Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

BISITOPENIA

A. DEFINISI
Bisitopenia adalah penurunan dua dari tiga komponen sel darah (eritrosit,
leukosit, dan trombosit).

B. ANATOMI FISIOLOGI

Darah terdiri dari beberapa jenis sel, yag terdapat didalam plasma
darah. Jenis – jenis sel tersebut adalah sel darah merah, sel darah putih dan
trombosit atau platelet, dan sel – sel darah ini dibentuk di dalam sumsum
tulang belakang.
Trombosit atau yang sering di sebut juga sebagai platelet, (sel
keeping darah) berfungsi untuk menghentikan perdarahan dengan
membantu pembekuan darah dan menutupi pembuluh darah yang rusak.
Gumpalan darah yang terjadi biasanya di sebut dengan thrombus. Kadar
trombosit yang normal di dalam tubuh adalah berkisar antara 150.000-
450.000 trombosit permirkrpliter.
Bisitopenia merupakan kondisi dimana kadar eritrosit, trombosit,
dan leukosit di dalam tubuh lebih rendah dari pada kadar normal, yaitu
dibawah 150.000 trombosit permikroliter. Bisitopenia dapat terjadi pada
anak-anak maupun orang dewasa. Bisitopenia ringan biasanya belum
mengakibatkan masalah kesehatan atau perdarah.

C. ETIOLOGI
Penurunan dua komponen sel darah tersebut dapat terjadi jika
terdapat kelainan hematologi maupun kelainan organ yang berhubungan
dengan sel darah. Bisitopenia dapat menggambarkan suatu proses yang
dilalui sebelum terjadinya pansitopenia.
D. PATOFISIOLOGI
Menurut (Bakta, 2017) mekanisme terjadinya Bisitopenia diperkirakan
melalui :
a. Kerusakan sel induk (seed theory)
b. Kerusakan lingkungan mikro (soil theory)
c. Mekanisme imunologik
Anemia aplastik disebabkan oleh penurunan sel precursor dalam tulang
dan penggantian sum-sum tulang dengan lemak. Hal ini dapat terjadi
secara kongenital.
E. PATHWAY

Kelainan hematologi, kelainan organ yang berhubungan


dengan sel darah

Penurunan 2 dari 3 komponen


sel darah

Penurunan eritrosit Penurunan leukosit Penurunan trombosit

Suplai oksigen Penurunan imunitas Risiko perdarahan


terganggu tubuh

Ketidakseimbangan Risiko infeksi


antara suplai dan
kebutuhan oksigen

Intoleransi aktivitas

F. MANIFESTASI KLINIS
a. Penurunan Kadar Eritrosit :
1. Kelelahan
2. Kelemahan
3. Pusing
4. Penurunan kinerja fisik
b. Penurunan Kadar Leukosit :
Rentan mengalami infeksi
c. Penurunan Kadar Trombosit :
Risiko perdarahan
G. KOMPLIKASI
Menurut (Wijaya & Putri, 2013)anemia aplastik apabila tidak
ditangani maka akan menyebabkan banyak komplikasi yaitu :
a. Perkembangan otot buruk
b. Daya konsentrasi menurun
c. Hasil uji perkembangan menurun
d. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
e. Sepsis
f. Leukimia mielogen akut berhubungan denagn anemia fanconi
g. Gagal jantung akibat anemia berat
h. Kematian akibat infeksi dan perdarahan apabila sel-sel lain ikut
terkena.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. Jika penyebab dicurigai berasal dari keganasan dapat dilakukan BMA
(Bone Marrow Aspiration)

I. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
a. Primer (pasien): menghindari minum – minuman berakohol
b. Sekunder (keluarga): keluarga memberikan saran untuk selalu
konsultasi jika terdapat gejala trombositopenia sehingga data di
deteksi lebih awal penyebab penyakitnya dan mendapat terapi yang
paling tepat dengan segera.
c. Tersier (lingkungan): menghindari pergaulan yang hal - hal yang
dapat memicu kita mengkonsumsi minum – minuman alkohol.
2. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan ditujukan untuk mencari penyebab.
a. Transplantasi sel darah
b. Pemberian antibiotik untuk pencegahan infeksi
c. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada
3. Rehabilitatif
Terapi ini adalah untuk mengatasi akibat pansitopenia.
a. Higiene mulut
b. Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang tepat dan
adekuat. Sebelum ada hasil tes sensitivitas, antibiotik yang biasa
diberikan adalah ampisilin, gentamisin, atau sefalosporin generasi
ketiga.
c. Tranfusi granulosit konsentrat diberikan pada sepsis berat kuman
gram negatif, dengan neutropenia berat yang tidak memberikan
respon pada antibiotika adekuat.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas meliputi nama, umur, dan jenis kelamin
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Aktivitas/istirahat
a) Gejala: keletihan, kelemahan, malaise umum, kehilangan
produktivitas; penurunan semangat untuk bekerja, toleransi
terhadap latihan rendah.
b) Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
c) Tanda: takikardia/takipneu; dispnea pada waktu bekerja atau
istirahat.
d) Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
e. Sirkulasi
a) Gejala: riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI
kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi
(takikardia kompensasi).
b) Tanda: TD: peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan
tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia: abnormalitas
EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang
T; takikardia.
c) Bunyi jantung: murmur sistolik (DB).
d) Ekstremitas (warna): pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada
pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan).
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi) kuku: mudah patah, berbentuk seperti
sendok (koilonikia) (DB).
2. Diagnosa keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
b. Risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan
sekunder (penurunan kadar hemoglobin dan leucopenia).
c. Risiko perdarahan dengan faktor risiko

3. Intervensi
Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
Intoleransi aktivitas Activity Tolerance Energy Management
berhubungan
dengan Kriteria hasil: 1. Tentukan penyebab
ketidakseimbangan Setelah dilakukan dari intoleransi
antara suplai dan tindakan keperawatan aktivitas yang dialami
kebutuhan oksigen selama 3x24 jam pasien pasien apakah
akan: penyebab berasal dari
1. Berpartisipasi dalam faktor fisik, psikologis,
aktivitas fisik tanpa atau motivasi.
disertai peningkatan 2. Observasi adanya
tekanan darah, nadi, pembatasan pasien
dan RR dalam melakukan
2. Mampu melakukan aktivitas.
aktivitas sehari-hari 3. Monitor nutrisi dan
secara mandiri sumber yang adekuat.
4. Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan.
5. Monitor respon
kardiovaskuler
terhadap aktivitas
(takikardi, disritmia,
dispnea, diaphoresis,
pucat, atau perubahan
hemodinamik).
6. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan.
7. Bantu pasien untuk
mendapatkan alat bantu
aktivitas yang sesuai
seperti kursi roda, krek.
Risiko infeksi Risk Control Infection Control
dengan faktor risiko
ketidakadekuatan Kriteria hasil: 1. Kaji kondisi kulit
pertahanan Setelah dilakukan pasien meliputi warna,
sekunder tindakan keperawatan kelembaban, tekstur,
(penurunan kadar selama 3x7 jam pasien dan turgor kulit.
hemoglobin dan akan: 2. Lakukan tindakan
leucopenia) 1. Bebas dari tanda- pencegahan standar
tanda infeksi pada semua pasien dan
2. Mendemonstrasikan gunakan sarung tangan
tindakan yang dapat jika melakukan kontak
dilakukan untuk dengan darah,
mencegah infeksi membran mukosa, kulit
yang tidak utuh, atau
cairan tubuh lainnya
kecuali keringat.
3. Gunakan teknik steril
untuk merawat pasien
yang mengalami
kerusakan integritas
kulit.
4. Pastikan pasien
melakukan tindakan
pencegahan infeksi
yang sesuai, seperti
mencuci tangan,
mandi, perawatan
mulut, perawatan
rambut, dan perawatan
perineal.
5. Observasi dan laporkan
tanda-tanda infeksi
seperti kemerahan,
discharge, dan
peningkatan suhu
tubuh.
6. Catat dan laporkan
hasil laboratorium
(seperti sel darah putih
dan diferensialnya,
protein serum, albumin
serum, dan kultur).

Risiko perdarahan Circulation Status Hemorrhage Control


dengan faktor risiko
Kriteria hasil: 1. Kaji riwayat penyakit
Setelah dilakukan pasien untuk
tindakan keperawatan menentukan risiko
selama 3x7 jam pasien mengalami
akan: peningkatan
1. Menunjukkan tanda- perdarahan.
tanda vital stabil 2. Monitor tanda-tanda
dengan kehilangan perdarahan pada urin,
darah yang minimal feses, sputum, atau
muntah. Kaji terhadap
adanya petekie,
purpura, atau ekimosis.
3. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium yang
mengindikasikan
perdarahan meliputi
hemoglobin,
hematokrit, dan PT
(prothrombin time).
4. Periksa tanda-tanda
vital.
5. Monitor obat-obatan
yang dapat
menyebabkan
peningkatan
perdarahan misalnya
aspirin.
6. Berikan vitamin K
secara oral atau
intravena jika
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Ackley BJ & Ladwig GB. (2015). Nursing diagnosis handbook ninth


edition: an evidence-based guide to planning care. Mosby Elsevier.
Blackwell W. (2016). Nursing diagnoses: Definitions and classification
2015-2017.
Tim Editor. (2017). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai