Teknik Pengutipan
Selama ini dikenal ada dua teknik mengutip, yakni pengutipan langsung dan tak langsung.
a. Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah kutipan yang ditulis sama persis dengan sumber asli, baik dalam
hal penulisan kata, susunan kata, ejaan, maupun pungtuasinya. Kutipan ditulis dengan
menggunakan “dua tanda petik” jika kutipan ini merupakan kutipan pertama atau dikutip dari
penulis aslinya. Namun jika kutipan itu diambil dari kutipan, maka kutipan tersebut ditulis
dengan menggunakan ‘satu tanda petik’.
Apabila pengarang terdiri dari dua orang maka harus dicantumkan keduanya.
Contoh:
1Fakhri Ali dan Bahtiar Effendi, Merambah Jalan Baru Islam, (Bandung:
Mizan, 1994), cetakan ke 1, hlm. 87.
Apabila pengarang lebih dari dua orang, hanya dicantumkan nama pengarang yang
pertama, setelah tanda koma dituliskan dkk (dan kawan-kawan) atau et.al.
Contoh:
1Sartono Kartodirjo, et.al. Sejarah Nasional Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1975), jilid IV, hlm.112.
Apabila dua buah sumber atau lebih pengarangnya sama, jika kemudian dirujuk lagi
sumber ini maka dituliskan nama pengarang yang diikuti judul buku yang dikutip, digunakan
istilah op. cit. (dalam bahasa Arab digunakan istilah al-marja’ al-sabiq) atau loc. cit. (dalam
bahasa Arab nafs al-makan).
Contoh:
1M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), cetakan
ke 1, jilid 1, hlm. 37.
2Ibid., hlm. 45.
3Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Islam, (Jakarta: Logos, 2000), cetakan ke
1, hlm. 25.
4Ahmad Amin, Fajr al-Islam, op. cit., hlm. 109.
5Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Islam, loc. cit.
Contoh:
1Ahmad Burhan, “Kompilasi Hukum Islam dalam Sorotan: Respon Ulama
terhadap Materi KHI”, Skripsi Sarjana Hukum Islam, (Jakarta: UIN, 1999),
hlm. 34, tidak diterbitkan.
Jika sumber acuan merupakan karya terjemahan, hal itu dinyatakan seperti contoh
berikut.
Contoh :
Schimmel, Anemarie. 1986. Dimensi Mistik dalam Islam. Terjemahan oleh Sapardi
Djoko Darmono dkk. Dari The Mystical Dimension of Islam (1975).
Jika sumber acuan itu berbahasa asing, unsur-unsur keterangan di Indonesiakan, seperti
edition menjadi edisi, volume menjadi jilid, seperti di bawah ini.
Contoh :
Hodgson, Marshall G. 1978. The Venture of Islam. Edisi Kedua.
Lapidus, Ira M. 1996. The Social History of Islam. Edisi Pertama. Jilid Kedua.
d. Edisi
Keterangan tentang edisi ditempatkan setelah judul buku dan dituliskan misalnya “Ed ke-
2”. Walaupun dalam buku aslinya tidak tercantum angka edisi melainkan dibunyikan
seperti “Fourth Edition”, dalam penulisannya akan diubah menjadi angka sehingga menjadi
“Ed ke-4”. Sedangkan jika dalam buku telah tercantum “Edisi Pertama” padahal edisi
berikutnya belum terbit, maka edisi tidak perlu dituliskan.