Anda di halaman 1dari 4

This post was published to AKD | Akademi Komunitas Dar...

at 22:41:57 09/09/2019

Kebijakan 'Kampus Merdeka' ala Nadiem


Makarim
Category [Choose a category or type a new one] ; [Choose a category or type a new one]

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim kembali


menggebrak. Setelah umumkan setop Ujian Nasional, menteri berusia 34 tahun
itu meluncurkan kebijakan baru untuk pendidikan tinggi di tanah air yang dinamakannya,
Kebijakan Merdeka Belajar: Kampus Merdeka .

Pendiri startup GoJek itu menjelaskan, perguruan tinggi di Indonesia harus menjadi ujung
tombak yang bergerak cepat karena dekat dengan dunia pekejaan. "Dia (perguruan tinggi)
harus berinovasi karena harus adaptif dan berubah dengan lincah. Tapi saat ini situasinya
tidak seperti itu," ujarnya menjelaskan alasan adanya kebijakan baru itu di Gedung D
Kemendikbud, Jakarta Pusat, Jumat, 24 Januari 2020.

Untuk mengubah situasi tersebut, kata Nadiem, ada empat penyesuaian kebijakan di lingkup
pendidikan tinggi. Pertama, otonomi bagi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Swasta (PTS)
dalam pembukaan atau pendirian program studi baru. Saat ini, membuka prodi baru dianggap
tak mudah karena harus mendapatkan izin dari kementerian, tapi PTN dan PTS ditantang
untuk menjawab kebutuhan industri yang berubah.

Nadiem menuturkan, banyak kurikulum yang sifatnya teoritis dan tidak sejalan dengan
kebutuhan dan belum bisa bersaing di panggung dunia. "Solusinya, kami ingin melajukan
kolaborasi atau pernikahan massal antar universitas dan berbagai pihak untuk menciptakan
prodi baru."

Perguruan tinggi yang punya akreditasi A dan B, lanjutnya, akan langsung diberikan izin
membuka prodi baru dengan beberapa syarat saja. Perguruan tinggi, di antaranya, harus
bekerja sama dengan pihak ketiga. "Tidak perlu lagi melalui izin kementerian asal bisa
membuktikan kerja sama dengan perusahaan kelas dunia, organisasi nirlaba seperti PBB, Bank
Dunia, BUMN atau BUMD dan dengan QS top 100 world universities," kata Nadiem
menuturkan.

Kebijakan kedua adalah program re-akreditasi yang berdifat otomatis untuk seluruh peringkat
dan bersifat sukarela bagi perguruan tinggi dan prodik yang sudah siap naik peringkat.
Akreditasi yang sudah ditetapkan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) tetap
berlaku selama lima tahun, tapi akan diperbarui secara otomatis.

Menurut pria kelahiran Singapura itu, pengajuan re-akreditasi perguruan tinggi dan prodik
dibatasi paling cepat dua tahun setelah mendapatkan akreditasi yang terakhir kalinya. Untuk
perguruan tinggi berakreditasi B dan C bisa mengajukan peningkatan akreditasi kapanpun.

"Nanti, akreditasi A akan diberikan kepada perguruan tinggi yang berhasil mendapatkan
akreditasi internasional," kata Nadiem sambil menambahkan, "Daftar akreditasi internasional
yang diakui akan ditetapkan dengan Keputusan Menteri." Adapun saat ini, melakukan proses
akreditasi memiliki persyaratan yang bisa menjadi beban bagi dosen dan rektor karena masih
dilakukan secara manual.
Kiri ke kanan: Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim, dan
Plt Dirjen Pendidikan Tinggi Nizam dalam konferensi pers usai peluncuran program Merdeka Belajar: Kampus Merdeka di Gedung
D, Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 24 Januari 2020. TEMPO/Ahmad Faiz

Kebijakan ketiga adalah terkait dengan PTN Badan Layanan Umum (BLU) dan Satuan Kerja
(Satker) untuk menjadi PTN Badan Hukum (PTN BH). Kemendikbud akan mempermudah
persyaratan PTN BLU dan Satker untuk menjadi PTN BH tanpa terikat status akreditasi. 

PTN BH ini adalah yang paling otonomi dan berfungsi hampir seperti swasta walaupun didanai
pemerintah. "Karena tuntutan untuk semua perguruan tinggi bisa bergerak cepat kami  ingin
memastikan sebanyak mungkin yang mencapai PTN BH."
Sedangkan kebijakan keempat, memberikan hak kepada mahasiswa untuk mengambil mata
kuliah di luar prodi dan melakukan perubahan definisi Satuan Kredit Semester (SKS). Nadiem
menyatakan bahwa selama ini bobot SKS untuk kegiatan pembelajaran di luar kelas sangat
kecil dan tidak mendorong mahasiswa mencari pengalaman baru.

Dengan kebijakan yang baru, perguruan tinggi wajib memberikan hak bagi mahasiswa untuk
sukarela mengambil SKS di luar kampusnya sebanyak dua semester atau setara 40 SKS.
"Mahasiswa juga dapat mengambil SKS di prodi lain di dalam kampusnya sebanyak satu
semester dari total semester yang ditempuh. Tapi tidak berlaku untuk prodi kesehatan," kata
Nadiem melanjutkan.

Aktivitas di luar kampus itu, Nadiem Makarim menuturkan, akan dipilih sendiri oleh mahasiswa dan
harus dibimbing oleh seorang dosen yang ditentukan kampus. "Daftar kegiatan yang dapat
diambil oleh mahasiswa dapat dipilih dari program yang ditentukan pemerintah dan program
yang disetujui oleh rektornya," katanya.

https://tekno.tempo.co/read/1299240/menggebrak-simak-kebijakan-kampus-merdeka-ala-nadiem-
makarim/full&view=ok

Anda mungkin juga menyukai