Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PASIEN HISPRUNG


TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK II
Dosen pengampu: Ns. Nanang Saprudin, S.Kep., MKep.

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Lea Muslihah CKR0180060
Lilik Umini CKR0180061
Mia Marfuatus Sa’adah CKR0180062
Nina Nur liana CKR0180066
Pazi Gumelar CKR0180067

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak
lupa sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. Karena atas
rahmat dan karunia Allah SWT tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Ns. Nanang Syaripudin S.Kep, M.Kep
dan teman – teman semua telah berpartisipasi pembuatan makalah ini.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II
Program Studi S1 Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa memahami makalah
ini.
Demikian makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Kuningan, 5 November 2020

Kelompok II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... I
A. Latar Belakang………………...………………………………………………………………………. 1
B. Tujuan Penulissan…………………………………………………………………………………….. 2
Tujuan Umum…………………………………………………………………………………………… 2.1
Tujuan Khusus…………………………………………………………………………………………… 2.2
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN.................................................................. II
A. Definisi………………..……..………………………………………………………………………...….. 1
B. Etiologi……………………………………………………………………………………………………… 2
C. Patofisiologi……………………………………………………………………………………………… 3
D. Pathway……………………………………………………………………………………………………. 4
E. Manifestasi Klinis……………………………………………………………………………………… 5
F. Komplikasi………………………………………………………………………………………………… 6
G. Pemeriksaan penunjang…………………………………………………………………………… 7
H. Penatalaksanaan……………………………………………………………………………………… 8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN................................................................... III
A. Pengkajian...................................................................................................... 1
B. Diagnose…………………………………………………………………………………………………… 2
C. Intervensi…………………………………………………………………………………………………. 3
D. Evaluasi…………………………………………………………………………………………………….. 4
BAB IV PENUTUP.................................................................................................. IV
A. Kesimpulan..................................................................................................... 1
B. Saran………………………………………………………………………………………………………… 2
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… V
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hirschsprung atau mega kolon kongenital merupakan penyakit yang
menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan, tepatnya pada usus besar,
Hirschsprung atau mega kołon congenital juga dikatakan sebagai suatu kelainan
kongenital dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach
di kolon, keadaan abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya
peristaltik dan evakuasi usus secara spontan, spinkter rektum tidak dapat berelaksasi,
tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat
menycbabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak ada ganglion dan
akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan
dilatasi usus proksimal. Penyakit hirschprung atau mega kolon congenital dapat
terjadi pada semua usia, namun yang paling sering pada neonatus.
Pasien dengan penyakit Hirschsprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick
Ruysch pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan serta mendeskripsikan
mega colon congenital pada tahun 1863 adalah Harald Hirschsprung. Namun, pada
saat itu patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun
1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan balıwa megakolon yang dijumpai
pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi
ganglion. Penyakit hirschprung terjadi pada 1/5000 kelahiran hidup. Insidensi
hirschsprung di Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000
kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat kelahiran
35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit
hirschsprung. Insidens keseluruhan dari penyakit Hirschsprung 1: 5000 kelahiran
hidup. laki-laki lebih banyak diserang dibandingkan perempuan dengan perbandingan
4:1. Biasanya, penyakit Hirschsprung terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir 3kg
dan jarang pada bayi prematur. Penyakit ini mungkin disertai dengan cacat bawaan
dan termasuk sindrom down, sindrom waardenburg serta kelainan kardiovaskuler.
Penyakit ini ditemukan tanda dan gejala yaitu adanya kegagalan mengeluarkan
mekonium dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan
konstipasi. faktor penyebab penyakit Hirschsprung diduga dapat terjadi karena faktor
genetik dan faktor lingkungan.
Oleh karena itu, penyakit Hirschsprung sudah dapat dideteksi melalui
pemeriksaan yang dilakukan seperti pemeriksaan radiologi, barium, enema, rectal
biopsi, rectum, manometri anorektal dan melalui penatalaksanaan dan teraupetik yaitu
dengan pembedahan dan colostomi.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum :
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur sistem
ppeneernaan dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i tentang
hirschprung dan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
hirschprung.
2. Tujuan khusus :
a. Untuk mengetahui definisi dari hirschprung.
b. Untuk mengetahui etiologi hirschprung.
c. Untuk mengetahui patofisiologi hirschprung.
d. Untuk mengetahui pathway hirschprung.
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis hirschprung.
f. Untuk mengetahui komplikasi hirschprung.
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang hirschprung.
h. Untuk mengetahui penatalsanaan hirschprung.
i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hirschprung.
BAB II
LP HIRSCHPRUNG
A. DEFINISI
Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik mega kolon. Penyakit ini
merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglion).
Jadi karena ada bagian dari usus besar ( mulai dari anus kearah atas ) yang tidak
mempunyai persarafan (aganglion) maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam
melaksanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (mega kolon). Panjang usu
besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu. Penyakit hisprung adalah suatu
kelainan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada usus dapat dari kolon sampai
pada usus halus. (Ngastiyah, 1997 :183).
Penyakit hisprung adalah anomali kongenital yang mengakibatkan obstruksi
mekanik karena ketidak adekuatan motilitas sebagian dari usus. ( Donna L. Wong, 2003 :
507)
Ada beberapa pengertian mengenai Mega Colon, namun pada intinya sama yaitu
penyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak
adekuatnya motilitas pada sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak
mampunya spinkter rectum berelaksasi. Hirschsprung atau Mega Colon adalah
penyakit yang tidak adanya sel - sel ganglion dalam rectum atau bagian
rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan ke abnormalan atau
tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan ( Betz, Cecily &
Sowden : 2000 ).
Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab
gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm
dengan berat lahir  3 Kg, lebih banyak laki - laki dari pada perempuan. ( Arief
Mansjoeer, 2000).

B. ETIOLOGI
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah
diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak
dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus,
gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel “Neural Crest” ambrional yang berimigrasi
kedalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan sub mukoisa untuk
berkembang kearah kranio kaudal di dalam dinding usus.
Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di
kolon. S e b a g i a n b e s a r s e g m e n y a n g a g a n g l i o n i k m e n g e n a i r e c t u m d a n
b a g i a n b a w a h k o l o n sigmoid dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan
pada kolon. ( Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985:1134 ).
a. Sering terjadi pada anak dengan “Down Syndrome”
b. Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi
kraniokkaudal pada nyentrik dan submucosa dinding pleksus.
(Suriadi,2001 : 242).
C. PATHOFISIOLOGI
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa
kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian
proksimal pada usus besar. Ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi
usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah
keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan
distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada
Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden, 2002:197).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol
kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen
aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya
bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan
menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).

D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 - 28 jam
pertama setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur
dengan cairan empedu dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317).
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi
dengan Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut.
Obstruksi total saat lahir dengan muntaah, distensi abdomen dan ketidakadaan
evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi meconium diikuti obstruksi
konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi selama
beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut.
Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam.
Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas.
Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diare
berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ).
 Kegagalan lewatnya mekonium dalam 12 jam pertama kehidupan. 
 Konstipasi kronik mulai dari bulan pertama kehidupan dengan terlihat tinja seperti
pita.
 Obstruksi usus dalam periode neonatal.
 Nyeri abdomen dan distensi.
 Gangguan pertumbuhan.
(Suriadi 2001:242)
 Obstruk total saat lahir dengan muntah-muntah distensi abdomen dan ketiadaan
evaluasi mekonium. 
 Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang
membaik secara spontan maupun dengan edema.
 Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau
bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut.
 Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam.
Diare berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.
 Gejala hanya konstipasi ringan.
( Mansjoer, 2000 : 380 )
1. Masa Neonatal
 Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir
 Muntah berisi empedu
 Enggan minum
 Distensi abdomen
2. Masa bayi dan anak – anak
 Konstipasi
 Tinja seperti pita dan berbau busuk
 Distenssi abdomen
 Adanya masa difecal dapat dipalpasi
 Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi
 ( Betz cecily & sowden, 2002 : 197 )

F. KOMPLIKASI
a. Gawat pernapasan (Akut)
b. Enterokolitis (Akut)
c. Striktura ani (Pasca bedah)
d. Inkontinensia (Jangka panjang)
( Betz, 2002 : 197 )
a. Obstruksi usus
b. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
c. Konstipasi
(Suriadi, 2001 : 201 )

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan:
a. Daerah transisi
b. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
c. Entrokolitis padasegmen yang melebar
d. Terdapat retensi barium setelah 24 - 48 jam ( Darmawan K, 2004 : 17 )
2. Biopsi isap
Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel
ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 )
3. Biopsi otot rectum
Yaitu pengambilan lapisan otot rectum dilakukan dibawah narkos. Pemeriksaan
ini bersifat traumatik
4. Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada penyakit
ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase ( Darmawan K,
2004 : 17 )
5. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus ( Betz, cecily &
Sowden, 2002 : 197 )
6. Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja
yang menyemprot.
Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang menumpuk dan
menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.
7.  Otot abdomen : untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon. 
8. Enema barium : untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
9. Biopsi rectal : untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
10. Manometri anorectal : untuk mencatat respons refleks sfingter interna
dan eksterna.

H. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus
besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar
sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal. Ada dua tahapan dalam
penatalaksanaan medis yaitu :
a. Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk
melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus
besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
b. Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak
mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi
pertama ( Betz Cecily & Sowden 2002 : 98 )
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson,
Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang
paling sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian
akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah ( Darmawan K 2004 : 37 )
2. Perawatan

Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya


bila ketidak mampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama
antara lain :
a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak
secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang
( FKUI,2000 : 1135 )
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak -
anak dengan mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status
fisiknya meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik
seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan
tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT ).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS HIRSCHPRUNG

A. Pengkajian
 Menurut Suriadi (2001:242) focus pengkajian pada penyakit ini adalah:
1. Riwayat pengeluaran meconium dalam 24 jam pertama setelah
lahir,biasanya ada keterlambatan
2. Riwayat tinja seperti pita dan bau busuk
3. Pengkajian status nutrisi dan status hidrasu
a. Adanya mual,muntah,anoreksia,mencret
b. Keadaan turgor kulit biasanya menurun
c. Peningkatan atau penurunan berat badan
d. Penggunaan nutrisi dan rehidrasi parental
4. Pengkajian status bising usus untuk melihat pola bunyi hiperaktif pada
bagian proximal karena obstruksi,biasanya terjadi hiperperistaltik usus
5. Pengkajian psikososial keluarga berkaitan dengan
a. Anak: kemampuan beradaptasi dengan penyakit,mekanisme koping
yang digunakan
b. Keluarga: Respon emosional keluarga,koping yang digunakan
keluarga,penyesuaian keluarga terhadap stress menghadapi penyakit
anaknya
6. Pemeriksaan laboratorium darah haemoglobin,leukosit dan albumin juga
perlu dilakukan untuk menguji indikasi terjadi anemia,infeksi dan
kurangnya asupan protein
 Menurut Wong(2004:507) mengungkapkan pengkajian pada penyakit ini yang
perlu ditambah selain uraian di atas yaitu:
1. Lakukan pengkajian melalui wawancara terutama identitas,keluhan
utama,pengkajian pola fungsional dan keluhan tambahan
2. Monitor bowel elimination pattern : adanya konstipasi,pengeluaran
meconium yang terlambat lebih dari 24 jam,pengeluaran fases yang
berbentuk pita dan berbau busuk
3. Ukur lingkar abdomen untuk mengkaji distansi abdomen,lingkar abdomen
semakin besar seiring dengan bertambahnya besarnya distensi abdomen
4. Lakukan pemeriksaan TTV, perubahan tanda vital mempengaruhi keadaan
umum klien
5. Observasi manifestasi penyakit hirschprung
a. Periode bayi baru lahir
1. Gagal mengeluarkan meconium dalam 24-48 jam setelah lahir
2. Menolak untuk minum air
3. Muntah berwarna empedu
4. Distansi abdomen
b. Masa bayi
1. Ketidak adekuatan penambahan berat badan
2. Konstipasi
3. Distensi abdomen
4. Episode diare dan muntah
5. Tanda-tanda ominous (sering mendadak adanya enterokolitis: diare
berdarah,letargi berat)
c. Masa kanak-kanak
1. Konstipasi
2. Feses berbau menyengat dan seperti karbon
3. Distensi abdomen
4. Anak biasanya tidak mempunyai nafsu makan dan pertumbuhan
yang buruk

B. Diagnose keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
2. Nyeri akut b.d inkontinensia jaringan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan makanan
tak adekuat dan rangsangan muntah
4. Perubahan pola eliminasi (konstipasi) b.d defek persyarafan terhadap aganglion
usus
5. Resiko kekurangan volume cairan b.d muntah, diare dan pemasukan terbatas
karena mual
6. Resiko tinggi infeksi b.d imunitas menurun dan proses penyakit

C. Intervensi
1. Dx 1
Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
NOC : respiratory status
Kriteria hasil :
 Frekuensi pernafasan dalam batas normal
 Irama nafas sesuai yang diharapkan
 Ekspansi dada simetris
 Bernafas mudah
 Keadaan inspirasi

NIC :
Respiratory monitoring
 Monitor frekuensi, ritme, kedalaman pernafasan
 Catat pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot tambahan
 Monitor pola nafas bradipnea, takipnea, hiperventilasi
 Palpasi ekspansi paru
 Auskultasi suara pernafasan
Oxygen therapy
 Atur peralatan oksigenasi
 Monitor aliran oksigen
 Pertahankan jalan nafas yang paten
 Pertahankan posisi pasien

2. Dx 2
Nyeri akut b.d inkontinuitas jaringan
NOC : pain level
Kriteria hasil :
 Mengenali factor penyebab
 Menggunakan metode pencegahan
 Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
 Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
 Mengenali gejala gejala nyeri
NIC :
Pain management
 Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi : lokasi, karakteristik dan
onset, durasi frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan factor
presipitasi
 Obervasi isyarat isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya
dalam ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif
 Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
 Control factor factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon paien
terhadap ketdaknyamanan (ex : temperature ruangan, penyinaran)
 Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (misalnya : relaksasi, guided
imagery, distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas)

Analgetik adminitrasion
 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
 Pilih analgetik yang diperlukan / kombinasi dari analgetik ketika
pemberian lebih dari Satu
 Tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya nyeri

3. Dx 3
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan makanan
tak adekuat dan rangsangan mual
NOC : status nutrisi
Kriteria hasil :
 Stamina
 Tenaga
 Kekuatan menggenggam
 Penyembuhan jaringan
 Daya tahan tubuh
 Pertumbuhan

NIC :
Manajemen nutrisi
 Timbang berat badan
 Anjurkan pada keluarga pasien untuk memberikan asi
 Anjurkan pasien untyk meningkatkan protein dan vitamin c
 Kolaborasikan dengan ahli gizi untyk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien

Monitoring nutrisi
 Monitor turgor kulit
 Monitor mual dan muntah
 Monitor intake nutrisi
 Monitor pertumbuhan dan perkembangan
4. Dx 4
Perubahan pola eliminasi (konstipasi) b.d defek persyarafan terhadap aganglion
usus
NOC : bowel elimination
Kriteria hasil :
 Pola eliminasi dalam batas normal
 Warna feses dalambatas normal
 Feses lunak / lembut dan berbentuk
 Bau feses dalam batas normal (tidak menyengat)
 Konstipasi tidak terjadi
NIC : bowel irrigation
 Tetapkan alas an dilakukan tindakan pembersihan system pencernaan
 Pilih pemberian enema yang tepat
 Jelaskan prosedur pada pasien
 Monitor efek samping dari tindakan irigasi / pemberian obat oral
 Catat keuntungan dari pemberian enema laxative
 Informasikan pada pasien kemungkinan terjadi perut kejang / keinginan
untuk defekasi

5. Dx 5
Resiko kekurangan volume cairan b.d muntah, diare, dan pemasukan terbatas
karena mual
NOC : fluit balance
Kriteria hasil :
 Keseimbangan intake dan output 24 jam
 Bb stabil
 Tidak ada mata cekung
 Kelembaban kulit dalam batas normal
 Membrane mukosa lembab
NIC : fluit managemen
 Timbang popok jika diperlukan
 Pertahankan intake dan output yang akurat
 Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah)
 Monitor vital sign
 Kolaborasikan pemberian cairan iv
 Dorong masukan oral
 Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

6. Dx 6
Resiko tinggi infeksi b.d imunitas menurun dan proses penyakit
NOC : immune status
Kriteria hasil :
 Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
 Menjelaskan proses penularan penyakit
 Menjelaskan factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaan
 Menunjukan kemmpuan untuk mencegah timbulnya infeksi
 Menunjukan perilaku hiup sehat
NIC : invention
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
 Monitor kerentanan terhadap infeksi
 Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, panas, dan
drainage
 Inspesksi kondisi luka / inisi bedah
 Dorong masukan nutri yang cukup
 Dorong istirahat

D. Evaluasi
Setelah mendapatkan implementasi keperawatan, maka pasien dengan
hirschprungdiharapkan sebagai berikut :
a. Tidak adanya konstipasi dan BABnya normal
b. Kebutuhan cairan pasien terpenuhi
c. Tidak adanya injuri
d. Tidak adanya tanda – tanda atau reksi infeksi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Hirschsprung (mega kolon kongenital) adalah suatu penyumbatan
pada usus besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena
sebagian dari usus besar tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi
ototnya. Hirschsprung terjadi karena adanya permasalahan pada persarafan usus
besar paling bawah mulai dari anus hingga usus diatasnya. Penyakit hisprung
merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan pergerakan usus
yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang yang
bervariasi dan termasuk anus sampai rektum.Penyakit ini disebabkan oleh tidak
adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di kolon.

B. Saran
1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan
pelayanan kesehatan khususnya pada hisrchprung untuk pencapaian kualitas
keperawatan secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu
dilaksanakan secara berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan
karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna
maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu
adanya penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya
kesehatan.
3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan
asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan hirschprung.
DAFTAR PUSTAKA

https://pdfdokumen.com/download/laporan-pendahuluan
megacolon_59c1078f1723dd0b91f97198_pdf
https://www.academia.edu/11257186/Asuhan_keperawatan_anak_dengan_hisprung

Anda mungkin juga menyukai