Oleh:
Kadek Sudianingsih
1917051186
Kelas 4D
FAKULTAS EKONOMI
Om Swastiyastu,
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Nilai Tri
Hita Karana Dalam Etika Bisnis” dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mereka meyakini bahwa nilai tersebut mampu menyentuh tatanan moral
masyarakat dalam menjalankan segala bentuk aktivitas di dunia perbisnisan.
Ajaran Tri Hita Karana diyakini dapat menyeimbangkan seluruh elemen
tersebut. Di jaman seperti ini ajaran Tri Hita Karana telah berkembang dan
dapat diakui secara universal, serta digunakan hampir diseluruh aspek
kehidupan manusia, terutama di dalam dunia bisnis. Oleh karena itu, melihat
pentingnya nilai budaya Tri Hita Karana dalam etika bisnis perlu kita
mengetahui dan membahas lebih dalam mengenai hal tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1.2.1 Apa pengertian Tri Hita Karana?
1.2.2 Bagaimana nilai budaya Tri Hita Karana sebagaisumber etika bisnis?
1.2.3 Bagaimana contoh aplikasinya dalam aktivitas bisnis?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk memahami seperti apa pengertian dari Tri Hita Karana.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana Tri Hita Karana dapat digunakan sebagai
sumber etika bisnis.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana contoh Tri Hita Karana dalam aktivitas
bisnis
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Bagi Pembaca
Penulis dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan mengenai
budaya Bali yaitu Tri Hita Karana yang dapat digunakan sebagai sumber
etika bisnis.
1.4.2 Manfaat Bagi Pembaca
Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memperoleh
informasi baru terkait Tri Hita Karana yang dapat diterapkan sebagai
suatu etika bisnis dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b) Pawongan
Pawongan merupakan hubungan harmonis dengan sesama, yang mana
setiap individu pasti ingin menikmati hidup dengan baik dan berbahagia dan
itu akan terwujud apabila kita sesama manusia bisa hidup bersama. Tanpa
orang lain, seorang manusia tidak akan bisa hidup karena kita saling
memerlukan kehadiran dan bantuan orang lain. Dengan melaksanakan
karma baik terhadap sesama manusia yaitu memberi pertolongan kepada
yang membutuhkan dan saling menghormati antar sesama, maka dalam
menjalani kehidupan ini akan terasa harmonis, damai, dan rukun.
c) Palemahan
Palemahan merupakan hubungan manusia dengan lingkungan/alam.
Lingkungan/alam ini mencangkup tumbuh-tumbuhan, binatang dan hal-hal
lain. Dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan, kelestarian antara jagat
raya ini dengan diri kita. Manusia diharuskan menjaga kelestarian dan
keseimbangan alam. Konsep palemahan mengajarkan bahwa kehidupan
manusia merupakan bagian dari alam sehingga jika alam rusak maka
kehidupan manusia juga akan terganggu. Sehingga dapat terwujud
keseimbangan dan keselarasan hidup.
4
pekerjaan sehari-hari dengan landasan kejujuran, moral luhur, transparansi,
serta sikap profesional.
Salah satu bentuk implementasi dari etika bisnis adalah nilai budaya Tri
Hita Karana. Di mana untuk menciptakan suasana yang harmonis dan
seimbang, dalam artian entrepreneur tidak meninggalkan etika dalam berbisnis
perlu menerapkan nilai budaya yaitu ajaran Tri Hita Karana. Nilai-nilai kearifan
lokal yang melekat dan berkembang di suatu daerah sangat diyakini
kebenarannya oleh masyarakat dan mereka meyakini bahwa nilai tersebut
mampu menyentuh tatanan moral masyarakat dalam menjalankan segala bentuk
aktivitas di dunia perbisnisan.
Etika bisnis yang dibangun melalui nilai yang terkandung di dalam Tri
Hita Karana sebagai pembudayaan terhadap aktivitas di dalam perusahaan akan
menetapkan perilaku yang baik dan benar untuk mengoptimalkan keuntungan
semua pihak sehingga bisa menghasilkan sebuah hubungan yang harmonis,
rukun, membangun, dan saling menguntungkan kepada ketiga aspek dari Tri
Hita Karana tersebut. Pelaksanaan bisnis yang diterapkan dengan nilai dari Tri
Hita Karana tidak hanya mempertimbangkan keseimbangan pemenuhan
kebutuhan duniawi,
Nilai-nilai budaya atau kearifan lokal yang melekat di dalam jati diri
masyarakat Indonesia sangat beragam. Nilai-nilai kearifan lokal yang
berkembang di suatu daerah sangat diyakini kebenarannya oleh masyarakat di
daerah tersebut dan dirasa mampu menyentuh tatanan moral masyarakat dalam
menjalankan segala bentuk aktivitas terutama dalam hal aktivitas bisnis. Di Bali
khususnya, untuk menciptakan keselarasan antar elemen yang terdapat di bumi,
elemen tersebut adalah manusia dan alam. Ajaran Tri Hita Karana diyakini
dapat menyeimbangkan keseluruhan elemen tersebut. Saat ini ajaran THK telah
berkembang dan diakui secara universal, serta digunakan hampir disegala aspek
kehidupan manusia, terutama dapat diaplikasikan dalam aspek bisnis.
5
disebut Tri Hita Karana, yakni Parhyangan (Keselarasan hubungan dengan
Tuhan), Pawongan (Keselarasan hubungan dengan sesama) dan Palemahan
(Keselarasan hubungan dengan alam). Secara filosopis keselarasan ini
bertujuan untuk mencapai Moksartham Jagadhita ca iti Dharma yang memiliki
arti tujuan hidup manusia adalah mencapai kesejahteraan jasmani dan
kebahagiaan rohani secara selaras serasi dan seimbang (Mantra, 1992). Contoh
aplikasi Tri Hita Karana dalam aktivitas bisnis:
a) Parhyangan dalam aktivitas bisnis
Dalam aspek bisnis, seorang entrepreneur meyakini bahwa
kesuksesan usahanya berkat tangan-tangan Tuhan yang tiada henti
membantu manusia. Konsep ini terkait dengan teori dalam ekonomi makro
yang dikemukakan oleh Adam Smith yang menyatakan bahwa seperti alam
semesta yang berjalan serba teratur, sistem ekonomi pun akan mampu
memulihkan dirinya sendiri (self adjustment), kerena ada kekuatan pengatur
yang disebut sebagai tangan tangan tak terlihat (invisible hands). Teori ini
memang yang dimaksudkan adalah mekanisme pasar, namun apabila ditarik
kedalam konsep parahyangan yang diyakini oleh umat hindu, artinya dibalik
kelancaran usaha bisnis yang dijalani, melalui manusia yang dibekali akal
(manah) Tuhan menunjukkan eksistensinya dalam membantu kelancaran
aktivitas umat manusia, terutama kaitannya dalam aspek bisnis.
Dalam dunia bisnis menjadi penting memiliki sikap atau attitude
yang baik karena attitude merupakan ceriminan pribadi seseorang. Namun,
bukan berarti suatu kemustahilangan di era globalisasi ini menjumpai
pebisnis yang jujur. Terbukti dari adanya konsep sociopreneurship yang
kegiatannya membangkitkan usaha-usaha kecil, kepedulian semacam ini
merupakan suatu bentuk sikap yang baik dan peduli terhadap kehidupan
orang-orang sekitar. Konsep sociopreneurship ini bisa dipahami melalui
konsep yang dicetuskan oleh M. Yunus yang merupakan peraih peraih
Nobel Perdamaian 2006 dan pendiri bank kaum miskin (Grameen Bank) di
Bangladesh yang mengajarkan manusia untuk memiliki rasa empati
terhadap manusia lainnya, sehingga sinergisitas antara manusia dengan
manusia dapat terwujud tidak hanya melalui konsep pawongan, akan tetapi
6
melalui aspek parahyangan, yakni memaknai bahwa tidak cukup hanya
dengan berbuat jujur, namun harus berbuat baik sebagai wujud bakti
manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan.
b) Pawongan dalam aktivitas bisnis
Aspek pawongan atau hubungan harmonis antara manusia
dengan manusia lainnya diinterpretasikan dengan konsep menerapkan
etos kerja umat hindu yang tercermin melalui sikap penuh prakarsa,
kreatif, kerja keras, menghargai waktu, kerjasama yang harmonis, satya
wacana, dan hidup hemat yang etis. Etos kerja dapat pula diartikan
sebagai semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang
atau suatu kelompok. Dengan demikian, menurut Gorda (1996)
menyatakan bahwa etos kerja umat hindu ini ternyata sesuai dengan ciri-
ciri etos kerja yang dibutuhkan dan menjadi syarat modernisasi yang
dilakukan oleh suatu Negara.
Dalam aktivitas bisnis, demi menjaga sikap kerjasama yang
harmonis antar sesama umat, dapat diterapkan konsep tat twam asi yang
artinya aku adalah kamu, kamu adalah aku. Ajaran ini sebenarnya
bersifat universal, dibuktikan dengan adanya sikap memanusiakan
manusia, yang bermakna bahwa dalam kehidupan ini hendaknya
manusia bersikap manusiawi dengan sesama. Sehingga, dengan
berpegang teguh pada konsep ajaran ini, sebagai umat beragama tidak
akan memperlakukan sesama umatnya dengan semena-mena atau tidak
manusiawi.
c) Palemahan dalam aktivitas bisnis
Konsep dalam kebudayaan lokal yang terakhir yakni aspek
palemahan yang meyakini untuk mewujudkan hubungan yang harmonis
antara manusia dengan lingkungan alam. Sinergi hubungan harmonis
yang antara manusia dengan lingkungan diyakini sebagai sumber
kebahagiaan dan kesejahteraan bagi manusia. Manusia tidak bisa
melepaskan diri dari berbagai pengaruh alam sekitarnya, dan sebaliknya
manusia juga dapat mempengaruhi alam sekitarnya. Hal ini berarti,
adanya hubungan timbal balik antara keduanya, sehingga hubungan
7
tersebut mampu menciptakan hubungan yang fungsional. Situasi yang
muncul dari hubungan timbal balik itulah dimaksud dengan keselarasan
hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya.
Dalam konsep bisnis, hubungan timbal balik ini diwujudkan
dalam bentuk kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. Selanjtnya,
hal inilah yang mendasari perusahaan menyisihkan sedikit laba
perusahaannya untuk program tanggungjawab sosial perusahaan atau
Corporate Social Responsibility (CSR). Melalui program CSR ini
perusahaan langsung dapat ikut berkontribusi demi kelestarian
lingkungan sekitarnya. Aspek palemahan menjadi sangat penting untuk
diperhatikan mengingat dalam kehidupan di dunia ini terjadi hubungan
fungsional antara manusia dengan alam atau lingkungan.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tri Hita Karana diyakini dapat menyeimbangkan seluruh elemen
tersebut. Di jaman seperti ini ajaran Tri Hita Karana telah berkembang dan
dapat diakui secara universal, serta digunakan hampir diseluruh aspek
kehidupan manusia, terutama di dalam dunia bisnis. Tri Hita Karana merupakan
sebuah tiga penyebab kebahagiaan, konsep spiritual,dan kearifan lokal,
sekaligus menjadi falsafah hidup masyarakat Hindu Bali yang bertujuan untuk
membentuk keseimbangan dan keselarasan hidup manusia. Konsep ini
menggambarkan keseimbangan dan keselarasan hidup akan dapat tercapaijika
manusia bias menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan, dapat menjalin
hubungan baik sesame manusia, dan dapat menjalin hubungan baik dengan
lingkungan atau alam.
3.2 Saran
Penulis mengharapkan pembaca dapat memahami lebih dalam mengenai Tri
Hita Karana sebagai sumber etika bisnis sehingga bisa diterapkan secara nyata.
Apabila nilai budaya Tri Hita Karana tidak sesuai dengan kepercayaan dan
kepribadian pembaca maka pembaca dapat mengambil dari sisi positif yang
sesuai dengan kepercayaan pembaca kemudian bias diterapkan sesuai dengan
kepribadian pembaca masing-masing.
9
DAFTAR PUSTAKA
Kita bias. 2020. Makna Tri Hita Karana Bagi Kehidupan Masyarakat Bali.
https://kitapastibisa.id/makna-tri-hita-karana-bagi-kehidupan-masyarakat-
bali/ (diakses pada tanggal 23 April 2021)
10