Anda di halaman 1dari 3

A.

Tujuan : Untuk mengetahui kadar pestisida dalam sampel

B. Metode :

1. Metode Tintometer Kit, darah yang berisi enzim cholinesterase membebaskan asam
asetat dariasetil kolin, karena itu akan merubah pH. Suatu campuran yang terdiri dari darah,
indikator dan asetil kolin perklorat disiapkan dan didiamkan untuk beberapa saat tertentu.
Perubahan pH selama periode ini diukur dengan membandingkan warna permanen yang
dipasang pada disk. Perubahan pH adalah ukuran dari tingkat aktifitas kolinesterase
darah(Depkes RI, 1992).

2. Metode Ellman, Testt-mate ChE ini digunakan dalam penilaian dan diagnosa
asymptomatic dari keracunan pestisida. Testt-mateChE adalah monitoring kolinesterase
komplit. Semua reagen dan peralatan yang diperlukan untuk melakukan 96 test terpaket
dalam koper/tas. Alat ini hanya membutuhkan 10 μl reagen untuk setiap test darah yang dapat
dengan mudah diperoleh dari sampel darah kapiler. Sampel data mungkin akan diperoleh
dalam waktu kurang dari 4 menit, memfasilitasi evaluasi dengan cepat status racun yang
terpapar.

C. Prinsip :

1. Metode Tintometer Kit

Ambil darah responden dan tambahkan indikator brom-timol-biru, diamkan beberapa saat
maka akan terjadi perubahan warna. Bandingkan warna yang timbul dengan warna standar
pada comparator disc (cakram pembanding), maka dapat ditentukan kadar AChe dalam
darah.

2. Metode Ellman

Acetylthiocholine (AcTC) atau butyrylthiocholine (BuTC) adalah hydrolyzedoleh


AChE atau PChE, masing-masing memproduksi carboxylic aciddan thiocholineyang bereaksi
dengan reagen Ellman (DNTB, dithionitrobenzoic acid)untuk membentuk sebuah warna
kuning yang diukur secara spektrofotometri pada panjang gelombang 450nm. Tingkat warna
yang terbentuk proporsional dengan jumlah PChE atau AcTC (Avenue, 2003).

D. Dasar Teori :

Pestisida adalah subtansi yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan


berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yang berarti
pembunuh. Jadi secara sederhana pestisida diartikan sebagai pembunuh hama yaitu tungau,
tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi, bakteri, virus,
nematode, siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No:258/MENKES/Per/III/1992 tentang persyaratan
kesehatan pengelolaan pestisida yang dimaksud dengan pestisida adalah semua zat kimia dan
bahan lain serta jazad renik dan virus yang digunakan untuk :
1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman,
bagian-bagian tanaman, atau hasil-hasil penanian

2. Memberantas rerumputan

3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak


termasuk pupuk

4. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan

5. Memberantas atau mencegah hama luar pada hewan-hewan peliharaan dan ternak

6. Memberantas atau mencegah hama-hama air

7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga,
bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan

8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang termasuk serangga yang dapat


menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan
penggunaan pada tanaman, tanah atau air (Menkes RI, 1992).

Sementara itu, The United States Environmental Control Act mendefinisikan pestisida
sebagai berikut :

1. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk
mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda,
gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad
renik lain yang terdapat pada hewan dan manusia.

2. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur
pertumbuhan atau mengeringkan tanaman.

Toksisitas atau daya racun adalah sifat bawaan pestisida yang menggambarkan potensi
pestisida untuk menimbulkan kematian langsung (atau bahaya lainnya) pada hewan tingkat
tinggi, termasuk manusia. Toksisitas dibedakan menjadi toksisitas akut, toksisitas kronik, dan
toksisitas subkronik. Toksisitas akut merupakan pengaruh merugikan yang timbul segera
setelah pemaparan dengan dosis tunggal suatu bahan kimia atau pemberian dosis ganda
dalam waktu kurang lebih 24 jam. Toksisitas kronik adalah pengaruh merugikan yang timbul
akibat pemberian takaran harian berulang dari pestisida atau pemaparan pestisida yang
berlangsung cukup lama (biasanya lebih dari 50% rentang hidup. Sementara toksisitas
subkronik mirip dengan toksisitas kronik, tetapi untuk rentang waktu yang lebih pendek,
sekitar 10% dari rentang hidupnya, atau untuk hewan percobaan adalah pemaparan selama 3
bulan.

Sumber :

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/826/3/bab%202.pdf
Runia, Yodenca Assti.2008. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KERACUNAN PESTISIDA ORGANOFOSFAT, KARBAMAT DAN KEJADIAN
ANEMIA PADA PETANI HORTIKULTURA DI DESA TEJOSARI KECAMATAN
NGABLAK KABUPATEN MAGELANG. UNDIP Semarang. Diakses melalui
https://core.ac.uk/download/pdf/11717243.pdf

Anda mungkin juga menyukai