BAB V
PEMBAHASAN
seperti efisiensi kerja sebesar 74,39% dimana waktu efektif rata – rata 5,08
jam/hari. Berikut tael 5.1 yang menampilkan faktor kondisi kerja dalam menentukan
Table 5.1
Faktor Kondisi Kerja
Kondisi Manajemen
Kondisi Kerja
Baik Sekali Baik Sedang Buruk
Baik Sekali 84% 81% 76% 70%
Baik 78% 75% 71% 65%
Sedang 72% 69% 65% 60%
Buruk 63% 61% 57% 52%
Sumber : Rochmanhadi, 1992
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa untuk efisiensi kerja sebesar
74,39% dapat dikatakan memiliki kondisi kerja sedang dan kondisi manajemen
sedang. Nilai efisiensi tersebut di pengaruhi hambatan manusia dan faktor alat
bekerja. Selain faktor teknis faktor manusia juga harus diperhatikan. Ada beberapa
73
74
karena tidak ada bahan material, hal ini dapat diatasi dengan memperbaiki
bahan/produk untuk di jaw crusher agar waktu yang ada tidak terbuang sia-
sia.
Istirahat lebih awal dan pulang lebih awal dikarenakan kurang disiplinnya
karyawan selama waktu kerja ditetapkan yang mana para karyawan tidak
Dari perhitungan belt conveyor dan ritase pada BAB IV maka presentase
produktivitas terhadap kapasitas alat dapat dilihat pada table 5.2 berikut.
Table 5.2
Presentase Produktivias Periode 26 Februari – 30 Maret 2018 (26 hari kerja)
Jaw Crusher Terex wj 1175 200 ton/hari ton/Bulan Persentase
Kapasitas Spesifikasi 36.400 100%
Target Produksi 30.000 82%
Kapasitas Normal 21.007,15 58%
Kapasitas Aktual 19.021,20 52%
Sumber : Perhitungan Data Skripsi
Produktivitas setiap alat crusher pada crushing plant A dapat dilihat pada
teoritis jaw crusher sebesar 200 ton/jam dan untuk produktivitas aktual jaw crusher
sebesar 159,05 ton/jam dan produktivitas teori secondary crusher I sebesar 200
ton/jam untuk produktivitas aktual sebesar 158,63 ton/jam dan untuk produktivitas
teori cone crusher II sebesar 150 ton/jam dan produktivitas aktualnya sebesar
137,32 ton/jam
200 200
200.00
159.05 158.83 150
150.00 137.32
100.00
50.00
0.00
Jaw Crusher secondary crusher I secondary crusher II
Gambar 5.1
Produktivitas ton/jam Crusher Pada Crushing Plant
Alat yang digunakan pada primary crushing adalah jaw crusher pabrikan
Terex wj 1175 dengan nilai CSS 120 mm. Nilai produktivitas aktual jaw crusher ini
mencapai 159,05 ton/jam dengan efisiensi kerja 71,72 %. Nilai produktivitas aktual
sebesar 159,05 ton/jam didapatkan dari perhitungan beltcut pada belt conveyor 1.
Jaw crusher menerima umpan langsung dari alat angkut yang membawa umpan
Jaw crusher ini bertipe blake jaw crusher yaitu mempunyai poros diatas,
artinya bagian yang bergerak adalah bagian bawah swing jaw, jaw crusher tipe ini
mempunyai produkta yang lebih variatif namun memiliki produktivitas yang lebih
besar dibanding tipe dodge jaw crusher. Berdasarkan spesifikasi alat produktivitas
76
teoritis alat ini mencapai 200 ton/jam, artinya produktivitas aktual alat masih bisa
ditingkatkan. Ada beberapa hal yang yang harus diperhatikan untuk meningkatkan
efisiensi kerja jaw crusher, hal yang paling utama adalah ukuran umpan yang besar
. Ukuran umpan yang besar adalah faktor utama yang mengakibatkan jaw blocking
berlangsung. Ukuran umpan yang besar ini dipengaruhi oleh hasil fragmentasi
kegiatan peledakan. Untuk mengubah ukuran umpan ini maka harus dilakukan juga
26%
42%
7%
5%
1%
13%
2% 3%
crushing seperti pada Gambar 5.2. Dari Gambar 5.2 dapat diketahui bahwa
hambatan crushing plant adalah waiting dump truck sebesar 26,11%, peledakan
sebesar 42,47%, jammed boulder sebesar 3,40%, Cuaca (hujan) sebesar 6,82%,
77
surgepile penuh sebesar 0,63%, dan mati lampu sebesar 13,24% dari total rata-rata
Dari Gambar 5.1 diketahui bahwa hambatan paling besar terjadi pada waktu
perbaikan alat yang mempengaruhi kinerja dari proses primary crushing dengan
total persentase sebesar 42,47% atau sebesar 0,82 jam per hari. Waktu perbaikan
alat pada proses primary crushing terjadi seperti perbaikan van belt jaw crusher,
perbaikan setting roller , perbaikan rantai belt dan karet pada conveyor 01 dan 03
serta perbaikan dari alat angkut yang mempengaruhi waktu tunggu alat untuk
mengumpan material kedalam hopper, dan hambatan terbesar kedua terjadi pada
waktu tunggu alat angkut untuk membuang umpan ke hopper sebesar 26,11% hal
ini terjadi karena ada alat angkut yang perlu diperbaiki dan juga dikarenakan saat
peledakan operasi produksi berhenti di karenakan tidak ada stock batuan sehingga
Alat yang digunakan pada proses ini sebanyak 2 alat berupa cone crusher
pabrikan Terex wc 1000. Nilai produktivitas aktual cone crusher ini dengan CSS 80
mm adalah 158,63 ton/jam sedangkan untuk cone crusher dengan CSS 30 mm nilai
produktivitas aktualnya sebesar 137,32 ton/jam dan dengan efisiensi kerja 78,33 %.
Nilai produksi tersebut didapatkan dari perhitungan beltcut yang dilakukan pada belt
conveyor 2.
mm produktivitas alat ini mencapai 200 ton/jam dan 150 ton/jam. Artinya
produktivitas alat ini masih dapat ditingkatkan, salah satu hal yang bisa dilakukan
adalah mengurangi terjadinya berhentinya alat karena adanya kerusakan pada alat
yang masuk pada cone crusher ini memiliki ukuran yang berbeda-beda dikarenakan
produkta pada jaw crusher yang memiliki tipe blake jaw. Hal ini dapat
mengakibatkan cone crusher tersumbat, untuk mencegah hal ini terjadi dapat
dilakukan pengaturan CSS pada alat cone crusher atau jaw crusher
24%
50%
17%
9%
secondary crushing seperti pada Gambar 5.3. Dari Gambar 5.3 dapat diketahui
bahwa hambatan secondary crushing adalah waiting surge pile sebesar 23,96%,
perbaikan alat sebesar 49,86%, Cuaca (hujan) sebesar 8,90%, dan mati lampu
sebesar 17,28% dari total rata-rata hambatan 1,51 jam per hari.
Dari Gambar 5.2 diketahui bahwa hambatan paling besar terjadi diakibatkan
oleh perbaikan alat sebesar 49,86% atau sebesar 0,74 jam per hari. Perbaikan alat
pada proses secondary crushing terjadi pada pergantian deck pada alat screening
dengan alat berupa vibrating screen. Umpan screen berasal dari BC 3 yang
hasilnya berupa material yang diremukan ulang (oversize) dan menjadi produkta
(undersize). Jumlah deck yang terpasang yaitu 3 deck pada deck paling atas
dipasang screen dengan ukuran 22 mm, kemudian pada deck kedua dipasang
screen dengan ukuran 12 mm, kemudian pada deck paling bawah dipasang screen
dengan ukuran 7mm, (Gambar 4.8),berikut merupakan ukuran deck dan produk
yang dihasilkan :
Produksi yang dihasilkan alat ini yaitu 158,57 ton/jam, presentase dari
25%
41%
34%
(effective of utilitazion).
100.00%
87.88% 89.19%
87.99% 87.82%
90.00% 85.66%
81.51%
78.33%
80.00%
71.72%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
MA PA UA EU
Dari Gambar 5.5 dapat dilihat bahwa nilai physical ability memiliki nilai
tertinggi yakni 89,19% pada proses secondary crushing dan 87,99% pada proses
primary crushing. Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa perawatan yang
dilakukan untuk alat dilakukan cukup baik dan teratur sehingga jarang terjadinya
perbaikan alat yang dapat menggangu proses produksi. Nilai effective of utilitazion
merupakan nilai avaibility terendah dengan nilai untuk primary crushing sebesar
alat dari keseluruhan jam kerja terhadap jam kerja, jam kerusakan alat dan jam
standby alat.
Selama proses pengolahan batu andesit pada crushing plant terjadi kehilangan
material selama proses pengolahan berlangsung. Total material yang hilang dari
proses secondary crushing hingga produk akhir sebanyak 0,66 ton/hari. Perhitungan
losing materials ini didapatkan dari pengurangan jumlah umpan yang masuk dengan
jumlah produkta yang keluar dapat di lihat pada table 5.3. Kehilangan material ini
dapat disebabkan keluarnya material dari belt conveyor selama proses transpotrasi
diakibatkan kecepatan belt conveyor tidak sesuai,serta belt yang penuh sehingga
material terjatuh, kehilangan material juga dapat terjadi karena tertahanya material
Tabel 5.5
Losing Material
Loosing
Proses Umpan Masuk Umpan Keluar
Ton/jam % Total (Ton/Jam) Total (%)
Secondary Crushing 1 159,05 158,83 0,22 0,14%
Secondary Crushing 2 137,32 137,14 0,18 0,13% 0,66 0,43%
Sizing 158,83 158,57 0,26 0,16%
Kondisi pengumpanan saat ini banyak material lengket / tanah yang ikut
terbawa, selain dari banyaknya tanah terkadang umpan tersangkut di mulut jaw
laju pengumpanan yang terlalu cepat ataupun ukurat material terlalu besar,
pengumpanan dapat optimal apabila material memiliki ukuran maksimal 85% dari
bukaan jaw dan pengotor (tanah) tidak ikut masuk ke unit peremukan
82
alat terutama cone crusher apabila ukuran umpan terlalu kecil, kondisi tersebut
dikarenakan material tidak tersebar merata di seluruh bagian cone crusher dan
tidak tercapai. Untuk mencapai target, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah
menambah umpan pada proses primary crusher dengan menambah jumlah ritase
dari alat angkut. Dan juga mengurangi terjadinya kerusakan alat dengan
memperhatian fakto seperti ukuran material atau umpan yang masuk ke dalam alat
sehingga tidak terjadi choking, dan memasang penyaring di bagian grizzly agar
tanah dan pasir tidak ikut terbawa ke dalam proses peremukan yang dapat
mengurangi efisiensi kerja alat seperti kerja alat screen yang dimana pada saringan
seperti hambatan manusia dan hambatan alat, dengan efisiensi kerja sebesar
74,39% dimana waktu efektif rata – rata 5,08 jam/hari,yang di pengaruhi oleh
hambatan seperti perbaikan alat dan waktu tunggu alat angkut, grafik perbandingan
52% 19,021
Persentase %
58% 21,007
82% 30,000
100% 36,400
Ton/Bulan
Sumber : Perhitungan Data Skripsi
Gambar 5.6
Presentase Produktivitas
Dalam upaya meningkatkan hasil produksi unit crushing plant A ada beberapa
yang dapat dilakukan yaitu peningkatan efisiensi kerja dan pengurangan kehilangan
material atau losses. Nilai ini dapat ditingkatkan dengan mengurangi keterlambatan
berdampak pada pengurangan durasi maintenance dan repair alat. Untuk repair
Selain peningkatan efisiensi kerja, upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengevaluasi proses pengumpanan dan pengaturan css alat. Tanah yang ikut
terbawa umpan harus dikurangi sedikit mungkin, sehingga tidak terbawa ke proses
penyumbatan alat secara langsung akan mengurangi waktu yang hilang dan
tunggu material, serta dilakukanya pengecekan dan pengaturan pada css alat
secara rutin.
angkut dimana waktu tunggu alat angkut sering diakibatkan kosongnya material
84
material telah habis di angkut sehingga alat angkut harus menunggu material
tersedia kembali agar dapat mengangkut material dengan masih adanya material
saat akan melakukan peledakan maka waktu proses pengangkutan akan terus