Anda di halaman 1dari 9

Keluhan pada Wanita Menopause dan Kaitannya dengan Gaya Hidup dan Stres

Ni Ketut Alit Armini, Lailatun Ni’mah and Baiq Selly Silviani


Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia

ABSTRAK
Pendahuluan: Setiap wanita akan mengalami pengalaman menopause di akhir masa proses
biologis yang disebut siklus menstruasi. Beberapa keluhan dapat diperparah oleh gaya hidup dan
stres. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan gaya hidup dengan tingkat stres
dengan keluhan menopause pada wanita.
Metode: Penelitian ini bersifat korelasional dengan pendekatan cross sectional. Itu penelitian
melibatkan 101 wanita menopause yang tinggal di komunitas yang dipilih oleh pengambilan
sampel acak proporsional. Variabel bebas adalah gaya hidup dan tingkat stres pada wanita
menopause. Variabel terikat adalah menopause keluhan. Penelitian ini menggunakan data
primer yang diberikan melalui kuesioner dan wawancara. Data dianalisis menggunakan
Spearman's Rho.
Hasil: Ada hubungan yang kuat antara gaya hidup (p=0,000; r=-0,244), tingkat stres (p=0,000;
r=0,535), dan keluhan pada wanita menopause.
Kesimpulan: Pola hidup sehat, terkontrol stres untuk meminimalkan keluhan dalam wanita
menopause. Penelitian lebih lanjut diperlukan pada faktor-faktor yang meningkatkan stres dalam
wanita pascamenopause.

PENGANTAR
Harapan hidup meningkat dari 70,7 tahun pada tahun 2008 menjadi 73,7 tahun pada tahun 2025
(Kemenkes RI, 2016). Perempuan berusia 45-55 tahun umumnya akan melalui menopause, yang
dimulai ketika ovarium mulai mengurangi produksi estrogen dan progesteron and (Curran,
2009). Wanita menopause akan mengalami keluhan klimakterik seperti lekas marah, takut,
kecemasan, hot flushes, depresi, sakit kepala, kelelahan, kesulitan berkonsentrasi, pelupa, kurang
energi, penambahan berat badan, nyeri pada tulang dan otot, obstipasi, jantung berdebar-debar,
gangguan libido, kesemutan, dan mata pusing (O'Neill & Eden, 2012). Wanita menopause dapat
mengalami menopause keluhan sindrom selama 7 tahun selama transisi menopause dan 4,5 tahun
selama akhir periode menstruasi (Avis et al., 2015).
Gaya hidup dan pola makan modern yang ada saat ini mengikuti belokan berpotensi rentan
terhadap merusak kesehatan dan menimbulkan penyakit (Stojanovska, Apostolopoulos, Polman,
& Borkoles, 2014). Perempuan memasuki menopause akan tertekan oleh hilangnya peran
mereka sebagai seorang wanita dan harus menghadapi usia tua. Perasaan depresi dapat
disebabkan oleh faktor fisik, emosional, sosial, ekonomi, atau pekerjaan atau keadaan, peristiwa,
atau pengalaman yang sulit untuk dikelola atau bertahan. Prevalensi dari depresi lebih tinggi
pada wanita daripada pria di seluruh dunia tahun-tahun reproduksi mereka bersama dengan
menopause transisi (Freeman, Sammel, & Sanders, 2014). Stres mempengaruhi gangguan
fungsional organ gangguan, dan psikologis seperti kecemasan dan atau depresi (Curran, 2009;
Hawari, 2016).
Wanita Indonesia mengalami lima besar gejala selama klimakterik, yaitu otot dan nyeri sendi
(77,7%), kelelahan dan kehilangan energi
(68,7%), kehilangan hasrat seksual (61,3%), keriput (60%), sulit berkonsentrasi, dan muka
memerah (29,5%) (Muharam, 2007). Freeman, Sammel, dan Sanders (2014) menyatakan bahwa
sebanyak 80% dari wanita mengalami gejala hot flashes lainnya dan jantung berdebar-debar pada
tingkat sedang hingga berat kategori selama transisi menopause. Menopause terjadi karena
penurunan estrogen diproduksi oleh ovarium. Wanita dikatakan memiliki mengalami
menopause saat periode menstruasi berhenti selama 12 bulan (Baziad, 2007). Fungsi ovarium
tidak teratur dan tingkat fluktuasi estrogen selama menopause menyebabkan wanita sering
mengalami gejala yang disebut sindrom klimakterik. Gejala menopause meliputi vasomotor,
gejala dengan gejala yang muncul berupa perasaan panas dengan banyak berkeringat di malam
hari (Curran, 2009; Mulyani, 2013). Penurunan estrogen juga menyebabkan penurunan
neurotransmiter di otak yang mempengaruhi suasana hati sehingga muncul perasaan cemas yang
memicu depresi atau stres (Proverawati & Sulistyawati, 2010).
Bagaimana itu bisa dilakukan dalam mengurangi menopause? keluhan seperti menciptakan
gaya hidup sehat (Bulan, Hunter, Moss-Morris, & Hughes, 2017). ini penting bagi wanita
menopause untuk mengikuti pola hidup sehat agar berdampak pada efek psikologis
(Dorjgochoo, 2008). Mansikkamaki dkk. (2015) menyatakan bahwa wanita yang melakukan
aktivitas fisik memiliki persepsi yang lebih baik kesehatan mereka sendiri, dan kesehatan yang
lebih baik dan global Quality of Life (QoL) dibandingkan dengan wanita yang melakukannya
tidak melakukan aktivitas fisik. Salah satu cara untuk mengurangi keluhan menopause adalah
menciptakan gaya hidup (Priyoto, 2014). Pentingnya hidup gaya hidup sehat adalah bahwa hal
itu juga dapat berdampak pada psikologi wanita menopause (Rahmayani, Wijaksono, & Putri,
2016). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan hubungan antara gaya hidup,
stres tingkat, dan keluhan pada wanita menopause.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan cross-desain bagian. Populasi dalam
penelitian ini adalah wanita menopause berusia 48-60 tahun di Puskesmas di Surabaya.
Pengambilan sampel Teknik yang digunakan adalah proportional random sampling. Sampel
diperoleh dengan menghitung proporsi wanita menopause di empat komunitas kesehatan
posyandu lansia di Surabaya. Itu ukuran sampel adalah 101 wanita yang mengalami menopause
dan tinggal bersama suami. Itu variabel bebas dalam penelitian ini adalah gaya hidup dan tingkat
stres. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keluhan menopause.
Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dimana peneliti mewawancarai responden
melalui daftar pertanyaan. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keluhan menopause
berasal dari Skala Penilaian Menopause (MRS) yang dikembangkan oleh The Pusat
Epidemiologi dan Penelitian Kesehatan Berlin sehingga pertanyaan telah divalidasi dalam
konten. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini memiliki distandarisasi berdasarkan
literatur sehingga tidak perlu diuji validitas dan reliabilitasnya (Heinemann et al., 2014;
Heinemann, Potthoff, & Schneider, 2003). Kuesioner MRS terdiri dari: 5 pilihan: 0: tidak ada;
1: ringan; 2: sedang; 3: parah; dan 4: sangat berat. Skala alat musik ini dapat mengukur tiga
kelompok keluhan. Psikologis keluhan berupa jantung berdebar-debar, perasaan tegang atau
tertekan, sulit tidur, mudah kontak, mudah panik, sulit berkonsentrasi, dan menjadi mudah lelah.
Kategori untuk keluhan psikologis adalah 0-1: tidak ada; 2-3: ringan; 4-6: sedang; 7: parah.
Keluhan somatik berupa merasa pusing, tubuh merasa tertekan, sebagian badan terasa tertusuk
duri, sakit kepala, dan nyeri otot atau sendi. Kategori untuk somatik keluhan 0-2: tidak ada; 3-4:
ringan, 5-8: sedang; 9: parah. Keluhan vasomotor berupa hot flushes dan keringat malam.
Kategori untuk keluhan vasomotor 0: tidak ada; 1: ringan; 2-3: moderat; 4: parah.
Data tingkat stres menggunakan kuesioner yang dimodifikasi dari DASS 42 (Lovibond &
Lovibond, 1995) oleh memilih titik-titik tertentu untuk menilai tingkat stres, terdiri dari 4 pilihan
dimana 0: none; 1: kadang-kadang; 2: sering; dan 3: selalu dengan kategori peringkat 0-14:
normal; 15-18: ringan; 19-25: sedang; 26-33: berat; 34: sangat parah. Data gaya hidup terdiri
dari 4 komponen pernyataan, yaitu diet, aktivitas/olahraga, istirahat tidur dan merokok. Ada
sebuah pernyataan positif dengan cara penilaian berupa 4 = selalu; 3 = sering; 2 = kadang-
kadang; 1 = tidak pernah, dan pada pernyataan negatif metode evaluasinya adalah 1 = selalu; 2
= sering; 3 = kadang-kadang; 4 = tidak pernah, dengan kategori 21-50 = tidak sehat; 51-80 =
sehat.
Mempertimbangkan praktik pengumpulan data dari etika penelitian, penelitian ini disetujui
oleh Komite Etik Penelitian Kesehatan, Keperawatan Fakultas, Universitas Airlangga, dengan
sertifikat nomor 590-KEPK pada tanggal 4 Desember 2017.
HASIL
Sebagian besar responden berusia 55-60 tahun, dan ada sebanyak 61 responden (60,4%).
Kebanyakan respondennya adalah ibu rumah tangga, sebanyak 85 responden (84,2%). Sebagian
besar responden memiliki mengalami menopause selama 1-5 tahun sebanyak 47 responden
(Tabel 1).
Sebagian besar responden mengalami menopause pengaduan kategori sedang sebanyak 53
responden (52,5%). Sebagian besar responden tinggal pola hidup sehat, sebanyak 69 responden
(68,3%), sedangkan tingkat stres yang dialami oleh responden sebagian besar dalam kategori
normal, karena sebanyak 64 responden (63,4%) (Tabel 2).
Sebagian besar responden dengan gaya hidup sehat mengalami keluhan menopause dalam
kategori sedang, yaitu 39 responden (38,6%), dan setidaknya kategori responden tersebut berada
pada kategori normal sebanyak lima responden. Sebagian besar responden yang tinggal digaya
hidup tidak sehat mengalami menopause keluhan dalam kategori berat, sebanyak 17 responden
(16,8%), dan tidak ada responden yang keluhan menopause pada kategori ringan (Tabel 3).
Hasil uji statistik menggunakan Spearman diperoleh tingkat signifikansi p = 0,000 dengan
menetapkan derajat signifikansi 0,05 yang berarti terdapat hubungan gaya hidup dengan keluhan
wanita menopause. Koefisien korelasi adalah diperoleh -0,424 yang berarti semakin banyak pola
hidup sehat maka keluhan menopause semakin berkurang (Tabel 3).
Responden yang berada pada tingkat stres normal adalah lebih mungkin untuk mengalami
keluhan menopause di kategori sedang, sebanyak 36 responden (35,6%), dan enam responden
(5,9%) dalam kategori memiliki keluhan yang parah. Sebagian besar responden yang berada di
tingkat stres ringan memiliki keluhan menopause pada kategori sedang, sebanyak sembilan
responden (9%). Sebagian besar responden berada pada tingkat stres sedang moderate
mengalami kategori keluhan berat sebagai sebanyak 14 responden (14%), dan responden yang
berada pada tingkat stres berat memiliki keluhan menopause dalam kategori parah, sebanyak tiga
responden (3%) (Tabel 4).
Hasil uji statistik menggunakan Spearman diperoleh tingkat signifikansi p=0,000 dengan
derajat signifikansi 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara tingkat stres dengan gejala dalam
wanita menopause. Koefisien korelasi adalah diperoleh 0,535 yang berarti semakin rendah
tegangan tingkat akan menyebabkan lebih sedikit keluhan menopause (Tabel 4).
DISKUSI
Keluhan terkait gaya hidup pada pascamenopause wanita di seperti yang ditunjukkan oleh hasil
statistik bahwa nilai p=0,000 yang berarti semakin sehat gaya hidup wanita menopause keluhan
yang dirasakan adalah berkurang. Sesuai dengan penelitian Moon, Hunter, Moss-Morris, dan
Hughes (2017), Gejala menopause dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti gaya hidup, sosial,
dan psikososial. Terauchi dkk. (2010) menemukan bahwa masalah tidur seperti insomnia dan
sulit tidur nyenyak dialami oleh wanita menopause berkaitan dengan ciri gaya hidup.
Hasil penelitian diperoleh 17 responden yang menjalani gaya hidup tidak sehat dengan
parah keluhan menopause. Usia 17 responden sebagian besar berada pada kisaran 55-60 tahun,
yaitu usia sampai tahap lanjut dimana masalah tidur mulai terasa. Kapan 17 responden
mengatakan tidur kurang dari 8 jam, sulit tidur, seperti bangun di malam hari dan kapan tubuh
yang terbangun terasa perih. Kebanyakan menopause 6-10 tahun dimana menurut Avis et al.
(2015) menyatakan wanita menopause akan mengalami keluhan menopause selama 4,5 tahun
setelah berhentinya haid dan berumur 7 tahun selama transisi panjang menuju menopause yang
keluhannya masih dirasakan oleh responden. Sebanyak 15 responden dari 17 responden adalah
ibu rumah tangga. Wanita yang bekerja sebagai ibu rumah tangga melakukannya kurangi
aktivitas olahraga mandiri di rumah karena mayoritas responden menyatakan bahwa pekerjaan
rumah juga merupakan bentuk latihan bagi mereka.
Beberapa pola gaya hidup yang dapat dilihat adalah pola makan, olahraga, istirahat dan tidur,
merokok, dan minum alkohol. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa responden
yang memiliki pola hidup sehat sebagian besar terletak pada pola tidur nyenyak responden yang
tidak minum obat tidur, itu terkait dengan mayoritas responden yang mengalami tidur masalah
yang masuk dalam kategori ringan sampai moderat selama menopause di mana masalah tidur di
masa depan terkait dengan menopause vasomotor keluhan seperti hot flushes dan keringat
malam. Hasil yang diperoleh dari wawancara menunjukkan sebagian besar responden sebagai
ibu rumah tangga lebih banyak menghabiskan waktu mengurus rumah dan ada pula yang ikut
mengurus cucu. Sebagian besar responden mengatakan mereka mengambil tidur siang sekitar 1-
2 jam dan malam mulai tidur jam 21.00 dan bangun jam 04.00 pagi, meskipun terkadang mereka
bangun tengah malam untuk buang air kecil.
Keluhan menopause dapat diperburuk oleh merokok dan minum minuman beralkohol
karena kadar estrogen dan progesteron pada masa menopause perempuan semakin berkurang.
Cochran, Gallicchio, Miller, Zacur, & Flaws (2008) menyarankan bahwa wanita dengan status
merokok yang lebih besar memiliki keluhan menopause seperti hot flushes dan ada masalah tidur
di wanita perokok di mana estrogen dan progesteron kadar hormon lebih rendah. Oi & Ohi
(2012) ditemukan bahwa merokok mempengaruhi terjadinya menopause gejala seperti
berkeringat di malam hari, muka memerah, insomnia, dan gejala fisik lainnya mati haid.
Merokok sebenarnya adalah paparan paru-paru terhadap produk pembakaran tembakau, yang
beracun. Itu Pembakaran racun rokok akan dibawa oleh darah dan akan menyebabkannya tidak
berfungsi untuk reproduksi (Hardy, 2000). Serangan hot flushes dapat meningkat karena efek
toksik yang terkandung dalam alkohol karena alkohol dapat mengendurkan otot-otot pembuluh
darah menyebabkan mereka melebar dan meningkat aliran darah dan risiko flush (Mulyani,
2013).
Hasil penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar responden yang tidak merokok
dan mengkonsumsi minuman beralkohol mengeluh hot flushes yang dalam kategori ringan
bahkan tidak mengeluh rasa panas. Keluhan yang berkaitan dengan masalah tidur di penelitian
ini terletak terutama di kelas ringan kategori. Ini juga berhubungan dengan sebagian besar
responden beragama Islam, namun mayoritas responden mengatakan bahwa merokok adalah
suami dan/atau anak-anak, di mana kemungkinan terpapar asap rokok dan ini juga dapat
mempengaruhi kesehatan health wanita pascamenopause. Sangat direkomendasikan bahwa
wanita yang merokok harus berhenti selama menopause untuk mengurangi terjadinya
peningkatan kemungkinan mengalami keluhan seperti panas memerah dan insomnia. Wanita
menopause yang melakukannya tidak merokok tetapi berada di lingkungan orang-orang yang
lakukan disarankan untuk menghindari asap.
Aktivitas fisik biasanya dilakukan oleh sebagian besar responden berupa senam, yaitu:
dilaksanakan seminggu sekali di posyandu, dan dilakukan setiap hari pekerjaan rumah secara
mandiri. Beberapa responden tidak ikut senam alasan jual. Kurang sehat Gaya hidup yang
dilakukan sebagian besar responden adalah kurang berolahraga kebiasaan, terkait dengan
ketidaknyamanan pada persendian dan masalah seksual.
Aktivitas fisik memiliki manfaat yang dapat mengurangi berbagai keluhan saat menopause
terjadi serta meningkatkan sirkulasi darah, menangkal depresi, membuat Anda tidur lebih
nyenyak, dan meningkat kepadatan tulang pada wanita pascamenopause. Reguler olahraga
minimal 30 menit sehari dapat meningkatkan hidup harapan dan meningkatkan kesehatan secara
keseluruhan (Mulyani, 2013; Stojanovska dkk., 2014). Sternfeld dkk. (2014) menjelaskan
bahwa aktivitas fisik dalam wanita pascamenopause tidak secara signifikan mengurangi gejala
vasomotor tetapi dapat membaik perasaan kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan, dan
tidur kualitas, dan mengurangi gejala insomnia dan depresi.
Diet dikaitkan dengan gaya hidup seseorang. SEBUAH Diet seimbang adalah makanan yang
mengandung nutrisi dalam jenis dan jumlah yang dibutuhkan tubuh. Responden terbanyak
memiliki diet seimbang, seperti makan makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein,
dan vitamin, dan makan teratur tiga kali sehari porsi yang tidak berlebihan. Dalam hasil
wawancara, sebagian besar responden mengatakan bahwa diet umumnya yang dikonsumsi
adalah nasi, tahu, tempe, sayur, telur, dan ayam. Biasanya, responden mengkonsumsi buah dua
sampai tiga kali seminggu dan jarang minum susu. Itu penurunan kadar hormon estrogen dan
progesteron and mempengaruhi suasana hati yang buruk. Penting untuk dikonsumsi makanan
yang memberikan nutrisi penting untuk kesehatan fungsi otak. Makanan yang mengandung
protein dapat mengurangi terjadinya keluhan seperti hot flushes dan meningkatkan daya ingat
pada wanita menopause. Estrogen adalah terlibat dalam fungsi memori, sementara dalam
menopause, hormon estrogen menurun, sehingga wanita yang mengkonsumsi protein akan
membantu dalam meningkatkan pelepasan neurotransmitter yang berfungsi untuk menyampaikan
informasi di otak dan bagian tubuh lainnya (Mulyani, 2013). Mengkonsumsi buah dan sayur
adalah baik untuk menjaga kesehatan tubuh karena mereka mengandung vitamin, mineral, beta-
karoten, dan antioksidan yang penting bagi tubuh (Bauld & Coklat, 2009; Gayatri, 2011).
Makanan yang mengandung vitamin E dapat membantu mengurangi keluhan panas kemerahan
dan masalah kekeringan pada vagina (Muharam, 2007; Mulyani, 2013). Sebagian besar
responden sudah punya kebiasaan makan sayur, tapi jarang makan buah. Dalam penelitian oleh
(Anggarahini & Handayani, 2014), wanita menopause yang susu yang dikonsumsi (susu kedelai)
menunjukkan penurunan keluhan menopause karena susu membantu dalam memasok hormon
estrogen, yang kekurangannya adalah disebabkan oleh penurunan fungsi ovarium.
Stres adalah respon adaptif melalui individu karakteristik atau proses psikologis secara
langsung tindakan, situasi, dan peristiwa eksternal yang memberikan menimbulkan tuntutan
khusus baik fisik maupun pertanyaan masalah psikologis (Hawari, 2016). Menekankan bukan
hanya tentang disfungsi atau kelainan organ, tetapi juga memiliki dampak psikologis, untuk
misalnya kecemasan dan/atau depresi (Yusuf, Armini, & Hardiyan, 2008). Tingkat stres yang
parah dapat memengaruhi sistem kardiovaskular, menyebabkan gejala seperti: seperti jantung
berdebar-debar, dan pelebaran pembuluh darah atau penyempitan; selain itu badan terasa panas
flushes yang memperburuk gejala hot flushes flush (Bauld & Brown, 2009). Gejala somatik
sering dilihat sebagai gejala tindak lanjut atau akibat stres, kecemasan, dan depresi
berkepanjangan. Seseorang di bidang gairah seksual juga dapat dipengaruhi oleh stres (Thurston
& Joffe, 2011).
Orang yang stres sering mengeluh complain sensasi otot seperti kesemutan, sakit, dan tegang.
Keluhan sendi tulang sering dialami oleh, misalnya, merasa sakit atau kaku saat menggerakkan
anggota badan. Penurunan libido juga sering dialami oleh seseorang dengan stres tinggi
(Hawari, 2016). Itu hasil menunjukkan wanita pascamenopause dengan stres kategori tingkat
pernapasan sedang hingga berat gejala masalah seksual kategori berat badan. Responden yang
memiliki keluhan ketidaknyamanan pada persendian dan otot terletak terutama di kategori ringan
sampai berat dengan tingkat stres normal; semakin parah tingkat stres seseorang, keluhan yang
dirasakan menopause yang semakin parah. Sebagian besar dari responden mengatakan bahwa
cara mengatasi stres yang dialami adalah dengan beribadah, berdoa, dan rekreasi bersama
keluarga. Hampir semua responden adalah ibu rumah tangga, dimana frekuensi bersosialisasi
dengan tetangga dan keluarga lebih fleksibel untuk mengikuti kegiatan mengajar dan latihan
yang diselenggarakan oleh posyandu. Bauld & Brown (2009) dan Moon et al. (2017)
melaporkan bahwa peristiwa atau emosi negatif dapat memperburuk gejala menopause, yang
menunjukkan pentingnya efek faktor psikososial pada gejala menopause.
Ada tiga responden yang memiliki tingkat stres dengan keluhan menopause yang parah,
dilihat dari tiga responden yang pernah mengalami menopause selama 5-10 tahun. Ini karena
yang lama wanita dengan 7 tahun pengalaman menopause gejala selama transisi menopause dan
4,5 tahun setelah berhentinya haid, maka keluhan masih dapat dirasakan oleh responden dengan
kisaran menopause 5-10 tahun dan ditambah dengan tingkat stres yang parah. Ketiganya
responden adalah ibu rumah tangga yang kegiatannya kebanyakan dilakukan di rumah,
cenderung mengalami lebih tinggi stres yang terkait dengan masalah perkawinan, dan jarang
melakukan olahraga bersama keluarga. Ada satu responden sampai pada tingkat stres tetapi
memiliki keluhan kategori sedang menopause. Dari responden berusia 60 tahun, pada usia
wanita pascamenopause batas usia menuju menengah.
KESIMPULAN
Wanita menopause dengan gaya hidup sehat lebih banyak cenderung memiliki keluhan
menopause yang lebih sedikit. Wanita menopause dengan tingkat stres yang lebih rendah
mengalami penurunan keluhan menopause. Responden mengelola stresor dengan teman sebaya
sosialisasi, rekreasi bersama keluarga, dan mengikuti pendidikan kesehatan. Wanita dalam masa
pra-menopause harus memiliki motivasi untuk menjaga kesehatan gaya hidup, yang melibatkan
diet seimbang, fisik, aktivitas, tidur nyenyak, menghindari merokok dan minum minuman
beralkohol, dan mampu mengelola stres ke arah yang positif untuk mengurangi menopause
keluhan. Penelitian lebih lanjut dapat dikembangkan untuk model intervensi untuk
meningkatkan gaya hidup sehat dan manajemen stres pada wanita menopause.

Anda mungkin juga menyukai