Anda di halaman 1dari 5

PEMBUATAN SPEKTRUM IR DARI KAFEIN DAN KBr SERTA

PENENTUAN KADAR KAFEIN DALAM TEH


Wisnu Widikdo (G44170086) 1, Nabilah Saifanah S. 1, Zulhan Arif1
1
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
IPB University, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680, Indonesia

ABSTRAK
Penentuan spektrum IR kafein menggunakan alat spektrofotometer FTIR
dengan metode transmisi dengan pellet KBr. Spektroskopi FTIR (Fourier Transform
Infrared) merupakan spektrofotometer inframerah yang dilengkapi dengan
interferometer untuk deteksi dan analisis hasil spektrumnya. Kafein adalah senyawa
alkaloid alami dan merupakan stimulant sistem saraf pusat yang banyak terdapat pada
biji kopi, biji kakao, daun the, dan tanaman lainnya. Analisis gugus fungsi pada
sampel dilakukan dengan membandingkan spektrum pita absorpsi yang dihasilkan
dengan tabel korelasi. Senyawa kafein akan membentuk intensitas puncak spektrum
pada bilangan gelombang 1600-1700 cm-1. Gugus fungsi yang terdeteksi antara lain
adalah C-H, OH, dan gugus aromatik.
Kata kunci : FTIR, kafein, KBr, Spektroskopi IR
PENDAHULUAN
Spektroskopi inframerah (spektroskopi IR atau spektroskopi getaran)
melibatkan interaksi radiasi inframerah dengan materi. Spektroskopi IR digunakan
untuk penentuan senyawa organik dan anorganik berdasarkan sifat interaksi radiasi
IR dengan mode getaran molekul, perubahan dalam energi getaran disertai dengan
perubahan energi rotasi (Chandarana et al. 2016). Gugus fungsional yang berbeda
menyerap pada frekuensi radiasi IR yang berbeda . Spektroskopi IR dapar digunakan
pada berbagai jenis sampel padat, cair dan gas pada kisaran bilangan 4000-400 cm-1.
Molekul yang dapat menyerap IR harus mempunyai dua kondisi seperti panjang
gelombang radiasi spesifik dan momen dipol listrik . Saat frekuensi getaran molekul
sama dengan frekuensi radiasi yang diserap menyerap IR dan ketika molekul dapat
menyebabkan perubahan dalam dipol listriknya , molekul tersebut dapat menyerap
radiasi IR. Molekul yang tidak bisa mengubah momen dipol,tidak bisa menyerap IR.
Spektra IR diperoleh dengan mendeteksi perubahan dalam transmitansi atau intensitas
penyerapan sebagai fungsi frekuensi. Praktikum ini bertujuan membuat spektrum IR
dari kafein dan p-dimetil amino serta penentuan kadar kafein dalam teh.
METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain spektrofotometer IR, oven, vial, neraca
analitik, dan pembuat pelet. Bahan yang digunakan antara lain aluminium foil, KBr,
dan kafein.

Prosedur
Sebanyak dua tabung vial tanpa tutup dioven pada suhu 105° C selama 15
menit. Bubuk KBr kasar ditimbang sebanyak 1.5 g dan langsung ditempatkan dalam
tabung vial. Bubuk kafein ditimbang sebanyak 1 g dan langsung ditempatkan dalam
tabung vial. Tabung vial yang sudah terisi dioven selama 1 jam pada suhu 105° C.
Setelah 1 jam, tabung-tabung tersebut ditutup dengan alumunium foil, didiamkan
pada suhu ruang selama 5 menit, lalu dimasukkan ke dalam desikator selama 15
menit. Bubuk kasar KBr dihaluskan menggunakan mortar lalu dimasukkan seujung
sudip ke dalam alat pencetak pelet FTIR. Penambahan kafein dibuat dengan
perbandingan yang telah ditentukan. Campuran bubuk kasar KBr dan kafein
dihaluskan menggunakan mortar lalu dimasukkan seujung sudip ke dalam alat
pencetak pelet FTIR. Bubuk kafein ditambahkan ke dalam mortar yang masih
terdapat sisa bubuk KBr kasar yang telah dihaluskan. Pelet dibuat dengan menekan
alat pompa hidrolik dan dipastikan bahwa lapisan rata. Pelet yang terbentuk dianalisis
menggunakan FTIR.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Fourier Transform Infrared Specthrophotometer (FTIR) adalah spektroskopi
inframerah yang dilengkapi dengan transformasi Fourier untuk deteksi dan analisis
hasil spektrumnya (Silviyah et al. 2015). FTIR dilengkap dengan interferogram yang
merupakan sinyal kompleks yang berisi semua frekuensi yang membuat spektrum IR
yang ada dalam spektrum domain waktu yang diubah menjadi spektrum domain
frekuensi (Chandarana et al. 2016). Saat melakukan FT, spektrum dengan rasio
signal-to-noise yang lebih baik bisa di plot pada jumlah akumulasi interferogram. Di
sini, dua cermin digunakan yaitu cermin bergerak dan cermin tetap. Metode
pembacaan spektrum vibrasi molekul pada FTIR ada dua macam, yaitu metode
reflektansi dan metode transmisi. Metode transmisi memerlukan teknik khusus dalam
preparasi sampel yaitu harus dalam bentuk pellet disk. FTIR (Fourier Trasform
Infrared) memiliki banyak keunggulan dibanding spektroskopi inframerah
diantaranya pemrosesan spektrum lebih cepat karena pengukuran dilakukan secara
serentak (simultan) serta system mekanik optik lebih sederhana dengan sedikit
komponen yang bergerak (Suseno et al. 2009).
Kafein (1,3,7-trimetilxantin) merupakan alkaloid alami yang ditemukan dalam
biji kopi, daun teh, biji kakao, dan tanaman lainnya (Suryani et al. 2016). Kafein
adalah stimulan sistem saraf pusat (SSP) dari kelas methylxanthine (Nehlig et al.
1992). Kafein merupakan` obat psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di dunia.
Kafein berfungsi untuk menghilangkan rasa kantuk dan sebagai zat penenang
sehingga kafein dijadikan sebagai pelengkap obat-obat penawar rasa sakit, kafein
juga dapat memberikan kebugaran dan kesegaran pada tubuh. Kafein dapat
mempengaruhi kinerja kognitif dan fisik dari tubuh (McLellan et al. 2016). Ada
beberapa mekanisme aksi yang diketahui untuk menjelaskan efek kafein. Efek yang
paling menonjol adalah bahwa hal itu menghambat aksi adenosin pada reseptornya
dan mencegah timbulnya rasa kantuk yang disebabkan oleh adenosin. Kafein juga
merangsang bagian tertentu dari sistem saraf otonom. Kafein memiliki bilangan
gelombang 1658 cm-1.

Gambar 1 Struktur Kafein (Sarbani dan Nurhayati 2018)


Penentuan spektrum kafein dilakukan dengan menggunakan alat
spektrofotometer FTIR dengan menggunakan pellet KBr. KBr digunakan pada
penentuan senyawa menggunakan IR karena KBr merupakan senyawa yang
transparan IR ( KBr tidak dapat menyerap IR). KBr tidak aktif IR karena molekul
KBr saat bervibrasi tidak memiliki perubahan momen dipol (Pavia 2009). Spektrum
padatan dapat diukur dengan menggunakan spesimen selain KBr dalam tablet dari
NaCl atau sampel cairan/suspensi dalam parafin cair (Sulistyani dan Huda 2018). Jika
objek yang diuji cukup tipis dan transparan, spektrum yang diukur langsung pada
sampel. Teknik transmisi tidak dapat digunakan untuk bahan yang kuat menyerap
radiasi IR. Pembuatan pellet KBr dilakukan dengan cara mengeringkan KBr dalam
oven selama 1 jam yang bertujuan untuk menghilangkan air pada KBr karena KBr
yang bersifat higroskopis. KBr ditutup dengan kertas alumunium foil agar KBr tidak
terkontaminasi dengan lingkungan atau air yang dapat mempengaruhi hasil spektrum
FTIR .
Analisis kafein pada sampel menggunakan spektrofotometer FTIR didapatkan
spektrum sebagai berikut.
98

78
Transmittan (%)

58

38

18

-23950 3450 2950 2450 1950 1450 950 450

Bilangan gelombang (cm-1)

KBr + kafein KBr

Gambar 2 Spektrum FTIR KBr dan sampel (KBr dan kafein)


Garis berwarna oranye menunjukkan spektrum KBr dan garis berwarna biru
menunjukkan spektrum campuran KBr dan kafein. KBr murni memiliki penyerapan
yang lebih tinggi daripada pellet yang berisi campuran KBr dan kafein. Spektrum
campuran KBr dan kafein menunjukkan intensitas puncak gelombang yang sangat
tajam pada bilangan gelombang 400 – 450 cm-1 yang menandakan adanya gugus –
OH. Intensitas puncak gelombang pada bilangan gelombang 1600-1700 cm -1
menunjukkan adanya kafein pada campuran. Kafein sendiri mempunyai rumus kimia
C8H10N4O2. Spektrum campuran KBr dan kafein menunjukkan adanya intensitas
puncak gelombang pada bilangan gelombang 675-870 cm-1 menunjukkan adanya
gugus aromatik pada kafein.
Spektrum KBr menunjukkan intensitas puncak pada bilangan gelombang
3000 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus fungsi –OH. Spektrum KBr yang
dihasilkan tidak terlalu baik karena KBr dikeringkan dalam oven pada waktu yang
cukup singkat sehingga KBr tidak benar benar kering dan masih mengandung
molekul air. Hasil spektrum yang didapat masih ada yang berbeda dengan literatur
pada bilangan gelombang tiap gugus fungsi. Perbedaan hasil ini mungkin disebabkan
oleh ikatan antar atom yang berubah akibat andanya interaksi saat dicampur dengan
KBr dan preparasi yang tidak baik Faktor kesalahan lainnya antara lain terjadi
kontaminasi pelet KBr karena KBr tidak dikeringkan dengan baik di dalam oven
sehingga masing mengandung air dan pelet KBr tidak terbentuk dengan baik.
SIMPULAN
Penentuan spektrum IR kafein mengunakan alat spektrofotometer FTIR dengan
metode transimisi menggunakan pellet KBr. Intensitas puncak serapan kafein berada
pada bilangan gelombang 1600-1700 cm-1. Gugus fungsi yang terdeteksi pada
spektrum diantaranya adalah lain C-H, OH, dan gugus aromatik.
DAFTAR PUSTAKA
Chandarana C, Modi V, Basuri T, Prajapati P. 2016. Utilities of Infrared
Spectroscopy in Quantitative Analysis of Pharmaeuticals. International Journal
of Innovative Pharmaceutical Sciences and Research. 4(3): 269-286
McLellan TM, Caldwell JA, Lieberman HR. 2016. A review of caffeine’s effects on
cognitive, physical and occupational performance. Neuroscience &
Biobehavioral Reviews.71(1): 294–312. doi:10.1016/j.neubiorev.2016.09.001 
Nehlig A, Daval JL, Debry G .1992. Caffeine and the central nervous system:
mechanisms of action, biochemical, metabolic and psychostimulant effects.
Brain Research. Brain Research Reviews. 17 (2): 139–70. doi:10.1016/0165-
0173(92)90012-B. PMID 1356551.
Pavia. 2009. Introduction to Spectroscopy. Belmont (US): Cole.
Sabarni, Nurhayati. 2018. Analisis Kadar Kafein dalam Minuman Kopi Khop Aceh
dengan Metode Spektroskopik. Lantanida Journal. 6(2) :103-202.
Silviyah S, Chomsin, Widodo, Masruroh. 2015. Penggunaan metode FTIR (fourier
transform infrared) untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada proses pembaluran
penderita mioma. Jurnal kimia. 2(1): 1.
Sulistyani M, Huda N. 2017. Optimasi Pengukuran Spektrum Vibrasi Sampel
menggunakan Spektrofotometer Fourier Transform Infrared (FT-IR). Indonesian
Journal of Chemical Science. 6(2) : 173-180.
Sulistyani M, Huda N. 2018. Perbandingan Metode Transmisi dan Reflektansi pada
Pengukuran Polistirena Menggunakan Instrumentasi Spektroskopi Fourier
Transform Infrared. Indonesian Journal of Chemical Science. 7(2): 195-198.
Suryani N, Yupizer, Sasmita E. 2016. Kadar kafein pada kopi kemasan dan uji
organoleptis terhadap aroma serta rasa. Jurnal Pharmatologi. 2(2): 10.
Suseno J, Firdaus S. 2009. Rancang Bangun Spektroskopi FTIR (Fourier Transform
Infrared) untuk Penentuan Kualitas Susu Sapi. Jurnal Fisika Berkala. 11(1): 23.

Anda mungkin juga menyukai