Diajukan Oleh:
FEGAL GUSTIAR
02415102
FEBRUARI 2021
UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI PERPAJAKAN
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Dosen Pembimbing
R.Rosiyana Dewi, SE., Ak., M.Si., CA. Rubiatto Biettant, SE., M.Ak.
ii
ECONOMIC AND BUSINESS FACULTY
TAX-ACCOUNTING-THREE YEARS UNDERGRADUATE PROGRAM
Acknowledge by Approved by
Head Major Advisor
R.Rosiyana Dewi, SE., Ak., M.Si., CA. Rubiatto Biettant, SE., M.Ak.
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Nim : 02415102
Menyatakan bahwa laporan tugas akhir ini adalah murni hasil karya sendiri, apabila saya
mengutip karya orang lain, maka saya mencantumkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Saya bersedia dikenakan sanksi pembatalan laporan ini apabila terbukti melakukan
kegiatan plagiat.
Mengetahui, Penyusun,
iv
UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI PERPAJAKAN
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Ahir dengan judul
PEMBUKUAN ATAS GAJI PEGAWAI PADA PT ABS MASA JANUARI S/D SEPTEMBER
2020” sebagai salah satu persyaratan akademis untuk menyelesaikan studi pada program
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada mereka yang penuh
1. Allah Subhana Wataala dengan dan ridho-Nya sehingga penulis dapat diberi kemudahan
2. R.Rosiyana Dewi, SE, Ak, M.Si,CA selaku Ketua Program Diploma III Akuntansi
meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan, nasihat dan motivasi serta
4. Dosen D-III Akuntansi Perpajakan yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada
5. Pak Agus dan Teh Awang pembimbing dan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan di Perusahaan PT ABS yang telah meluangkan waktu dan membantu penulis
vi
6. Keluarga tercinta tersayang Bapak Ato, Ibu Asmala, Teteh Mahesa Tiar dan Suami
terima kasih atas semua do’a dan dukungan dan motivasi yang telash diberikan kepada
penulis.
7. Untuk Nurul A’ini Abubakar yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan
9. Teman-teman satu dosen pembimbing yang selalu memberi semangat dan saling
membantu.
Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan dan kempuan yang dimiliki , untuk
kesempurnaan penulisan Tugas Akhir ini penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua
pihak yang berkepentingan dangan topik ini. Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat
FEGAL GUSTIAR
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
TANDA PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR ........................................................ ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................................. iv
TANDA PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR ......................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL................................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. xi
ABSTRAK ........................................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Waktu dan Kegiatan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ..................................... 4
C. Metode Penyusunan Laporan Tugas Akhir .............................................................. 4
D. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
E. Tujuan Praktik Kerja Lapangan. .............................................................................. 5
F. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir ........................................................... 6
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Landasan Teori ....................................................................................................... 8
B. Kerangka Pemikiran .............................................................................................. 33
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan ................................................................................... 36
B. Visi, Misi Dan Tujuan Perusahaan ........................................................................ 37
C. Kegiatan Umum PT ABS ...................................................................................... 37
D. Struktur Organisasi Perusahaan Dan Uraian Tugas ................................................ 38
BAB IV MENINJAU PELAKSANAAN KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILAN 21 DAN
PEMBUKUAN ATAS GAJI PEGAWAI TETAP PT ABS PADA MASA PAJAK
JANUARI S/D SEPTEMBER 2020?
viii
A. Pelaksanan perhitungan PPh 21 atas Karyawan Tetap ........................................... 41
B. Apakah tinjauan pelaksanaan kewajiban Pajak Penghasilan 21 dan pembukuan atas
gaji pegawai tetap PT ABS telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang ada? ............................................................................................ 55
BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI
A. Simpulan............................................................................................................... 59
B. Keterbatasan ......................................................................................................... 59
C. Implikasi ............................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
ABSTRAK
Pajak merupakan sumber penerimaan negara terbesar. Salah satu jenis pajak yang
dipungut oleh negara adalah Pajak Penghasilan (PPh). PT ABS merupakan salah satu
Perusahaan Gas LPG 3 kg yang disubsidi oleh Pemerintah. PT ABS merupakan Pengusaha Kena
Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mengetahui implementasi PPh yang dilakukan
oleh PT ABS. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode observasi lapangan,
undangan perpajakan. Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan dapat disimpulkan bahwa
penerapan Pajak Penghasilan (PPh) telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku dan
xii
ABSTRACT
Taxes are the largest source of state revenues. One type of tax collected by the state is
Value Added Tax (VAT). PT Selaras Jaya Abadi is one of 3 kg LPG Gas Company subsidized
by the Government. PT Selaras Jaya Abadi is a Taxable Enterpreneur (PKP) who is obliged to
collect Value Added Tax (VAT) of Output Tax and Tax Invoice. PT Selaras Jaya Abadi in the
VAT results using two tax returns (SPT) namely SPT 1111 on Output Tax.
Selaras Jaya Abadi. In writing this essay, the author uses field observation methods, interviews
with company employees, and read the provisions of tax laws. Based on the results of the Field
Work Practice can be concluded that the application of Value Added Tax (VAT) has been in
accordance with applicable tax laws and adjusted at the right time.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap negara melakukan proses pembangunan yang terus berkesinambungan dengan tujuan
membangun negara untuk lebih berkembang dan maju. Indonesia sebagai negara berkembang
gencar berusaha melakukan pembangunan disegala bidang dengan melibatkan seluruh potensi
dan kemampuan yang dimiliki untuk mewujudkan masyarakat adil dan sejahtera diseluruh lini
kehidupan tanpa terkecuali. Pembangunan yang dilakukan tidak dapat dipungkiri memerlukan
pembiayaan dengan jumlah yang tidak sedikit. Pemerintah berusaha memaksimalkan segala
potensi sumber pembiayaan milik negeri sendiri, dalam hal ini yaitu penerimaan pajak dan
penerimaan bukan pajak. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan peran aktif masyarakat dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya dan disertai peranqaktif fiskus atau pemerintah untuk
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat padat. Dimana setiap
warga negara yang memenuhi syarat secara hukum wajib untuk membayar pajak secara
langsung maupun tidak langsung. Apabila semua wajib pajak bersedia memenuhi kewajibannya
untuk membayar pajak, tentunya semakin besar pula pendapatan yang masuk pada sektor pajak.
Karena sumber pendapatan terbesar di Indonesia berasal dari sektor pajak untuk meningkatkan
dibidang perpajakan.
1
2
1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dan perubahan terakhir dengan
Pajak Penghasilan terbagi lagi menjadi beberapa kategori salah satunya adalah PPh pasal
21, yaitu pajak atas penghasialn gaji, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama
dan dalam bentuk apapun yang sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan
yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri. Penerima penghasilan yang
dipotong PPh 21 yaitu pegawai penerima uang pesangon, pensiun atau uang mamfaat pensiun,
tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua termasuk ahli warisnya, bukan pegawi yang menerima
atau memperoleh penghasilan sehubungan pekerjaan, jasa, dan atau kegiatan lain.
Sistem perpajakan di Indonesia dimulai sejak tahun 1816 yang dikenakan pertama kali atas
sewa pengunaan bumi sebagai tempat berdirinya rumah atau bangunan. Pajak di Indonesia
merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk melaksanakan
Pajak merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh masyarakat baik pribadi maupun
badan dari pendapatan atau penghasilannya kepada pemerintah yang ditujukan untuk kegiatan
penerimaan pajak dalam negeri maupun luar negeri sehingga pemerinah lebih memperhatikan
dan berkonsentrasi atas pengelolaan pajak yang terjadi di Indonesia, mulai dari pajak daerah
3
hingga pajak pusat agar pendapatan Negara yang didapat dari pembayaran pajak tersebut dapat
Hal ini didukung dengan sistem pemungutan Pajak Penghasilan di Indonesia yang
menggunakan asas Self Assesment System yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besaran nya pajak yang terhutang. ini
artinya bahwa masyarakat atau wajib pajak yang paling menentukan dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan, mulai dari mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, menghitung besarnya
pajak terhutang, membayar pajaknya sendiri ke Bank atau ke Kantor Pos, dan melaporkannya
ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Pemerintah berharap dengan Self Assesment System,
pelaksanaan pemungutan Pajak Penghasilan dapat berjalan dengan lebih mudah dan lancar.
Dengan Self Assesment System sistem tersebut secara tidak langsung wajib pajak dituntut untuk
di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis untuk
memutuskan dan mengambil Tugas Akhir dengan judul ” Tinjauan Pelaksanaan Kewajiban
Pajak PPh 21 dan Pembukuan atas Gaji Pegawai Tetap pada PT ABS Masa Januari s/d
September 2020”
4
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan selama 50 hari kerja. Jangka waktu
Dalam menyusun dan menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini, penulis
a. Observasi/Studi Lapangan
memperoleh data-data yang akurat dan dijamin kebenarannya untuk keperluan dalam
b. Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan Tanya jawab dan bertatap muka secara
langsung dengan para pegawai dan supervisor yang bekerja di tempat penulis
5
c. Riset Kepustakaan
Metode umum yang dilakukan penulis dengan cara membaca dan mempelajari teori
Menteri, buku-buku umum, dan modul-modul yang terkait dengan penulisan laporan,
D. Rumusan Masalah
1. Meninjau pelaksanaan kewajiban Pajak Penghasilan 21 dan pembukuan atas gaji pegawai
2. Apakah pelaksanaan kewajiban Pajak Penghasilan 21 dan pembukuan atas gaji pegawai
tetap PT ABS telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang ada?
3. Bagaimana pencatatan jurnal akuntansi PPh pasal 21 yang diterapkan oleh PT ABS?
pembukuan atas gaji pegawai tetap pada Karyawan PT ABS pada Masa pajak Januari s/d
September 2020.
2. Untuk mengevaluasi pelaksanaan kewajiban Pajak Penghasilan 21 dan pembukuan atas gaji
pegawai tetap pada Karyawan PT ABS sesuai dengan peraturan ketentuan undang-undang
3. Untuk mengetahui jurnal akuntansi pemotongan, penyetoran dan pelaporan atas PPh pasal
21 pada PT ABS.
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang dari Sistem Pelaksanaan Perpajakan,
Laporan Tugas Akhir, perumusan masalah, tujuan Laporan Tugas Akhir, dan
Bab ini menjelaskan tentang Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran yang
Tugas Akhir.
Bab ini menjelaskan tentang hasil dari pembahasan yang menjawab semua
dengan teori yang telah dipelajari instansi tempat pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan.
Bab ini menjelaskan tentang simpulan hasil Laporan Tugas Akhir yang diperoleh
KERANGKA TEORITIS
A. Landasan Teori
Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar oleh rakyat untuk negara dan akan
digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Rakyat yang membayar
pajak tidak akan merasakan manfaat dari pajak secara langsung, tetapi akan merasakan
manfaatnya dimasa yg akan datang, karena pajak digunakan untuk kepentingan umum,
bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak menurut Pasal (1) ayat (1) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
8
9
Menurut S. I. Djajadiningrat dalam Siti Resmi (2017:1) definisi pajak adalah sebagai
berikut:
Pajak sebagai suatu kewajiban yang menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas
negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkanpemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada
jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan
secara umum.
sebagai berikut:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.
Maksud dari kutipan di atas, pajak dapat didefinisikan hanya sebagai pembayaran
untuk mendukung biaya atau beban pemerintah karena pajak tidak dimaksudkan untuk
menghalangi atau menghukum perilaku yang tidak dapat diterima. Di sisi lain, pajak itu
wajib. Siapa pun yang dikenai pajak tidak bebas memilih apakah harus membayar atau
tidak.
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri atau unsur pokok yang
dapat dipaksakan.
3. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran rutin pemerintah yang bila dari pemasukannya
b. Dasar Hukum
Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 Pasal 1
Ayat 1 adalah konribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
kemakmuran rakyat.
c. Fungsi Pajak
1. Fungsi Anggaran
pengeluaran negara.
beberapa asas yang dapat dipakai oleh negara sebagai asas dalam menentukan
Berikut ini beberapa asas yang sering digunakan oleh negara sebagai landasan untuk
1) Asas Domisili
Negara mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang
pribadi atau badan apabila mereka tinggal di Indonesia. Asas ini tidak melihat
kebangsaan. Dengan begitu, orang asing sekali pun sepanjang tinggal di Indoesia
merupakan wajib pajak. Indonesia menerapkan asas ini untuk wajib pajak dalam
negeri.
2) Asas Sumber
Berkebalikan dengan asas domisili, asas sumber melihat bahwa yang penting adalah
sumber penghasilannya yang berada di Indonesia, bukan domisili wajib pajak. Artinya,
meskipun pihak yang menerima tidak berada di Indonesia. Terhadap wajib pajak luar
Dalam asas ini, landasan pengenaan pajak adalah status kewarganegaraan dari orang
atau badan yang memperoleh penghasilan. Dengan begitu, asal atau sumber
penghasilan yang akan dikenakan pajak bukan menjadi persoalan, asalkan mereka
Menurut Mardiasmo (2018;5), sistem pemungutan pajak ada beberapa sistem sebagai
berikut:
Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk
Ciri-cirinya:
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk
Ciri-cirinya:
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak
sendiri;
b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak
yang terhutang;
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan
fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak
Ciri-cirinya: wewenang menetukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak
f. Jenis-jenis pajak
1. Menurut Golongannya
13
Penghasilan (PPh).
b) Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
2. Menurut Sifatnya
a) Pajak subjektif, yaitu pajak yang ditetapkan berdasarkan pada subjeknya, dalam
arti memperhatikan keadaan dari Wajib pajak. Contoh Pajak Penghasilan (PPh).
b) Pajak objektif, yaitu pajak yang ditetapkan berdasarkan pada objeknya tanpa
a) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan Bea
Materai.
b) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah. Pajak Daerah
terdiri atas:
1) Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor.
Hiburan.
14
2. Pajak Penghasilan
sebagaimana yang telah diubah ke empat kali dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008,
yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atas diperoleh oleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang
Secara umum pengertian subjek pajak adalah siapa yang dikenakan pajak. Secara
praktik termasuk dalam pengertian subjek pajak meliputi orang pribadi, warisan yang
belum terbagi sebagai satu kesatuan, badan, dan bentuk usaha tetap. Subjek pajak tersebut
a. Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia lebih dari 183 (seratus delapam puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan, atau orang peribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu
c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.
a. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
b. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
3. Bentuk usaha Tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang
tidak bertempet tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih
dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12(dua belas) bulan, dan
badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk
b. Cabang perusahaan;
16
c. Kantor perwakilan;
d. Gedung kantor;
e. Pabrik;
f. Bengkel;
g. Gudang;
m. Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang
dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan;
n. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas;
o. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
p. Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau
4. Tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan Badan ditetapkan oleh Direktur
Yang menjadi objek Pajak Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib
Berdasarkan kategori diatas, sesuai dengan pasal ayat (1) UU PPh telah diberikan
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-
Undang ini;
c. Laba usaha;
pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apapun;
kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat dan badan kegamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
18
koperasi, dan orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut oleh Praturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak
perusahaan pertambangan.
pembayaranqtambahan pengembalianqpajak;
utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dalam perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
n. Premiqasuransi;
dikenakanqpajak;
s. SurplusqBankqIndonesia
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabunngan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, dan bungan simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan penghasilan
tertentu lainnya.
Keuangan:
penguasaanqantaraqpihak-pihak yangqbersangkutan.
2. Warisan.
penyertaanqmodal.
c. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah,
kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak yang menggunakan norma perhitungan
danqasuransi beaqsiswa.
e. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagaimana
Wajib Pajak dalam negri, koperasi, badan usaha milik Negara, atau badan usaha milik
21
Daerah, dari penyertaan modal pada usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
jumlahqmodal yangqdisetor.
maupunqpegawai.
2008 tentangqPajakqPenghasilan.
22
OrangqPribadi.
dibayarkanqsekaligus.
pelaksanaan suatuqkegiatan
berkewajibanqqquntukqqqmelakukanqqqpemotonganqqqqpajakqqqyaituqqqqkatorqqqqqp
dalam:
24
pensiun atauqpengasilanqsebelumnya.
pembayaranqlain sejenisnya.
Penghasilan yang tidak termasuk dalam objek PPh Pasal 21 berdasarkan PER-
dan asuransiqbeasiswa.
perhitunganqkhusus.
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dan pensiun yang pendirinya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, kepada badan
penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja
5. Beasiswa sebgaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (3) Huruf I dalam Undang-Undang
Pajak Penghasilan.
tahunqyang sama.
3. Pemotong pajak berhak membetulkan sendiri SPT atas kemauan sendiri dengan
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak atau Tahun Pajak, dengan syarat
Jenderal Pajak atasqsuatu Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, Surat
dengan alasan yang jelas kepada badan peradilan pajak terhadap keputusan
Permohonan banding ini dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak keputusan
6. Setiap pemotong pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak atau
Jaminan Hari Tua, penerima uang pesangon, dan penerima dana pensiun.
Tarif PPh 21 merupakan tarif pajak yang dikenakan kepada wajib pajak orang pribadi
dengan jumlah penghasilan tertentu. Tarif ini merupakan salah satu komponen penting
dalam cara perhitungan PPh 21 2016 dan ditentukan berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016, tarif PPh 21 ini.Tarif PPh 21
berikut ini berlaku pada Wajib Pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP):
28
Untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, dikenai tarif 20% lebih tinggi dari
Walaupun perhitungan PPh 21 telah diatur oleh DJP, namun pada praktiknya, setiap
tunjangan pajak atau gaji bersih yang diterima karyawannya. Ada 3 metode perhitungan
Metode gross ini diterapkan bagi pegawai atau penerima penghasilan yang
menanggung PPh Pasal 21 terutangnya sendiri. Ini berarti gaji bruto atau kotor
pegawai tersebut belum dipotong PPh Pasal 21. Misalnya Ardi, seorang laki-laki
Metode gross-up ini diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan yang
diberikan tunjangan pajak (gajinya dinaikkan terlebih dahulu) sebesar pajak yang
dipotong. Misalnya Ardi, seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji sebesar Rp.
10.000.000,- maka;
Metode net ini diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan yang
mendapatkan gaji bersih. Misalnya Ardi, seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima
Dalam catatan jurnal pajak penghasilan, pencatatan pemotongan pajak dilakukan dan
dibedakan sesuai jabatan Wajib Pajak, yakni pemberi kerja dan penerima kerja.
Pemberi Kerja
Pembebanan gaji untuk mendapatkan Penghasilan Kena Pajak dilakukan dengan akrual
basis. Artinya, gaji pada bulan Desember yang dibayarkan pada Januari di tahun
Contohnya:
Budi merupakan karyawan di PT Merah Putih dengan status TK/0. Ia mendapatkan gaji
kotor, tunjangan, dan penghasilan lainnya selama satu tahun sebesar Rp 180.000.000,-
31
Potongan dari PPh 21 Budi adalah sebesar Rp 22.000.000,- Berikut ini adalah
pencatatannya:
Jurnal PPh 21
Gaji Rp 180.000.000
Kas/Bank Rp 158.000.000
Kas/Bank Rp 22.000.000
Jurnal pajak penghasilan atau PPh 21 yang pertama dibuat pada saat gaji diberikan
kepada karyawan. Pada bulan berikutnya, pemberi kerja akan menyetorkan pajak
penghasilan tersebut. Sehingga, nantinya akan dibuat jurnal pajak kedua untuk
Penerima Kerja
Jika dilihat dari posisi penerima kerja, gaji karyawan dan sebagainya diklaim sebagai
penghasilan sebesar nilai kotor atau belum dikenakan pajak penghasilan dalam jurnal
Contohnya:
adalahqpencatatan jurnalqpajakqpenghasilannya:
Jurnal PPh 21
Kas/Bank Rp 158.000.000,-
Gaji Rp 180.000.000,-
telahqmenjadiqpiutang.
Penyesuaianqqtersebutqqdilakukanqqsetelahqqkaryawanqmenerima buktiqpemotongan
Kas/Bank Rp 22.000.000
Dua pencatatan jurnal pajak di atas adalah contoh pencatatan transaksi yang ada di dalam
suatu perusahaan. Pencatatan tersebut berbeda jika karyawan berstatus tetap dan tidak
B. Kerangka Pemikiran
Penulis memfouskan Laporan Tugas Akhir ini pada pemenuhan kewajibann atas
Tinjauan Pelaksanaan, Kewajiban, Pajak Penghasilan Pasal 21. Dalam pemenuhan kewajiban
Pajak Penghasilan (PPh), penulis berpedoman pada Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008
penyetoran serta pelaporan sesuai dan tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
PT ABS
Tinjauan Pelaksanaan
1. UU No. 36 Tahun
Kewajiban Pajak PPh 21
2008
dan Pembukuan atas Gaji
2.PMK No 242/ Pegawai Tetap pada PT
PMK.03/2014 ABS Masa Januari s/d
3. PER-16/PJ/2016
September 2020
Kendala Upaya
Keterangan:
: Garis Penelitian
: Garis Fungsional
PT. ABS perusahaan yang akarnya pada tahun 1964, pada saat itu masih perusahaan minyak
tanah, usaha ini sudah turun menurun dari kakek nenek sampai saat ini yang dijalani oleh
generasi ke 3. Setelah sudah menjadi kontroversi minyak tanah dengan gas elpiji bersubsidi 3kg
baru perusahaan PT ABS ini lahir dengan menjadi perusahaan agen gas elpiji bersubsidi 3kg
36
37
1. Visi
2. Misi
3. Tujuan Perusahaan
Tujuan menyalurkan gas bersubsidi kepada orang yang berhak mendapatkan subsidi
melalui pangkalan-pangkalan yang bekerja sama dengan PT ABS, kemudian PT ABS harus
tepat, jumlah tepat, harga tepat dan tepat pada sasaran yang membutuhkan agar gas elpiji
bersubsidi ini tidak salah langkah dan orang yang berhak dapat menggunakan gas elpiji
bersubsidi.
Membuat perencanaan untuk 1 bulan kedepan dan memantau kegiatan agar sesuai dengan
perencanaan , setelah perencanaan sudah sesuai lalu dilaporkan ke Hiswana Migas dan membuat
masyarakat yang membutuhkan gas elpiji 3 kg dengan harga yang sudah di subsidi oleh
pemerintah.
38
sehingga setiap fungsi mempunyai hubungan dengan fungsi yang lain sehingga baik dan
buruknya suatu fungsi dapat mempengaruhi seluruh kinerja dalam Perusahaan. Struktur
hubungan antara fungsi serta menjelaskan tentang tanggung jawab fungsi dan kewenangan yang
diberikan. Struktir organisasi dan uraian tugas yang dimiliki PT ABS terdapat Migas pada bagan
di bawa ini:
39
1. Direktur Utama
Adalah seorang yang menyusun, mengomunikasikan, dan menerapkan visi, misi, serta
40
arah yang akan ditempuh perusahaan kepada para karyawannya. direktur perusahaan
wajib memastikan bahwa setiap karyawannya telah memahami betul tujuan yang hendak
dicapai perusahaan.
2. Komisaris
Adalah seorang yang ditunjuk untuk mengawasi seluruh kegiatan perusahaan terutama
3. Manager keuangan
Adalah seseorang yang mempunyai hak dalam mengambil suatu keputusan yang sangat
4. Supervisor
Adalah seseorang yang mengatur semua proses produksi berjalan lancar seperti
jawab keamanan, keselamatan atau kesehatan yang terancam. Ia harus dapat menjalin
kerja sama dengan atasan perusahaan atau dengan bawahannya supaya tidak terjadi
konflik.
Adalah seseorang yang merupakan fungsi kerja dalam sebuah perusahaan baik dalam
sekala besar maupun kecil yang secara umum bertugas merencanakan, mengkoordinasi,
pelaporan PPh Pasal 21 baik terhadap satu tahun pajak atau bagian dalam satu tahun pajak
terhadap pegawai tetap yang bekerja di PT ABS sesuai dengan PER 16/PJ/2016. Berikut adalah
TOTAL GAJI
GAJI
GAJI BRUTO
NO NAMA STATUS POKOK
BRUTO SETAHUN
(Rp)
(Rp) (Rp)
1 M. YULIANA HM. K/1 7,000,000 7,000,000 84,000,000
2 VERAWATI TK 5,000,000 5,000,000 60,000,000
3 KARDI TK 5,000,000 5,000,000 60,000,000
4 ERNAWATI TK 5,000,000 5,000,000 60,000,000
5 ROHAYA TK 5,000,000 5,000,000 60,000,000
6 H. RAHMAT HIDAYAT TK 5,000,000 5,000,000 60,000,000
7 MUMUN MAIMUNAH TK 5,000,000 5,000,000 60,000,000
Sumber: PT ABS
1. M.Yuliana dengan status K/1 memperoleh gaji sebesar Rp7.000.000 Perbulan dan Pada
bulan Juni mendapatkan THR sebesar Rp7.000.000, M. Yuliana membayar iuran pensiun
41
42
2% dari gaji pokok, maka cara menghitung PPh 21 atas gaji dan atas bonusnya adalah
sebagai berikut:
Kas/Bank Rp 6.937.000
Kas/Bank Rp 63.000
43
membayar JHT 2% dari gaji pokok . Pada bulan Juni mendapatkan THR sebesar
Rp5.000.000, maka cara menghitung PPh 21 atas gaji dan atas bonusnya adalah
sebagai berikut:
Kas/Bank Rp 4.992.500
Kas/Bank Rp 7.500
3. Kardi (TK) dengan memperoleh gaji sebesar Rp5.000.000 perbulan dan kardi
membayar JHT 2% dari gaji pokok. Pada bulan juni mendapatkan THR sebesar
Rp5.000.000, maka cara menghitung PPh Pasal 21 atas gaji dan atas bonusnya
Kas/Bank Rp 4.992.500
Kas/Bank Rp 7.500
bulan Juni mendapatkan THR sebesar Rp5.000.000, maka cara menghitung PPh 21
Kas/Bank Rp 4.992.500
Kas/Bank Rp 7.500
48
5. Ny Rohaya (TK) dengan mempeoleh gaji sebesar Rp5.000.000 Perbulan. Pada bulan
Juni mendapatkan THR sebesar Rp5.000.000, maka cara menghitung PPh 21 atas
Kas/Bank Rp 4.992.500
Kas/Bank Rp 7.500
dan H. Rahmat Hidayat membayar JHT 1% dari gaji pokok. Pada bulan juni
mendapatkan THR sebesar Rp5.000.000, maka cara menghitung PPh Pasal 21 atas
Kas/Bank Rp 4.992.500
Kas/Bank Rp 7.500
Perbulan. Pada bulan Juni mendapatkan THR sebesar Rp5.000.000, maka cara
menghitung PPh 21 atas gaji dan atas bonusnya adalah sebagai berikut:
52
Kas/Bank Rp 4.992.500
Kas/Bank Rp 7.500
53
Tabel 4.2 Penghitungan Total Karyawan Penghasilan Bruto Atas PTKP dan di bawah
PTKP
Total
Penghasilan bruto di Penghasilan bruto di Total PPh yang
Bulan Penghasilan
atas PTKP bawah PTKP dipotong
Bruto
Jan 37.000.000 56.800.000 93.800.000 276.000
Feb 37.000.000 56.800.000 93.800.000 276.000
Mar 37.000.000 - 37.000.000 276.000
Apr 37.000.000 26.800.000 63.800.000 276.000
Mei 37.000.000 26.800.000 63.800.000 276.000
Jun 37.000.000 56.800.000 93.800.000 366.000
Jul 37.000.000 26.800.000 63.800.000 276.000
Agt 37.000.000 26.800.000 63.800.000 276.000
Sep 37.000.000 56.800.000 93.800.000 276.000
54
Dari table 4.3 tersebut, dapat diketahui jumlah pajak yang terutang pada masak Januari
hingga September 2020 menggunakan data yang diperoleh dari PT ABS dan diolah oleh penulis
Tabel 4.4 Rekapitulasi Pelaksanaan, Pemotongan, dan Penyetoran PPh Pasal 21 Atas
Penghasilan Pegawai Tetap Pada PT ABS Tahun 2020
PPH Terutang
Masa Tanggal Tempat Tanggal
NO H.Rahmat Mumun
Pajak M.Yuliana Verawati Kardi Ernawati Rohaya TOTAL Penyetoran Penyetoran Lapor
Hidayat Maimunah
Bank
1 Januari 90.000 32.000 29.000 32.000 32.000 29.000 32.000 276.000 01/02/2020 Mandiri 01/02/2020
2 Februari 90.000 32.000 29.000 32.000 32.000 29.000 32.000 276.000 09/03/2020 Kantor Pos 18/03/2020
Bank
3 Maret 90.000 32.000 29.000 32.000 32.000 29.000 32.000 276.000 04/04/2020 Mandiri 04/04/2020
4 April 90.000 32.000 29.000 32.000 32.000 29.000 32.000 276.000 02/05/2020 Kantor Pos 01/05/2020
Bank
5 Mei 90.000 32.000 29.000 32.000 32.000 29.000 32.000 276.000 05/06/2020 Mandiri 04/06/2020
6 Juni 180.000 32.000 29.000 32.000 32.000 29.000 32.000 366.000 06/07/2020 Kantor Pos 03/07/2020
Bank
7 Juli 90.000 32.000 29.000 32.000 32.000 29.000 32.000 276.000 10/08/2020 Mandiri 08/08/2020
Bank
8 Agustu 90.000 32.000 29.000 32.000 32.000 29.000 32.000 276.000 05/09/2020 Mandiri 05/09/2020
Bank
9 September 90.000 32.000 29.000 32.000 32.000 29.000 32.000 276.000 05/10/2020 Mandiri 03/10/2020
55
Dari tabel 4.4 tersebut, dapat diketahui jumlah pajak yang terutang, Tanggal setor dan
tanggal lapor pada masa Januari hingga September 2020 yang diperoleh dan diolah oleh PT
ABS.
mempunyai kewajiban untuk memotong PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima pegawai
tetap baik gaji dan tunjangan Serta penghasilan yang diterima pegawai pensiun. PT ABS
merupakan pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan PPh Pasal 21 atas seluruh
penghasilan yang diterima pegawai. PPh Pasal 21 dipotong dari jumlah penghasilan Netto yang
dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak. Tarif Pemotong PPh pasal 21 adalah tarif pasal 17
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Berikut ini merupakan
Dari tabel 4.5, mengenai perbandingan pelaksanaan dan penyetoran PPh Pasal 21 atas
penghasilan pegawai tetap pada PT ABS Tahun 2020, bisa dilihat bahwa pajak yang disetor PT
ABS tidak sesuai dengan Per 16/pj/2016 dan PT ABS melakukan penyerotan lebih besar atau
lebih bayar dari yang seharusnya dikarenakan perhitungan pph atas bonusnya dihitung setiap
bulan sedangkan pph atas bonus seharusnya dibayarkan sekali pada saat karyawan mendapatkan
Dari tabel yang telah dijabarkan di atas, diketahui bahwa PT ABS telah melaksanakan
kewajiban penyetoran PPh pasal 21 dengan benar dan sesuai dengan PMK No. 102/PMK
010/2016, namun yang disetorkan tidak sesuai perhitungan dengan ketentuan PER 16/PJ/2016.
57
Tabel 4.7 Perbandingan Pelaporan PPh Pasal 21 masa Januari – September 2020
menurut PT ABS dengan PMK no 242/PMK.03/2014
(dalam rupiah)
Tanggal Pelaporan
Jumlah Pajak
SPT Masa Pajak PMK no KET
Yang disetorkan
PT ABS 242/PMK.03/2014
Januari 276.000 1/2/2020 20/02/2020 Sesuai
Februari 276.000 18/03/2020 20/03/2020 Sesuai
Maret 276.000 4/4/2020 20/04/2020 Sesuai
April 276.000 1/5/2020 20/05/2020 Sesuai
Mei 276.000 4/6/2020 20/06/2020 Sesuai
Juni 366.000 3/7/2020 20/07/2020 Sesuai
Juli 276.000 8/8/2020 20/08/2020 Sesuai
Agustu 276.000 5/9/2020 20/09/2020 Sesuai
September 276.000 3/10/2020 20/10/2020 Sesuai
Dari tabel tersebut, penulis menyajikan bahwa PT ABS telah melaksanakan kewajiban
perpajakannya dalam Pelaporan PPh Pasal 21 secara baik dan sesuai dengan PMK no
242/PMK.03/2014.
Dalam PMK no 242/PMK.03/2014 menyatakan bahwa Pelaporan SPT masa PPh dilakukan
paling lambat tanggal 20 setelah berakhirnya masa pajak berakhir. Apabila tanggal 20 jatuh pada
hari libur, maka penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya. Dalam PMK no
242/PMK.03/2014 juga menyatakan bahwa Penyetoran SPT masa PPh dilakukan paling lambat
tanggal 10 setelah berakhirnya masa pajak berakhir. Apabila tanggal 10 jatuh pada hari libur,
Tahun 2020
Kas/Bank Rp 367.426.000
Kas/Bank Rp 2.574.000
5. Bagaimana pencatatan jurnal akuntansi PPh pasal 21 yang diterapkan oleh PT ABS?
PT ABS membuat ayat jurnal pemotongan dan penyetoran pph Pasal 21 yang di dapat setiap
bulan. Dari data yang penulis dapatkan, tidak terdapat kesalahan dalam pencatatan ayat jurnal
yang dilakukan oleh PT ABS. Sedangkan dalam pelaksanaannya PT ABS telah melakukan
penghitungan dan pemotongan PPh Pasal 21 namun tidak sesuai dengan mekanisme akuntansi
A. Simpulan
Dari penelitian yang dibahas penulis pada bab sebelumnya tentang Perhitungan,
Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan 21 pada PT ABS periode masa pajak
21.
dari segi pelaporan dan penyetoran telat sesuai dengan PMK No 102/PMK.010/2016.
3. PT ABS telah melakukan pencatatan ayat jurnal akuntansi PPh pasal 21 sesuai prinsip
B. Keterbatasan
Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir yang dilakukan penulis mengalami beberapa
1. Memperoleh data, karena perusahaan sangat merahahasiakan perihal data tersebut hal
ini disebabkan adanya privasi data yang tidak bisa dipublikasikan. Mendapatan data
tersebut melalui progres yang panjang hingga akhirnya data didapatkan. Sehingg penulis
59
60
berusaha semaksimal mungkin dalam mengolah data yang ada menjadi data yang
optimal.
2. Mendapat persetujuan karena perusahaan sangat tertutup karena itu mereka tidak mau
ambil resiko untuk membuka identitasnya, sehingga dari pihak PT ABS membolehkan
C. Implikasi
tentang penyusunan Laporan Tugas Akhir, selanjutnya penulis akan menguraikan dampaknya
sebagai berikut :
1. Bagi perusahaan, dengan adanya Laporan Tugas Akhir ini dapat dijadikan sebagai acuan
menjalankan kewajiban sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku dalam hal
perhitungan.
2. Bagi Akademis, dapat memperluas lagi tentang Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan
acuan Perundang- Undangan yang berlaku dan juga dari sumber-sumber referensi
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
djp. (n.d.). PPh Pasal 21/26. Retrieved from Direktorat Jenderal Pajak:
https://www.pajak.go.id/id/pph-pasal-2126
Mardiasmo. (2018). Perpajakan Edisi Revisi. Malang: Andi.
Prastowo, Y. (2009). Panduan Lengkap Pajak. Jakarta: Raih Asa Sukses.
Soemitro, R. (1987). Asas dan Dasar Perpajakan 2. Bandung: Eresco.
Systems, P. A. (2019, Januari 19). Penghitungan PPh 21 Terbaru dengan PTKP 2019.
Retrieved from Online Pajak: https://www.online-pajak.com/tentang-
pph21/perhitungan-pph-21
UTAMI, N. W. (2018, Desember 03). PPh 21: Objek, Tarif, Rumus, Hingga Cara Pelaporan
Pajak Penghasilan Pasal 21. Retrieved from klikpajak: https://klikpajak.id/blog/pajak-
bisnis/pajak-penghasilan-pasal-21-2/
Waluyo. (2017). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Peraturan Undang-Undang
_______, Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009
Pasal 1 Ayat 1.
_______, Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 TentangqqPajak Penghasilan
sebagaimanaqyang telah diubahqke empat kaliqdengan Undang-Undang No. 36
Tahun 2008.
_______, Peraturan Dirjen Pajak No. PER-16/PJ/2016 tentangqqpedoman teknis tataqqcara
pemotongan, qpenyetoran, danqpelaporanqPajak PenghasilanqPasal 21
sehubunganqdengan pekerjaan, jasa, danqkegiatan OrangqPribadi.
_______, Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK.03/2008 tentang
petunjukqqqpelaksanaan pemotongan pajakqqqatas penghasilanqqqsehubungan
denganqpekerjaan, jasa, dan kegiatanqOrangqPribadi.
_______, Peraturan Menteri Keuangan No. 102/PMK.010/2016 tentangqpenetapanqbagian
penghasilanqqsehubungan denganqpekerjaan dariqqpegawai harian danqmingguan
sertaqpegawai tidakqtetap lainnyaqyang tidakqdikenakan pemotonganqmenimbang
Pajak Penghasilan.
LAMPIRAN