Anda di halaman 1dari 28

HUKUM SYARA’ BAGI MUSLIM

SEPUTAR HARI NATAL


KH. M. SHIDDIQ AL-JAWI, SSi, MSI
Kajian Rumah Tsaqafah 21 Desember 2020
Pokok Bahasan
HUKUM IKUT MERAYAKAN NATAL

HUKUM BERJUAL BELI DENGAN


DISKON DALAM RANGKA NATAL
HUKUM IKUT MERAYAKAN
HARI NATAL
Haram hukumnya seorang muslim ikut
merayakan Hari Natal, baik dengan mengikuti
ritual agamanya maupun tidak, termasuk Pokok
Bahasan #1
misalnya :
(1) ikut mengucapkan selamat Natal kepada HUKUM IKUT
kaum Nasrani, MERAYAKAN
NNATAL
(2) membantu perayaan Hari Natal (misalnya
ikut memasang pohon Natal, memasang
lampu-lampu dalam rangka Natal, dsb).
(3) Memasak untuk perayaan Hari Natal, dsb
Dalil keharamannya ada 2 (dua);
Pertama, dalil umum yang Pokok
mengharamkan kaum muslimin Bahasan #1
menyerupai kaum kafir (tasyabbuh bi al
kuffaar). HUKUM IKUT
MERAYAKAN
Kedua, dalil khusus yang mengharamkan NNATAL
kaum muslimin menyerupai kaum kafir
merayakan hari raya kaum kafir
(tasyabbuh bi al kuffaar fi a’yaadihim).
Dalil Pertama, yaitu dalil umum yang
mengharamkan menyerupai kaum kafir
antara lain firman Allah SWT : Pokok
ْ ‫ٰٓي َا ُّي َها َّالذ ْي َن ٰا َم ُن ْوا َل َت ُق ْو ُل ْوا َراع َنا َو ُق ْو ُلوا ْان ُظ ْر َنا َو‬
ْ‫اس َم ُعوا‬ Bahasan #1
ِ َ َ َ َ ِْ ٰ ْ َ
‫و ِللك ِف ِرين عذاب ا ِل ْيم‬ HUKUM IKUT
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah MERAYAKAN
kamu katakan (kepada Muhammad) ‘Raa’ina’ NNATAL
tetapi katakanlah ‘Unzhurna’ dan ‘dengarlah’.
Dan bagi orang-orang kafir siksaan yang
pedih.” (QS Al Baqarah : 104).
Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan
berkata :
Pokok
“Allah SWT telah melarang orang-orang yang
Bahasan #1
beriman untuk menyerupai orang-orang kafir
dalam ucapan dan perbuatan mereka. Karena HUKUM IKUT
orang Yahudi menggumamkan kata MERAYAKAN
‘ru’uunah’ (bodoh sekali) sebagai ejekan NNATAL
kepada Rasulullah SAW seakan-akan mereka
mengucapkan ‘raa’ina’(perhatikanlah kami).”
(Lihat : Tafsir Ibnu Katsir, 1/149).
Ayat-ayat yang semakna ini banyak, yakni
yang mengharamkan muslim tasyabbuh bil
kuffar (menyerupai kaum kafir) dalam Pokok
perkataan dan perbuatan kaum kafir yang Bahasan #1
terkait dengan agama mereka, antara lain QS
HUKUM IKUT
Al Baqarah : 120, QS Al Baqarah : 145; QS Ali
MERAYAKAN
‘Imran : 156, QS Al Hasyr : 19; QS Al Jatsiyah : NNATAL
18-19; dll.
(Lihat : Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, 12/7; Wa`il
Zhawahiri Salamah, At Tasyabbuh Qawa’iduhu wa
Dhawabituhu, hlm. 4-7; Mazhahir At Tasyabbuh bil
Kuffar fi Al ‘Ashr Al Hadits, hlm. 28-34).
Dalil umum lainnya yang mengharamkan
tasyabbuh bil kuffar, sabda Rasulullah SAW,
Pokok
ْ‫َمنْ تَشَبَّ ْهَ ِبقَومْ فَ ُه َْو ِمن ُهم‬ Bahasan #1
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum,
maka ia termasuk golongan mereka.” (HR HUKUM IKUT
Ahmad, 5/20; Abu Dawud no 403). MERAYAKAN
NNATAL
Imam Ibnu Hajar Al Asqalani mengatakan
sanad hadits ini hasan. (Ibnu Hajar Al Asqalani,
Fathul Bari, 10/271).
Hadits tersebut telah mengharamkan umat
Islam menyerupai kaum kafir dalam hal-hal
yang menjadi ciri khas kekafiran mereka (fi Pokok
khasha`ishihim), seperti aqidah dan ibadah Bahasan #1
mereka, hari raya mereka, pakaian khas
HUKUM IKUT
mereka, cara hidup mereka, dll.
MERAYAKAN
(Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, 12/7; Ali bin NNATAL
Ibrahim ‘Ajjin, Mukhalafatul Kuffar fi As
Sunnah An Nabawiyyah, hlm. 22-23).
Selain dalil umum tersebut, terdapat dalil
kedua, yaitu dalil khusus yang mengharamkan
kaum muslimin menyerupai kaum kafir Pokok
merayakan hari raya kaum kafir (tasyabbuh bi Bahasan #1
al kuffaar fi a’yaadihim).
HUKUM IKUT
Merayakan hari raya agama lain haram MERAYAKAN
hukumnya karena perbuatan itu termasuk NNATAL
menghadiri atau mempersaksikan suatu
kebohongan/kebatilan, yang telah dilarang
oleh SWT dalam QS Al Furqan : 72.
Allah SWT berfirman :
ُّ َ ۡ ُ َ ۡ َ َ َ ۡ َّ َ
َ‫الز ۡور‬ ‫وال ِذين ل يشهدون‬
Pokok
“Dan (hamba-hamba Tuhan Yang Maha Bahasan #1
Penyayang itu ialah) orang-orang yang tidak
menghadiri suatu kebohongan…” (QS Al-Furqan HUKUM IKUT
[25] : 72). MERAYAKAN
NNATAL
Kalimat “laa yasyhaduuna az-zuur” dalam ayat itu
menurut Ibnu Taimiyah maknanya yang tepat
adalah “tidak menghadiri suatu kebohongan (az-
zuur)”, bukan “tidak memberikan kesaksian
palsu”.
Sedang kata “az-zuur” itu sendiri oleh
sebagian tabi’in seperti Mujahid, adh-
Dhahak, Rabi’ bin Anas, dan Ikrimah artinya Pokok
adalah hari-hari besar kaum musyrik atau Bahasan #1
kaum jahiliyah sebelum Islam. HUKUM IKUT
(Lihat : Imam Suyuthi, Al-Amru bi Al-Ittiba’ MERAYAKAN
wa An-Nahyu ’An Al-Ibtida` (terj.), hal. 91- NNATAL
95; M. Bin Ali Adh-Dhabi’i, Mukhtarat
Iqtidha` Shirathal Mustaqim (terj.), hal. 59-
60).
Jadi, ayat di atas adalah dalil haramnya
seorang muslim untuk merayakan hari-hari
raya agama lain, seperti hari Natal, Waisak, Pokok
Paskah, Imlek, dan sebagainya. Bahasan #1

Selain dalil dari Al Qur`an, juga ada dalil dari HUKUM IKUT
As Sunnah yang secara khusus MERAYAKAN
mengharamkan kaum muslimin menyerupai NNATAL
kaum kafir merayakan hari raya kaum kafir
(tasyabbuh bi al kuffaar fi a’yaadihim).
Dari Anas RA, dia berkata :
َ‫ون فيهما‬ َ ُ َ َْ َ َْ ْ ََُ ََ َ ْ َّ ُ ُ َ َ َ
‫ الم ِدينة ولهم يومان يلعب‬-‫وسلم‬ ‫صىل هللا عليه‬- ‫اّلل‬ ِ ‫َق َ ِدم رسول‬
ُ‫ال َ ِر ُس ِول‬
َ ‫ َف َق‬.‫ب فيه َما ف ْال َجاهل ِ َّية‬ ُ ‫ َق ُالوا ُك َّنا َن ْل َع‬.» ‫ال « َما َه َذان ْال َي ْو َمان‬
َ ‫فق‬
Pokok
َ ْ َ ‫َ اِ ِ َ ِ ْ ً ا ْ ُ َ ا‬ ْ ُ ِ َ َ ْ ِ َ ِ ْ َ َ َّ َّ ِ ِ َّ
‫ « ِإن اّلل قد أبدلكم ِب ِهم خ ْي ِمنهم يوم‬-‫هللا عليه وسلم‬ ‫صىل‬
ْ ْ َ ََْ َ ْ َ
- ‫اّلل‬
ِ Bahasan #1
» ‫األضح ويوم ال ِفط ِر‬
”Rasulullah SAW datang ke kota Madinah, sedang mereka HUKUM IKUT
(umat Islam) mempunyai dua hari yang mereka gunakan MERAYAKAN
untuk bermain-main. Rasulullah SAW bertanya,’Apakah NNATAL
dua hari ini?’ Mereka menjawab,’Dahulu kami bermain-
main pada dua hari itu pada masa Jahiliyyah.’ Rasulullah
SAW bersabda,’Sesungguhnya Allah telah mengganti dua
hari itu dengan yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul
Adha.” (HR Abu Dawud, no 1134).
Hadits ini dengan jelas telah melarang kaum
muslimin untuk merayakan hari raya kaum
kafir, karena Rasulullah SAW telah berkata Pokok
bahwa hari raya kaum kafir yang biasa Bahasan #1
dirayakan juga oleh kaum muslimin waktu itu,
HUKUM IKUT
telah digantikan dengan hari raya yang diakui
MERAYAKAN
dalam Islam, yaitu Iedul Fitri dan Iedul Adha. NNATAL
(Lihat : Ali bin Ibrahim ‘Ajjin, Mukhalafatul
Kuffar fi As Sunnah An Nabawiyyah, hlm. 173).
Berdasarkan dalil-dalil di atas, haram
hukumnya seorang muslim ikut merayakan
Pokok
Hari Natal, baik dengan mengikuti ritual
Bahasan #1
agama Kristen seperti mengikuti peribadatan
dalam rangka Natal di Gereja, maupun tidak HUKUM IKUT
ikut mengikuti ritual agama Kristen, seperti MERAYAKAN
NNATAL
ikut mengucapkan selamat Natal kepada kaum
Nasrani, membantu menata atau memasang
pohon Natal, membantu memasang lampu
untuk Natal, dan sebagainya.
Mengucapkan selamat Natal disertai dengan
pengakuan, keridhoan, dan penghormatan
Pokok
akan ajaran agama Kristen (seperti ajaran
Bahasan #1
bahwa Nabi AS adalah tuhan), hukumnya
haram dan pelakunya dikafirkan (murtad). HUKUM IKUT
Mengucapkan selamat Natal namun tidak MERAYAKAN
NNATAL
disertai dengan pengakuan, keridhoan, dan
penghormatan akan ajaran agama Kristen,
hukumnya haram namun pelakunya tidak
dikafirkan (murtad).
‫‪Imam Ibnul Qayyim berkata :‬‬
‫‪Pokok‬‬
‫أما التهنئة بشعائر الكفر المختصة به فحرام باالتفاق‬ ‫‪Bahasan #1‬‬
‫‪ ،‬مثل أن يهنئهم بأعيادهم وصومهم ‪ ،‬فيقول‪ :‬عيد‬
‫ْ‬ ‫‪HUKUM IKUT‬‬
‫مبارك عليك ‪ ،‬أو تهنأ بهذا العيد ونحوه ‪ ،‬فهذا إن‬ ‫‪MERAYAKAN‬‬
‫سلم قائله من الكفر فهو من المحرمات وهو بميلة‬ ‫‪NNATAL‬‬
‫أن يهنئه بسجوده للصليب‪)...‬أحكام أهل الذمة‪ ،‬ج ‪1‬‬
‫ص ‪(162‬‬
Imam Ibnul Qayyim berkata :
Adapun memberi ucapan selamat yang terkait syiar- syiar-
syiar kekufuran yang menjadi ciri khas kaum kafir, Pokok
hukumnya haram menurut kesepakatan ulama, misalnya Bahasan #1
memberi selamat atas hari raya atau puasa mereka,
misalnya dengan berkata,”Semoga Hari Raya Anda HUKUM IKUT
diberkahi.” atau memberi ucapan selamat dengan kalimat MERAYAKAN
semisalnya, maka walaupun yang mengucapkan itu NNATAL
selamat dari kekufuran, tetapi perbuatan itu termasuk hal-
hal yang diharamnkan, seperti halnya orang yang
memberi selamat kepada orang Nasrani karena sujud
mereka kepada Salib…” (Ahkamu Ahli Al Dzimmah, Juz I,
hlm. 162).
HUKUM BERJUAL BELI DENGAN
DISKON DALAM RANGKA
NATAL
Hukumnya boleh dan tidak mengapa seorang
muslim menggunakan diskon dalam berjual beli
pada saat hari Natal, selama memenuhi 2 (dua)
syarat sekaligus sebagai berikut : Pokok
Bahasan #2
Pertama, barang yang dibeli oleh muslim tersebut
bukan termasuk barang-barang khusus yang HUKUM
digunakan untuk tasyabbuh bil kuffaar DISKON
(menyerupai kaum kafir), seperti pohon Natal, NATAL
dsb
Kedua, penjual atau toko yang memberi diskon
tersebut tidak menggunakan keuntungan yang
diperolehnya untuk merayakan hari Natal.
Mengenai syarat pertama, sudah diketahui bahwa
tasyabbuh bil kuffaar (menyerupai kaum kafir)
hukumnya haram sesuai sabda Nabi
SAW,”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, Pokok
Bahasan #2
maka dia termasuk ke dalam golongan mereka.”
(Arab : man tasyabbha bi qaumin fahuwa HUKUM
minhum). (HR Abu Dawud). Maka berjual beli DISKON
barang-barang khusus untuk tasyabbuh bil kuffaar NATAL
hukumnya haram. Misalnya kalung salib, pohon
Natal, topi Sinterklas, lampu-lampu penghias
pohon Natal, dan yang semisalnya.
Jika jual beli barang untuk tasyabbuh bil kuffaar
haram, haram pula hukumnya seorang muslim
memanfaatkan diskon ketika membeli barang-
barang tersebut. Hal itu dikarenakan diskon adalah Pokok
persoalan cabang yang muncul dari persoalan pokok Bahasan #2
(jual beli). Maka diskon sebagai persoalan cabang
HUKUM
hukumnya haram jika persoalan pokoknya, yaitu DISKON
jual belinya itu sendiri hukumnya haram. Kaidah NATAL
fiqih menyebutkan : idza saqatha al ashlu saqatha
al far’u (jika persoalan pokok telah gugur, maka
gugur pula persoalan cabangnya). (M. Shidqi Al Burnu,
Mausuu’ah Al Qawaa’id Al Fiqhiyah, Juz I, hlm. 271).
Mengenai syarat kedua, yaitu penjual/toko tidak
menggunakan keuntungan yang diperolehnya untuk
turut merayakan hari raya non muslim yang ada,
dasarnya kaidah fiqih yang berbunyi : kullu bai’in Pokok
a’aana ‘ala ma’shiyatin haraam (setiap-tiap jual beli Bahasan #2
yang mendukung terjadinya suatu kemaksiatan,
hukumnya haram). (Imam Syaukani, Nailul Authar, HUKUM
hlm. 1035). DISKON
NATAL
Juga didasarkan pada kaidah fiqih : al wasiilah ilal
haraami muharramah (segala sesuatu perantaraan
menuju yang haram, hukumnya haram pula).
(Taqiyuddin An Nabhani, Al Syakhshiyyah Al Islamiyyah, Juz III,
hlm. 480; M. Shidqi Al Burnu, Mausuu’ah Al Qawaa’id Al Fiqhiyah,
Juz XII, hlm. 199).
Maka dari itu, jika penjualnya diketahui dengan
dugaan kuat (ghalabutzh zhann) akan
menggunakan keuntungan jual beli tersebut
untuk turut merayakan hari raya non muslim, Pokok
Bahasan #2
ataupun akan menggunakan keuntungannya
untuk mendukung suatu dosa atau maksiat secara HUKUM
umum, misalnya mendukung LGBT, atau DISKON
mendukung Kristenisasi, atau mendukung NATAL
Zionisme dan Israel, haram hukumnya seorang
muslim menggunakan diskon dalam berjual beli
pada saat hari Natal atau hari-hari raya non
muslim yang lainnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, boleh hukumnya
membeli baju koko dan busana muslim dengan
menggunakan diskon Natal asalkan kita merasa
aman bahwa penjualnya tidak menggunakan Pokok
Bahasan #2
keuntungan bisnisnya untuk merayakan Natal
atau untuk mendukung suatu dosa/kemaksiatan. HUKUM
Wallahu a’lam. DISKON
NATAL
‫وهللا أعلم بالصواب‬
www.fissilmi-kaffah.com

Anda mungkin juga menyukai