Anda di halaman 1dari 87

UNIVERSITAS TRISAKTI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM DIPLOMA III AKUNTANSI PERPAJAKAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

TINJAUAN PELAKSANAAN KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILAN

PASAL 21 DAN PEMBUKUAN ATAS GAJI PEGAWAI PADA PT ABS

MASA JANUARI s/d SEPTEMBER 2020

Diajukan Oleh:
FEGAL GUSTIAR
02415102

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI SYARAT KELULUSAN

FEBRUARI 2021
UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI PERPAJAKAN

TANDA PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR

a. Nama : Fegal Gustiar


b. Nim : 02413050
c. Program : Diploma III
d. Program Studi : Akuntansi Perpajakan
e. Judul Laporan Tugas Akhir : Tinjauan Pelaksanaan Kewajiban Pajak Penghasilan
Pasal 21 dan Pembukuan atas Gaji Pegawai pada PT Abs
Masa Januari s/d September 2020

Jakarta, 20 Februari 2021

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Dosen Pembimbing

R.Rosiyana Dewi, SE., Ak., M.Si., CA. Rubiatto Biettant, SE., M.Ak.

ii
ECONOMIC AND BUSINESS FACULTY
TAX-ACCOUNTING-THREE YEARS UNDERGRADUATE PROGRAM

FINAL REPORT APPROVAL


a. Name : Fegal Gustiar
b. N.I.M : 02415102
c. Program : Three Years Undergruaduate
d. Study Progra : Accounting-Taxation
e. Tittle : Review of Obligations Implementation of Income Tax Article 21 and
Bookkeping of Employee Salaries at PT ABS Period January to
September 2020

Jakarta, 20 February 2021

Acknowledge by Approved by
Head Major Advisor

R.Rosiyana Dewi, SE., Ak., M.Si., CA. Rubiatto Biettant, SE., M.Ak.

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Fegal Gustiar

Nim : 02415102

Program Studi : Diploma III Akuntansi-Perpajakan

Menyatakan bahwa laporan tugas akhir ini adalah murni hasil karya sendiri, apabila saya

mengutip karya orang lain, maka saya mencantumkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Saya bersedia dikenakan sanksi pembatalan laporan ini apabila terbukti melakukan

kegiatan plagiat.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, 20 Februari 2021

Mengetahui, Penyusun,

Rubiatto Biettant, SE., M.Ak. Fegal Gustiar

iv
UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI PERPAJAKAN

TANDA PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR

1. Nama : FEGAL GUSTIAR


2. NIM : 02415102
3. Program : Diploma III
4. Program Studi : Akuntansi Perpajakan
5. Judul Laporan Tugas Akhir : Tinjauan Pelaksanaan Kewajiban Pajak Penghasilan Pasal
21 dan Pembukuan atas Gaji Pegawai pada PT Abs Masa
Januari s/d September 2020
PANITIA PENGUJI LAPORAN TUGAS AKHIR
Tanggal : 10 Februari 2021 KETUA : Licke Biettant
Tanggal : 10 Februari 2021 PEMBIMBING : Rubiatto Biettant
Tanggal : 10 Februari 2021 ANGGOTA : Tyas Pambudi R
Telah disetujui dan diterima untuk memenuhi sebagaian dari persyaratan kelulusan program
Diploma III Akuntansi Perpajakan.

Jakarta, 20 Februari 2021


Menyetujui,

R. Rosiyana Dewi, SE., Ak., M.Si., CA.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat

serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Ahir dengan judul

“TINJAUAN PELAKSANAAN KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN

PEMBUKUAN ATAS GAJI PEGAWAI PADA PT ABS MASA JANUARI S/D SEPTEMBER

2020” sebagai salah satu persyaratan akademis untuk menyelesaikan studi pada program

Diploma Akuntansi Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada mereka yang penuh

kesabaran membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini:

1. Allah Subhana Wataala dengan dan ridho-Nya sehingga penulis dapat diberi kemudahan

dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

2. R.Rosiyana Dewi, SE, Ak, M.Si,CA selaku Ketua Program Diploma III Akuntansi

Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti.

3. Rubbiatto Biettant, SE,M.AK selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan, nasihat dan motivasi serta

mengarahkan penulis dalam penulisan Lporan Tugas Akhir ini.

4. Dosen D-III Akuntansi Perpajakan yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada

penulis selama penulis kuliah di Universitas Trisakti.

5. Pak Agus dan Teh Awang pembimbing dan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja

Lapangan di Perusahaan PT ABS yang telah meluangkan waktu dan membantu penulis

dalam menyusun Tugas Akhir.

vi
6. Keluarga tercinta tersayang Bapak Ato, Ibu Asmala, Teteh Mahesa Tiar dan Suami

terima kasih atas semua do’a dan dukungan dan motivasi yang telash diberikan kepada

penulis.

7. Untuk Nurul A’ini Abubakar yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan

semangat kepada penulis.

8. Teman-teman tersayang yang selalu memberikan dukungan seperti Kania Novianti,

Yudhistira, Fadli Fajar, Raditya dan Rachmat Rizky Fauzi.

9. Teman-teman satu dosen pembimbing yang selalu memberi semangat dan saling

membantu.

Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan dan kempuan yang dimiliki , untuk

kesempurnaan penulisan Tugas Akhir ini penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua

pihak yang berkepentingan dangan topik ini. Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat

bermamfaat bagi penulis dan pembaca.

Jakarta, 20 Februari 2021

FEGAL GUSTIAR

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
TANDA PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR ........................................................ ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................................. iv
TANDA PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR ......................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL................................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. xi
ABSTRAK ........................................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Waktu dan Kegiatan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ..................................... 4
C. Metode Penyusunan Laporan Tugas Akhir .............................................................. 4
D. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
E. Tujuan Praktik Kerja Lapangan. .............................................................................. 5
F. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir ........................................................... 6
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Landasan Teori ....................................................................................................... 8
B. Kerangka Pemikiran .............................................................................................. 33
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan ................................................................................... 36
B. Visi, Misi Dan Tujuan Perusahaan ........................................................................ 37
C. Kegiatan Umum PT ABS ...................................................................................... 37
D. Struktur Organisasi Perusahaan Dan Uraian Tugas ................................................ 38
BAB IV MENINJAU PELAKSANAAN KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILAN 21 DAN
PEMBUKUAN ATAS GAJI PEGAWAI TETAP PT ABS PADA MASA PAJAK
JANUARI S/D SEPTEMBER 2020?

viii
A. Pelaksanan perhitungan PPh 21 atas Karyawan Tetap ........................................... 41
B. Apakah tinjauan pelaksanaan kewajiban Pajak Penghasilan 21 dan pembukuan atas
gaji pegawai tetap PT ABS telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang ada? ............................................................................................ 55
BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI
A. Simpulan............................................................................................................... 59
B. Keterbatasan ......................................................................................................... 59
C. Implikasi ............................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 TARIF PROGRESIF PPH PASAL 21 .............................................................. 28


TABEL 4.1 PERHITUNGAN GAJI PEGAWAI.................................................................. 41
TABEL 4.2 PENGHITUNGAN TOTAL KARYAWAN PENGHASILAN BRUTO ATAS
PTKP DAN DI BAWAH PTKP ....................................................................... 53
TABEL 4.3 REKAPITULASI PELAKSANAAN PENGHITUNGAN PPH PASAL 21 ATAS
PENGHASILAN PEGAWAI TETAP PADA PT ABS TAHUN 2020
MENURUT PER PJ/2016 ................................................................................ 54
TABEL 4.4 REKAPITULASI PELAKSANAAN, PEMOTONGAN, DAN PENYETORAN
PPH PASAL 21 ATAS PENGHASILAN PEGAWAI TETAP PADA PT ABS
TAHUN 2020 ................................................................................................... 54
TABEL 4.5 PERBANDINGAN PELAKSANAAN PERHITUNGAN PPH 21 PT ABS
DENGAN PERATURAN PERPAJAKAN YANG BERLAKU ........................ 55
TABEL 4.6 PERBANDINGAN PELAKSANAAN PENYETORAN PPH 21 PT ABS
DENGAN PERATURAN PERPAJAKAN YANG BERLAKU ........................ 56
TABEL 4.7 PERBANDINGAN PELAPORAN PPH PASAL 21 MASA JANUARI –
SEPTEMBER 2020 MENURUT PT ABS DENGAN PMK NO
242/PMK.03/2014 ............................................................................................ 57

x
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN .......................................................................... 35


GAMBAR 3.1 STRUKTUR ORGANISASI PT ABS ........................................................... 39

xi
ABSTRAK

Pajak merupakan sumber penerimaan negara terbesar. Salah satu jenis pajak yang

dipungut oleh negara adalah Pajak Penghasilan (PPh). PT ABS merupakan salah satu

Perusahaan Gas LPG 3 kg yang disubsidi oleh Pemerintah. PT ABS merupakan Pengusaha Kena

Pajak (PKP) yang wajib memungut Pajak Penghasilan (PPh).

Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mengetahui implementasi PPh yang dilakukan

oleh PT ABS. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode observasi lapangan,

wawancara dengan karyawan perusahaan, dan membaca ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan. Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan dapat disimpulkan bahwa

penerapan Pajak Penghasilan (PPh) telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku dan

disesuaikan pada waktu yang tepat.

xii
ABSTRACT

Taxes are the largest source of state revenues. One type of tax collected by the state is

Value Added Tax (VAT). PT Selaras Jaya Abadi is one of 3 kg LPG Gas Company subsidized

by the Government. PT Selaras Jaya Abadi is a Taxable Enterpreneur (PKP) who is obliged to

collect Value Added Tax (VAT) of Output Tax and Tax Invoice. PT Selaras Jaya Abadi in the

VAT results using two tax returns (SPT) namely SPT 1111 on Output Tax.

The purpose of this thesis is to determine the implementation of VAT conducted by PT

Selaras Jaya Abadi. In writing this essay, the author uses field observation methods, interviews

with company employees, and read the provisions of tax laws. Based on the results of the Field

Work Practice can be concluded that the application of Value Added Tax (VAT) has been in

accordance with applicable tax laws and adjusted at the right time.

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap negara melakukan proses pembangunan yang terus berkesinambungan dengan tujuan

membangun negara untuk lebih berkembang dan maju. Indonesia sebagai negara berkembang

gencar berusaha melakukan pembangunan disegala bidang dengan melibatkan seluruh potensi

dan kemampuan yang dimiliki untuk mewujudkan masyarakat adil dan sejahtera diseluruh lini

kehidupan tanpa terkecuali. Pembangunan yang dilakukan tidak dapat dipungkiri memerlukan

pembiayaan dengan jumlah yang tidak sedikit. Pemerintah berusaha memaksimalkan segala

potensi sumber pembiayaan milik negeri sendiri, dalam hal ini yaitu penerimaan pajak dan

penerimaan bukan pajak. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan peran aktif masyarakat dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya dan disertai peranqaktif fiskus atau pemerintah untuk

melakukan sistem pemungutan pajak sesuai aturan yang berlaku.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat padat. Dimana setiap

warga negara yang memenuhi syarat secara hukum wajib untuk membayar pajak secara

langsung maupun tidak langsung. Apabila semua wajib pajak bersedia memenuhi kewajibannya

untuk membayar pajak, tentunya semakin besar pula pendapatan yang masuk pada sektor pajak.

Karena sumber pendapatan terbesar di Indonesia berasal dari sektor pajak untuk meningkatkan

penerimaan pajak diperlukan adanya peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat

dibidang perpajakan.

1
2

Undang-Undang Pajak yang berlaku di Indonesia adalah Undang-undang Nomor 7 Tahun

1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dan perubahan terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Selanjutnya 1 2 aturan pelaksanaannya adalah dengan

dikeluarkan keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 tentang petunjuk

pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21.

Pajak Penghasilan terbagi lagi menjadi beberapa kategori salah satunya adalah PPh pasal

21, yaitu pajak atas penghasialn gaji, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama

dan dalam bentuk apapun yang sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan

yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri. Penerima penghasilan yang

dipotong PPh 21 yaitu pegawai penerima uang pesangon, pensiun atau uang mamfaat pensiun,

tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua termasuk ahli warisnya, bukan pegawi yang menerima

atau memperoleh penghasilan sehubungan pekerjaan, jasa, dan atau kegiatan lain.

Sistem perpajakan di Indonesia dimulai sejak tahun 1816 yang dikenakan pertama kali atas

sewa pengunaan bumi sebagai tempat berdirinya rumah atau bangunan. Pajak di Indonesia

merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk melaksanakan

pembangunan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pajak merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh masyarakat baik pribadi maupun

badan dari pendapatan atau penghasilannya kepada pemerintah yang ditujukan untuk kegiatan

pembangunan di seluruh bidang. Sektor pembangunan di Indonesia anggarannya di ambil dari

penerimaan pajak dalam negeri maupun luar negeri sehingga pemerinah lebih memperhatikan

dan berkonsentrasi atas pengelolaan pajak yang terjadi di Indonesia, mulai dari pajak daerah
3

hingga pajak pusat agar pendapatan Negara yang didapat dari pembayaran pajak tersebut dapat

meningkatkan penerimaan Negara.

Hal ini didukung dengan sistem pemungutan Pajak Penghasilan di Indonesia yang

menggunakan asas Self Assesment System yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang, kepercayaan, tanggung jawab, kepada wajib pajak untuk menghitung,

memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besaran nya pajak yang terhutang. ini

artinya bahwa masyarakat atau wajib pajak yang paling menentukan dalam melaksanakan

kewajiban perpajakan, mulai dari mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, menghitung besarnya

pajak terhutang, membayar pajaknya sendiri ke Bank atau ke Kantor Pos, dan melaporkannya

ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Pemerintah berharap dengan Self Assesment System,

pelaksanaan pemungutan Pajak Penghasilan dapat berjalan dengan lebih mudah dan lancar.

Dengan Self Assesment System sistem tersebut secara tidak langsung wajib pajak dituntut untuk

memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang perUndang-undangan perpajakan yang berlaku

di Indonesia.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis untuk

memutuskan dan mengambil Tugas Akhir dengan judul ” Tinjauan Pelaksanaan Kewajiban

Pajak PPh 21 dan Pembukuan atas Gaji Pegawai Tetap pada PT ABS Masa Januari s/d

September 2020”
4

B. Waktu dan Kegiatan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan selama 50 hari kerja. Jangka waktu

ditempuh untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan, yaitu sebagai berikut :

Mulaiqtanggal : 18 Agustus 2020

Berakhir : 07 Oktober 2020

Kegiatan yang dilakukan saat praktek Kerja Lapangan yaitu :

1. Menginput PPh 21 atas pegawai pada PT ABS

2. Melakukan pelaporan pajak ke Kantor Pelayanan Pajak di mana perusahaan terdaftar

C. Metode Penyusunan Laporan Tugas Akhir

Dalam menyusun dan menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini, penulis

menggunakan beberapa metode pengumpulan data, antara lain:

1. Riset Lapangan yaitu:

a. Observasi/Studi Lapangan

Metode ini, penulis melakukan penelitian di lapangan secara langsung untuk

memperoleh data-data yang akurat dan dijamin kebenarannya untuk keperluan dalam

menyusun dan membuat laporan tugas akhir.

b. Wawancara

Metode ini dilakukan dengan cara melakukan Tanya jawab dan bertatap muka secara

langsung dengan para pegawai dan supervisor yang bekerja di tempat penulis
5

melakukan Praktek kerja Lapangan untuk menganalisa kesesuaian antara informasi,

data dan fakta yang di dapat.

c. Riset Kepustakaan

Metode umum yang dilakukan penulis dengan cara membaca dan mempelajari teori

melalui sumber tertulis seperti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan

Menteri, buku-buku umum, dan modul-modul yang terkait dengan penulisan laporan,

untuk melengkapi data yang belum lengkap.

D. Rumusan Masalah

1. Meninjau pelaksanaan kewajiban Pajak Penghasilan 21 dan pembukuan atas gaji pegawai

tetap PT ABS pada Masa pajak Januari s/d September 2020?

2. Apakah pelaksanaan kewajiban Pajak Penghasilan 21 dan pembukuan atas gaji pegawai

tetap PT ABS telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang ada?

3. Bagaimana pencatatan jurnal akuntansi PPh pasal 21 yang diterapkan oleh PT ABS?

E. Tujuan Praktik Kerja Lapangan.

1. Untuk memahami dan menjelaskan pelaksanaan kewajiban Pajak Penghasilan 21 dan

pembukuan atas gaji pegawai tetap pada Karyawan PT ABS pada Masa pajak Januari s/d

September 2020.

2. Untuk mengevaluasi pelaksanaan kewajiban Pajak Penghasilan 21 dan pembukuan atas gaji

pegawai tetap pada Karyawan PT ABS sesuai dengan peraturan ketentuan undang-undang

perpajakan yang berlaku.


6

3. Untuk mengetahui jurnal akuntansi pemotongan, penyetoran dan pelaporan atas PPh pasal

21 pada PT ABS.

F. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir

Untuk memudahkan penyampaian informasi yang jelas, maka penulis menyampaikan

Laporan Tugas Akhir dengan sistem mekanisme sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang dari Sistem Pelaksanaan Perpajakan,

waktu pelaksanaan dan kegiatan Praktek Kerja Lapangan, metode penyusunan

Laporan Tugas Akhir, perumusan masalah, tujuan Laporan Tugas Akhir, dan

sistematika penulisan Laporan Tugas Akhir.

BAB II KERANGKA TEORITIS

Bab ini menjelaskan tentang Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran yang

digunakan terkait dengan penelitian, yaitu tentang pengertian, fungsi-fungsi,

pengendalian internal perusahaan, dan dokumen yang berkaitan dengan Laporan

Tugas Akhir.

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum perusahaan meliputi profil

perusahaan, sejarah singkat perusahaan, sejarah singkat perusahaan, visi dan

misi, kegiatan utama, dan struktur organisasi perusahaan di PT ABS.


7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.

Bab ini menjelaskan tentang hasil dari pembahasan yang menjawab semua

rumusan masalah, penerapan sistem pelaksanaan perpajakan pada perusahaan

dengan teori yang telah dipelajari instansi tempat pelaksanaan Praktik Kerja

Lapangan.

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI

Bab ini menjelaskan tentang simpulan hasil Laporan Tugas Akhir yang diperoleh

dari pihak perusahaan, keterbatasan dalam pelaksanaan Praktik Laporan

Keuangan, serta implikasi yang menjelaskan usulan perbaikan dan bermanfaat.


BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Landasan Teori

1. Pengertian Pajak Secara Umum

a. Definisi Pajak Secara Umum

Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar oleh rakyat untuk negara dan akan

digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Rakyat yang membayar

pajak tidak akan merasakan manfaat dari pajak secara langsung, tetapi akan merasakan

manfaatnya dimasa yg akan datang, karena pajak digunakan untuk kepentingan umum,

bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak menurut Pasal (1) ayat (1) Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan adalah sebagai berikut:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Diqsamping itu terdapatqbermacam-macam batasanqatau definisiqtentang pajakqyang

dikemukakan oleh paraqahli. Namunqpada dasarnya berbagai definisi tersebut mempunyai

arti dan tujuan yang sama, diantaranya adalah:

8
9

Menurut S. I. Djajadiningrat dalam Siti Resmi (2017:1) definisi pajak adalah sebagai

berikut:

Pajak sebagai suatu kewajiban yang menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas
negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkanpemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada
jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan
secara umum.

Sedangkanqmenurut Rochmat Soemitro dalam Waluyo (2017:3) definisi pajak adalah

sebagai berikut:

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.

Maksud dari kutipan di atas, pajak dapat didefinisikan hanya sebagai pembayaran

untuk mendukung biaya atau beban pemerintah karena pajak tidak dimaksudkan untuk

menghalangi atau menghukum perilaku yang tidak dapat diterima. Di sisi lain, pajak itu

wajib. Siapa pun yang dikenai pajak tidak bebas memilih apakah harus membayar atau

tidak.

Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri atau unsur pokok yang

terdapat pada pengertian pajak, yaitu:

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya

dapat dipaksakan.

2. Dalam pembayaran tidak mendapat jasa timbal balik langsung.

3. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran rutin pemerintah yang bila dari pemasukannya

masih terdapat surplus, yang digunakan untuk membiayai public Investment.


10

b. Dasar Hukum

Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 Pasal 1

Ayat 1 adalah konribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, denganqtidak mendapatkanqimbalan

secara langsungqdan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

c. Fungsi Pajak

Menurut Mardiasmo (2018:4) ada dua fungsi pajak di Indonesia yaitu:

1. Fungsi Anggaran

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran negara.

2. Fungsi Pajak sebagai Pengatur

Sebagai alat untuk melaksanakan dan mengatur kebijaksanaan pemerintah dalam

bidang sosial dan ekonomi.

d. Asas Pengenaan Pajak

Menurut Yustinus Prastowo dalam bukunya Panduan Lengkap Pajak, terdapat

beberapa asas yang dapat dipakai oleh negara sebagai asas dalam menentukan

wewenangnya untuk mengenakan pajak, khususnya untuk pengenaan pajak penghasilan.

Berikut ini beberapa asas yang sering digunakan oleh negara sebagai landasan untuk

mengenakan pajak adalah sebagai berikut:


11

1) Asas Domisili

Negara mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang

pribadi atau badan apabila mereka tinggal di Indonesia. Asas ini tidak melihat

kebangsaan. Dengan begitu, orang asing sekali pun sepanjang tinggal di Indoesia

merupakan wajib pajak. Indonesia menerapkan asas ini untuk wajib pajak dalam

negeri.

2) Asas Sumber

Berkebalikan dengan asas domisili, asas sumber melihat bahwa yang penting adalah

sumber penghasilannya yang berada di Indonesia, bukan domisili wajib pajak. Artinya,

sepanjang sumber-sumber penghasilan ada di Indonesia, pajak tetap dapat dikenakan

meskipun pihak yang menerima tidak berada di Indonesia. Terhadap wajib pajak luar

negeri ditetapkan asas ini.

3) Asas Kebangsaan atau Kewarganegaraan

Dalam asas ini, landasan pengenaan pajak adalah status kewarganegaraan dari orang

atau badan yang memperoleh penghasilan. Dengan begitu, asal atau sumber

penghasilan yang akan dikenakan pajak bukan menjadi persoalan, asalkan mereka

berkebangsaan negara yang menganut asas ini.

e. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2018;5), sistem pemungutan pajak ada beberapa sistem sebagai

berikut:

1. Official Assessment System

Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.


12

Ciri-cirinya:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

b. Wajib Pajak bersifat pasif.

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

2. Self Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk

menentukan sendiri besarnya pajak yang terhutang.

Ciri-cirinya:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak

sendiri;

b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak

yang terhutang;

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

3. With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan

fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak

yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya: wewenang menetukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak

ketiga, selain fiskus dan Wajib Pajak.

f. Jenis-jenis pajak

Menurut Mardiasmo (2018;6) dalam bukunya yang berjudul Perpajakan,

pengelompokan pajak terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Menurut Golongannya
13

a) Pajak Langsung, yaituqpajak yangqqdipikul sendiriqoleh Wajib Pajak yang

bersangkutanqdan tidakqdapat dilimpahkanqkepada orangqlain. Contoh: Pajak

Penghasilan (PPh).

b) Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain. Contoh Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2. Menurut Sifatnya

a) Pajak subjektif, yaitu pajak yang ditetapkan berdasarkan pada subjeknya, dalam

arti memperhatikan keadaan dari Wajib pajak. Contoh Pajak Penghasilan (PPh).

b) Pajak objektif, yaitu pajak yang ditetapkan berdasarkan pada objeknya tanpa

memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Contohnya Pajak Pertambahan Nilai

(PPN) dan Pajak Penjualan atas barang Mewah (PPnBM).

3. Menurut Lembaga Pemungutnya

a) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga negara. Contohnya Pajak Penghasilan (PPh), Pajak

Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan Bea

Materai.

b) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah. Pajak Daerah

terdiri atas:

1) Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor.

2) Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak

Hiburan.
14

2. Pajak Penghasilan

a. Pengertian Pajak Penghasilan

Berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

sebagaimana yang telah diubah ke empat kali dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008,

yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang

diterima atas diperoleh oleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang

bersangkutan dengan nama dalam bentuk apapun.

b. Subyek Pajak Penghasilan

Secara umum pengertian subjek pajak adalah siapa yang dikenakan pajak. Secara

praktik termasuk dalam pengertian subjek pajak meliputi orang pribadi, warisan yang

belum terbagi sebagai satu kesatuan, badan, dan bentuk usaha tetap. Subjek pajak tersebut

dapat dikemukan sebagai berikut:

1. Subyek Pajak Dalam Negeri

a. Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di

Indonesia lebih dari 183 (seratus delapam puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12

(dua belas) bulan, atau orang peribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di

Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;

b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu

dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

1. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

2. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;


15

3. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau

Pemerintah Daerah; dan

4. Pembukuannya diperiksa oleh apparat pengawasan fungsional negara.

c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

2. Subyek Pajak Luar Negeri

a. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam

jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak

bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan

kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; dan

b. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam

jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak

bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh

penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan

melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

3. Bentuk usaha Tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang

tidak bertempet tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih

dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12(dua belas) bulan, dan

badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:

a. Tempat kedudukan menejemen;

b. Cabang perusahaan;
16

c. Kantor perwakilan;

d. Gedung kantor;

e. Pabrik;

f. Bengkel;

g. Gudang;

h. Ruang untuk promosi dan penjualan;

i. Pertambangan dan penggalian sumber alam;

j. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;

k. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;

l. Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;

m. Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang

dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)

bulan;

n. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas;

o. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak

bertempat kedudukan di Indonesiaa yang menerima premi asuransi atau

menanggung risiko di Indonesia; dan

p. Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau

digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan

usaha melalui internet.

4. Tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan Badan ditetapkan oleh Direktur

Jendral Pajak menurut keadaan yang sebenarnya.


17

c. Objek Pajak Penghasilan

Yang menjadi objek Pajak Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis

yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari

luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib

Pajak yang bersangkutan, dengan perusahaan dalam bentuk apapun.

Berdasarkan kategori diatas, sesuai dengan pasal ayat (1) UU PPh telah diberikan

uraian mengenai objek PPh apapun.

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau

diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang

pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-

Undang ini;

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;

c. Laba usaha;

d. Keuntungan karena panjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

1) Keuntungan pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, atau badan lainnya

sebagai penganti saham atau penyertaan modal;

2) Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau

anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;

3) Keuntungan karena li uidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,

pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apapun;

4) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan,

kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu

derajat dan badan kegamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
18

koperasi, dan orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang

ketentuannya diatur lebih lanjut oleh Praturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak

ada hubungan dengan usaha pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara

pihak-pihak yang bersangkutan; dan

5) Keuntungan atas penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak

penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam

perusahaan pertambangan.

e. Penerimaanqqkembali pembayaran pajakqyang telah dibebankanqsebagai biaya dan

pembayaranqtambahan pengembalianqpajak;

f. Bungaqtermasuk premium, diskonto, danqimbalan karena jaminanqqpengembalian

utang;

g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dalam perusahaan

asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

h. Royaltiqatau imbalanqatas penggunaanqhak;

i. Sewaqdan penghasilan lainqsehubungan dengan penggunaanqharta;

j. Penerimaanqatau perolehan pembayaranqberkala;

k. Keuntunganqkarena pembebasanqutang, kecualiqsampai denganqjumlah

tertentuqyang ditetapkanqdengan Peraturan Pemerintah;

l. Keuntunganqselisih kurs mataquang asing;

m. Selisihqlebih karena penilaianqkembali aktiva;

n. Premiqasuransi;

o. Iuranqyang menerima atauqdiperoleh perkumpulan dariqanggotanya yang terdiriqdari

Wajib Pajak yangqmenjalankan usaha atauqpekerjaan bebas;


19

p. Tambahanqkekayaan neto yangqberasal dari penghasilanqyang belum

dikenakanqpajak;

q. Penghasilanqdari usaha berbasisqsyariah;

r. Imbalanqqbunga sebagaimana dimaksudqqdalam Undang-Undang yangqqmengatur

mengenaiqKetentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan; dan

s. SurplusqBankqIndonesia

ObjekqPajak yangqbersifat Finalqadalah:

a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabunngan lainnya, bunga obligasi dan surat

utang negara, dan bungan simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota

koperasi orang pribadi;

b. Penghasilan berupa hadiah undian;

c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang

diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan

modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa

konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan penghasilan

tertentu lainnya.

Yang bukanqmerupakan objek pajakqadalah:

a. Bantuanqatauqsumbangan, termasukqzakat yangqditerima olehqbadan amil

zakatqatau lembagaqamil zakat yangqdibentuk atauqdisahkan olehqpemerintah dan

diterimaqoleh penerimaqzakat yang berhakqatau sumbangan keagamaanqyang

sifatnya wajibqbagi pemelukqagama yang diakuiqdi Indonesia, yangqditerima oleh


20

lembagaqkeagamaan yangqqdibentukqqatau disahkanqqoleh pemerintahqqdan

yangqqditerima olehqqpenerima sumbangan yangqqberhak, yangqqketentuannya

diaturqqdengan atauqqberdasarkan Peraturan Pemerintah; dan

b. Hartaqhibahan yangqditerima olehqkeluarga sedarahqdalam garisqketurunan

lurusqsatu derajat, badanqqkeagamaan, badanqqpendidikan, badanqqsosial

termasukqqyayasan, koperasi, atau orangqqpribadi yangqqmenjalankan

usahaqqmikro dan kecilqyang ketentuannyaqdiaturqberdasarkan Peraturan Mentri

Keuangan:

1. Sepanjangqqtidak adaqqhubungan denganqqusaha, pekerjaan, kepemilikan, atau

penguasaanqantaraqpihak-pihak yangqbersangkutan.

2. Warisan.

3. Harta termasukqsetoran tunaiqqyang diterima olehqbadan sebagaimanaqmaksud

dalamqPasal 2 Ayat 1 huruf b, sebagaiqpenggantiqsaham atau sebagaiqpengganti

penyertaanqmodal.

c. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau

diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah,

kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak yang menggunakan norma perhitungan

khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15.

d. Pembayaranqqdari perusahaanqqasuransi kepadaqqOrang Pribadi sehubunganqdengan

asuransiqqqkesehatan, asuransiqqqqkecelakaan, asuransiqqqjiwa, asuransiqqqdwiguna,

danqasuransi beaqsiswa.

e. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagaimana

Wajib Pajak dalam negri, koperasi, badan usaha milik Negara, atau badan usaha milik
21

Daerah, dari penyertaan modal pada usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di

Indonesia dengan syarat:

1. Dividenqberasal dariqcadangan laba yangqditahan.

2. Bagi perseroanqterbatas, badanqusaha milikqNegara dan badanqusaha

milikqdaerah yang menerima deviden, kepemilikan sahamqpada badanqyang

memberikanqdividen palingqrendah 25% (dua puluh lima persen) dari

jumlahqmodal yangqdisetor.

3. Iuran yangqditerima atauqdiperoleh danaqpensiun yangqpendiriannya

telahqdisahkan Menteri Keuangan, baikqyangqdibayar olehqpemberi kerja

maupunqpegawai.

3. Pajak Penghasilan Pasal 21

a. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21

Peraturan Dirjen Pajak No. PER-16/PJ/2016 tentangqqpedoman teknis tataqqcara

pemotongan, qpenyetoran, danqpelaporanqPajak PenghasilanqPasal 21

sehubunganqdengan pekerjaan, jasa, danqkegiatan OrangqPribadi adalahqpajak

atasqpenghasilan berupaqgaji, upah, honorarium, qtunjangan danqpembaaran lainqqdengan

namaqqdan dalamqqbentuk apaqqpun sehubunganqqdengan pekerjaan atauqqjabatan, jasa,

danqqkegiatan dilakukanqoleh orangqpribadi subyek pajakqdalamqnegeri.

b. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21

a. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 sampaiqUndang-Undang Nomor 36 tahun

2008 tentangqPajakqPenghasilan.
22

b. Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK.03/2008 tentang

petunjukqqqpelaksanaan pemotongan pajakqqqatas penghasilanqqqsehubungan

denganqpekerjaan, jasa, dan kegiatanqOrangqPribadi.

c. Peraturan Dirjen Pajak No. PER-16/PJ/2016 tentangqpedoman teknis tataqcara

pemotongan, penyetoran, danqqpelaporan PajakqqPenghasilan Pasal 21qdan/atau

PajakqPenghasilanqPasal 26 sehubunganqdenganqpekerjaan, jasa, danqkegiatan

OrangqPribadi.

d. Peraturan Menteri Keuangan No. 102/PMK.010/2016 tentangqpenetapanqbagian

penghasilanqqsehubungan denganqpekerjaan dariqqpegawai harian

danqmingguan sertaqpegawai tidakqtetap lainnyaqyang tidakqdikenakan

pemotonganqmenimbang Pajak Penghasilan.

e. Peraturan Pemerintah No. 68/2009 tentangqtarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas

penghasilanqberupa uangqpesangon, uang manfaatqpensiun, tunjanganqhariqtua,

dan jaminanqhari tuaqyang dibayarkanqsekaligus.

f. Peraturan Menteri Keuangan No. 16/PMK.03/2010 tentangqtata caraqpemotongan

Pajak PenghasilanqqqPasal 21 atasqqqpenghasilanqqqberupa uangqqqpesangon,

uangqmanfaat pensiun, TunjanganqHari Tua, danqJaminan Hari Tuaqyang

dibayarkanqsekaligus.

c. Pemotong PPh Pasal 21

Pemotongan PajakqPenghasilan (PPh) Pasal 21 adalah caraqpelunasan pajakqdalam

tahunqberjalan melalui pemotonganqpajak atas penghasilanqyang diterima atauqdiperoleh

WajibqPajak Orang Pribadiqdalam negeri sehubunganqdenganqpekerjaan, jasa, qdan

kegiatan. Bendaharaqpemerintah yang membayarqgaji, upah, honorarium, tunjangan, dan


23

pembayaranqlainya sehubunganqqdengan pekerjaan, jasa, kegiatan . Wajib melakukan

pemotongan PPh Pasal 21.

PPh pasal 21 merupakanqpemotongan pajak atasqpenghasilan sehubunganqdengan

Pekerjaan, Jasa, atauqKegiatan denganqnama dan dalamqbentuk apapunqyang

diterimaqatau diperolehqWajib Pajak orang pribadiqdalam negeriqwajib dilakukanqoleh:

1. Pemberi kerja yangqqqmembayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan

pembayaranqlain sebagaiqimbalanqsehubungan denganqqpekerjaan yangqqdilakukan

olehqqpegawai atau bukanqpegawai.

2. Bendaharaqqqpemerintah yang membayarqqgaji, upah, honoraium, tunjangan, dan

pembayaran lainqsehubungan denganqperkerjaan, jasa, kegiatan.

3. Dana pensiun atauqbadan lainqyang membayarkanquang pensiunqdan

pembayaranqlain denganqnama apapunqdalam rangkaqpensiun.

4. Penyelenggara kegiatanqqqyang melakukanqqqpembayaran sehubunganqqqdengan

pelaksanaan suatuqkegiatan

Namun adaqqqpula yang tidakqqqtermasuk sebagai pemberiqqqkerja namun

berkewajibanqqquntukqqqmelakukanqqqpemotonganqqqqpajakqqqyaituqqqqkatorqqqqqp

erwakilannegaraqqqasing, organisasiqinternasional danqqpemberi kerja orangqqpribadi

yang tidakqqmelakukan kegiatanqqusaha atau pekerjaanqbebas yangqsemata-mata

memperkerjakanqorang pribadi untukqmelakukan pekerjaanqrumah tangga.

d. Penghasilan Yang Dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21

Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi yanqdipotong PPh Pasal 21 telahqtercantum

dalam:
24

1. Penghasilanqqyang diterimaqqatau diperoleh pegawaiqqtetap, baik penghasilan

yangqbersifat teraturqmaupun tidakqteratur.

2. Penghasilan yangqqditerima atau diperolehqpenerima pensiunqsecara teraturqberupa

pensiun atauqpengasilanqsebelumnya.

3. Penghasilanqqsehubungan dengan pemutusanqqhubungan kerja danqqpenghasilan

sehubunganqdengan pensiunqyang diterima secaraqsekaligus berupa uangqpesangon,

uang manfaatqpensiun, tunjanganqhari tuaqatau jaminan hariqtua, dan

pembayaranqlain sejenisnya.

4. Penghasilanqpegawai tidak tetapqatau tenaga kerjaqlepas, berupa upahqharian, upah

mingguan, upahqsatuan, upahqborongan atauqupah yangqdibayar secaraqbulanan.

5. Imbalanqkepada bukanqpegawai, antaraqlain berupaqhonorarium, komisi, fee, dan

imbalanqsehubungan denganqpekerjaan, jasaqdan pekerjaan yangqdilakukan.

6. Imbalanqkepada pesertaqkegiatan, antaraqlain berupaquang saku, uangqoresentasi,

uang rapat, honorarium, hadiah atauqpenghargaan denganqnama dan dalamqbentuk

apapun, imbalanqsejenis dengan namaqapapun.

e. Tidak Termasuk Penghasilan Yang Dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21

Penghasilan yang tidak termasuk dalam objek PPh Pasal 21 berdasarkan PER-

16/PJ/2016 Pasal 8 Ayat (1), yaitu:

1. Pembayaranqmanfaat atauqsantunan asuransi dariqperusahaan asuransiqsehubungan

dengan asuransiqkesehatan, asuransiqkecelakaan, asuransiqjiwa, asuransiqdwiguna,

dan asuransiqbeasiswa.

2. Penerimaanqdalam bentukqnatura dan/atauqkenikmatan dalamqbentuk apapunqyang

diberikanqqoleh Wajib Pajakqqatau Pemerintah, kecualiqdiberikanqoleh bukanqWajib


25

pajak selainqPemerintah, atau Wajib Pajak yangqdikanakan Pajak Penghasilan

yangqbersifat finalqdan yangqdikenakan Pajak Penghasilanqberdasrkanqnorma

perhitunganqkhusus.

3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dan pensiun yang pendirinya telah disahkan

oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, kepada badan

penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja

yang dibayar oleh pemberi kerja.

4. Zakat yangqditerima olehqOrang Pribadi yang berhakqdari Badan atauqlembaga amil

zakat yangqdibentuk atau disahkanqoleh pemerintah, atau sumbanganqkeagamaan

yang sifatnyaqwajib bagi pemeluk agamaqyang ada diakuiqdi Indonesia yangqditerima

oleh orang pribadiqyang berhakqdari lembagaqkeagamaan yang dibentukqatau

disahkanqoleh Pemerintahqsepanjang tidak adaqhubungan denganqusaha, pekerjaan,

kepemilikan, atau pengusahaqdiantara pihak-pihak yangqbersangkutan.

5. Beasiswa sebgaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (3) Huruf I dalam Undang-Undang

Pajak Penghasilan.

f. Hak dan Kewajiban Pemotong

1. Pemotongqqpajak berhak untukqmemperhitungkan kelebihanqsetoran PPh 21

dalam satu bulanqqdengan PPh 21 yang terutang padaqbulan berikutnyaqdalam

tahunqyang sama.

2. PemotongqPajak berhak untukqmemperhitungkanqkelebihan setoranqpada SPT

Tahunanqdengan PPh 21 yang terutangquntuk bulanqpada waktuqdilakukan


26

perhitunganqtahunan dan jikaqmasih ada sisaqkelebihan, makaqdiperhitungkan

untukqbulan-bulan lainnyaqdalam tahunqberikutnya.

3. Pemotong pajak berhak membetulkan sendiri SPT atas kemauan sendiri dengan

menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu 2 tahun sesudah saat

terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak atau Tahun Pajak, dengan syarat

Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.

4. Pemotong Pajak berhak untukqmengajukan surat keberatanqkepada Direktur

Jenderal Pajak atasqsuatu Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan

Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, Surat

Ketetapan Pajak Nihil Kurang Bayar.

5. Pemotong Pajak berhak mengajukan permohonan banding secara tertulis dalam

dengan alasan yang jelas kepada badan peradilan pajak terhadap keputusan

mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Permohonan banding ini dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak keputusan

diterima, dilampiri dengan salinan surat keputusan tersebut.

6. Setiap pemotong pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak atau

Kantor Penyuluhan Pajak setempat. Kewajiban sebagai pemotong pajak berlaku

juga terhadap organisasi internasional yang tidak dikecualikan berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan.

7. Pemotong pajakqwajib memberikanqBukti Pemotongan PPh 21 baik diminta

maupunqtidak padaqsaat dilakukannyaqpemotongan pajakqkepada orang pribadi


27

bukan sebagai pegawai tetap, penerimaan uang tembusan pensiun, penerimaan

Jaminan Hari Tua, penerima uang pesangon, dan penerima dana pensiun.

8. Pemotong pajak wajibqmemberikan Bukti Pemotongan PPh 21 Tahunanqkepada

pegawai tetap, termasukqqpenerima pensiunqbulanan, denganqmenggunakan

formulirqyang ditentukanqoleh Direktur Jenderal Pajak dalamqwaktu 2 bulan

setelahqtahun takwimqberakhir. Apabilaqpegawai tetap berhentiqbekerja atau

pensiunqpada bagianqtahun takwim, maka buktiqqpemotongan diberikanqoleh

pemberi pekerja selambat-lambatnya 1 bulan setelah pegawaiqyang

bersangkutan berhentiqbekerja atauqpensiun.

9. Dalamqqwaktu 2 bulan setelahqqtahun takwim berakhir, pemotong pajak

berkewajiban menghitungqkembali jumlah PPh 21 yang terutangqoleh pegawai

tetapqdan penerimaanqpensiun bulananqmenurut tarif yangqberlaku.

10. Pemotong pajak wajibqmelampiri SPT Tahunan PPh 21 dengan lampiran-

lampiranqyang ditentukanqdalam PetunjukqPengisian SPTqTahunan PPh 21

untuk TahunqPajak yangqbersangkutan.

g. Tarif Pajak Penghasilan.

Tarif PPh 21 merupakan tarif pajak yang dikenakan kepada wajib pajak orang pribadi

dengan jumlah penghasilan tertentu. Tarif ini merupakan salah satu komponen penting

dalam cara perhitungan PPh 21 2016 dan ditentukan berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016, tarif PPh 21 ini.Tarif PPh 21

berikut ini berlaku pada Wajib Pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP):
28

Tabel 2.1 Tarif Progresif PPh Pasal 21

Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%
Di atas Rp 50.000.000,00 s.d. Rp 250.000.000,00 15%
Di atas Rp 250.000.000,00 s.d. Rp 500.000.000,00 25%
Di atas Rp 500.000.000,00 30%

Untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, dikenai tarif 20% lebih tinggi dari

mereka yang memiliki NPWP.

h. Metode Penghitungan Gaji Karyawan.

Walaupun perhitungan PPh 21 telah diatur oleh DJP, namun pada praktiknya, setiap

perusahaan memiliki metode perhitungan PPh 21 sendiri yang disesuaikan dengan

tunjangan pajak atau gaji bersih yang diterima karyawannya. Ada 3 metode perhitungan

PPh 21 2016 yang paling umum, yaitu:

1. Metode Gross (Gaji Kotor Tanpa Tunjangan Pajak)

Metode gross ini diterapkan bagi pegawai atau penerima penghasilan yang

menanggung PPh Pasal 21 terutangnya sendiri. Ini berarti gaji bruto atau kotor

pegawai tersebut belum dipotong PPh Pasal 21. Misalnya Ardi, seorang laki-laki

lajang (TK/0) menerima gaji sebesar Rp. 10.000.000,- maka;

Gaji pokok ` : Rp. 10.000.000,-

PPh 21 ( yang ditanggung sendiri) : Rp. 220.883,-

Gaji bersih (Take home pay ) : Rp. 9.779.167,-


29

2. Metode Gross-Up (Gaji Bersih dengan Tunjangan Pajak)

Metode gross-up ini diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan yang

diberikan tunjangan pajak (gajinya dinaikkan terlebih dahulu) sebesar pajak yang

dipotong. Misalnya Ardi, seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji sebesar Rp.

10.000.000,- maka;

Gaji pokok : Rp. 10.000.000,-

Tunjangan Pajak (dari perusahaan) : Rp. 259.796,-

Total penghasilan bruto : Rp. 10.259.796,-

PPh 21 (Yang dibayarkan perusahaan) : Rp. 259.796,-

Gaji bersih (Take home pay ) : Rp. 10.000.000.-

3. Metode Net (Gaji Bersih dengan Pajak Ditanggung Perusahaan)

Metode net ini diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan yang

mendapatkan gaji bersih. Misalnya Ardi, seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima

gaji sebesar Rp. 10.000.000,- maka;

Gaji pokok : Rp. 10.000.000,-

Total penghasilan bruto : Rp. 10.000.000,-

Pajak yang ditanggung perusahaan : Rp. 220.883,-


30

PPh 21 (Yang dibayarkan perusahaan) : Rp. 220.883,-

Gaji bersih (Take home pay) : Rp. 10.000.000.-

i. Jurnal pencatatan akuntansi pajak penghasilan

JurnalqqPPh 21 adalahqqpencatatanqqpotongan pajakqqatas penghasilanqpasal 21.

Penghasilan tersebutqberupaqgaji, upah, honorarium, tunjanganqdan pembayaranqlain

denganqnama dan dalamqbentuk apapunqsehubungan denganqpekerjaan atauqjabatan,

jasa, dan kegiatanqyang dilakukan olehqorang pribadiqsubjek pajak dalamqnegeri.

Dalam catatan jurnal pajak penghasilan, pencatatan pemotongan pajak dilakukan dan

dibedakan sesuai jabatan Wajib Pajak, yakni pemberi kerja dan penerima kerja.

Berikutqini adalahqpenjelasan mengenaiqpencatatan jurnal pajakqpenghasilan:

 Pemberi Kerja

Jikaqdilihat dariqposisi pemberiqkerja, apaqpun yangqmenjadi penghasilanqkaryawan

adalahqbeban biayaqperusahaan (expense).

Pembebanan gaji untuk mendapatkan Penghasilan Kena Pajak dilakukan dengan akrual

basis. Artinya, gaji pada bulan Desember yang dibayarkan pada Januari di tahun

berikutnya, telah menjadi biaya pada Desember.

Contohnya:

Budi merupakan karyawan di PT Merah Putih dengan status TK/0. Ia mendapatkan gaji

kotor, tunjangan, dan penghasilan lainnya selama satu tahun sebesar Rp 180.000.000,-
31

Potongan dari PPh 21 Budi adalah sebesar Rp 22.000.000,- Berikut ini adalah

pencatatannya:

Jurnal PPh 21

Gaji Rp 180.000.000

Kas/Bank Rp 158.000.000

Utang PPh 21 Rp 22.000.000

Kemudian, utangqqpajak penghasilan dariqqjurnal pajakqdi atasqharus dilunasiqqoleh

pemberiqkerja tanpa adanyaqperhitungan atau jurnalqpajak lainnya.

Saat menyetor PPh 21 ke Negara

Utang PPh 21 Rp 22.000.000

Kas/Bank Rp 22.000.000

Jurnal pajak penghasilan atau PPh 21 yang pertama dibuat pada saat gaji diberikan

kepada karyawan. Pada bulan berikutnya, pemberi kerja akan menyetorkan pajak

penghasilan tersebut. Sehingga, nantinya akan dibuat jurnal pajak kedua untuk

menyesuaikan utang pajak agar menjadi Rp 0.


32

 Penerima Kerja

Jika dilihat dari posisi penerima kerja, gaji karyawan dan sebagainya diklaim sebagai

penghasilan sebesar nilai kotor atau belum dikenakan pajak penghasilan dalam jurnal

pajak penghasilan (PPh 21).

Contohnya:

Budiqmerupakan karyawanqdi PT MerahqPutih denganqstatus TK/0. Iaqmendapatkan

gajiqkotor, tunjangan, danqqpenghasilan lainnya selamaqqsatu tahunqqsebesar Rp

180.000.000,- Potonganqdari PPh 21 Budiqadalahqsebesar Rp 22.000.000,- Berikutqini

adalahqpencatatan jurnalqpajakqpenghasilannya:

Jurnal PPh 21

Kas/Bank Rp 158.000.000,-

Piutang PPh 21 Rp 22.000.000,-

Gaji Rp 180.000.000,-

Setelah itu, penerima kerja akan membuat jurnalqqpenyesuaian PPh 21 yang

telahqmenjadiqpiutang.

Penyesuaianqqtersebutqqdilakukanqqsetelahqqkaryawanqmenerima buktiqpemotongan

setoran PPh 21 yangqdilakukanqoleh PemberiqKerja.


33

Saat menyetor PPh 21 ke Negara

Utang PPh 21 Rp 22.000.000

Kas/Bank Rp 22.000.000

Dua pencatatan jurnal pajak di atas adalah contoh pencatatan transaksi yang ada di dalam

suatu perusahaan. Pencatatan tersebut berbeda jika karyawan berstatus tetap dan tidak

tetap, dan jenis tunjangan yang masuk ke dalam komponen gajinya.

Besaranqpotongan PajakqPenghasial (PPh 21) dariqmasing-masing karyawanqberbeda,

tergantungqdari nominalqpenghasilan danqkomponen upahqlainnya.

B. Kerangka Pemikiran

Penulis memfouskan Laporan Tugas Akhir ini pada pemenuhan kewajibann atas

Tinjauan Pelaksanaan, Kewajiban, Pajak Penghasilan Pasal 21. Dalam pemenuhan kewajiban

Pajak Penghasilan (PPh), penulis berpedoman pada Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008

tentang Pajak Penghasilan (PPh), dan beberapa peraturanqPemerintah yangqmengatur

PajakqPenghasilan (PPh) Karyawan.

Penulis menerapkan mekanisme perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Karyawan yang

sesuaiqqatau tidak sesuaiqqdenganqqPeraturan Direktur Jendral Pajak PER-16/PJ/2016 dan

penyetoran serta pelaporan sesuai dan tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

/PMK.03/2018 tentang PenentuanqTanggalqJatuh TempoqPembayaran danqPenyetoran Pajak ,


34

PenentuanqTempat PembayaranqPajak, dan Tata Cara Penghitungan, Pemotongan, Penyetoran

dan Pelaporan Pajak, SertaqTata CaraqPengangsuran danqPenundaan PembayaranqPajak.


35

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

PT ABS

PPN PPh Lainnya PPh 21

Tinjauan Pelaksanaan
1. UU No. 36 Tahun
Kewajiban Pajak PPh 21
2008
dan Pembukuan atas Gaji
2.PMK No 242/ Pegawai Tetap pada PT
PMK.03/2014 ABS Masa Januari s/d
3. PER-16/PJ/2016
September 2020

Sesuai Tidak Sesuai

Kendala Upaya

Keterangan:

: Garis Penelitian

: Bukan Fokus Penelitian

: Garis Fungsional

Sumber: Data Diolah Penulis


BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. ABS perusahaan yang akarnya pada tahun 1964, pada saat itu masih perusahaan minyak

tanah, usaha ini sudah turun menurun dari kakek nenek sampai saat ini yang dijalani oleh

generasi ke 3. Setelah sudah menjadi kontroversi minyak tanah dengan gas elpiji bersubsidi 3kg

baru perusahaan PT ABS ini lahir dengan menjadi perusahaan agen gas elpiji bersubsidi 3kg

konversiqminyak tanahqke Gas LPG. Hal iniquntuk meminimalisirqsubsidi minyak tanahqyang

memilikiqproporsi terbesarqyaitu 50% dari subsidiqenergi pemerintahqdan setiapqtahun

nilaiqdari subsidiqtersebut semakinqmembesar. Konversiqminyak tanahqtersebut

jugaqdilakukanquntuk mengantisipasiqharga minyak duniaqyang semakin meningkatqdan

stokqminyak mentahqyang semakinqmenipis. PT Pertamina (Persero) mengeluarkanqproduk

denganqvarian kemasanqbaru yaituqLPG 3kg, produkqLPG 3kg iniqdisubsidi penuhqoleh

pemerintah agarqparaqkonsumen minyakqtanah dapat beralihqke LPG. Denganqberlakunya

kebijakanqkonversi tersebut, seluruh agenqminyak tanahqberalih menjadiqagen LPG 3kg.

Tetapiqkarena masiqbanyaknya pangsa pasar, banyakqagen-agen baru yangqmemasuki dunia

usahaqini. Denganqbertambahqbanyaknya pesaing, perusahaan-perusahaanqagen gasqLPG 3kg

harusqbersaing denganqketat agarqVisi dan Misiqtujuan perusahaanqdapatqtercapai, danqada

banyakqcara yang dapatqdilakukanqperusahaan untukqmencapai tujuanqtersebut.

Strategiqmerupakan halqpenting yang harus diperhatikan dalam menjalankanqbisnis agar

tujuanqyang diinginkan dapatqselalu tercapai.

36
37

B. Visi, Misi Dan Tujuan Perusahaan

1. Visi

Menjadi agen resmiqqPertamina yangqqprofesional yangqdapat bersinergiqdenganqsemua

bidangqusaha minyakqdan gas bumiqdi wilayah kabupatenqkarawang.

2. Misi

Bekerjaqkeras menciptakanqpeluang dan pertumbuhanquntuk menjadi perusahaanqyang

terbaik. Mengutamakanqmutu dan pelayananqdemi kepuasan pelangganqmenjadi

mitraqusaha yangqAndal danqTerpercaya.

3. Tujuan Perusahaan

Tujuan menyalurkan gas bersubsidi kepada orang yang berhak mendapatkan subsidi

melalui pangkalan-pangkalan yang bekerja sama dengan PT ABS, kemudian PT ABS harus

tepat, jumlah tepat, harga tepat dan tepat pada sasaran yang membutuhkan agar gas elpiji

bersubsidi ini tidak salah langkah dan orang yang berhak dapat menggunakan gas elpiji

bersubsidi.

C. Kegiatan Umum PT ABS

Membuat perencanaan untuk 1 bulan kedepan dan memantau kegiatan agar sesuai dengan

perencanaan , setelah perencanaan sudah sesuai lalu dilaporkan ke Hiswana Migas dan membuat

penebusan vendor. Membuat laporan pangkalan untuk memantau atau menyalurkan ke

masyarakat yang membutuhkan gas elpiji 3 kg dengan harga yang sudah di subsidi oleh

pemerintah.
38

D. Struktur Organisasi Perusahaan Dan Uraian Tugas

Dalamqstruktur organisasiqterdapat pembagian kerja dan fungsi yang telah dikoordinasikan

sehingga setiap fungsi mempunyai hubungan dengan fungsi yang lain sehingga baik dan

buruknya suatu fungsi dapat mempengaruhi seluruh kinerja dalam Perusahaan. Struktur

organisasi perusahaan dibuatqquntuk memberikan gambaranqqyang lebih jelasqbagaimana

hubungan antara fungsi serta menjelaskan tentang tanggung jawab fungsi dan kewenangan yang

diberikan. Struktir organisasi dan uraian tugas yang dimiliki PT ABS terdapat Migas pada bagan

di bawa ini:
39

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT ABS

Uraian Tugas fungsi iti di PT ABS:

1. Direktur Utama

Adalah seorang yang menyusun, mengomunikasikan, dan menerapkan visi, misi, serta
40

arah yang akan ditempuh perusahaan kepada para karyawannya. direktur perusahaan

wajib memastikan bahwa setiap karyawannya telah memahami betul tujuan yang hendak

dicapai perusahaan.

2. Komisaris

Adalah seorang yang ditunjuk untuk mengawasi seluruh kegiatan perusahaan terutama

tentang kebijakan dan pengelola perusahaan.

3. Manager keuangan

Adalah seseorang yang mempunyai hak dalam mengambil suatu keputusan yang sangat

penting dalam suatu bidang investasi dan pembelanjaan perusahaan.

4. Supervisor

Adalah seseorang yang mengatur semua proses produksi berjalan lancar seperti

monitoring produksi, pengawasan anak buah, melakukan instruksi kerja, bertanggung

jawab keamanan, keselamatan atau kesehatan yang terancam. Ia harus dapat menjalin

kerja sama dengan atasan perusahaan atau dengan bawahannya supaya tidak terjadi

konflik.

5. Koordinasi lapangan & kepala gudang

Adalah seseorang yang merupakan fungsi kerja dalam sebuah perusahaan baik dalam

sekala besar maupun kecil yang secara umum bertugas merencanakan, mengkoordinasi,

mengontrol dan mengevaluasi semua kegiatan penerimaan, penyimpanan dan persediaan

stok barang yang akan didistribusikan.


BAB IV

MENINJAU PELAKSANAAN KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILAN 21 DAN

PEMBUKUAN ATAS GAJI PEGAWAI TETAP PT ABS PADA MASA PAJAK

JANUARI S/D SEPTEMBER 2020?

PT ABS memiliki kewajiban untuk melakukan perhitungan, pemotongan, penyetoran dan

pelaporan PPh Pasal 21 baik terhadap satu tahun pajak atau bagian dalam satu tahun pajak

terhadap pegawai tetap yang bekerja di PT ABS sesuai dengan PER 16/PJ/2016. Berikut adalah

rekapitulasi penghasilan para pegawai PT ABS dalam tahun 2020.

Tabel 4.1 Perhitungan Gaji Pegawai

TOTAL GAJI
GAJI
GAJI BRUTO
NO NAMA STATUS POKOK
BRUTO SETAHUN
(Rp)
(Rp) (Rp)
1 M. YULIANA HM. K/1 7,000,000 7,000,000 84,000,000
2 VERAWATI TK 5,000,000 5,000,000 60,000,000
3 KARDI TK 5,000,000 5,000,000 60,000,000
4 ERNAWATI TK 5,000,000 5,000,000 60,000,000
5 ROHAYA TK 5,000,000 5,000,000 60,000,000
6 H. RAHMAT HIDAYAT TK 5,000,000 5,000,000 60,000,000
7 MUMUN MAIMUNAH TK 5,000,000 5,000,000 60,000,000
Sumber: PT ABS

A. Pelaksanan perhitungan PPh 21 atas Karyawan Tetap

1. M.Yuliana dengan status K/1 memperoleh gaji sebesar Rp7.000.000 Perbulan dan Pada

bulan Juni mendapatkan THR sebesar Rp7.000.000, M. Yuliana membayar iuran pensiun

41
42

2% dari gaji pokok, maka cara menghitung PPh 21 atas gaji dan atas bonusnya adalah

sebagai berikut:

PPh Pasal 21 atas Gaji dan Tunjangan (penghasilan bulanan)

Gaji Pokok Sebulan Rp 7.000.000


Penghasilan Bruto Sebulan Rp 7.000.000
Pengurang:
Biaya Jabatan (5% dari Penghasilan Bruto) Rp 350.000
Jaminan Hari Tua (JHT) Rp 140.000
Penghasilan Netto Sebulan Rp 6.510.000
Penghasilan Netto Setahun (6.510.000 x 12) Rp 78.120.000
PTKP: Rp 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 15.120.000
PPh 21 Terutang Setahun :
5% x Rp 15.120.000 Rp 756.000
PPh 21 Terutang Sebulan (756.000/12) Rp 63.000

Jurnal Akuntansi PPh Pasal 21

a. Jurnal pada saat pembayaran gaji

Beban Gaji Rp 7.000.000

Hutang PPh Pasal 21 Rp 63.000

Kas/Bank Rp 6.937.000

b. Jurnal pada saat pembayaran penyetoran PPh Pasal 21 ke kas negara

Hutang PPh Pasal 21 Rp 63.000

Kas/Bank Rp 63.000
43

Perhitungan PPh Pasal 21 Gaji dan Bonus

Gaji (Rp 7.000.000 x 12) Rp 84.000.000


Bonus Rp 7.000.000
Penghasilan Bruto Rp 91.000.000
Pengurang :
Biaya Jabatan (5% dari Penghasilan Bruto) Rp 4.550.000
JHT Setahun (Rp 140.000 x 12) Rp 1.680.000
Penghasilan Netto Setahun Rp 84.770.000
PTKP Rp 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 21.770.000
PPh 21 Terutang Setahun :
5% x Rp 21.770.000 Rp 1.088.500
Perhitungan PPh 21 Atas Bonus
PPh 21 Gaji + Bonus Setahun Rp 1.088.500
PPh 21 Gaji + Bonus Sebulan Rp 90.708
PPh 21 setahun (Tanpa Bonus) Rp 63.000
PPh atas Bonus Rp 27,708

2. Ny Verawati (TK) dengan mempeoleh gaji sebesar Rp5.000.000 Perbulan

membayar JHT 2% dari gaji pokok . Pada bulan Juni mendapatkan THR sebesar

Rp5.000.000, maka cara menghitung PPh 21 atas gaji dan atas bonusnya adalah

sebagai berikut:

PPh Pasal 21 atas Gaji dan Tunjangan (peghasilan bulanan)

Gaji Pokok Sebulan Rp 5.000.000


Penghasilan Bruto Sebulan Rp 5.000.000
Pengurang:
Biaya Jabatan (5% dari Penghasilan Bruto) Rp 250.000
44

Jaminan Hari Tua (JHT) 100.000


Penghasilan Netto Sebulan Rp 4.650.000
Penghasilan Netto Setahun (4.650.000 x 12) Rp 55.800.000
PTKP : Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 1.800.000
PPh 21 Terutang Setahun :
5% x Rp 1.800.000 Rp 90.000
PPh 21 Terutang Sebulan (150.000/12) Rp 7.500

Jurnal Akuntansi PPh Pasal 21

a. Jurnal pada saat pembayaran gaji

Beban Gaji Rp 5.000.000

Hutang PPh Pasal 21 Rp 7.500

Kas/Bank Rp 4.992.500

b. Jurnal pada saat pembayaran penyetoran PPh pasal 21 ke kas negara

Hutang PPh Pasal 21 Rp 7.500

Kas/Bank Rp 7.500

Perhitungan PPh pasal 21 Gaji dan Bonus

Gaji Setahun (Rp 5.000.000 x 12) Rp 60.000.000


Bonus Rp 5.000.000
Penghasilan Bruto Rp 65.000.000
Pengurang:
Biaya Jabatan (5% dari Penghasilan Bruto) Rp 3.250.000
Jaminan Hari Tua (JHT) 1.200.000
Penghasilan Netto Setahun Rp 60.550.000
45

PTKP (TK/0) Rp 54.000.000


Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 6.550.000
PPh 21 Terutang Setahun:
5% x Rp 6.550.000 Rp 327.500
Perhitungan PPh 21 Atas Bonus
PPh 21 Gaji + Bonus Sebulan Rp 27.292
PPh 21 setahun (Tanpa Bonus) Rp 7.500
PPh atas Bonus Rp 19.792

3. Kardi (TK) dengan memperoleh gaji sebesar Rp5.000.000 perbulan dan kardi

membayar JHT 2% dari gaji pokok. Pada bulan juni mendapatkan THR sebesar

Rp5.000.000, maka cara menghitung PPh Pasal 21 atas gaji dan atas bonusnya

adalah sebagai berikut :

PPh pasal 21 atas Gaji dan Tunjangan (penghasilan bulanan)

Gaji Pokok Sebulan Rp 5.000.000


Penghasilan Bruto Sebulan Rp 5.000.000
Pengurang:
Biaya Jabatan (5% dari Penghasilan Bruto) Rp 250.000
Jaminan Hari Tua (JHT) 100.000
Penghasilan Netto Sebulan Rp 4.650.000
Penghasilan Netto Setahun (4.650.000 x 12) Rp 55.800.000
PTKP : Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 1.800.000
PPh 21 Terutang Setahun :
5% x Rp 1.800.000 Rp 90.000
PPh 21 Terutang Sebulan (150.000/12) Rp 7.500
46

Jurnal Akuntansi PPh Pasal 21

a. Jurnal pada saat pembayaran gaji

Beban Gaji Rp 5.000.000

Hutang PPh Pasal 21 Rp 7.500

Kas/Bank Rp 4.992.500

b. Jurnal pada saat pembayaran penyetoran PPh pasal 21 ke kas negara

Hutang PPh Pasal 21 Rp 7.500

Kas/Bank Rp 7.500

Perhitungan PPh pasal 21 Gaji dan Bonus

Gaji Setahun (Rp 5.000.000 x 12) Rp 60.000.000


Bonus Rp 5.000.000
Penghasilan Bruto Rp 65.000.000
Pengurang:
Biaya Jabatan (5% dari Penghasilan Bruto) Rp 3.250.000
Jaminan Hari Tua (JHT) 1.200.000
Penghasilan Netto Setahun Rp 60.550.000
PTKP (TK/0) Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 6.550.000
PPh 21 Terutang Setahun:
5% x Rp 6.550.000 Rp 327.500
Perhitungan PPh 21 Atas Bonus
PPh 21 Gaji + Bonus Sebulan Rp 27.292
PPh 21 setahun (Tanpa Bonus) Rp 7.500
PPh atas Bonus Rp 19.792
47

4. Ny Ernawati (TK) dengan mempeoleh gaji sebesar Rp5.000.000 Perbulan. Pada

bulan Juni mendapatkan THR sebesar Rp5.000.000, maka cara menghitung PPh 21

atas gaji dan atas bonusnya adalah sebagai berikut:

Gaji Pokok Sebulan Rp 5.000.000


Penghasilan Bruto Sebulan Rp 5.000.000
Pengurang:
Biaya Jabatan (5% dari Penghasilan Bruto) Rp 250.000
Jaminan Hari Tua (JHT) 100.000
Penghasilan Netto Sebulan Rp 4.650.000
Penghasilan Netto Setahun (4.650.000 x 12) Rp 55.800.000
PTKP : Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 1.800.000
PPh 21 Terutang Setahun :
5% x Rp 1.800.000 Rp 90.000
PPh 21 Terutang Sebulan (150.000/12) Rp 7.500

Jurnal Akuntansi PPh Pasal 21

a. Jurnal pada saat pembayaran gaji

Beban Gaji Rp 5.000.000

Hutang PPh Pasal 21 Rp 7.500

Kas/Bank Rp 4.992.500

b. Jurnal pada saat pembayaran penyetoran PPh pasal 21 ke kas negara

Hutang PPh Pasal 21 Rp 7.500

Kas/Bank Rp 7.500
48

Perhitungan PPh pasal 21 Gaji dan Bonus

Gaji Setahun (Rp 5.000.000 x 12) Rp 60.000.000


Bonus Rp 5.000.000
Penghasilan Bruto Rp 65.000.000
Pengurang:
Biaya Jabatan (5% dari Penghasilan Bruto) Rp 3.250.000
Jaminan Hari Tua (JHT) 1.200.000
Penghasilan Netto Setahun Rp 60.550.000
PTKP (TK/0) Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 6.550.000
PPh 21 Terutang Setahun:
5% x Rp 6.550.000 Rp 327.500
Perhitungan PPh 21 Atas Bonus
PPh 21 Gaji + Bonus Sebulan Rp 27.292
PPh 21 setahun (Tanpa Bonus) Rp 7.500
PPh atas Bonus Rp 19.792

5. Ny Rohaya (TK) dengan mempeoleh gaji sebesar Rp5.000.000 Perbulan. Pada bulan

Juni mendapatkan THR sebesar Rp5.000.000, maka cara menghitung PPh 21 atas

gaji dan atas bonusnya adalah sebagai berikut:

Gaji Pokok Sebulan Rp 5.000.000


Penghasilan Bruto Sebulan Rp 5.000.000
Pengurang:
Biaya Jabatan (5% dari Penghasilan Bruto) Rp 250.000
Jaminan Hari Tua (JHT) 100.000
Penghasilan Netto Sebulan Rp 4.650.000
Penghasilan Netto Setahun (4.650.000 x 12) Rp 55.800.000
PTKP : Rp 54.000.000
49

Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 1.800.000


PPh 21 Terutang Setahun :
5% x Rp 1.800.000 Rp 90.000
PPh 21 Terutang Sebulan (150.000/12) Rp 7.500

Jurnal Akuntansi PPh Pasal 21

a. Jurnal pada saat pembayaran gaji

Beban Gaji Rp 5.000.000

Hutang PPh Pasal 21 Rp 7.500

Kas/Bank Rp 4.992.500

b. Jurnal pada saat pembayaran penyetoran PPh pasal 21 ke kas negara

Hutang PPh Pasal 21 Rp 7.500

Kas/Bank Rp 7.500

Perhitungan PPh pasal 21 Gaji dan Bonus

Gaji Setahun (Rp 5.000.000 x 12) Rp 60.000.000


Bonus Rp 5.000.000
Penghasilan Bruto Rp 65.000.000
Pengurang:
Biaya Jabatan (5% dari Penghasilan Bruto) Rp 3.250.000
Jaminan Hari Tua (JHT) 1.200.000
Penghasilan Netto Setahun Rp 60.550.000
PTKP (TK/0) Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 6.550.000
PPh 21 Terutang Setahun:
5% x Rp 6.550.000 Rp 327.500
50

Perhitungan PPh 21 Atas Bonus


PPh 21 Gaji + Bonus Sebulan Rp 27.292
PPh 21 setahun (Tanpa Bonus) Rp 7.500
PPh atas Bonus Rp 19.792

6. H. Rahmat Hidayat (TK) dengan memperoleh gaji sebesar Rp5.000.000 perbulan

dan H. Rahmat Hidayat membayar JHT 1% dari gaji pokok. Pada bulan juni

mendapatkan THR sebesar Rp5.000.000, maka cara menghitung PPh Pasal 21 atas

gaji dan atas bonusnya adalah sebagai berikut :

PPh pasal 21 atas Gaji dan Tunjangan (penghasilan bulanan)

Gaji Pokok Sebulan Rp 5.000.000


Penghasilan Bruto Sebulan Rp 5.000.000
Pengurang:
Biaya Jabatan (5% dari Penghasilan Bruto) Rp 250.000
Jaminan Hari Tua (JHT) 100.000
Penghasilan Netto Sebulan Rp 4.650.000
Penghasilan Netto Setahun (4.650.000 x 12) Rp 55.800.000
PTKP : Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 1.800.000
PPh 21 Terutang Setahun :
5% x Rp 1.800.000 Rp 90.000
PPh 21 Terutang Sebulan (150.000/12) Rp 7.500

Jurnal Akuntansi PPh Pasal 21

a. Jurnal pada saat pembayaran gaji

Beban Gaji Rp 5.000.000


51

Hutang PPh Pasal 21 Rp 7.500

Kas/Bank Rp 4.992.500

b. Jurnal pada saat pembayaran penyetoran PPh pasal 21 ke kas negara

Hutang PPh Pasal 21 Rp 7.500

Kas/Bank Rp 7.500

Perhitungan PPh pasal 21 Gaji dan Bonus

Gaji Setahun (Rp 5.000.000 x 12) Rp 60.000.000


Bonus Rp 5.000.000
Penghasilan Bruto Rp 65.000.000
Pengurang:
Biaya Jabatan (5% dari Penghasilan Bruto) Rp 3.250.000
Jaminan Hari Tua (JHT) 1.200.000
Penghasilan Netto Setahun Rp 60.550.000
PTKP (TK/0) Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 6.550.000
PPh 21 Terutang Setahun:
5% x Rp 6.550.000 Rp 327.500
Perhitungan PPh 21 Atas Bonus
PPh 21 Gaji + Bonus Sebulan Rp 27.292
PPh 21 setahun (Tanpa Bonus) Rp 7.500
PPh atas Bonus Rp 19.792

7. Ny Mumun Maemunah (TK) dengan mempeoleh gaji sebesar Rp5.000.000

Perbulan. Pada bulan Juni mendapatkan THR sebesar Rp5.000.000, maka cara

menghitung PPh 21 atas gaji dan atas bonusnya adalah sebagai berikut:
52

PPh Pasal 21 atas Gaji dan Tunjangan (peghasilan bulanan)

Gaji Pokok Sebulan Rp 5.000.000


Penghasilan Bruto Sebulan Rp 5.000.000
Pengurang:
Biaya Jabatan (5% dari Penghasilan Bruto) Rp 250.000
Jaminan Hari Tua (JHT) 100.000
Penghasilan Netto Sebulan Rp 4.650.000
Penghasilan Netto Setahun (4.650.000 x 12) Rp 55.800.000
PTKP : Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 1.800.000
PPh 21 Terutang Setahun :
5% x Rp 1.800.000 Rp 90.000
PPh 21 Terutang Sebulan (150.000/12) Rp 7.500

Jurnal Akuntansi PPh Pasal 21

a. Jurnal pada saat pembayaran gaji

Beban Gaji Rp 5.000.000

Hutang PPh Pasal 21 Rp 7.500

Kas/Bank Rp 4.992.500

b. Jurnal pada saat pembayaran penyetoran PPh pasal 21 ke kas negara

Hutang PPh Pasal 21 Rp 7.500

Kas/Bank Rp 7.500
53

Perhitungan PPh pasal 21 Gaji dan Bonus

Gaji Setahun (Rp 5.000.000 x 12) Rp 60.000.000


Bonus Rp 5.000.000
Penghasilan Bruto Rp 65.000.000
Pengurang:
Biaya Jabatan (5% dari Penghasilan Bruto) Rp 3.250.000
Jaminan Hari Tua (JHT) 1.200.000
Penghasilan Netto Setahun Rp 60.550.000
PTKP (TK/0) Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 6.550.000
PPh 21 Terutang Setahun:
5% x Rp 6.550.000 Rp 327.500
Perhitungan PPh 21 Atas Bonus
PPh 21 Gaji + Bonus Sebulan Rp 27.292
PPh 21 setahun (Tanpa Bonus) Rp 7.500
PPh atas Bonus Rp 19.792

Tabel 4.2 Penghitungan Total Karyawan Penghasilan Bruto Atas PTKP dan di bawah
PTKP

Total
Penghasilan bruto di Penghasilan bruto di Total PPh yang
Bulan Penghasilan
atas PTKP bawah PTKP dipotong
Bruto
Jan 37.000.000 56.800.000 93.800.000 276.000
Feb 37.000.000 56.800.000 93.800.000 276.000
Mar 37.000.000 - 37.000.000 276.000
Apr 37.000.000 26.800.000 63.800.000 276.000
Mei 37.000.000 26.800.000 63.800.000 276.000
Jun 37.000.000 56.800.000 93.800.000 366.000
Jul 37.000.000 26.800.000 63.800.000 276.000
Agt 37.000.000 26.800.000 63.800.000 276.000
Sep 37.000.000 56.800.000 93.800.000 276.000
54

Tabel 4.3 Rekapitulasi Pelaksanaan Penghitungan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan


Pegawai Tetap Pada PT ABS Tahun 2020 menurut PER PJ/2016
(dalam rupiah)
PPH Terutang
Masa
NO M. Yuliana H.Rahmat Mumun
Pajak Verawati Kardi Ernawati Rohaya TOTAL
Hm. Hidayat Maimunah
1 Januari 63.000 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 108.000
2 Februari 63.000 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 108.000
3 Maret 63.000 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 108.000
4 April 63.000 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 108.000
5 Mei 63.000 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 108.000
6 Juni 90.708 27.292 27.292 27.292 27.292 27.292 27.292 254.458
7 Juli 63.000 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 108.000
8 Agustu 63.000 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 108.000
9 September 63.000 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 108.000

Dari table 4.3 tersebut, dapat diketahui jumlah pajak yang terutang pada masak Januari

hingga September 2020 menggunakan data yang diperoleh dari PT ABS dan diolah oleh penulis

menggunakan format perhitungan PER DIRJEN PER-16/PJ/2016.

Tabel 4.4 Rekapitulasi Pelaksanaan, Pemotongan, dan Penyetoran PPh Pasal 21 Atas
Penghasilan Pegawai Tetap Pada PT ABS Tahun 2020
PPH Terutang
Masa Tanggal Tempat Tanggal
NO H.Rahmat Mumun
Pajak M.Yuliana Verawati Kardi Ernawati Rohaya TOTAL Penyetoran Penyetoran Lapor
Hidayat Maimunah
Bank
1 Januari 90.000 32.000 29.000 32.000 32.000 29.000 32.000 276.000 01/02/2020 Mandiri 01/02/2020

2 Februari 90.000 32.000 29.000 32.000 32.000 29.000 32.000 276.000 09/03/2020 Kantor Pos 18/03/2020
Bank
3 Maret 90.000 32.000 29.000 32.000 32.000 29.000 32.000 276.000 04/04/2020 Mandiri 04/04/2020

4 April 90.000 32.000 29.000 32.000 32.000 29.000 32.000 276.000 02/05/2020 Kantor Pos 01/05/2020
Bank
5 Mei 90.000 32.000 29.000 32.000 32.000 29.000 32.000 276.000 05/06/2020 Mandiri 04/06/2020

6 Juni 180.000 32.000 29.000 32.000 32.000 29.000 32.000 366.000 06/07/2020 Kantor Pos 03/07/2020
Bank
7 Juli 90.000 32.000 29.000 32.000 32.000 29.000 32.000 276.000 10/08/2020 Mandiri 08/08/2020
Bank
8 Agustu 90.000 32.000 29.000 32.000 32.000 29.000 32.000 276.000 05/09/2020 Mandiri 05/09/2020
Bank
9 September 90.000 32.000 29.000 32.000 32.000 29.000 32.000 276.000 05/10/2020 Mandiri 03/10/2020
55

Dari tabel 4.4 tersebut, dapat diketahui jumlah pajak yang terutang, Tanggal setor dan

tanggal lapor pada masa Januari hingga September 2020 yang diperoleh dan diolah oleh PT

ABS.

B. Apakah tinjauan pelaksanaan kewajiban Pajak Penghasilan 21 dan pembukuan atas

gaji pegawai tetap PT ABS telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

perpajakan yang ada?

1. Pelaksanaan pemotongan PPh 21 atas karyawan

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 pemberi kerja

mempunyai kewajiban untuk memotong PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima pegawai

tetap baik gaji dan tunjangan Serta penghasilan yang diterima pegawai pensiun. PT ABS

merupakan pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan PPh Pasal 21 atas seluruh

penghasilan yang diterima pegawai. PPh Pasal 21 dipotong dari jumlah penghasilan Netto yang

dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak. Tarif Pemotong PPh pasal 21 adalah tarif pasal 17

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Berikut ini merupakan

Perbandingan rekapitulasi pemotongan, dan Penyetoran PPh Pasal 21 PT ABS.

Tabel 4.5 Perbandingan Pelaksanaan Perhitungan PPh 21 PT ABS dengan Peraturan


perpajakan yang berlaku

PPH Pasal 21 Terutang


Masa Pajak Penghasilan Bruto Ket
PT ABS PER 16/PJ/2016
Januari 37.000.000 276.000 108.000 Tidak Sesuai
Februari 37.000.000 276.000 108.000 Tidak Sesuai
Maret 37.000.000 276.000 108.000 Tidak Sesuai
April 37.000.000 276.000 108.000 Tidak Sesuai
Mei 37.000.000 276.000 108.000 Tidak Sesuai
Juni 74.000.000 366.000 254.458 Tidak Sesuai
56

Juli 37.000.000 276.000 108.000 Tidak Sesuai


Agustu 37.000.000 276.000 108.000 Tidak Sesuai
September 37.000.000 276.000 108.000 Tidak Sesuai
Jumlah 370.000.000 2.574.000 1.118.458 Tidak Sesuai
Selisih (1.455.542)

Dari tabel 4.5, mengenai perbandingan pelaksanaan dan penyetoran PPh Pasal 21 atas

penghasilan pegawai tetap pada PT ABS Tahun 2020, bisa dilihat bahwa pajak yang disetor PT

ABS tidak sesuai dengan Per 16/pj/2016 dan PT ABS melakukan penyerotan lebih besar atau

lebih bayar dari yang seharusnya dikarenakan perhitungan pph atas bonusnya dihitung setiap

bulan sedangkan pph atas bonus seharusnya dibayarkan sekali pada saat karyawan mendapatkan

bonus di bulan tersebut.

2. Pelaksanaan Penyetoran PPh Pasal 21 PT ABS Tahun 2020

Tabel 4.6 Perbandingan Pelaksanaan Penyetoran PPh 21 PT ABS dengan Peraturan


perpajakan yang berlaku

Jumlah Pajak Tanggal Penyetoran


SPT Masa Pajak
Yang disetorkan Ket
PT ABS PER 16/PJ/2016
Januari 276.000 01/02/2020 10/02/2020 Sesuai
Februari 276.000 09/03/2020 10/03/2020 Sesuai
Maret 276.000 04/04/2020 10/04/2020 Sesuai
April 276.000 02/05/2020 10/05/2020 Sesuai
Mei 276.000 05/06/2020 10/06/2020 Sesuai
Juni 366.000 06/07/2020 10/07/2020 Sesuai
Juli 276.000 10/08/2020 10/08/2020 Sesuai
Agustu 276.000 05/09/2020 10/09/2020 Sesuai
September 276.000 05/10/2020 10/10/2020 Sesuai

Dari tabel yang telah dijabarkan di atas, diketahui bahwa PT ABS telah melaksanakan
kewajiban penyetoran PPh pasal 21 dengan benar dan sesuai dengan PMK No. 102/PMK
010/2016, namun yang disetorkan tidak sesuai perhitungan dengan ketentuan PER 16/PJ/2016.
57

3. Pelaksanaan Pelaporan PPh Pasal 21 PT ABS Tahun 2020

Tabel 4.7 Perbandingan Pelaporan PPh Pasal 21 masa Januari – September 2020
menurut PT ABS dengan PMK no 242/PMK.03/2014
(dalam rupiah)
Tanggal Pelaporan
Jumlah Pajak
SPT Masa Pajak PMK no KET
Yang disetorkan
PT ABS 242/PMK.03/2014
Januari 276.000 1/2/2020 20/02/2020 Sesuai
Februari 276.000 18/03/2020 20/03/2020 Sesuai
Maret 276.000 4/4/2020 20/04/2020 Sesuai
April 276.000 1/5/2020 20/05/2020 Sesuai
Mei 276.000 4/6/2020 20/06/2020 Sesuai
Juni 366.000 3/7/2020 20/07/2020 Sesuai
Juli 276.000 8/8/2020 20/08/2020 Sesuai
Agustu 276.000 5/9/2020 20/09/2020 Sesuai
September 276.000 3/10/2020 20/10/2020 Sesuai

Dari tabel tersebut, penulis menyajikan bahwa PT ABS telah melaksanakan kewajiban

perpajakannya dalam Pelaporan PPh Pasal 21 secara baik dan sesuai dengan PMK no

242/PMK.03/2014.

Dalam PMK no 242/PMK.03/2014 menyatakan bahwa Pelaporan SPT masa PPh dilakukan

paling lambat tanggal 20 setelah berakhirnya masa pajak berakhir. Apabila tanggal 20 jatuh pada

hari libur, maka penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya. Dalam PMK no

242/PMK.03/2014 juga menyatakan bahwa Penyetoran SPT masa PPh dilakukan paling lambat

tanggal 10 setelah berakhirnya masa pajak berakhir. Apabila tanggal 10 jatuh pada hari libur,

maka penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya.


58

4. Pelaksanaan Pembukuan PPh Pasal 21 PT ABS Januari sampai dengan September

Tahun 2020

Jurnal Akuntansi PPh Pasal 21

Jurnal pada saat pembayaran gaji

Beban Gaji Rp 370.000.000

Hutang PPh Pasal 21 Rp 2.574.000

Kas/Bank Rp 367.426.000

Jurnal pada saat pembayaran penyetoran PPh pasal 21 ke kas negara

Hutang PPh Pasal 21 Rp 2.574.000

Kas/Bank Rp 2.574.000

5. Bagaimana pencatatan jurnal akuntansi PPh pasal 21 yang diterapkan oleh PT ABS?

PT ABS membuat ayat jurnal pemotongan dan penyetoran pph Pasal 21 yang di dapat setiap

bulan. Dari data yang penulis dapatkan, tidak terdapat kesalahan dalam pencatatan ayat jurnal

yang dilakukan oleh PT ABS. Sedangkan dalam pelaksanaannya PT ABS telah melakukan

penghitungan dan pemotongan PPh Pasal 21 namun tidak sesuai dengan mekanisme akuntansi

perpajakan yang berlaku secara umum.


BAB V

SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI

A. Simpulan

Dari penelitian yang dibahas penulis pada bab sebelumnya tentang Perhitungan,

Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan 21 pada PT ABS periode masa pajak

Januari – September 2020, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. PT ABS telah menjalakan kewajiban nya dalam melaksanakan kewajiban menghitung,

memperhitungkan, memotong, menyetorkan, dan membayar Pajak Penghasilan Pasal

21.

2. Pelaksanaan perhitungan dan pemotongan belum sesuai dengan PER-16/PJ/2016 namun

dari segi pelaporan dan penyetoran telat sesuai dengan PMK No 102/PMK.010/2016.

3. PT ABS telah melakukan pencatatan ayat jurnal akuntansi PPh pasal 21 sesuai prinsip

akuntansi yang berlaku

B. Keterbatasan

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir yang dilakukan penulis mengalami beberapa

keterbatasan dalam beberapa aspek, diantaranya :

1. Memperoleh data, karena perusahaan sangat merahahasiakan perihal data tersebut hal

ini disebabkan adanya privasi data yang tidak bisa dipublikasikan. Mendapatan data

tersebut melalui progres yang panjang hingga akhirnya data didapatkan. Sehingg penulis

59
60

berusaha semaksimal mungkin dalam mengolah data yang ada menjadi data yang

optimal.

2. Mendapat persetujuan karena perusahaan sangat tertutup karena itu mereka tidak mau

ambil resiko untuk membuka identitasnya, sehingga dari pihak PT ABS membolehkan

dengan syarat menutupi identitasnya.

C. Implikasi

Setelah menarik kesimpulan atas pembahasan masalah dan menguraikan keterbatasan

tentang penyusunan Laporan Tugas Akhir, selanjutnya penulis akan menguraikan dampaknya

sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan, dengan adanya Laporan Tugas Akhir ini dapat dijadikan sebagai acuan

dalam melakukan kewajiban Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dilakukan perusahaan

dengan cara memberikan penjelasan kepada bagian keuangan diperusahaan untuk

menjalankan kewajiban sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku dalam hal

perhitungan.

2. Bagi Akademis, dapat memperluas lagi tentang Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan

acuan Perundang- Undangan yang berlaku dan juga dari sumber-sumber referensi

lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

djp. (n.d.). PPh Pasal 21/26. Retrieved from Direktorat Jenderal Pajak:
https://www.pajak.go.id/id/pph-pasal-2126
Mardiasmo. (2018). Perpajakan Edisi Revisi. Malang: Andi.
Prastowo, Y. (2009). Panduan Lengkap Pajak. Jakarta: Raih Asa Sukses.
Soemitro, R. (1987). Asas dan Dasar Perpajakan 2. Bandung: Eresco.
Systems, P. A. (2019, Januari 19). Penghitungan PPh 21 Terbaru dengan PTKP 2019.
Retrieved from Online Pajak: https://www.online-pajak.com/tentang-
pph21/perhitungan-pph-21
UTAMI, N. W. (2018, Desember 03). PPh 21: Objek, Tarif, Rumus, Hingga Cara Pelaporan
Pajak Penghasilan Pasal 21. Retrieved from klikpajak: https://klikpajak.id/blog/pajak-
bisnis/pajak-penghasilan-pasal-21-2/
Waluyo. (2017). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Peraturan Undang-Undang
_______, Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009
Pasal 1 Ayat 1.
_______, Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 TentangqqPajak Penghasilan
sebagaimanaqyang telah diubahqke empat kaliqdengan Undang-Undang No. 36
Tahun 2008.
_______, Peraturan Dirjen Pajak No. PER-16/PJ/2016 tentangqqpedoman teknis tataqqcara
pemotongan, qpenyetoran, danqpelaporanqPajak PenghasilanqPasal 21
sehubunganqdengan pekerjaan, jasa, danqkegiatan OrangqPribadi.
_______, Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK.03/2008 tentang
petunjukqqqpelaksanaan pemotongan pajakqqqatas penghasilanqqqsehubungan
denganqpekerjaan, jasa, dan kegiatanqOrangqPribadi.
_______, Peraturan Menteri Keuangan No. 102/PMK.010/2016 tentangqpenetapanqbagian
penghasilanqqsehubungan denganqpekerjaan dariqqpegawai harian danqmingguan
sertaqpegawai tidakqtetap lainnyaqyang tidakqdikenakan pemotonganqmenimbang
Pajak Penghasilan.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai