Anda di halaman 1dari 54

Sudah di acc Ibu Indira Hari Selasa, 19 Januri 2021 Pukul 10.

45

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

“ PENGELOLAAN DAN EFEKTIFITAS PENYUSUTAN INVENTARIS

KANTOR PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK

INDONESIA ( BPK-RI )”

Disusun Oleh :

NAMA : MUHAMMAD ABDURRAFI AZMII


NIM : 041702503125038
FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN : AKUNTANSI

UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA


JAKARTA 2020
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

“ PENGELOLAAN DAN EFEKTIFITAS PENYUSUTAN

INVENTARIS KANTOR PADA BADAN PEMERIKSA

KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ( BPK-RI )”

Disusun Oleh :

NAMA : MUHAMMAD ABDURRAFI AZMII


NIM : 041702503125038
FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN : AKUNTANSI

UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA


JAKARTA 2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Nama : Muhammad Abdurrafi Azmii

NIM : 041702503125038

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Akuntansi

Judul : Pengelolaan dan Efektifitas Penyusutan Inventaris

Kantor Pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik

Indonesia ( BPK – RI )

Jakarta, 26 Januari 2021

Disetujui, Mengetahui,

Dosen Pembimbing Kajur Akuntansi

(Indira Shinta Dewi SE., MM., Ak.) (Tagor Sidauruk, SE.,M.Si)

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan dengan judul :

Pengelolaan dan Efektifitas Penyusutan Inventaris Kantor Pada Badan Pemeriksa

Keuangan Republik Indonesia ( BPK – RI )

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Nama Mahasiswa : Muhammad Abdurrafi Azmii

NIM : 041702503125038

Jurusan/Prodi : Akuntansi

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 26 Januari 2021 dan

dinyatakan telah memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program

studi Strata Satu (S1).

Mengesahkan, Mengetahui,

Dosen Pembimbing Kajur Akuntansi

(Indira Shinta Dewi SE., MM., Ak.) (Tagor Sidauruk, SE., M.Si)

iii
PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN PRAKTEK KERJA

LAPANGAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Mahasiswa : Muhammad Abdurrafi Azmii

NIM : 041702503125038

Jurusan/Prodi : Akuntansi

Menyatakan bahwa Laporan Praktek Kerja lapangan ini adalah hasil karya

sendiri. Apabila dikemudian hari ditemukan adanya bukti plagiat,

manipulasi dan bentuk-bentuk kecurangan yang lain maka saya bersedia

menerima sanksi dalam bentuk apapun dari Fakultas Ekonomi Universitas

Satya Negara Indonesia.

Jakarta, 26 Januari 2021

Hormat saya,

Muhammad Abdurrafi Azmii

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah
SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat melaksanakan program
Praktek Kerja Lapangan dengan lancar pada semester ini. Judul dalam Laporan
Praktek Kerja Lapangan ini “ PENGELOLAAN DAN EFEKTIFITAS
PENYUSUTAN INVENTARIS PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA ( BPK – RI )”

Laporan kegiatan kerja praktek ini disusun untuk melengkapi kegiatan kerja
praktek yang dilakukan penulis di divisi Penatausahaan dan Aset Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia ( BPK – RI ).

Laporan Praktek Kerja Lapangan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi Program Strata 1 ( S1 ) Prgoram studi Akuntansi pada fakultas Ekonomi
dan Bisni di Universitas Satya Negara Indonesia. Selama melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan di Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, tentu penulis
mendapakan banyak sekali pengalaman dan ilmu – ilmu baru yang sangat berharga.

Tak lupa, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak terkait
yang sudah membantu, mendukung, dan memberikan banyak pembelajaran kepada
penulis dalam pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan maupun dalam
pembuatan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini. Dengan lancarnya kegiatan Praktek
Kerja Lapangan ini , penulis mengucapkan banyak terima kasih, kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-nya penulis
dapat melaksanakan program Praktek Kerja Lapangan
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan kepada penulis
3. Bapak Drs. GL. Hery Prasetya, SE., M.Spi. Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Satya Negara Indonesia
4. Bapak Tagor Darius Sidauruk, SE., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi

v
5. Ibu Indira Shinta Dewi SE., MM., Ak. Selaku dosen pembimbing yang
meluangkan waktu kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Praktek
Kerja Lapangan
6. Seluruh Dosen di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Satya
Negara Indonesia.
7. Bapak Pandji Oetomo, S.E., M.M. Selaku Kepala Subbagian
Penatausahaan dan Aset Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK – RI ), yang
telah memperbolehkan penulis melaksanakan program Praktek Kerja
Lapangan
8. Bapak Tri Widodo, S.E. Selaku pembimbing selama penulis menjalankan
Praktek Kerja Lapakan
9. Seluruh staff Sub Bagian Penatausahaan dan Aset

Demikian Laporan Praktek Kerja Lapangan ini penulis buat, atas


kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, penulis momohon maaf
yang sebesar – besarnya. Semoga Laporan Praktek Kerja lapangan ini bisa
bermanfaat untuk kita semua.

Jakarta, November 2020

Penulis

( Muhammad Abdurrafi Azmii )

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ..................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN ......................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN .......................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii

BAB I ........................................................................................................................1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang PKL ................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah PKL ............................................................................. 3
1.3 Tujuan dan Manfaat PKL .......................................................................... 3
1.4 Metode Pelaksanaan PKL .......................................................................... 5

BAB II................................................................................................................................6

LANDASAN TEORI.........................................................................................................6

2.1 Barang Milik Negara...............................................................................................6

2.2 Manajemen Asset..................................................................................................7

2.3 Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara..............8

2.4 Pengelolaan Barang Milik Negara.....................................................................11

vii
2.5 Metode Penyusutan Asset Tetap........................................................................14

BAB III............................................................................................................................15

GAMBARAN UMUM...................................................................................................15

3.1 Lokasi dan Posisi Mahasiswa.............................................................................15

3.2 Sejarah Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.............................16

. 3.3 Visi dan Misi Badan Pemeriksa Keuangan......................................................20

3.4 Tugas dan Fungsi Badan Pemeriksa Keuangan...............................................20

3.5 Sturktur Organisasi Badan Pemeriksa Keuangan..........................................22

3.6 Sturktur Organisasi Subbagian Penatausahaan dan Asset............................25

BAB IV............................................................................................................................29

HASIL DAN PELAKSANAAN PKL...........................................................................29

4.1 Prosedur Penyusutan Inventaris Kantor Pada BPK – RI ..............................29

BAB V.............................................................................................................................35

PENUTUP.......................................................................................................................35

5.1 Kesimpulan..........................................................................................................35

5.2 Saran....................................................................................................................35

viii
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................36

DAFTAR GAMBAR......................................................................................................38

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................39

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PKL

Barang Milik Negara (BMN) merupakan salah satu Aset yang paling penting
yang dimiliki oleh negara agar lancarnya operasional pelaksanaan pemerintahan.
Ini dikarenakan adanya Barang Milik Negara, pencapaian pembangunan disetiap
negeri dapat terlaksana, untuk kesejahteraan masayrakat pada umumnya. Oleh
karena itu Barang Milik Negara (BMN) harus dikelola dengan sebaik – baiknya
sehingga akan terwujudnya Pengelolaan Barang Milik Negara yang transparan,
efisien, ekonomis dan terjaminnya nilai. Pengelolaan Barang Milik Negara
( BMN ) merupakan suatu proses dalam pengelolaan kekayaan yang telah ada
atau yang diperoleh dari beban APBN ( Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara ) atau perolehan lainnya yang sah yang nantinya dapat digunakan untuk
kegiatan pemerintahan dan masyarakat.

Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) yang dilakukan harus mentaati asas
yang ada, asas – asas tersebut yaitu, Adapun asas-asas dalam pengelolaan BMN
meliputi asas fungsional, asas kepastian hukum, asas transparansi, asas
keterbukaan, asas efisiensi, asas akuntabilitas, dan asas kepastian nilai. Asas
fungsional yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah di bidang
pengelolaan BMN sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing-masing
pejabat yang mengelola BMN. Asas kepastian hukum yaitu pengelolaan BMN
harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan. Asas
transparansi atau asas keterbukaan yaitu penyelenggaraan pengelolaan BMN
harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang

1
benar. Asas efisiensi yaitu pengelolaan BMN diarahkan agar BMN digunakan
sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka
menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara
optimal. Asas akuntabilitas yaitu setiap kegiatan pengelolaan BMN harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Asas kepastian nilai yaitu pengelolaan
BMN harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam 2
(dua) rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan BMN serta
penyusunan neraca pemerintah.

Pemerintah telah menerbitkan peraturan mengenai pengelolaan Barang Milik


Negara (BMN) Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006
Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang meliputi perencanaan
anggaran, kebutuhan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, penatausahaan,
pengendalian, dan pengawasan.

Dengan adanya pedoman Pengelolaan terkait BMN, diharapkan nantinya


BMN yang diperoleh akan benar – benar digunakan dan berguna untuk kegiatan
operasional, dengan mendapatkan harga yang wajar, tidak ada penyalahgunaan
BMN, dan agar nantinya tidak ada BMN yang berlebih atau tidak
digunakan/dimanfaatkan secara optimal. Proses dimulainya Optimalisasi BMN
yaitu proses perencanaan dan penganggaran yang berfokus pada output,
penggunaan yang tepat, pengadaan yang transapran, pemeliharaan rutin untuk
BMN, pengendalian dan penatausahaan yang baik sampai penghapusan BMN
sesuai dengan ketentuan.

Pengamanan BMN yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang untuk


mengawasi BMN agar keberadaannya secara administrasi dan fisik dalam
keadaan utuh, tidak rusak, dan hilang. Pengamanan yang dilakukan yaitu,
pengamanan fisik, pengamanan administratif, dan pengamanan hukum. Menurut
peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, sistem pengendalian intern

2
merupakan proses inetgral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif,
keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang – undangan.

Praktek Kerja Lapakan ini bertujuan untuk mengetahui cara Pengelolaan


Barang Milik Negara atau Daerah dalam rangka penetapan nilai Barang Milik
Negara tentang akuntansi asset tetap, yang nantinya asset tetap tersebut menjadi
biaya perolehan asset yang akan mengurangi Akumulasi Penyusutan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menulis Laporan


Praktek Kerja Lapangan dengan judul “PENGELOLAAN DAN
EFEKTIFITAS PENYUSUTAN INVENTARIS KANTOR PADA BADAN
PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ( BPK-RI )”

1.2 Rumusan Masalah PKL


Berdasarkan Latar Belakang diatas, penulis merumuskan masalah
dalam Laporan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) sebagai berikut :
1. Bagaimana Prosedur Penyusutan Inventaris Kantor Pada Badan Pemeriksa
Keuangan Menggunakan Aplikasi SIMAK BMN?

1.3 Tujuan dan Manfaat PKL


Tujuan dari Kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan, adalah :
1. Mengetahui cara pengelolaan dan efektifitas penyusutan pada Barang
Milik Negara (BMN) yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia ( BPK – RI ) yang nantinya akan dicatat dalam
Laporan Barang Milik Negara ( LBMN ).

3
2. Manfaat dari Kegiatan Praktek Kerja Lapangan, yaitu :
a) Untuk Mahasiswa :
1. Memperluas ilmu pengetahuan dan memahami mengenai
efektifitas penyusutan
2. Memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan sebagai salah satu mata
kuliah mahasiswa Akuntansi di Universitas Satya Negara
Indonesia
3. Menguji kemampuan diri sesuai dengan yang dipelajari selama
melaksanakan perkuliahan di Universitas Satya Negara Indonesia.
4. Mempersiapkan diri untuk menjalankan dunia kerja di kemudian
hari.

b) Untuk Universitas :
1. Terjalinnya kerjasama “bilateral” antara Universitas dengan
perusahaan.
2. Universitas akan dapat meningkatkan kualitas lulus mahasiswa
melalui
pengalaman magang.
3. Universitas yang akan dikenal di dunia industri.
c) Untuk Perusahaan :
1. Adanya kerjasama antara dunia pendidikan dengan dunia industri/
perusahaan sehingga perusahaan tersebut dikenal oleh kalangan
akademis.
2. Adanya kritikan-kritikan yang membangun dari mahasiswa-
mahasiswa yang melakukan Praktek Magang.
3. Perusahaan akan mendapat bantuan tenaga dari mahasiswa-
mahasiswa yan melakukan praktek.
4. Adanya orang yang mengaudit perusahaan tanpa mengeluarkan
biaya dengan adanya laporan-laporan magang yang diberikan

4
kepada perusahaan.
1.4 Metode Pelaksanaan PKL
Dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini, penulis
menggunakan penerapan metode penelitian untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan. Sehingga Praktek Kerja Lapangan dapat berjalan lancar. Metode
penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Metode Wawancara
Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data dengan cara melakukan
wawancara langsung yang melibatkan kartawan instansi yang
bersangkutan melalui tulisan maupun lisan
2. Metode Pengamatan
Metode atau langkah yang bersktruktur, tertata, dan meninjau atau
memperhatikan objek data penyusunan laporan.

5
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Barang Milik Negara (BMN)


Barang Milik Negara, atau yang biasa disingkat BMN, merupakan bagian tak
terpisahkan dari Keuangan Negara sebagaimana tertuang dalam pasal 1 Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disebutkan bahwa:
“Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.”
Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara,pada pasal 1 disebutkan bahwa: “Barang Milik Negara adalah semua
barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah.” Dimana tidak termasuk dalam pengertian BMN adalah 
barang-barang yang dikuasai dan atau dimiliki oleh:
a. Pemerintah Daerah (sumber dananya berasal dari APBD termasuk yang
sumber dananya berasal dari APBN tetapi sudah diserahterimakan
kepada Pemerintah Daerah).
b. Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah  yang terdiri
dari:

1) Perusahaan dan Perseroan


2) Perusahaan Umum
c.  Bank Pemerintah dan Lembaga Keuangan Milik Pemerintah.

6
Selanjutnya, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, pengertian “perolehan lainnya yang
sah” disebutkan antara lain meliputi hibah/sumbangan, pelaksanaan
perjanjian/kontrak, diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang, dan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Dalam pengertian terbatas, pemerintah dalam Keputusan Menteri Dalam


Negeri No. 49/2001 memberikan pengertian asset daerah sebagai barang daerah.
Meskipun definisi ini pada dasarnya tidak cukup tepat – aset lebih luas dari
barang – namun dalam batas-batas tertentu pengertian ini dapat digunakan untuk
menjelaskan “kekayaan” milik daerah.

Adapun jenis aset yang dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu (Mursyidi, 2009):
1. Aset lancar yaitu aset yang tidak dimaksudkan untuk dipakai terus menerus
dalam kegiatan suatu daerah seperti kas, piutang usaha, persediaan dan aktiva
lain yang mudah dipertukarkan menjadi tunai.
2. Investasi yaitu menekankan pada penempatan uang atau dana.
3. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari
12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Adapun klasifikasi aset tetap yaitu
tanah, peralatan dan mesin, kendaraan, gedung dan bangunan, jalan, irigasi,
dan jaringan, aset tetap lainnya, dan konstruksi dalam pengerjaan

2.2 Manajemen Asset

Manajemen Aset di artikan sebagai suatu kegiatan manajemen dalam


mengelola penggunaan yang ditujukan dalam rangka meningkatkan control atau
pengawasan terhadap asset tetap yang disesuaikan dengan nilai wajar. Sedangkan
menurut Siregar, Doli D (2002:48), kita sadari bahwa manajemen asset

7
merupakan salah satu profesi atau keahlian yang belum sepenuhnya berkembang
dan popular dilingkungan pemerintahan maupun disuatu kerja atau instansi
Sugiama (2013) Manajemen aset adalah ilmu dan seni untuk memandu
pengelolaan kekayaan yang mencakup proses merencanakan kebutuhan aset,
mendapatkan, menginventarisasi, melakukan legal audit, menilai,
mengoperasikan, memelihara, membaharukan atau menghapuskan hingga
mengalihkan aset secara efektif dan efisien.

2.3 Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-
BMN)

SIMAK-BMN merupakan sistem terpadu yang merupakan gabungan prosedur


manual dan komputerisasi dalam rangka menghasilkan data transaksi untuk
mendukung penyusunan neraca. Perolehan Barang Milik Negara yang diakui
secara sah dapat diperoleh dari hibah/sumbangan, dari pelaksanaan
perjanjian/kontrak, berdasarkan ketentuan UU dan dari keputusan pengadilan.
Berikut ini adalah aset-aset tetap yang termasuk dalam perhitungan
SIMAKBMN, sebagai berikut :

“Aset lancar adalah aset yang diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai,
atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
pelaporan. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Sedangkan aset lainnya adalah aset yang
tidak bisa dikelompokkan ke dalam aset lancar maupun aset tetap. Adapun aset
bersejarah merupakan aset yang mempunyai ketetapan hukum sebagai aset
bersejarah disebabkan karena kepentingan budaya, lingkungan dan sejarah. Aset
bersejarah tidak wajib disajikan di dalam neraca tetapi harus diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan.”

8
Dalam akuntansi pemerintahan, BMN merupakan bagian dari aset pemerintah
pusat yang berwujud. Sedangkan pengertian aset menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah adalah sebagai
berikut:
“Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk
sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan
sejarah dan budaya”
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah, dalam Lampiran I.08 PSAP 07 tentang Akuntansi Aset
Tetap dijelaskan bahwa aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam
sifat  atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap tersebut
yaitu sebagai berikut :

a. Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang
diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

b. Peralatan dan Mesin


Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan
bermotor, alat elektonik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang

9
nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas)
bulan dan dalam kondisi siap pakai.

c. Gedung dan Bangunan


Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan
yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan


Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan
yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh
pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

e. Aset Tetap Lainnya


Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh
dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam
kondisi siap dipakai.

f. Konstruksi dalam Pengerjaan.


Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang
dalam proses pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan
belum selesai seluruhnya.

10
Untuk memudahkan identifikasi, maka setiap BMN
diklasifikasikan dengan cara tertentu sehingga memberikan
kemudahan dalam pengelolaannya.  Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 97/PMK.06/2007 tentang Penggolongan dan Kodefikasi
Barang Milik Negara  sebagai pengganti Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 18/KMK.018/1999 tentang Klasifikasi dan Kodefikasi Barang
Inventaris Milik/Kekayaan Negara  membagi BMN dalam klasifikasi
Golongan, Bidang, Kelompok, Sub Kelompok, dan Sub-sub
kelompok.
Golongan BMN meliputi: Barang Tidak Bergerak; Barang
Bergerak; Hewan, Ikan dan Tanaman, Barang Persediaan, Konstruksi
Dalam Pengerjaan, Aset Tak Berwujud dan Golongan Lain-lain. Dari
masing-masing Golongan tersebut selanjutnya dirinci lagi ke dalam
klasifikasi bidang, kelompok, sub kelompok, dan sub-sub kelompok. 
Dengan demikian, klasifikasi paling rinci (detil) ada di level Sub-sub
kelompok.
2.4 Pengelolaan Barang Milik Negara
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah, disebutkan bahwa pengelolaan BMN adalah
kegiatan yang dilakukan atas BMN mulai dari perencanaan sampai dengan
penghapusan yang meliputi 10 (sepuluh) kegiatan sebagai berikut :

a. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran


Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan
rincian kebutuhan barang milik negara/daerah untuk menghubungkan
pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang
berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang.

11
b. Pengadaan
Perencanaan anggaran yang mencerminkan kebutuhan riil barang
milik Negara/daerah pada kementerian/lembaga/satuan kerja
perangkat daerah selanjutnya menentukan pencapaian tujuan
pengadaan barang yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi pemerintah.Pengadaan barang milik
negara/daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip efisien,
efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil/ tidak diskriminatif dan
akuntabel.

c. Penggunaan
Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh
pengguna barang dalam mengelola dan menatausahakan barang milik
negara/daerah yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi instansi
yang bersangkutan.

d. Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik negara/daerah
yang tidak dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah, dalam bentuk
sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, dan bangun serah
guna/bangun guna serah dengan tidak mengubah status kepemilikan.

e. Pengamanan dan pemeliharaan
Pengamanan administrasi yang ditunjang oleh pengamanan fisik
dan pengamanan hukum atas barang milik negara/daerah merupakan
bagian penting dari pengelolaan barang milik ncgara/daerah. Kuasa
pengguna barang, pengguna barang dan pengelola barang memiliki
wewenang dan tangung jawab dalam menjamin keamanan barang milik

12
negara/daerah yang berada di bawah penguasaannya dalam rangka
menjamin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemerintah.
Sedangkan yang dimaksud dengan pemeliharaan adalah suatu
rangkaian kegiatan untuk menjaga kondisi dan memperbaiki semua
barang milik negara/daerah agar selalu dalam keadaan baik dan siap
untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna.

f. Penilaian
Penilaian adalah suatu proses kegiatan penelitian yang
selektif didasarkan pada data/fakta yang objektif dan relevan dengan
menggunakan metode/teknik tertentu untuk memperoleh nilai barang
milik negara/daerah.

g. Penghapusan
Penghapusan adalah tindakan menghapus barang
milik negara/daerah dari daftar barang dengan menerbitkan surat
keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengguna
dan/atau kuasa pengguna barang dan/atau pengelola barang dari
tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam
penguasaannya.

h. Pemindahtanganan
Pemindah tanganan adalah pengalihan kepemilikan barang milik
negara/daerah sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara
dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebagai modal
pemerintah.

i. Penatausahaan

13
Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang
meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan barang milik
negara/daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

j. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian


Menteri Keuangan menetapkan kebijakan umum dan kebijakan
teknis pengelolaan barang milik negara/daerah, sedangkan Menteri
Dalam Negeri menetapkan kebijakan teknis dan melakukan
pembinaan pengelolaan barang milik daerah sesuai dengan kebijakan
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam kebijakan umum.

2.5 Metode Penyusutan Aset Tetap


Pengertian penyusutan berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
No 17 paragraf 6 yaitu penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat
disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Menurut Raja Andri Surya
(2012:173), penyusutan adalah alokasi jumlah yang dapat disusutkan dari suatu
aset sepanjang masa manfaat yang estimasi. Jumlah yang dapat disusutkan dari
suatu aset adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut
dikurangi dengan estimasi nilai sisa (salvage value) aset tersebut pada akhir masa
manfaat

Metode Garis Lurus adalah metode depresiasi aset tetap yang biaya
penyusutannya tetap sama setiap tahunnya hingga akhir usia ekonomis aset tetap
tersebut. Metode ini digunakan jika nilai ekonomis aset tetap terus sama setiap
tahun. Fungsinya adalah untuk menyusutkan aset-aset yang manfaatnya tidak
terpengaruh oleh besar kecilnya volume jasa atau produk yang diproduksi seperti
peralatan kantor dan bangunan. Metode ini merupaka metode yang mendasarkan
alokasi dari fungsi waktu penggunaan aset. Berdasarkan metode ini biaya

14
depresiasi dihitung dengan mengalokasikan nilai aset yang didepresiasikan
selama masa manfaat aset secara sama untuk setiap periode. Untuk menghitung
biaya depresiasi digunakan rumus sebagai berikut :

(Biaya Perolehan Aset−Nilai Residu)


Biaya Depresiasi =
Masa Manfaat Aset

BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1 Lokasi dan Posisi Mahasiswa


Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan ini, untuk memenuhi
persyaratan perkuliahan semester 7, agar penulis dapat lebih terarah dalam
meningkatkan dan mengembangkan pengalaman di dunia kerja.

Penulis melakukan praktek kerja lapangan selama satu bulan di Badan


Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia ( BPK – RI ). Yang berlokasi di Jalan
Jenderal Gatot Subroto Kav. 31, Jakarta Pusat, Lantai 1 Gedung Arsip BPK – RI.
Penulis ditempatkan di Sub Bagian Penatausahaan Aset terbagi menjadi tiga
bagian yaitu Administrasi dan Evaluasi, Pencatatan dan Pelaporan, dan
Inventarisasi dan Labelisasi. Dimana pada Sub Bagain tersebut terdapat 10
Karyawan dan 1 Kepala Sub Bagian. Penulis ditempatkan di Administrasi dan
Evaluasi dan Inventarisasi dan Labelisasi, pada posisi tersebut peran Penulis
sebagai Mahasiswa Internship, berikut tugas atau kegiatan yang dilakukan oleh
penulis, yaitu :

15
1. Melakukan evaluasi laporan Barang Milik Negara.
2. Melakukan pendataan awal dan inventarisasi Barang Milik Negara.
3. Memverifikasi kelengkapan sumber dokumen yang diinput pada
Aplikasi SIMAK BMN.

3.2 Sejarah Badan Pemeriksa Keuangan RI

1) 1 Januari 1947 - Awal Pembentukan


Berdasarkan amanat UUD Tahun 1945 tersebut telah
dikeluarkan Surat Penetapan Pemerintah No.11/OEM tanggal 28
Desember 1946 tentang pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan,
pada tanggal 1 Januari 1947 yang berkedudukan sementara dikota
Magelang. Pada waktu itu Badan Pemeriksa Keuangan hanya
mempunyai 9 orang pegawai dan sebagai Ketua Badan Pemeriksa
Keuangan pertama adalah R. Soerasno. Untuk memulai tugasnya,
Badan Pemeriksa Keuangan dengan suratnya tanggal 12 April 1947
No.94-1 telah mengumumkan kepada semua instansi di Wilayah

16
Republik Indonesia mengenai tugas dan kewajibannya dalam
memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara, untuk
sementara masih menggunakan peraturan perundang-undangan yang
dulu berlaku bagi pelaksanaan tugas Algemene Rekenkamer (Badan
Pemeriksa Keuangan Hindia Belanda), yaitu ICW dan IAR.

2) 6 November 1948 - Kedudukan di Yogyakarta


Dalam Penetapan Pemerintah No.6/1948 tanggal 6 Nopember 1948
tempat kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan dipindahkan dari Magelang
ke Yogyakarta. Negara Republik Indonesia yang ibukotanya di Yogyakarta
tetap mempunyai Badan Pemeriksa Keuangan sesuai pasal 23 ayat (5)
UUD Tahun 1945; yang diketuai oleh R. Kasirman yang diangkat
berdasarkan SK Presiden RI tanggal 31 Januari 1950 No.13/A/1950
terhitung mulai 1 Agustus 1949.

3) 14 Desember 1949 - Dewan Pengawas Keuangan


Dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat
(RIS) berdasarkan Piagam Konstitusi RIS tanggal 14 Desember 1949,
maka dibentuk Dewan Pengawas Keuangan (berkedudukan di Bogor) yang
merupakan salah satu alat perlengkapan negara RIS, sebagai Ketua
diangkat R. Soerasno mulai tanggal 31 Desember 1949, yang sebelumnya
menjabat sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta.
Dewan Pengawas Keuangan RIS berkantor di Bogor menempati bekas
kantor Algemene Rekenkamer pada masa pemerintah Netherland Indies
Civil Administration (NICA).

4) 1 Oktober 1950 - Badan Pemeriksa Keuangan (UUDS 1950)

17
Dengan kembalinya bentuk Negara menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950, maka Dewan Pengawas
Keuangan RIS yang berada di Bogor sejak tanggal 1 Oktober 1950
digabung dengan Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUDS 1950
dan berkedudukan di Bogor menempati bekas kantor Dewan Pengawas
Keuangan RIS. Personalia Dewan Pengawas Keuangan RIS diambil dari
unsur Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta dan dari Algemene
Rekenkamer di Bogor.

5) 5 Juli 1959 - Badan Pemeriksa Keuangan (UUD 1945)


Pada Tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkan Dekrit Presiden RI yang
menyatakan berlakunya kembali UUD Tahun 1945. Dengan demikian
Dewan Pengawas Keuangan berdasarkan UUD 1950 kembali menjadi
Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan Pasal 23 (5) UUD Tahun 1945.
Meskipun Badan Pemeriksa Keuangan berubah-ubah menjadi Dewan
Pengawas Keuangan RIS berdasarkan konstitusi RIS Dewan Pengawas
Keuangan RI (UUDS 1950), kemudian kembali menjadi Badan Pemeriksa
Keuangan berdasarkan UUD Tahun 1945, namun landasan pelaksanaan
kegiatannya masih tetap menggunakan ICW dan IAR.

6) 12 Oktober 1963 - PERPU No. 6 Tahun 1964


Dalam amanat-amanat Presiden yaitu Deklarasi Ekonomi dan
Ambeg Parama Arta, dan di dalam Ketetapan MPRS No. 11/MPRS/1960
serta resolusi MPRS No. 1/Res/MPRS/1963 telah dikemukakan keinginan-
keinginan untuk menyempurnakan Badan Pemeriksa Keuangan, sehingga
dapat menjadi alat kontrol yang efektif. Untuk mencapai tujuan itu maka
pada tanggal 12 Oktober 1963, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 7 Tahun 1963 (LN No. 195
Tahun 1963) yang kemudian diganti dengan Undang-Undang (PERPU)

18
No. 6 Tahun 1964 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Gaya Baru.

7) UU No. 5 Tahun 1973 - Badan Pemeriksa Keuangan


Untuk mengganti PERPU tersebut, dikeluarkanlah UU No. 17 Tahun
1965 yang antara lain menetapkan bahwa Presiden, sebagai Pemimpin
Besar Revolusi pemegang kekuasaan pemeriksaan dan penelitian tertinggi
atas penyusunan dan pengurusan Keuangan Negara. Ketua dan Wakil
Ketua BPK RI berkedudukan masing-masing sebagai Menteri Koordinator
dan Menteri. Akhirnya oleh MPRS dengan Ketetapan No.X/MPRS/1966
Kedudukan BPK RI dikembalikan pada posisi dan fungsi semula sebagai
Lembaga Tinggi Negara. Sehingga UU yang mendasari tugas BPK RI
perlu diubah dan akhirnya baru direalisasikan pada Tahun 1973 dengan UU
No. 5 Tahun 1973 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

8) TAP MPR No.VI/MPR/2002 - Independen dan Profesional


Dalam era Reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan
telah mendapatkan dukungan konstitusional dari MPR RI dalam Sidang
Tahunan Tahun 2002 yang memperkuat kedudukan BPK RI sebagai
lembaga pemeriksa eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan
dikeluarkannya TAP MPR No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan
kembali kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya
lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara dan peranannya perlu lebih
dimantapkan sebagai lembaga yang independen dan professional. Untuk
lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan yang mengatur BPK RI
dalam UUD Tahun 1945 telah diamandemen. Sebelum amandemen, BPK
RI hanya diatur dalam satu ayat (pasal 23 ayat 5). Kemudian
dalam Perubahan Ketiga UUD 1945 dikembangkan menjadi satu bab
tersendiri (Bab VIII A) dengan tiga pasal (23E, 23F, dan 23G) dan tujuh
ayat.

19
3.3 Visi dan Misi Badan Pemeriksa Keuangan RI

Visi

Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan


menjunjung tinggi nilai-nilai dasar untuk berperan aktif dalam mendorong
terwujudnya tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan.

Misi

1. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara


2. Memberikan pendapat untuk meningkatkan mutu pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara
3. Berperan aktif dalam menemukan dan mencegah segala bentuk
penyalahgunaan dan penyelewengan keuangan negara

3.4 Tugas dan Fungsi Badan Pemeriksa Keuangan RI

Tugas

20
BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara
lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan
Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola
keuangan negara.

Fungsi

1. Memeriksa Pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan


Negara

Seperti pada sebuah perusahaan, Negara merupakan salah satu


perusahaan yang sangat besar, yang tentu saja menghasilkan banyak
transaksi yang membutuhkan sebuah auditor khusus. Di siniah peran
BPK bagi Negara Indonesia.

BPK memiliki fungsi yang mirip seperti auditor, dimana BPK


memiliki fungsi yang sangat penting dalam melakukan pemeriksaan
terhadap pengelolaan dan juga tanggung jawab keuangan Negara.
Perlu diketahui, keuangan Negara tentu saja telah menghasilkan
berbagai macam transaksi, dan semua transaksi tersebut tentu harus
dilakukan secara bertanggung jawab. Disinilah BPK berperan untuk
memeriksa kegiatan tersebut.

2. Mengawasi pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan


Negara

21
Selain memiliki fungsi yang sangat penting untuk melakukan
pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab tentang
keuangan Negara, BPK juga memiliki fungsi lainnya yang tidak kalah
penting, yaitu melakukan proses pengawasan terhadap pengelolaan dan
tanggung jawab tentang keuangan Negara. Setiap pengelolaan dan
penggunaan dari uang Negara wajib diawasi oleh lembaga keuangan
Negara yang satu ini.

3.5 Struktur Organisasi Badan Pemeriksa Keuangan RI

Struktur organisasi sangat penting bagi perusahaan untuk menjelaskan bahwa


adanya pembagian kerja dan menjalankan kegiatan operasional masing-masing
bagian atau divisi, karena dalam menjalankan proses bisnis atau kegiatan
operasionalnya membutuhkan struktur organisasi untuk mencapai tujuan. Dengan
adanya struktur organisasi yang baik tentu saja memberikan dampak yang positif
bagi perusahaan, seperti kemudahan dalam menjalankan kegiatan operasional
karena masing-masing bagian atau divisi sehingga memiliki tanggung jawab atas
pelakasanaan kegiatan operasional perusahaan sesuai dengan wewenang yang
telah diberikan. Adapun struktur organisasi dari Badan Pemeriksa Keuangan RI :

22
Pimpinan BPK
a) Ketua
1. Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
2. Kelembagaan BPK
3. Pemeriksaan investigatif
4. Pembinaan fungsi Sekretariat Jenderal dan Pelaksana Tugas Penunjang

b) Wakil Ketua
1. Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
2. Kelembagaan BPK
3. Pemeriksaan investigatif

23
4. Pembinaan fungsi Sekretariat Jenderal dan Pelaksana Tugas
Penunjang.

c) Anggota I
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara pada
lingkup tugas AKN I, yaitu : Kemenko Polhukam, Kemenlu,
Kemenkumham, Kemenhan, Kemenhub, Kejaksaan RI, POLRI, BIN,
BNN, BMKG, Lemhanas, Wantanas, Badan Siber dan Sandi Negara,
Komnas HAM, KPK, KPU, Basarnas, BNPT, Bawaslu, Bakamla serta
lembaga yang dibentuk dan terkait di lingkungan entitas tersebut.

d) Anggota II
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara pada
lingkup tugas AKN II, yaitu : Kemenko Bidang Perekonomian,
Kemenkeu, Kemendag, Kemenperin, Kementerian PPN/BAPPENAS,
Kementerian Koperasi dan UKM, BKPM, BPS, BI, OJK, PPATK, PT
PPA, LPS, BSN, LKPP, KPPU serta lembaga yang dibentuk dan
terkait di lingkungan entitas tersebut.

e) Anggota III
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara pada
lingkup tugas AKN III, yaitu : MPR, DPR, DPD, MA, BPK, MK, KY,
Kemenko Bidang PMK, Kemensetneg, Setkab, Kemensos, Kemenpar,
Kemenaker, Kemkominfo, Kemenpan RB, KPPA, Kemenpora,
Kemenristek-BRIN, Kementerian ATR, Kemendesa PDTT, Bapeten,
BATAN, BPPT, LIPI, LAPAN, Perpusnas RI, BNPB, Bapertarum,
BKKBN, BKN, BPKP, LAN, ANRI, PPK GBK, PPK Kemayoran,
BNP2TKI, LPP RRI, LPP TVRI, TMII, BIG, ORI, BPN, Bekraf, BPJS

24
Ketenagakerjaan serta lembaga yang dibentuk dan terkait di
lingkungan entitas tersebut.

f) Anggota IV
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara pada
lingkup tugas AKN IV, yaitu : Kemenko Bidang Kemaritiman,
Kementan, KKP, Kementerian ESDM, Kemen PUPR, KLHK, BPH
Migas, Badan Restorasi Gambut serta lembaga yang dibentuk dan
terkait di lingkungan entitas tersebut.

g) Anggota V
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara pada
lingkup tugas AKN V, yaitu : Kemendagri, Kemenag, BPKS, BP
Batam, BPWS, BNPP, pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
daerah pada Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kota, dan Badan Usaha
Milik Daerah di Wilayah I (Sumatera dan Jawa) serta lembaga yang
dibentuk dan terkait di lingkungan entitas tersebut.

h) Anggota VI
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara pada
lingkup tugas AKN VI, yaitu : Kemenkes, Kemendikbud, BPJS
Kesehatan, BPOM, pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah
pada Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kota, dan Badan Usaha Milik
Daerah di Wilayah II (Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, dan Papua) serta lembaga yang dibentuk dan terkait di
lingkungan entitas tersebut.
i) Anggota VII

25
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara pada
lingkup tugas AKN VII, yaitu : Kementerian BUMN, SKK Migas,
BUMN dan anak perusahaan, serta lembaga yang dibentuk dan terkait
di lingkungan entitas tersebut.
3.6 Struktur Organisasi Sub Bagian Penatausahaan Aset
Struktur organisasi pada Kepala Sub Bagian Penatausahaan Aset yang
bertanggung jawab pada semua jalannya pekerjaan bagian Administrasi dan
Evaluasi, Pencatatan dan Pelaporan, dan Inventarisasi dan Labelisasi. Berikut
struktur organisasi pada Sub Bagian Penatausahaan Aset dan masing-masing
mempunyai tugas dan tanggung jawab, sebagai berikut :

Tugas masing-masing bagian pada Sub Bagian Penatausahaan Aset :

26
1. Administrasi dan Evaluasi
a. Mengadministrasikan LBMN Semesteran maupun Tahunan.
b. Mengadministrasikan Berita Acara Serah Terima (BAST) barang
hasil pengadaan kantor pusat ke kantor perwakilan
c. Mengadministrasikan surat masuk dan surat keluar.
d. Menganalisis dan mengevaluasi Laporan Barang Milik Negara
LBMN pada Badan Diklat, Perwakilan, Balai Diklat, dan Museum
dalam rangka penyusunan LBMN tingkat lembaga.
e. Menyiapkan bahan pembuatan bahan pembuatan Laporan
Mingguan dengan akurat dan tepat waktu.

2. Pencatatan dan Pelaporan


a. Menganalisis atau memverifikasi kelengkapan dokumen sumber
yang akan diinput dalam aplikasi SIMAK BMN.
b. Menganalisis kesesuaian kalsifikasi barang pengadaan.
c. Membukukan data transaksi BMN berupa asset tetap, asset
lainnya, dan persediaan.
d. Menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna
Semesteran/Tahunan.
e. Menghimpun data mutasi BMN ke dalam Daftar Barang
Pengguna Barang (UAPB) dan melakukan validasi
mutasi/distribusi BMN unit dibawahnya
f. Menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna Barang (UAPB)
g. Melakukan rekonsiliasi internal tingkat Unit Akuntansi Kuasa
Pengguna Barang
h. Melakukan pemutakhiran dan rekonsiliasi data BMN dengan
pengelola Barang

3. Inventarisasi dan Labelisasi

27
a. Melakukan persiapan pelaksanaan inventarisasi BMN di lingkup
kantor BPK pusat, dan Rumah Negara Golongan I yang
ditatausahakan oleh Kantor Pusat
b. Melakukan pendataan awal dan inventarisasi BMN
c. Melakukan pelaporan inventarisasi BMN tingkat kuasa pengguna
barang
d. Mencetak label BMN berdasarkan data transaksi BMN berupa
asset tetap dan asset lainnya
e. Memutakhirkan daftar barang ruangan/daftar barang lainnya/kartu
identitas barang

f. Melakukan rekonsiliasi dan pemutakhiran data dengan LO


SARPRAS Pusat
g. Melakukan monitoring atas pemasangan label BMN

28
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN PKL
4.1 Prosedur Penyusutan Inventaris Kantor pada Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indnesia ( BPK – RI )
Penyusutan merupakan biaya yang dialokasikan untuk aset tetap selama suatu
periode tertentu. Dengan kata lain, penyusutan atau dalam bahasa Inggris
Depreciation yaitu mengubah biaya asli aset tetap seperti pabrik, peralatan, dan
mesin produksi, untuk mengeluarkan biaya selama masa manfaat aset tetap yang
diharapkan.

Menurut Dwi Martani (2012: 313), Penyusutan adalah metode


mengalokasikan biaya perolehan aset tetap untuk secara sistematis mengurangi
nilai aset selama masa manfaat aset. Biaya penyusutan mempengaruhi nilai
perusahaan karena akumulasi penyusutan yang ditunjukkan untuk setiap aset
mengurangi nilai buku dalam laporan keuangan. Beban penyusutan juga
berdampak pada hasil bersih, karena mereka diperlakukan sebagai beban dalam
laporan keuangan.

29
Dengan kata lain, metode penyusutan adalah alokasi biaya atau sebagian besar
biaya suatu aset selama masa manfaat aset tersebut. Jumlah yang dapat
diamortisasi adalah selisih antara harga beli dan nilai residu atau nilai aset pada
akhir masa manfaatnya. Setiap perusahaan memainkan peran penting dalam
menentukan metode yang akan digunakan yang mempengaruhi tingkat biaya
penyusutan

Menurut Suandy (2011:36) mendefinisikan ada beberapa metode yang berbeda


untuk menghitung besarnya beban penyusutan. Dalam praktik, kebanyakan
perusahaan akan memilih satu metode penyusutan dan akan menggunakannya
untuk seluruh aset yang dimilikinya. Beberapa metode tersebut yaitu:

1. Berdasarkan kriteria waktu, yaitu:

a. Metode garis lurus (straight line method)

Dalam metode garis lurus lebih melihat aspek waktu daripada aspek
kegunaan. Metode ini paling banyak diterapkan oleh perusahaan-
perusahaan karena paling mudah diaplikasikan dalam akuntansi. Dalam
metode penyusutan garis lurus, beban penyusutan untuk tiap tahun
nilainya sama besar dan tidak dipengaruhi dengan hasil atau output yang
berproduksi.

Berikut perhitungan penyusutan menggunakan metode garis lurus :

(Biaya Perolehan Aset−Nilai Residu)


Masa Manfaat Aset

b. Metode pembebanan yang menurun (dipercepat)


Metode ini juga merupakan metode penurunan beban penyusutan yang
menggunakan tingkat penyusutan (diekspresikan dalam persentase) yang

30
merupakan perkalian dari metode garis lurus. Tingkat penyusutan metode ini
selalu tetap dan diaplikasikan untuk mengurangi nilai buku pada setiap akhir
tahun. Tidak seperti metode lain, dalam metode saldo menurun nilai sisa tidak
dikurangkan dari harga perolehan dalam menghitung nilai yang dapat
disusutkan. Rumus: 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 = 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 % × (ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎
𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 – 𝑎𝑘umulasi penyusutan)

1) Metode jumlah angka tahun (sum of the year digit method)


Metode Jumlah Angka Tahun adalah metode ini menghitung beban
penyusutan dengan cara membagi biaya perolehan dikurangi nilai residunya
dengan jumlah keseluruhan dari umur manfaat aset tetap tersebut.

2) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method).

Metode penyusutan yang memberikan beban penyusutan secara


periodic berdasarkan nilai buku, asset tetap yang semakin menurun
terhadap perkiraan umurnya. Penggunaan metode penyusutan menurutn
ganda menghasilkan beban periodic yang semakin menurun selama
perkiraan masa manfaat asset. Dalam penerapannya, tingkat saldo
menurun ganda ditentukan dengan menggandakan tingkat garis lurus.

Metode penyusutan yang digunakan pada aplikasi SIMAK BMN,


adalah metode garis lurus. Penyusutan dalam SIMAK BMN, terbagi
menjadi tiga yaitu :

1. Penyusutan pertama kali yang hanya dilakukan satu kali penerapannya


menunggu informasi dari DJKN (Direktorat Jenderal Kekayaan Negara)

Nilai Buku BMN


Akumulasi penyusutan =
Masa Manfaat

31
2. Penyusutan regular, adalah penyusutan setiap semester, hanya dilakukan
satu kali penerapannya menunggu informasi dari DJKN (Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara)

Sisa Nilai Buku BMN


Akumulasi Penyusutan =
Sisa Masa Manfaat

3. Penyusutan berdasarkan transaksi atau transaksional, melekat pada saat


dibukukannya transaksi BMN.

Jenis transaksi BMN yang terkait penyusutan :

a. Tanggal perolehan beda periode (semester dengan tanggal buku)

b. Transaksi koreksi yang menyebabkan berubahnya nilai BMN

c. Transaksi reglasifikasi antar akun

Aplikasi Simak BMN

32
Gambar 4.1 Halaman Awal Aplikasi SIMAK BMN
(Sumber : http://saikemendag.blogspot.com/2018/05/instalasi-aplikasi-simak-
bmn-mulai-dari.html
SIMAK BMN (Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik
Negara) adalah aplikasi bebasis desktop yang dikelola dan terintegrasi dengan
database pusat secara online. Digunakan untuk mencatat dan mengorganisir
Barang Milik Negara, mulai dari pembelian, transfer masuk-keluar antar instansi,
sampai penghapusan dan pemusnahan Barang Milik Negara. Aplikasi SIMAK
BMN ini digunakan oleh Subbagian Penatausahaan dan Asset di Badan
Pemeriksa Keuangan Pusat, Badan Diklat, Balai Diklat, Perwakilan, dan
Museum.

Aplikasi SIMAK BMN memiliki makna sebagai sub sistem dari sistem
akuntansi keuangan yang disajikan untuk menintkatkan pemahaman, serta
kontrol yang sistematis bagi mereka yang memang berada dalam lingkup tugas
dan tanggugjawabnya sebagai bagian dari satuan kerja, atau seksi perlengkapan
sehingga sesuai struktur unit akuntansi barang yang melekat pada kewajiban
untuk penyusunan Laporan Barang Milik Negara dalam penyusunnan Laporan
Keuangan Negara.

33
Selain itu, SIMAK BMN juga menyatukan konsep manajemen barang dengan
pelaporan untuk tujuan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dalam bentuk
Neraca. Dengan demikian SIMAK BMN dapat memenuhi kebutuhan manajerial
dan pertanggungjawaban sekaligus.

Contoh perhitungan penyusutan regular pada aplikasi SIMAK BMN :

Penyusutan Reguler

Sisa Nilai Buku


Alat Angkutan Darat Bermotor :
Sisa Masa Manfaat

Rp . 389.954 .571
7

= Rp. 55.707.796

Sisa Nilai Buku


Komputer :
Sisa Masa Manfaat

Rp . 6.875 .000
3

= Rp. 2.291.667

Sisa Nilai Buku


Jalan :
Sisa Masa Manfaat

Rp . 42.658 .000
8

= Rp. 5.332.250

34
Nama Asset Tanggal Perolehan Masa Manfaat Manfaat Terpakai Sisa Manfaat Nilai Buku Nilai Susut
Kendaraan Bermotor 30/12/2016 14 6 7 Rp 389.954.571,00 Rp 55.707.796,00
Komputer 25/07/2017 8 4 3 Rp 6.875.000,00 Rp 2.291.667,00
Jalan 25/04/2019 10 1 8 Rp 42.658.000,00 Rp 5.332.250,00

Gambar 4.2 Hasil Penyusutan Menggunakan Aplikasi Simak BMN

(Sumber : Aplikasai Simak BMN)

Berdasarkan gambar diatas dapat dinyatakan bahwa perhitungan yang


dilakukan dalam aplikasi SIMAK BMN, yaitu hasil dari perhitungan jumalah
susut yang didapatkan pada Asset Kendaraan Motor dengan Nilai Buku sebesar
Rp 389.954.571, yang dikurangin dengan nilai residu = 0, dan dibagi sisa
manfaat sebesar 7, sehingga mendapatkan nilai susut sebesar Rp 55.707.796.
Sedangkan pada Asset Komputer dengan Nilai Buku Rp 6.875.000, yang
dikurangi nilai residu = 0, dan dibagi sisa manfaat sebesar 3, sehingga
mendapatkan nilai susut sebesar Rp 2.291.667. Sedangkan pada Asset Jalan
dengan Nilai Buku sebesar Rp 42.658.000, yang dikurangi residu=0, dan dibagi
sisa manfaat sebesar 8, sehingga mendapatkan nilai susut sebesar Rp 5.332.250.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut semakin lama asset tersebut digunakan,
semakin kecil sisa manfaat, sehingga nilai buku semakin menurun.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diatas bahwa perhitungan
penyusutan regular sesuai dengan PSAK 16 yang diterapkan di Indonesia , yaitu
penyusutan garis lurus (straight line method). Penyusutan secara garis lurus

35
merupakan metode pembebanan atau alokasi sistematis dari biaya perolehan
(harga beli) aset tetap menjadi beban penyusutan dalam laporan rugi laba secara
konstan /tetap selama umur manfaat aset tetap tersebut. Dari segi efektivitas,
garis lurus sangatlah efektif dan efisiean. Karena, metode garis lurus mudah
digunakan dalam menentukan beban penyusutan yang selalu sama dalam tiap
tahun ekonomis.

5.2 Saran

Perhitungan penyusutan yang dilakukan di Badan Pemeriksa Keuangan sangat


banyak. Oleh karena itu, dengan adanya aplikasi SIMAK BMN ini sangatlah
efektif dan efisien untuk membantu perhitungan penyusutan yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Sumber – sumber :
Dwi Martani, 2012, Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK, Jakarta :
Salemba Empat
Mursyidi, 2009, Akuntansi Pemerintahan di Indonesia. Bandung : PT. Refika

36
Aditama.

Raja Adri Satriawan Surya, 2012, Akuntansi Keuangan Versi IFRS+.

Yogyakarta : Graha Ilmu, Yogyakarta.

Siregar, Doli.D, 2004, Manajemen asset. Jakarta : Satyatama Graha Tara

Suandy, Erly, 2011, Perencanaan Pajak, Jakarta : Salemba Empat

Sugiama, A. Gima, 2013, Manajemen Aset Pariwisata. Bandung : Guardaya

Intimarta.

Peraturan dan Undang – Undang :

PSAK No. 16 2015

Undang - Undang No. 7 Tahun 1963 (LN No. 195 Tahun 1963)

Undang - Undang (PERPU) No. 6 Tahun 1964 tentang Badan Pemeriksa


Keuangan Gaya Baru.
Undang - Undang No. 5 Tahun 1973 - Badan Pemeriksa Keuangan

Undang - Undang No. 17 Tahun 1965

Website :

https://www.bpk.go.id/menu/struktur_organisasi

http://nichonotes.blogspot.com/2014/11/metode-penyusutan-aset-tetap-garis-
lurus.html

https://www.kemhan.go.id/itjen/wp-content/uploads/2018/06/E-book-Juklis-
SIMAK-dan-Persediaan-Edisi-29-Des-2017-1.pdf

https://docplayer.info/35474124-Tatacara-inventarisasi-barang-milik-
negara.html

37
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2013/1~PMK.06~2013Per.HTM

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Aplikasi SIMAK BMN.......................................................................32

Gambar 2 Hasil Perhitungan Penyusutan Aplikasi SIMAK BMN.....................34

38
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengantar PKL

Lampiran 2 Surat Keterangan PKL

39
Lampiran 3 Lembar Nilai Pembimbing

40
41
42
43

Anda mungkin juga menyukai