Bermasalah
1. Meningkatkan Penyelesaian 1. Rendahnya efisiensi dan
Kualitas Tindak Lanjut efektifitas penanganan
Pengawasan atas pengaduan masyarakat:
Terhadap Rekomendasi 2. Kurangnya transparansi:
Kepatuhan dan dari 3. Tingginya Risiko Kehilangan
Efektifitas Penanganan atau Kehancuran Dokumen:
Pengelolaan Pengaduan
Keuangan Masyarakat
Daerah Serta
Menurunnya
Tingkat
Penyalahgunaa
n Wewenang
pada
Pemerintah
Daerah

40
Metode Analisis dan Hasil Analisis

Hasil analisis dari tabel 2.1 terdapat tiga rumusan isu aktual yang
menjadi penyebab permasalahan pada tugas atau fungsi yang menjadi
tanggung jawab penulis. Untuk menetapkan isu aktual prioritas, penulis
menggunakan metode Analisa USG (Urgency, Serriously, Growth)

Analisis Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu metode


skoring untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Pada
tahap ini masing-masing masalah dinilai tingkat risiko dan dampaknya. Bila
telah didapatkan jumlah skor maka dapat menentukan prioritas masalah.
Langkah skoring dengan menggunakan metode USG adalah membuat daftar
akar masalah, membuat tabel matriks prioritas masalah dengan bobot skoring
1-5 dan nilai yang tertinggi sebagai prioritas masalah. Untuk lebih jelasnya,
pengertian urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Urgency

Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dan dihubungkan


dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tuntuk
memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.

b. Seriousness

Seberapa serius isu perlu dibahas dan dihubungkan dengan akibat


yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu
tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah lain kalau masalah
penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan
yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah
lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri
sendiri.

c. Growth

Seberapa kemungkinan - kemungkinannya isu tersebut menjadi


berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin
memburuk kalau dibiarkan.

41
Dari hasil identifikasi isu tersebut akan menghasilkan isu yang layakdan
dijadikan Rencana Aksi Perubahan. Adapun beberapa isu yang berkembang
di antara lain:
1. Rendahnya efisiensi dan efektifitas penanganan pengaduan
masyarakat: Inspektorat Daerah tidak dapat merespons pengaduan
dengan cepat dan efisien dalam memberikan tindakan yang memadai,
masyarakat dapat kehilangan kepercayaan terhadap proses penanganan
pengaduan. Ketidakefektifan dan kelambatan penanganan dapat
menyebabkan ketidakpuasan masyarakat dan feedback kepada
masyarakat menjadi sangat lambat.
Selama ini proses penanganan pengaduan masyarakat hanya
dilakukan secara konvensional. Tindaklanjut penanganan
membutuhkan waktu yang relatif lama. Tahun 2022 dari 20 laporan yang
masuk hanya dapat diselesaikan sampai penerbitan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) sebanyak 17 pengaduan. Dari beberapa pengaduan
yang ditindaklanjuti bemum semua pelapor mendapatkan feedback dari
laporan yang disampaikan.
2. Kurangnya transparansi: Ketika Inspektorat Daerah tidak memberikan
informasi yang cukup mengenai proses penanganan pengaduan dan
tindak lanjut yang diambil, masyarakat mungkin merasa bahwa
pengaduan mereka diabaikan atau ditutup-tutupi. Kurangnya
transparansi dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga tersebut. Kondisi saat ini masyarakat tidak mendapat kepastian
bahwa laopran mereka benar-benar ditindaklanjuti, sehingga tdak jarang
mereka datang ke kantor hanya untuk memastikaan tindaklanjut dari
laporan mereka.
3. Risiko Kehilangan atau Kehancuran Dokumen: Dalam proses pengaduan
konvensional, dokumen fisik seperti surat atau formulir bisa terkena
risiko kehilangan atau kerusakan. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya
bukti atau informasi penting yang diperlukan dalam penanganan
pengaduan. Disamping itu sistem kearsipan yang ada tidak mendukung

42
arsip-arsip tersimpan dengan baik.
Berdasarkan tabel 2.1 diatas yang menjadi isu prioritas adalah :
Rendahnya efisiensi dan efektifitas penanganan pengaduan masyarakat.
Selanjutnya matriks USG identifikasi masalah utama disajikan pada Tabel 3.4
berikut.

Tabel 2.2
Matriks USG Indentifikasi Masalah Utama

Nilai Jumlah
No. Permasalahan Skor
U S G
1. Rendahnya efisiensi dan efektifitas
penanganan pengaduan masyarakat. 5 5 5 15
Inspektorat Daerah tidak merespons
pengaduan dengan cepat dan efisien
dalam memberikan tindakan yang
memadai, masyarakat dapat kehilangan
kepercayaan terhadap proses penanganan
pengaduan.
2. Kurangnya transparansi: Ketika
Inspektorat Daerah tidak memberikan
4 4 4 12
informasi yang cukup mengenai proses
penanganan pengaduan dan tindak lanjut
yang diambil

3. Risiko Kehilangan atau Kehancuran


Dokumen: Dalam proses pengaduan 4 3 3 10
konvensional, dokumen fisik seperti
surat atau formulir bisa terkena risiko
kehilangan atau kerusakan.

Dengan menggunakan teknik analisis USG, maka diketahui


permasalahan utama yang menyebabkan masih rendahnya tingkat penyelesaian
tindak lanjut hasil pengawasan yang dilaksanakan oleh obyek pemeriksaan
disebabkan karena belum adanya belum adanya saluran pengaduan secara online
pada Inspektorat Kabupaten Bengkalis.

Penulis menggunakan analisis SWOT untuk menganalisa permasalahan


yang ada sehingga mampu menentukan strategi yang akan diambil untuk
menyelesaikan masalah tersebut.

43
Tabel. 2.4 Analisis SWOT

Strengths (S) / Kekuatan Weaknesses (W)/


Faktor Internal - Peraturan Pemerintah No, Kelemahan
12 Tahun 2017 - Lemahnya
- Komitmen pimpinan kemampuan koor-
dalam rangka dinasi dan komuni
peningkatan peranan kasi publik
pengawasan - Terbatasnya sumber
- Tingginya motivasi daya manusia
pegawai dalam dibidangpengawasan
meningkatkankinerjanya - Terbatasnya jumlah,
Faktor Eksternal
- Banyaknya pengala-man cakupan dan
dalam pelaksanaan kelengkapan data dan
pengawasan sistem informasi
pengawasan
Opportunities (O) / Peluang Stategy S-O Stategy W-O
- Adanya peraturan - Melaksanakan - Lakukan kajian
perundang-undangan dan pengawasan secara optimal terutama dalam
kebijakan pemerintah yang dengan dukungan memenuhi jumlah
mendukung peran peraturan perundangan- sumber daya
Inspektorat dalam undangan manusia
pengawasan Pemda - Tingkatkan penyelesaian pengawasan
- Adanya dukungan yang pengaduan masyarakat - Laksanakan
kuat dari Bupati terhadap melalui aplikasi Pendidikan dan
keberadaan Inspektorat teknologi dan informasi pelatihan
- Berkembangnya ilmu
pengetahuan

Threats (T) / Ancaman Stategy S-T Stategy W-T


- Sering terjadi perubahan - Lakukan koordinasi dan - Menfaatkan sarana
kebijakan dan peraturan konsultasi dalam danprasarana yang
perundang-undangan pelaksanaan tugas-tugas dimiliki pengawasan
- Meningkatnya tuntuntan pengawasan untuk - Susun skala
masyarakat terhadap mengatasi perubahan prioritas terhadap
peran Inspektorat kebijakan dan peraturan program dan
Keterbatasan anggaran perundang-undangan kegiatan
- Tingkatkan kemampuan pengawasan
komunikasi publik

44
Tabel 2.5 IFAS (Internal Factor Analysis Strategy)

No Faktor Bobot Rating Skor


1. Kekuatan (Strength)
a Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 0,25 3 0,75

b Komitmen pimpinan dalam rangka peningkatan 0,20 4 0,80


peranan pengawasan
c Tingginya motivasi pegawai dalam meningkatkan 0,20 4 0,80
kinerjanya
Total 2,35
2. Kelemahan (weakness)
a Lemahnya kemampuan koordinasi dan komunikasi 0,10 2 0,20
publik
b Terbatasnya sumber daya manusia dibidang 0,10 3 0,30
pengawasan
c Terbatasnya jumlah, cakupan dan kelengapan data 0,15 3 0,45
dan sistem informasi pengawasan
Total 0,95
Total Skor IFE 1 3,30

Tabel 2.6 EFAS (Eksternal Factor Analysis Strategy)

No Faktor Bobot Rating Skor


3. Peluang (Opportunity)
a Adanya dukungan pemerintah pusat terkait 0,28 4 1.12
peraturan perundang-undangan dan kebijakan
pemerintah yang mendukung peran Inspektorat
dalam pengawasan Pemda
b Adanya dukungan yang kuat dari Bupati terhadap 0,28 3 0.84
keberadaan Inspektorat
c Berkembangnya ilmu pengetahuan dan 0,14 2 0.28
teknologi informasi yang mendukung Inspektorat

Total 2,24
4. Ancaman (Threat)
a Sering terjadi perubahan kebijakan dan peraturan 0.12 2 0.24
perundang-undangan
b Meningkatnya tuntuntan masyarakat terhadap 0.09 4 0.36
peran Inspektorat dalam pembangunan yang
akuntabel, efektif, efisien dan transparan
c Keterbatasan anggaran yang dapat mempengaruhi 0.09 3 0.27
pengembangan dan peningkatan infrastruktur dan
sumber daya manusia.
Total 0.87
Total Skor IFE 1 3,11
Sumber : data diolah, 2023

45
Berdasarkan analisis IFAS (Internal Factor Analysis Strategy) dan EFAS
(Eksternal Factor Analysis Strategy) didapatkan skor untuk nilai S, W, O, T
kemudian ditentukan nilai dan Y, tahapan selanjutnya adalah memasukkan ke
diagram. Rumus yang digunakan yaitu:

𝑆 − 𝑊 2,35 − 0,95
𝑥= = = 0,70
2 2
𝑂 − 𝑇 2,24 − 0,87
𝑦= = = 0,68
2 2

Setelah didapatkan nilai skor IFAS (X) sebesar 0,70 dan nilai EFAS (Y)
0,68 artinya (X,Y) berada di kuadran 1. Untuk selanjutnya dapat dilihat pada
gambar1.

Kuadran II Kuadran I
Mendukung strategi Mendukung strategi
turn around Agresif

Kuadran II Kuadran I
Mendukung strategi Mendukung strategi
turn around Agresif

Dari tabel 2.2 tersebut di atas dengan menggunakan kombinasi strategi


analisis SWOT menghasilkan beberapa strategi yang selanjutnya dengan
menggunakan Analisis CARL sebagai solusi alternatif masalah.

46
1. Analisis CARL (Capability, Accessibilty, Readiness dan Leverage)

Setelah analisis SWOT dilakukan dan didapatkan kesimpulan


sementara, tahapan selanjutnya dilakukan analisis menggunakan metode
CARL, yaitu suatuteknik atau cara yang digunakan untuk menentukan prioritas
masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif. Metode ini dilakukan
dengan menentukan skor atas kriteria tertentu, seperti kemampuan,
kemudahan, kesiapan, serta pengungkit. Semakin besar skor semakin besar
masalahnya, sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas.
Berdasarkan matriks SWOT dapat diperoleh 4 strategi yaitu:

Berdasarkan matriks SWOT dapat diperoleh 4 strategi yaitu:

1. Strategi S-O : Melaksanakan pengawasan secara optimal dengan


dukungan peraturan perundangan- undangan dan kebijakan pemerintah

2. Strategi W-O : Peningkatan penyelesaian pengaduan masyarakat


melalui aplikasi teknologi dan informasi

3. Strategi S-T : Peningkatan kemampuan komunikasi publik untuk


meningkatkan peran Inspektorat dalam melakukan pengawasan
4. Strategi W-T : Penyusunan skala prioritas terhadap program dan
kegiatan pengawasan Pengaduan masyarakat

Strategi yang dipilih diperoleh dengan menggunakan Metode CARL,


yaitu merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk menentukan
prioritas masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif. Metode ini
dilakukan dengan menentukan skor atas kriteria tertentu, sepertikemampuan,
kemudahan, kesiapan, serta pengungkit. Semakin besar skor semakin besar
masalahnya, sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas.

Metode CARL didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi


skor dengan menggunakan skala linkert 1-5, dari 1=sangat rendah, 2=rendah,
3=sedang, 4=tinggi, dan 5=sangat tinggi. Kriteria CARL tersebut mempunyai

47
arti :
C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan) A
= Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasiatau tidak.
Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara /teknoloi serta
penunjang pelaksanaan seperti peraturan
atau juklak.
R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupunkesiapan sasaran,
seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan
yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.

Matriks penyelesaian masalah dapat dilihat seperti tabel 2.7 berikut :

Tabel 2.7 Matriks Pemilihan Strategi

Total
No. Strategi C A R L Urutan
Skor
1. Melaksanakan pengawasan 4 4 3 4 15 III
secara optimal dengan dukungan
peraturan perundangan-
undangan
2. Peningkatan penyelesaian 5 5 4 5 19 I
pengaduan masyarakat melalui
aplikasi teknologi dan informasi
3. Peningkatan kemampuan 4 4 4 4 16 II
komunikasi publik
4. Penyusunan skala prioritas 4 3 4 3 14 IV
terhadap program dan kegiatan
pengawasan Pengaduan
Masyarakat.

Analisis strategi yang dipilih dari matriks diatas yaitu yang memiliki
skor tertinggi dengan peringkat I yaitu strategi W – O yakni Perlunya inovasi
berupa Peningkatan penyelesaian pengaduan masyarakat melalui aplikasi
teknologi dan informasi.
Berdasarkan hasil uraian diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
Solusi dari mengatasi masalah tersebut adalah dengan membuat sebuah
aplikasi melalui Sistem Informasi penyelesaian tindak lanjut pengaduan
48
masyarakat. Aplikasi harus memungkinkan masyarakat untuk mengajukan
pengaduan dengan mudah. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan
formulir online yang sederhana dan intuitif, di mana pengguna dapat mengisi
rincian pengaduan mereka, seperti deskripsi masalah, lokasi, dan lampiran
bukti. Pengguna harus dapat memantau kemajuan tindak lanjut pengaduan
mereka, mulai dari penerimaan hingga penyelesaian akhir. Ini akan
memberikan transparansi dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
proses penyelesaian pengaduan serta merupakan bentuk pertanggungjawaban
Inpektorat Daerah kepada stakeholder yang kemudian diangkat menjadi judul
Renacana Aksi Perubahan yaitu: “STRATEGI PEMANTAPAN TINDAK
LANJUT PENGADUAN MASYARAKAT MELALUI TEKNOLOGI
INFORMASI PADA INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN
BENGKALIS”

C. Gagasan Perubahan

Inovasi adalah sebuah ide, gagasan, objek, dan praktik yang dilandasi
dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang ataupun kelompok
tertentu untuk diaplikasikan atau pun diadopsi (Everett M. Rogers). Inovasi
terobosan (breakthrough innovation) merupakan inovasi dalam hal produk,
proses, teknologi, atau biaya terkait hal ini yang menunjukkan lompatan
kuantum ke arah perbaikan pada satu atau lebih cara-cara tersebut.

Inovasi yang akan penulis lakukan pada Inspektorat Daerah


Kabupaten Bengkalis sebagai upaya penyelesaian masalah rendahnya
efisensi dan efektifitas tingkat penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan
yang dilaksanakan oleh obyek pemeriksaan adalah dengan membentuk
aplikasi yang didalamnya berisi data-data laporan pengaduan masyarakat
yang disebut Sistem Informasi APIP Penanganan Pengaduan Aksi
Kecurangan (SIAP PAK).

49
DIAGRAM
KONDISI AWAL KONDISI HARAPAN
PERUBAHAN MODEL

PERMASALAHAN
UTAMA

Rendahnya efisiensi
dan efektifitas tindak
lanjut pengaduan
masyarakat Tersedianya saluran
Belum tersedianya saluran
pengaduan masyarakat pengaduan masyarakat
berbasis teknologi informasi berbasis teknologi informasi

INOVASI

Meningkatnya efisiensi dan


Tidak optimalnya
efektifitas tindaklanjut
penyelesaian tindak lanjut
pengaduan masyarakat
pengaduan masyarakat
LANGKAH
PERUBAHAN

Pembangunan
Aplikasi Layanan
Pengaduan
Masyarakat

Gambar : 3.1. Diagram Model Perubahan

50
D. Cakupan Manfaat
Melalui studi lapangan ini diharapkan akan terjadi perubahan
Fundamental dan komprehensif dalam Pengelolaan Sistem Informasi
Pelayanan Publik yang selama ini banyak permasalahan dan selalu menjadi
sorotan banyak pihak, manfaat dari aksi perubahan ini, baik bagi penulis,
institusi maupun bagi stakeholder diuraikan berikut ini :
1. Bagi Penulis yakni sebagai salah satu inovasi dalam mengembangkan
potensi diri dalam menjalankan tugas dan fungsi selaku Inspektur
Pembantu V di lingkup Inspektorat Daerah Kabupaten Bengkalis guna
mendorong kinerja dalam rangka pencapaian tujuan organisasi pada
Inspektorat Darah Kabupaten Bengkalis.
2. Bagi Inspektorat Kabupaten Bengkalis yakni tersedinya data hasil
penyelesaian tindaklanjut penanganan pengaduan masyarakat, sehingga
dapat mempermudah Inspektorat dalam memberikan pelayanan kepada
stakeholder.
3. Bagi Stakeholder
a. Tersedianya aplikasi layanan publik yang cepat dan mudah diakses
oleh stakeholder di bidang pengaduan terhadap penyelenggaran
pemerintahan daerah.
b. Mendukung pengambilan keputusan manajerial ditingkat pimpinan.

E. Sasaran Kepemimpinan Kinerja


Aksi Perubahan mempunyai tanggungjawab untuk secara aktif
melaksanakan rancangan aksi perubahan, melakukan koordinasi dan
konsultasi dengan mentor dan coach serta stake holder terkait, dan
melakukan evaluasi sejauh mana aksi perubahan telah terlaksana sesuai
dengan pentahapan dan jadwal yang telah dirancang.

51
F. Membangun Tim Pelaksana Manajemen Kepemimpinan

Adoptasi ini dapat dilaksanakan dengan melibatkan kerjasama dengan


pihak lain (stakeholder) dalam konteks sebuah hubungan kelembagaan
dalam satu organisasi yaitu dengan ASN dan PTT di lingkungan Inspektorat
Daerah Kabupaten Bengkalis.

Project Leader dalam rangka menyelesaikan rancangan aksi perubahan


ini melakukan Koordinasi dan kerjasama baik internal maupun eksternal,
lingkup OPD dan stakeholder untuk mencapai tujuan dari rancangan aksi
perubahan tersebut. Sehingga dalam pelaksanaannya perlu dibentuk tim
pelaksana yang memiliki tugas, tanggung jawab sesuai perannya dan
memiliki tujuan yang sama untuk mencapai proyek perubahan ini.

Dalam hal ini tim pelaksana yang dimiliki project leader sebagaimana
diagram dibawah ini:

MENTOR

COACH PROJECT LEADER STAKE HOLDER

KEPEGAWAIAN

FUNGSIONAL STAFF

Gambar 3.2. Tim Pelaksana

52
Adapun tugas masing-masing personal Tim Pelaksana Aksi Perubahan
adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4. Tugas Tim Pelaksana Aksi Perubahan

No Tim Jabatan/Nama Tugas


1. Mentor Radus Akima, Memberikan Persetujuan, arahan,
S.Sos, MT pendampingan dalam Rancangan
Aksi Perubahan dan membantu
mensosialisasikan
2. Coach Drs. Surya Memberikan bimbingan dan
Arfan, MSi arahan kepada Project Leader
dalam pelaksanaan Aksi
Perubahan.
3. Project Irban V Pimpinan Aksi Perubahan
Leader Suhermanto, mempunyai tanggung jawab untuk
S.E secara aktif melaksanakan
Rancangan Aksi Perubahan,
melakukan koordinasi dan
konsultasi dengan Mentor dan
Coach serta Stakeholder terkait,
dan melakukan evaluasi sejauh
mana Rancangan Aksi Perubahan
telah terlaksana sesuai dengan
pentahapandan jadwal yang telah
dirancang.
4. Kasubbag Kepegawaian Membantu menyediakan server dan
hosting untuk pembuatan aplikasi

5. Staff/ Staff Membantu menyiapkan adminstrasi


Rancangan Aksi Perubahan
6 Fungsional JF Perencana Membantu Menyusun SOP

7. Programmer Staff Mendesain dan membuat aplikasi


dan

1. Idenfikasi Stakeholder
Stakeholder yaitu orang perseorangan dapat berasal dari
masyarakat atau tokoh masyarakat atau tokoh agama atau pejabat
organisasi publik/swasta yang berpengaruh ataupun terpengaruh oleh

53
sebuah kebijakan atau program atau kebijakan organisasi publik dalam
rangka memberikan nilai tambah (added value) bagi organisasi.
Dalam aksi perubahan ini, terdapat tiga jenis stakeholder yang
diuraikan sebagai berikut:

a. Stakeholder primer, yaitu mereka yang langsung dipengaruhi


oleh program yang dijalankan oleh organisasi publik tertentu.
Pengaruh dapat bersifat positif.
b. Stakeholder sekunder, yaitu mereka yang tidak langsung dipengaruhi
oleh program yang dijalankan oleh organisasi publik tertentu.
Pengaruh dapat bersifat positif maupun negatif.
c. Stakeholder utama, yaitu mereka yang bias memiliki pengaruh baik
positif, maupun negatif terhadap program pemerintah dan
keberadaan mereka sangat penting bagi organisasi yang memiliki
program tersebut.

Tabel 3.5
Identifikasi Stakeholder

Stakeholder
Jenis Stakeholder internal Stakeholder Eksternal
Stakeholder Utama Inspektur Daerah - Bupati
Kabupaten - Wakil Bupati
Bengkalis - Sekda
- Kepala BKPP
Stakeholder Primer - Inspektur Pembantu V - Kadis Komunikasi
- Kasubag dan Informatika
Evaluasi - Bagian Hukum
- Kasubag Umum Setda
dan - Bagian Protokol
Kepegawaian dan Koordinasi
Pimpinan Setda
Stakeholder Sekunder - Pers
- Masyarakat

54
BAB V
ADAPTASI KEY SUCCESS DALAM AKSI PERUBAHAN

Berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor


05 Tahun 2022, tentang Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA),
bahwa salah satu tujuan dari agenda studi lapangan (Stula) bertujuan agar
peserta PKA mampu merancang pengembangan potensi diri, melakukan
inovasi terkait pengelolaan tugas dan fungsi pada unit instansinya,
membangun budaya kerja untuk efektifitas kepemimpinan administrator dan
mengadopsi serta mengadaptasi keunggulan pengelolaan tugas dan fungsi
organisasi lain ke unit kerja masing-masing. Selanjutnya demi tercapainya
tujuan yang diinginkan maka dilakukan studi lapangan untuk (lesson learnt).
Hasil identifikasi dari beberapa key success terhadap keunggulan
pelayanan yang terdapat pada Dinas Komunikasi dan Informatika Kota
Malang untuk diadaptasi pada Inspektur Pembantu V sebagai referensi
memunculkan inovasi dalam merancang aksi perubahan, yaitu “ Sambat
Online”
Program pengelolaan pengaduan secara online muncul akibat adanya
masalah penanganan pengaduan yang dinilai kurang optimal, pengaduan
yang disampaikan secara langsung kepada institusi terkait dan yang
disampaikan melalui kotak saran tidak ditangani dengan baik. Wujud dari
Optimalisasi Pengelolaan Pengaduan Program pengelolaan pengaduan
berbasis sambat online Penyampaian Pengaduan Secara langsung, melalui
surat/kotak saran, telepon yaitu :
1. Kemudahan dalam penyampaian pengaduan
2. Jaminan kepastian hukum dari pengaduan
3. Sharing/penyebaran informasi pengaduan ke OPD terkait
4. Sikap tanggap (responsibilitas) OPD terkait
5. Keandalan sistem (safety secure)
6. Pengawasan dan Evaluasi Kinerja Pelayanan Sistem Pengaduan satu

55
pintu dengan mengintegrasikan seluruh Dinas di Kota Malang Dinas
Komunikasi dan Informatika Kota Malang. Kendala yang dihadapi oleh
Diskominfo dan masyarakat dalam penerapan sambat online Kota
Malang.
Tanggung jawab pemerintah atas Penanganan Pengaduan adalah
dengan adanya program pengelolaan pengaduan berbasis sambat online,
yang dimana masyarakat dapat menyampaikan keluhan, saran dan
pertanyaan melalui 2 (dua) cara yaitu melalui SMS dan melalui Website
dengan tujuan mempermudah masyarakat dalam mengadu, mengkritik atau
bertanya seputar pelayanan publik yang ada di kota malang dengan harapan
pelayanan publik yang ada di kota malang dapat dikelola secara tepat dan
berjalan optimal. Melalui program tersebut Pemerintah Kota Malang
menugaskan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang sebagai
pelaksana program Sambat Online. Dalam sistem sambat online seluruh
dinas yang ada di kota malang wajib terintegrasi dengan sambat online,
pengaduan yang masuk akan diterima oleh Dinas Komunikasi dan
Informatika Kota Malang dan diteruskan kepada institusi yang berwenang
untuk ditangani lebih lanjut.
Sambat Online ini adalah sarana yang di sediakan untuk
menjembatani sekaligus memudahkan warga kota khususnya untuk
melayangkan aspirasi, saran, kritik, pengaduan maupun pertanyaan kepada
perangkat pemerintah Kota Malang.

56
Gambar 4.1 Aplikasi Sambat Online

57
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pengumpulan data melalui metode kuesioner dan
wawancara langsung secara virtual (during) pada studi lapangan yang
dilaksanakan mulai tanggal 10 s.d 14 Juli 2023 serta setelah dilakukan analisa
maka disimpulkan :
1. Terhadap Key Success Melalui Learnt
a. Peran kepemimpan pada Dinas Komunikasi dan Informatika Kota
Malang dapat digambarkan bahwa Kepala Dinas telah menerapkan
konsolidasi internal dan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia,
koordinasi dan kolaborasi efektif dengan instansi terkait, serta
menjaga komunikasi dengan internal dan eksternal;
b. Inovasi pelayanan. Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui
studi lapangan virtual (daring) selanjutnya dilakukan analisa data
aspek inovasi pelayanan pada Dinas Komunikasi dan Informatika
Kota Malang dapat digambarkan bahwa telah tersedianya mekanisme
pelayanan pengaduan/ komplain dari masyarakat meliputi :
a. Smart City Kota Malang
Smart City adalah konsep kota cerdas/kota pintar yang berguna
untuk membantu masyarakat dalam melakukan pekerjaan
dengan memanfaatkan teknologi, dan sumber daya yang ada
dengan efisien dan sistematis (Smart Economy, Smart Mobility,
Smart Environment, Smart People, Smart Living dan Smart
Governance).
b. Sambat Online
Sambat Online ini adalah sarana yang di sediakan untuk
menjembatani sekaligus memudahkan warga kota khususnya
untuk melayangkan aspirasi, saran, kritik, pengaduan maupun

58
pertanyaan kepada perangkat pemerintah Kota Malang
c. Layanan 112
Layanan Panggilan Darurat Ngalam 112, merupakan layanan
panggilan darurat yang didukung oleh Perangkat Daerah dan
Instansi terkait di lingkungan Pemkot Malang. Tujuannya,
merespon masyarakat Kota Malang dalam meminta bantuan saat
terjadi keadaan darurat.
d. Lapor
Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat atau Lapor!,
merupakan sistem pengelolaan pengaduan pelayanan publik
dalam satu pintu. Tujuannya, masyarakat memiliki satu saluran
pengaduan secara Nasional.
e. Job Fair Aktive
Job Fair Active merupakan inovasi yang diluncurkan Pemerintah
Kota Malang dan pertama kali di Indonesia dalam pelaksanaan
Job Fair secara full digital.
f. Simbahe
Simbah-e adalah aplikasi pembayaran online untuk melakukan
sewa lapangan, seluruh lapangan yang ada di dispora dapat
disewa melalui aplikasi ini. Pembayaran online dapat dilakukan
dengan mudah dengan adanya virtual account. Disporpar Kota
Malang telah melakukan kerjasama dengan bank jatim untuk
mempermudah pembayaran di aplikasi.
g. Kelompok Informasi Masyarakat (KIM)
Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) atau kelompok sejenis
lainnya adalah kelompok yang dibentuk oleh, dari, untuk
masyarakat secara mandiri yang aktif dan kreatifitasnya
melakukan pengelolaan informasi dan pemberdayaan
masyarakat dalam rangka meningkatkan nilai tambah.

59
h. E-Suradi
E-Suradi (Electronic Surat Digital) adalah aplikasi surat
menyurat antar perangkat daerah dan pemerintahan resmi dalam
bentuk elektronik yang dimana aplikasi ini digunakan sebagai
sistem informasi di seluruh Dinas dan Organisasi Perangkat
Daerah di Kota Malang. Tujuan adanya E-Suradi adalah
terimplementasinya pelaksanaan digitalisasi dalam mendukung
e-government di Kota malang khususnya proses adminiastrasi
surat perangkat daerah yang efektif, efisien, cepat dan akurat.

c. Kompetensi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.


Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang telah memberi
peluang kepada staff mengikuti pelatihan teknis yang
diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI
mendorong staff untuk mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi, serta mengoptimalkan peran dan tusi Bidang Bina Konstruksi
dalam meningkatkan keterampilan dan keahlian pelaku jasa
konstruksi melalui program pelatihan bekerja sama dengan Badan
Kompetensi Pengembangan Sumber Daya Manusia Propinsi Jawa
Timur.
d. Jejaring Kerja dan Kolaborasi Pemangku Kepentingan.
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui studi lapangan virtual
(daring)selanjutnya dilakukan analisa data aspek jejaring kerja dan
kolaborasi pemangku kepentingan pada Dinas Komunikasi dan
Informatika Kota Malang dengan membangun jejaring kerja antar
instansi dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam mengatasi
permasalahan yang ada terkait Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Penerapan kolaborasi pendanaan dengan Kementerian Kominfo
dalam mewujudkan pembangunan infrastruktur strategis guna
mengatasi permasalahan keterbatasan anggaran daerah.

60
e. Manajemen Kinerja Organisasi. Berdasarkan hasil pengumpulan
data melalui studi lapangan virtual (daring) selanjutnya dilakukan
analisa data aspek manajemen kinerja organisasi pada Dinas
Komunikasi dan Informatika Kota Malang berdasarkan Identifikasi
Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Perangkat
Daerah Dalam menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya, Dinas
Komunikasi dan Informatika Kota Malang berkoordinasi dan
membangun kerjasama yang sinergis dengan Pemerintah Provinsi
Jawa Timur khususnya dengan Dinas Komunikasi dan Informatika
Provinsi Jawa Timur, Komisi Informasi Provinsi Jawa Timur, serta
Pemerintah Pusat untuk menjamin terselenggaranya diseminasi
informasi yang terstruktur, terukur, terintegrasi, transparan, dan
terjamin akuntabilitasnya. Koordinasi dan kerjasama berkenaan
dengan: reproduksi dan distribusi paket informasi nasional yang
disusun Pemerintan Pusat dalam hal ini, Kementerian Komunikasi
dan Informatika, Badan Pusat Statistik, dan Lembaga Sandi Negara.

Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Komunikasi dan Informatika


juga disesuaikan dengan 3 (tiga) Urusan Wajib non Pelayanan
Dasar yaitu Urusan Komunikasi dan Informatika, Urusan Statistik,
dan Urusan Persandian dengan Tugas dan Fungsinya

f. Manajemen Risiko pada Dinas Komunikasi dan Informatika Kota


Malang berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
Nomor 6 Tahun 2017 tentang Sistem Manajemen Risiko
dilingkungan Kementeriaan Komunikasi dan Informatika. Sistem
Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) adalah seperangkat
kebijakan terkait manajemen keamanan informasi terkait dengan
risiko teknologi informasi, Di mana organisasi harus merancang,

61
menerapkan, dan memelihara kebijakan, proses dan sistem untuk
mengolah risiko informasi dan memastikan tingkat risiko keamanan
informasi yang dapat diterima.

g. Planning dan Budgeting pada Dinas Pekerjaan Umum, Penataan


Ruang, Perumahan, Kawasan Permukiman Provinsi Bali telah
menerapkan reformasi perencanaan dan penganggaran menerapkan 3
pendekatan penting, yaitu Anggaran Terpadu (unified budgeting),
Anggaran Berbasis Kinerja (performance based budgeting), dan
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (medium term expenditure
framework). Penganggaran terpadu merupakan unsur yang paling
mendasar bagi pelaksanaan penerapan pendekatan penganggaran
lainnya, yaitu Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) dan Konsep
Penganggaran Jangka Menengah (KPJM);

h. Pemanfaatan Teknologi

Smart City adalah konsep kota cerdas/kota pintar yang berguna


untuk membantu masyarakat dalam melakukan pekerjaan dengan
memanfaatkan teknologi, dan sumber daya yang ada dengan efisien
dan sistematis. Lahirnya konsep smart city terus mendorong
percepatan pembangunan daerah secara berkelanjutan. Namun
didalam perencanaan konsep tersebut memiliki beberapa
pertimbangan. Seperti kepadatan penduduk, indeks ketersediaan
sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten, teknologi dan
infrastruktur pendukung.

Mewujudkan kota berbasis Smart City masih menjadi salah


satu prioritas di dalam pembangunan Kota Malang pada 2023. Hal
ini senada dengan yang dikatakan oleh Walikota Malang Drs. H.
Sutiaji, yakni jika progam-progam di Kota Malang telah berbasis

62
smart city, maka pusat data akan tercantum menjadi satu. Menurut
beliau, konsep smart city tersebut menjadi program prioritas di
tahun 2022. Contoh pelaksanaan smart city tersebut dapat
diwujudkan di dalam pemerintahan (smart governance). Jika di
bidang ekonomi, mendorong di sektor UMKM merupakan salah
satu konsep di smart economy. Dengan adanya konsep smart city
yang diterapkan di Kota Malang ini, diharapkan dapat memajukan
segala sektor. Terlebih saat ini Kota Malang menjadi trend center di
Indonesia khususnya Provinsi Jawa Timur.

2. Terhadap Adaptasi Key Succes

Hasil identifikasi dari beberapa key success terhadap keunggulan


pelayanan yang terdapat pada Dinas Komunikasi dan Informatika Kota
Malang untuk diadaptasi pada Inspektur Pembantu V sebagai referensi
memunculkan inovasi dalam merancang aksi perubahan, yaitu
“SAMBAT ONLINE”

Program pengelolaan pengaduan secara online muncul akibat


adanya masalah penanganan pengaduan yang dinilai kurang optimal,
pengaduan yang disampaikan secara langsung kepada institusi terkait dan
yang disampaikan melalui kotak saran tidak ditangani dengan baik.
Wujud dari Optimalisasi Pengelolaan Pengaduan Program pengelolaan
pengaduan berbasis sambat online Penyampaian Pengaduan Secara
langsung, melalui surat/kotak saran, telepon yaitu :
1. Kemudahan dalam penyampaian pengaduan
2. Jaminan kepastian hukum dari pengaduan
3. Sharing/penyebaran informasi pengaduan ke OPD terkait
4. Sikap tanggap (responsibilitas) OPD terkait
5. Keandalan sistem (safety secure)
6. Pengawasan dan Evaluasi Kinerja Pelayanan Sistem Pengaduan satu

63
pintu dengan mengintegrasikan seluruh Dinas di Kota Malang Dinas
Komunikasi dan Informatika Kota Malang

B. Saran

Berdasarkan pemaparan hasil studi lapangan di Dinas Kominfo Kota


Malang diperoleh masukan dalam pengembangan manajemen kinerja dan
inovasi yang dapat dijadikan acuan bagi rencana aksi perubahan bagi
Inspektorat Daerah Kabupaten Bengkalis. Untuk itu dapat juga diberikan
saran sebagai berikut:
1. Agar Dinas Kominfo Kota Malang dapat mengupdate untuk optimalisasi
serta kebermanfaatannya Inovasi-inovasi pelayanan yang tersedia di
Aplikasi Smart City Kota Malang.
2. Melakukan pengembangan data serta aplikasi terhadap inovasi-inovasi
untuk memenuhi pelayanan publik.
3. Menjalin kerjasama antar daerah untuk mendorong percepatan penerapan
digital organisasi pada Pemerintah Daerah.

Pekanbaru, 13 Juli 2023

Mengetahui, Yang membuat laporan


Pembimbing Studi Lapangan

DR. H. DIANTO MAMPANINI, SE, MT SUHERMANTO, S.E


NIP. 19651018 199703 1 001 NIP. 19791209 200604 1 004
Widya Iswara Ahli Utama NDH : 09

64
DAFTAR PUSTAKA

Hiplunudin, A. (2017). Kebijakan, birokrasi, dan pelayanan publik.


Yogyakarta: Calpulis.
Artkel
Amalia Nur Diana Dewi, Analisis Key Success Factors Sebagai Alat
Mempertahankan Keunggulan Bersaing, Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi : Volume5, Nomor 12, Desember 2016, ISSN : 2460-
0585
Hayat. (2017). Manajemen Pelayanan Publik (1st ed.). Rajawali Pers 2017.
Hayat, (2016) Peneguhan Reformasi Birokrasi melalui Penilaian Kinerja
Pelayanan Publik, (20) 2 November, pp. 175-188
Kartika, Lucia Nurbani & Agus Sugiarto. (2014). “Pengaruh Tingkat
Kompetensi terhadap Kinerja Pegawai Administrasi Perkantoran”
dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.XVII, No.1 [April],
hlm.73-90.
Komara, Endang. (2018). “Kompetensi Profesional Pegawai ASN”.
Tersedia secara online di: http://
endangkomarasblog.blogspot.com/2018/11/ kompetensi-
profesional-pegawai-asn.html [diakses di Bandung, Jawa Barat,
Indonesia: 10 Januari 2019].
Nasrullah Nursam, Manajemen Kinerja, Kelola: Journal of Islamic
Education Management Vol.2, No.2 Oktober 2017, Hal 167-175
ISSN : 2548-4052

Palan, R. (2007). Competency Management: Teknik


Mengimplementasikan Manajemen SDM Berbasis Kompetensi
untuk Meningkatkan Daya Saing Organisasi. Jakarta: Penerbit
PPM.
Prasojo, Eko & Laode Rudita. (2014). “UndangUndang Aparatur Sipil
Negara: Membangun Profesioalisme Aparatur Sipil Negara”
dalam Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS, Vol.8, No.1 [Juni],
hlm.13-29.
Suhaji, Linawati. (2010). “Pengaruh Motivasi, Kompetensi,
Kepemimpinan, dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja
Karyawan: Studi pada PT Herculon Carpet Semarang”. Skripsi
Sarjana Tidak Diterbitkan. Semarang: STIE [Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi] Widya Manggala, Semarang
Virgiana Ningsih, Ria Nelly Sari dan Muhammad Rasuli, Analisis
Penerapan E- Planning dan E-Budgeting Pada Pemerintah Daerah
(Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Bengkalis), Jurnal
Ekonomi Volume 26, Nomor 2 Juni 2018

65
Perundang-undangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik. , Pub. L. No. 25, 7.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara” dalam www.hukumonline.com.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Presiden Nomor 95 Tentang Sistem Pemerintahan Elektronik
Pada Tahun 2018
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Tentang Pedoman
Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik Nomor 63 Tahun
2003. , Pub. L. No. 63, 1 (2003).

66
LAMPIRAN-LAMPIRAN

67
68
69
70
71
72
73
74
75

Anda mungkin juga menyukai