Anda di halaman 1dari 27

EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE TERAPI MUSIK UNTUK

MENURUNKAN SKALA NYERI PADA PASIEN POST OPERASI CA


MAXILLA DI RUANG RAJAWALI 1B RSUP DR. KARIADI SEMARANG

Disusun Oleh :

Toha Machsun (G3A017246)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS GENAP

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor hidung dan sinus paranasal pada umumnya jarang ditemukan,
baik yang jinak maupun yang ganas. Di indinesia dan diluar negri,kekerapan
jenis yang ganas hanya sekitar 1% dari keganasan seluruh tubuh atau 3% dari
seluruh keganasan di kepala dan leher. Hidung dan sinus paranasal atau
disebut sinonasal merupakan daerah yang terlindungi sehingga tumor yang
timbul didaerah ini sulit diketahui secara dini. Asal tumor primer juga sulit
ditemukan
,apakah dari hidung atau sinus karena biasanya pasien berobat dalam keadaan
penyakit telah lanjut dan tumor sudah memenuhi rongga hidung dan seluruh
sinus. Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit
hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit utama atau
sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit.
Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran 1996 yang
diadakan oleh Binkesmas bekerja dengan PERHATI dan bagian THT RSCM
mendapatkan data penyakit hidung dari 7 propinsi. Data dari Divisi Rinologi
Departemen THT RSCM januari – agustus 2005 menyebutkan jumlah pasien
rinologi pada kurun waktu tersebut adalah 435 pasien dari jumlah resebut 30%
mempunyai indikasi operasi BSEF.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, dapat diambil sebagai rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian Ca Maxilla?
2. Apa penyebab Ca maxilla?
3. Bagaimana penatalaksanaan Ca Maxilla?
4. Bagaimana asuhan keperawatan nyeri akut?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Intruksional Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan Ca Maxilla dengan
nyeri akut pada Tn.H di Ruang Rajawali 1B RSUP dr. Kariadi Semarang

2. Tujuan Intruksional Khusus


a. Mahasiswa mampu melaporkan konsep dasar tentang penyakit ca
maxilla
b. Mahasiswa mampu menjabarkan diagnosa keperawatan
c. Mahasiswa mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan
d. Mahasiswa mampu menjelaskan implementasi keperawatan
e. Mahasiswa mampu memaparkan tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan
f. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa keperawatan nyeri akut

3. Metode Penulisan
Pada metode penulisan makalah ini saya mengumpulkan referensi yang
relevan dari perpustakaan, dan mencari referensi yang relevan dari
internet.
4. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika yang terdiri dari poin-poin yang
penting, diantaranya yaitu;
BAB I : Pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Konsep Dasar yang berisi Definisi dari ca maxilla, etiologi ca
maxilla, patofisiologi ca maxilla, manifestasi klinik ca maxilla,
penatalaksanaan ca maxilla, konsep ca maxilla: pengkajian fokus,
pathways keperawatan, diagnosa keperawatan, fokus intervensi.
BAB III : Resume Askep yang berisi pengkajian fokus, diagnosa
keperawatan, fokus intervensi.
BAB IV : Aplikasi jurnal EBN
BAB V : Pembahasan
BAB V : Kesimpulan dan Saran.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengetian
Tumor maksila adalah suatu pertumbuhan jaringan baru yang terjadi di sinus
maksilaris cenderung menginvasi jaringan sekitarnya dan bermetastase ke
tempat-tempat jauh.
B. Etiologi
1. Etiologi tumor ganas sinonasal belum diketahui dengan pasti, tetapi
diduga beberapa zat kimia atau bahan industri merupakan penyebab antara
lain nikel, debu kayu, kulit, formaldehid, kromium, isopropyl oil dan lain-
lain. Pekerja di bidang ini mendapat kemungkinan terjadi keganasan
sinonasal jauh lebih besar. Alkohol, asap rokok, makanan yang diasin atau
diasap diduga meningkatkan kemungkinan terjadi keganasan, sebaliknya
buah- buahan dan sayuran mengurangi kemungkinan terjadi keganasan
2. Pajanan terhadap radio aktif Thorotrast dalam waktu yang lama
meningkatkan resiko tumor sinus maksila
3. Sinusitis kronis meningkatkan resiko terbentuknya tumor
4. Konsumsi tembakau meningkatkan resiko terhadap terbentuknya tumor
sinus maksila ( squamous cell carcinoma), meskipun mekanisme serta
pengaruh tembakau terhadappeningkatan resiko ini belum diketahui secara
pasti
C. Patofisiologi
Tumor menyebar secara lokal sewaktu tonjolan-tonjolan mencederai
dan mematikan sel- sel yang disekitarnya. Tumor yang sedang tumbuh dapat
mematikan sel-sel disekitarnya dengan menekan sel-sel tersebut atau dengan
menghancurkan suplai darah dan mengeluarkan bahan kimia serta enzim yang
menghancurkan integritas membran sel disekitarnya, sehingga sel tersebut
mengalami lisis dan kematian. Setelah sel-sel disekitarnya mati tumor dapat
dengan mudah tumbuh untuk menempati ruang yang ditinggalkan.
D. Manifestasi Klinik
1. Gejala nasal berupa obstruksi hidung unilateral dan rhinorea. Sekretnya
sering bercampur darah atau terjadi epistaksis. Tumor yang besar dapat
mendesak tulang hidung sehingga terjadi deformitas hidung. Khas pada
tumor ganas ingusnya berbau karena mengandung jaringan nekrotik.
2. Gejala orbital. perluasan tumor ke orbita menimbulkan diplopia, proptosis,
atau penonjolan bola mata, oftalmoplegia, gangguan visus dan epifora.
3. Gejala oral. Perluasan tumor kerongga mulut dapat menyebabkan
penonjolan atau ulkus palatum atau prosesus alveolaris. Pasien mengeluh
gigi geligi goyah. Seringkali pasien datang ke dokter gigi karena nyeri
gigi, tetapi tidak sembuh meskipun gigi telah dicabut.
4. Gejala fasial. Perluasan tumor kedepan akan menyebabkan penonjolan
pipi, disertai nyeri, anestesi atau parastesia muka jika mengenai nervus
trigeminus.
5. Gejala Intrakranial. Perluasan tumor ke intrakranial menyebabkan sakit
kepala hebat, oftalmoplegia dan gangguan visus. Dapat disertai likuororea,
yaitu cairan otak yang keluar melalui hidung. Jika perluasan sampai ke
fossa kranii media maka nervus otak lainnya akan terkena. Jika tumor
meluas kebelakang, terjadi trismus akibat terkenanya muskulus
pterigoideus disetai anestesi dan parastesi daerah yang di persarafi nervus
maxillaries dan mandibularis.
6. Penyebaran ke sistem limfatik submandibula dan deep cervical nodes
(pada keadaan tumor yang telah bermetastasis)
E. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Pembedahan atau lebih sering bersama dengan modalitas terapi lainnya
seperti radiasi dan kemoterapi sebagai ajuvan sampai saat ini masih
merupakan pengobatan utama untuk keganasan dihidung dan sinus
paranasal.
2. Kemoterapi
Kemoterapi bermanfaat pada tumor ganas dengan metastase atau yang
residif atau jenis yang sangat baik dengan kemoterapi, misalnya limfoma
malignum. Peran kemoterapi untuk pengobatan tumor traktus sinonasal
biasanya paliatif, penggunaan efek cytoreductive untuk mengurangi rasa
nyeri dan penyumbatan, atau untuk mengecilkan lesi eksternal massif
3. Radiasi
Radiasi digunakan sebagai metode tunggal untuk membantu pembedahan
atau sebagai terapi paliatif. Radiasi post operasi dapat mengontrol secara
lokal tetapi tidak menyebabkan kelangsungan hidup spesifik atau absolut

F. Konsep
1. Pengkajian Fokus
a. Saat memeriksa pasien, pertama-tama perhatikan wajah pasien apakah
ada asimetris atau distorsi. Temuan lain yaitu adanya proptosis yang
mendorong ke atas
b. Pemeriksaan dinding lateral cavum nasi, jika terdorong kea rah medial
menunjukkan tomor berada di sinus maxilla
c. Palpasi gusi rahang atas dan palatum, apakah ada nyeri tekan,
penonjolan atau gigi goyah
d. Pemeriksaan nasoendoskopi dan sinuskopi
e. Pembesaran kelenjar leher juga perlu dicari meskipun tumor ini jarang
bermetastase ke kelenjar leher
2. Pathways

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi.
Biopsi tumor sinus maksila, daapat dilakukan melalui operasi
Caldwell-
Luc yang inisisinya melalui sulcus ginggivo-bukal
b. Foto polos sinus paranasal, untuk melihat adanya erosi tulang dan
perselubungan padat unilateral.
c. CT Scan, sarana terbaik untuk melihat perluasan tumor dan destruksi
tulangtulang
d. MRI (Magnetic resonance imaging), baik untuk melihat perluasan
tumor ke jaringan padat dan untuk membedakan jaringan tumor dari
jaringan norma tetapi kurang begitu baik dalam memperlihatkan
dsetruksi tulang
4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur invasif pembedahan
b. Resiko infesksi berhubungan dengan prosedur invasive tindakan
pembedahan
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan menelan
5. Fokus Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur invasif
pembedahan NOC : pain level, pain control, comfort level
Kriteria hasil : mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan), melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri, mampu mengenali (skala nyeri,
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri), menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang NIC :
Pain Management:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif Rasional : untuk mengetahui skala
nyeri pasien
2. Kurangi factor presipitasi nyeri
Rasional : untuk mengurangi penyebab nyeri pasien
3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Rasional : untuk mengurangi skala nyeri pasien
4. Berikan posisi yang nyaman
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri pasien
Analgesic Administration
1. Cek riwayat alergi
Rasional: untuk mengetahui alergi pada pasien
2. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgesic
Rasional : untuk membantu mengurangi rasa nyeri pasien dengan obat
b. Resiko infesksi berhubungan dengan prosedur invasive tindakan
pembedahan
NOC : immune status, knowledge : infection control, risk control
Kriteria hasil : pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi,
mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang
mempengaruhi penularan, serta penatalaksanaannya, menunjukkan
kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi, jumlah leukosit dalam
batas normal, menunjukkan perilaku hidup sehat
NIC :
Infection Control:
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
Rasional : untuk menghindari luka dari infeksi
2. Dorong masukan nutrisi yang cukup
Rasional : untuk menambah nutrisi yang kurang dari tubuh
3. Ajarkan pasien cara menghindari infeksi
Rasional : untuk menjaga luka agar tetap bersih
4. Monitor tanda dan gejala infeksi
Rasional : untuk mengetahui kondisi luka
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan menelan
NOC : nutritional status : food and fluid intake, nutritional status :
nutrient intake, weight control
Kriteria hasil : adanye peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan,
berat badan sesuai dengan tinggi badan, mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi, tidak ada tanda-tanda malnutrisi, menunjukkan
fungsi pengecapan dan menelan, tidak terjadi penurunan berat badan
yang berarti.
NIC:
Nutrition Manajemen:
1. Kaji adanya alergi makanan
Rasional : untuk mengetahui adanya alergi pada pasien
2. Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan
Rasioal : untuk mengetahui jumlah gizi yang di butuhkan
3. Berikan makanan yang terpilih
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien
Nutrition Manajemen
1. Monitor turgor kulit
Rasional : untuk mengetahui elastisitas kulit pasien
2. Monitor kadar albumin, Hb dan Ht
Rasional : untuk mengetahui kondisi tubuh pasien
BAB III

RESUME ASKEP

A. Pengkajian Fokus
1. Identitas
Nama : Tn.H
Umur : 43th
Pendidikan : SMP
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Tegal
Pekerjaan : Swasta
Tanggal MRS : 16-4-2018
Diagnosa Medis: Ca Maxila
Identitas penanggungjawab
Nama : Ny.W
Umur : 32th
Pendidikan : SMP
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Tegal
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan pasien : Suami
2. Keluhan Utama: Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengatakan sakitnya sudah terasa sejak 1 tahun yang lalu,
pertama pasien merasakan sakit gigi, pasien hanya membiarkannya dan
hanya membelikan obat di apotik, semakin lama semakin membesar dan
merasakan sakit, kemudian pasien memeriksakan ke RSUD Tegal, kemudia
pasien disuruh rawat inap, pasien dilakukan biopsy untuk mengetahui
tumornya, kemudian pasien di rujuk ke RSUP dr.Kariadi untuk
mendapatkan perawatan yang lebih intesif. Pasien mendapatkan terapi
infus RL 20tpm, ceftriaxone 2gr/24 jam, ketorolac 30mg/8 jam, ranitidin
50mg/12 jam, paracetamol 1gr/8 jam. Pasien dilakukan tindakan
pembedahan wide eksisi pada tanggal 4 mei 2018 jam 13.00
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya pernah drawat dirumah sakit karena
kecelakaan sepeda motor
5. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mempunyai
penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi dan Jantung
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran : Composmetis
b. Tanda vital :
TD : 120/ 80 mmHg
N : 90x/mnt
RR : 24x/mnt
S : 36,5 O C
BB : 54 kg
TB : 169 cm
IMT : 17 (kurang)
c. Head to Toe
1) Kulit
Kulit kering, terdapat luka bekas operasi di wajah bagian kanan,
nyeri tekan di luka bekas operasi, turgor kulit > 3 detik
2) Kepala
Rambut kotor, rontok, rambut berwarna hitam, kepala simetris, tidak
ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
3) Wajah
Terdapat luka bekas operasi di wajah bagian kanan, tidak simetris,
luka bersih, nyeri, luka tidak kemerahan
4) Mata
Mata simetris, mata kanan merah, nyeri tekan di mata bagian kanan
karena di bawah mata berdapat bekas luka operasi
5) Hidung
Hidung tidak simetris, ada bekas luka jahitan, terpasang NGT, ada
nyeri tekan
6) Telinga
Telinga simetris, bersih, tidak ada ada serumen, tidak ada nyeri tekan
7) Mulut
Mukosa bibir kering, terdapat luka bekas operasi, bibir bagian atas
terdapat jahitan, gigi kotor, berbau, nyeri tekan
8) Leher
Leher simetris, tidak ada luka, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
dan kelenjar limfe
9) Dada
a. Paru
Dada simetris, pengembangan dada kanan dan kiri sama, tidak
ada luka, tidak ada nyeri tekan, taktil femitus kanan dan kiri
sama, sonor, suara paru vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan.
b. Jantung
Simetris, tidak ada pembesaran jantung, tidak ada nyeri tekan,
pekak, suara jantung lubdup
10) Abdomen
Perut simetris, tidak ada luka, simetris, bising usus 11x/menit,
tympani, tidak ada nyeri tekan
11) Ekstremitas
Keuda tangan dan kaki lengkap, tangan kiri terpasang infus 20tpm,
tidak ada nyeri tekan, kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah 5
12) Ganetalia
Terpasang DC urine 700 cc
7. Pola Fungsi Gordon
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan sangat penting. Jika pasien
sakit maka akan menganggu aktifitasnya, karena pasien sebagai kepala
keluarga. Jika pasien sakit membeli obat di apotik, jika sakitnya tidak
sembuh-sembuh pasien memeriksakan kesehatannya ke doter terdekat
atau di puskesmas
b. Nutrisi, Cairan dan metabolik
A: bb 54 kg, tb 169, imt 17 (kurang)
B: Hb 13,4 , Ht 38,5 , eritrosit 4,84 , leukosit 7,5
C: Ku lemah, gcs 15, composmentis, turgor kulit > 3 detik, mukosa
bibir kering
D: diit susu
Sebelum sakit: pasien mengatakan sebelum sakit makan 3x1 hari habis
dan minum kurang lebih 8 gelas setiap hari
Saat sakit: saat sakit pasien hanya mendapatkan diit susu 400 cc dan
100 cc air putih, terpasang selang NGT, keluarga memasukkan susu
lewat selang NGT tanpa di aspirasi terlebih dahulu
c. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit: pasien mengatakan sebelum sakit dapat beraktifitas
secra mandiri
Saat sakit: pasien tidak dapat beraktifitas secara mandiri, pasien hanya
berada di tempat tidur karena takut turun, terpasang DC, pasien tampak
lemah, indeks barthel : ketergantungan sedang
d. Pola Istirahat dan tidur
Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit tidurnya teratur, tidur
malam kurang lebih 8 jam dan tidur siang 1 jam
Saat sakit: pasien mengatakan kalau tidur malam sering terbangun
karena merasakan nyeri
e. Sirkulasi
Pasien mengatakn tidak mempunyai riwayat penyakit hipertensi,
jantung dan tidak ada alergi obat, TD 120/80 mmhg, tekanan nadi
teraba kuat, membrane mukosa bibir kering
f. Eliminasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit bak 3-4x dan bab 1-
2x Saat sakit : pasien bab 1x sehari, frekuensi 50cc, bau khas, warna
kuning kehitaman, bak terasang DC 700cc, keruh, bau khas
g. Neurosensori dan kognitif
Pasien mengatakan nyeri dibagianh wajah bekas luka operasi
P: nyeri akibat luka operasi, nyeri terasa jika kepala di gerakkan
Q: seperti di tusuk-tusuk jarum
R: di wajah bagian kanan, sampai kepala
S: skala nyeri 5
T: hilang timbul 5 menit
h. Keamanan
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi makanan dan obat,
tidak memiliki riwayat kejang, kekuatan otot atas dan bawah 5
i. Seksual dan Reproduksi
-
j. Persepsi diri, konsep diri dan Koping
Pasien mengatakan sedih karena penyakitnya, seharusnya jika dirasa
sejak dulu maka tidak separah ini, dalam pengambilan keputusann
pasien di bantu oleh istrinya, pasien merasa cemas akan penyakitnya
k. Interaksi social
Pasien mengatakan orang yang berpengaruh dalam hidupnya yaitu
keluarganya, jika da masalah pasien selalu menyelesaikan masalahnya
dengan istrinya
l. Pola nilai dan keyakinan
Sebelum sakit: pasien melaksanakan sholat 5 waktu
Saat sakit: pasien hanya bias berdoa agar segerda sembuh dari
penyakitnya
B. Analisa Data
Data Fokus Problem Etiologi
DS : pasien mengatakan nyeri pada luka Nyeri akut Prosedur invasivf
bekas operasi (prosedur tindakan
p : nyeri bekas luka operasi, jika kepala pembedahan)
digerakkan terasa nyeri
q : rasanya seperti di tusuk-tusuk jarum
r : nyerinya terasa di wajah sebelah
kanan, kadang sampai kepala
s : skala nyeri pasien 5
t : hilang timbul 5 menit

DO: TD 120/80 mmhg, RR 24x/menit,


Suhu 36,5, Nadi 90x/menit, pasien
tampak meringis kesakitan
C. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan prosedur invasif (prosedur tindakan
pembedahan)

D. Pathways

Pertumbuhan sel yang


abnormal

Invasi jaringan

Limpogen dan hematogen

Menghancurkan integritas jaringan

Lisis (kematian sel jaringan)

Pertumbuhan jaringan yang abnormal

Prosedur tindakan invasif

Nyeri akut
E. Fokus Intervensi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Setelah dilakukan tindakan Pain management
keperawatan diharapkan pain level, 1. Lakukan pengkajian nyeri
pain control, comfort level dengan secara komprehensif termasuk
kriteria hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu frekuensi, kualitas dan factor
penyebab nyeri , mampu presipitasi
mengenali akan tehnik non 2. Lakukan pengkajian vital sign
farmakologi untuk mengurangi 3. Berikan posisi yang nyaman
nyeri) untuk mengurangi nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri 4. Ajarkan teknik non
berkurang dengan menggunakan farmakologi ( terapi musik)
manajemen nyeri Analgesic Administration
3. Mampu mengenali skala nyeri 5. Kolaborasikan dengan dokter
(skala, intensitas, frekuensi dan utuk pemberian analgesic
tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
BAB IV

APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISET

A. Identitas Klien
Nama : Tn.H
Umur : 43th
Pendidikan : SMP
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Tegal
Pekerjaan : Swasta
Tanggal MRS : 16-4-2018
Diagnosa Medis: Ca Maxila
Identitas penanggungjawab
Nama : Ny.W
Umur : 32th
Pendidikan : SMP
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Tegal
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan pasien : Suami
B. Data Fokus
Data Fokus Problem Etiologi
DS : pasien mengatakan nyeri pada luka Nyeri akut Prosedur invasif
bekas operasi (prosedur tindakan
p : nyeri bekas luka operasi, jika kepala pembedahan)
digerakkan terasa nyeri
q : rasanya seperti di tusuk-tusuk jarum
r : nyerinya terasa di wajah sebelah
kanan, kadang sampai kepala
s : skala nyeri pasien 5
t : hilang timbul 5 menit

DO: pasien tampak meringis kesakitan

C. Diagnosa Keperawatan Yang Berhubungan Dengan Jurnal


Nyeri akut berhubungan dengan prosedur invasif (prosedur tindakan
pembedahan)
D. Evidence Based Nursing Practice Yang Diterapkan Di Pasien
Dari data fokus yang diperoleh maka diambil diagnosa keperawatan nyeri
akut berhubungan dengan prosedur tindakan invasif, untuk evidence based
nursing practice yang diterapkan yaitu manajemen nyeri dengan terapi musik
E. Analisa Sintesa Justifikasi

Prosedur invasif tindakan


pembedahan

luka

Kerusakan integritas kulit


dan jaringan

Nyeri akut

Manajemen nyeri terapi


musik

F. Landasan Teori Terkait Penerapan Evidence Based Nursing Practice


Tindakan operasi menyebabkan terjadinya perubahan kontinuitas
jaringan tubuh. Pada proses operasi digunakan anastesi agar pasien tidak
merasakan nyeri, namun setelah operasi selesai dan pasien mulai sadar akan
merasakan rasa nyeri pada bagian tubuh yang dilakukan tindakan operasi.
Tidak ada dua individu mengalami rasa nyeri yang sama dan tidak ada
kejadian nyeri yang sama menghasilkan sensasi rasa nyeri atau respon nyeri
yang identik sama pasa seorang individu karena nyeri bersifat subyektif (perry
& potter 2010).
Menurut Greer (2003 dalam Beratzky 2011), terapi musik adalah
penggunaan music untuk relaksasi, mempercepat penyembuhan,
meningkatkan fungsi mental dan menciptakan rasa sejahtera. Music dapat
mempengaruhi fungsi-fungsi fisiologis, seperti respirasi, denyut jantung dan
tekanan darah. Music juga merangsang pelepasan hormone endorfin, hormone
tubuh yang memberikan perasaan senang yang berperan dalam penurunan
nyeri sehingga
music dapat digunakan untuk mengalihkan rasa nyeri sehingga pasien merasa
nyerinya berkurang.
BAB V

PEMBAHASAN

A. Justifikasi Pemilihan Tindakan Berdasarkan Evidence Based Nursing


Peneliti memilih tindakan manajemen nyeri terapi musik kepada pasien
sebagai intervensi keperawatan karena berdasarkan diagnosa keperawatan
yang didapat dari hasil pengkajian pasien muncul masalah nyeri akut
berhubungan dengan prosedur tindakan invasif pembedahan. Kemudian
pemilihan manajemen nyeri dengan terapi musik secara bernar juga
berdasarkan riset yang telah dilakukan penelitian.
1. Judul Penelitian
Manajemen nyeri menggunakan terapi musik pada pasien post section
caesarea
2. Peneliti
Lenny Irmawanty dan Mekar Ratilasari
3. Metode Penelitian
Metode peneilitan menggunakan quasy eksperimen melalui pendekatan
pretest-postest with control group
4. Penatalaksanaan
B. Mekanisme Penerapan Evidence Based Nursig Practice Pada Kasus
Waktu pelaksanaan terapi music yaitu selama 30 menit, music yang di
gunakan music sesuai pilihan pasien yang bersifat music non dramatis,
dinamikanya bias di prediksi, memiliki nada yang lembut, harmonis, tidak
berlirik dan temponya 60-80 beat.
C. Hasil Yang Dicapai
Sebelum dilakukan terapi music pasien sebelumya di ukur dulu tingkat nyeri
pasie dengan menggunakan skala numerik, didapatkan skala nyeri pasien yaitu
5 (nyeri sedang) TD 120/80 mmhg, RR 24x/menit, Suhu 36,5, Nadi
90x/menit. Setelah dilakukan terapi musik selama 30 menit kemudia nyeri
pasien di ukur kembali dengan skala nyeri numerik didapatkan hasil yaitu
skala nyeri pasien 3 (nyeri ringan) TD 120/80 mmhg, RR 23x/menit, Suhu
36,5, Nadi 89x/menit
D. Kelebihan Dan Kekurangan Aplikasi Evidence Based Nursing
Kelebihan dari terapi music dalam manajemen nyeri yaitu dalam
pengaplikasiannya mudah dilakukan dan tidak membutuhkan alat yang rumit,
hanya memanfaatkan gadget pasien sebagai alat untuk memutas musik.
Kekurangan dari terapi music yaitu pasien kurang terfokus dalam musiknya
karena keadaan ruangan yang sangat ramai sehingga pasien tidak dapat
berkonsentrasi sepenuhnya.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tumor maksila adalah suatu pertumbuhan jaringan baru yang terjadi di
sinus maksilaris cenderung menginvasi jaringan sekitarnya dan bermetastase
ke tempat-tempat jauh. Pada pasien dengan tumor maksila yang dilakukan
tindakan pembedahan biasanya merasakan nyeri akibat luka post operasi.
Pada pasien Tn.H merasakan nyeri, untuk mengurangi rasa nyeri tersebut
diberikan terapi musik untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien
B. Saran
Diharapkan rumah sakit memperbanyak implementasi keperawatan yang
setiap tahunnya berkembang, dan dapat mengaplikasikan hasil penelitian lain
sebagai implementasi keperawatan terhadap pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bernatzky, G, Presch, M. Dkk. Emotional Foundation of Music as a Non-


Pharmacological Pain Management Tool in Modern Medicine. Neuroscience and
Biobehavioral Reviews, 30(60):11.2011
2. Huda, amin dkk. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diganosa Medis &
Nanda.. MediAction. Yogyakarta.2017
3. Roezin, A, Armiyanto. Tumor Hidung dan Sinonasal. Dalam Soepardi, EA et al.,
(Eds) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. ed
6 Balai Penerbit FKUI, Jakarta 2009; p.178-181
4. Potter, P.A.Perry, Anne Griffin. (eds). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 7 volume 2. EGC. Jakarta. 2010B
5. Sylvia A., Wilson, Lorraine M. 2010. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC
6. Soetjipto, D, Mangunkusumo, E. Sinus Paranasal. Dalam Soepardi, Efiaty Arsyad,
et al.,(Eds) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala &
Leher. ed 6 Balai Penerbit FKUI, Jakarta 2009; p.145-14

Anda mungkin juga menyukai