Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PERMASALAHAN

PADA PT. MITRA ADIPERKASA


Tbk

1. Profil Perusahaan

PT. Mitra Adiperkasa Tbk adalah sebuah perusahaan retail dengan merek-

merek kelas menengah atas di Indonesia Didirikan pada tahun 1995. Mitra

Adiperkasa pertama kali mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta Indonesia

pada 10 November 2004. Perusahaan ini memiliki jaringan retail dengan total

luas ruangan lebih dari 200.000 m². Terdiri dari 1266 retail outlets (gerai / stand

perdagangan). Tercatat lebih dari 100 brands/merek-merek. Terdiri kurang

lebih 15.000 karyawan. Hadir di 42 kota di Indonesia. Dengan 80

retail konsep. Difersifikasi portofolio retail: departemen stores, fashion, aktif

(olahraga, golf, rekreasi & anak-anak) makanan & minuman, supermarket, dan

gaya hidup.

Menjadi peraih terbanyak dari penyewa/penghuni gerai di mall-mall besar

di Indonesia. Mendapat penghargaan TOP 40 Perusahaan A-list dari Forbes

Indonesia (peringkat ke-23) pada tahun 2011. Menjadi TOP 20 Perusahaan Yang

Paling Dikagumi berdasarkan Fortunes Indonesia pada tahun 2012. Di tahun

2012 pun dinominasikan untuk penghargaan modal terbaik berdasarkan Bursa

Efek Indonesia. Berdasarkan penghargaan SWA di Indonesia menjadi

perusahaan nomor 1 Perusahaan Ritel di Indonesia pada tahun 2012. Serta

penghargaan SWA di Indonesia TOP 100 Perusahaan Publik Terbaik 2012.

Keberhasilan MAP dapat dikaitkan dengan banyak faktor. Sebuah tim

manajemen yang kuat, akses ke lokasi terbaik, aliansi strategis dengan merek
terbaik di dunia, penggunaan teknologi terbaru, komitmen yang kuat untuk

layanan
48
pelanggan, gairah dan keinginan untuk menjadi yang terbaik dalam bisnis MAP

store.

Beberapa toko yang di Indonesia hak waralabanya dipegang oleh PT Mitra

Adiperkasa Tbk antara lain:

Department Store

 Debenhams

 Lotus

 Seibu

 Sogo

Food and Beverage

 Burger King

 Chatterbox Cafe

 Cold Stone Creamery

 Domino's Pizza

 Palem Cafe

 Pizza Marzano

 Starbucks

Fashion

 ACCESSORIZE

 BCBG MAXAZRIA

 BERSHKA*

 CAMPER
49

 CLUBCULTURE

 DENIM DESTINATION

 DESIGUAL

 DIVA

 DKNY

 DOROTHY PERKINS

 FOREVER NEW

 HE BY MANGO

 HOSS INTROPIA

 KIPLING

 LACOSTE

 LINEA

 LOEWE

 MARKS & SPENCER

 MASSIMO DUTTI*

 MAX&CO

 MAXMARA

 MEETOO

 WALLIS*

 NAUTICA

 NEXT

 NEWLOOK

 NINE WEST

 OASIS

 PANDORA
50

 PRETTY FIT

 PULL AND BEAR*

 SPANX

 STACCATO

 STEVE MADDEN

 STRADIVARIUS*

 TOPMAN

 TOPSHOP

 WAREHOUSE

 ZARA*

Brand yang diberi tanda (*) adalah brand yang dipegang selama magang

berhubungan langsung dalam mengerjakan tugas dengan koordinator public

relation tersebut.

Sports/Golf

 Planet Sports

 The Athlete's Foot

 Sports Station

 Sports Depot

 Soccer Station

 Sports Warehouse

 Adidas

 Converse

 Golf House

 Reebook Concept
51

 Rockport

Life Style

 Alun-alun Indonesia

 American Tourister

 Crabtree & Evelyn

 H2O+

 Kinokuniya

 Samsonite

 Swatch

 Travelogue

 Tumi*

Kids

 Kidz Station

 Barbie

 Osh Kosh B' Gosh

Supermarket

 The Food Hall (Senayan City, Grand Indonesia, Plaza Indonesia, Kelapa

Gading, Kebon Jeruk, Belleza, Gardenia, Puri Casablanca dan Setiabudi)


52
53
54

Analisa Permasalahan
Sejak dua tahun lalu, sejumlah ritel modern terpaksa menutup sejumlah gerai akibat penjualan
yang terus menurun dan tidak sesuai dengan target. Fenomena tutupnya sejumlah pusat
perbelanjaan ternama itu memunculkan indikator daya beli masyarakat yang mengalami
penurunan. Nyatanya, ritel konvensional tak bisa bertahan bukan semata karena gempurane-
commerce, melainkan gagal melakukan adaptasi dan elaborasi layanan offline to online (OTO).
Berikut fakta mengenai hal-hal pengaruh pertumbuhan e-commerce terhadap ritel :

Lokasi Strategis

Faktor lokasi menjadi sebuah modal agar sebuah ritel dapat bertahan. Dengan lokasi yang tepat,
konsumen masih mau berbelanja secara offline ke toko-toko pilihan. Pasalnya, masyarakat tidak
ingin mendatangi lokasi belanja yang terlalu banyak butuh effort. Masyarakat akan lebih
mendapat kenyamanan di lokasi yang lebih dekat.

Pertarungkan online vs offline shop

Perubahan perilaku konsumsi secara online dari offline ternyata turut dipengaruhi kebiasaan
konsumtif masyarakat. Perubahan ini bukan karena online tumbuh, namun adanya perubahan
kebiasaan konsumen yang perubahan ini ternyata tidak mudah ditanggapi pelaku industri.
Leissure produk yang sedang ramai dibicarakan, banyak yang dikaitkan dengan liburan,
tapi leissure bukan hanya liburan, karena timeless bisa kapan saja dan di mana saja. Contohnya
wisata kuliner adalah part of leissure. Pada waktu Weekend menonton itu juga part of leissure.
Adanya perubahan pada masyarakat menjadikan hal tersebut consumtive.

Shifting market Indonesia

Pendekatan dalam jaringan online sebagai bentuk adaptasi pasar. Karena itu, biasanya ritel
telah memiliki toko online. Hanya saja, pemasaran belum dilakukan secara maksimal. Di
Indonesia terbiasa copy cat, demikian pula dengan masyarakat. Pelaku industri offline terlambat
membaca itu, padahal dalam ekonomi itu ada layanan offline to online (OTO) banyak ritel-
ritelstore menganggap online hanya window shopping saja, bukan,” imbuhnya.
Kesalahan itu yang membuat ritel tidak bisa merangkul konsumen yang beralih ke online.
“Karena dianggap online ini bukan saja bagaimana menjajakan agar lebih dekat ke publik, tapi
juga bagaimana memaparkan data sehingga data itu lebih dekat ke publik. Sehingga mereka
jemput bola ke konsumennya,” ujarnya.
“Ini salah satu misslead juga, karena ada juga yang menganggap kami sudah punya website,
tapi apa yang dilakukan website-nya kurang begitu menarik,” sambung Erwin.
Itulah fakta mengapa industri online bisa menggerus offline. Namun, buat kamu yang masih
menyukai berbelanja secara langsung ke toko ritel, gak ada salahnya kok. Dan untuk kamu yang
lebih senang belanja secara online juga tidak masalah.

Anda mungkin juga menyukai