HUKUM SYARA' BAGI MUSLIM SEPUTAR HARI NATAL Edit 24 Des 2020
HUKUM SYARA' BAGI MUSLIM SEPUTAR HARI NATAL Edit 24 Des 2020
Selain dalil dari Al Qur`an, juga ada dalil dari HUKUM IKUT
As Sunnah yang secara khusus MERAYAKAN
mengharamkan kaum muslimin menyerupai NATAL
kaum kafir merayakan hari raya kaum kafir
(tasyabbuh bi al kuffaar fi a’yaadihim).
Dari Anas RA, dia berkata :
َون فيهمَا َ ُ َ َْ َ ْ َ ْ ََُ َ َ َ ْ َّ ُ ُ َ َ َ
ِ ِ َ ان يل َع ََبَ ِ م يوم َْ ين َة وله َ الم ِد-وسلم
ْ َ َّ ُ عليه
ُ َ ْصىل هللا- اّلل َِ َ َ ول
َ َق َ ِد َم رس
ُ َ َ ُ َ َ َ « ال
َُ ال رس
ول ََ ْ فق.اه ِل َّ َي َِة
ِ ج ال َ
ف ِ ا
َ مَ ب فيه
ِ َ ِ َ َ
ع
َ ْ ْ َ َ َّ َّ ل ن ا
َن ك ا
َو الق . » َ
انِ م وْ ان ال َي
َ ِ ذ ه اَم ََ فق
َّ Pokok
َم به َمَا خ ْ ًيَا من ُه ََمَا َي ْو َم َْ د َل ُك
ْ ْ َ ْ َ َ َ ْ ِ َ Bahasan #1
ِ ْ ِِ َ اّلل ق َد أب َ ن َ « ِإ-هللا عليه وسلم صىل- اّللَ
» ح ويو َم ال ِفط َِر َ األض
”Rasulullah SAW datang ke kota Madinah, sedang mereka HUKUM IKUT
(umat Islam) mempunyai dua hari yang mereka gunakan MERAYAKAN
untuk bermain-main. Rasulullah SAW bertanya,’Apakah NATAL
dua hari ini?’ Mereka menjawab,’Dahulu kami bermain-
main pada dua hari itu pada masa Jahiliyyah.’ Rasulullah
SAW bersabda,’Sesungguhnya Allah telah mengganti dua
hari itu dengan yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul
Adha.” (HR Abu Dawud, no 1134).
Hadits ini dengan jelas telah melarang kaum
muslimin untuk merayakan hari raya kaum
kafir, karena Rasulullah SAW telah berkata Pokok
bahwa hari raya kaum kafir yang biasa Bahasan #1
dirayakan juga oleh kaum muslimin waktu itu,
HUKUM IKUT
telah digantikan dengan hari raya yang diakui
MERAYAKAN
dalam Islam, yaitu Iedul Fitri dan Iedul Adha. NATAL
(Lihat : Ali bin Ibrahim ‘Ajjin, Mukhalafatul
Kuffar fi As Sunnah An Nabawiyyah, hlm. 173).
Berdasarkan dalil-dalil di atas, haram
hukumnya seorang muslim ikut merayakan
Pokok
Hari Natal, baik dengan mengikuti ritual
Bahasan #1
agama Kristen seperti mengikuti peribadatan
dalam rangka Natal di Gereja, maupun tidak HUKUM IKUT
ikut mengikuti ritual agama Kristen, seperti MERAYAKAN
NATAL
ikut mengucapkan selamat Natal kepada kaum
Nasrani, membantu menata atau memasang
pohon Natal, membantu memasang lampu
untuk Natal, dan sebagainya.
HUKUM
MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL
Mengucapkan selamat Natal disertai dengan
pengakuan, keridhoan, dan penghormatan
Pokok
akan ajaran agama Kristen (seperti ajaran
Bahasan #2
bahwa Nabi AS adalah tuhan), hukumnya
haram dan pelakunya dikafirkan (murtad). HUKUM
Mengucapkan selamat Natal namun tidak SELAMAT
NATAL
disertai dengan pengakuan, keridhoan, dan
penghormatan akan ajaran agama Kristen,
hukumnya haram namun pelakunya tidak
dikafirkan (murtad).
Imam Ibnul Qayyim berkata :
Pokok
فحرام بالتفاق
أما التهنئة بشعائ َر الكف َر المختصة به َ Bahasan #2
،مثل أن يهنئهم بأعيادهم وصومهم ،فيقول :عي َد
ْ HUKUM
مبارك عليك ،أ َو تهنَأ بهذَا العي َد ونحوه ،فهذَا إن SELAMAT
سلم قائله من الكف َر فه َو من المحرمات وه َو بميلة NATAL
أن يهنئه بسجوده للصليب)...أحكام أهل الذمة ،ج 1
ص (162
Imam Ibnul Qayyim berkata :
Adapun memberi ucapan selamat yang terkait syiar- syiar-
syiar kekufuran yang menjadi ciri khas kaum kafir, Pokok
hukumnya haram menurut kesepakatan ulama, misalnya Bahasan #2
memberi selamat atas hari raya atau puasa mereka,
misalnya dengan berkata,”Semoga Hari Raya Anda HUKUM
diberkahi.” atau memberi ucapan selamat dengan kalimat SELAMAT
semisalnya, maka walaupun yang mengucapkan itu NATAL
selamat dari kekufuran, tetapi perbuatan itu termasuk hal-
hal yang diharamnkan, seperti halnya orang yang
memberi selamat kepada orang Nasrani karena sujud
mereka kepada Salib…” (Ibnul Qayyim, Ahkamu Ahli Al
Dzimmah, Juz I, hlm. 162).
Sebagian ulama (seperti Syekh Yusuf Al Qaradhawi)
membolehkan mengucapkan selamat Natal dengan
dalil QS Al Mumtahanah ayat 8, yang membolehkan Pokok
berbuat baik (al birr) secara umum kepada non Bahasan #1
muslim yang bersikap baik kepada muslim (al
musaalimin), bukan kepada non muslim yang HUKUM
SELAMAT
memerangi muslim (muhaaribin).
NATAL
Bantahan : Kebaikan (al birr) dalam ayat tersebut
memang bermakna umum, namun telah terdapat
dalil yang mengecualikan (takhshish) yaitu tasyabbuh
bil kuffar, seperti mengucapkan selamat Natal.
Kaidah ushuliyah menyebutkan :
العام يبقَ عىل عمومه مَا لم ير َد دليل التخصيص
“Dalil umum tetap berlaku dalam keumumannya, Pokok
selama tidak terdapat dalil yang mengecualikan Bahasan #2
(takhshish).”
Jadi berbuat baik (al birr) kepda non muslim yang HUKUM
SELAMAT
musaalimin (bukan muhaaribin) memang
NATAL
disyariatkan seperti memberi hadiah, mengucapkan
selamat untuk urusan dunia (kelahiran anak, dsb),
tapi jika termasuk tasyabbuh bil kuffar, seperti
mengucapkana selamat Natal, hukumnya haram.
Sebagian ulama ada yang membolehkan
mengucapkan selamat Natal berdalil QS Maryam
ayat 33, bahwa Nabi Isa AS berdoa untuk Pokok
keselamatan dirinya pada hari lahirnya (wassalaamu Bahasan #2
‘alayya yauma wulidtu)…”
Bantahan : HUKUM
SELAMAT
Pertama, ayat tersebut terkait dengan doa Nabi Isa
NATAL
AS kepada Allah SWT, yang meminta keselamatan
kepada Allah pada hari lahirnya.
Jadi konteks ayat tersebut adalah hubungan manusia
dengan Allah, bukan hubungan manusia dengan sesama
manusia, seperti mengucapkan selamat Natal.
Kedua, kalaupun dari ayat tersebut mau
diamalkan oleh muslim, maka caaranya adalah
dengan mendoakan keselamatan kepada Nabi Pokok
Bahasan #2
Isa AS, bukan dengan cara mengucapkan selamat
Natal kepada orang Nasrani. HUKUM
Ketiga, hari lahirnya Nabi Isa AS sendiri adalah SELAMAT
perkara yang tidak diketahui dengan pasti, NATAL
apakah tanggal 25 Desember, ataukah tanggal
yang lain.
Wallahu a’lam.
واهلل أعلم بالصواب
www.fissilmi-kaffah.com