Covid 19 Bhs Inggris

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

Penyakit virus corona (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang

baru-baru ini ditemukan.Virus yang menyebabkan COVID-19 terutama ditransmisikan melalui droplet
(percikan air liur) yang dihasilkan saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau mengembuskan nafas.
Droplet ini terlalu berat dan tidak bisa bertahan di udara, sehingga dengan cepat jatuh dan menempel
pada lantai atau permukaan lainnya.

Sebagian besar orang yang tertular COVID-19 akan mengalami gejala ringan hingga sedang, dan akan
pulih tanpa penanganan khusus.

CARA PENYEBARAN VIRUS INI

Virus yang menyebabkan COVID-19 terutama ditransmisikan melalui droplet (percikan air liur) yang
dihasilkan saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau mengembuskan nafas. Droplet ini terlalu berat
dan tidak bisa bertahan di udara, sehingga dengan cepat jatuh dan menempel pada lantai atau
permukaan lainnya.

Anda dapat tertular saat menghirup udara yang mengandung virus jika Anda berada terlalu dekat
dengan orang yang sudah terinfeksi COVID-19. Anda juga dapat tertular jika menyentuh permukaan
benda yang terkontaminasi lalu menyentuh mata, hidung, atau mulut Anda

Gejala-gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering, dan rasa lelah. Gejala lainnya
yang lebih jarang dan mungkin dialami beberapa pasien meliputi rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat,
sakit kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan indera rasa atau penciuman, ruam pada
kulit, atau perubahan warna jari tangan atau kaki. Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan
dan muncul secara bertahap. Beberapa orang menjadi terinfeksi tetapi hanya memiliki gejala ringan.

Sebagian besar (sekitar 80%) orang yang terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar
1 dari 5 orang yang terinfeksi COVID-19 menderita sakit parah dan kesulitan bernapas. Orang-orang
lanjut usia (lansia) dan orang-orang dengan kondisi medis penyerta seperti tekanan darah tinggi,
gangguan jantung dan paru-paru, diabetes, atau kanker memiliki kemungkinan lebih besar mengalami
sakit lebih serius.

Namun bagi masyarakat awam dengan informasi yang diperoleh baik melalui pendengaran dan
penglihatannya tentunya pasti memengaruhi persepsinya terhadap Vaksin Covid … Di mana persepsi
manusia akan memengaruhi sikap nya nanti terhadap vaksin itu.

Covid-19 merupakan momok paling menakutkan sepanjang tahun 2020 bahkan hingga akhir tahun 2020
Covid-19 masih saja menghantui masyarakat seluruh Indonesia bahkan dunia. Akan tetapi kita dituntut
untuk bisa beradaptasi pada kondisi ini, kondisi yang disebut New Normal. Covid-19 sudah
dideklarasikan sebagai darurat kesehatan secara global oleh organisasi kesehatan dunia atau WHO pada
30 Januari 2020. Virus ini menyebabkan gejala ringan sampai berat bahkan hingga berujung kematian.
Pandemi Covid-19 semakin berkembang bahkan mengakibatkan jutaan orang yang terinfeksi virus
Covid-19 direnggut nyawanya dalam waktu yang terbilang singkat. Ratusan ribu pasien meninggal dunia
khususnya di Indonesia.

Pada 5 Desember 2020 Satgas Penanganan Covid-19 melaporkan bahwa jumlah total kasus terinfeksi
Covid-19 yang telah terkonfirmasi di Indonesia mencapai 564 ribu kasus, dengan rincian 17.469 kasus
meninggal dunia dan 266 ribu pasien dinyatakan sembuh dari Covid-19. Bayangkan dengan jumlah
korban sedemikian banyak masih menjadi momok paling menakutkan bahkan bersamaan dengan
perkembangan Covid-19 diterangkan bahwa pandemi ini tidak akan berakhir. Pada masa pandemi ini
kita dituntut untuk beradaptasi di era New normal ini dikarenakan pandemi ini masih saja berlanjut
kebiasaan kita sebelum Covid-19 yang pada masa saat ini harus ditinggalkan, kebiasaan kita bertatap
muka dengan teman atau orang-orang diluar juga terancam harus ditinggalkan, dan memakai masker
menjadi satu keharusan yang harus kita jalankan.

Masyarakat berbagai macam karakter dan keyakinan ada yang sangat mematuhi protokol kesehatan,
ada yang terpaksa harus melanggar, bahkan ada yang sama sekali tidak mengindahkan himbauan
pemerintah tentang anjuran mematuhi protokol kesehatan. Mungkin sebagian dari mereka tidak
mengetahui bahaya Covid-19 sebenarnya benar adanya. Hal itu menjadi tugas seluruh elemen
masyarakat untuk lebih luas lagi dalam mensosialisasikan Covid-19 dan bahaya serta perkembangannya
yang semakin pesat. Upaya penanganan Covid-19 tidak hanya menjadi tugas pemerintah saja tetapi
juga seluruh elemen masyarakat dalam bentuk mematuhi protokol kesehatan, karena jika tidak yang
berbahaya bukan hanya diri sendiri tetapi juga orang lain.

Pada beberapa waktu terakhir masih banyak masyarakat yang tak percaya adannya Covid-19, bahkan
ada yang mengatakan hal itu adalah konspirasi. Konspirasi yang sedari awal ramai diperbincangkan
adalah terkait kebocoran lab biologi di China, pengembangan senjata biologis, target penanaman chips
dalam tubuh dan lain sebagainya. Namun untuk sebagian isu telah terbantahkan karena telah ditemukan
fakta yang sesungguhnya, sebagian yang lain masih belum bisa dibuktikan faktanya.

Pada awal Covid-19 masuk ke Indonesia saya bertemu seseorang di salah satu puskesmas daerah, pada
saat itu saya sedang sakit dan berobat ke puskesmas tersebut. Namun saya tercengang melihat seluruh
pasien dan petugas puskesmas bebas sekali tidak memakai masker padahal itu adalah tempat umum.
Hingga saya duduk dan mendengar pembicaraan orang tersebut dengan orang lain, orang tersebut
mengatakan tidak mempercayai adanya Covid-19 betapa saya sangat kaget mendengar hal itu.
Bagaimana mungkin virus yang telah dideklarasikan memakan banyak korban secara besar-besaran
dalam waktu singkat masih tidak dipercaya beberapa orang. Semakin mengejutkan lagi bahwa yang
mengatakan hal tersebut adalah orang yang sangat mumpuni dalam bidang kesehatan namun hal
tersebut tak menjamin tingkat kepercayaan pada Covid-19 itu tertanam dalam diri masing-masing orang.

Sejak pemerintah mengumumkan vaksinasi Covid-19 di Indonesia, masyarakat telah dihadapkan dengan
berbagai dilema pemberlakuan kebijakan ini. Melihat aktivitas masyarakat di media sosial media, masih
ditemukan seruan kelompok yang menolak vaksin Covid-19. Bahkan, terdapat 49,9 persen dari total 601
responden menolak untuk menjadi penerima vaksin Covid-19 pertama.menurut saya dalam menerima
vaksinasi adalah faktor umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, agama dan suku.
Determinan kesediaan masyarakat menerima Vaksinasi Covid-19 adalah umur dan agama. Kesimpulan;
Responden yang bersedia menerima vaksinasi Covid-19 sebesar 35,3% dengan determinan umur dan
agama. Disarankan agar sosialisasi untuk divaksinasi Covid-19 fokus pada orang dengan kelompok umur
≤40 tahun dan beragama Islam. Sosialisasi vaksinasi Covid-19 melalui televisi dan media sosial facebook
dan Instagram oleh satgas Covid-19, Badan Pengawas Obat dan Makanan dan Kementerian Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai