Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

BERPARADIGMA TRI HITA KARANA

NILAI BUDAYA TRI HITA KARANA DALAM ETIKA BISNIS

Oleh:

Kadek Sudianingsih

1917051186

Kelas 4D

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Om Swastiyastu,

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Nilai Tri
Hita Karana Dalam Etika Bisnis” dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya.

Terimakasih saya ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Etika


Bisnis Dan Profesi Berparadigma Tri Hita Karana Dr. Anantawikrama Tungga
Atmadja, S.E., Ak., M.Si. karena atas materi yang beliau berikan sehingga
membantu saya di dalam penyusunan makalah ini.

Di samping itu, saya sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa


makalah yang saya susun masih banyak kekurangan, baik dari segi tata bahasa,
susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati kami
akan menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Dengan makalah yang tersusun ini, saya berharap dapat membantu


mahasiswa dan masyarakat umum di dalam mengetahui dan memahami mengenai
pembelajaran Etika Bisnis dan Profesi Berparadigma Tri Hita Karana. Demikianlah
yang bisa kami sampaikan, semoga dengan makalah ini dapat menambah wawasan
ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk mahasiswa dan
masyarakat.

Om, Santih,Santih,Santih, Om.

Singaraja, 23 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 11

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

2.1 Pengertian Tri Hita Karana ....................................................................... 3


2.2 Tri Hita Karana Sebagai Sumber Etika Bisnis .......................................... 4
2.3 Contoh Aplikas Tri Hita Karana dalam Aktivitas Bisnis .......................... 5

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 9

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 9


3.2 Saran .......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era globalisasi seperti saat ini, dunia bisnis tumbuh dan berkembang
dengan sangat pesat. Dengan perkembangan bisnis saat ini dan juga didoktrin
kuat oleh ideologi kapitalis. Bisnis dijalankan untuk memperoleh keuntungan
yang sebesar-besarnya, tidak peduli dengan cara apa keuntungan tersebut
didapatkan. Oleh karena itu, bisnis kian bergerak dengan hanya mementingkan
kepentingannya atas keuntungan dan tidak mempedulikan kepentingan dari
pihak-pihak lain yang dipengaruhi oleh bisnis tersebut. Semakin ketatnya
persaingan pasar di dunia bisnis, tidak sedikit para entrepreneur lebih memilih
jalan pintas yaitu meningalkan value ethics demi keberlangsungkan usaha
mereka daripada memilih menjunjung tinggi etika namun usaha mengalami
kebangkrutan (Hulaimi, 2017).
Fenomena ketakutan akan persaingan muncul di era globalisasi saa ini
mengakibatkan entrepreneur menghalalkan segala cara untuk memenangkan
persaingan. Melihat hal tersebut isu pembentukan etika dalam berbagai ilmu
sangat penting untuk dikaji ketika dunia ini dihadapkan oleh beragam
problematika yang mengarah pada moralitas (Adhiputra, 2014). Ekonomi dan
bisnis memiliki hubungan yang saling terikat satu sama lain, di mana bisnis itu
sendiri tidak dapat dipisahkan dengan social budaya yang
pengimplementasiannya adalah etika. Sedangkan dalam berkegiatan bisnis,
etika dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat wajib dijadikan
pedoman oleh entrepreneur agar tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan
dan bisnis yang dilakukan mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk menciptakan suasana yang harmonis dan seimbang, dalam artian
entrepreneur tidak meninggalkan etika dalam berbisnis perlu menerapkan nilai
budaya yaitu ajaran Tri Hita Karana. Nilai-nilai kearifan lokal yang melekat dan
berkembang di suatu daerah sangat diyakini kebenarannya oleh masyarakat dan

1
mereka meyakini bahwa nilai tersebut mampu menyentuh tatanan moral
masyarakat dalam menjalankan segala bentuk aktivitas di dunia perbisnisan.
Ajaran Tri Hita Karana diyakini dapat menyeimbangkan seluruh elemen
tersebut. Di jaman seperti ini ajaran Tri Hita Karana telah berkembang dan
dapat diakui secara universal, serta digunakan hampir diseluruh aspek
kehidupan manusia, terutama di dalam dunia bisnis. Oleh karena itu, melihat
pentingnya nilai budaya Tri Hita Karana dalam etika bisnis perlu kita
mengetahui dan membahas lebih dalam mengenai hal tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1.2.1 Apa pengertian Tri Hita Karana?
1.2.2 Bagaimana nilai budaya Tri Hita Karana sebagaisumber etika bisnis?
1.2.3 Bagaimana contoh aplikasinya dalam aktivitas bisnis?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk memahami seperti apa pengertian dari Tri Hita Karana.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana Tri Hita Karana dapat digunakan sebagai
sumber etika bisnis.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana contoh Tri Hita Karana dalam aktivitas
bisnis
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Bagi Pembaca
Penulis dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan mengenai
budaya Bali yaitu Tri Hita Karana yang dapat digunakan sebagai sumber
etika bisnis.
1.4.2 Manfaat Bagi Pembaca
Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memperoleh
informasi baru terkait Tri Hita Karana yang dapat diterapkan sebagai
suatu etika bisnis dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tri Hita Karana


Tri Hita Karana berasal dari bahasa sansekerta yang terbentuk dari tiga
kata, yaitu Tri yang artinya tiga, Hita yang artinya kebahagiaan atau sekahtera,
dan Karana yang srtinya sebab atau penyebab. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa Tri Hita Karana merupakan sebuah tiga penyebab
kebahagiaan, konsep spiritual,dan kearifan lokal, sekaligus menjadi falsafah
hidup masyarakat Hindu Bali yang bertujuan untuk membentuk keseimbangan
dan keselarasan hidup manusia. Konsep ini menggambarkan keseimbangan dan
keselarasan hidup akan dapat tercapaijika manusia bias menjalin hubungan
yang baik dengan Tuhan, dapat menjalin hubungan baik sesame manusia, dan
dapat menjalin hubungan baik dengan lingkungan atau alam.
Istilah ajaran Tri Hita Karana muncul pada tahun 1969, dalam seminar
tentang desa adat. Pada seminar tersebut (Kaler, 1969 dalam Wiana, 2004 : 265)
mengaplikasikan Tri Hita Karana dalam wujud tata ruang, dan tata aktivitas
dalam desa adat. Unsur-unsurnya disebutkan meliputi Parhyangan (hubungan
yang harmonis antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa), Pawongan
(hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia), dan Palemahan
(hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan atau alam).
Meskipun konsep dari Tri Hita Karana merupakan sebuah landasan yang
bersumber dari agama Hindu, sejatinya Tri Hita Karana adalah konsep universal
yang ada pada semua ajaran agama di dunia (Windia dan Dewi, 2011).
a) Parhyangan
Setiap individu yang beragama senantiasa berupaya untuk memelihara
keselarasan hidup dengan Tuhan Yang Maha Esa. Untuk memelihara
keselarasan itu diwujudkan dengan yadnya kepada Tuhan. Mereka yang
melaksanakan yajnya sebagai ungkapan tunduk dan hormat kepada Tuhan
maka akan mendapatkan Karunia dan perlindungan dari-Nya itulah
sebabnya, hubungan yang selaras dengan Tuhan merupakan sumber
kebahagiaan yang kekal abadi.

3
b) Pawongan
Pawongan merupakan hubungan harmonis dengan sesama, yang mana
setiap individu pasti ingin menikmati hidup dengan baik dan berbahagia dan
itu akan terwujud apabila kita sesama manusia bisa hidup bersama. Tanpa
orang lain, seorang manusia tidak akan bisa hidup karena kita saling
memerlukan kehadiran dan bantuan orang lain. Dengan melaksanakan
karma baik terhadap sesama manusia yaitu memberi pertolongan kepada
yang membutuhkan dan saling menghormati antar sesama, maka dalam
menjalani kehidupan ini akan terasa harmonis, damai, dan rukun.
c) Palemahan
Palemahan merupakan hubungan manusia dengan lingkungan/alam.
Lingkungan/alam ini mencangkup tumbuh-tumbuhan, binatang dan hal-hal
lain. Dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan, kelestarian antara jagat
raya ini dengan diri kita. Manusia diharuskan menjaga kelestarian dan
keseimbangan alam. Konsep palemahan mengajarkan bahwa kehidupan
manusia merupakan bagian dari alam sehingga jika alam rusak maka
kehidupan manusia juga akan terganggu. Sehingga dapat terwujud
keseimbangan dan keselarasan hidup.

2.2 Tri Hita Karana Sebagai Sumber Etika Bisnis


Etika bisnis merupakan merupakan sebuah cara untuk melakukan
kegiatan bisnis yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu,
perusahaan, dan masyarakat. Etika bisnis memiliki peranan penting karena
dapat membentuk nilai, moral, serta perilaku karyawan dan pimpinan guna
membangun hubungan adil dan sehat dengan mitra kerja, pemegang saham,
atau masyarakat. Etika bisnis merupakan aturan yang tidak tertulis soal cara
menjalankannya dengan adil dan sudah sesuai dengan hokum yang
diberlakukan negara, serta tidak tergantung pada kedudukan individu atau
perusahaannya di dalam masyarakat.
Etika bisnis bisa menjadi standar serta pedoman bagi setiap karyawan
termasuk manajemen dan dijadikan sebagai pedoman untuk melaksanakan

4
pekerjaan sehari-hari dengan landasan kejujuran, moral luhur, transparansi,
serta sikap profesional.
Salah satu bentuk implementasi dari etika bisnis adalah nilai budaya Tri
Hita Karana. Di mana untuk menciptakan suasana yang harmonis dan
seimbang, dalam artian entrepreneur tidak meninggalkan etika dalam berbisnis
perlu menerapkan nilai budaya yaitu ajaran Tri Hita Karana. Nilai-nilai kearifan
lokal yang melekat dan berkembang di suatu daerah sangat diyakini
kebenarannya oleh masyarakat dan mereka meyakini bahwa nilai tersebut
mampu menyentuh tatanan moral masyarakat dalam menjalankan segala bentuk
aktivitas di dunia perbisnisan.
Etika bisnis yang dibangun melalui nilai yang terkandung di dalam Tri
Hita Karana sebagai pembudayaan terhadap aktivitas di dalam perusahaan akan
menetapkan perilaku yang baik dan benar untuk mengoptimalkan keuntungan
semua pihak sehingga bisa menghasilkan sebuah hubungan yang harmonis,
rukun, membangun, dan saling menguntungkan kepada ketiga aspek dari Tri
Hita Karana tersebut. Pelaksanaan bisnis yang diterapkan dengan nilai dari Tri
Hita Karana tidak hanya mempertimbangkan keseimbangan pemenuhan
kebutuhan duniawi,
Nilai-nilai budaya atau kearifan lokal yang melekat di dalam jati diri
masyarakat Indonesia sangat beragam. Nilai-nilai kearifan lokal yang
berkembang di suatu daerah sangat diyakini kebenarannya oleh masyarakat di
daerah tersebut dan dirasa mampu menyentuh tatanan moral masyarakat dalam
menjalankan segala bentuk aktivitas terutama dalam hal aktivitas bisnis. Di Bali
khususnya, untuk menciptakan keselarasan antar elemen yang terdapat di bumi,
elemen tersebut adalah manusia dan alam. Ajaran Tri Hita Karana diyakini
dapat menyeimbangkan keseluruhan elemen tersebut. Saat ini ajaran THK telah
berkembang dan diakui secara universal, serta digunakan hampir disegala aspek
kehidupan manusia, terutama dapat diaplikasikan dalam aspek bisnis.

2.3 Contoh Aplikasi Tri Hita Karana dalam Aktivitas Bisnis


Kesejahteraan dan kebahagiaan manusia, dalam pandangan Hindu akan
tercapai bilamana manusia itu mampu mewujudkan tiga dasar keselarasan yang

5
disebut Tri Hita Karana, yakni Parhyangan (Keselarasan hubungan dengan
Tuhan), Pawongan (Keselarasan hubungan dengan sesama) dan Palemahan
(Keselarasan hubungan dengan alam). Secara filosopis keselarasan ini
bertujuan untuk mencapai Moksartham Jagadhita ca iti Dharma yang memiliki
arti tujuan hidup manusia adalah mencapai kesejahteraan jasmani dan
kebahagiaan rohani secara selaras serasi dan seimbang (Mantra, 1992). Contoh
aplikasi Tri Hita Karana dalam aktivitas bisnis:
a) Parhyangan dalam aktivitas bisnis
Dalam aspek bisnis, seorang entrepreneur meyakini bahwa
kesuksesan usahanya berkat tangan-tangan Tuhan yang tiada henti
membantu manusia. Konsep ini terkait dengan teori dalam ekonomi makro
yang dikemukakan oleh Adam Smith yang menyatakan bahwa seperti alam
semesta yang berjalan serba teratur, sistem ekonomi pun akan mampu
memulihkan dirinya sendiri (self adjustment), kerena ada kekuatan pengatur
yang disebut sebagai tangan tangan tak terlihat (invisible hands). Teori ini
memang yang dimaksudkan adalah mekanisme pasar, namun apabila ditarik
kedalam konsep parahyangan yang diyakini oleh umat hindu, artinya dibalik
kelancaran usaha bisnis yang dijalani, melalui manusia yang dibekali akal
(manah) Tuhan menunjukkan eksistensinya dalam membantu kelancaran
aktivitas umat manusia, terutama kaitannya dalam aspek bisnis.
Dalam dunia bisnis menjadi penting memiliki sikap atau attitude
yang baik karena attitude merupakan ceriminan pribadi seseorang. Namun,
bukan berarti suatu kemustahilangan di era globalisasi ini menjumpai
pebisnis yang jujur. Terbukti dari adanya konsep sociopreneurship yang
kegiatannya membangkitkan usaha-usaha kecil, kepedulian semacam ini
merupakan suatu bentuk sikap yang baik dan peduli terhadap kehidupan
orang-orang sekitar. Konsep sociopreneurship ini bisa dipahami melalui
konsep yang dicetuskan oleh M. Yunus yang merupakan peraih peraih
Nobel Perdamaian 2006 dan pendiri bank kaum miskin (Grameen Bank) di
Bangladesh yang mengajarkan manusia untuk memiliki rasa empati
terhadap manusia lainnya, sehingga sinergisitas antara manusia dengan
manusia dapat terwujud tidak hanya melalui konsep pawongan, akan tetapi

6
melalui aspek parahyangan, yakni memaknai bahwa tidak cukup hanya
dengan berbuat jujur, namun harus berbuat baik sebagai wujud bakti
manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan.
b) Pawongan dalam aktivitas bisnis
Aspek pawongan atau hubungan harmonis antara manusia
dengan manusia lainnya diinterpretasikan dengan konsep menerapkan
etos kerja umat hindu yang tercermin melalui sikap penuh prakarsa,
kreatif, kerja keras, menghargai waktu, kerjasama yang harmonis, satya
wacana, dan hidup hemat yang etis. Etos kerja dapat pula diartikan
sebagai semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang
atau suatu kelompok. Dengan demikian, menurut Gorda (1996)
menyatakan bahwa etos kerja umat hindu ini ternyata sesuai dengan ciri-
ciri etos kerja yang dibutuhkan dan menjadi syarat modernisasi yang
dilakukan oleh suatu Negara.
Dalam aktivitas bisnis, demi menjaga sikap kerjasama yang
harmonis antar sesama umat, dapat diterapkan konsep tat twam asi yang
artinya aku adalah kamu, kamu adalah aku. Ajaran ini sebenarnya
bersifat universal, dibuktikan dengan adanya sikap memanusiakan
manusia, yang bermakna bahwa dalam kehidupan ini hendaknya
manusia bersikap manusiawi dengan sesama. Sehingga, dengan
berpegang teguh pada konsep ajaran ini, sebagai umat beragama tidak
akan memperlakukan sesama umatnya dengan semena-mena atau tidak
manusiawi.
c) Palemahan dalam aktivitas bisnis
Konsep dalam kebudayaan lokal yang terakhir yakni aspek
palemahan yang meyakini untuk mewujudkan hubungan yang harmonis
antara manusia dengan lingkungan alam. Sinergi hubungan harmonis
yang antara manusia dengan lingkungan diyakini sebagai sumber
kebahagiaan dan kesejahteraan bagi manusia. Manusia tidak bisa
melepaskan diri dari berbagai pengaruh alam sekitarnya, dan sebaliknya
manusia juga dapat mempengaruhi alam sekitarnya. Hal ini berarti,
adanya hubungan timbal balik antara keduanya, sehingga hubungan

7
tersebut mampu menciptakan hubungan yang fungsional. Situasi yang
muncul dari hubungan timbal balik itulah dimaksud dengan keselarasan
hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya.
Dalam konsep bisnis, hubungan timbal balik ini diwujudkan
dalam bentuk kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. Selanjtnya,
hal inilah yang mendasari perusahaan menyisihkan sedikit laba
perusahaannya untuk program tanggungjawab sosial perusahaan atau
Corporate Social Responsibility (CSR). Melalui program CSR ini
perusahaan langsung dapat ikut berkontribusi demi kelestarian
lingkungan sekitarnya. Aspek palemahan menjadi sangat penting untuk
diperhatikan mengingat dalam kehidupan di dunia ini terjadi hubungan
fungsional antara manusia dengan alam atau lingkungan.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tri Hita Karana diyakini dapat menyeimbangkan seluruh elemen
tersebut. Di jaman seperti ini ajaran Tri Hita Karana telah berkembang dan
dapat diakui secara universal, serta digunakan hampir diseluruh aspek
kehidupan manusia, terutama di dalam dunia bisnis. Tri Hita Karana merupakan
sebuah tiga penyebab kebahagiaan, konsep spiritual,dan kearifan lokal,
sekaligus menjadi falsafah hidup masyarakat Hindu Bali yang bertujuan untuk
membentuk keseimbangan dan keselarasan hidup manusia. Konsep ini
menggambarkan keseimbangan dan keselarasan hidup akan dapat tercapaijika
manusia bias menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan, dapat menjalin
hubungan baik sesame manusia, dan dapat menjalin hubungan baik dengan
lingkungan atau alam.

3.2 Saran
Penulis mengharapkan pembaca dapat memahami lebih dalam mengenai Tri
Hita Karana sebagai sumber etika bisnis sehingga bisa diterapkan secara nyata.
Apabila nilai budaya Tri Hita Karana tidak sesuai dengan kepercayaan dan
kepribadian pembaca maka pembaca dapat mengambil dari sisi positif yang
sesuai dengan kepercayaan pembaca kemudian bias diterapkan sesuai dengan
kepribadian pembaca masing-masing.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya, P. K. (n.d.). ETIKA BISNIS DAN ENTREPRENEURSHIP DALAM


PEMBANGUNAN EKOMONI BALI : DALAM PERSPEKTIF HINDU.
https://e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/414.pdf, 93-101. (Diakses pada
tanggal 23 April 2021).

Diatmika, I. W. (2015). MODEL BISNIS YANG BAIK DAN BERTUHAN. El-


Muhasaba, Vol. 6, No 1, Januari 2015, 34-51. (Diakses pada tanggal 23
April 2021).

(2), N. K. (2020). Pendekatan Tri Hita Karana Dalam Meningkatkan Motivasi


Berwirausaha Mahasiswa. Volume 17, No. 1, Januari 2020, 118-132.
(Diakses pada tanggal 23 April 2021).

Adhiputra, Wahyu. 2014. Prinsip Etika Dalam Bisnis Hindu.


http://repository.ut.ac.id/5093/1/fekonisip23156.pdf (Diakses pada tanggal
23 April 2021).

Kita bias. 2020. Makna Tri Hita Karana Bagi Kehidupan Masyarakat Bali.
https://kitapastibisa.id/makna-tri-hita-karana-bagi-kehidupan-masyarakat-
bali/ (diakses pada tanggal 23 April 2021)

10

Anda mungkin juga menyukai