Laporan Pendahuluan Prenatal - Hassan Akbar Pambudi - 19010011
Laporan Pendahuluan Prenatal - Hassan Akbar Pambudi - 19010011
PRENATAL
DI RUANG VK RSUD GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA
Oleh:
HASSAN AKBAR PAMBUDI
1911010011
Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada sistem reproduksi dan payudara
adalah sebagai berikut :
1. Perubahan Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah pengaruh hormon
estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Uterus meningkat dari ukuran
sebelum hamil sebesar 5 -10 cm menjadi 25-36 cm. ukuran uterus meningkat
hingga 5-6 kali lipat, kapasistasnya meningkat 3000-4000 kali lipat dan beratnya
meningkat 20 kali lipat pada akhir kehamilan. Pada akhir kehamilan panjang semua
sel otot di uterus meningkat hingga 10 kali lipat dari ukuran sebelum kehamilan.
Begitu uterus mengembang ke atas dan meninggalkan pelvis, uterus tidak lagi
menjadi organ pelvis melainkan organ abdominal (Kisner, et al., 2017).
2. Serviks Uteri
Vaskularisasi ke serviks meningkat selama kehamilan, sehingga serviks menjadi
lebih lunak dan warnanya lebih biru. Perubahan serviks terutama terdiri atas
jaringan fibrosa. Glandula cervikalis mensekresikan lebih banyak mucus dan plak
yang akan menutupi kanalis cervikalis. Fungsi utama dari plak mukus ini adalah
untuk menutup kanalis cervikalis dan untuk memperkecil resiko infeksi genital
yang meluas ke atas. Menjelang akhir kehamilan kadar hormone relaxin
memberikan pengaruh perlunakan kandungan kolagen pada serviks (Yulianti, et al.,
2009).
3. Segmen Bawah Uterus
Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas kanalis servikalis setinggi
ostium interna dan isthmus uteri. Segmen bawah lebih tipis dibanding segmen atas
dan menjadi lunak serta berdilatasi selama minggu-minggu terakhir kehamilan
sehingga memungkinkan segmen tersebut menampung presenting part janin.
Serviks bagian bawah baru menipis dan menegang setelah persalinan terjadi
(Yulianti, et al., 2009).
4. Kontraksi Braxton – Hicks
Merupakan kontraksi tak teratur rahim dan terjadi tanpa rasa nyeri disepanjang
kehamilan. Kontraksi ini membantu sirkulasi darah dalam plasenta (Yulianti, et al.,
2009).
5. Vagina dan Vulva
Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon estrogen. Adanya
hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak
kebiruan (livide) disebut tanda Chadwick. Vagina membiru karena pelebaran
pembuluh darah, PH 3,5-6 merupakan akibat meningkatnya produksi asam laktat
karena kerja laktobaci achidophilus (Yulianti, et al., 2009).
6. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih didapat korpus luteum graviditas sampai
terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus luteum
graviditas berdiameter kira-kira 3 cm lalu mengecil setelah plasenta terbentuk.
7. Mammae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin,estrogen,
dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Pada kehamilan akan
terbentuk lemak sehingga mammae menjadi lebih besar. Pada kehamilan 12
minggu keatas dari puting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih
disebut colostrum.
Perubahan pada payudara disebabkan oleh kadar estrogen, progesteron, laktogen
plasental, dan prolaktin. Stimulasi hormonal menimbulkan proliferasi jaringan,
dilatasi pembuluh darah dan perubahan sekretorik pada payudara. Sedikit
pembesaran payudara, peningkatan sensitivitas dan rasa geli mungkin dialami
khususnya oleh primigravida pada kehamilan minggu ke- 4.
b. Sistem endokrin, dan perkemihan
1. Sistem endokrin
Selama minggu-minggu pertama, korpus luteum dalam ovarium menghasilkan
estrogen dan progesteron. Estrogen merupakan faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan fetus, pertumbuhan payudara, retensi air dan natrium serta pelepasan
hormon hipofise. Progesteron mempengaruhi tubuh ibu melalui relaksasi otot polos,
relaksasi jaringan ikat, kenaikan suhu, pengembangan duktus laktiferus dan alveoli
serta perubahan sekretorik dalam payudara.
Perubahan endokrin lainnya yaitu sekresi kelenjar hipofise umumnya menurun, dan
penurunan ini akan meningkatkan sekresi semua kelenjar endokrin (khususnya
kelenjar tiroid, paratiroid, dan adrenal).
2. Sistem Perkemihan
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus yang
mulai membesar, sehingga timbul sering kencing (berkemih). Frekuensi berkemih
yang meningkat juga akibat peningkatan aliran ginjal sampai 80% (Lescher, 2014).
Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari
rongga panggul. Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kebawah pintu
atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kemih mulai
tertekan kembali. Disamping sering kencing, terdapat pula poliuria. Poliuria
disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah diginjal, sehingga filtrasi di
glumerulus juga meningkat sampai 69 %.
c. Sistem Pencernaan, Musculoskeletal, Kardiovaskuler dan Integument
1. Sistem Pencernaan
Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan mual (nausea) atau muntah
(vomitus) yang terjadi pada saat bangun tidur. Penyebabnya secara pasti tidak
diketahui namun kemungkinan besar akibat reaksi terhadap peningkatan hormon
yang mendadak.
Ketika kehamilan berkembang terus, lambung dan usus digeser oleh uterus yang
membesar. Apendiks biasanya bergeser kearah atas dan agak kelateral dan
seringkali dapat mencapai pinggang kanan. Pada sekitar 15%- 20% wanita hamil,
herniasi bagian atas lambung (hiatus hernia) terjadi setelah bulan ketujuh atau
kedelapan kehamilan. Keadaan ini disebabkan pergeseran lambung keatas, yang
menyebabkan hiatus diafragma melebar. Kondisi ini lebih sering terjadi pada
wanita multipara, wanita yang gemuk, atau wanita yang lebih tua.
2. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan tubuh secara bertahap dari peningkatan berat wanita hamil,
menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah. Peningkatan distensi
abdomen yang membuat panggul miring ke depan, penurunan tonus otot perut,
dan peningkatan beban berat badan pada akhir kehamilan membutuhkan
penyesuaian ulang (realignment) kurvatura spinalis. Pusat gravitasi wanita bergeser
ke depan.
Berat uterus dan isinya menyebabkan perubahan pada titik pusat gravitasi dan garis
bentuk tubuh. Lengkung tulang belakang akan berubah bentuk untuk mengimbangi
pembesaran abdomen. Menjelang akhir kehamilan banyak wanita yang
memperlihatkan postur tubuh yang khas (lordosis). Demikian pula pada jaringan
ikat dan persendian panggul akan melunak dalam mempersiapkan persalinan.
Sikap tubuh lordosis merupakan keadaan yang khas karena kompensasi posisi
uterus yang membesar dan menggeser daya berat ke belakang lebih tampak pada
masa trimester III yang menyebabkan rasa sakit bagian tubuh belakang karena
meningkatnya beban berat dari bayi dalam kandungan yang dapat mempengaruhi
postur tubuh. Bayi yang semakin membesar selama kehamilan meningkatkan
tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu hamil dan dapat mengakibatkan
edema pada tangan yang disebabkan oleh perubahan hormonal akibat retesi cairan
Selama trimester terakhir kehamilan, rasa pegal, mati rasa, dan lemah kadang kala
dialami pada anggota tubuh bagian atas sebagai akibat lordosis yang besar dengan
fleksi anterior leher dan merosotnya lingkar bahu, yang akan menimbulkan traksi
pada nervus ulnaris dan medianus.
3. Sistem Kardiovaskuler
Perubahan yang terjadi pada jantung, yang khas yaitu denyut nadi istirahat
meningkat sekitar 10-15 denyut permenit, akibat diafragma semakin naik terus
selama kehamilan, jantung digeser ke kiri dan ke atas, sehingga apeks jantung agak
kelateral dari posisinya. Perubahan-perubahan ini dipengaruhi oleh ukuran dan
posisi uterus, kekuatan otot-otot abdomen dan konfigurasi abdomen dan toraks.
Peningkatan volume darah selama kehamilan akan meningkat sebanyak kurang
lebih 40-50% diatas normal. Peningkatan volume darah terjadi pada minggu ke-32
kehamilan untuk memenuhi kebutuhan bagi sirkulasi janin dan kebutuhan nutrisi
(Lescher, 2014).
4. Sistem Integument
Timbulnya kloasma gravidarum merupakan keluhan yang sering terjadi sejak akhir
bulan kedua. Perubahan pigmen tersebut akibat melanocyt stimulating hormone
(MSH) yang merupakan perangsangan estrogen dan progesterone. Perubahan kulit
timbul pada trimester II dan III karena melanocit yang menyebabkan warna kulit
lebih gelap. Stretch mark terjadi karena peregangan kulit yang berlebihan, biasanya
pada paha atas dan payudara akibat peregangan kulit ini dapat menimbulkan rasa
gatal. Stretch mark tidak dapat dicegah tapi dapat diobati setelah persalinan.
C. ETIOLOGI
Bertemunya sel sperma laki-laki dan sel ovum matang
yaitu sel telur dan sel sperma. Sel telur diproduksi oleh
telur (tuba fallopi), sel ini dapat bertahan hidup dalam kurun
melepaskan satu sel telur setiap bulan, hormon pria testis dapat
terus bekerja untuk menghasilkan sperma. Saat melakukan
mencari sel telur yang akan di buahi dan pada akhirnya hanya
membentuk zigot.
d. Fertilisasi
penyatuan gamet jantan dan betina untuk membentuk zigot yang diploid dan
pria dan wanita bersatu, yang berlangsung selama kurang lebih 24 jam, idealnya
proses ini terjadi di ampula tuba yaitu tabung kecil yang memanjang dari uterus ke
ovarium pada sisi yang sama sebagai jalan untuk oosit menuju rongga uterus juga
terjadi diantaranya:
e. Implantasi (nidasi)
a. Tanda Pasti
pemeriksaan,
2013: 60).
3. Mengidam
4. Syncope (pingsan)
5. Perubahan Payudara
kehamilan.
6. Sering miksi
8. Pigmentasi kulit
wanita kulit putih, coklat tua pada wanita kulit coklat, dan
sekitar payudara.
9. Epulis
trimester pertama.
ovarium.
Piscasek.
bibir rahim teraba lunak seperti meraba bibir atau ujung bawah
berkontraksi.
5. Adanya Ballotement
lunak dan terjadi antara usia 6-8 minggu kehamilan dan tanda
7. Tanda Chadwick
pertumbuhan tumor.
8. Hyperpigmentasi Kulit
1. Tes Urine
banyak macam jenis tes pack baik yang berbentuk strip (sekali
cara kerja tes pack tersebut sama, yaitu untuk mengetahui ada
tidaknya peningkatan hormon kehamilan HCG (Human Chorionic
agar melakukan tes minimal tujuh hari supaya hasil yang diperoleh
menit hingga muncul tanda positif negatif atau berapa jumlah strip
saat pagi hari (bangun tidur) urine dalam keadaan murni belum
2. Tes Darah
dalam tubuh. Bedanya, tes darah ini tidak dapat dilakukan sendiri
E. KOMPLIKASI
Agar bisa mengenali dan mengantisipasi komplikasi kehamilan, Anda perlu
mengetahui dulu komplikasi apa saja yang bisa terjadi, serta penyebab dan
gejalanya. Berikut ini adalah lima komplikasi kehamilan yang umum terjadi:
1. Hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum mirip dengan morning sickness, namun dengan gejala
yang lebih berat. Mual dan muntah pada hiperemesis gravidarum akan
berlangsung lebih lama, bahkan bisa sampai trimester kedua atau ketiga.
Keluhannya pun lebih parah, hingga membuat ibu hamil mengalami dehidrasi
dan sulit untuk makan atau minum.
2. Keguguran
Keguguran diartikan sebagai kematian janin di dalam kandungan saat usianya
belum mencapai 20 minggu. Kondisi ini dapat ditandai dengan perdarahan
melalui vagina, perut terasa kram atau sangat nyeri, sakit menjalar hingga ke
punggung, tubuh terasa lemas, dan kadang disertai demam.
Risiko keguguran juga akan meningkat pada ibu hamil yang memiliki penyakit
tertentu, seperti diabetes, gangguan tiroid, dan tekanan darah tinggi.
3. Anemia
Tubuh memerlukan zat besi, vitamin B12, dan asam folat untuk membentuk
hemoglobin, yaitu protein pada sel darah merah yang berfungsi mengantarkan
oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
Anemia pada ibu hamil merupakan hal yang perlu diwaspadai. Pasalnya, anemia
yang tidak ditangani bisa menyebabkan berat bayi rendah, kelahiran prematur,
hingga cacat lahir. Kondisi ini lebih sering terjadi pada ibu hamil yang
mengalami morning sickness, hamil kembar, atau memiliki pola makan tidak
sehat.
4.Perdarahan
Sekitar 25-40% wanita hamil mengalami perdarahan di trimester pertama.
Walau demikian, tidak semua perdarahan saat hamil adalah hal yang berbahaya.
Perdarahan ini dapat disebabkan oleh proses menempelnya sel telur yang telah
dibuahi pada dinding rahim atau melakukan hubungan seksual dengan cukup
kuat.
Namun, perdarahan saat hamil bisa menjadi kondisi serius bila diikuti dengan
gejala keguguran, seperti nyeri dan kram perut yang hebat. Selain itu,
perdarahan yang terjadi akibat kehamilan ektopik atau pertumbuhan janin
abnormal, seperti pada hamil anggur, juga perlu diwaspadai.
Maka dari itu, perdarahan saat hamil tetap tidak boleh diremehkan, meski hanya
berupa bercak-bercak darah yang jumlahnya sedikit. Saat mengalaminya,
segeralah periksakan diri ke dokter kandungan untuk mendapat penanganan
yang tepat.
Jumlah cairan ini akan terus berkurang mulai usia kehamilan 36 minggu hingga
akhirnya janin lahir. Namun hati-hati, turunnya volume cairan ketuban yang
terlalu cepat bisa menyebabkan komplikasi kehamilan, seperti bayi sungsang
dan bayi lahir prematur.
F. PATHOFISIOLOGI
Pada saat hamil, plasenta akan memproduksi hormon corticotropin-releasing
hormone (CRH) yang terkait dengan lama durasi kehamilan. Peningkatan
sintesis CRH terjadi seiring dengan bertambahnya usia kehamilan dan mencapai
puncak pada saat persalinan. Pada wanita dengan persalinan preterm, hormon
CRH meningkat lebih cepat daripada wanita dengan persalinan aterm, sementara
pada wanita dengan persalinan postterm, terjadi perlambatan peningkatan
hormon CRH.
G. PATHWAYS
H. PENATALAKSANAAN
Melakukan Pengawasan Janin sebelum Kelahiran/Antenatal Surveillance
Wanita dengan usia kehamilan di atas 41 minggu harus melakukan pengawasan janin
sebelum kelahiran. Saat antenatal surveillance, dilakukan pemeriksaan nonstress testing
menggunakan cardiotocography dan ultrasonografi untuk menentukan biophysical
profile.
Keputusan Terapi
Keputusan terapi pada kehamilan postterm didasarkan pada hasil biophysical profile.
Jika hasil skornya rendah, maka pertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan
atau operasi sectio caesarea.
Pada kondisi di mana hasil biophysical profile janin baik, keputusan terapi selanjutnya
perlu juga mempertimbangkan hasil pemeriksaan dalam, perkiraan berat janin, riwayat
kehamilan sebelumnya, dan preferensi pasien. Dokter juga perlu menjelaskan risiko
dari masing-masing pilihan terapi untuk membantu pasien menentukan preferensi
terapinya.
Terapi konservatif dahulu lebih disarankan karena adanya risiko peningkatan tingkat
sectio caesarea jika induksi persalinan gagal. Walau demikian, bukti ilmiah yang ada
justru menunjukkan bahwa induksi persalinan tidak meningkatkan risiko persalinan
sectio caesarea. Sebaliknya, justru ketika dilakukan terapi konservatif, risiko sectio
caesarea akan meningkat.
Berdasarkan hasil bukti ilmiah ini, The Royal College of Obstetricians and
Gynaecologists (RCOG)/National Institute for Health and Care Excellence (NICE)
merekomendasikan induksi persalinan dilakukan secara rutin pada kehamilan postterm
usia gestasi 41+0 hingga 42+0 minggu untuk mencegah risiko terjadinya kehamilan
postterm. Induksi persalinan selambatnya dilakukan pada usia 42 6/7 minggu.
Sectio Caesarea
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes darah
Pemeriksaan darah lengkap merupakan salah satu jenis tes darah yang rutin
dilakukan dokter ketika melakukan pemeriksaan kehamilan. Tujuannya adalah
untuk mendeteksi kelainan yang mungkin dialami ibu hamil atau janin.
Selain pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan yang juga dilakukan dalam tes
darah adalah:
2. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin atau Hb adalah protein kaya zat besi yang ditemukan di dalam sel
darah merah. Hb memungkinkan sel darah merah untuk mendistribusikan
oksigen ke seluruh tubuh dan mengangkut karbon dioksida dari seluruh tubuh
untuk dibuang melalui paru-paru.
Setiap ibu hamil perlu menjalani pemeriksaan Hb untuk mendeteksi apakah
terdapat penyakit anemia atau kurang darah.
Anemia perlu dicegah dan diobati karena dapat mengganggu kesehatan ibu dan
janin. Anemia juga dapat meningkatan risiko terjadinya kelahiran prematur,
keguguran, berat badan lahir rendah, dan perdarahan postpartum.
Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dilakukan setidaknya 3 kali selama masa kehamilan, yaitu:
Trimester pertama
Pemeriksaan USG pada trimester pertama atau usia kandungan 10–14 minggu
bertujuan untuk menentukan usia kehamilan dan mendeteksi
kemungkinan hamil kembar atau kelainan pada janin, misalnya sindrom Down.
Trimester kedua
Pemeriksaan USG pada trimester kedua (minggu 18–20) bertujuan untuk
menentukan apakah terdapat kelainan bawaan atau kongenital pada janin,
misalnya kelainan jantung bawaan dan cacat tabung saraf.
Trimester ketiga
Pemeriksaan USG di kehamilan minggu ke-32 atau memasuki trimester ketiga
dilakukan bila plasenta berada di atas tulang serviks. Pemeriksaan USG
bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya kondisi plasenta previa.
Selain itu, USG juga digunakan untuk mengetahui berat badan bayi, jenis
kelamin, posisi bayi, dan menilai jumlah air ketuban.
Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan secara teratur agar kesehatan
Anda dan janin dapat terus terpantau. Oleh karena itu, usahakan untuk tidak
melewatkan jadwal pemeriksaan kehamilan.
Selain rutin menjalani pemeriksaan kehamilan, terapkan juga pola makan sehat
dan bergizi seimbang, konsumsi vitamin prenatal sesuai anjuran dokter, minum
air putih yang cukup, lakukan olahraga ringan secara rutin, dan istirahat yang
cukup agar kehamilan Anda tetap sehat.