Anda di halaman 1dari 6

FORUM SWADAYA MASYARAKAT DAERAH KOLAKA (FORSDA),

HIMPUNAN PENGUSAHA PEKERJA PRIBUMI MEKONGGA (HP3M)

Kepada Yth,
Ketua DPRD Kab.Kolaka
Di
Tempat

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan pemberian dana CSR PT.VALE,Tbk kepada Pemerintah Daerah
Kab.Kolaka kurang lebih sebesar Rp 9 Miliar yang di kelola oleh Perintah Daerah Kab. Kolaka
yang di sebut “Komite CSR “. Pembentukan Komite CSR ini, di bentuk untuk melegalkan
penggunaan anggaran CSR. Untuk menampung keluar masuknya dana CSR tersebut, maka di
buatlah akal-akalan oleh Komite CSR dengan membuat rekening bersama oleh orang tertentu,
dana CSR juga tidak di masukkan kedalam kas APBD Kab. Kolaka.
Dana CSR PT. Vale, Tbk ini tidak di ketahui oleh Ketua serta anggota DPRD Kab.Kolaka
serta yang lebih konyolnya lagi tidak di ketahui pula oleh Wakil Bupati Kolaka. Dana CSR PT.
Vale, Tbk hingga saat ini telah di kerjakan dengan 12 jenis kegiatan proyek yang mekanisme
pelelangan/pengadaan proyek tidak di ketahui, tiba-tiba muncul rekanan mengerjakan
kegiatan proyek tanpa mekanisme trasparansi publik.
. Hal ini menimbulkan kecurigaan masyarakat, dengan mekanisme yang tertutup tidak
trasparan pengelolaan dana oleh orang tertentu, patut dicurigai adanya “mens rea” niat jahat
perbuatan melawan hukum upaya yang bersifat terstruktur, sistematis dan masif oleh
penyelenggara negara “Komite CSR” untuk melakukan “merampok”, memperkaya diri sendiri
atau orang lain, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang
dapat merugikan perekonomian negara penggunaan dana CSR PT. Vale, Tbk kurang lebih Rp 9
Miliar.
Kami menyadari bahwa dana CSR merupakan komitmen perseroan untuk berperan
serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun
masyarakat pada umumnya sesuai amanah UU No 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(PT), kami juga menyadari penggunaan dana CSR yang tidak trasparan, di tutup tutupi,
diselenggarakan oleh orang tertentu, hak atas informasi publik di batasi oleh penyelenggara
negara merupakan perbuatan melanggar hukum sesuai Undang-Undang No 14 tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Untuk itu perkenan kami Kepala Kejaksaan Negeri Kolaka, mengajukan laporan dugaan
tindak pidana korupsi terkait penggunaan dana CSR PT. Vale, tbk kurang lebih sebesar Rp 9
Miliar yang di kelola oleh orang tertentu yang mengatasnamakan diri “Komite CSR” yang di
dalamnya adalah penyelenggara negara dan korporasi.
Adapun yang menjadi dasar dan alasan-alasan kami mengajukan laporan ini, untuk
ditindak lanjuti oleh Kepala Kejaksaan Negeri Kolaka sebagai berikut:

1. Bahwa aturan tentang tanggungjawab sosial dan lingkungan diatur dalam Undang-undang
No 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT), Bab I ketentuan umum Pasal 1 point
(3) berbunyi: “Tanggungjawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk
berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroaan sendiri, komunitas
setempat, maupun masyarakat pada umumnya”. Lebih jelasnya lagi di pertegas dalam
BAB V Tanggungjawab sosial dan Lingkungan dalam pasal 74 berbunyi: ayat (1) Perseroan
yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya
alam wajib melaksanakan tanggungjawab sosial dan lingkungan; ayat (2)Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban
Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran; ayat (3)
Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanga; (4) Ketentuan
lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan
peraturan pemerintah;
2. Bahwa berdasarkan perintah UU No 40 tahun 2007 tentang PT ayat (4) ketentuan lebih
lanjut tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan maka akan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah (PP), berdasarkan perintah UU maka pemerintah menerbitkan
Peraturan Pemerintah no 47 tahun 2012 tentang tanggungjawab sosial dan lingkungan
perseroan terbatas. Pasal 3 ayat (1) dari PP ini menyatakan: “Tanggung jawab sosial
dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 menjadi kewajiban bagi
Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam berdasarkan Undang-Undang;
3. Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) maka di tindak lanjuti dengan peraturan
pelaksana dengan menerbitkan Peraturan menteri (PERMEN) energi dan sumber daya
mineral No 41 tahun 2016 tentang Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat pada
kegiatan usaha pertambagan mineral dan batubara: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
point (2) menyatakan: “Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang selanjutnya
disingkat PPM adalah upaya dalam rangka mendorong peningkatan perekonomian,
pendidikan,sosial budaya,kesehatan, dan lingkungan kehidupan masyarakat sekitar
tambang, baik secara individual maupun kolektif agar kehidupan masyarakat disekitar
tambang lebih baik dan mandiri”;
4. Bahwa berdasarkan Pasal 1 point (3) Pasal 74 UU No 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas bahwa konsep CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk
berkontribusi dalam pengembangan ekonomi dan lingkungan kehidupan masyarakat
sekitar tambang, konsep sederhana dari CSR. “siapa yang merugikan masyarakat, mereka
itu wajib mengadakan dan melaksanakan CSR”
5. Bahwa merujuk kepada keputusan menteri ESDM tentang pedoman Program
Pengembangan Masyarakat, maka program pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat terkait pembiayaan PPM di kelola langsung oleh badan usaha pertambangan;
6. Bahwa pada tanggal 8 bulan 6 tahun 2021 Pemerintah Kab. Kolaka yang di wakili oleh
asisten II sekda Kab.Kolaka, Kepala Bappeda Kab.Kolaka, Sekretaris ispektorat Daerah
Kab.Kolaka dan Camat Kolaka, berkunjung ke kantor perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi
Tenggara untuk berkonsultasi terkait prosedur pengelolaan tanggungjawab sosial/CSR.
Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Tenggara Sasono Adi, memberikan
tanggapan/saran bahwa pengelolaan CSR tidak boleh bertentangan dengan peraturan di
atasnya. CSR termasuk ke dalam kategori hibah sehingga harus melalui mekanisme hibah.
Hibah merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah, khususnya Pendapatan Lain-lain.
Oleh karena itu, pengelolaannya harus melalui mekanisme siklus APBD. Pemkab Kolaka
harus menyiapkan aturan-aturan atau payung hukum untuk mengatur pengelolaan CSR
tersebut, sehingga proses pengelolaannya menjadi akuntabel. (www.bpkp.go.id);
7. Bahwa Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Tenggara menambahkan bahwa CSR
merupakan inisiatif perusahaan, akan tetapi seharusnya diketahui oleh Bupati. Sebagai
bentuk kontrolnya, maka dimasukkan dalam siklus APBD Selain itu, menurut Permendagri
Nomor 33 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Tahun Anggaran 2020, Pendapatan Hibah didefinisikan sebagai bantuan berupa
uang/barang/jasa lainnya yang berasal dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Lainnya,
masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri yang tidak mengikat untuk
menunjang peningkatan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Jika
perusahaan tersebut memberikan bantuan dana sebagai bentuk CSR kepada Pemkab
Kolaka dengan mensyaratkan pembentukan komite, menurut kepala perwakilan BPKP
Provinsi Sulawesi Tenggara, tidak sesuai dengan definisi hibah, dan lebih tepat dianggap
sebagai Kerja Sama Daerah (KSD) sesuai PP Nomor 28 Tahun 2018.
8. Berdasarkan hasil konsultasi Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Tenggara tersebut,
yang intinya dana CSR merupakan inisiatif perusahaan akan tetapi harus di ketahui oleh
Bupati, sebagai kontrolnya dimasukkan dalam siklus APBD ini tidak di lakukan oleh
Pemerintah Kab. Kolaka, malahan di kelola oleh sendiri oleh “Komite CSR”. Ini terbukti
pengelolaan dana CSR PT.Vale. Tbk sebesar Rp 9 Miliar oleh Ketua DPRD Kab.Kolaka
Syaifullah Halik, SE tidak tau dana di gunakan kemana dan untuk apa?. Lebih lanjut,
menurutnya bahwa dana CSR PT.Vale, Tbk tahun 2019 2020 tidak pernah di bahas di
gedung DPRD Kab. Kolaka.”Kami juga ingin meminta datanya sudah seperti apa, tapi
sampai sekarang kami juga belum dapat” (garudanews.co “Ketua DPRD Kolaka juga tidak
tau kemana dana CSR itu);
9. Bahwa dana CSR yang tidak dimasukkan dalam APBD Sangat berpotensi untuk tidak bisa
dikontrol, penggunaan dana oleh eksekutif, dan tidak disampaikan atau tidak diketahui
DPRD, maka sama saja mematikan fungsi DPRD yang memiliki peran budgeting, controlling
serta legislasi. Selain itu anggaran yang tidak bisa masuk dalam pengawasan dikwatirkan
akan memancing penyimpangan, apa lagi yang control dana CSR adalah orang tertentu
dana CSR yang dikelola eksekutif wajib hukumnya diketahui oleh DPRD;
10. Bahwa baru-baru ini Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sultra Sarjono Turin menghimbau
perusahaan pemilik Izin Usaha Pertambangan (IUP) untuk memperhatikan pengelolaan
dana CSR Perusahaan, sebagai wujud tanggung jawab kepada negara dalam rangka
membantu pemulihan ekonomi nasional. KAJATI tidak segan-segan mengambil langkah
hukum (dipidanakan), jika langkah persuasif bagian dari pencegahan tidak diindahkan, ”.
Sikapnya tersebut didasari hasil operasi penyelidikan No: SP.OPS -05/P.3/Dek.1/ 01 /2021
Tanggal 25 Januari 2021. Dimana dari operasi tersebut, masih banyak ditemukan
perusahaan sejenis yang belum melaksanakan kewajiban atau mengaku sudah
melaksanakan kewajibannya dana CSRnya, tapi tidak dilaporkan sebagaimana ketentuan
berlaku. Bagaimana dana CSR PT. Vale, Tbk yang telah diberikan kepada Pemerintah
Daerah Kab.Kolaka kurang lebih sebesar Rp 9 Miliar akan tetapi dananya di kelola oleh
segelinter orang yang nota bene dalam “Komite CSR” banyak penyelenggara negara?
Langkah strategis Kejati Sultra ini implementasi pemulihan ekonomi nasional, seperti
ditetapkan dalam Peraturan Presiden No. 82/ 2020 Tentang Komite Penanganan Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional; (www.holopis.com “Kajati
Sultra kembali sukses seamatkan dana CSR dari Perusahaan tambang”).

KESIMPULAN LAPORAN
1. Bahwa menurut kami dengan dalil-dalil yang telah sampaikan di atas, penggunaan dana
CSR PT. Vale, Tbk kurang lebih sebesar Rp 9 Miliar yang di kelola oleh “Komite CSR” yang
anggotanya patut diduga dilakukan oleh Penyelenggara negara,setiap orang (tertentu)
dan korporasi/perusahaan yang tidak trasparan dan diam-diam mempunyai “mens rea”
niat jahat dan perbuatan melawan hukum baik formil dan materil melakukan kerugian
bagi masyarakat, kerugian negara dan kerugian perekonomian negara.
2. Bahwa pengelolaan dana CSR PT.Vale, Tbk oleh”Komite CSR” berpotensi korupsi sesuai
UU No 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Perubahan atas
UU No 31 tahun 1999 dalam bentuk/jenis tindak pidana sebagai berikut:
a) Korupsi yang terkait dengan kerugian keuangan negara atau perekonomian
negara yakni Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3
b) Korupsi yang terkait dengan suap-menyuap yakni Pasal 5 ayat (1) huruf a
c) Korupsi yang berkaitan dengan Penggelapan dalam jabatan yakni Pasal 8
d) Korupsi yang berkaitan dengan Perbuatan Pemerasan yakni Pasal 12, Pasal 12
huruf (i) benturan kepentingan dan Pasal 12 B ayat (1) gratifikasi
3. Meminta kepada Kepala Kejaksaan Negeri Kolaka untuk melakukan Penyelidikan dan
memanggil untuk dimintai Keterangannya Kepada orang-orang yang terlibat baik secara
langsung maupun tidak langsung pengelolaan dana CSR PT. Vale, Tbk kurang lebih
sebesar Rp. 9 Miliar terkhusus “Komite CSR” serta menetapkan Tersangka dugaan
tindak pidana korupsi dana CSR PT. Vale. Tbk

Demikian laporan kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasama Kepala Kejaksaan
Negeri Kolaka kami ucapkan terima kasih.

Ketua Forum Aksi

Djabir T Lahukuwi,S.Pi., SH
Tembusan Yth:
1) Kepala Kejaksaan Tinggi Provinsi Sulawesi Tenggara;
2) Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi
Suawesi Tenggara;
3) Ketua Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Tenggara;

Anda mungkin juga menyukai