Anda di halaman 1dari 8

1.

Teknik Pengutipan
Selama ini dikenal ada dua teknik mengutip, yakni pengutipan langsung dan tak langsung.
a. Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah kutipan yang ditulis sama persis dengan sumber asli, baik dalam
hal penulisan kata, susunan kata, ejaan, maupun pungtuasinya. Kutipan ditulis dengan
menggunakan “dua tanda petik” jika kutipan ini merupakan kutipan pertama atau dikutip dari
penulis aslinya. Namun jika kutipan itu diambil dari kutipan, maka kutipan tersebut ditulis
dengan menggunakan ‘satu tanda petik’.

1) Kutipan Langsung Kurang dari Empat Baris


Kutipan langsung yang kurang dari empat baris ditempatkan di dalam teks di antara tanda
petik (sesuai dengan aturan penulisan tanda petik) dengan jarak yang sama dengan jarak baris di
dalam teks, yaitu dua spasi. Perhatikan contoh berikut.
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………. .
Agus mengatakan, “Perlu dikembangkan sikap apresiatif dan aspiratif terhadap pengetahuan-
pengetahuan tandingan yang dimiliki dan dipegang teguh kaum miskin yang terlibat dalam
akar penjarahan” (Sudibyo, 2001: 184).
………………………………………………………………………

Pengaruh sastra di dalam kehidupan manusia terlihat di dalam pernyataan


William (1977: 2), “The analogy between women and the earth as sources of life
has always inspired the myths and poems of men”.

2) Kutipan Langsung Lebih dari Empat Baris


Kutipan langsung panjang yang terdiri atas empat baris atau lebih, ditempatkan di bawah
baris terakhir teks yang didahuluinya. Kutipan itu diketik, tanpa tanda petik, spasi satu, dan
menjorok masuk lima ketukan dari margin kiri.
…………………………………………………………………………………………..
sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Sudibyo berikut.
Perlu dikembangkan sikap apresiatif dan aspiratif terhadap pengetahuan-
pengetahuan tandingan yang dimiliki dan dipegang teguh kaum miskin yang
terlibat dalam akar penjarahan. Pengetahuan yang tercermin dari kepolosan,
kesahajaan, dan kenaifan petani miskin yang lebih menghagai jagung dan padi
daripada kakao. Pengetahuan yang tersirat dari kekerasan hati petani bahwa
secara historis mereka berhak atas tanah lahan yang saat ini menjadi
perkebunan di sekitar tempat tinggalnya (Sudibyo, 2001: 184).

Sedangkan hakikat sosiologi sastra menurut Laurenson and Swingewood


adalah sebagai berikut.
Sociology is essentially the scientific, objective study of man in society,
the study of social institutions and of social processes; it seeks to answer
the question of how society is possible, how it works, why it persists.
Through a rigorous examination of the social institutions, religious,
economic, political, and familial, which together constitate what is called
social structure,…(1972: 11).
Namun demikian, perlu diingat bahwa terlalu banyak menggunakan kutipan langsung
dapat menimbulkan kesan bahwa penulis kurang menguasai atau tidak dapat mencerna bahan
pustaka yang dikutip.

a. Kutipan Tak Langsung


Kutipan tak langsung adalah kutipan yang menyangkut gagasannya saja yang kemudian
diungkapkan dengan kata-kata dan gaya pengutip sendiri (parafhrase). Simaklah contoh berikut.
Lawrence (1972: 1) memberikan batasan menulis sebagai kegiatan
mengkomunikasikan apa dan bagaimana pikiran penulis. Menulis pada
hakikatnya adalah melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan
suatu bahasa yang dipahami seseorang untuk dibaca orang lain yang dapat
memahami bahasa dan lambang-lambang grafis
tersebut. .............................................................................................

3.Sumber Rujukan Berupa Buku


Teknik penulisan catatan pustaka yang digunakan adalah dengan menuliskan secara
berurutan: nama pengarang, koma, judul buku, koma, kurung buka, tempat penerbit, titik dua,
nama penerbit, koma, tahun terbit, kurung tutup, koma, nomor cetakan, koma, jilid, nomor
halaman.
Contoh:
1M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), cetakan
ke 1, jilid 1, hlm. 37.

Apabila pengarang terdiri dari dua orang maka harus dicantumkan keduanya.
Contoh:
1Fakhri Ali dan Bahtiar Effendi, Merambah Jalan Baru Islam, (Bandung:
Mizan, 1994), cetakan ke 1, hlm. 87.

Apabila pengarang lebih dari dua orang, hanya dicantumkan nama pengarang yang
pertama, setelah tanda koma dituliskan dkk (dan kawan-kawan) atau et.al.
Contoh:
1Sartono Kartodirjo, et.al. Sejarah Nasional Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1975), jilid IV, hlm.112.

Apabila dua buah sumber atau lebih pengarangnya sama, jika kemudian dirujuk lagi
sumber ini maka dituliskan nama pengarang yang diikuti judul buku yang dikutip, digunakan
istilah op. cit. (dalam bahasa Arab digunakan istilah al-marja’ al-sabiq) atau loc. cit. (dalam
bahasa Arab nafs al-makan).
Contoh:
1M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), cetakan
ke 1, jilid 1, hlm. 37.
2Ibid., hlm. 45.
3Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Islam, (Jakarta: Logos, 2000), cetakan ke
1, hlm. 25.
4Ahmad Amin, Fajr al-Islam, op. cit., hlm. 109.
5Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Islam, loc. cit.

4. Sumber Rujukan Berupa Majalah atau Jurnal


Penulisan catatan pustaka yang bersumber dari majalah pada dasarnya sama dengan
kutipan yang berasal dari buku. Perbedaannya, judul artikel ditulis di antara tanda petik, nama
majalah ditulis dengan cetak miring, diikuti dengan nomor volume, koma, nomor, kurung buka,
bulan, koma, tahun, kurung tutup, koma, dan nomor halaman.
Contoh:
2Anik Ghufron, “Pengembangan KBK untuk Perguruan Tinggi Agama Islam
(PTAI)”, Lektur, X, 2, (Juli-Desember, 2004), hlm. 34.

5. Sumber Rujukan Berupa Surat Kabar Cetak atau Elektronik


Apabila kutipan berasal dari surat kabar, catatan kaki hanya menuliskan judul tulisan atau
rubrik, nama surat kabar dengan dicetak miring, tempat terbit dalam kurung, tanggal, bulan, dan
tahun terbitnya, dan diakhiri dengan nomor halaman yang dikutip.
Contoh:
3Zaenal Abidin, “Memahami Bahasa Politik Kaum Santri: Berkaca dari Pemilu
2004”, Republika (Jakarta), 4 Januari 2004, hlm. 4.

6. Sumber Rujukan berupa Internet


Diperbolehkan mengambil sumber dari internet, akan tetapi harus memiliki rumpun ilmiah
yang jelas. Artinya, rujukan tersebut berupa karya ilmiah dan bukan pernyataan bebas.
Penulisnya pun harus memiliki otoritas sesuai dengan keilmuannya. Misalnya yang beralamat:
edu, ac, gov, dan org. Adapun penulisannya meliputi penulis, judul ditulis miring, alamat web,
kurung buka waktu penggunduhan kurung tutup.
Contoh:
2Omar Khalidi, Interfaith Youth Core, http://ifyc.org (diunduh 24-11-2011,
10:00 WIB).

7. Sumber Rujukan Berupa Tulisan yang Tidak Diterbitkan


Karangan yang tidak diterbitkan dapat berupa skripsi, tesis, atau disertasi. Cara
penulisannya adalah dengan mencantumkan nama penulis, judul tulisan (judul skripsi, tesis,
disertasi) ditulis di antara tanda petik, disebutkan skripsi, tesis, atau disertasi, kurung buka, nama
tempat penyimpan dokumentasi, titik dua, tahun penulisan, kurung tutup, halaman, dan
keterangan tidak diterbitkan.

Contoh:
1Ahmad Burhan, “Kompilasi Hukum Islam dalam Sorotan: Respon Ulama
terhadap Materi KHI”, Skripsi Sarjana Hukum Islam, (Jakarta: UIN, 1999),
hlm. 34, tidak diterbitkan.

Adakalanya pengarang atau penulis memandang perlu untuk memberikan catatan


tambahan yang berisi komentar atau penjelasan yang dianggap tidak tepat untuk dimasukkan di
dalam naskah. Pada keadaan seperti itu, penulis dapat mengusahakan menambahkannya di
belakang atau di depan foot note kutipan.

C. Penulisan Daftar Pustaka


Pada bagian akhir karya ilmiah terdapat daftar pustaka yang disusun berdasarkan sistem
pengacuan pustaka tertentu. Daftar Pustaka pada sistem Nama-Tahun (body note) berbeda
dengan daftar pustaka pada sistem Nomor (foot note). Pada sistem Nama-Tahun pustaka disusun
berdasarkan urutan abjad nama pengarang, sedangkan pada sistem Nomor, pustaka disusun
berdasarkan urutan pemunculannya dalam tubuh tulisan. Namun demikian, pada pedoman ini,
kedua sistem disamakan. Pengurutannya berdasarkan urutan abjad nama pengarang.
Selain itu, pedoman ini menggariskan hanya pustaka yang diacu dalam tubuh tulisan saja
yang boleh dicantumkan dalam daftar pustaka. Dengan kata lain, pustaka yang tercantum dalam
daftar pustaka harus ada dalam tubuh tulisan. Penulisan pustaka dalam daftar pustaka perlu
memperhatikan urutan unsur-unsur yang diperlukan dan cara penulisan dan pemisahan
antarunsur tersebut. Secara umum unsur-unsur yang diperlukan itu adalah sebagai berikut.
1. Buku
a. Nama pengarang
1) Nama pengarang ditulis lengkap, tetapi gelar kesarjanaan tidak dicantumkan.
2) Penulisannya dengan menyebutkan nama akhir lebih dahulu, kemudian nama pertama
dipisahkan dengan koma.
Contoh :Rahmat, Jalaludin
Macdonell, Arthur Anthony.
3) Aturan nomor 1 dan 2 berlaku untuk semua nama, baik nama asing maupun nama
Indonesia. Cara penulisan inilah yang berlaku secara internasional tanpa mengenal
kebangsaan dan tradisi. Tata tulis ilmiah tidak mengenal prinsip nama apakah yang
lebih dikenal di masyarakat, melainkan apakah nama belakangnya, tanpa
memperhitungkan apakah nama itu merupakan nama keluarga atau bukan.
4) Jika di dalam buku yang diacu itu nama yang tercantum nama editor, penulisannya
dilakukan dengan menambahkan singkatan (Ed.) di belakang nama.
Contoh :Azra, Azyumardi (Ed.).
5) Jika pengarang terdiri dari dua orang, nama keduanya ditulis semua. Pengarang pertama
ditulis sesuai dengan ketentuan butir 1), 2), dan 3), sedangkan nama pengarang kedua
dituliskan menurut urutan biasa. Di antara kedua nama pengarang itu digunakan kata
penghubung dan (tidak digarisbawahi).
Contoh :Rahmat, Jalaluddin dan Usman Said.
6) Jika pengarangnya tiga orang atau lebih, cukup dituliskan nama pengarang yang
pertama lalu ditambahkan singkatan dkk. (bentuk lengkapnya adalah dan kawan-kawan)
yang tidak digarisbawahi.
Contoh : Nasution, Harun dkk.
7) Jika beberapa buku yang diacu itu ditulis oleh seorang pengarang yang sama, nama
pengarang cukup ditulis sekali untuk selanjutnya dibuat garis sepanjang sepuluh
ketukan yang diakhiri dengan tanda titik.
Contoh : Shihab, M. Quraish. 1982a.
---------------. 1982b.
b.Tahun Terbit
1) Tahun terbit dituliskan sesudah nama pengarang dan dibubuhkan tanda titik sesudah
tahun terbit.
Contoh : Rahmat, Jalaluddin (Ed.). 1989.
Abdullah, Amin dan A. Munir Mulkhan. 1999.
2) Jika beberapa buku ditulis oleh seorang pengarang dan diterbitkan di tahun yang sama,
maka penempatan urutannya didasarkan pada urutan abjad judul buku. Kriteria
pembedaannya adalah tahun terbit, yaitu dibubuhkan huruf a, b, dan c sesudah tahun
terbit, tanpa jarak.
Contoh : Nasution, Harun. 1982a.
—————. 1982b.
3). Jika beberapa buku yang dijadikan bahan pustaka itu ditulis oleh seorang pengarang,
tetapi tahun terbitnya berbeda, penyusunan daftar pustaka dilakaukan dengan urutan
berdasarkan umur terbitan (dari yang paling lama sampai yang paling baru).
Contoh : Koentjaraningrat. 1956.
————— .1967.
————— .1984.
4). Jika buku yang dijadikan bahan pustaka itu tidak menyebutkan tahun terbitnya, di
dalam penyusunan daftar pustaka disebut tanpa tahun. Kedua kata ini diawali dengan
huruf kapital dan tidak digarisbawahi.
Contoh : Syalabi, Ahmad. Tanpa Tahun.
Baiquni, Ahmad. Tanpa Tahun.
c. Judul Buku
1) Judul buku ditempatkan sesudah tahun terbit dan diberi garis bawah tiap-tiap katanya
atau diketik miring dengan komputer. Di belakang judul ditempatkan tanda titik.
Contoh :
Koentjaraningrat (Ed). 1990. Metode-Metode Penelitian Masyarakat.
Schimmel, Ann Emarie. 1986. Dimensi Mistik dalam Islam (Terjemahan).
2) Penulisan laporan penelitian, disertasi, tesis, skripsi, atau artikel yang belum diterbitkan
dengan diawali dan diakhiri tanda petik.
Contoh :
Baidlawi, Ahmad. 2004. “Konsepsi Perbankan Syariah”.
Sukidi. 1997. “Titik Temu Agama-Agama: Studi Terhadap Pemikiran Teologi Inklusif
Cak Nur”.
3) Penulisan judul artikel yang dimuat di dalam buku antologi (kumpulan karangan), surat
kabar, atau majalah dilakukan seperti pada butir 2) di atas.
Contoh :
Effendi, Bachtiar. 1997. “Islam dan Negara: Polemik Natsir dengan Soekarno”.
Ali, Hasan. 1977. “Pengembangan Koperasi Pedesaan”.
4) Unsur-unsur keterangan, seperti jilid dan edisi, ditempatkan sesudah judul.
Contoh :
Kuntowijoyo. 1990. Metodologi Sejarah. Cetakan Kedua.

Jika sumber acuan merupakan karya terjemahan, hal itu dinyatakan seperti contoh
berikut.
Contoh :
Schimmel, Anemarie. 1986. Dimensi Mistik dalam Islam. Terjemahan oleh Sapardi
Djoko Darmono dkk. Dari The Mystical Dimension of Islam (1975).

Jika sumber acuan itu berbahasa asing, unsur-unsur keterangan di Indonesiakan, seperti
edition menjadi edisi, volume menjadi jilid, seperti di bawah ini.
Contoh :
Hodgson, Marshall G. 1978. The Venture of Islam. Edisi Kedua.
Lapidus, Ira M. 1996. The Social History of Islam. Edisi Pertama. Jilid Kedua.
d. Edisi
Keterangan tentang edisi ditempatkan setelah judul buku dan dituliskan misalnya “Ed ke-
2”. Walaupun dalam buku aslinya tidak tercantum angka edisi melainkan dibunyikan
seperti “Fourth Edition”, dalam penulisannya akan diubah menjadi angka sehingga menjadi
“Ed ke-4”. Sedangkan jika dalam buku telah tercantum “Edisi Pertama” padahal edisi
berikutnya belum terbit, maka edisi tidak perlu dituliskan.

e. Tempat Terbit dan Nama Penerbit


1) Tempat terbit sumber acuan, baik buku maupun terbitan lainnya, ditempatkan sesudah
judul atau keterangan judul (misalnya edisi, jilid). Sesudah tempat terbit dituliskan
nama penerbit dengan dipisahkan oleh tanda titik dua dari tempat terbit dengan jarak
satu ketukan.
Contoh :
Koentjaraningrat (Ed). 1976. Metode-Metode Penelitian
Masyarakat. Jakarta: Gramedia.
William, Juanita H. 1977. Psychologi of Women. New York: W.W.
Norton.
2) Sesudah penyebutan nama penerbit ditempatkan tanda titik.
3) Jika lembaga penerbit dijadikan pengarang (ditempatkan pada jalur pertama), tidak perlu
disebutkan nama penerbit lagi.
Contoh :
Biro Pusat Statistik. 1963. Statistical Pocketbook of Indonesia. Jakarta.

2. Majalah atau Jurnal


a. Nama majalah atau jurnal ditulis miring (italic) atau digarisbawahi perkata, didahului kata
“dalam”.
b. Judul artikel ditulis sama dengan judul pada publikasi asli. Penulisannya ditempatkan di
antara tanda petik.
c. Tahun terbitan ditulis dengan jarak satu ketukan tanpa dipisahkan dengan tanda baca
apapun dari nama majalah. Keterangan tahun terbitan dinyatakan dengan angka Romawi.
d. Nomor majalah ditempatkan di dalam kurung dan ditulis dengan angka Arab dengan jarak
satu ketukan dari tahun terbitan.
e. Volume dan Halaman ditulis dengan angka Arab setelah nama jurnal dan dipisahkan
dengan spasi. Nomor Volume yang ditulis menggunakan angka romawi diubah menjadi
angka Arab. Misalnya Volume XXI diubah menjadi 21. Setelah nomor volume langsung
diberi titik dua dan dituliskan nomor halaman tanpa spasi.
b. Tempat terbit merupakan keterangan terakhir tentang majalah sebagai sumber acuan.
Sesudah penyebutan tempat terbit diletakkan tanda titik.
Selanjutnya, panduan umum penulisan pustaka dalam daftar pustaka dapat digambarkan sebagai
berikut.
1. Buku
Nama pengarang (editor) dibalik. tahun terbit, Judul buku. Tempat terbit: Nama penerbit.
2. Majalah dan Jurnal
Nama pengarang dibalik. Tahun terbit. Judul artikel. Nama jurnal/majalah. Nomor volume
(nomor terbitan): halaman.
3. Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Nama pengarang dibalik. Tahun terbit. Judul. (jenis publikasi). Tempat institusi: Nama
institusi tempat tersedianya karya ilmiah tersebut.
4. Bibliografi
Nama pengarang dibalik. Tahun terbit. Judul. Jenis publikasi. Tempat terbit: Nama penerbit.
5. Surat Kabar
Nama pengarang dibalik. Tanggal bulan tahun terbit. Judul. Nama surat kabar: Nomor
halaman (nomor kolom).
6. Artikel dan Publikasi Internet
Nama pengarang dibalik. Tahun penerbitan. Judul artikel. Nama jurnal. Volume (nomor):
Halaman (tipe media). Ketersediaan (Tanggal, bulan, dan tahun akses).

Anda mungkin juga menyukai