Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN HIV

DENGAN NAPZA

Dosen Pengampu :
Ns. Heru suprianto, S.Kep. M.kes.

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD AL-AZZIZ
( 2019206203059 )

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

LAMPUNG 2020/2021
1. Kasus
Andra, salah satu remaja penderita HIV. Dia tertular HIV melalui penggunaan IDU. Andra
mengaku mulai memakai jarum suntik secara bergiliran. "Saat itu saya masih kelas 3 SMP. Saya
suka mengonsumsi putauw. Suatu hari, saya lagi nggak punya duit. Sama teman-teman diajak
pakai jarum secara gantian. Lebih murah, kata mereka," ujarnya. Pesta narkoba pun dimulai
bersama teman-temannya. Aktivitas menyimpang itu dilakoninya selama setahun. Boleh dibilang
Andra termasuk pecandu berat narkoba, terutama jenis putauw. Padahal, dia mengaku tidak
memiliki uang yang cukup tebal untuk mengonsumsi putauw. "Mau tidak mau, memakai jarum
suntik merupakan alternatif bagi saya," tuturnya.
Bagi dia, ngedrugs merupakan medium untuk melupakan persoalan hidup. Andra lahir di tengah
keluarga yang kurang harmonis. Dia lebih suka menghabiskan waktu bersama teman-temannya
di luar rumah. "Dengan teman-teman saya merasa bisa melakukan apa saja. Mereka tahu apa
yang saya mau

2. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : andra sulistio
Tempat/tanggal lahir : lampung 28 juni 2002
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : laki laki
Alamat : lampung tengah

b. Riwayat kesehatan klien


Klien mengatakan mempunyai riwayat gangguang pada pencernaan dan memiliki
penyakit hipertensi .

c. Pemeriksaan fisik
Ganguan pola tidur dan menurunnya selera makan

d. Keluarga
Suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu, sering terjadi pertengkaran,
mudah tersinggung.
Orang tua resah karena barang berharga sering hilang.

e. Social
Lingkungan yang akrab adalah teman teman pengguna zat

f. Intelektual pikiran
Selalu ingin menggunakan zat tersebut kepada teman temannya sehingga susah untuk
berenti mengomsumsinya.

g. Spiritual
Nilai nilai dan norma kebaikan selalu di abaikan karna adanya perubahan prilaku
terhadap dirinya.

3. Diagnosa keperawatan
- Risiko terjadinya perubahan proses keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga pengguna NAPZA
- Koping individu tidak efektif tidak mampu mengatasi keinginan menggunakan napza
- Kerusakan intraksi social terhadap masyarakat dan keluarga
- Resiko penularan HIV/AIDS dan bahaya napza

4. Intervensi keperawatan
a. Dx: Risiko terjadinya perubahan proses keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga pengguna NAPZA
TUJUAN:
Keluarga mampu mengenal dengan baik anggota keluarga pengguna NAPZA.
INTERVENSI:

1. Bersama keluarga diskusikan tentang criteria remaja pengguna NAPZA.


2. Latih keluarga mengenali remaja pengguna NAPZA.
3. Motivasi keluarga untuk selalu mengenali remaja pengguna NAPZA.
4. Berikan kesempatan bertanya hal yang belum mengerti.
5. Evaluasi kembali hal-hal yang sudah didiskusikan.
6. Berikan pujian atas keberhasilan keluarga selama interaksi.

b. Dx. Kep:
Koping individu tidak efektif tidak mampu mengatasi keinginan menggunakan napza
Tujuan:
Klien mampu untuk mengatasi ke inginan menggunakpan NAPZA dan klien tidak
merasa gelisah.
Intervensi:
1. Identifikasi apa yang menyebabkan klien berkeinginan menggunakan NAPZA.
2. Identifikasi perilaku ketika keingginan datang.
3. Diskusikan upaya keluarga untuk membantu klien menggurangi keingginan.
4. Diskusikan cara mengalihkan keinginan menggunakan zat adiktif dengan
menciptakan keinginan yang positif.
5. Motivasi keluarga untuk membantu klien untuk jujur ketika keinginannya datang

c. Dx. Kep :
Kerusakan intraksi social terhadap masyarakat dan keluarga
Tujuan :
Klien mengambil keputusan untuk bergaul dengan teman temannya
Intervesi :
1. dentifikasi pengaruh teman terhadap keinginan.
2. Bantu klien menilai faktor negative bila kontak dengan sesame pengguna NAPZA.
3. Beri dukungan akan harapan kebaikan bila bergaul dengan orang banyak bukan
hanya pengguna napza.
4. Bantu klien menghindari pengguna NAPZA.
5. Bantu klien memutuskan hubungan dengan pengguna NAPZA.
6. Diskusikan untuk menghargai usaha klien tidak berhubungan lagi dengan
pengguna NAPZA

d. Dx. Kep :
Resiko penularan HIV/AIDS dan bahaya napza
Tujuan :
Memberikan pengetahuan tentang penularan HIV dan NAPZA
Intervensi :
1.Mengidentifikas penggunakan kliean terhadap HIV dan NAPZA
2. Libatkan keluarga atau teman sebaya dalam mengontrol perilaku pengguna
NAPZA.
3. Anjurkan pengguna jarum disposable (jika pasien terpaksa harus menggunakan
NAPZA (penggobatan metadhone)

5. Implementasi keperawatan
a. Dx. Kep :
Risiko terjadinya perubahan proses keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga pengguna NAPZA
Waktu : 2x24 jam / 9.20-09.50
Implementasi:
1.Mendiskusikan bersama keluarga tentang cerita remaja pengguna NAPZA.
2. Melatih keluarga untuk mengenali remaja pengguna NAPZA.
3. Memotivasi keluarga untuk mengenali remaja pengguna NAPZA.
4. Mendiskusikan keluarga tentang akibat dari remaja pengguna NAPZA.
5. Melatih keluarga mengenali akibat penguna NAPZA.
6. Mendiskusikan bersama keluarga tentang cara merawat dan mencegah
pengguna NAPZA.
7. Melatih keluarga cara merawat dan mencegah pengguna NAPZA.
8. Mendiskusikan tentang penggunaan sumber daya untuk pengguna NAPZA

b. Dx. Kep :
Koping individu tidak efektif tidak mampu mengatasi keinginan menggunakan
napza
Waktu : 8.30-9.15
Implementasi
1. Mengdentifikasi apa yang menyebabkan klien berkeinginan menggunakan
NAPZA.
2. Mengidentifikasi perilaku ketika keingginan datang.
3. Mendiskusikan upaya keluarga untuk membantu klien menggurangi
keingginan.
4. Mendiskusikan cara mengalihkan keinginan menggunakan zat adiktif dengan
menciptakan keinginan yang positif.
5. Memotivasi keluarga untuk membantu klien mampu jujur ketika keinginannya
datang.

c. Dx. Kep:
Kerusakan intraksi social terhadap masyarakat dan keluarga
Waktu : 10.00-10.20
Implementasi :
1. Mengidentifikasi pengaruh teman terhadap keinginan.
2. Membantu klien menilai faktor negative bila kontak dengan sesame pengguna
NAPZA.
3. Memberi dukungan akan harapan kebaikan bila bergaul dengan orang banyak
bukan hanya pengguna napza.
4. Membantu klien menghindari pengguna NAPZA.
5. Membantu klien memutuskan hubungan dengan pengguna NAPZA.
6. Mendiskusikan untuk menghargai usaha klien tidak berhubungan lagi dengan
pengguna NAPZA.

d. Dx. Kep :
Resiko penularan HIV/AIDS dan bahaya napza
Waktu : 10.25-10.40
Implementasi :
1.mengidentifikasi keadaan klien tentang virus hiv dan bahaya virus nepza melaui
darah dan cairan tubuh
2. Melibatkan keluarga atau teman sebaya dalam mengontrol perilaku pengguna
NAPZA.
3. Mengganjurkan pengguna jarum disposable (jika pasien terpaksa harus
menggunakan NAPZA

6. Evaluasi
Evaluasi penyalahgunaan dan ketergantungan zat tergantung pada penanganan yang
dilakukan perawat terhadap klien dengan mengacu kepada tujuan khusus yang ingin dicapai.
Sebaiknya perawat dan klien bersama-sama melakukan evaluasi terhadap keberhasilan yang
telah dicapai dan tindak lanjut yang diharapkan untuk dilakukan selanjutnya. Jika
penanganan yang dilakukan tidak berhasil maka perlu dilakukan evaluasi kembali terhadap
tujuan yang dicapai dan prioritas penyelesaian masalah apakah sudah sesuai dengan
kebutuhan klien. Klien relaps tidak bisa disamakan dengan klien yang mengalami kegagalan
pada sistem tubuh. Tujuan penanganan pada klien relaps adalah meningkatkan kemampuan
untuk hidup lebih lama bebas dari penyalahgunaan dan ketergantungan zat. Perlunya
evaluasi yang dilakukan disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan, akan lebih baik
perawat bersama-sama klien dalam menentukan tujuan ke arah perencanaan pencegahan
relaps. Dan Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai
setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering
dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang
berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik
terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang
diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik (Stuart dan
Sundeen, 1995).

Anda mungkin juga menyukai