Anda di halaman 1dari 11

“BUDGETARY SLACK”

( KESENJANGAN ANGGARAN )

Dosen Pengampu :

Rini Purnamasari, M.Ak

DI SUSUN OLEH:

HEDRYAN PONCO NUGROHO : 19.2800.066

NURHALISA : 19.2800.065

NURUL ALFIANTI : 19.2800.067

MUH. ILHAM GUSMAN : 19.2800.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE

2021-2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena telah
melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun tugas ini.
Tugas ini kami buat dengan segala kekurangannya, namun harapan sebagi bahan
pembelajaran mata kuliah “AKUNTANSI KEPERILAKUAN” karena masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini mengenai “budgetary slack”. Karya ini bertujuan untuk memenuhi
tugas kelompok program studi “Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah” .
Demikian yang dapat kami sampaikan, dan kami mohon maaf apabila dalam membuat
makalah ini terdapat kekurangan, karena kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Dan tak lupa pula kami ucapkan terimah kasih untuk semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..............................................................................................................3
A. Latar Belakang....................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................5

BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
2.1. Kesenjangan Anggaran (Budgetary Slack)....................................................................6
2.1.1. Pengertian......................................................................................................................................6
2.1.2. Menurut para ahli...........................................................................................................................7
2.1.3. Partisasi penganggaran..................................................................................................................8
2.1.4. Faktor-faktor terjadinya budgetary slack.......................................................................................9

PENUTUP.......................................................................................................................10
3.1. Kesimpulan....................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anggaran merupakan elemen sistem pengendalian manajemen yang berfungsi sebagai
alat perencanaan dan pengendalian agar manajer dapat melaksanakan kegiatan organisasi
secara lebih efektif dan efisien. Anggaran digunakan oleh manajer tingkat atas sebagai suatu
alat untuk melaksanakan tujuan-tujuan organisasi kedalam dimensi kuantitatif dan waktu,
serta mengkomunikasikannya kepada manajer-manajer tingkat bawah sebagai rencana kerja
jangka panjang maupun jangka pendek.

Sistem anggaran yang ideal adalah yang menuju keselarasan tujuan seutuhnya dan secara
bersamaan memberikan dorongan kepada manajer untuk mencapai tujuan organisasi. Hal
tersebut dapat tercapai apabila dalam proses penyusunan anggaran melibatkan semua pihak
pelaksana anggaran. Proses penyusunan anggaran melibatkan banyak pihak, mulai dari
manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah. Anggaran mempunyai dampak
langsung terhadap perilaku manusia, terutama bagi orang yang langsung terlibat dalam
penyusunan anggaran (Ikhsan dan Ane, 2007). Apabila pihak-pihak ini tidak diperhatikan
dengan baik, maka akan menimbulkan perilaku disfungsional, seperti budgetary slack.

Penekanan anggaran dalam hal ini merupakan desakan dari atasan pada bawahan untuk
melaksanakan anggaran yang telah dibuat dengan baik, yang berupa sangsi jika kurang dari
target anggaran dan kompensasi jika mampu melebihi target anggaran. Penekanan anggaran
(budget emphasis) adalah kondisi bilamana anggaran dijadikan faktor yang paling dominan
dalam pengukuran kinerja bawahan pada suatu organisasi.

Pengukuran kinerja berdasarkan anggaran yang telah disusun membuat bawahan akan
berusaha memperoleh variance yang menguntungkan dengan menciptakan slack, antara lain
dengan merendahkan penghasilan dan meninggikan biaya pada saat penyusunan anggaran.
Jika bawahan meyakini penghargaan (reward) yang diberikan tergantung pada pencapaian
target dalam anggaran, bawahan akan mencoba membangun slack dalam anggarannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Budgetary slack?
2. Apa saja pengertian budgetary slack menurut para ahli?
3. Apakah partisipasi penganggaran berpengaruh terhadap Budgetary slack?
4. Apa faktor-faktor yang terjadinya pada budgetary slack ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui pengertian budgetary slack!
2. Untuk bahan pertimbagan dari berbagai pendapat para ahli
3. Untuk mrngtahuai partisipasi penganggaran berpengaruh terhadap Budgetary
slack.
4. Untuk Mengetahui Apa saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi terjadinya
budgetary slack.!
BAB II

PEMBAHASAN

.1. Kesenjangan Anggaran (Budgetary Slack)

.1.1. Pengertian

Pagalung (2008) memaparkan bahwa hubungan keagenan di pemerintahan antara


eksekutif dan legislatif, eksekutif (pemerintah) adalah agent dan legislatif (para wakil rakyat
yang duduk di parlemen) adalah principal. Sebelum penyusunan APBD dilakukan, terlebih
dahulu dibuat kesepakatan antara eksekutif dan legislatif tentang arah dan kebijakan umum
serta prioritas anggaran, yang akan menjadi pedoman dalam penyusunan APBD. Eksekutif
membuat rancangan APBD yang kemudian diserahkan kepada legislatif untuk dipelajari dan
dibahas bersama-sama sebelum ditetapkan sebagai peraturan daerah atau perda. Dalam
perspektif keagenan hal ini merupakan bentuk kontrak atau incomplete contract yang menjadi
alat bagi legislatif untuk mengawasi pelaksanaan anggaran oleh eksekutif.

Masalah keagenan yang timbul di kalangan eksekutif adalah cenderung


memaksimalkan utility (selft-interest) dalam pembuatan atau penyusunan anggaran APBD
karena memiliki keunggulan informasi atau asimetri informasi. Akibatnya eksekutif
cenderung melakukan budgetary slack. Hal ini terjadi dikarenakan pihak eksekutif akan
mengamankan posisinya dalam pemerintahan di mata legislatif dan masyarakat (rakyat),
bahkan boleh jadi untuk kepentingan pilkada berikutnya.

Dalam kaitannya dengan masalah keagenan ini, positive accounting theory oleh Watts
dan Zimmerman (1986) dalam Siswantaya (2007:16) mengajukan tiga hipotesis, yaitu bonus
plan hypothesis, debt/equity hypothesis dan political cost hypothesis. Hipotesis ini secara
implisit mengakui tiga bentuk hubungan keagenan yaitu antara pemilik dengan manajemen,
antara kreditur dengan manajemen dan antara pemerintah dengan manajemen. Masalah
keagenan (agency problem) muncul ketika pemilik kesulitan untuk memastikan bahwa agen
bertindak untuk memaksimumkan kesejahteraan pemilik.

.1.2. Menurut para ahli


Menurut Suartana (2010:138) sering kali perusahaan menggunakan
anggaran sebagai satu-satunya pengukur kinerja manajemen, karena itu yang
tersedia. Penekanan anggaran seperti ini dapat memungkinkan timbulnya slack.
Penilaian kinerja berdasarkan tercapai atau tidaknya target anggaran akan
mendorong bawahan untuk menciptakan slack dengan tujuan meningkatkan
prospek kompensasi kedepannya. Slack anggaran adalah perbedaan antara
anggaran yang dinyatakan dan estimasi anggaran terbaik yang secara jujur dapat
diprediksikan. Manajer menciptakan slack dengan mengestimasikan pendapatan
lebih rendah dan biaya lebih tinggi. Yang tahu slack atau tidak adalah si pembuat
anggaran.
Menurut Hansen dan Mowen (2009:448) kesenjangan anggaran
(budgetary slack) muncul ketika seorang manajer memperkirakan pendapatan
rendah atau meninggikan biaya dengan sengaja. Senjangan anggaran atau yang
lebih dikenal dengan budgetary slack dilakukan oleh bawahan yaitu dengan
menyajikan anggaran dengan tingkat kesulitan yang rendah agar mudah dicapai
dan kesenjangan ini cenderung dilakukan oleh bawahan karena mengetahui
bahwa kinerja mereka diukur berdasarkan tingkat pencapaian anggaran yang
telah ditetapkan bersama. Menurut Candra Sari (2018:238) mengapa bawahan
menciptakan senjangan anggaran (budgetary slack): pertama, senjangan
anggaran akan membuat target kinerja lebih mudah dicapai. Sehingga bawahan
terlihat lebih baik kinerjanya dimata pimpinan. Kedua, senjangan anggaran
sering digunakan mengatasi ketidakpastian dalam memprediksi masa yang akan
datang. Ketiga, senjangan membuat anggaran lebih fleksibel.
Dari sekian uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa budgetary
slack dapat dipahami sebagai langkah pembuat anggaran untuk mencapai target
yang lebih mudah dicapai dengan menganggarkan pendapatan yang lebih
rendah dan biaya yang lebih tinggi dari estimasi terbaik mereka mengenai jumlah
tersebut. Oleh karena itu, anggaran yang dihasilkan adalah target yang lebih
mudah bagi mereka untuk dicapai.
.1.3. Partisasi penganggaran

Veronica dan Krisnadewi (2009) meneliti mengenai pengaruh partisipasi


penganggaran, penekanan anggaran, komitmen organisasi dan kompleksitas tugas
terhadap slack anggaran pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kabupaten
Badung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi penganggaran,
penekanan anggaran, komitmen organisasi dan kompleksitas tugas baik secara
simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap slack anggaran pada
BPR di Kabupaten Badung. Selain itu, Sujana (2010) meneliti mengenai pengaruh
partisipasi penganggaran, penekanan anggaran, komitmen organisasi, asimetri
informasi dan ketidakpastian lingkungan terhadap budgetary slack pada hotel-
hotel berbintang di kota Denpasar.

Lubis (2009) mengemukakan bahwa partisipasi adalah sebuah proses


dalam pengambilan keputusan secara bersama-sama oleh dua bagian atau
lebih pihak dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan
terhadap mereka yang membuatnya. Young (1985) mendefinisikan bahwa
partisipasi merupakan suatu proses dimana atasan dapat memilih bentuk
kompensasi yang diterapkan pada perusahaan dan bawahan diizinkan untuk
memilih nilai. Miyati (2014) mengemukakan bahwa partisipasi anggaran
merupakan suatu ciri dari penyusunan anggaran yang lebih menekankan
kepada setiap manajer pusat pertanggungjawaban dalam proses serta
penentuan sasaran anggaran yang menjadi tanggungjawabnya.

Penelitian Sujana (2010) menunjukkan hasil bahwa partisipasi


penganggaran, penekanan anggaran, komitmen organisasi dan ketidakpastian
lingkungan tidak berpengaruh signifikan terhadap budgetary slack, sedangkan
asimetri informasi berpengaruh signifikan terhadap budgetary slack.

Dengan mempertimbangkan penelitian Sujana (2010) dan Veronica dan


Krisnadewi (2009), peneliti tertarik dan termotivasi untuk menguji kembali
hubungan antara partisipasi penganggaran, penekanan anggaran, komitmen
organisasi terhadap budgetary slack dengan menambahkan ketidakpastian
lingkungan sebagai variabel independennya. Peneliti mengambil lokasi penelitian
pada jenis perusahaan yang lain pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di
Kabupaten Boyolali sebagai obyek penelitiannya, yang berbeda dengan penelitian
sebelumnya.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank yang melayani usaha
kecil, mikro dan menengah. Salah satu usaha BPR untuk menghimpun dan
menyalurkan dana dari masyarakat sebanyak-banyaknya dengan tujuan
mendapatkan laba. Dalam upaya pencapaian tujuan usaha BPR, Direksi tidak
hanya terfokus pada masalah bagaimana caranya BPR dapat menghimpun dana
dan menyalurkan dana dari masyarakat sebanyak-banyaknya sehingga aset dan
laba BPR akan melonjak terus dari tahun ke tahun.

.1.4. Faktor-faktor terjadinya budgetary slack


Samad (2009) mengemukakan bahwa terdapat tiga alasan yang dapat
melatarbelakangi bawahan melakukan budgetary slack yaitu:
1. Budgetary slack dapat membuat kinerja bawahan seolah
terlihat baik ketika target anggaran yang diajukan tercapai.
2. Untuk mengatasi ketidakpastian masa yang akan datang
dapat menggunakan budgetary slack.
3. Budgetary slack dapat membuat fleksibel pengalokasian
sumber daya yang dilakukan berdasarkan proyeksi
anggaran biaya.
Menurut Welsch, Hilton & Gordon (2000), partipasi dalam proses
penyusunan anggaran dapat memicu terjadinya keinginan untuk melakukan
budgetary slack. Pendapat yang secara umum menjelaskan mengenai
timbulnya keinginan tersebut antara lain:
1. Budgetary slack digunakan untuk melindungi diri. Sehingga kinerja dari
manajer tidak akan mendapatkan penilaian yang buruk dan tidak dikritik. Hal
tersebut dilakukan dengan cara manajer bawah menetapkan anggaran
penjualan lebih rendah dari estimasi terbaik.
2. Agar penilaian terhadap kinerja manajer bawah terlihat baik oleh manajer atas.
Hal tersebut dilakukan dengan cara manajer bawah menetapkan perkiraan
pengeluaran yang lebih tinggi dari estimasi terbaik.
3. Agar ketika terjadi pengeluaran kas, manajer bawah tidak meminta lagi. Hal
tersebut dilakukan dengan cara manajer bawah meminta pengeluaran kas
melebihi kebutuhan yang sebenarnya. Apabila terdapat sis akas dan
dikembalikan, maka akan terlihat baik oleh atasan.
BAB III

PENUTUP

.1. Kesimpulan
Budgetary slack dapat diartikan sebagai selisih antara sumber daya yang sesngguhnya
dibutuhkan agar mampu menyelesaikan pekerjaan secara efektif dengan sejumlah sumber
daya yang ditambahkan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut (Falikhatun,2007).
Dengan kata lain, budgetary slack dapat didefinisikan sebagai sebuah perbuatan yang
menyimpang yang dilakuakan dalam penyusunan anggaran.

Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan dalam pencapaian standar kinerja dengan cara
menaikkan biaya dan menurunkan pendapatan dari yang sebenarnya terjadi (Anthony dan
Govindaranjan, 2007). Budgetary slack merupakan estimasi terbaik dari sebuah organisasi
dalam melaporkan anggaran dengan perbedaan antara jumlah anggaran yang diajukan oleh
subordinates.

Berdasarkan dari teori yang telah dipaparkan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa terjadinya budgetary slack dapat disebabkan oleh beberapa faktor dan kondisi antara
lain untuk melindungi diri, memudahkan manajer bawah untuk mencapai target yang telah
ditentukan, memperlihatkan kinerja yang baik terhadap atasan.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/documen/328683631/Budgetary -Slack

https://mcw-malang.org/budgetary-slack-di-pemerintahan-malang-raya-hilangnya-potensi-
pendapatan-di-kota-batu-dan-kota-malang/

https://jurnal.unmas.ac.id/index.php/JUARA/article/download/864/795

Anda mungkin juga menyukai