(Tubes 1) - Muchamad Raihan Nafis - 15517048
(Tubes 1) - Muchamad Raihan Nafis - 15517048
KL4200
PENGENALAN ENERGI LAUT
Oleh
Muchamad Raihan Nafis
NIM 15517048
Pengajar
Alamsyah Kurniawan
NIP 19820405 201504 1 001
Penulis berharap semoga laporan ini dapat memberi banyak manfaat untuk setiap orang yang
membacanya, dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi kita semua.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada setiap orang yang mendukung terlaksananya
laporan ini. Penulis berterima kasih kepada:
1. Bapak Alamsyah Kurniawan selaku dosen mata kuliah KL4200 yang telah memberikan tugas
dan memberikan ilmu yang berguna bagi mahasiswanya
2. Orang tua penulis yang selalu memberikan perhatian dan dukungan
3. Teman – teman penulis yang bersama dalam kesenangan dan kesusahan
Tiada gading yang tak retak, penulis sadar bahwa terdapat banyak kekurangan dalam laporan ini,
maka penulis berharap adanya masukan dan saran untuk memperbaiki isi tulisan di kemudian hari.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
i
DAFTAR GAMBAR
ii
Gambar 34. Input Nilai Parameter Gelombang ......................................................................................... 28
Gambar 35. Kotak Dialog Running Pemodelan yang Berhasil ................................................................. 28
Gambar 36. Hasil Pemodelan Tinggi Gelombang Signifikan ................................................................... 29
Gambar 37. Hasil Pemodelan Periode Peak Gelombang .......................................................................... 30
Gambar 38. Spesifikasi Instrumen ............................................................................................................ 33
Gambar 39. Alat Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang MRC 1000 ..................................................... 34
Gambar 40. Hasil Pemodelan Kedalaman Laut......................................................................................... 35
Gambar 41. Lokasi Pemilihan Ladang Pembangkit Listrik (99.87°E -99.95°E dan 3.55°N – 3.65°N) .... 35
Gambar 42. Hasil Visualisasi Data Kondisi Lingkungan Aktual di Web NAVIONICS .......................... 36
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tampilan Data Spreadsheet yang sudah disortir dan dirapikan ................................................... 10
Tabel 2. Data Gelombang 1 Tahun ............................................................................................................ 16
Tabel 3. Parameter Gelombang .................................................................................................................. 17
Tabel 4. Parameter Penting Gelombang ..................................................................................................... 26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Jika kita melihat kebutuhan energi saat ini terus mengalami peningkatan. Hal
ini berbanding lurus dengan meningkatnya populasi penduduk bumi. Namun, sampai
saat ini sebagian besar bauran energi masih menggunakan pembangkit energi
konvensional seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara yang jumlah produksinya
terus menurun beberapa tahun terakhir dan akan habis suatu saat nanti. Menurut EIA ,
International Energy Outlook (2013), konsumsi energi dunia akan meningkat untuk
minyak sebesar 28%, gas alam 23%, batu bara 27%, energi terbarukan 15%, dan nuklir
7% pada tahun 2040.
Salah satu perhatian utama mengenai konsumsi energi yaitu isu pemanasan
global yang merupakan efek dari penggunaan energi konvensional yang masih
dikonsumsi secara masif. Selain itu, dampak lain dari penggunaan energi konvensional
yang tak terbarukan yaitu meningkatnya suhu global yang berasal dari gas emisi CO2..
Dengan meningkatnya suhu permukaan bumi, menyebabkan es di kutub mencair
,sehingga permukaan air laut menjadi meningkat. Maka dari itu diperlukan sumber
energi baru yang terbarukan yang dapat menjadi jawaban dari permasalahan tersebut.
Energi laut merupakan salah satu energi baru terbarukan yang sangat potensial
di Indonesia jika dilihat dari kondisi geografis Indonesia. Energi laut dapat berupa
energi gelombang, energi pasang surut, energi arus laut, dan energi perbedaan suhu
1
lapisan laut serta perbedaan salinitas air laut. Potensi yang dimiliki dari energi yang
dapat dihasilkan dari energi laut mencapai 49 GigaWatt (Kementrian ESDM, 2016).
Sedangkan menurut Buku Potensi Energi Laut Indonesia yang disusun oleh Asosiasi
Energi Laut Indonesia (ASELI), potensi energi panas laut di Indonesia mencapai 40
GigaWatt. Berdasarkan data tersebut maka seharusnya Indonesia dapat memenuhi
kebutuhan listrik di seluruh negeri.
Energi gelombang merupakan salah satu bentuk energi laut yang nyata dan
paling mudah diamati karena di setiap pantai terdapat gelombang yang merambat ke
arah pantai. Selain itu gelombang terus berlangsung selama 24 jam sehingga energi
yang tersimpan di dalamnya sangat besar dan tidak bergantung dengan waktu.
Energinya juga akan semakin besar apabila tinggi gelombang yang terbentuk relatif
lebih tinggi dari biasanya. Kondisi ini umumnya didapati pada pantai yang langsung
menghadap ke lautan luas atau samudera seperti wilayah selatan Pulau Jawa atau
wilayah barat Pulau Sumatera.
2
1.2. Tujuan
Dalam perancangan pembangkit listrik tenaga gelombang ini, tujuan yang akan
dicapai pada penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
3
BAB II
KONDISI LINGKUNGAN
4
jenis transportasi yang lain sehingga dalam perancangan Pembangkit Listrik Tenaga
Gelombang (PLTG) perlu memperhatikan batasan teknis dalam pemilihan tempatnya.
Di laman ECMWF ERA5, data diunduh tanpa lokasi yang spesifik. Akibatnya,
banyak stasiun data yang tidak dibutuhkan yang ikut terunduh, mengakibatkan file size
yang besar. Maka, digunakan cara khusus untuk mengunduh data gelombang spesifik
lewat koordinat lokasi yang ditentukan agar mengurangi besaran file unduhan. Berikut
adalah langkah utnuk mendapatkan data dari ECMWF ERA 5 secara spesifik.
5
2. Dapatkan nilai API yang terdapat di profile ECMWF ERA5
(https://cds.climate.copernicus.eu)
6
Gambar 5. Pemilihan opsi data yang akan diunduh pada laman ECMWF ERA5
7. Klik Show API Requests untuk mendapat kode API, kemudian salin mulai
dari c.retrieve hingga kode selesai.
7
Gambar 6. Hasil request data dalam kode pemrograman python
8. Buka program IDLE (bagian dari program Python), kemudian ketik kode
import cdsapi
c = cdsapi.Client ()
Kemudian paste kode API ke program IDLE, tambahkan koordinat
dengan kode
‘area’:’[titik lintang 1]/[titik bujur 1]/[titik lintang 2]/[titik lintang 2]’
Diatas kode ‘year’
8
Gambar 7. Tampilan running program pada platform IDLE Python
9. Klik enter, kemudian tunggu hingga program IDLE memberikan suatu link
unduh data.
9
10. File yang diunduh merupakan file .nc (dibuka lewat ODV).
11. Tekan tombol F9, kemudian enter untuk memunculkan semua window di
program ODV, kemudian export ke file excel dengan menekan export ->
station data → ODV Spreadsheet File.
12. File convert akan berbentuk .txt, kemudian dimasukkan ke excel sehingga
berbentuk table seperti ini.
13. Masukkan file .xlsx ke program WRPlot, dengan cara Tools → Import from
Excel.
10
Gambar 10. Proses Import Data dari Excel
14. Pilih file excel yang ingin di convert menjadi file .sam dengan menekan
tombol folder, kemudian sesuaikan table excel dengan parameter yang
disediakan program WRPlot, kemudian klik import.
15. Di laman MetData Information, klik Add File dan pilih file .sam yang sudah
di-convert. Kemudian, klik laman Wind Rose untuk dapatkan Wave Rose.
11
Gambar 12. Data file .sam
Berikut adalah wave rose dari Perairan Serdang Bedagai di Selat Malaka pada
tahun 2018. Dapat dilihat bahwa pada tahun 2018, mayoritas gelombang berasal
dari arah utara (blowing to), dengan tinggi gelombang sebesar 0.054-0.709 m.
Gambar 13. Waverose data 1 tahun gelombang pada Perairan Serdang Bedagai,
Provinsi Sumatera Utara
12
Berikut adalah data wave rose bulanan yang terjadi di tahun 2018. Warna grafik
menunjukkan tinggi gelombang, yang range nya masih sama dengan gambar.
Dapat dilihat bahwa gelombang cenderung berasal dari Utara, kecuali pada bulan
April - Juli 2018, dimana gelombang cenderung berasal dari Tenggara.
Gambar 14. Waverose Data 1 Bulan Gelombang Pada Perairan Serdang Bedagai,
Provinsi Sumatera Utara (kiri : Januari dan kanan : Februari) (blowing to)
Gambar 15. Waverose Data 1 Bulan Gelombang Pada Perairan Serdang Bedagai,
Provinsi Sumatera Utara (kiri : Maret dan kanan : April) (blowing to)
13
Gambar 16. Waverose Data 1 Bulan Gelombang Pada Perairan Serdang Bedagai,
Provinsi Sumatera Utara (kiri : Mei dan kanan : Juni) (blowing to)
Gambar 17. Waverose Data 1 Bulan Gelombang Pada Perairan Serdang Bedagai,
Provinsi Sumatera Utara (kiri : Juli dan kanan : Agustus) (blowing to)
14
Gambar 18. Waverose Data 1 Bulan Gelombang Pada Perairan Serdang Bedagai,
Provinsi Sumatera Utara (kiri : September dan kanan : Oktober) (blowing to)
Gambar 19. Waverose Data 1 Bulan Gelombang Pada Perairan Serdang Bedagai,
Provinsi Sumatera Utara (kiri : November dan kanan : Desember) (blowing to)
2.3 Data Gelombang
Data gelombang selama tahun 2018 yang diperoleh dari ECMWF yang diunduh
dalam file .nc yang diekstrak menggunakan Ocean Data View mengahsilkan data
dalam bentuk .txt yang kemudian dirapikan dalam bentuk .xlsx. Terdapat sebanyak
8760 data dalam satu tahun dengan pengukuran setiap jam. Berikut data gelombang
yang ditampilkan pada Tabel 2.1.
15
Tabel 2. Data Gelombang 1 Tahun
Tahun Bulan Tanggal Jam LAT Long mwd mwp [s] swh [m]
North East [Degree
true]
2018 1 1 0 3.55 99.27 339.584 3.205 0.248
2018 1 1 1 3.55 99.27 339.046 3.233 0.256
2018 1 1 2 3.55 99.27 342.177 3.307 0.258
2018 1 1 3 3.55 99.27 346.456 3.393 0.257
2018 1 1 4 3.55 99.27 349.477 3.445 0.258
2018 1 1 5 3.55 99.27 352.086 3.49 0.259
2018 1 1 6 3.55 99.27 353.223 3.484 0.262
2018 1 1 7 3.55 99.27 355.272 3.518 0.261
2018 1 1 8 3.55 99.27 357.53 3.54 0.26
2018 1 1 9 3.55 99.27 359.854 3.606 0.255
2018 1 1 10 3.55 99.27 2.146 3.707 0.245
2018 1 1 11 3.55 99.27 4.442 3.688 0.244
2018 1 1 12 3.55 99.27 7.606 3.627 0.244
2018 1 1 13 3.55 99.27 13.215 3.434 0.254
2018 1 1 14 3.55 99.27 19.01 3.33 0.26
2018 1 1 15 3.55 99.27 22.921 3.295 0.261
2018 1 1 16 3.55 99.27 25.245 3.284 0.263
2018 1 1 17 3.55 99.27 26.14 3.326 0.264
2018 1 1 18 3.55 99.27 26.157 3.324 0.273
2018 1 1 19 3.55 99.27 25.695 3.356 0.282
2018 1 1 20 3.55 99.27 24.619 3.438 0.287
2018 1 1 21 3.55 99.27 23.234 3.534 0.289
2018 1 1 22 3.55 99.27 23.696 3.754 0.28
2018 1 1 23 3.55 99.27 23.157 3.837 0.28
… … … … … … … … …
2018 12 31 23 3.55 99.27 336.074 3.288 0.508
Menghitung tinggi gelombang signifikan (Hs) dan periode peak (Tp) dengan
rumus sebagai berikut :
∑𝑖=𝑁/3 𝐻𝑖
𝐻𝑠 = 𝑖=0
𝑁/3
16
∑𝑖=𝑁/3 𝑇𝑖
𝑇𝑠 = 𝑖=0
𝑁/3
𝑇𝑠 = 0.95 𝑇𝑝
Dengan :
Hi = Tinggi gelombang yang sudah diurutkan dengan urutan ke-i
Hs = Tinggi gelombang Signifikan
N = Jumlah data
Ti = Periode gelombang yang sudah diurutkan dengan urutan ke-i
Ts = Periode gelombang signifikan
Tp = Periode gelombang peak
Untuk mendapat Hs, ambil 1/3 nilai tertinggi dari parameter tinggi gelombang.
Kemudian, nilai Ts mengikuti periode dari 1/3 gelombang tertinggi.
Berikut adalah wave rose dari Perairan Serdang Bedagai di tahun 2018. Dapat
dilihat bahwa pada tahun 2018, mayoritas gelombang berasal dari arah utara, sehingga
dipilih orientasi yang selalu dilewati oleh gelombang yang bersudut datang 0o.
17
Gambar 20. Waverose data 1 tahun gelombang pada Perairan Serdang Bedagai,
Provinsi Sumatera Utara (blowing to)
18
BAB III
PEMODELAN GELOMBANG
3.1 Domain Komputasi
Pada Laporan ini dilakukan pemodelan perambatan gelombang dengan
menggunakan aplikasi software Delft3D. Pemodelan adalah proses penyederhanaan
objek dengan menggunakan hukum matematik. Pemodelan ini nanti akan
menghasilkan visualisasi aliran gelombang menuju pantai, variasi tinggi dan periode
gelombang secara spasial. Tujuan dari pemodelan ini yaitu menentukan lokasi yang
memiliki potensi tertinggi untuk membuat Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang
(PLTG). Pemodelan menggunakan 2 masukkan utama yaitu masukkan file grid berupa
jaring-jaring yang digunakan untuk tempat perhitungan komputasi numerik dan data
batimetri laut yang terintegrasi dengan grid itu sendiri. Dua file tersebut dapat dibuat
dengan menjalankan pemodelan menggunakan perangkat lunak bernama Delft
Dashboard.
Untuk membuat file grid yaitu menggunakan Delft Dashboard dan Delft3D untuk
pengecekan komponen-komponen seperti orthogonality dan smoothness. Langkah-
19
langkah menggunakan Delft Dashboard dan Delft3D untuk membuat grid adalah
sebagai berikut :
• Buka Delft Dashboard → pilih menu file → pilih select working directory
→ pilih file directory. Selanjutnya ubah domain pemodelan dengan pilih
menu Model → pilih Delft3D-WAVE.
• Tentukan letak titik dimana pemodelan akan dilakukan
• Melakukan pembuatan Batasan wilayah pemodelan untuk dibuat grid
perhitungan numerik. Dengan membuka tab Toolbox → pilih Draw Grid
Outline → buat kotak sesuai dengan wilayah pemodelan yang akan
dikerjakan. Hasil pembuatan kotak ditunjukkan pada Gambar 21 di bawah
ini.
• Pada langkah selanjutnya, tentukan jarak antar grid pada kasus ini diambil
500 meter yang setara dengan 0.0045° sehingga pada kolom delta X dan
delta Y diisi angka sebesar 0.0045 seperti yang ditunjukkan pada Gambar
22 → lalu pilih Make Rectangular Grid → namai file dan Save. Setelah di
save grid akan muncul dengan otomatis (sudah termasuk land boundaries-
nya) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 23.
20
Gambar 22. Ketentuan Pengisian Komponen-Komponen Grid
• Buka Delft 3D → pilih Grid → pilih RGFGRID. Setelah terbuka pilih File
→ Import → Grid → pilih file grid yang sudah dibuat. Setelah itu cek
orthogonality (tidak boleh lebih dari 20%) dan smoothness dengan cara
operation → grid properties → Orthogonality / M smoothness / N
smoothness. Hasil dari pengecekan disajikan dalam Gambar 24.
21
Gambar 24. Hasil Pengecekan Orthogonality
3.2 Batimetri
Untuk melakukan pemodelan gelombang, batimetri merupakan salah satu
komponen yang diperlukan. Maka dari itu Delft Dashboard sudah terintegrasi dengan
data Gebco 08 ke platform Delft Dashboard. Tahapan pembuatan data batimetri yang
sesuai dengan grid menjadi mudah yaitu dengan langkah-langkah berikut ini :
• Setelah file Grid disimpan muncul grid pada layer Delft dashboard seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 25. Lalu pilih tombol Make Bathymetry
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 26. Setelah itu simpan file .dep.
22
Gambar 25. Grid Pada Layar Kerja Delft Dashboard
• Setelah file .dep disimpan lihat lagi apakah grid sudah terintegrasi dengan
data tersebut dengan cara buka Tab Grid → pilih sub tab bathymetry →
lihat apakah dalam bathymetry data tertulis file .dep yang telah disimpan
sperti yang ditunjukkan oleh Gambar 27.
23
3.3 Kondisi Awal dan Batas
Untuk me-run program pemodelan Delft3D, dilakukan input kondisi awal dan
nlai batas yang akan dimasukan untuk pemodelan. Untuk kondisi awal digunakan
default parameter-parameter yang ada di waveinput. Parameter tersebut dapat diatur
dengan memilih Tab Physical Parameters dan Numerical Parameters. Nilai parameter
tersebut ditunjukkan pada Gambar 28 sampai Gambar 32 berikut ini.
Gambar 30. Nilai Parameter Fisik Berupa Proses yang Terjadi Pada Gelombang
24
Gambar 31. Nilai Parameter Fisik Lainnya
• Perhitungan Hs dan Tp
Menghitung tinggi gelombang signifikan (Hs) dan periode peak (Tp)
dengan rumus sebagai berikut :
𝑁
𝑖=
∑𝑖=03 𝐻𝑖
𝐻𝑠 =
𝑁
3
25
𝑁
𝑖=
∑𝑖=03 𝑇𝑖
𝑇𝑠 =
𝑁
3
𝑇𝑠 = 0.95 𝑇𝑝
Dengan :
Hi = Tinggi gelombang yang sudah diurutkan dengan urutan ke-i
Hs = Tinggi gelombang Sinifikan
N = Jumlah data
Ti = Periode gelombang yang sudah diurutkan dengan urutan ke-i
Ts = Periode gelombang signifikan
Tp = Periode gelombang peak
Dari perhitungan dengan rumus di atas didapatkan nilai-nilai penting
gelombang sebagai berikut :
26
Gambar 33. Waverose data 1 tahun gelombang pada Perairan Serdang Bedagai,
Provinsi Sumatera Utara (blowing to)
Dari Gambar di atas didapatkan bahwa gelombang dominan merambat ke
arah selatan. Sehingga dipilih orientasi utara yangn selalu dilewati oleh gelombang
dengan sudut datang gelombang yaitu 0°.
27
Gambar 34. Input Nilai Parameter Gelombang
3.4 Hasil Keluaran
Setelah disimpan, file berekstensi .mdw digunakan untuk melakukan
pemodelan pada Platform Delft3D. Langkah yang harus dilakukan untuk menjalankan
program dan mendapatkan hasil keluaran (output) adalah berikut :
• Buka Delft3D → pilih menu wave → klik start → pilih file.mdw yang sudah
disimpan sebelumnya → tunggu hingga pemodelan Delft3D selesai hingga
muncul kotak dialog seperti pada Gambar 35 yang menunjukkan bahwa
program berjalan dan selesai dengan normal.
28
• Setelah selesai menjalankan program pemodelan, pilih menu QUICKPLOT →
file → open file → pilih extension Delft3D Output Files → buka file extension
.dat yang dihasilkan dari proses tadi.
• Pilih parameter yang ingin divisualisasikan di QUICKPLOT (hsig wave height
atau relative peak wave period) → lalu pilih Quick View. Hasil Quick View
akan menunjukkan grafik atau hasil analisis pemodelan yang telah dilakukan
seperti pada Gambar 36 dan Gambar 37.
29
Gambar 37. Hasil Pemodelan Periode Peak Gelombang
30
BAB IV
POTENSI ENERGI
𝜌𝑔2 2
𝑃= 𝐻 𝑇
64𝜋 𝑠 𝑒
Dengan:
31
Te = Periode gelombang (s)
ρ = Rapat massa ( 1025 kg/m3)
g = Percepatan gravitasi ( 9,81 m/s2)
Dengan memasukan nilai gravitasi dan rapat massa air laut yaitu diperoleh
persamaan baru sebagai berikut :
𝑃 = 0.49 𝐻𝑠 2 𝑇𝑒
Dari hasil analisis olahan dari data ECMWF ERA5 diperoleh Hs sebesar
0.306 m dan Tp sebesar 3.411 s. Adapun daya yang diperoleh sebesar berikut:
𝑘𝑊
P = 0.49 (0,306)2 (3.411) = 0.1565 W/m = 0.1565 × 10−3 𝑚
Nilai P adalah data nilai perjam. Untuk mendapatkan nilai P tahunan, perlu
dilakukan perhitungan:
𝑘𝑊
𝑃 = 0.1565 × 10−3 . 365 ℎ𝑎𝑟𝑖 . 24 𝑗𝑎𝑚
𝑚
32
4.3 Pemilihan Instrumen
Pemilihan instrumen diperuntukan untuk menghitung besar potensi energi
teknis yang dapat dihasilkan. Hal tersebut dikarenakan, alat sangat berperan penting
bagi terkonversinya energi gelombang ke energi listrik. Pemilihan alat didasarkan pada
beberapa hal utama yaitu kondisi perairan dan tinggi gelombang itu sendiri. Selain itu
kapasitas atau efisiensi menjadi salah satu faktor yang paling penting karena semakin
sedikit energi yang hilang semakin banyak energi yang bisa dipanen. Berikut beberapa
alternatif instrumen yang dapat digunakan.
33
Berdasarkan Gambar 38, dipilih teknologi MRC1000 karena memiliki
kapasitas paling besar yaitu 50% dengan kedalaman operasi maksimum 50 meter dan
jarak antara alat 100 meter. Alat ditampilkan pada Gambar 39.
𝑘𝑊
𝑃 = 0.1565 × 10−3 . 365 ℎ𝑎𝑟𝑖 . 24 𝑗𝑎𝑚
𝑚
34
𝑃1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 1.371 𝑘𝑊ℎ/𝑚
Gambar 41. Lokasi Pemilihan Ladang Pembangkit Listrik (99.87°E -99.95°E dan
3.55°N – 3.65°N)
35
Dari peta batimetri didapatkan panjang daerah yang dapat dipasangi oleh alat
pembangkit listrik adalah sejauh 14214.9 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟. Nilai ini didapatkan dari perhitungan
jarak dua titik yaitu
36
Sehingga panjang yang dapat dibangun dikurangi sebesar 100 meter. Oleh
karena itu Panjang wilayah turbine farm adalah sepanjang meter dan jumlah alat
yang dibangun dapat dihitung dengan cara :
14214.9 𝑚 − 32 𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑙𝑎𝑡 = + 1 = 108.4 𝑎𝑙𝑎𝑡 ≅ 108 𝑎𝑙𝑎𝑡
32 𝑚 + 100 𝑚
Dengan jumlah alat yang diitung, potensi energi praktis yang siap digunakan
adalah sebesar :
𝑘𝑊
𝑃𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑠 = 21.935 × 108 𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑃𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑠 = 2368.98 𝑘𝑊
37
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Dari hasil analisis, pemodelan, dan perhitungan Pembangkit Listrik Tenaga
Gelombang (PLTG) di perairan Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, diperoleh
simpulan sebagai berikut:
3. Alat yang digunakan adalah MRC1000 sebanyak 108 buah dengan jarak alat
satu dengan lainnya 100 m dengan Panjang ladang 14214,9 m.
5.2. Saran
Potensi energi yang dibangkitkan oleh gelombang di wilayah selat malaka tidak
terlalu besar. Perlu adanya pertimbangan lokasi untuk pengadaan PLTG di wilayah
tertentu karena sangat bergantung dengan kondisi alam. DIperlukan studi lebih lanjut
mengenai potensi ini dan diperlukan juga kegiatan analisa harga jua listrik untuk
melihat kemungkinan keuntungan yang dapat diperoleh dalam pembangunan PLTG
ini.
38
Adapun saran yang diberikan untuk penelitian dan perancangan selanjutnya
adalah sebagai berikut:
39
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, Alamsyah. 2020. KL 4200 Pengenalan Energi Laut – Materi Perkuliahan
KL 4200. Bandung: ITB
Mukhtasor, dkk. 2014. Potensi Energi Laut Indonesia. Jakarta: Kementrian ESDM dan
Asosiasi Energi Laut Indonesia
40