466-Article Text-897-1-10-20151020
466-Article Text-897-1-10-20151020
Muhammad Nurhalim
STAIN Purwokerto
Jl. A. Yani No. 40A Purwokerto
E-mail: syahhalim@gmail.com
HP: 082324324021
Pendahuluan
Persoalan hasil kurikulum dalam sejarah perkembangan penerapan
kurikulum di Indonesia selalu saja menjadi faktor utama mengapa
kurikulum terus berganti dan dibenahi. Sejarah mencatat bahwa
semenjak diberlakukannya kurikulum pendidikan di Indonesia tahun
1947, kurikulum telah silih berganti dengan berbagai wujud per-
ubahannya. Tetapi satu hal yang selalu terulang dari berbagai pene-
rapan kurikulum yang telah dihasilkan dari pemikiran dan upaya yang
sungguh-sungguh dari para ahli dan pengembang kurikulum tersebut
adalah bahwa hasil penerapan kurikulum selalu saja dianggap kurang
memuaskan, dianggap tidak bisa menjawab persoalan yang ada, dan
belum menghasilkan output sebagaimana apa yang diharapkan dalam
cita-cita pendidikan nasional. Berdasar kenyataan ini, pertanyaan besar
yang muncul kemudiaan adalah “mengapa hal tersebut dapat terjadi
dan selalu terulang?”, dan “apa sebenarnya yang salah dari berbagai
kurikulum tersebut?”.
Guna menjawab pertanyaan tesebut, maka perlu kiranya dipahami
terlebih dahulu bagaimana kurikulum didefinisikan dalam sistem
pendidikan di Indonesia. Dengan memahami definisi tersebut maka
akan dapat ditentukan bagaimana posisi kurikulum itu sendiri dalam
menjawab persoalan tersebut. Dalam Undang-Undang Sistem Pen-
didikan Nasional No. 20 Tahun 2003, kurikulum didefinisikan sebagai
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyeleng-
garaan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Dalam definisi ini, kurikulum hanyalah sebuah rencana belajar (plan
for learning), ia bukan sebuah aksi tetapi hanya rencana aksi. Dalam
posisi sebagaimana definisi ini, maka dapat ditarik kesimpulan awal
bahwa sebaik apapun kurikulum, ia tidak akan mengubah apapun
selama ia tidak diimplementasikan dalam sebuah aksi nyata sebagai-
mana alur dalam rencana tersebut. Berdasarkan definisi ini pula, maka
sebenarnya keberhasilan suatu penerapan kurikulum tidak seharusnya
hanya dibebankan kepada kurikulum itu sendiri, tetapi juga dibebankan
kepada bagaimana kurikulum tersebut diimplementasikan dalam aksi
nyata. Yakni, bagaimana day to day activities di sekolah, dan bagai-
mana lingkungan, sarana, serta suasana akademik di sekolah dalam
membantu mensukseskan rencana-rencana dalam kurikulum tersebut.
Pada konteks pendidikan saat ini, yaitu dengan diberlakukannya
kebijakan penerapan kurikulum baru (kurikulum 2013), maka posisi
implementasi (bagaimana kurikulum dimplementasikan) tidak bisa
diabaikan dari hasil kurikulum. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya
bahwa hasil kurikulum tidak hanya ditentukan oleh rencana saja, tetapi
juga penerapan dan berbagai lingkungan yang menyertainya.
their enrollment in given school”. Dari definisi ini tampak jelas bahwa
Beaucham lebih menitikberatkan arti kurikulum sebagaimana definisi
dalam UU No. 20 Tahun 2003 sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
Bentuk dari kurikulum ideal ini biasanya berbentuk dokumen yang
berupa dokumen kurikulum induk, silabus, dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
Kurikulum aktual sering juga disebut dengan kurikulum fungsional
( fuctioning, live or operative curriculum ), yaitu kurikulum yang
merupakan implementasi dari kurikulum ideal atau kurikulum yang
dioperasikan di kelas (Sukmadinata, 2007: 5). Sebagaimana dikatakan
Alexander dalam Susilana (2006), kurikulum adalah learning
opportunities to achieve broad educational goals and related specific
objectives for an identifiable population served by a single school
centre. Dalam definisi ini, Alexander tampaknya lebih mengedepankan
kurikulum sebagai kesempatan belajar sebagai upaya untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Kurikulum aktual ini sering juga disebut dengan
curiculum implementation yang merujuk kepada “the process of
putting into practice an idea, program, or set of activities new to the
people attempting or expected to change” (Poerwanti, 2013: 25).
Bentuk dari kurikulum aktual ini adalah sebuah poses pembe-
lajaran antara guru dan siswa yang terjadi di dalam kelas sesuai dengan
rencana yang telah dibuat. Biasanya, bentuk dari proses ini adalah
penerapan strategi-strategi dan media pembelajaran. Dalam kaitannya
dengan curiculum implementation atau kurikulum aktual ini, Jordan
sebagaimana yang dikutip oleh Carl (2009: 135-136) mengatakan
bahwa ada dua level implementasi kurikulum, yaitu level implementasi
makro dan level implementasi mikro. Implementasi makro adalah
interaksi antara pengembangan (otoritas kurikulum) yang ditunjuk
oleh pemerintah dengan praktik di mana kurikulum diterapkan dalam
upaya mensukseskan penerapan kebijakan kurikulum yang telah
dibuat. Adapun implementasi mikro adalah terjadinya proses pelak-
sanaan rencana atau silabus yang dibuat oleh pengembang di dalam
sekolah atau ruang kelas. Dalam konteks implementasi kurikulum
mikro ini, guru mempunyai otoritas dan partisipasi tertinggi dalam
menentukan apakah kurikulum akan berhasil atau tidak karena di
sinilah guru bekerja untuk menginterpretasi rencana, mencocokkan
dengan subjek belajar (murid), dan mencocokkan dengan materi.
Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum 2006
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP). Kurikulum ini didasari
dari hasil evaluasi kurikulum KTSP yang masih banyak perlu pem-
benahan, di antaranya adalah karena: (1) masih padatnya isi kurikulum
yang disampaikan dalam kurikulum sebelumnya (KTSP) sehingga
dirasa membebani guru dan siswa; (2) tuntutan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional dalam bentuk kompetensi belum sepenuhnya
dijalankan dalam perencanaan, proses, dan evaluasi; (3) belum
tampaknya kompetensi holistik pada ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor dalam KTSP atau dalam artian masih bersifat parsial-
berdiri sendiri-sendiri; (4) belum sesuainya beberapa kompetensi
Kejuruan (SMK). Hal ini dapat dilihat dari diterapkannya sistem PKL
(Praktik Kerja Lapangan), Praktik Kerja Industri yang disingkat dengan
“Prakerin”, dan Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
Secara ideal, pelaksanaan link and match seharusnya memberikan
ruang lingkup kerjasama antara sekolah dan dunia usaha atau masya-
rakat yang mencakup tiga hal, yakni: (1) pengembangan kurikulum/
pemetaan kompetensi yang dilakukan secara bersama antara dunia
kerja atau masyarakat; (2) pelaksanaan pembelajaran berbasis penga-
laman nyata di lapangan; dan (3) evaluasi hasil pembelajaran yang
mengarah pada hasil yang diharapkan dalam pemetaan kompetensi
yang telah ditetapkan.
Keempat, konsep pembelajaran berbasis pada siswa (pembelajaran
aktif). Disebabkan karena kurikulum 2013 merupakan Kurikulum
Berbasis Kompetensi, maka pembelajaran berbasis pada siswa menjadi
penting dalam kurikulum 2013 karena dalam paradigma kurikulum
2013 siswa adalah subjek belajar di mana setiap siswa harus memba-
ngun sendiri pengetahuan yang didasarkan pada kompetensi yang
telah ditetapkan. Hal ini sebagaimana dikatakan Sudjarwadi (2010:
12) bahwa kurikulum berbasis kompetensi merupakan a method of
inquiry, yaitu sebagai suatu metode yang menumbuhkan hasrat besar
untuk ingin tahu sehingga setiap siswa harus memikirkan secara
mendalam apa yang akan dipelajari. Selain itu, sebagai a method of
inquiry, setiap siswa dengan sendirinya akan dapat meningkatkan
kemampuan untuk menggunakan tujuan kompetensi sebagai perang-
kat menentukan pilihan jalan berkehidupan di masyarakat dan akan
meningkatkan cara belajar sepanjang hayat (lifelong learning).
Kelima , pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Penerapan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013 ini
dilandasi oleh sebuah pemikiran bahwa pembelajaran merupakan
suatu proses ilmiah yang diyakini akan menjadi pondasi perkembangan
dan pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa.
Ketiga perkembangan dan pengembangan ranah, baik ranah penge-
tahuan, ranah sikap, maupun ranah keterampilan tersebut diyakini
akan dapat diperoleh dan dibentuk melalui berbagai kegiatan yang
ada dalam pendekatan saintifik. Perkembangan dan pengembangan
pengetahuan diperoleh melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
Kesimpulan
Persoalan hasil kurikulum di Indonesia selalu saja terulang, yakni
setiap kurikulum yang ditetapkan pada akhirnya selalu mendapat
“rapor merah” sehingga selalu harus diganti. Jika melihat sejarah
pergantian kurikulum di Indonesia yang sebenarnya selalu baik di
dalam perencanaannya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
persoalan hasil kurikulum sebenarnya tidak hanya dibebankan kepada
bagaimana perencanaan kurikulum tersebut (ideal kurikulum) saja,
akan tetapi lebih dari itu juga harus dibebankan kepada bagaimana
pelaksanaannya (kurikulum aktual) maupun bagaimana lingkungan
dan berbagai hal yang berkaitan dengan kurikulum tersebut atau
kurikulum tersembunyinya.
Jika optimalisasi ideal kurikulum telah dilakukan oleh para ahli
di bidang kurikulum dengan begitu hebatnya, maka kurikulum aktual
dan kurikulum tersembunyi juga perlu dengan hebat dilakukan oleh
para pelaku kurikulum (guru) maupun manajemen dan lingkungan
sekolah (tenaga kependidikan dan stakeholder) sehingga pengopti-
malan ketiganya dapat dipastikan bahwa implementasi kurikulum
yang diterapkan pasti akan berjalan sesuai dengan tujuan yang di-
tetapkan.
Dalam konteks pelaksanaan kurikulum 2013 agar tidak terjadi
sebagaimana kurikulum-kurikulum sebelumnya, maka pembenahan
Daftar Pustaka
Abdullah, Lukmanul Hakim. 2013. Sistem Penilaian dalam Kurikulum
2013: Kajian Dokumen Terhadap Kurikulum 2013. [On Line]http://
www.academia.edu/5253890/Sistem_Penilaian_dalam_Kurikulum 2013
Kajian_Dokumen diakses pada 18 Mei 2014.
Apple, Michael W. 1990. Ideology and Curriculum, Second Edition. New York:
Routledge, Chapman and Hall, Inc.
Atsnan, M.F. dan Gazali, Rahmita Yuliana. Penerapan Pendekatan Scientific
dalam Pembelajaran Matematika Smp Kelas VII Materi Bilangan (Pecahan).
Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika dengan tema “ Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan
Matematika untuk Indonesia yang Lebih Baik” pada tanggal 9 November
2013 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.
Daryanto & Darmiatun, Suryati. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di
Sekolah. Yogyakarta: Gavamedia.
Fasli Jalal, dkk. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta:
Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum dan Perbukuan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Pedoman Pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Dokumen Kurikulum 2013.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kentli, Fulya Damla. 2009. Comparison of Hidden Curriculum Theories. Euro-
pean Journal Educational Studies.
Margolis, Eric dkk. 2001. “Hiding and Outing the Curriculum”. Dalam The
Hidden Curriculum in Higher Education. Editor Margolis, Eric. New York:
Routledge.
Marsh, Colin J. 2009. Key Concepts for Understanding Curriculum. Fourth
Edition. New York: Taylor & Francis.
Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
—————.2008. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan
Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Morrison, Kristian Accles. 2007. Free School Teaching: A Journey into Radical
Progressive Education. New York: State Unyversity of New York Press.
Nasution, Khairiah. 2013. Aplikasi Model Pembelajaran Dalam Perspektif
Pendekatan Saintifik. [On Line] http://sumut.kemenag.go.id/file/file/
TULISANPENGAJAR/nqtx1392172430.pdf diakses 18 Mei 2014
Poerwanti, Loeloek Endah. 2013. Panduan Memahami Kurikulum 2013. Jakarta:
Prestasi Pustakaraya.
Power, F. Clark dkk. 2007. Moral Education, A Handbook: A-L. Portsmouth:
Greenwood Publishing Group.
Sujarwadi. 2010. Kurikulum Perguruan Tinggi (Orientasi Universitas Gadjah
Mada). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Pengembangan Kurikulum; Teori dan
Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Susilana, Rudi,, dkk. 2006. Kurikulum & Pembelajaran. Bandung: Tim MKDP
Kurikulum dan Pembelajaran UPI.
Syarbini, Amirullah. 2012. Buku Pintar Pendidikan Karakter; Panduan Lengkap
Mendidik Karakter Anak di Sekolah, Madrasah, dan Rumah. Jakarta: As@-
Prima Pustaka.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.
Zubaedi. 2006. Desin Kurikulum karakter; Konsepsi dan Aplikasinya dalam
Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.