Anda di halaman 1dari 80

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN

PENDENGARAN PADA NELAYAN PENYELAM TRADISIONAL


DI NEGERI HAYA KECAMATAN TEHORU
KABUPATEN MALUKU TENGAH

SKRRIPSI

OLEH :

NAMA : NUR ANGGRIYANI WAILISSA

NPM : 1420116096

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2020
LEMBARAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nur Anggriyani Wailissa

Npm : 1420116096

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi : Faktor - Faktor yang Berhubungan Dengan

Gangguan Pendengaran Pada Nelayan

Penyelam Tradisional Di Negeri Haya

Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku

Tengah Tahun 2020.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar –

benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang

lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila kemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil

jiblakan maka saya bersedia memenuhi sanksi atas perbuatan saya.

Kairatu, 27 November 2020

Yang membuat pernyataan

NUR ANGGRIYANI WAILISSA

NPM : 1420116096

RIWAYAT HIDUP PENULIS


Nama Lengkap : Nur Anggriyani Wailissa

Tempat Tanggal Lahir : Haya, 17 Februari 1998

NPM : 1420116096

Jenis Kelamin : Perempuan

Bersaudara : Anak Ke 4 dari ke 6 bersaudara

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Nama Ayah : Alm Muhammad Wailissa

Nama Ibu : Rosni Key

Alamat : Haya

Pendiidkan Formal

1. Tahun 2009, Lulus Dari SD Negeri Haya


2. Tahun 2012, Lulus Dari SMP AL-Hilaal Haya
3. Tahun 2015, Lulus Dari Smk Pamahanu Nusa Masohi
Karya Tulis : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Pendengaran
Pada Nelayan Penyelam Tradisional Di Negeri Haya
Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020.

Demikian Daftar Riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya dan rasa
tanggung jawab

Kairatu 27, November 2020

Nur AnggriyaniWalissa

1420116096
Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Pendengaran Pada
Nelayan Penyelam Tradisional Di Negeri Haya Kecamatan Tehoru
Kabupaten Maluku Tengah

Nur Anggriyani Walilissa1, Ira Sandi Tunny2, Abd Rizal Lapodi3,


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
2
Dosen STikes Maluku Husada
3
Dosen STikes Maluku Husada

ABSTRACK

Gangguan pendengaran merupakan masalah yang umum dialami setiap


orang dari waktu ke waktu. Gangguan pendengaran sering terjadi ketika para
nelayan melakuka penyelaman. Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh
gangguan tranmisisuara di telinga luar maupun telinga tengah atau yang dikenal
dengan tuli konduksi/hantaran dan kerusakan pada sel rambut maupun jalur
sarafnya atau yang disebut juga dengan tuli saraf (Ganong, 2017), Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan
gangguan pendengaran pada nelayan penyelam tradisional. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif,desain penelitian Deskriptif Analitk dengan
rancangan cross sectional, populasi berjumlah 120 orang dan sampel pada
penelitian ini adalah 92 orang. Instrument penelitian menggunakan kuesioner dan
garputala hz, pengolahan data mengguanakan SPSS. Menggunakan uji chi square
dengan nilai signifikan p=0.05. hasilpenelitian ini diperoleh nilai yang signifikan
massa kerja (p=0,002), frekuensi (p=0,014), kedalaman (p=0,047). Darihasil
tersebut disimpulkan bahwa massa kerja frekuensi menyelam dan kedalaman
menyelam memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan pendengaran
pada nelayan penyelam tradsional.

Kata Kunci : massa kerja, Frekuensi Menyelam, Kedalama Menyelam


Faktors Related to Rearing Disorders Traditional Diver Fisher in
Haya Country, Teoru District, Central Maluku Regency

Nur Anggriyani Walilissa1, Ira Sandi Tunny2, Abd Rizal Lapodi3,


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
2
Dosen STikes Maluku Husada
3
Dosen STikes Maluku Husada

ABSTRACK

Disturbance is a common problem experienced by everyone from


time to time. Hearing loss oflen accurs when fisherman do dives. Hearing
loss can be caused by impaired sound transmission in the outer ear or
middle ear or known as nerve deafness (Ganong 2017), The purpose of
this study was to determine the factors related to hearing loss in
traditional diver fisherman. This study was quantitative research.
Analytical descriptive research design. With a cross sectional design,
population of 120 people and the sampel in this study was 92 people. The
research instrument used a quentionnaire. SPSS data processing. Using
the chi-square test with a significant value of (p=0,05. The results of this
study obtained a signicant value of p = 0,002 frequency (p= 0,0014),
depth (p = 0,0047) from these results it was concluded that working mass
diving frequency, diving depth had a significant relationship with hearing
loss in the traditional diving fisherman.

Keywords: Working Mass, Diving Frequency, Diving Depth.


KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha

penyayang peneliti panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat hidayah dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan Skripsi yang berjudul ̒ ̒ Faktor – faktor yang berhubungan

dengan gangguan pendengaran pada nelayan penyelam tradisional di Negeri

Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020” sebagai

salah satu persyarawatan dalam memperoleh gelar sarjana Keperawatan di STIKes

Maluku Husada.

Skripsi ini telah peneliti susun dengan maksimal dan mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak baik berupa materi maupun nonmaterial sehingga

dapat memperlancar penyusunan proposal ini. Untuk itu dalam kesempatan ini

ijinkanlah peneliti menyampaikan banyak terima kasih dan rasa hormat yang

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua peneliti, Alm Ayah Muhammad

Wailissa walaupun beliautak ada dalam jenjangperkuliahan peneliti, namun

peneliti menyampaikan banyak terima kasih karena berkat darinya peneliti bisa

menyelesaikan perkuliahanini. Dan semoga peneliti mengangkat nama dan

martabatmu ayah, dan ibu tercinta terkasih, yang tak henti memberi motivasi

kepada peneliti dan selalu mendoakan yang terbaik untuk peneliti agar tetap

berusaha dan selalu sabar dalam berbagai rintangan hidup. dengan jerih payahnya

hingga peneliti dapat menyelesaikan perkuliahan walau berbagai kendala materi

peneliti temui sampai pada titik terlemah beliau selalu mengajarkan peneliti arti

sebuah perjuangan.
Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penulisan

Skripsil ini, dalam hal ini peneliti sampaikan kepada terima kasih banyak kepada:

1. Ketua Yayasan STIKes Maluku Husada Rasma Tunny S.Sos yang telah

menyediakan fasilatas - fasilitas kepada penulis selama menempuh

pendidikan di STIKes Maluku Husada.

2. Dr Sharir Silehu, S.KM. M.Kes selaku ketua STIKes Maluku Husada.

3. Ira Sandi Tunny, S.SI., M.Kes selaku ketua program studi ilmu

keperawatan sekaligus pembimbing I yang telah meluangkan waktu tenaga

dan pikiran untuk membimbing peneliti dalam penulisan skripsil ini.

4. Abd Rijali Lapodi, S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing II yang senantiasa

membimbing peneliti dengan keiklasan dalam penyusunan skripsi ini

5. Risman Tunny, S.Farm.,M.Fram,.Apt selaku penguji I yang telah

memberikan banyak masukan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan

skripsi ini.

6. Ns.yerry Soumokil S.kep M.Kes selaku penguji II yang telah mrmberikan

masukan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Kepada kakak - kakakku serta adik-adiku yang tersayang, Rusmin

wailissa, Rahman wailissa, ade dimas, dan si bungsu nurul husna wailissa

yang teramat mendambakan peneliti dan memberikan support bagini

peneliti.
8. Kepada nenek tercinta jaleha yapono yang telah memberikan dukungan

dan memberikan sejuta kasih sayang kepada peneliti untuk menyusun

Skripsi ini.

9. Kepada teman-teman seperjuangan angkatan ke 8 prodi ilmu Kesehatan

Masyarakat,ilmu keperawata dan farmasi yang senantiasa memberikan

semangat dan dkungan dan doriongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT, memeberikan ketulusan serta kebaikan semua

pihak yng telah membantu menyelasaikan skripsi ini. Namun peneliti

menyadari bahwa dari tata bahasa karena kesempurnaan hanya milik Allah

SWT, untuk itu dcengan tangan terbuka peneliti menerims segala saran dan

kritik dari prmbaca agar dapat memperbaki skripsi ini

kairatu 27 November 2020

penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ..........................................................................................................i
Lembaran Pengasahan ..............................................................................................ii
Lembaran Pernyataan Pengasahan Hasil Penelitian..................................................iii
Lembaran Pernyataan Keaslian Penelitian.................................................................iv
Riwayat Hidup...........................................................................................................v
Kata Pengantar...........................................................................................................vi
Abstract ….................................................................................................................vii
Daftar Isi …...............................................................................................................viii
Daftar Tabel… ….......................................................................................................ix
Daftar Lampiran ………………................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah……..................................................................................5
1.2.1Tujuan Umum……............................................................................................5
1.2.2Tujuan Khusus……............................................................................................5
1.3 Manfaat Penelitian ..................................................................................................6
1.3.1 Manfaat teoritis…............................................................................................6
1.3.2Manfaat praktis…...............................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan umum konsep........................................................................................7
2.1.1 Defenisi Gangguan Pendengaran ..........................................................7
2.1.2 Etiologi Gangguan Pendengaran ..........................................................8
2.1.3 Anatomi Telinga ...................................................................................9
2.1.4 Klasifikasi Gangguan Pendengaran .......................................................11
2.1.5 Pemeriksaan Pendengaran ....................................................................12
2.2 Faktor- faktor yang Berhubungan........................................................................14
2.2.1 Massa Kerja...........................................................................................14
2.2.2 Frekuensi penyelaman ...............................................................15
2.2.3 Kedalaman Menyelam ...........................................................17
2.3 Keaslian Penelitian ...........................................................................19

BAB III Kerangka Konseptual


3.1 Kerangka Konsep .................................................................................20
3.2 Hipotesis Penelitian .............................................................................21

BAB IV Metode Penelitian


4.1 Desain Penelitian...............................................................................22
4.2 Tempat dan waktu penelitian ............................................................22
4.2.1 Tempat penelitian ...................................................................22
4.2.2 Waktu penelitian .....................................................................22
4.3 Populasi,sampel (sampling) ..............................................................22
4.3.1 Populasi .................................................................................23
4.3.2 Sampel ...................................................................................23
4.3.3 Sampling ...............................................................................24
4.4 Variabel Penelitian .............................................................................24
4.4.1 Variabel Independen ............................................................24
4.4.2 Variabel Dependen ..............................................................24
4.5 Defenisi Operasional .......................................................................25
4.6 Instrumen Penelitian ......................................................................26
4.7 Prosedur Pengumpulan data .............................................................27
4.7.1 Metode pengumpulan data ..................................................27
4.8 Analisa Data ....................................................................................28
4.8.1 Analisa univariat .................................................................28
4.8.2 Analisa Bivariat ..................................................................28
4.9 Etika Penelitian ..............................................................................29
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian................................................................................30
5.2 Pembahasan.....................................................................................38
5.3 Keterbatasan penelitian...................................................................43

BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan....................................................................................44
6.2 Saran..............................................................................................45
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR TABEL

No Tabel Tabel Halaman

Tabel 2.3 Keaslian Penelitian………………………………………………. ……. 18

Tabel 4.5 Defenisi Operasional…………………………………………. … …… 26

Tabel 5. 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur……………………….. ...31

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasrkan Jenis kelamin…………………….31

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan……………. …. ….. 32

Tabel 5.4 Massa Kerja…………………………………………………... ………..33

Tabel 5.5 Frekuensi Menyelam…………………………………………… ……...33

Tabel 5.6 Kedalaman Menyelam……………………………………….…...............34

Tabel 5.7 Hubungan Massa Kerja Dengan Gangguan Pendengaran……… ……….35

Tabel 5.8 Hubungan Frekuensi Menyelam Dengan Gangguan Pendengaran…… ..36

Tabel 5.9 Hubungan Kedalaman Menyelam dengan Gangguan pendengaran……...37


DAFTAR LAMPIRAN

NO. Lampiran Lampiran

Lampiuran 1 Lembar Kuesioner

Lampiran 2 Lembar Master Tabel

Lampiran 3 Lembar Hasil Output

Lampiran 4 Lembar dokumentasi

Lampiran 5 Lembar Responden

Lampiran 6 Lembaran Peryataan Keaslian Penelitian

Lampiran 7 Surat Pengambilah data awal

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian

Lampiran 9 Surat Keterangan Selesai Penelitian


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan pendengaran atau tuli merupakan salah satu masalah yang

cukup serius dan banyak terjadi di seluruh negara di dunia. Gangguan

pendengaran adalah hilangnya kemampuan untuk mendengar bunyi dalam

cakupan frekuensi yang normal untuk didengar (Beatrice, 2016 .Gangguan

pendengaran dapat terjadi karena berbagai faktor seperi umur,masa kerja

frekuensi menyelam kedalaman menyelam,riwayat penyakit (Susanto,2015)

Di dunia, menurut perkiraan World Health Organization (WHO,) 80%

orang yang mengalami masalah gangguan pendengaran tinggal di negara

berkembang. Pada tahun 2015 terdapat 120 juta penderita gangguan

pendengaran di seluruh dunia. Jumlah tersebut mengalami peningkatan

yang sangat nelayan penyelam tradisional umumnya hanya melakukan

pekerjaan secara turun-temurun atau mengikuti yang lain, serta tanpa dibekali

ilmu kesehatan dan keselamatan penyelaman yang memadai penyelaman

dengan mengunakan suplai udara dari permukaan laut atau danau yang

dialirkan melalui kompresor udara. (Kartono dalam Pattimukai, 2017)

Indonesia adalah Negara kepulauan yang hampir 70% wilayahnya terdiri

dari laut.Dengan kondisi geografis tersebut sebagian besar penduduknya

mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan. Sesuai dengan perkembangan


zaman, cara kerja nelayan pun berkembang yang semula hanya bekerja di

permukaan laut, sekarang banyak yang bekerja didalam laut bahkan sampai

pada dasar laut untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak. Nelayan penyelam

banyak tersebar di wilayah Indonesia terutama di daerah pesisir dan kepulauan

(Fatmawati mallapiang 2015).

Penyelaman adalah kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan air

dengan atau tanpa menggunakan peralatan untuk mencapai suatu tujuan

tertentu. Penyelaman dilakukan di lingkungan bertekanan tinggi yang lebih dari

1 atmosfer yang dikenal sebagai lingkungan hiperbarik (Sukmajaya and

Wijayanti, 2017)

Dalam dunia penyelaman dikenal sebagai penyelaman basah untuk

kegiatan penyelaman di dalam air dan sebutan penyelaman kering bagi kegiatan

penyelaman yang dilakukan di dalam ruangan bertekanan tinggi (RUBT =

Ruang Udara Bertekanan Tinggi). Penyelaman basah maupun kering sama-

sama mempunyai resiko akibat menghisap gas-gas pernapasan tekanan tinggi

dengan segala akibatnya (Drajat et al., 2018)

Penyelam tradisional merupakan suatu profesi bagi para nelayan yang

mempunyai mata pencaharian sebagian besar di laut. Namun untuk penyelam

tradisional yang berada pada beberapa daerah pesisir, menggunakan alat bantu

penyelaman seperti kompresor sebagai alat bantu penyelaman, maupun tidak

menggunakan peralatan apapun ada juga penyselaman yang dilakukan tanpa


20

menggunakan peralatan apapun, inilah yang disebut dengan penyelam

tradisional . (Gunawan,Nani 2017)

Faktor faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran nelayan

penyelam memiliki tingkat risiko bahaya yang sangat tinggi. Risiko pekerjaan

dalam penyelaman sangat bervariasi tergantung pada jenis penyelaman yang

dilakukan. penyelaman dengan menggunakan kompresor sebagai suplai udara,

penyelaman tahan nafas dan sedikit yang melakukan penyelaman dengan

Scuba.

Gangguan kesehatan yang dialami oleh nelayan akibat menyelam sangat

bervariasi dan dalam beberapa kasus gangguan kesehatan yang diderita setiap

penyelam lebih dari 1 gangguan . Gangguan yang dirasakan antara lain pusing,

perdarahan, tuli, nyeri persendian dan kelelahan berlebihan (Indriani P., 2018)

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2017 dalam

penelitian di 10 provinsi termasuk Provinsi Maluku gangguan pendengaran

akibat menyelam memberikan gambaran tentang penyakit yang dialami

penyelam. Dari 204 responden yang menderita penyakit tuli sebesar 39,7%, (,

dalam pattimukay, 2017).

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa banyaknya kasus yang

terkait dengan kejadian penyakit akibat kerja dalam kegiatan

menyelam.peneliian tersebut penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang

berhubungan dengan gangguan pendengaran pada penyelam. Dan hubungn


antara usia risiko rendah (≤ 40 tahun). Riwayat penyakit adalah data kesehatan

tentang ada atau tidak adanya penyakit yang dialami responden berhubungan

dengan telinga yang memerlukan penanganan medis,

frekuensi penyelaman yang dilakukan, akan semakin berbahaya bagi

kesehatan para penyelam, karena akan semakin sering menerima tekanan dan

mereka harus berusaha untuk menyamakan tekanan dalam rongga telinga engan

tekanan air di sekitarnya. Kegagalan penyamaan tekanan ini yang menyebabkan

terjadinya perforasi membran timpani,

Menyelam secara cepat turun ke kedalaman sewaktu menyelam dan naik

ke permukaan menimbulkan masalah, sebab tubuh tidak bisa beradaptasi

dengan cepat terhadap perubahan tekanan. Perubahan tekanan relatif terbesar

dalam menyelam terjadi di dekat permukaan, terutama pada kedalaman 10

meter dan kedalaman 30 meter pertama. Perubahan tekanan pada kedalaman

tersebut dapat menyebabkan pecahnya membran timpani

Berdasarkan data yang didapatkan dari puskesmas pembantu (PUSTU)

Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah merupakan

nelayan teripang, lobster dan udang, pada tahun 2017-2018 yang mengalami

gangguan pendengaran terdapat sebanyak 18 orang. Nelayan penyelam

tradisioanal pada tahun 2018-2019 mengalami gangguan pendengaran (tuli)

terdapat 25 orang

Ditahun 2019-2020 dari hasil wawancara pada 20 nelayan mengatakan

bahwa mereka mengalami gangguan pendengaran karena pada waktu

menyelam mereka hanya menggunakan alat penyelaman yaitu kompresor.


20

(pemompa udara) yang terhubung dengan selang panjang sebagai alat bantu

pernapasan penyelaman yang beresiko pada gangguan pendengaran Untuk

mendapatkan beberapa jenis teripang,lobster dan udang. Nelayan menyelam

hingga kedalaman 30 meter atau lebih, faktor resiko dengan usia ≤40 tahun

frekuensi penyelaman kedalaman menyelam riwayat penyakit. Berdasarkan

data diatas diketahui bahwa gangguan pendengaran pada nelayan penyelam

semakin bertambah dan peneliti ingin mengetahui faktor faktor yang

berhubungan dengan gangguan pendengaran Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh Nelayan penyelam di Negeri haya Kecamatan Tehoru

Kabupaten Maluku Tengah yang berjumlah 124 orang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkana latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yang

diperoleh adalah “Bagaimana Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan

Gangguan Pendengaran Pada Nelayan Penyelam Tradisional Di Negeri Haya

Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan

Gangguan Pendengaran Pada Nelayan Penyelam Tradisioanl Negeri

Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020.


1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk Mengetahui hubungan massa kerja dengan gangguan

pendengaran pada nelayan penyelam tradisional di negeri haya

kecamatan tehoru kabupaten maluku tengah tahun 2020.

2. Untuk Mengetahui hubungan frekuensi penyelaman dengan

gangguan pendengaran pada penyelam tradisional di Negeri Haya

Kecamatan Tehoru Kabupaten Mauluku tengah Tahun 2020.

3. Untuk Mengetahui hubungan kedalaman menyelam dengan

gangguan pendengaran pada nelayan penyelam di Negeri Haya

Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan dan sebagai salah satu bahan informasi atau referensi

dalam pengembangan penelitian selanjutnya mengenai gangguan

pendengaran pada nelayan penyelam tradisional

1.4.2 Manfaat praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran untuk

menambah pengetahuan dan memperluas wawasan serta


20

pengalaman bagi peneliti digunakan sebagai bekal untuk memasuki

lapangan kerja mendatang.

b. Bagi mahasiswa

Menambah pengetahuan tentang faktor faktor yang berhubungan

dengan gangguan pendengaran,serta penyebabnya.

c. Bagi Stikes Maluku Husada Dapat menjadi bahan pustaka dan data

awal dalam penelitian selanjutnya


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Umum Konsep

2.1.1 Defenisi Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran merupakan masalah yang umum dialami

setiap orang dari waktu ke waktu. Gangguan pendengaran didefinisikan

sebagai pengurangan dalam kemampuan seseorang untuk membedakan suara.

Gangguan pendengaran sering terjadi ketika para nelayan melakukan

penyelaman.

Menurut World Health Organization 2018 (dalam Sugumat 2016),

gangguan pendengaran adalah istilah yang sering digunakan untuk

menggambarkan kehilangan pendengaran di satu atau kedua telinga.

Gangguan pendengaran berbeda dengan ketulian. Gangguan pendengaran

(hearing impairment) berarti kehilangan sebagian dari kemampuan untuk

mendengar dari salah satu atau kedua telinga. Sedangkan ketulian (deafness)

berarti kehilangan mutlak kemampuan.

Di dunia, menurut perkiraan WHO, 80% orang yang mengalami

masalah gangguan pendengaran tinggal di negara berkembang. Pada tahun

2016 terdapat 120 juta penderita gangguan pendengaran di seluruh dunia.

Jumlah tersebut mengalami peningkatan yang sangat bermakna pada tahun

2013 menjadi 250 juta orang. Pada tahun 2016, WHO memperkirakan

terdapat 278 juta orang menderita gangguan pendengaran, 75 - 140 juta

diantaranya terdapat di Asia Tenggara.

8
20

2.1.2 Etiologi Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh gangguan transmisi suara

di telinga luar maupun telinga tengah atau yang dikenal dengan tuli

konduksi/hantaran dan kerusakan pada sel rambut maupun jalur sarafnya atau

yang disebut juga dengan tuli saraf (Ganong, 2017). Penyebab terjadinya

gangguan transmisi suara baik pada telinga luar, telinga tengah maupun

telinga dalam bervariasi. Tuli hantaran dapat disebabkan karena adanya

sumbatan pada kanalis auditorius eksterna oleh benda asing atau serumen,

kerusakan tulang pendengaran, adanya penebalan membran timpani akibat

terjadinya infeksi telinga tengah yang berulang, dan kekakuan abnormal

karena adanya perlekatan tulang stapes ke fenestra ovalis (Ganong, 2012).

Gangguan pendengaran adalah faktor usia dan suara nyaring.

Kebanyakan orang mulai sedikit terganggu pendengarannya ketika memasuki

usia 40 tahun. Gangguan pendengaran akibat usia juga dikenal dengan nama

presbikus ada dua jenis gangguan pendengaran berdasarkan bagian telinga

yang terganggu yaitu:

1. Gangguan pendengaran sensorional disebabkan oleh kerusakan sel

rambut sensotif yang ada ditelinga bagian dalam atau rusaknya saraf

pendengaran. Beberapa gangguan pendengaran sensoreional adalah

Mengidap penyakit miniere,neuroma akustik,meningitis,ensefalitasat

skelrosis multiple Faktor keturunan Cedera kepala kelainan telinga.

2. Gangguan pendengaran konduktif umunya terjadi sat gelombang suara

tidak bias masuik ke telinga bagian dalam. Penyebabnya adalah gendang


telinga pecah atau berlubang, otosklorososa adanya pembengkakan

dinding atau disfungsi pad saluran tuba eustachius. Rusaknya gangguan

pendengaran akibat trauma kelainan telinag masuknya benda asing

kedalam telinga

2.1.3. Anatomi Telinga

Telinga merupakan alat penerima gelombang suara atau gelombang

udara yang mengubah gelombang bunyi mekanis di udara menjadi

denyut-denyut elektris pada syaraf pendengaran. Telinga adalah organ

penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks. Menurut anatominya,

telinga manusia terdiri dari tiga bagian utama yaitu: telinga luar, telinga

tengah dan telinga dalam. (Gabriel dalam Aisyah, 2017)

a. Telinga bagian luar (Auris External)

Telinga luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar

meliputi daun telinga atau pinna, liang telinga atau meatus auditorius

eksternus, dan gendang telinga atau membran timpani. Bagian daun

telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan suara ke dalam liang

telinga dan akhirnya menuju gendang telinga. Rancangan yang begitu

kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap suara. Di dalam

saluran telinga terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti

lilin yang disebut serumen atau kotoran telinga. Pada ujung saluran

terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke telinga dalam.

b. Telinga bagian tengah (Auris Mediaa)


20

Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga

tekanan udara agar seimbang. Di dalamnya terdapat saluran eustachio

yang menghubungkan telinga tengah dengan faring. Rongga telinga

tengah berhubungan dengan telinga luar melalui membran timpani.

Hubungan telinga tengah dengan bagian telinga dalam melalui jendela

oval dan jendela bundar yang keduanya dilapisi dengan membran yang

transparan. Selain itu terdapat pula tiga tulang pendengaran yang tersusun

seperti rantai yang menghubungkan gendang telinga dengan jendela oval.

Ketiga tulang tersebut adalah tulang martil (maleus) menempel pada

gendang telinga dan tulang landasan (inkus). Kedua tulang ini terikat erat

oleh ligamentum sehingga mereka bergerak sebagai satu tulang. Tulang

yang ketiga adalah tulang sanggurdi (stapes)

c. Telinga bagian dalam (Auris Internal)

Bagian ini mempunyai susunan yang rumit, terdiri dari labirin

tulang dan labirin membran. Ada lima bagian utama dari labirin

membran, yaitu tiga saluran setengah lingkaran, ampula, utrikulus,

sakulus dan koklea atau rumah siput. Sakulus berhubungan dengan

utrikulus melalui saluran sempit. Tiga saluran setengah lingkaran,

ampula, utrikulus dan sakulus merupakan organ keseimbangan dan

keempatnya terdapat di dalam rongga vestibulum dari labirin tulang.

Koklea mengandung organ korti untuk pendengaran. Koklea terdiri dari

tiga saluran yang sejajar, yaitu saluran vestibulum yang berhubungan

dengan jendela oval, saluran tengah dan saluran timpani yang


berhubungan dengan jendela bundar dan saluran yang dipisahkan satu

dengan lainnya oleh membran. Di antara saluran vestibulum dengan

saluran tengah terdapat membran reissner, sedangkan di antara saluran

tengah dengan saluran timpani terdapat membran basiler.

2.1.4 Klasifikasi Gangguan Pendengaran

Klasifikasi gangguan pendengaran berdasarakan World Health

Organization) gangguan pendengaran dapat diklasifikasikan menjadi 3

jenis, yaitu : (Sugumat 2016)

1. Tuli Konduktif

Tuli konduktif disebabkan oleh kondidi patologis pada kanal

telinga external,membrane tympani,atau telinga tenga. Gangguan

pendengaran konduktif tidak melebihi 60dB. Karena di hantarkan

menuju koklea melalui tulang (hantaran melalui tulang) bial

intesnsitasnya tinggi.

2. Tuli Sensorineural

Disebabkan oleh kerusakan atau malfungsi komklea,saraf

pendengaran dan batang otak sehingga bunyi tidak dapat diproses

bagaimana mestinya. Bila kerusakan terbatas pada sel rambut di koklea

maka sel ganglion dapat bertahan atau mengalami degenarsi

transneurional

3. Tuli campuran
20

Bila gangguan pendengaran atau tuli konduktif dan sensorineural

terjadi bersamaan.

2.1.5 Pemeriksaan Pendengaran

Untuk mengetahui seseorang mengalami gangguan pendengaran

konduktif atau sensorineural maka dapat dilakukan tes pendengaran

dengan menggunakan metode tes bisik, tes garputala dan audiometric tes

auditoriustes weber (Wahyu K., 2016).

1. Tes Bisik

Tes Bisik merupakan suatu tes pendengaran dengan memberikan

suara bisik berupa kata kepada telinga penderita. Hasil tes berupa jarak

pendengaran, yaitu jarak antara pemeriksa dan penderita. Suara berbisik

nilai normal ialah 5/6 – 6/6.

2. Tes Garputala

Apabila seseorang dicurigai mengalami gangguan pendengaran

baik konduktif maupun sensorineural maka sebaiknya dilaksanakan tes

menggunakan garputala. Menurut Gabriel (dalam Wahyu K., 2016) ada

tiga macam tes menggunakan garputala meliputi tes weber, tes rinne dan

tes schwabach.

3. Akuitas Auditorius adalah

tes yang dilakukan untuk memperkirakan kemampuan

pendengaran. Subjek pada pemeriksaan ini harus menutup salah satu

lubang telinganya terlebih dahulu. Pemeriksa berdiri 1 atau 2 kaki (0,3


atau 0,6 meter) dari subjek penelitian, kemudian pemeriksa memulai tes

ini sambil menutupi mulut agar subjek tidak membaca gerak bibir

pemeriksa. Pemeriksa kemudian berbisik dengan perlahan ke arah

telinga yang terbuka. Subjek tidak dapat mengulang kata yang

dibisikkan oleh pemeriksa, maka pemeriksa boleh meningkatkan

intensitas suaranya menjadi bisikan sedang dan bisikan keras.

4. Tes audiometri nada murni,

bersifat akurat untuk skrining gangguan pendengaran dengan

sensitivitas 92% dan spesifikasi 94%, namun untuk melakukannya

membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Awal dari pemeriksaan ini

adalah menjelaskan kepada subjek pemeriksaan untuk mengangkat

tangan ataupun mengatakan ada atau tidak ada bunyi apabila pemeriksa

telah menyalakan bunyi. Subjek pemeriksaan diminta untuk memakai

headphone yang dihubungkan dengan alat listrik yang menghasilkan

bunyi nada murni dari berbagai frekuensi, dan dapat diatur

intensitasnya

5. Tes Rinne

dilakukan untuk melihat perbandingan antara hantaran tulang

(bone conduction) dengan hantaran udara (air conduction). Alat yang

dibutuhkan pada tes ini adalah garpu tala 512 Hz.

2.2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan

Pendengaran
20

Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi insiden kehilangan

pendengaran sensorineural meningkat seiring pertambahan usia. Faktor

yang mempengaruhi pendengaran adalah factor riwayat

keuarga,umur,masa kerja,frekuensi menyealam kedalaman menyelam.

dan gejala adalah sulit memahami orang yang berbicara dengan suara

bernada tinggi, sulit mendengar di percakapan kelompok dan tempat yang

banyak suara latar yang bising, sulit membedakan bunyi “s” dan “th.

Presbikusi ditambah dengan situasi ketika percakapan yang berlangsung

kurang mendukung dapat menyebabkan lansia mengalami gangguan

komunikasi (Fatimah, 2019).

2.2.1 Masa Kerja

Masa kerja adalah lamanya waktu yang telah dilalui oleh

responden dalam melakukan penyelaman terhitung sejak pertama kali

menyelam. Masa kerja menjadi salah satu faktor yang dapat memberikan

risiko akan terjadinya gangguan pendengaran. Penyakit akibat kerja

dipengaruhi oleh masa kerja, semakin lama seseorang bekerja disuatu

tempat semakin besar kemungkinan mereka terpapar oleh faktor-faktor

lingkungan kerja baik fisik maupun kimia yang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan/penyakit akibat kerja sehingga akan berakibat

menurunnya efisiensi dan produktivitas kerja seorang tenaga kerja Pada

penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat dari


responden, sebanyak 24 responden yang termasuk dalam kategori pekerja

lama (telah bekerja ≥ 5 tahun

2.2.2 Frekuensi Penyelaman

Frekuensi penyelaman adalah berapa kali responden melakukan

penyelaman dalam sehari .Menurut Edmonds et. al (dalam Ekawati

2018) seorang penyelam yang sering melakukan penyelam akan lebih

sering mengalami trauma tekanan yang berulang pada gendang telinga.

Hal ini akan mengakibatkan organ keseimbangan dalam telinga bagian

dalam mengalami pembengkakan jaringan dan penyumbatan pada Tuba

Eustachius hingga terjadi perforasi membaran timpani bahkan bisa

menyebabkan gendang telinga berdarah dan robek

Oleh karena itu semakin sering frekuensi penyelaman yang

dilakukan, akan semakin berbahaya bagi kesehatan para penyelam,

karena akan semakin sering menerima tekanan dan mereka harus

berusaha untuk menyamakan tekanan dalam rongga telinga dengan

tekanan air di sekitarnya.

Indriani Paskarini,dkk (2010) pada penyelam tradisonal di

Kabupaten Seram menunjukkan bahwa penyelam dengan insentitas

penyelaman ≥2 kali sehari pernah mengalami pendarahan pada telinga.

Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa

frekuensi penyelaman memiliki kecenderungan berpengaruh pada

gangguan telinga penyelam. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui


20

bahwa barotrauma telinga banyak terjadi pada nelayan penyelam dengan

frekuensi menyelam > 2 -4 kali/hari yaitu sebanyak 70% dari 10 orang

nelayan penyelam. Penelitian Ekawati menemukan bahwa frekuensi

menyelam berpeluang terhadap kejadian gangguan pendegaran

membran timpani 1,879 kali lebih besar dibandingkan dengan frekuensi

menyelam ≤ 3 kali. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

Ekawati dikarenakan pada penelitian tersebut lebih banyak nelayan

penyelam dengan jenis penyelaman tahan napas dibandingkan nelayan

penyelam kompresor. Sedangkan pada penelitian ini keseluruhan

nelayan penyelam menggunakan kompresor. Frekuensi menyelam pada

penyelam tahan napas tentu akan lebih banyak karena penyelam tersebut

tidak mampu bertahan lama di kedalaman, sehingga harus naik turun ke

permukaan untuk mendapatkan suplai udara dan kemudian kembali

menyelam ke kedalaman

2.2.3 Kedalaman menyelam

Menyelam secara cepat turun ke kedalaman sewaktu menyelam dan

naik ke permukaan menimbulkan masalah, sebab tubuh tidak bisa

beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan tekanan. Perubahan

tekanan relatif terbesar dalam menyelam terjadi di dekat permukaan,

terutama pada kedalaman 10 meter pertama. Dengan demikian cedera

paling banya terjadi pada kedalaman yang dangkal yaitu pada kedalaman

hanya 4,3 hingga 17,4 kaki (1,3f – 5,3 meter). Perubahan tekanan pada
kedalaman tersebut dapat menyebabkan pecahnya membran timpani.

Kecepatan dan besarnya perubahan tekanan berpengaruh terhadap

terjadinya barotrauma telinga.19,20 Secara anatomi telinga terbagi atas

barotrauma telinga luar, barotrauma telinga tengah dan barotrauma

telinga dalam, tergantung dari bagian yang terkena. penelitian Siti

Fatimatun Navisah : Faktor Risiko pada gangguan pendengaran pada

nelayan penyelam dengan kedalaman ,< 10 meter lebih banyak

mengalami barotrauma telinga atau perforasi membran timpani

dibandingkan dengan nelayan penyelam dengan kedalaman > 10 meter

2.3 Keaslian Penelitian

Sepengetahuan penulis, penelitian tentang faktor – faktor yang

berhubungan dengan gangguan pendengaran pada nelayan penyelam

tradisional di Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku

Tengah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya

adalah

1. Lokasi penelitian

2. Variabel penelitian yang diteliti berbeda dengan penelitian

sekarang

3. Sampel penelitian
No Nama peneliti Judul,tempat dan tahun Metode Sampel Variabel Hasil
1 Fatmawati . Faktor-Faktor yang Penelitian ini sampel Riwayat Hasil penelitian menunjukkan sebanyak
Mallapiang Berhubungan dengan merupakan sebanyak 37 penyakit,umur,masa 35 responden (94,6%) termasuk dalam
Gangguan Pendengaran penelitian orang kerja,frekuensi menyelam.kategori penyelam dengan lama
pada Penyelam Tradisional kuantitatif dengan menyelam ≥25 menit sekali menyelam
di Pulau Barrang Lompo desain penelitian dan sebanyak 2 responden (5,4%) yang
kfecamatan Ujung Tanah cross sectional termasuk dalam kategori penyelam
FFFKota Makassar Tahun dengan lama menyelam <25 menit sekal
2015 menyelam
TABEL 2.3 KEASLIAN PENELITIAN

2 Laut Eka Senja Hubungan Antara Penelitian ini 6 orang Variabel dependen Hasil dari penelitian adalah dari total 6
Koesffdianasari Penegetahuan Menyelam fmerupakan responden pada penelitian ini orang responden, 100% responden dengan
Dengan Gangguan penelitian adalah gangguan pengetahuan buruk mengalami gangguan
Pendengaran Pada Pekerja deskriptif pendengaran, pendengaran tuli sedang, f60%
Bwah Air Di Perusahan sedangkan variabel berpengetahuan baik mengalami
Kontruksi bawah 2018 independen nya adalah gangguan pendengaran tuli ringan, dan
pengetahuan menyelam 40% responden dengan pengetahuan baik
pengetahuan menyelam tidak mengalami gangguan pendengaran
3 Rahayu D. C. Analisis gangguan menggunakan Jumlah -gangguan Hasil penelitian memperlihatkan nilai p untuk
Ruslam pendengaraFn pada metode purposive sampel 20 pendengaran, umur p=0,157, pendidikan p=0,662, masa kerj
penyelam di Danau sampling dengan orang penyelam p=0,850, riwayat penyakit p=0,897, frekuens
20

Tondano Desa fanalitik pendekatan menyelam p=0,577, menggunakan ala


Watumea Kecamatan potong lintang pelindung p=0,075, kedalaman menfyelam
Eris Kabupaten p=0,526, dan lama menyelam p=0,964
Minahasa Provinsi
Sulawesi Utara 2014

4 Nur Anggriyani Faktor – faktor yang Penelitian ini Sampel dalam Massa Kerja, massa kerja ≥ 5 tahun yaitu 12 orang (41.4 %
Wailissa berhbungan dengan menggunakan penelitian ini Frekuensi kemudian yang massa kerja ≤ 5 tahun yang tid
gangguan pendengaran penelitian kuatitatif berjmulah 92 Menyelam, mengalami gangguan pendengaran yaitu 17 oran
pada nelayan penyelam dengan pendekatan responden Kedalaman (58.6%)nilai p= 0.002 kategori lebih dari ≥
tradisional di Negeri cross sectional. Menyelam. kali/hari menyelam ada terdapat 60 (85.7 %
Haya Kecamatan Tehru orang dan yang menyelam kurang dari 2 kali/ha
Kabupaten Maluku ada 10 (14.3 %) nilai p= 0.014 kedalam
tengah Tahun 2020 menyelam pada ≥ 10 meter yaitu 36 oran
(51.4%) dan yang mengalami ganggu
pendengaran dengan kedalaman menyelam ≤1
meter yaitu 34 orang (48.6%) nilai p= 0.047
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah kerangka hubungan antara

konsep konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan

dilakukan, kerangka konsep terdiri dari variabel-variabel yang berhubungan satu

dengan yang lainnya. Dengan adanya kerangka konsep akan mengarahkan untuk

menganalisis hasil penelitian (Notoatmodjo 2015) Di Negeri Haya Kecamatan

Tehoru Kabupaten Maluku Tengah.

Massa Kerja
Gangguan pendengaran

U Frekuensi Menyelam

Kedalaman menyelam

Keterangan :

: Variabel Bebas

: Variabel terikat

: Hubungan
3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep penelitian di atas maka dapat ditarik

hipotesisnya yaitu:

1. Ha :

a. Ada hubungan Massa Kerja dengan gangguan pendengaran pada

Nelayan penyelam tradisional di Negeri Haya Kecamatan Tehoru

Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020

b. Ada hubungan frekuensi menyelam dengan gangguan peendengaran

pada nelayan penyelam tradisioanl di Negeri Haya Kecamatn Tehoru

Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020.

c. Ada hubungan kedalaman menyelam dengan gangguan pendengaran

pada nelayan pennyelam tradisional di Negeri Haya Kecamatan

Tehoru Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu kuantitatif

Desain penelitian Deskriptif Analitik dengan rancangan cross sectional

penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara, dan pengukuran

gangguan pendengaran pada penyelam. Di mana variabel independen

dan variabel dependen diamati pada saat yang bersamaan. Penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan gangguan pendengaran pada Nelayan penyelam tradisional di

Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah Tahun

2020.

4.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Negeri Haya Kecamatan Tehoru

Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan pada tanggal 13 sampai 27 2020

4.3. Populasi,Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)


4.3.1 Populasi

Populasi menurut sugiono (2017) menyatakan bahwa populasi

adalah wilayah generalisasi objek yang mempunyai kualitas dan

karsakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian di tariuk kesimpulannya penentuan populasi merupakan

tahapan penting dalam penelitian. populasi dapat memberikan

iffffffnformasi atau data yang berguna bagi suatu poenelitian Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh Nelayan penyelam di Negeri haya

Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah yang berjumlah 120

orang.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

simple random sampling.yaitu semua nelayan penyelam di Negeri

Haya sebanyak 92 orang.

N
n=
1+ N (e)2

Keterangan :

n : Besar sampel yang diperlukan

N : ukuran populasi
e : persen ketidaktelitian yang ditelorir 5 %

120
n=
1+ 120(0,05)2

120 ❑
n=
1+ ¿ ¿ (0,025)

120
n=
1,3=92

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus slovin

didapatkan jumlah sampel yang diperoleh adalah 92 orang

nelayan penyelam tradisional.

4.3.3 Sampling

Sampel adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi (Nursalam 2016). Teknik sampling yang digunakan

dalam penelitian ini adalah total sampling.

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Variabel Independen (Bebas)

Variabel Indenpenden pada penelitian ini adalah faktor faktor yang

berhubungan dengan gangguan pendengaran yang meliputi

keluarga,Masa Kerja, ,frekunsi menyelam kedalaman menyelam.

4.1.2 Variabel Dependen (Terikat)

Variabel terikat (Dependen) dalam penelitian ini adalah Gangguan

Pendengararan
Variabel Independen
Faktor Masa kerja adalah Kuesioner Nominal 1. < 5 tahun
Masa Kerja lamanya waktu yang
telah dilalui oleh 2. ≥ 5 tahun
responden dalam
melakukan
penyelaman
terhitung sejak ( jika ≥4 tahun
pertama kali
menyelam. 2) Risiko Rendah : ji
Faktor FrekuensiK Kuesioner Nominal 1. ≤ 2kali/hari
frekuensi menyelam adalah
menyelam berapa kali 2. ≥ 2 kai/hari
responden
melakukan
penyelaman dalam
sehari
Faktor kedalaman sewaktu Kuesioner Nominal 1.<10 meter
kedalaman menyelam dan naik
menyelam ke permukaan 2. ≥10 meter
menimbulkan
masalah, sebab
tubuh tidak bisa
beradaptasi dengan
cepat
terhadapperubahan
tekanan. Pada
kedalaman 30 meter
ataus kurang dari 10
meter
Variabel Dependen
Gangguan Gangguan Garputala 52 Ordinal
pendengaran pendengaran adalah Hz 1. Tidak Ada
ketidakmampuan Gangguan
secara farsial atau 2. Ada
total untuk Gangguan
mendengarkan suara
pada salah satu atau
kedua telinga

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Tabel 4.5 Defenisi Operasional
4.6 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian, peneliti menggunakan

kuesioner dalam dua kelompok yaitu kuesioner 1 yang berisi informasi

tentang identitas responden yang terdiri dari: nama, usia jenis kelamin,

pendidikan kuesioner 2 berisi tentang faktor resiko gangguan pendengaran

Massa kerja, frekuensi menyelam,kedalaman menyelam dan mengukur

gangguan pendengaran memakai alat garputala 52 Hz untuk mengetahui dari

salah satu telinga ada yang mengalami gangguan pendengaran.

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

4.7.1 Metode Pengumpulan Data

pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Observasi

Tehnik yang digunakan untuk melihat secara dekat atau langsung,

factor resiko gangguan pendengaran Pada nelayan Penyelam tradisioanal

Di Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah.

Berdasarkan keterlibatan pengamatan dalam kegiatan – kegiatan orang

yang diamati. Observasi partisipan adalah pengamat ikut serta dalam

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang diteliti atau yang

diamati, seolah-olah merupakan bagian dari mereka, sementara

pengamat terlibat dalam kegiatan dan peneliti tetap waspada untuk

mengamati kemunculan tingkah laku tertentu. (Suhartono, Irawan : 2018


2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tujuan tertentu

yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (intervieuw) untuk

memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer). Dan peneliti

sebagai instrument dalam wawancara. (Moleong : 2015)

3. Dokumentasi

Data sekunder dikumpulkan melalui studi dokumentasi yaitu

informasi yang sumbernya non-manusia (non human source of

informasi). Informasinya berupa buku laporan keuangan, pendapatan

dan catatan khusus lainnya tentang kenerja keuangan pabrik ikan

loeng dalam meningkatkan pendapatan masyarakat.

4.8 Analisis Data

Setelah data dimasukan, data akan dianalisis menggunakan

perangkak lunak komputer. Data akan dianalisis menggunakan dua

metode, yaitu analisis univariat dan bivariat.

4.8.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap variabel independen dan

dependen untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi guna

mendeskripsikan setiap faktor yang berhubungan dengan gangguan

pendengaran.
4.8.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

Hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen yang

diteliti. Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi dengan pengujian statistik populasi

(Soekidjo Notoatmodjo, 2010).dan hasil pemeriksaan ganngguan

pendengaran pada penyelam dengan menggunakan alat garputala 52

Hz . Sedangkan kuesioner identitas dibagikan oleh peneliti secara

langsung untuk diisi oleh masing-masing responden.

4.9 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitiaan, peneliti memandang peluang

kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inkluisi

dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Bila subjek meolak

maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan tetap

memghormati hak-hak subjek.

1. Informend cousent (Lembaran persetujuan responden)

Lembaran persetujuan ini diberikan kepada responden yang

akan diteliti memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan

manfaat penelitian. Bila subjek nmenolak maka peneliti tidak kan

memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak subjek

2. Anonymity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencamtukan nama

responden tetapi lembar tyersebut diberikan kode.


3. onfidentiality (Kerahasiaan informasi)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan banyak

kelompok data tertentu yng akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.


BAB V

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten

Maluku Tengah pada Tanggal 13 september- 13 oktober, bertujuan untuk

melihat faktor – faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran

pada nelayan penyelam tradisional di Negeri Haya Kecamatan Tehoru

Kabupaten MalukuTengah Tahun 2019.Jumlah responden dalam penelitian

iniadalah 92 orang, alat/istrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner

dan wawancara.

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Negeri Haya adalah salah satu Negeri di Kecamatan Tehoru Kabupaten

Maluku Tengah. Negeri Haya memiliki Luas Wilayah 2,50 km❑2. Batas

administrasi Negeri Haya adalah sebelah barat berbatasan dengan Negeri

Tamilow, sebelah timur berbatasan dengan Negeri Tehoru, sebelah selatan

berbatatasan dengan Luat Banda, sedangkan sebelah utara berbatasan dengan

hutan. Negeri Haya Terdiri dari 758 KK dengan jumlah penduduk 2.70 jiwa.

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 13 september sampai dengan 13

oktober 2020

5.1.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini yang meliputi jenis umu jenis

kelamin, ,pendidikan, yang dilihat karakteristik responden sebagai berikut


1) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 5.1

Distribusi Berdasarakan Umur Di Negeri Haya Kecamatan


Tehoru Kabupaten Maluku Tengah
Tahun 2020

Umur n %

30-40 Tahun 51 55.4

41-50 Tahun 41 44.6


Total 92 100

Berdasarkan tabel di atas yang menunjukan bahwa, dari 92 responden yang diteliti

memiliki umur yang berbeda-beda yang berumur dari 30 – 40 berjumlah 51 (44.6)

responden dan yang berumur 41 – 50 (55.4) berjumlah 41 responden(44.6%)

2). Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2
Distribusi Berdasarakan Jenis Kelamin Di Negeri Haya Kecamatan
Tehoru Kabupaten Maluku Tengah
Tahun 2020

Jenis kelamin n %
Laki - laki 92 100.0
Total 92 100
fffffffffffffffBerdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa, dari 92 responden

yang diteliti terdapat 100 orang (100.0 %) yang berjenis kelamin laki-laki

3). Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.3

Distribusi Berdasarakan Jenis Kelamin Di Negeri Haya Kecamatan


Tehoru Kabupaten Maluku Tengah
Tahun 2020

pendiidkan n %
Tidak sekolah 27 29.3
SD 23 25.0
SMP 17 18.5
SMA 25 27.2

Total 92 100

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan dari 92 responden yang diteliti yang memiliki

pendidikan yang berbeda – beda yaitu yang tidak bersekolah 27 orang (29.3%) SD

berjumlah 23orang (25.0%) dan SMP berjumlah 17 orang (18.5%) dan SMA sebanyak

25 orang (27.2%)

5.1.3 Analisa Univariat


Analisa univariat dalam penelitian ini meliputi variabel independen yakni

faktor Masa kerja,, frekuensi menyelam, kedalaman menyelam. Analisa univariat

digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing – masing variabel

yang diteliti, berikut gambaran distribusi dari masing –masing.

1. Massa Kerja

Tabel 5.4

Distrbusi Kategori Variabel Massa Kerja Penyelam Di Negeri Haya

Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah

Tahun 2020

Massa Kerja n %
>5 tahun 60 65.2
≤5 tahun 32 34.8
Total 92 10

Berdasarkan tabel 5.4 kategor umur menunjukan bahwa distribusi yang

memiliki umur dari >5tahun adalah 60 responden (65.2%) dan yang memliki massa

kerja ≤5 tahun sebanyak 32 resonden (34.8%).

Tabel 5.5
Distrbusi Kategori Variabel Frekuensi Menyelam Di Negeri Haya
Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah
Tahun 2020

2. Frekuensi Menyelam

Frekuensi n %
≥2 kai/hari 73 79.3
≤2 kali/hari 19 20.7
Total 92 100

Distrbusi Kategori Frekuensi menyelam menunjukan bahwa distrbusi responden

distrbusi responden yang menyelam ≥2 kai/hari berjumlah 73 responden (79.3%) dan

responden yang menyelam ≤2 kali/hari berjumlah 19 responden (20.7%).

3. Kedalaman Menyelam

Tabel 5.6
Distrbusi Kategori Variabel Kedalaman Menyelam Di Negeri Haya
Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah
Tahun 2020

Kedalaman n %
≥10 meter 39 42.2
≤10 meter 53 57.6
Total 92 100

Distrbusi Kategori Frekuensi menyelam menunjukan bahwa distrbusi responden

distrbusi responden yang menyelam ≥10 meter berjumlah 39 responden (42.4%) dan

kedalaman ≤10 meter berjumlah 53 responden (57.6%)


Berdasarkan tabel 5.9 diatas didapatkan bahwa responden yang mengalami

gangguan pndengaran (tuli) dengan kategori 2 kali/hari menyelam ada terdapat 43(76.8

%) orang dan yang menyelam 1 kali/hari ada 13 (23.2 %) orang. dan yang tidak

mengalami gangguan pendengaran dengan 2 kali/hari menyelam ada 5 orang (13.9%)

dan yang menyelam 1kali/hari tidak mengalami gangguan pendengaran (tuli) ada 31

orang (86.1%).

Hasil uji statistic menunjukan nilai p= 0.000 (<0.05) artinya ada hubungan yang

signifikan antara frekuensi dengan gangguan pendengaran pada nelayan penyelam di

Negeri Haya kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020

1.4 Analisa Bivariat

Analisa yang dgunakan untuk menerangkan keertan hubungan antara variabel

yang diduga adanya hubungan. Data yang telah didapat dianalisa dengan menggunakan

komputer. Adapun alat analisa yang digunakan adalah Crosstab atau Chi-Square

dengan tngkat kemaknaan 5% atau p= 0,05 hal ini dikarenakan adanyabentukordinal

dengan criteria penilian minimal dua kriteria.


a. Hubungan Massa Kerja Dengan Gangguan Pendengaran

Tabel 5.7

Hubungan Umur Dengan Gangguan Pendengaran Di Negeri Haya


KecamatanTehoru Kabupaten Maluku Tengah
Tahun 2020

Massa Kerja Gangguan Pendengaran Total Sing


Ada Gangguan Tidak ada Gangguan (P)
n % n % n %
≥5 tahun 48 76.2 12 41.4 60 65.2
<5 tahun 15 23.8 17 58.6 32 34.8
0.002
Total 63 68.5 29 31.5 92 100.0

Berdasarkan tabel 5.7 di atas didapatkan bahwa responden yang mengalami


gangguan penedengaran dengan mempunyai massa kerja ≥5 tahun yaitu 48 orang (76.2%)
dan mengalami gangguan pendenagaran ≤5 tahun yaitu 15 orang (23.8%) dan tidak
memiliki gangguan pendengaran pada massa kerja ≥5 tahun yaitu 12 orang (41.4%)
kemudian yang massa kerja ≤5 tahun yang tidak mengalami gangguan pendeengaran yaitu
17 orang (58.6%)Hasil uji statistic menunjukan nilai p=0.002 (<0.05) artinya ada hubungan
yang signifikan anatara massa kerja dengan gangguan pendengaran pada nelayan penyelam
tradisional di Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah 2020.

b. Hubungan Frekuensi Menyelam Dengan Gangguan Pendenagaran


Tabel 5.8

Hubungan Frekuensi Menyelam Dengan Gangguan Pendengaran Di Negeri


Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah
Tahun 2020

Frekuensi Gangguan Pendengaran Total Sing


Menyelam
Ada Gangguan Tidak ada Gangguan (P)
n % n % n %
≥2kali/hari 60 85.7 13 59.1 73 79.3
≤2kal/hari 10 14.3 9 40.9 19 20.7
1. 0.014
Total 70 76.1 22 29.9 92 100.0

Berdasarkan tabel 5.8 diatas didsapatkan bahwa responden yang mengalamigangguan

pendengaran dengaran kategori lebih dari ≥2 kali/hari menyelam ada terdapat 60 (85.7%) orang

dan yang menyelam kurang dari 2 kali/hari ada 10 (14.3%) orang dan yang tidak mengalami

gangguan penedengaran dengan lebih dari 2kali/hari menyelam ada 13 orang (59.1%) dan yang

menyelam kurang dari 2 kali/hari tidak mengalami gangguan penedengaran ada 9 orang

(40.9%) . Hasil uji statistic menunjukan nilai p= 0.014 (<0.05) artinya ada hubungan

yangsignifikan antara frekuensi menyelam dengan gangguan pendengaran pada nelayan

peneyelam tradisional di Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah 2020.

c. Hubungan Kedalaman Menyelam Dengan Gangguan Pendenagaran

Tabel 5.9
Hubungan Kedalaman Menyelam Dengan Gangguan Pendengaran Di Negeri
Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah
Tahun 2020

Kedalaman Gangguan Pendengaran Total Sing


Menyelam
Ada Gangguan Tidak ada Gangguan (P)
n % n % n %
≥10 meter 36 51.4 17 77.3 39 42.4
≤10 meter 34 48.6 5 22.7 53 57.6 0.047
Total 70 76.1 22 23.9 92 100.0

Berdasarkan tabel 5.9 di atas didapatkan bahwa, yang mengalami gangguan

penedengaran dengan kedalaman menyelam pada ≥10 meter yaitu 36 orang (51.4%) dan

yang mengalami gangguan pendengaran dengan kedalaman menyelam ≤10 meter yaitu 34

orang (48.6%) sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran (tuli) pada

kedalaman ≥10 meter yaitu 17 orang (77.3%) dan yang tidak mengalami gangguan

pendengaran pada kedalaman ≤10 meter yaitu 5 orang (22.7%). Hasil uji uji statistic

menunjukan nilai p= 0.047 (<0.05) artinya ada hubungan yangsignifikan antara frekuensi

menyelam dengan gangguan pendengaran pada penyelam tradisonal Di Negeri Hsya

Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020

\
5.2 Pembahasan

1.2.1 Hubungan Umur Dengan Gangguan Pendengaran

Hasil penelitrian yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa

responden yang tergolong kategori masa kerja >5 tahun yang mengalami gangguan

pendengaran yaitu 48 orang (76.2%) dan kategori ≤ 5 tahun yang mengalami

gangguan pendengaran yaitu 15 orang (23.8%), hasil penelitian diperoleh nilai p=

0.002 (<0.05) arttinya ada hubunsgan yang signifikan antara massa kerja dengan

gangguan pendengaran. Pada nelayan penyelam tradisonal Di Negeri Haya

Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020.

Pada penilitian ini disimpulkan bahwa adanya gangguan pendengran pada

nelayan penyelam di Negeri Haya. Dari 48 responden yang mengalami gangguan

pendengaran dengan massa bekerja sebagai nelayan penyelam sudah lebih dari

lima tahun, dan mengalami gangguan pendengaran yang cukup lama, tetapi mereka

masih saja menjalankan aktifitas penyelaman sekalipun adanya masalah

kesehatannya terganggu. Berdasarkan teori seseorang yang melakukan pekerjaan

penyelaman lebih dari 5 tahun bisa menyebabkan resiko terhadap gangguan

pendengaran karena semakin lama terpapar oleh tekanan air, dengan perbedaan

tekanan maka risiko untuk mendapat Barotrauma semakin besar.Barotrauma dapat

terjadi karena kegagalan dari telinga, dan paling umum terjadi karena kegagalan.
kemudian dari 15 responden yang massa kerjanya kurang dari lima tahun juga

mengalami resiko gangguan pendengaran semakin lama bekerja sebagai penyelam

akan berakibat fatal bagi telinga karena akan semakin lama akan terpapar oleh

tekanan air.

Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif. Pengaruh

positif akan dirasakan oleh seseorang apabila dengan semakin lamanya masa kerja

maka semakin bertambah pengalaman seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya.

Sebaliknya, masa kerja akan memberikan pengaruh negatif apabila dengan semakin

lamanya masa kerja maka akan timbul kebiasaan buruk pada tenaga kerja dari

telinga tengah untuk menyamakan tekanan dengan lingkungan.

Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya Fatmawati

Mallapiang (2015) bahwa adanya hubungan anatara masa kerja > 5 tahun dengan

gangguan pendengaran pada Nelayan penyelam di ujung Tanah kota Makassar Pada

penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat dari 37 responden,

sebanyak 24 responden yang termasuk dalam kategori pekerja lama (telah bekerja ≥

5 tahun). Dari semua responden yang termasuk pekerja lama, sebanyak 23 responden

atau 95,8% mengalami gangguan pendengaran dan 1 orang lainnya atau sebesar

4,2% yang tidak mengalami gangguan pendengaran. Sedangkan untuk kategori

responden sebagai pekerja baru berjumlah 13 orang, sebanyak 1 orang mengalami


gangguan pendengaran dan 12 orang lainnya tidak mengalami gangguan

pendengaran..

1.2.2 Hubungan Frekuensi Menyelam Dengan Gangguan Pendengaran

Hasil penelitrian yang didapatkan menunjukan bahwa, responden yang

mengalami gangguan pndengaran dengan kategori ≥ 2 kali/hari menyelam ada

terdapat 60 (85.7%) orang dan yang menyelam ≤ 2kali/hari ada 10 orang (14.3%)

orang. sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran dengan ≥ 2 kali/hari

menyelam ada 13 orang (59.1%) dan yang menyelam ≤ 2kali/hari tidak mengalami

gangguan pendengaran (tuli) ada 9 orang (40.9%). Hasil uji statistic menunjukan

nilai p= 0.014 (<0.05) artinya ada hubungan yang signifikan antara frekuensi dengan

gangguan pendengaran pada nelayan penyelam di Negeri Haya kecamatan Tehoru

Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020

Pada penelitian ini peneliti dapatkan Pada penyelam Di Negeri Haya Kecamatan

Tehoru Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020. nelayan penyelam melakukan

frekuensi penyelaman dalam sehari ada ≥ 2 kali/hari dan mengalami resiko

pendarahan pada telinga. mereka menyelam pada waktu pagi, siang dan malam.

Frekuensi menyelam pagi (jam 7-9) siang (1-3) dan sore dari jam( 3- 5) denagan

frekuensi ≥ 25 menit. Seseorang yang sering melakukan penyelaman ≥ 2 kali/hari


sangat beresiko terhadap gangguan pendengaran karena akan semakin sering

menerima tekanan dan mereka harus berusaha untuk menyamakan tekanan dalam

rongga telinga dengan tekanan air di sekitarnya. Frekuensi penyelaman adalah

berapa kali responden melakukan penyelaman dalam sehari

Berdasarkan seorang penyelam yang sering melakukan penyelam akan lebih

sering mengalami trauma tekanan yang berulang pada gendang telinga. Hal ini akan

mengakibatkan organ keseimbangan dalam telinga bagian dalam mengalami

pembengkakan jaringan dan penyumbatan pada Tuba Eustachius hingga terjadi

perforasi membaran timpani bahkan bisa menyebabkan gendang telinga berdarah

dan robek. Oleh karena itu semakin sering frekuensi penyelaman yang dilakukan,

akan semakin berbahaya bagi kesehatan para penyelam, karena akan semakin sering

menerima tekanan dan mereka harus berusaha untuk menyamakan tekanan dalam

rongga telinga dengan tekanan air di sekitarnya.

Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian sebelumnya oleh Saqib Zaheer

(2010) mengenai Frekuensi terjadinya masalah pada telinga terkait dengan kegiatan

menyelam serta pencegahannya pada Angkatan Laut Pakistan. Dalam penelitian

tersebut terungkap bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan gangguan

pendengaran.

Penelitian ini searah dengan penelitian Indriani Paskarini,dkk (2010) pada

penyelam tradisonal di Kabupaten Seram menunjukkan bahwa penyelam dengan


insentitas penyelaman ≥2 kali sehari pernah mengalami pendarahan pada telinga.

Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa frekuensi penyelaman memiliki

kecenderungan berpengaruh pada gangguan telinga penyelam. frekuensi penyelaman

memiliki kecenderungan berpengaruh pada gangguan telinga penyelam.

1.2.3 Hubungan Kedalaman Menyelam Dengan Gangguan Pendengaran

Berdasarkan hasil penelitin di dapatkan bahwa pada nelayan

penyelamdidapatkan bahwa yang mengalami gangguan pendengaran pada

kedalaman ≥10 meter yaitu 36 orang (51.4%) dan yang mengalami gangguan

pendengaran dengan kedalaman menyelam ≤ 10 meter yaitu 34orang (48.6%) dan

yang tidak mengalami gangguan pendengaran dengan kedalaman menyelam ≥ 10

meter yaitu 17 orang (77.3%) dan yang tidak mengalami gangguan pendengaran ≤

10 meter yaitu 5 orang (22.7%) Hasil uji statistic menunjukan nilai p= 0.47 (<0.05)

artinya ada hubungan yang signifikan antara kedalaman menyelam dengan gangguan

pendengaran pada nelayan penyelam di Negeri Haya kecamatan Tehoru Kabupaten

Maluku Tengah Tahun 2020

Penyelaman yang dilakukan di Negeri Haya kebanyakan mereka melakukan

penyelaman ≤ 10 meter. Perbandingan antara menyelam >10 adalah beberapa

responden mengatakan bahwa mereka lebih sering menyelam pada kedalaman 10

meter dan kurang dari 10 meter namun resiko yang didapatkan adalah pengaruh
gendang telinga yang tidak dapat dengar suara lebih jelas . adapun beberapa

responden yang menagalami tuli. Namun mereka masih saja bekerja sebagai nelayan

penyelam tradisional untuk mencari sebuah hasil laut yang unik dan menarik

perhatian pembeli.dan mereka melakukan kegiatan ini setiap hari.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Siti Fatimatun Navisah : Faktor Risiko

pada gangguan pendengaran pada nelayan penyelam dengan kedalaman ,< 10 meter

lebih banyak mengalami barotrauma telinga atau perforasi membran timpani

dibandingkan dengan nelayan penyelam dengan kedalaman > 10 meter

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten


Maluku Tengah Tahun 2020 demgan keterbatasan sebagai berikut :

Peneliti sulit mendapatkan responden saat melakukan penelitian karena mereka


mempunyaki aktifitas masing – masing dan waktu luangnya berbeda – beda

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1 Kesimpulan
1. Diketahui yang mengalami gangguan pendengaran dengan Masa kerja ≥ 5 tahun
yaitu sebanyak 48 orang (76.2%) dan yang ≤ 5 tahun yaitu 15 orang (23.8%)
Berdasarkan hasil statistic diperoleh nilai chi – square0.002 artinya ada hubungan
yang signifikan antara Masa Kerja dengan gangguan pendengaran pada nelyan
penyelam Tradisional Di Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah
Tahun 2020.

2. Diketahui frekuensi menyelam yang mengalami gangguan pendengaran pada


kategori ≥ 2 kali / hari melakukan penyelaman yaitu 60 orang (85.7%) dan yang
mengalami gangguan pendenagarn pada kategori ≤ 2 kali/hari menyelam yaitu
10orang (14.3%). Berdasarkan hasil statistic diperoleh nilai chi – square0.014 artinya
ada hubungan yang signifikan antara Frekuensi Menyelam dengan gangguan
pendengaran pada nelyan penyelam Tradisional Di Negeri Haya Kecamatan Tehoru
Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020

3. Diketahui yang mengalami gangguan pendengaran pada kedalaman ≥10 meter


sebanyak 36 orang (51.4%) dan yang mengalami gangguan pendengaran pada
kedalaman ≤10 meter yaitu 34 orang (48.6%) Berdasarkan hasil statistic diperoleh
nilai chi – square0.047artinya ada hubungan yang signifikan antara Kedalaman
Menyelam dengan gangguan pendengaran pada nelyan penyelam Tradisional Di
Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Institusi

Dengan adanya penelitian ini maka diharapakan dapat menjadi salah satu informasi
bagi institusi dan dapat digunakan sebagai bahan literature pertimbangan tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan Gangguan Pendenagran Pda Nelayan
Penyelam Tradisonal Di Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah
Tahun 2020

1. Bagi penyelam, disarankan agar dapat membatasi frekuensi penyelaman

dalam sehari.

1. Para penyelam seharusnya tidak melakukan penyelam ketika kondisi fisik dirasa
tidak baik.
2. Para pemilik usaha atau yang biasa di sebut dengan Juragan, seharusnya membuat
jadwal penyelaman dalam sehari, agar para penyelam tidak seenaknya saja
menyelam meskipun telah beberapakali menyelam dalam sehari..
3. Bagi pemerintah setempat, disarankan untuk rutin melakukan pelatihan tentang
prosedur penyelaman yang benar dan pengaktifan kembali posyandu nelayan di
Negeri Haya agar para penyelam mengetahui kondisi tubuh mereka..
4. Bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan
faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran

6.2.3 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat atau memperkayah khasanah ilmu


kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu literal atau bacaan bagi peneiti
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Kartono dalam Pattimukai 2017 Volume VII Nomor Khusus Hari Kesehatan
Nasional, November
Fatmawati Mallapiang Public Health Science Journal Gangguan Pendengara Penyelam,
Mas kerja, Frekuensi PenyelamanFaktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Gangguan Pendengaran pada Penyelam Tradisional di Pulau Barrang Lompo
Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar Tahun 2015
World Health Organization (WHO,) 2018 masalah gangguan pendengaran
Ekawati, Tuti. “Analisis Faktor Barotrauma Membran Timpani Pada Nelayan
Penyelam Tradisonal Di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang” Tesis
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. 2018.
Ruslam, Rahayu, dkk “Analisis Gangguan Pendengaran Pada Penyelam di Danau
Tondano Desa Watumea Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa Utara Tahun
2015 Jurnal Penelitian. 2015
Paskarini, Indriani, dkk. “Kecelakaan Dan Gangguan Kesehatan Penyelam Tradisional
Dan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Di Kebupaten Seram, Maluku”
Jurnal Penelitian. 2018
Rahmadayant factor resiko gangguan akibat penyelaman pada penyelam tradisional pada
penyelam di karimun jurnal kesehatan masyarakat (e-joernal) Volume 5, Nomor
1, Januari 2017
Departemen kesehatan RI 2017 tersedia dalam http://www.depkes.go.id/
Departemen kesehatan RI 2016 Laporan Riset Kesehatan Dasar 2016 Jakarta
Sugumat, Yathavan “ Gambaran Etiologi Gangguan Pendengran Di RSUP H. Adam
Malik Medan” Skripsi Universitas Sumatera Utara. 2016
Tanod, D. Virgiawan “Fungsi Pendengaran Para Penyelam Tradisonal di Desa Bolung
Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara” Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan
Vol .8, No.1, 2020 hubungan frekuensi penyelaman lama menyelam terhadap
kejadian barotraumas telinga tengah penyelam

Depkes RI. (2017). Petunjuk Tehnis Upaya Kesehatan Penyelaman Dan Hiperbarik Bagi
Petugas Kesehatan Propinsi, Kabupaten/Kota Dan Puskesmas. Jakarta: Direktorat
Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Depkes RI. (2018. Pedoman Upaya Kesehatan Kerja Bagi Nelayan Penyelam
Tradisional: Panduan bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Pusat Kesehatan
KerjaIshak Martinus1),
Eka Senja Koesdianasari 2018: hubungan antara pengetahuan menyelam dengan
gangguan pendengaran pada pekerja bawah air di perusahan kontruksi bawah
The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 7, No. 3
Kristianto, W., 2015 Gambaran Gangguan Pendengaran Pada Penyelam TNI Angkatan
Laut. Skripsi. Depok: Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia jurnal e-
Biomedik (eBm), Volume 3, Nomor 1,
Rahayu D. C. Ruslam Jimmy F. Rumampuk Vennetia R. Danes Analisis gangguan
pendenagaran pada penyelam di danau tandano desa watumea kecamatan eris
kabupaten minahasa provinsi Sulawesi selatan Jurnal e-Biomedik (eBm),
Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015
Yunda Indrawati Tasik Analisis Hubungan Tingkat Kebisingan Terhadap Penurunan
Ambang Dengar (Hearing Loss) Pada Nelayan Kelurahan Pontap Kota Palopo
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016
Notoatmodjo,Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:PT. Rineka Cipta.
2015
Sugiono 2016 memahami penelitian kuatitatif. Bandung : alfa beta wsinghton
Prasetio, Arief T, dkk “Pengaruh Kedalaman Dan Lama Menyelam Terhadap Ambang
Dengar Penyelam Tradisional Dan Barotrauma Telinga” Jurnal Penelitian. 2018

Lembaran 1

LEMBARAN KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN

PENDENGARAN PADA NELAYAN PENYELAM TRADISIONAL DI

NEGERI HAYA KECAMATAN TEHORU KABUPATEN

MALUKU TENGAH

TAHUN 2020

Penelitian ini penting dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan


dengan gangguan pendengaran pada nelayan penyelam tradisional di Negeri Haya
Kecamatan Tehoru kabupaten Maluku Tengah.

1. .Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dengan teliti dan jawablah pertanyaan yang
diajukan dengan benar.
2. Tanyakan kepada peneliti apabila terdapat pertanyaan yang kurang jelas atau tidak
dimengerti.
3. Kerahasiaan identitas dan jawaban anda sepenuhnya terjamin.
4. . Atas kerja sama yang baik, kami ucapkan banyak terima kasih

Tanggal pengisian Identitas

1. Nomor Responden :

2. Nama Lengkap :

3. Usia : ………. Bulan ………. Tahun

4. Jenis Kelamin :

a Laki-laki
b Perempuan

5. Pendidikan terakhir

a..Tidak sekolah

b. SD SMU / sederajat.

c. SLTP / sederajat

d. SMA/derajat
No Faktor resiko gangguan Kategori Checklist (√)
pendengaran

1 Massa kerja > 5 tahun

≤ 5 tahun

2 Frekuensi Menyelam ≥ 2 kali/hari

< 2 kali/hari

3 Kedalaman menyelam ≥ 10 meter

≤ 10 meter
4 Gangguan pendengaran Telinga Kiri

Telinga
Kanan

Kedua
Telinga
LEMBARAN HASIL OUTPUT
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent )

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di

bawah ini, Mahasiswa

Program Studi Keperawatan,

Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Maluku Husada:

Nama : Nur Anggriyani Wailissa

NPM : 1420116096

Bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Faktor – Faktor Yang

Berhubungan Dengan Gangguan Pendengaran Pada Nelayan Penyelam Tradisional

Di Negeri Haya Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020” untuk

terlaksanya kegiatan tersebut, saya mohon untuk ketersedian saudara untuk berpartispasi

dengan cara mengisi kuesioner berikut. Yang terlampir dan menandatangani lembaran

persetujuan responden (Inforemd Consent). Demikianlah permohononan ini saya

sampaikan atas perhatiannya dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai