Anda di halaman 1dari 26

HUKUM SYARA’ BAGI MUSLIM

SEPUTAR HARI NATAL


KH. M. SHIDDIQ AL-JAWI, SSi, MSI
Kajian Ngaji Shubuh 24 Desember 2020
Pokok Bahasan
HUKUM IKUT MERAYAKAN NATAL

HUKUM MENGUCAPKAN SELAMAT


NATAL
HUKUM IKUT MERAYAKAN
HARI NATAL
Haram hukumnya seorang muslim ikut
merayakan Hari Natal, baik dengan mengikuti
ritual agamanya maupun tidak, termasuk Pokok
Bahasan #1
misalnya :
(1) ikut mengucapkan selamat Natal kepada HUKUM IKUT
kaum Nasrani, MERAYAKAN
NATAL
(2) membantu perayaan Hari Natal (misalnya
ikut memasang pohon Natal, memasang
lampu-lampu dalam rangka Natal, dsb).
(3) Memasak untuk perayaan Hari Natal, dsb
Dalil keharamannya ada 2 (dua);
Pertama, dalil umum yang Pokok
mengharamkan kaum muslimin Bahasan #1
menyerupai kaum kafir (tasyabbuh bi al
kuffaar). HUKUM IKUT
MERAYAKAN
Kedua, dalil khusus yang mengharamkan NATAL
kaum muslimin menyerupai kaum kafir
merayakan hari raya kaum kafir
(tasyabbuh bi al kuffaar fi a’yaadihim).
Dalil Pertama, yaitu dalil umum yang
mengharamkan menyerupai kaum kafir
antara lain firman Allah SWT : Pokok
ْ ‫ل َت ُق َْو ُل ْوَا َراع َنَا َو ُق ْو ُلوَا ْان ُظ ْرََنَا َو‬
ْ‫اس َم ُعوَا‬ َ ْ ُ َ ٰ َ ْ َّ َ ُّ َ ٰٓ Bahasan #1
ِ َ ‫ن َ امنو ََا‬
َ ‫ياي ْه ٰا ال ِذي‬
َ َ ْ
َ ‫َو ِللك ِف ِري‬
َ‫ن عذابَ ا ِل ْيم‬ HUKUM IKUT
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah MERAYAKAN
kamu katakan (kepada Muhammad) ‘Raa’ina’ NATAL
tetapi katakanlah ‘Unzhurna’ dan ‘dengarlah’.
Dan bagi orang-orang kafir siksaan yang
pedih.” (QS Al Baqarah : 104).
Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan
berkata :
Pokok
“Allah SWT telah melarang orang-orang yang
Bahasan #1
beriman untuk menyerupai orang-orang kafir
dalam ucapan dan perbuatan mereka. Karena HUKUM IKUT
orang Yahudi menggumamkan kata MERAYAKAN
‘ru’uunah’ (bodoh sekali) sebagai ejekan NATAL
kepada Rasulullah SAW seakan-akan mereka
mengucapkan ‘raa’ina’(perhatikanlah kami).”
(Lihat : Tafsir Ibnu Katsir, 1/149).
Ayat-ayat yang semakna ini banyak, yakni
yang mengharamkan muslim tasyabbuh bil
kuffar (menyerupai kaum kafir) dalam Pokok
perkataan dan perbuatan kaum kafir yang Bahasan #1
terkait dengan agama mereka, antara lain QS
HUKUM IKUT
Al Baqarah : 120, QS Al Baqarah : 145; QS Ali
MERAYAKAN
‘Imran : 156, QS Al Hasyr : 19; QS Al Jatsiyah : NATAL
18-19; dll.
(Lihat : Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, 12/7; Wa`il
Zhawahiri Salamah, At Tasyabbuh Qawa’iduhu wa
Dhawabituhu, hlm. 4-7; Mazhahir At Tasyabbuh bil
Kuffar fi Al ‘Ashr Al Hadits, hlm. 28-34).
Dalil umum lainnya yang mengharamkan
tasyabbuh bil kuffar, sabda Rasulullah SAW,
Pokok
ْ‫شبَّ ْهَ بِقَومْ فَ ُه َْو ِمن ُهم‬
َ َ ‫َمنْ ت‬ Bahasan #1
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum,
maka ia termasuk golongan mereka.” (HR HUKUM IKUT
Ahmad, 5/20; Abu Dawud no 403). MERAYAKAN
NATAL
Imam Ibnu Hajar Al Asqalani mengatakan
sanad hadits ini hasan. (Ibnu Hajar Al Asqalani,
Fathul Bari, 10/271).
Hadits tersebut telah mengharamkan umat
Islam menyerupai kaum kafir dalam hal-hal
yang menjadi ciri khas kekafiran mereka (fi Pokok
khasha`ishihim), seperti aqidah dan ibadah Bahasan #1
mereka, hari raya mereka, pakaian khas
HUKUM IKUT
mereka, cara hidup mereka, dll.
MERAYAKAN
(Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, 12/7; Ali bin NATAL
Ibrahim ‘Ajjin, Mukhalafatul Kuffar fi As
Sunnah An Nabawiyyah, hlm. 22-23).
Selain dalil umum tersebut, terdapat dalil
kedua, yaitu dalil khusus yang mengharamkan
kaum muslimin menyerupai kaum kafir Pokok
merayakan hari raya kaum kafir (tasyabbuh bi Bahasan #1
al kuffaar fi a’yaadihim).
HUKUM IKUT
Merayakan hari raya agama lain haram MERAYAKAN
hukumnya karena perbuatan itu termasuk NATAL
menghadiri atau mempersaksikan suatu
kebohongan/kebatilan, yang telah dilarang
oleh SWT dalam QS Al Furqan : 72.
Allah SWT berfirman :
ُّ َ ۡ ُ َ ۡ َ َ َ ۡ َّ َ
َ‫الز ۡو َر‬ َ ‫ل يشهدو‬
‫ن‬ َ ‫ن‬َ ‫وال ِذي‬
Pokok
“Dan (hamba-hamba Tuhan Yang Maha Bahasan #1
Penyayang itu ialah) orang-orang yang tidak
menghadiri suatu kebohongan…” (QS Al-Furqan HUKUM IKUT
[25] : 72). MERAYAKAN
NATAL
Kalimat “laa yasyhaduuna az-zuur” dalam ayat itu
menurut Ibnu Taimiyah maknanya yang tepat
adalah “tidak menghadiri suatu kebohongan (az-
zuur)”, bukan “tidak memberikan kesaksian
palsu”.
Sedang kata “az-zuur” itu sendiri oleh
sebagian tabi’in seperti Mujahid, adh-
Dhahak, Rabi’ bin Anas, dan Ikrimah artinya Pokok
adalah hari-hari besar kaum musyrik atau Bahasan #1
kaum jahiliyah sebelum Islam. HUKUM IKUT
(Lihat : Imam Suyuthi, Al-Amru bi Al-Ittiba’ MERAYAKAN
wa An-Nahyu ’An Al-Ibtida` (terj.), hal. 91- NATAL
95; M. Bin Ali Adh-Dhabi’i, Mukhtarat
Iqtidha` Shirathal Mustaqim (terj.), hal. 59-
60).
Jadi, ayat di atas adalah dalil haramnya
seorang muslim untuk merayakan hari-hari
raya agama lain, seperti hari Natal, Waisak, Pokok
Paskah, Imlek, dan sebagainya. Bahasan #1

Selain dalil dari Al Qur`an, juga ada dalil dari HUKUM IKUT
As Sunnah yang secara khusus MERAYAKAN
mengharamkan kaum muslimin menyerupai NATAL
kaum kafir merayakan hari raya kaum kafir
(tasyabbuh bi al kuffaar fi a’yaadihim).
Dari Anas RA, dia berkata :
َ‫ون فيهمَا‬ َ ُ َ َْ َ ْ َ ْ ََُ َ َ َ ْ َّ ُ ُ َ َ َ
ِ ِ َ ‫ان يل َع ََب‬َ ِ ‫م يوم‬ َْ ‫ين َة وله‬ َ ‫ الم ِد‬-‫وسلم‬
ْ َ َّ ُ ‫عليه‬
ُ َ ‫ ْصىل هللا‬- ‫اّلل‬ َِ َ َ ‫ول‬
َ ‫َق َ ِد َم رس‬
ُ َ َ ُ َ َ َ « ‫ال‬
َُ ‫ال رس‬
‫ول‬ ََ ْ ‫ فق‬.‫اه ِل َّ َي َِة‬
ِ ‫ج‬ ‫ال‬ َ
‫ف‬ ِ ‫ا‬
َ ‫م‬َ ‫ب فيه‬
ِ َ ِ َ َ
‫ع‬
َ ْ ْ َ َ َّ َّ ‫ل‬ ‫ن‬ ‫ا‬
َ‫ن‬ ‫ك‬ ‫ا‬
َ‫و‬ ‫ال‬‫ق‬ . » َ
‫ان‬ِ ‫م‬ ‫و‬ْ ‫ان ال َي‬
َ ِ ‫ذ‬ ‫ه‬ ‫ا‬َ‫م‬ ََ ‫فق‬
َّ Pokok
َ‫م به َمَا خ ْ ًيَا من ُه ََمَا َي ْو َم‬ َْ ‫د َل ُك‬
ْ ْ َ ْ َ َ َ ْ ِ َ Bahasan #1
ِ ْ ِِ َ ‫اّلل ق َد أب‬ َ ‫ن‬ َ ‫ « ِإ‬-‫هللا عليه وسلم‬ ‫صىل‬- ‫اّلل‬َ
» ‫ح ويو َم ال ِفط َِر‬ َ ‫األض‬
”Rasulullah SAW datang ke kota Madinah, sedang mereka HUKUM IKUT
(umat Islam) mempunyai dua hari yang mereka gunakan MERAYAKAN
untuk bermain-main. Rasulullah SAW bertanya,’Apakah NATAL
dua hari ini?’ Mereka menjawab,’Dahulu kami bermain-
main pada dua hari itu pada masa Jahiliyyah.’ Rasulullah
SAW bersabda,’Sesungguhnya Allah telah mengganti dua
hari itu dengan yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul
Adha.” (HR Abu Dawud, no 1134).
Hadits ini dengan jelas telah melarang kaum
muslimin untuk merayakan hari raya kaum
kafir, karena Rasulullah SAW telah berkata Pokok
bahwa hari raya kaum kafir yang biasa Bahasan #1
dirayakan juga oleh kaum muslimin waktu itu,
HUKUM IKUT
telah digantikan dengan hari raya yang diakui
MERAYAKAN
dalam Islam, yaitu Iedul Fitri dan Iedul Adha. NATAL
(Lihat : Ali bin Ibrahim ‘Ajjin, Mukhalafatul
Kuffar fi As Sunnah An Nabawiyyah, hlm. 173).
Berdasarkan dalil-dalil di atas, haram
hukumnya seorang muslim ikut merayakan
Pokok
Hari Natal, baik dengan mengikuti ritual
Bahasan #1
agama Kristen seperti mengikuti peribadatan
dalam rangka Natal di Gereja, maupun tidak HUKUM IKUT
ikut mengikuti ritual agama Kristen, seperti MERAYAKAN
NATAL
ikut mengucapkan selamat Natal kepada kaum
Nasrani, membantu menata atau memasang
pohon Natal, membantu memasang lampu
untuk Natal, dan sebagainya.
HUKUM
MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL
Mengucapkan selamat Natal disertai dengan
pengakuan, keridhoan, dan penghormatan
Pokok
akan ajaran agama Kristen (seperti ajaran
Bahasan #2
bahwa Nabi AS adalah tuhan), hukumnya
haram dan pelakunya dikafirkan (murtad). HUKUM
Mengucapkan selamat Natal namun tidak SELAMAT
NATAL
disertai dengan pengakuan, keridhoan, dan
penghormatan akan ajaran agama Kristen,
hukumnya haram namun pelakunya tidak
dikafirkan (murtad).
‫‪Imam Ibnul Qayyim berkata :‬‬
‫‪Pokok‬‬
‫فحرام بالتفاق‬
‫أما التهنئة بشعائ َر الكف َر المختصة به َ‬ ‫‪Bahasan #2‬‬
‫‪ ،‬مثل أن يهنئهم بأعيادهم وصومهم ‪ ،‬فيقول‪ :‬عي َد‬
‫ْ‬ ‫‪HUKUM‬‬
‫مبارك عليك ‪ ،‬أ َو تهنَأ بهذَا العي َد ونحوه ‪ ،‬فهذَا إن‬ ‫‪SELAMAT‬‬
‫سلم قائله من الكف َر فه َو من المحرمات وه َو بميلة‬ ‫‪NATAL‬‬
‫أن يهنئه بسجوده للصليب‪)...‬أحكام أهل الذمة‪ ،‬ج ‪1‬‬
‫ص ‪(162‬‬
Imam Ibnul Qayyim berkata :
Adapun memberi ucapan selamat yang terkait syiar- syiar-
syiar kekufuran yang menjadi ciri khas kaum kafir, Pokok
hukumnya haram menurut kesepakatan ulama, misalnya Bahasan #2
memberi selamat atas hari raya atau puasa mereka,
misalnya dengan berkata,”Semoga Hari Raya Anda HUKUM
diberkahi.” atau memberi ucapan selamat dengan kalimat SELAMAT
semisalnya, maka walaupun yang mengucapkan itu NATAL
selamat dari kekufuran, tetapi perbuatan itu termasuk hal-
hal yang diharamnkan, seperti halnya orang yang
memberi selamat kepada orang Nasrani karena sujud
mereka kepada Salib…” (Ibnul Qayyim, Ahkamu Ahli Al
Dzimmah, Juz I, hlm. 162).
Sebagian ulama (seperti Syekh Yusuf Al Qaradhawi)
membolehkan mengucapkan selamat Natal dengan
dalil QS Al Mumtahanah ayat 8, yang membolehkan Pokok
berbuat baik (al birr) secara umum kepada non Bahasan #1
muslim yang bersikap baik kepada muslim (al
musaalimin), bukan kepada non muslim yang HUKUM
SELAMAT
memerangi muslim (muhaaribin).
NATAL
Bantahan : Kebaikan (al birr) dalam ayat tersebut
memang bermakna umum, namun telah terdapat
dalil yang mengecualikan (takhshish) yaitu tasyabbuh
bil kuffar, seperti mengucapkan selamat Natal.
Kaidah ushuliyah menyebutkan :
‫العام يبقَ عىل عمومه مَا لم ير َد دليل التخصيص‬
“Dalil umum tetap berlaku dalam keumumannya, Pokok
selama tidak terdapat dalil yang mengecualikan Bahasan #2
(takhshish).”
Jadi berbuat baik (al birr) kepda non muslim yang HUKUM
SELAMAT
musaalimin (bukan muhaaribin) memang
NATAL
disyariatkan seperti memberi hadiah, mengucapkan
selamat untuk urusan dunia (kelahiran anak, dsb),
tapi jika termasuk tasyabbuh bil kuffar, seperti
mengucapkana selamat Natal, hukumnya haram.
Sebagian ulama ada yang membolehkan
mengucapkan selamat Natal berdalil QS Maryam
ayat 33, bahwa Nabi Isa AS berdoa untuk Pokok
keselamatan dirinya pada hari lahirnya (wassalaamu Bahasan #2
‘alayya yauma wulidtu)…”
Bantahan : HUKUM
SELAMAT
Pertama, ayat tersebut terkait dengan doa Nabi Isa
NATAL
AS kepada Allah SWT, yang meminta keselamatan
kepada Allah pada hari lahirnya.
Jadi konteks ayat tersebut adalah hubungan manusia
dengan Allah, bukan hubungan manusia dengan sesama
manusia, seperti mengucapkan selamat Natal.
Kedua, kalaupun dari ayat tersebut mau
diamalkan oleh muslim, maka caaranya adalah
dengan mendoakan keselamatan kepada Nabi Pokok
Bahasan #2
Isa AS, bukan dengan cara mengucapkan selamat
Natal kepada orang Nasrani. HUKUM
Ketiga, hari lahirnya Nabi Isa AS sendiri adalah SELAMAT
perkara yang tidak diketahui dengan pasti, NATAL
apakah tanggal 25 Desember, ataukah tanggal
yang lain.
Wallahu a’lam.
‫واهلل أعلم بالصواب‬
www.fissilmi-kaffah.com

Anda mungkin juga menyukai