Anda di halaman 1dari 14

1.

Identitas Buku
Profil Nadiem Makarim

Nama Lengkap: Nadiem Anwar Makarim,. B.A ., M.B.A

Nama Panggung: Nadiem Makarim

Nama Panggilan: Nadiem

Tempat, Tanggal Lahir: Singapura, 4 Juli 1984

Kewarganegaraan: Indonesia

Pendidikan: Universitas Brown (S1); Universitas Harvard Jurusan Administrasi Bisnis (S2)

Agama: Islam

Orang Tua: Nono Anwar Makarim (Ayah), Atika Algadri (Ibu)

Istri: Franka Franklin


Nadiem Anwar Makarim adalah putra dari pasangan Nono Anwar Makarim
dan Atika Algadri. Nadiem memiliki latar belakang yang beragam. Dari ayahnya ia
merupakan keturunan Arab-Minang, sedangkan dari ibunya campuran Arab-Jawa-
Madura. Ayahnya adalah seorang aktivis dan pengacara terkemuka, sedangkan ibunya
merupakan penulis lepas, putri dari Hamid Algadri, salah seorang perintis
kemerdekaan Indonesia.
Nadiem menjalani proses pendidikan dasar hingga SMA berpindah-pindah
dari Jakarta ke Singapura. Sehabis menyelesaikan pendidikan SMA-nya di Singapura,
pada tahun 2002 ia mengambil jurusan Hubungan Internasional di Universitas Brown,
Amerika Serikat. Nadiem sempat mengikuti pertukaran pelajar di London School of
Economics. Setelah memperoleh gelar sarjana pada tahun 2006, tiga tahun kemudian
ia mengambil pascasarjana dan meraih gelar Master of Business Administration di
Harvard Business School.

2. Usaha yang Mulai Ditekuni


Pada tahun 2006, Nadiem memulai kariernya sebagai konsultan manajemen
diMcKinsey & Company. Setelah memperoleh gelar MBA, ia terjun sebagai
pengusaha dengan mendirikan Zalora Indonesia. Di perusahaan tersebut ia juga
menjabat sebagai Managing Editor. Setelah keluar dari Zalora, ia kemudian menjabat
sebagai Chief Innovation Officer (CIO) Kartuku, sebelum akhirnya fokus
mengembangkan Gojek yang telah ia rintis sejak tahun 2011. Saat ini Gojek
merupakan perusahaan rintisan terbesar di Indonesia. Pada bulan Agustus 2016,
perusahaan ini memperoleh pendanaan sebesar US$550 juta atau sekitar Rp7,2 triliun
dari konsorsium yang terdiri dari KKR, Sequoia Capital, Capital Group, Rakuten
Ventures, NSI Ventures, Northstar Group, DST Global, Farallon Capital Management,
Warburg Pincus, dan Formation Group.
Setelah menyelesaikan sekolahnya di Harvard dengan gelar MBA, Nadiem
memutuskan untuk pulang ke tanah air dan bekerja di McKinsey & Co. Nadiem
menjadi konsultan McKinsey selama 3 tahun. Nadiem menjadi Co-Founder dan
Managing Director Zalora Indonesia pada tahun 2011. Pada 2012, Nadiem
memutuskan keluar dari Zalora untuk membangun perusahaan rintisan (startup)
sendiri, termasuk Gojek yang pada waktu itu memiliki 15 karyawan dan 450 mitra
driver. Ia mengaku telah belajar cukup banyak di Zalora, yang merupakan tujuan
utamanya ketika menerima pekerjaan di perusahaan itu. Di Zalora, Nadiem memiliki
kesempatan membangun perusahaan rintisan besar dan bekerja dengan sejumlah
talenta terbaik di kawasan Asia.
Sambil mengembangkan Gojek, Nadiem juga menjadi Chief Innovation
Officer Kartuku setelah keluar dari Zalora. Saat awal berdiri, Kartuku tidak ada
kompetitor dalam sistem pembayaran non-tunai di Indonesia. Kartuku kemudian
diakuisisi Gojek untuk memperkuat GoPay. Nadiem mendirikan Gojek pada 2010 dan
kini Gojek sudah menjadi salah satu dari 19 dekakorn di dunia, dengan valuasi Gojek
mencapai US$10 miliar. Gojek pertama kali berdiri sebagai pusat panggilan,
menawarkan hanya pengiriman barang dan layanan ride-hailing dengan sepeda motor.
Sekarang, Gojek telah bertransformasi menjadi aplikasi besar, menyediakan lebih dari
20 layanan, mulai dari transportasi, pengantaran makanan, kebutuhan sehari-hari,
pijat, bersih-bersih rumah, logistik hingga platform pembayaran digital yang dikenal
dengan GoPay.
Karier bisnis Nadiem Makarim di Gojek membawanya masuk dalam daftar
150 orang terkaya di Indonesia versi Majalah Globe Asia. Nadiem Makarim
diperkirakan memiliki nilai kekayaan mencapai US$100 juta. Pada 22 Oktober 2019,
Nadiem secara resmi menyatakan bahwa dirinya mengundurkan diri sebagai Direktur
Utama Gojek setelah pagi harinya dipanggil oleh Presiden Joko Widodo ke istana
negara. Pada 23 Oktober 2019, Presiden Joko Widodo mengumumkan kabinet
menterinya dengan Nadiem sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Sebagai menteri pendidikan, Nadiem Makarim mencanangkan kebijakan
"Merdeka Belajar" yang salah satunya, pada awalnya, adalah rencana menghapus
Ujian Nasional (UN). Namun kemudian, ia mengklarifikasi istilah "menghapus" Ujian
Nasional yang ramai di pemberitaan. Ia mengatakan tidak menghapus Ujian Nasional
tetapi hanya menggantinya dengan sistem baru. Sistem baru ini dinamai "Asesmen
Kompetensi Minimum dan Survei Karakter, yang terdiri dari kemampuan bernalar
menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika
(numerasi), dan penguatan pendidikan karakter". Berikut empat kebijakan "Merdeka
Belajar" yang dicanangkan Mendikbud Nadiem Makarim:
Mengganti Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) dengan ujian
(asesmen) yang diselenggarakan hanya dari pihak sekolah. Kebijakan ini memberikan
kepercayaan penuh pada pihak sekolah untuk membuat sendiri format ujian yang
lebih komprehensif. Ujian tersebut tidak harus tertulis, namun bisa berupa penugasan
kelompok, karya tulis, dan sebagainya.
Menghapus format Ujian Nasional yang sebelumnya lalu menggantinya
dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter. Berbeda dengan UN,
asesmen ini dilakukan untuk siswa di tengah jenjang sekolah (kelas 4, 8, 11) sehingga
tidak bisa digunakan sebagai basis seleksi ke jenjang selanjutnya. Kemendikbud
berharap hasil asesmen digunakan sekolah untuk memperbaiki mutu pembelajaran.
Menyederhanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
komponennya terlalu banyak dan kaku. Guru diberikan kebebasan untuk membuat
dan mengembangkan RPP sendiri. Sementara komponen inti dalam RPP
disederhanakan hanya menjadi satu halaman saja (sebelumnya hingga 20 halaman).
Memberikan fleksibilitas dalam sistem zonasi dan Peraturan Penerimaan Peserta
Didik Baru (PPDB). Kebijakan baru ini menambah kuota jalur prestasi yang
sebelumnya hanya 15 persen menjadi 30 persen. Di masa Nadiem, kebijakan BOS
atau Biaya Operasional Sekolah dikeluarkan pada 5 Februari 2020. Beleid itu bernama
Permendikbud Nomor 8 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional
Sekolah Reguler. Di situ disebutkan bahwa dana akan disalurkan langsung kepada
rekening sekolah.
Sekolah dapat menggunakan sampai 50% dana BOS untuk menggaji guru
honorer dari sebelumnya, 15%. Namun, itu tentu saja dengan beberapa syarat yang
harus dipenuhi. Dan menurut Nadiem, hal ini adalah langkah pertama dalam
peningkatan kesejahteraan guru honorer.[26][27][28] Namun begitu, ia mengharuskan
kepala sekolah untuk memajang alokasi dana BOS supaya transparansi diketahui oleh
sekolah dan sekitar sekolah. 20% dari alokasi untuk buku teks, nonteks, atau
multimedia juga dihapus. Sehingga, 50% di luar honorer dapat diatur secara bebas
oleh kepala sekolah. Bagi yang pelaporannya tidak penuh 100%, pencairan ketiga bisa
tidak dilakukan.
Revisi kemudian diadakannya lagi pada April 2020 dalam Permendikbud
19/2020. Dalam revisi ini, sehubungan dengan masa pembelajaran selama pandemi
Covid-19, dijelaskan bahwa dana BOS bisa dipergunakan untuk membeli pulsa
internet bagi guru maupun siswa dalam mendukung masa pembelajaran dari rumah.
Pembiayaan langganan daya dan jasa tersebut dapat digunakan untuk pembelian
pulsa, paket data, dan/atau layanan pendidikan daring berbayar bagi pendidik dan/atau
peserta didik dalam rangka pelaksanaan pembelajaran dari rumah. Hal ini akan terus
berlangsungsung hingga masa wabah dicabut statusnya oleh pemerintah pusat.
Sebagai kelanjutan kebijakan Merdeka Belajar, Nadiem menyampaikan satu
kebijakan lagi dinamakan Kampus Merdeka. Inilah yang dikemukakan dalam rapat di
Kemendikbud 24 Januari 2020. Kebijakan itu antara lain ialah:[31]
otonomi bagi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Swasta (PTS) untuk
melakukan pembukaan atau pendirian program studi (prodi) baru.
Otonomi ini diberikan jika PTN dan PTS tersebut memiliki akreditasi
A dan B, dan telah melakukan kerja sama dengan organisasi dan/atau
universitas yang masuk dalam QS Top 100 World Universities.
Pengecualian berlaku untuk prodi kesehatan dan pendidikan.
program re-akreditasi yang bersifat otomatis untuk seluruh peringkat
dan bersifat sukarela bagi perguruan tinggi dan prodi yang sudah siap
naik peringkat.
kebebasan bagi PTN Badan Layanan Umum (BLU) dan Satuan Kerja
(Satker) untuk menjadi PTN Badan Hukum (PTN BH) dan akan
dipermudah oleh Kemendikbud PTN BLU dan Satker untuk menjadi
PTN BH.
memberikan hak kepada mahasiswa untuk mengambil mata kuliah di
luar prodi dan melakukan perubahan definisi satuan kredit semester
(SKSA).
Tentu saja kebijakan di atas mendapatkan kritik. Tirto.id mengutip
pandangan bahwa poin nomor 3 terkesan berorientasi pasar bebas.
Apalagi PTN BH diketahui perlahan dicabut subsidinya, alasan inilah
yang Mahkamah Konstitusi jadikan untuk pembatalan UU Nomor 9
Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan, melihat PTN BH ini
membuat pendidikan nasional diserahkan sepenuhnya kepada
mekanisme pasar tanpa ada perlindungan sama sekali. Selain itu,
kebijakan ini dianggap tidak menandang Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan politeknik.[32] Kemudian, ada pula kritik dengan
kondisi pendidikan yang belum pula dibenahi, poin 1 dan 2 dapat
dipakai PT untuk mengakali kebijakan, yakni jualan prodi, apalagi
pemerataan kualitas guru dan dosen masih jadi masalah di Indonesia.
Kritik lain datang dari Muhammadiyah yang menganggap perubahan
kebijakan ini sangat drastis dengan tanpa memahami kehidupan
kampus secara lebih baik. Kebijakan akreditasi otomatis dalam lima
tahun untuk prodi maupun institusi dapat membuat perguruan tinggi
lengah, sehingga kurang memperhatikan mutu Pendidikan
Dalam masa wabah Covid-19, kementeriannya menghimbau
diadakannya pembelajaran jarak jauh (PJJ) dari rumah, lebih lagi jika
daerah bersangkutan memiliki kasus positif Corona. Namun begitu,
mengingat banyaknya kritik mengenai kesulitan dalam pelaksanaan
PJJ, maka perlulah adanya pembelajaran bermakna tanpa harus terikat
kognitif dan capaian akademis semata. Aturan soal PJJ ini diutarakan
lebih jelas dalam Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020. PJJ
pada masa pandemi banyak yang terkendala oleh fasilitas teknologi
yang tak merata, ketiadaan kontrol dari guru ke siswa —sebagaimana
diutarakan Moeldoko, Kepala Staf Kepresidena, dan ketidaksiapan
lembaga pendidikan untuk mengadakan pembelajaran jarak jauh
sebagaimana dinyatakan Komisioner KPAI untuk Kependidikan, Retno
Listyarti. Dari sini, dalam dialog bersama pendiri Narasi, Najwa
Shihab, pada 2 Mei 2020, yang disiarkan Youtube Kemdikbud, ia
menyatakan bahwa teknologi kian dirasa penting dalam pembelajaran,
dan "bisa digenjot pada masa depan. Jadi, inisiatif PJJ metode daring
jangan sampai berhenti hanya saat ada pandemi Covid-19," katanya.
Selain itu juga, dalam acara peringatan Hardiknas 2020 yang disiarkan
Youtube Kemdikbud, dia terkagetkan lagi oleh masih adanya daerah di
Indonesia yang belum teraliri sinyal listrik dan belum mendapatkan
sinyal televisi. Ia menyatakan "ada yang masih tidak punya akses
listrik, bayangkan listriknya cuma nyala beberapa jam sehari". [40]
Rencana Nadiem selanjutnya, manakala pandemi usai, ia akan
menggabungkan metode tatap muka dan PJJ.
Ihwal pembukaan sekolah, kementeriannya berencana untuk membuka
sekolah pada pertengahan Juli atau pada tahun ajaran baru 2020/2021.
Namun hal ini menuai kritik dari sekolah dan orang tua, di sisi lain, PJJ
sendiri masih mengalami kesulitan listrik dan internet. Namun
kemudian, dalam sebuah rapat bersama DPR, Nadiem menjelaskan itu
tidaklah benar dan tidak sepihak kementeriannya yang memutuskan. Ia
menunggu keputusan dari Gugus Tugas Covid-19, baru kemudian ia
yang mengeksekusi. Baru kemudian dinyatakan pembukaan sekolah
akan diadakan pada zona hijau, sisanya akan tetap mengadakan PJJ.
Di masa pandemi juga, diketahuilah sejak April 2020, ada pula
perguruan-perguruan tinggi yang sulit dalam penyediaan tagihan listrik
dan internet, dan alat pelindung diri minimal bagi yang tak bisa
tinggalkan kampus, dan kesusahan pada pembayaran UKT. Inilah yang
memunculkan permohonan audiensi BEM SI kepada kementeriannya
pada 29 April 2020. Hal-hal yang ingin diaudiensi adalah aspirasi
terkait relaksasi biaya kuliah selama masa pandemi, permohonan
bantuan internet untuk mendukung perkuliahan daring, hingga bantuan
logistik bagi para mahasiwa yang tidak bisa pulang kampung. Berlanjut
sampai inisiatif BEM SI, kemudian menggerakkan tagar
#NadiemManaMahasiswaMerana dan #MendikbudDicariMahasiswa di
Twitter sejak 2 Juni 2020 untuk mengaudiensi kepada menteri soal
keluhan biaya kuliah dan biaya kuota. Kememteriannya menyatakan
pernyataan sepakat untuk relaksasi UKT kepada Majelis Rektor
Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) dalam 4 opsi kepada
mahasiswa yang orangtuanya terdampak Covid-19. Dalam upaya
memecahkan kebuntuan ini, Komisi X DPR yang membidangi
pendidikan menyatakan kesiapan untuk memfasilitasi komunikasi
antara Aliansi BEM SI dengan Mendikbud.
Diberitakan pada Agustus 2020, kementeriannya akan mengguyur
siswa kuota internet gratis sebesar 35 GB, sementara guru menerima 42
GB. Para mahasiswa dan dosen pun juga mendapatkan kuota internet
sebesar 50 GB per bulannya. Dana untuk kebijakan ini berasal dari
optimalisasi anggaran Kemendikbud serta dukungan anggaran Bagian
Anggaran dan Bendahara Umum Negara dan kuota guru berasal dari
realokasi anggaran Program Organisasi Penggerak yang digeser ke
tahun 2021. Sehingga, memang sebelumnya Kemendikbud
menggelontorkan dana sebesar Rp 9 triliun guna membantu siswa,
mahasiswa, guru, dan dosen untuk pelaksanaan pembelajaran jarak
jauh.[49] Dalam pelaksanaannya, ada pembatasan yang dilakukan pada
kebijakan subsidi kuota ini. Katanya,ini dimaksudkan untuk
pelaksanaan kegiatan PJJ, bukannya malah untuk bermain gim. Dan
memang, kuota internet umum lebih kecil jumlahnya daripada kuota
internet belajar.[50] Namun begitu, tetap ada prokontra mengenai
kebijakan ini. Semisal, disetorkannya nomor hp dan data pribadi siswa.
CNN Indonesia juga menukil beberapa keterangan kritik dari beberapa
tokoh.[52] Antaranya, Syaiful Huda dari Komisi X DPR RI mengatakan
kebijakan ini minim data dan rentan terjadi pemborosan anggaran dan
salah sasaran. Selain itu, Federasi Serikat Guru Indonesia memprediksi
bantuan kuota bakal merugi hingga Rp1,7 triliun. Ini karena besaran
kuota yang diberikan kepada peserta didik dan pendidik masif,
sehingga ada kemungkinan kuota tak terpakai semua. Selain itu, ada
kritik lain yang mencatat kemungkinan alokasi yang tak merata.
Ia berencana pada bulan April 2022 untuk merintis program praktisi
mengajar pada perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Program ini
kemudian terlaksana pada Mei 2022.
Pada November 2020, untuk menanggulangi masalah guru honorer,
Nadiem berjanji perjuangkan nasib guru honorer lewat rencana
pengangkatan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja atau P3K
yang akan dilaksanakan di tahun 2021. Seleksi diprioritaskan untuk
seluruh guru honorer, baik di sekolah negeri maupun swasta yang
terdaftar di Data Pokok Pendidikan (Dapodik). Tak hanya itu, seleksi
ini juga diperbolehkan bagi mereka lulusan pendidikan profesi guru
(PPG), yang saat ini tidak mengajar. Nantinya PPPK diangkat dan
dipekerjakan dengan perjanjian kontrak dengan jangka waktu yang
ditetapkan. Setahun kemudian, pada tahap pertama seleksi PPPK 2021,
diketahui ada 100 ribu orang guru yang diterima. Namun begitu, dia
mengungkapkan, dari 506.247 formasi yang tersedia, Nadiem
menyebut hanya 326.476 formasi yang memiliki pelamar sehingga
masih ada 179.771 formasi yang kosong. Dalam rapat kerja bersama
DPR Desember 2021, Nadiem mengatakan, pemerintah lewat
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah mentransfer gaji untuk
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) lewat dana
alokasi umum (DAU) 2021. Ia pun memperingatkan pemerintah daerah
agar tak menggunakan uang tersebut untuk diluar tujuannya. Namun
begitu, kebijakan ini juga mendapat kritik dari P2G bahwa adanya
aturan Kepmenpan RB Nomor 1169 tahun 2021, pemerintah hanya
memberikan afirmasi berdasarkan usia kepada peserta guru berumur
lebih dari 50 tahun. P2G dan forum guru lainnya sudah mengusulkan
pemberian afirmasi berdasarkan lama pengabdian, bukan usia.
Sehingga pemberian nilai tambah itu diharapkan lebih besar pada
tenaga guru honorer yang sudah berpuluh tahun mengabdi. Pada
Januari 2022, dalam rapat bersama DPR, ia menyatakan
kementeriannya bersama guru-guru yang sudah lolos passing grade
tetapi belum mendapat formasi, ia menginginkan dia tidak ingin tes
lagi. Pada saat formasinya keluar, dia langsung dapat.
Pada tahun 2016, Nadiem menerima penghargaan The Straits Times
Asian of the Year, dan merupakan orang Indonesia pertama yang
menerima penghargaan tersebut sejak pertama kali didirikan pada
tahun 2012. Penghargaan Asian of the Year diberikan kepada individu
atau kelompok yang secara signifikan berkontribusi pada
meningkatkan kesejahteraan orang di negara mereka atau Asia pada
umumnya. Beberapa penerima sebelumnya termasuk pendiri
Singapura, Lee Kuan Yew, Perdana Menteri India Narendra Modi,
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Presiden Republik Rakyat
Tiongkok Xi Jinping, dan Presiden Myanmar Thein Sein. Penghargaan
tersebut datang karena perusahaan berfokus pada peningkatan
kesejahteraan sektor informal. Pada saat yang sama, ini dapat
membantu menyediakan mata pencaharian bagi masyarakat Indonesia
dengan mengubah pasar dan model bisnis tradisional.
Nadiem masuk dalam daftar Bloomberg 50 versi 2018. Bloomberg
menilai tidak ada aplikasi lain yang telah mengubah kehidupan di
Indonesia dengan cepat dan mendalam seperti Gojek. Aplikasi Gojek
diluncurkan pada 2015 dengan fokus pada pemesanan ojek, dan
kemudian berkembang menjadi aplikasi untuk membayar tagihan,
memesan makanan, hingga membersihkan rumah. "The Bloomberg 50"
berisi sosok-sosok ternama dalam bidang bisnis, hiburan, keuangan,
politik, hingga ilmu pengetahuan dan teknologi. Sepak terjang Nadiem
yang kini mengembangkan Gojek ke Filipina, Singapura, Thailand, dan
Vietnam membuat Bloomberg menyandingkan namanya dengan
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador, pendiri Spotify
Daniel Ek, penyanyi Taylor Swift, dan grup musik K-pop BTS.
Pada Mei 2019, Nadiem menjadi tokoh termuda se-Asia yang
menerima penghargaan Nikkei Asia Prize ke-24 untuk Inovasi
Ekonomi dan Bisnis Penghargaan diberikan kepada individu atau
organisasi yang berkontribusi bagi pengembangan kawasan Asia dan
menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat Asia.
Nadiem menggandakan hadiah yang diterima menjadi Rp860 juta
untuk donasi pendidikan anak mitra pengemudi Gojek. Penghargaan ini
berkaitan dengan kontribusi Gojek dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi, memudahkan keseharian pengguna hingga meningkatkan
pendapatan mitranya.[68] Gojek berkontribusi Rp55 triliun terhadap
perekonomian Indonesia, dengan penghasilan rata-rata mitra GoRide
dan GoCar naik 45% dan 42% setelah bergabung dengan Gojek, dan
volume transaksi UMKM kuliner naik 3,5 kali lipat semenjak menjadi
mitra GoFood.[69]
Pada tahun 2017, Gojek masuk dalam Fortune’s Top 50 Companies
That Changed The World, dan mendapatkan peringkat 17. Pada tahun
2019, Gojek kembali menjadi satu-satunya perusahaan Asia Tenggara
yang masuk ke daftar Fortune’s 50, dan naik ke peringkat 11 dari 52
perusahaan kelas dunia
Bersama dengan Melinda Gates dan Menteri Keuangan Republik
Indonesia, Sri Mulyani, Nadiem menjabat sebagai salah satu komisaris
Pathways for Prosperity for Technology and Inclusive Development
yang fokus membantu negara-negara berkembang untuk beradaptasi
dengan berbagai inovasi baru dunia digital yang mengubah budaya
bekerja.
B. Sumbangsih Gaya Pemikirannya Kepada Kepemimpinan Masa Kini
Pada November 2020, untuk menanggulangi masalah guru honorer, Nadiem
berjanji perjuangkan nasib guru honorer lewat rencana pengangkatan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja atau P3K yang akan dilaksanakan di tahun 2021.
Seleksi diprioritaskan untuk seluruh guru honorer, baik di sekolah negeri maupun
swasta yang terdaftar di Data Pokok Pendidikan (Dapodik). Tak hanya itu, seleksi ini
juga diperbolehkan bagi mereka lulusan pendidikan profesi guru (PPG), yang saat ini
tidak mengajar. Nantinya PPPK diangkat dan dipekerjakan dengan perjanjian kontrak
dengan jangka waktu yang ditetapkan. Setahun kemudian, pada tahap pertama seleksi
PPPK 2021, diketahui ada 100 ribu orang guru yang diterima. Namun begitu, dia
mengungkapkan, dari 506.247 formasi yang tersedia, Nadiem menyebut hanya
326.476 formasi yang memiliki pelamar sehingga masih ada 179.771 formasi yang
kosong.
Dalam rapat kerja bersama DPR Desember 2021, Nadiem mengatakan,
pemerintah lewat Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah mentransfer gaji untuk
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) lewat dana alokasi umum
(DAU) 2021. Ia pun memperingatkan pemerintah daerah agar tak menggunakan uang
tersebut untuk diluar tujuannya. Namun begitu, kebijakan ini juga mendapat kritik
dari P2G bahwa adanya aturan Kepmenpan RB Nomor 1169 tahun 2021, pemerintah
hanya memberikan afirmasi berdasarkan usia kepada peserta guru berumur lebih dari
50 tahun. P2G dan forum guru lainnya sudah mengusulkan pemberian afirmasi
berdasarkan lama pengabdian, bukan usia. Sehingga pemberian nilai tambah itu
diharapkan lebih besar pada tenaga guru honorer yang sudah berpuluh tahun
mengabdi. Pada Januari 2022, dalam rapat bersama DPR, ia menyatakan
kementeriannya bersama guru-guru yang sudah lolos passing grade tetapi belum
mendapat formasi, ia menginginkan dia tidak ingin tes lagi. Pada saat formasinya
keluar, dia langsung dapat.
Pada tahun 2016, Nadiem menerima penghargaan The Straits Times Asian of
the Year, dan merupakan orang Indonesia pertama yang menerima penghargaan
tersebut sejak pertama kali didirikan pada tahun 2012. Penghargaan Asian of the Year
diberikan kepada individu atau kelompok yang secara signifikan berkontribusi pada
meningkatkan kesejahteraan orang di negara mereka atau Asia pada umumnya.
Beberapa penerima sebelumnya termasuk pendiri Singapura, Lee Kuan Yew, Perdana
Menteri India Narendra Modi, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Presiden
Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping, dan Presiden Myanmar Thein Sein.
Penghargaan tersebut datang karena perusahaan berfokus pada peningkatan
kesejahteraan sektor informal. Pada saat yang sama, ini dapat membantu menyediakan
mata pencaharian bagi masyarakat Indonesia dengan mengubah pasar dan model
bisnis tradisional. Nadiem masuk dalam daftar Bloomberg 50 versi 2018. Bloomberg
menilai tidak ada aplikasi lain yang telah mengubah kehidupan di Indonesia dengan
cepat dan mendalam seperti Gojek. Aplikasi Gojek diluncurkan pada 2015 dengan
fokus pada pemesanan ojek, dan kemudian berkembang menjadi aplikasi untuk
membayar tagihan, memesan makanan, hingga membersihkan rumah. "The
Bloomberg 50" berisi sosok-sosok ternama dalam bidang bisnis, hiburan, keuangan,
politik, hingga ilmu pengetahuan dan teknologi. Sepak terjang Nadiem yang kini
mengembangkan Gojek ke Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam membuat
Bloomberg menyandingkan namanya dengan Presiden Meksiko Andres Manuel
Lopez Obrador, pendiri Spotify Daniel Ek, penyanyi Taylor Swift, dan grup musik K-
pop BTS.
Pada Mei 2019, Nadiem menjadi tokoh termuda se-Asia yang menerima
penghargaan Nikkei Asia Prize ke-24 untuk Inovasi Ekonomi dan Bisnis Penghargaan
diberikan kepada individu atau organisasi yang berkontribusi bagi pengembangan
kawasan Asia dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat Asia.
Nadiem menggandakan hadiah yang diterima menjadi Rp860 juta untuk donasi
pendidikan anak mitra pengemudi Gojek. Penghargaan ini berkaitan dengan
kontribusi Gojek dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, memudahkan keseharian
pengguna hingga meningkatkan pendapatan mitranya. Gojek berkontribusi Rp55
triliun terhadap perekonomian Indonesia, dengan penghasilan rata-rata mitra GoRide
dan GoCar naik 45% dan 42% setelah bergabung dengan Gojek, dan volume transaksi
UMKM kuliner naik 3,5 kali lipat semenjak menjadi mitra GoFood.
Pada tahun 2017, Gojek masuk dalam Fortune’s Top 50 Companies That
Changed The World, dan mendapatkan peringkat 17. Pada tahun 2019, Gojek kembali
menjadi satu-satunya perusahaan Asia Tenggara yang masuk ke daftar Fortune’s 50,
dan naik ke peringkat 11 dari 52 perusahaan kelas dunia bersama dengan Melinda
Gates dan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani, Nadiem menjabat
sebagai salah satu komisaris Pathways for Prosperity for Technology and Inclusive
Development yang fokus membantu negara-negara berkembang untuk beradaptasi
dengan berbagai inovasi baru dunia digital yang mengubah budaya bekerja.

C. Penutup
Seperti kita baca, Nadiem besar dari keluarga kaya dan berpendidikan.
Ayahnya adalah seorang konsultan hukum terkemuka di Indonesia kala itu. Bahkan
disaat Indonesia masih sangat jarang orang yang bisa kuliah, Nono Makarim, ayah
Nadiem, sudah menyelesaikan pendidikan sebagai Master of Law, dari Harvard Law
School. Ibunya sendiri adalah seorang penulis lepas, putri dari Hamid Algadri, salah
seorang perintis kemerdekaan Indonesia. Dengan orang status sosial orang tua yang
sedemikian adalah wajar jika sejak kecil Nadiem telah menunjukkan bakat-bakat
kreatifitasnya. Pendidikan dan pengjaran yang didapat dari orang tuanya, adalah bekal
awal Nadiem menapaki kehidupan dunia ini. Pun, kemampuannya untuk beradaptasi
dengan orang-orang dari seantero dunia.
Tak bisa ditampik, orang tua yang cerdas akan membentuk anak-anak yang
cerdas pula. Membentuk SDM Unggul, dimulai dari pendidikan keluarga yang unggul
Tak bisa berhenti hanya pada orang tua, tetapi kualitas pendidikan yang maknyus,
kelak akan mengeluarkan potensi terbaik seorang anak. Dari SD sampai kuliah di
Harvard Business School, Nadiem bukan hanya belajar ilmu pengetahuan dan sains,
tetapi juga mengsah kecerdasan emosionalnya. Yang memang dipercaya memiliki
peran paling besar dalam kesuksesan seseorang. Sekolah SMPnya misalnya di
Amerika, menganut sistem pendidikan The Dalton Plan. Ada 3 ciri utama sistem
pendidikan ini.

1. Mengembangkan mata pelajaran sesuai dengan minat dan bakat seorang


murid. (bukannya memaksa murid untuk pintar di semua mata pelajaran).
2. Mengasah skill social dan kemampuan beradaptasi seorang murid
3. Mengasah kemampuan untuk peka melihat masalah, dan menemukan solusi
kreatif.

Belum lagi di sekolah-sekolah lain seperti United World College of South East Asia
di Singapura, sekolah independen anggota united wolrd college (UWC) yang menyediakan
pendidikan K–12 yang terdiri dari lima unsur berhubungan: akademik, aktivitas, pendidikan
luar ruangan, pendidikan pribadi dan sosial, dan layanan. Jadi sejatinya sekolah tidak melulu
soal mata pelajarannya, tetapi seperti kata Nadiem, “It’s not about the education, but the
environtment.” Ya, suasana belajar dan berkompetisi yang sehat diantara para mahasiswa
HBS, juga diceritakan adalah hal penting yang sangat berperan dalam kesuksesan Nadiem di
Gojek.

Di HBS-lah Nadiem bertemu dengan banyak orang-orang hebat yang kelak


membantunya dalam gojek, sebut saja Aldi Haryopratomo, Kevin Aluwi dan masih banyak
lagi. Sebelumnya juga ada Michaelangelo Moran. Bahkan di HBS juga ia bersahabat dengan
Anthony Tan, founder Grab. Saingan Goje hari ini. Sinergi dengan teman-teman inilah semua
yang mensupport Nadiem dalam membangun Gojek. Aldi Haryopratomo, Sahabat Nadiem
CEO Go-Pay Di suatu kesempatan, Nadiem pernah berkata, “Saya selalu mengajak mentor-
mentor saya dulu untuk membantu saya di Gojek.” Itulah kekuatan sebuah sinergi. Bekerja
bersama untuk mencapai suatu tujuan. Dengan keahlian dan kemampuan masing-masing.

Implikasi

Bersama dengan Melinda Gates dan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri
Mulyani, Nadiem menjabat sebagai salah satu komisaris Pathways for Prosperity [73] for
Technology and Inclusive Development yang fokus membantu negara-negara berkembang
untuk beradaptasi dengan berbagai inovasi baru dunia digital yang mengubah budaya bekerja.

Daftar Pustala

"Nadiem Makarim". LHKPN.

Ibu Pasuruan, Bapak Pekalongan, Lahir Pendiri Go-Jek Nadiem Makarim

Anda mungkin juga menyukai