Anda di halaman 1dari 18

ACC

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

ACARA PRAKTIKUM KE : I

PENGENALAN ALAT

Nama : Wahyu Tisyahr Khairani

NIM : 24020120140135

Kelompok :8

Hari, tanggal : Selasa, 23 Februari 2021

Asisten : Monik Pebrianti

LABORATORIUM BIOKIMIA

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2021
I. TUJUAN
1.1 Mampu mengetahui fungsi dan cara kerja dari penggunaan alat dalam
penelitian Biokimia
1.2 Mampu memahami cara menggunakan alat dalam penelitian Biokimia.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat Laboratorium dalam Penelitian Biokimia

Gambar 2.1 Alat Laboratorium dalam Penelitian Biokimia


(Astuti, 2020).
Laboratorium berasal dari kata laboratory yang memiliki pengertian yaitu
tempat yang dilengkapi peralatan untuk melangsungkan eksperimen di dalam
sains atau melakukan pengujian dan analisis, bangunan atau ruangan yang
dilengkapi peralatan untuk melangsungkan penelitian ilmiah atau pun praktek
pembelajaran, tempat memproduksi bahan kimia atau, tempat kerja untuk
melangsungkan penelitian, dan ruang kerja seorang ilmuwan dan tempat
menjalankan eksperimen bidang studi sains (kimia, fisika, biologi). Pada
umumnya peralatan laboratorium dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
peralatan consumable, yaitu peralatan laboratorium yang digunakan sekali
pakai rusak atau dibuang atau dapat juga sekali pakai pecah atau mudah
pecah. Yang termasuk peralatan ini adalah alat gelas, pipa gelas, pipa karet,
kertas saring, kertas kromatografi, dan lain-lain. Lalu ada peralatan non-
consumable, yaitu peralatan laboratorium yang dapat digunakan terus
menerus dan bukan sekali pakai. Yang termasuk peralatan ini adalah
pembakar gas, pompa vakum, mikroskop, peralatan elektronik, dan lain lain
(Lase, 2020).
2.2 Alat Gelas

Gambar 2.2 Alat Gelas


(Maftuchah dkk, 2014)
Seorang pelaksana laboratorium yang akan bekerja di suatu laboratorium
wajib mengetahui bagaimana pengaturan alat-alat gelas di laboratorium
tersebut. Berbagai macam alat gelas diperlukan di laboratorium molekuler,
antara lain cawan petri, labu erlenmeyer, gelas beker, gelas ukur, labu takar,
tabung reaksi, dan lain-lain. Sebelum dipergunakan, peralatan gelas perlu
dipastikan dahulu kemungkinan ada kerusakan (misalnya retak) atau tidak.
Peralatan yang retak tidak boleh dipergunakan lebih lanjut karena dapat
membahayakan bagi pengguna laboratorium. Kebersihan peralatan gelas juga
perlu mendapatkan perhatian Sebelum digunakan, ada baiknya alat gelas
disikat dengan sabun lalu dibilas dengan air bersih (Maftuchah, 2014).
III. METODE PENELITIAN
3.1 Pengenalan Alat-Alat Laboratorium
3.1.1 Alat
3.1.1.1 Laptop
3.1.1.2 Alat tulis
3.1.1.3 Buku penuntun praktikum
3.1.1.4 Buku laporan sementara
3.2.1 Bahan
3.2.1.1 Materi ppt
3.2.1.2 Aplikasi Ms. Teams
3.3.1 Cara Kerja
3.3.1.1 Laptop dan alat tulis disiapkan
3.3.1.2 Aplikasi Ms, Teams dibuka
3.3.1.3 Materi ppt dibuka dan dipelajari
3.3.1.4 Laporan praktikum dibuat
IV. HASIL PENGAMATAN
4.1 Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Penelitian Biokimia

No Nama Gambar Keterangan (fungsi dan


prinsip kerja)
1. Spektrofotometer 1. Display
1 2. Keypad
2
3. Pintu kompartemen
3
sampel

(Maftuchah dkk, 2014)


2. Laminar air flow 1. Panel kendali atau jarum
penunjuk
2. Filter
3. Meja pengerjaan
4. Lampu LED/UV
5. Frame penyangga
(Andriani, 2016)
3. Autoklaf 1. Rotor pengaduk
2. Belt rotor
3. Poros pengaduk
4. Gear box poros
5. Indikator tekanan
6. Baut dan mur
(Andriani, 2016) 7. Flange
8. Gasket
9. Dinding tangka
10. Elemen pemanas
11. Isolator
12. Pengaduk
13. Termokopel
14. Sekring
15. Pengatur suhu
16. Indikator suhu
17. Powerstat
18. Pengatur kecepatan
motor
19. Kotak panel
20. Pengambil sampel
21. Penguat dan baut
22. Masukan umpan
23. Motor
24. Pendingin motor
25. Penyangga

4. Oven 1. Pengatur suhu dan


waktu
2. Body oven
3. Rak/wadah

(Andriani, 2016)
5. Petridish 1. Dasar wadah
1

(Maftuchah dkk, 2014)


6. Tabung reaksi 1. Mulut tabung
1 2. Badan tabung
3. Dasar tabung
2

(Maftuchah dkk, 2014)


7. Glass beaker 1 1. Mulut gelas
2. Skala
2 3. Badan gelas
3
4. Dasar gelas

(Nugroho dan Dwi, 2017)


8. Inkubator 1. Pengatur waktu
2. Kaca
3. Gagang incubator
4. Wadah
5. Pengatur suhu

(Andriani, 2016)
9. Alat destilasi 1. Destilator
2. Heater
3. Thermocouple
4. Kondensor
5. Pressure Gauge
6. Tempat masuk umpan
7. Tanki penampungan
8. Tanki air pendingin
(Adani et al, 2017)
10. Mikropipet 1. Parameter knob
1
2. Display
3. Pipette tipcone
2

(Nugroho dan Dwi, 2017)


V. PEMBAHASAN
Praktikum Biokimia yang berjudul “Pengenalan Alat” telah dilaksanakkan
pada Selasa, 23 Februari 2021 pukul 08.00-10.50 WIB secara virtual via Microsoft
Teams. Tujuan praktikum yaitu mampu mengetahui fungsi dan cara kerja dari
penggunaan alat dalam penelitian biokimia serta mampu memahami cara
menggunakan alat dalam penelitian biokimia. Alat yang digunakan yaitu laptop,
alat tulis, buku penuntun praktikum, dan buku laporan sementara. Bahan yang
digunakan yaitu materi ppt dan aplikasi Ms. Teams. Cara kerjanya yaitu laptop
dan alat tulis disiapkan, aplikasi Ms, Teams dibuka dan materi ppt dibuka dan
dipelajari lalu laporan praktikum dibuat.
5.1 Alat Laboratorium dalam Penelitian Biokimia
5.1.1 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah salah satu alat laboratorium yang
berfungsi untuk menganalisa suatu senyawa baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Hal ini sesuai dengan Suharmanto dan Fredy (2013)
bahwa, spektrofotometer adalah alat yang dapat digunakan untuk
menganalisa suatu senyawa secara kuantitatif maupun kualitatif.
Spektrofotometer bekerja menggunakan cahaya dalam rentang tampak,
cahaya ultraviolet, dan cahaya inframerah. Alat ini juga bekerja
berdasarkan hukum Lambert Beer yang menyatakan bahwa absorbansi
larutan berbanding lurus dengan konsentrasi penyerapan spesies dalam
larutan. Sehingga alat ini digunakan untuk menentukan konsentrasi
penyerapan spesies dalam suatu larutan. Hal ini sesuai dengan Gandhimati
et al (2012) bahwa, spektrofotometer bekerja menggunakan cahaya dalam
rentang tampak, ultraviolet, dan inframerah. Hukum Lambert Beer
menyatakan bahwa absorbansi larutan adalah berbanding lurus dengan
konsentrasi penyerapan spesies dalam larutan.
5.1.2 Laminar Air Flow
Laminar air flow merupakan alat sterilisasi yang bekerja secara
aseptis sebab mempunyai pola pengaturan dan penyaringan udara dan
memiliki aplikasi sinar UV. Hal ini sesuai dengan Andriani (2016) bahwa,
laminar air flow berfungsi untuk pengerjaan sacara aseptis karena
mempunyai pola pengaturan dan penyaringan aliran udara sehingga
aseptis dan aplikasi sinar UV beberapa jam sebelum digunakan. Aliran
udara pada laminar air flow berasal dari udara dalam ruangan yang ditarik
ke dalam alat melalui filter pertama lalu ditiupkan keluar melalui filter
yang sangat halus yang disebut dengan HEPA atau High Efficiency
Pariculate Air Filter secara terus menerus sehingga tempat kerja bebas
dari debu. Hal ini sesuai dengan Harahap dkk (2019) bahwa, diberi nama
laminar air flow karena meniupkan udara steril secara terus menerus
melewati tempat kerja sehingga tempat kerja bebas dari debu. Aliran udara
berasal dari udara ruangan yang ditarik ke dalam alat melalui filter
pertama (pre-filter), yang kemudian ditiupkan keluar melalui filter yang
sangat halus yang disebut HEPA (High Efficiency Particulate Air Filter)
menggunakan blower. Hal ini sesuai dengan Andriani (2016) bahwa, cara
kerjanya atur alat dan bahan yang telah dimasukan ke laminar air flow
sedemikian rupa sehingga efektif dalam bekerja dan tercipta areal yang
benar-benar steril. Kerja secara aseptis dan jangan sampai pola aliran
udara terganggu oleh aktivitas kerja. Setelah selesai bekerja, biarkan 2-3
menit supaya kontaminan tidak keluar dari laminar air flow.
5.1.3 Autoklaf
Autoklaf adalah salah satu alat laboratorium yang berfungsi untuk
mensterilkan macam-macam alat dan bahan menggunakan uap air panas.
Hal ini sesuai dengan Andriani (2016) bahwa, autoklaf adalah alat untuk
mensterilkan berbagai macam alat dan bahan menggunakan uap air panas
bertekanan. Autoklaf sendiri merupakan suatu panci yang berbahan logam
dan memiliki tutup yang berat, memiliki lubang untuk mengeluarkan uap
air beserta kerannya, memiliki thermometer, pengatur tekanan udara, dan
juga klep pengaman. Cara kerja autoklaf yaitu dengan memanaskan
autoklaf, lalu ventilasi dibuka sehingga udara dapat keluar dan uap air
masuk melalui bagian atas dan udara keluar melalui bagian bawah ujung
pipa karet. Lalu setelah udara bersih, alat yang ingin disterilkan
dimasukkan kedalam autoklaf, lalu autoklaf ditutup dan dikunci, ventilasi
ditutup dan tekanan serta suhu akan naik sesuai dengan yang dikehendaki
dan atur klep pengaman. Setelah proses sterilisasi selesai, autoklaf
dibiarkan dingin terlebih dahulu hingga tekanannya sama dengan tekanan
atmosfer. Hal ini sesuai dengan Asriwati (2017) bahwa, disebut autoklaf,
yaitu suatu panci logam kuat dengan tutup yang berat, mempunyai lubang
tempat mengeluarkan uap air beserta kerannya, termometer, pengatur
tekanan udara, dan klep pengaman. Autoklaf dipanaskan, ventilasi dibuka
untuk membiarkan udara keluar, uap air masuk dari bagian atas dan udara
keluar dari bagian bawah yang dapat ditunjukan pada gelembung yang
keluar dari ujung pipa karet dalam air. Setelah udara bersih, bahan yang
akan disterilkan dimasukan sebelum air mendidih, tutup dan kunci
autoklaf, ventilasi ditutup dan suhu serta tekanan akan naik sesuai dengan
yang dikehendaki. Atur klep pengaman supaya tekanan stabil. Setelah
disterilisasi selesai, autoklaf dibiarkan dingin hingga tekanannya sama
dengan tekanan atmosfer
5.1.4 Oven
Oven adalah salah satu alat laboratorium yang berfungsi untuk
mensterilkan alat-alat gelas yang memiliki ketahanan terhadap panas. Hal
ini sesuai dengan Andriani (2016) bahwa, oven berfungsi untuk
mensterilkan alat-alat gelas yang tahan terhadap panas. Oven merupakan
alat yang bekerja untuk mesterilkan alat dengan suhu tinggi yaitu sekitar
160-170 selama 2 jam untuk membunuh bakteri yang ada. Hal ini sesuai
dengan Kharisma dan Manan (2012) bahwa, oven adalah alat untuk
mensterilkan. Penggunaan alat ini dengan memasukkan alat-alat yang
ingin disterilkan kedalam oven dan dipanaskan dengan suhu 160- 170oC
selama 1-2 jam.
5.1.5 Petridish
Cawan petri atau petridish merupakan sebuah wadah yang
berfungsi untuk menyimpan dan membuat kultur media. Hal ini sesuai
dengan Andriani (2016) bahwa, cawan petri ini digunakan sebagai wadah
penyimpanan dan pembuatan kultur media. Cawan ini berbentuk bundar
dan terbuat dari plastik atau kaca. Cawan petri selalu berpasangan dengan
penutupnya. Cawan yang berukuran lebih kecil sebagai wadah dan cawan
dengan ukuran lebih besar adalah penutupnya. Hal ini sesuai dengan
Harahap dkk (2019) bahwa, cawan petridish adalah sebuah wadah yang
bentuknya bundar dan terbuat dari plastik atau kaca yang digunakan untuk
membiakkan sel. Cawan Petridish selalu berpasangan, yang ukurannya
agak kecil sebagai wadah dan yang lebih besar merupakan tutupnya.
5.1.6 Tabung Reaksi
Tabung reaksi adalah alat laboratorium yang berfungsi sebagi
media pertumbuhan dan juga sebagai penampung cairan-cairan seperti
pelarut dan juga media padat. Hal ini sesuai dengan Andriani (2016)
bahwa, tabung reaksi berfungsi sebagai media pertumbuhan dan
penampungan cairan lainnya seperti pelarut selain itu juga dapat dapat
diisi dengan media padat. Tabung reaksi sendiri biasanya memiliki
berbagai ukuran sesuai dengan media yang ingin ditampung. Terdapat
beberapa ukuran tabung reaksi yang umum diantaranya 127 x 12,5 mm
(menampung 4 ml), 152 x 16 mm (menampung 5-10 ml), 152 x 19 mm
(menampung 10-15 ml), 178 x 25 mm (menampung 20 ml). Hal ini sesuai
dengan Hafsan (2014) bahwa, ukuran tabung reaksi yang umum
digunakan adalah 127 x 12,5 mm (menampung 4 ml), 152 x 16 mm
(menampung 5-10 ml), 152 x 19 mm (menampung 10-15 ml), 178 x 25
mm (menampung 20 ml). Hal ini sesuai dengan Andriani (2016) bahwa,
pada waktu memanaskan media yang ada didalam tabung reaksi, tabung
reaksi harus berada dalam keadaan miring diatas nyala api dan mulut
tabung jangan sekali-kali menghadap pada diri kita atau orang lain.
5.1.7 Glass Beaker
Glass beaker adalah alat laboratorium yang berfungsi untuk
mengukur volume larutan, menampung larutan berbahan kimia, serta
melarutkan bahan kimia. Hal ini sesuai dengan Hartutik (2012) bahwa,
glass beaker berfungsi untuk mengukur volume larutan yang tidak perlu
ketelitian tinggi, menampung larutan bahan kimia, dan melarutkan bahan
kimia. Glass beaker adalah alat yang dapat menampung cairan dan
memiliki mulut gelas bercucuk yang lebar dan diameter mulut gelas sama
dengan bagian dasar gelas. Namun, alat ini tidak cocok untuk menampung
cairan steril karena mulut gelas yang lebar sehingga kemungkinan larutan
terkontaminasi dan tumpah itu cukup besar. Hal ini sesuai dengan Hafsan
(2014) bahwa, glass beaker adalah alat penampung cairan yang dapat
digunakan untuk berbagai macam keperluan. Beaker glass memiliki mulut
bercucuk yang lebar dan diameter mulut sama dengan diameter bagian
dasar sehingga sesuai untuk proses pengadukan dengan spatula. Alat ini
tidak cocok untuk menampung cairan steril mengingat mulut yang lebar
memperbesar resiko kontaminasi dan tumpah.
5.1.8 Inkubator
Inkubator adalah alat laboratorium yang berfungsi untuk
menginkubasi media pada suhu secara terkontrol. Hal ini sesuai dengan
Andriani (2016) bahwa, inkubator adalah alat yang berfungsi untuk
menginkubasi media pada suhu yang terkontrol. Inkubator sendiri
memiliki pintu kaca dan juga memiliki pengatur suhu dan pengatur waktu
yang dimana semakin kecil ukuran inkubator maka perubahan suhu
semakin rentan terjadi ketika pintu inkubator dibuka. Hal ini sesuai dengan
Hafsan (2014) bahwa, alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu, dan
pengatur waktu. Semakin kecil ukuran inkubator maka semakin rentan
pula perubahan suhunya saat pintu inkubator dibuka. Perlu
dipertimbangkan pula keseragaman suhu yang ada didalam dengan
memperhatikan pola penempatan elemen pemanas atau terdapatnya kipas
penyebar suhu. Pintu kaca yang terdapat pada beberapa model dibiarkan
tertutup saat melihat biakan secara sekilas supaya tidak terjadi penurunan
suhu inkubator
5.1.9 Alat destilasi
Alat destilasi adalah alat dalam laboratorium yang digunakan
untuk memisahkan duat atau lebih komponen zair yang memiliki
perbedaan titik didih yang jauh dan juga perbedaan kevolatilan atau
kecenderungan sebuah zat untuk menjadi gas. Hal ini sesuai dengan
Wahyudi et al (2017) bahwa, alat destilasi adalah alat yang digunakan
untuk memisahkan dua atau lebih komponen zat cair yang memiliki
perbedaan titik didih yang jauh. Selain perbedaan titik didih, juga
perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah zat untuk menjadi gas.
Rancangan alat destilasi sendiri terdiri dari thermocouple, kolom distilasi,
dan juga kondensor. Wahyudi et al (2017) bahwa, alat distilasi yang
dirancang terdiri dari 3 alat utama yaitu; thermocouple, kolom distilasi,
dan kondensor. Cara kerja alat destilasi mengacu pada prinsip destilasi
atau penyulingan yaitu dengan menyampurkan yang sudah dididihkan
hingga menguap dan uap ini didinginkan kembali sehingga kembali
berbentuk cairan. Hal ini sesuai dengan Fatimura (2017) bahwa, dalam
penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali kedalam bentuk cairan.
5.1.10 Mikropipet
Mikropipet adalah alat laboratorium yang berfungsi untuk
memindahkan sampel larutan dalam ukuran mikron atau lebih kecil dari 1
ml. Hal ini sesuai dengan Hartutik (2012) bahwa, mikropipet berfungsi
untuk mengambil atau memindahkan sampel larutan yang berukuran
mikron (lebih kecil dari 1 ml). Pipet mikro sendiri memiliki ujung pipet
(tip) yang berbeda-beda volumenya dan setiap ukuran memiliki warna
yang berbeda untuk memudahkan penggunanya. Cara kerja mikropipet
pada dasarnya sama dengan cara kerja pipet biasa. Angka yang tercantum
pada pipet sendiri menunjukkan volume maksimum cairan yang dapat
diambil. Untuk menghindari kontaminasi, setiap pengambilan cairan harus
menggunakan ujung pipet (tip) yang baru dan juga steril. Hal ini sesuai
dengan Maftuchah dkk (2014) bahwa, Dalam pemakaiannya, pipet mikro
dilengkapi dengan ujung pipet (tip) yang dibedakan berdasarkan volume
yang dapat ditampungnya. Untuk memudahkan pengguna, biasanya setiap
ukuran memiliki warna tersendiri. Untuk menghindari terjadinya
kontaminasi dari satui larutan ke larutan yang lain maka setiap
pengambilan harus menggunakan ujung pipet yang baru dan steril.
VI. KESIMPULAN
6.1 Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, praktikan dapat mengetahui
fungsi dari alat-alat dalam laboratorium biokimia, yaitu spektrofotometer
yang berfungsi untuk menganalisa suatu senyawa baik secara kualitatif
maupun kuantitatif, laminar air flow yang berfungsi untuk pengerjaan sacara
aseptis karena mempunyai pola pengaturan dan penyaringan aliran udara
sehingga aseptis dan aplikasi sinar UV beberapa jam sebelum digunakan,
autoklaf yang memiliki fungsi untuk mensterilkan macam-macam alat dan
bahan menggunakan uap air panas, oven yang berfungsi untuk mensterilkan
alat-alat gelas yang memiliki ketahanan terhadap panas, petridish yang
berfungsi untuk menyimpan dan membuat kultur media, tabung reaksi yang
berfungsi untuk sebagi media pertumbuhan dan juga sebagai penampung
cairan-cairan seperti pelarut dan juga media padat, glass beaker yang
berfungsi mengukur volume larutan, menampung larutan berbahan kimia,
serta melarutkan bahan kimia, inkubator yang berfungsi untuk menginkubasi
media pada suhu secara terkontrol, alat destilasi yang berfungsi untuk
memisahkan duat atau lebih komponen zair yang memiliki perbedaan titik
didih yang jauh dan juga perbedaan kevolatilan atau kecenderungan sebuah
zat untuk menjadi gas, serta mikropipet yang berfungsi untuk memindahkan
sampel larutan dalam ukuran mikron atau lebih kecil dari 1 ml.
6.2 Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, praktikan dapat memahami
cara menggunakan alat-alat laboratorium biokimia, yaitu spektrofotometer
yang bekerja berdasarkan hukum Lambert Beer yang menyatakan bahwa
absorbansi larutan berbanding lurus dengan konsentrasi penyerapan spesies
dalam larutan. Sehingga alat ini digunakan untuk menentukan konsentrasi
penyerapan spesies dalam suatu larutan., laminar air flow yang cara kerjanya
atur alat dan bahan yang telah dimasukan ke laminar air flow sedemikian rupa
sehingga efektif dalam bekerja dan tercipta areal yang benar-benar steril.
Kerja secara aseptis dan jangan sampai pola aliran udara terganggu oleh
aktivitas kerja. Setelah selesai bekerja, biarkan 2-3 menit supaya kontaminan
tidak keluar dari laminar air flow, autoklaf yang cara kerjanya yaitu dengan
memanaskan autoklaf, lalu ventilasi dibuka sehingga udara dapat keluar dan
uap air masuk melalui bagian atas dan udara keluar melalui bagian bawah
ujung pipa karet. Lalu setelah udara bersih, alat yang ingin disterilkan
dimasukkan kedalam autoklaf, lalu autoklaf ditutup dan dikunci, ventilasi
ditutup dan tekanan serta suhu akan naik sesuai dengan yang dikehendaki dan
atur klep pengaman. Setelah proses sterilisasi selesai, autoklaf dibiarkan
dingin terlebih dahulu hingga tekanannya sama dengan tekanan atmosfer.,
oven yang bekerja untuk mesterilkan alat dengan suhu tinggi yaitu sekitar
160-170 selama 2 jam untuk membunuh bakteri yang ada, inkubator yang
bekerja untuk menginkubasi media pada suhu secara terkontrol, pada suhu
dan tekanan tertentu menggunakan pengatur suhu, alat destilasi yang bekerja
mengacu pada prinsip destilasi atau penyulingan yaitu dengan
menyampurkan yang sudah dididihkan hingga menguap dan uap ini
didinginkan kembali sehingga kembali berbentuk cairan, serta mikropipet
yang cara kerjanya pada dasarnya sama dengan cara kerja pipet biasa. Angka
yang tercantum pada pipet sendiri menunjukkan volume maksimum cairan
yang dapat diambil.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, R. 2016. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi untuk
Mengatasi Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Jurnal
Mikrobiologi, 1(1) : 1-7.
Asriwati. 2017. Fisika Kesehatan dalam Keperawatan. Yogyakarta : Deepublish.
Astuti, R. 2020. Manajemen Laboratorium yang Cerdas, Cermat, dan Selamat.
Sukabumi : Jejak Publisher.
Fatimura, M. 2014. Tinjauan Teoritis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Operasi
pada Kolom Destilasi. Jurnal Media Teknik, 11(1) : 23-31.
Gandhimati, R., Vijayarac, S., Jyothirmaie, M. P. 2012. Analytical Process of Drugs
by Ultraviolet (UV) Spectroscopy. International Journal of
Pharmaceutical Research & Analysis, 2(2) : 72-78.
Hafsan. 2014. Mikrobiologi Analitik. Makassar : Alauddin University Press.
Harahap, F., Arisah, H., Harifah, I., dkk. 2019. Kultur Jaringan Nanas. Surabaya :
Penerbit Media Sahabat Cendekia.
Hartutik. 2012. Metode Analisis Mutu Pakan. Malang : UB Press.
Kharisma, A., Manan, A. 2012. Kelimpahan Bakteri Vibrio Sp. pada Air
Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) sebagai Deteksi
Dini Serangan Penyakit Vibriosis. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan,
4(2) : 129-134.
Lase, N. K. 2020. Analisis Pengetahuan Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi IKIP
Gunungsitoli Tentang Peralatan Laboratorium dan Fungsinya. Didaktik,
14(1) : 2377-2386.
Maftuchah., Aris W., dan Agus Z. 2014. Teknik Dasar Analisis Biologi Molekuler.
Yogyakarta : Deepublish.
Suharmanto, E., Fredy, K. 2013. Adaptif Probe Serat Optik untuk Spektrofotometer
Genesys 10s Uv-Vis Generasi Kedua. Jurnal Sains dan Seni, 2(1) : 1-3.
Wahyudi, N. T., Faris, F. I., Irwan, K., et al. 2017. Rancangan Alat Distilasi Untuk
Menghasilkan Kondensat Dengan Metode Distilasi Satu Tingkat. Jurnal
Chemurgy, 1(2) : 30-33.
LAMPIRAN

1. Jurnal Internasional

2. Jurnal Nasional
LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 01 Maret 2021

Mengetahui,
Asisten Praktikan

Monik Pebrianti Wahyu Tisyahr Khairani


24020118120006 24020120140135

Anda mungkin juga menyukai