Anda di halaman 1dari 11

PEMASUNGAN DARI

SUDUT PANDANG HAM


SANDRAYATI MONIAGA
ZSABRINA MARCHSYA AYUNDA

KOMNAS HAM – RI
BEKASI, 28 APRIL 2021
PEMASUNGAN

Permenkes No. 54/2017 tentang Penanggulangan Pemasungan Pada Orang


Dengan Gangguan Jiwa: Segala bentuk pembatasan gerak ODGJ oleh
keluarga atau masyarakat yang mengakibatkan hilangnya kebebasan ODGJ,
termasuk hilangnya hak atas pelayanan kesehatan untuk membantu pemulihan.
Perda Prov. Jawa Barat No. 5/2018 tentang Penyelenggaraan Kesehatan
Jiwa: Suatu tindakan berupa pengikatan dan/atau pengekangan
mekanis/fisik lainnya dan/atau penelantaran dan/atau pengisolasian
sehingga merampas kebebasan dan hak asasi seseorang, terutama hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
LATAR BELAKANG PEMASUNGAN
TERBATASNYA AKSES KETIDAKTAHUAN
LAYANAN KESEHATAN
JIWA
PERSEPSI NEGATIF
Orang Dengan
KUALITAS DAN SISTEM
LAYANAN KESEHATAN YANG
Gangguan Jiwa STIGMA
BURUK (ODGJ)
/
PENGABAIAN
KESENJANGAN Penyandang
PENGOBATAN Disabilitas
Mental (PDM) PHYSICAL CONFINEMENT DAN PHYSICAL RESTRAINT
ATAU PASUNG DIANGGAP SEBAGAI SOLUSI TERBAIK PDM

EKONOMI
KELUARGA TIDAK
MAMPU MERAWAT
Sumber: Komnas HAM RI, 2018 dan Kemenkes RI, 2021.

3
PENGERTIAN DAN HAK ODGJ
ODGJ: orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan
yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/ atau perubahan
perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan
dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.

Hak ODGJ:
a. mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa di fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah
dijangkau;
b. mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sesuai standar pelayanan kesehatan jiwa;
c. mendapatkan jaminan atas ketersediaan obat psikofarmaka sesuai dengan kebutuhannya;
d. memberikan persetujuan atas tindakan medis yang dilakukan terhadapnya;
e. mendapatkan informasi yang jujur dan lengkap tentang data kesehatan jiwanya termasuk
tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga
kesehatan dengan kompetensi di bidang Kesehatan Jiwa;
f. mendapatkan kebutuhan sosial sesuai dengan tingkat gangguan jiwa;
g. mengelola sendiri harta benda miliknya dan/atau yang diserahkan kepadanya.

Sumber: Standar Norma dan Pengaturan tentang Hak atas Kesehatan, Komnas HAM RI, 2021.
4
PENYANDANG DISABILITAS MENTAL

• Hentikan praktik-praktik kekerasan dan tindakan yang tidak manusiawi yang banyak
dialami oleh PDM di manapun mereka berada, khususnya di panti-panti rehabilitasi sosial
dan atau tempat-tempat lain yang serupa dengan itu. Telah diselenggarakan serangkaian
kegiatan berupa:

• 1.Observasi lapangan mengenai aktivitas panti-panti rehabilitasi sosial.

• 2.Workshop upaya menghentikan perlakuan tidak manusiawi dan merendahkan


martabat di panti-panti rehabilitasi sosial.
Meskipun Indonesia sudah mentargetkan bebas pasung tahun 2019,
kenyataannya praktik tersebut masih ada bahkan diketahui oleh pemerintah
yang memberikan surat ijin penyelenggaraan terhadap panti-panti tersebut.”.
Ketidakseriusan Pemerintah membangun mekanisme dan sistem pelayanan
kesehatan jiwa yang memadai dan mudah diakses menyebabkan PDM terlepas
dari pasung untuk sementara waktu dan akhirnya dipasung kembali di
kemudian hari karena tidak adanya sistem dan mekanisme layanan kesehatan
jiwa yang mudah diakses dan memadai.

(Sumber: Buku HAM Penyandang Disabilitas Mental di Panti Rehabilitasi Sosial,


Komnas HAM, 2018)
PEMASUNGAN TIDAK SESUAI HAM
Pemasungan jelas merupakan sebuah tindakan yang tidak manusiawi dan merendahkan martabat
manusia dan sangat bertentangan dengan nilai dan prinsip HAM
• Pasal 28G ayat (2) UUD 1945: Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau
perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik
dari negara lain.
• Pasal 28G ayat (2) UUD 1945 dan Pasal 4 UU No. 39/1999: : …, hak untuk tidak disiksa, ..
adalah HAM yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
• Pasal 15 Konvensi tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas (CRPD): Menentang segala bentuk
penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi dan merendahkan martabat
• UU No.5/1998: Ratifikasi Konvensi Anti Penyiksaan (CAT
• Pasal 6 huruf d UU No. 8/2016 ttg Penyandang Disabilitas
• Pasal 86 huruf d UU No. 18/2014 ttg Kesehatan Jiwa
OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION AGAINST TORTURE (OPCAT)
• Fenomena pemasungan dan disabilitas mental menjadi concern Kerjasama untuk Pencegahan
Penyiksaan (KuPP – Program Kerjasama Komnas HAM, Komnas Perempuan, KPAI, Ombudsman RI
dan LPSK)
• 3 Elemen Strategi untuk pencegahan penyiksaan mensyaratkan pendekatan terintegrasi:
• (i) adanya kerangka hukum untuk melarang penyiksaan; (ii) pelaksanaan yang efektif atas kerangka hukum
tersebut; dan (iii) mekanisme untuk memantau kerangka hukum dan pelaksanaannya.

• OpCAT memberikan standar tentang upaya pencegahan terjadinya penyiksaan dan perlakuan
yang tidak manusiawi lainnya di tempat-tempat orang yang dicabut kemerdekaannya.
• OpCAT memberikan mekanisme pemantauan dan pencegahan terjadinya penyiksaan.
• OpCAT memberikan panduan untuk pembentukan mekanisme nasional dalam mencegah
penyiksaan.
• Dalam pengimplementasiannya tidak bersifat represif melainkan preventif, konsultatif dan tidak
dipublikasikan.
APAKAH OPTIMAL MENGEDUKASI KELUARGA & MASYARAKAT ?

PKS Atau Nota Kesepahaman antara


Kementerian Sosial dengan 4
(empat) Kementerian dan Lembaga yang yaitu
Menteri Dalam Negeri, Menteri
Kesehatan, Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan (BPJS) telah menandatangani
Perjanjian Kerjasama tersebut. Dalam perjanjian
kerja sama pencegahan dan penanganan
pemasungan bagi PDM, yang meliputi tindakan
pencegahan, penjangkauan kasus, layanan
administrasi kependudukan sarana dan
prasarana, program kelembagaan desa, layanan
kartu BPJS Kesehatan, layanan kesehatan dan
layanan sosial.
REKOMENDASI
Kerjasama Multipihak untuk Perbaikan Pemantauan dan Pelayanan Reformasi Hukum
Penentuan Standar Norma

§ Memperlakukan mereka selayaknya § Menghentikan praktik-praktik metode


manusia dan menghapuskan stigma bahwa pemulihan yang merendahkan martabat § Pemerintah dan DPR segera
mereka tidak berguna; yang dijumpai di panti-panti rehabilitasi meratifikasi OpCAT;
sosial yang tersebar di seluruh Indonesia;
§ Pemerintah dan masyarakat harus
bersama-sama merancang program dalam § Memperbaiki kondisi RSJ untuk menjamin § Reformasi Hukum:
rangka perlindungan terhadap isu terpenuhinya hak-hak PD psikososial; Harmonisasi dan
kesehatan mental secara umum dan PDM; menyediakan layanan kesehatan mental
yang terintegrasi dalam fasilitas layanan Pelengkapan Peraturan
§ Pemerintah dan masyarakat bersama-sama
kesehatan tingkat pertama/dasar sehingga Perundang-undangan.
mudah diakses (fisik&ekonomi,) termasuk
membuat standar pelaksanaan rehabilitasi ketersediaan tenaga dokter dan
sosial yang jelas dan sesuai dengan keperawatan kesehatan mental, dan obat-
prinsip-prinsip HAM, serta melakukan obatan.
mekanisme pengawasan yang ketat
terhadap penyelenggaraannya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai