Disusun oleh:
Sistem penerimaan siswa baru berbasis zonasi (PSB Zonasi) pertama kali
dikenalkan di Indonesia pada tahun 2015. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia mengeluarkan regulasi yang mengamanatkan penerapan PSB Zonasi
sebagai sistem baru dalam penerimaan siswa baru di tingkat pendidikan dasar dan
menengah. Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi kesenjangan dan mencegah
penumpukan siswa di sekolah-sekolah yang populer. Tentu saja tujuan ini sangat baik
dan mulia.
Essay ini berusaha menjelaskan apa saja potensi-potensi kendala yang dihadapi
dalam pelaksanaan PSB zonasi di Indonesia, setelah implementasi kebijakan ini selama
hamper satu dasawarsa. Analisis terhadap potensi-potensi kendala ini sangat penting
untuk perumusan kebijakan pendidikan di masa yang akan datang. (TUJUAN)
2. Analisis Masalah
Analisis dalam essay ini disarikan dari beberapa literatur di antaraya adalah
(Andina, 2017; Kaffa et al., 2021; Mareta et al., 2021; Widyastuti, 2020). Berikut ini
permasalahan-permasalahan yang dihadapi setelah beberapa tahun pelaksanaan
penerimaan siswa baru menggunakan sistem zonasi.
Penurunan daya saing: Sistem zonasi sekolah dalam beberapa kasus dapat
mengurangi daya saing antar sekolah, karena siswa hanya memiliki pilihan terbatas
dalam memilih sekolah yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.
Kurangnya pilihan: Siswa dan orang tua di daerah tertentu mungkin terbatas pada
sekolah-sekolah tertentu yang berada dalam zona mereka. Ini bisa menjadi masalah jika
sekolah yang ditugaskan tidak sesuai dengan kebutuhan, minat, atau potensi siswa.
Kurangnya inovasi dan kompetisi: Ketika siswa dan orang tua hanya memiliki
pilihan terbatas untuk sekolah, ini bisa menghambat kompetisi antar sekolah. Kurangnya
persaingan dapat menghambat motivasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan
inovasi.
Potensi segregasi: Sistem zonasi sekolah bisa menyebabkan segregasi sosial dan
ekonomi, karena daerah yang kaya cenderung memiliki akses ke sekolah yang lebih
baik, sementara daerah yang kurang beruntung dapat terjebak dalam lingkaran
kemiskinan pendidikan.
Namun demikian, penting untuk diingat bahwa sistem zonasi sekolah juga
memiliki beberapa manfaat, seperti menciptakan kestabilan dan pemetaan yang lebih
mudah bagi pihak berwenang untuk mengalokasikan sumber daya. Sistem zonasi
sekolah juga mendorong pemerintah untuk melakukan penyeragaman kualitas dan
fasilitas di seluruh wilayah Indonesia.
3. Penutup
Daftar Pustaka
Andina, E. (2017). Sistem Zonasi dan Dampak Psikososial bagi Peserta Didik. Majalah Info
Singkat Kesejahteraan Sosial, 9(14), 9–12. www.puslit.dpr.go.id
Kaffa, Z., Budi, S. S., & Gistituati, N. (2021). Kebijakan Penerapan Sistem Zonasi. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 5(1), 1870–1877.
https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/1193
Mareta, I., Ayuningtyas, I., Rosa, D., & Islamiah, N. W. I. (2021). Analisis Kebijakan
Zonasi : Terampasnya Hak Sekolah dan Siswa dalam Pendidikan. Jurnal Pendidikan,
30(2), 235–244. https://doi.org/10.32585/jp.v30i2.1522
Widyastuti, R. T. (2020). Dampak Pemberlakuan Sistem Zonasi Terhadap Mutu Sekolah Dan
Peserta Didik. Edusaintek : Jurnal Pendidikan, Sains Dan Teknologi, 7(1), 11–19.
https://doi.org/10.47668/edusaintek.v7i1.46