Nur Ainiyah
Institut Agama Islam Ibrahimy Situbondo
nurainiyah078@gmail.com
Media literacy are the ability to know, analyze and deconstruct media image.
The ability to make audience as mass media consumer like many people could
know how to use mass media and social media. How mass media do
contructing every information or media content to influence audience. Media
literacy teach public to choose media content which is true or untrue (hoax).
The knowledge of media literacy in the education world are important. Social
media situation now are unclear. Netizen as social media user is always write
and spread hated speech, issues and hoax to reach popularity. Negative
behavior of netizens in the social media era, such as spread of untrue news
(hoax), blasphemy and slander, black campaign, and various other negative
behavior that every day can be found on smartphone which is a reflection of the
bad behavior. This condition is sometimes exacerbated by the role of media
contaminated with political interests and double standards so that only the
party supporters news who get the most benefit in their message. So the
knowledge of media literacy should transmit for public in the educational
world.
65
Nur Ainiyah – Literasi Media dalam Dunia Pendidikan
Akan tetapi dewasa ini ketika setidaknya akan membantu dalam dunia
perkembangan media dan teknologi berjalan pendidikan.
sangat cepat sehingga memungkinkan Dalam artikel ini disajikan bagaimana
pengguna media untuk melek informasi pengetahuan akan literasi media dan
agar tidak terjebak pada arus informasi yang informasi menjadi sangat penting untuk
keliru atau Hoax. Dunia pendidikan harus menjadikan dunia pendidikan sebagai
menjadi pioner media yang netral lepas dari wilayah keilmuan yang berwibawa dan
berbagai kepentingan elite yang mencoba terhormat artinya lepas dari berbagai
menjadikan dunia pendidikan sebagai kepentingan yang mencoba menjadikan
sarana untuk memperoleh popularitas, dunia pendidikan sebagai alat pencitraan
pencitraan dan kekuasaan. Maka dan kekuasaan segelintir elite. Hal ini
pengetahuan akan literasi media dan penting terkait dengan banjirnya informasi
informasi dalam dunia pendidikan harus terus menerus yang sulit diketahui
tidak bisa ditinggalkan. Yang dimaksud kebenarannya. Dunia pendidikan dimana
dengan literasi media adalah “ability to selalu berhubungan new information harus
access, analize, evaluate and communicate the bisa memahami sejauh mana informasi yang
content of media messages”. Literasi media benar dan penting sehingga tidak terjebak
juga bermakna kemampuan untuk dalam banjir informasi yang tidak jelas.
memahami, menganalisis dan mende- beragam informasi mulai dari informasi
konstruksi pencitraan media. Kemampuan aktual, intertaiment, wisata, food dan
untuk melakukan ini ditujukan agar pemirsa pendidikan sulit diyakini kebenaran
sebagai konsumen media massa termasuk contentnya ketika arus informasi dan hoax
anak-anak menjadi sadar atau melek tentang menghinggapi dinding media sosial
cara media dikonstruksi/dibuat dan diakses pengguna smartphone saat ini. Literasi
(Harjanto, 2006: 247). media menjadi kebutuhan pada abad ini,
Seiring perjalanan waktu, arus agar output pendidikan menjadikan agen
informasi semakin mudah disebarkan. agennya lebih santun, beretika dan
Begitu pula teknologi yang menghantarkan bermoral.
informasi kian cepat per-kembangannya.
Publik sebagai sasaran atau target
penyediaan informasi tentu sangat Apa itu Media Pendidikan
diuntungkan dengan perkembangan dan Media Informasi?
teknologi komunikasi masa kini. Namun, di
lain pihak tidak sedikit perusahaan media Media pendidikan merupakan alat
yang gencar melakukan penyediaan yang digunakan dalam rangka proses belajar
informasi sebagai bisnis menggiurkan yang mengajar untuk memperoleh tujuan
akhirnya menciptakan apa yang disebut pembelajaran yang diinginkan. Hal ini
sebagai industri media. kemudian dirumuskan dalam konsep media
Akan tetapi kenyataan ini tidak pembelajaran yang digunakan di lembaga-
diimbangi dengan kecerdasan dalam lembaga pendidikan. Begitupun media
mengolah informasi (baca: bermedia). informasi merupakan alat untuk
Kemampuan literasi media yang buruk akan memberikan informasi utuh dengan tujuan
membawa dampak yang buruk terhadap penerima informasi memahami maksud dari
informasi yang diperoleh terkait dengan informasi yang diterima tanpa adanya
kebenaran dari informasi tersebut. Maka perbedaan makna.
membangun kesadaran berliterasi media Banyak batasan yang diberikan orang
tentang media. Assosiasi Teknologi dan
66
JPII Volume 2, Nomor 1, Oktober 2017
67
Nur Ainiyah – Literasi Media dalam Dunia Pendidikan
1. Membangkitkan motivasi dan minat media atau paham media. Maka sudah
belajar siswa. selayaknya kemudian guru dan siswa baik
2. Menjelaskan konsep baru agar siswa sebagai komunikator pendidikan mupun
dapat memahami tanpa kesulitan dan komunikan pendidikan memahami literasi
salah pengertian. media.
3. Menyamakan persepsi, apalagi kalau
konsep baru tersebut mempunyai arti
lebih dari satu (Suyanto, 2000: 101). Berkenalan dengan Literasi Media
Media merupakan salah satu sarana
untuk meningkatkan kegiatan proses belajar Informasi merupakan sebuah entitas
mengajar. Karena beraneka ragamnya media yang berpotensi untuk menjadi sebuah
tersebut maka, masing-masing media kekuatan sekaligus sumber kebingungan
mempunyai karakteristik yang berbeda. bagi banyak orang. Setiap hari kita ditantang
Untuk itu perlu memilihnya dengan cermat untuk berhadapan dengan informasi yang
dan tepat agar dapat digunakan secara tepat melimpah ruah dan melaju dengan kencang,
guna (Anderson, 1987: 15). Semua media dalam berbagai format yang terhitung pula
memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh jumlahnya. Keterampilan dasar dalam melek
sebab itu, guru perlu memahami kriteria informasi yang tidak lain adalah
media belajar dan pembelajaran yang baik kemampuan untuk mengakses,
yang dapat digunakan sebagai pegangan mengevaluasi dan menggunakan informasi
dalam memilih media yang akan digunakan. dari berbagai sumber secara efektif, menjadi
Kriteria tersebut yaitu: sebuah keahlian yang teramat penting dan
1. Media menyajikan informasi yang sesuai harus dikuasai oleh semua pihak baik
dengan tujuan dan materi pembelajaran pustakawan maupun penggunnya.
yang akan diselenggarakan. Konsep “literasi informasi”
2. Sesuai dengan karakteristik kelas diperkenalkan pertama kali oleh Paul
termasuk jumlah siswa. Zurkowski, presiden information industry
3. Sesuai dengan kegiatan belajar dan association dalam proposalnya yang
pembelajaran yang dirancang. ditujukan pada Natioanal Commision on
4. Sesuai dengan tempat penyelenggaraan Libraries and Informtion Science (NCIS di
belajar dan pembelajaran apakah di Amerika Serikat pada 1974. Proposal
dalam ruangan yang kecil, ruang yang tersebut merekomendasikan tentang
luas, atau di luar ruangan. dimulainya sebuah program nasional untuk
5. Memuat informasi yang dapat mencium pencapaian masyarakat yang melek
terjadi proses pembelajaran yang informasi pada masa yang akan datang yang
interaktif dan tidak sebaliknya justru telah diprediksikan.
menyajikan keseluruhan materi yang Menurut Zurkowski, “masyarakat
akan diajarkan. yang mampu dan terampil dalam
6. Tampilan sederhana dan singkat tetapi menggunakan sumber informasi dalam
memperjelas pemahaman bukan bidang pekerjaan mereka dapat dikatakan
sebaliknya justru membuat siswa sebagai masyarakat yang melek informasi.
semakin bingung. Mereka telah mempelajari dengan terampil
Dari beberapa kebutuhan tersebut bagaimana caranya menggunakan sejumlah
merupakan gambaran ideal media alat informasi untuk memecahkan masalah
pembelajaran dan media informasi dunia mereka”. Dua tahun kemudian Burchinal
pendidikan. Namun yang tidak kalah urgen mengemukakan satu definisi yang lebih
adalah bagaimana kita melek media, “ngaji” kompleks, “Untuk menjadi orang yang
68
JPII Volume 2, Nomor 1, Oktober 2017
69
Nur Ainiyah – Literasi Media dalam Dunia Pendidikan
70
JPII Volume 2, Nomor 1, Oktober 2017
71
Nur Ainiyah – Literasi Media dalam Dunia Pendidikan
secara nasional untuk mengoptimalkan pertimbangan bagi manusia yang sadar akan
semua potensi dan partisipasi masyarakat pntingnya untuk mengecek kebenaran
yang dilakukan secara bertahap dan informasi.
berkesinambungan, adapaun bentuknya
dapat dilakukan melalui; membangun
kesadaran terhadapa keberadaan media baik Penguatan Literasi Media dalam
media massa maupun media sosial, Dunia Pendidikan
membangun pendidikan literasi di sekolah,
menyelenggarakan pelatihan dan Dalam Framework for 21st Century
pembinaan literasi, membentuk komunitas Learning digambarkan bahwa core dalam
literasi melalui jejaring sosial dan pendidikan di abad ini menekankan pada
memberikan reward pada masyarakat yang pembelajaran dan keterampilan yang
dinilai berhasil dalam membudayakan inovatif, pembelajaran hidup dan
literasi. keterampilan berkarir, serta pemanfaatan
Dunia pendidikan merupakan area media informasi dengan menggunakan
strategis untuk membangun kesadaran keterampilan memanfaatkan teknologi.
budaya literasi media maka beberapa Learning and innovation skill yang meliputi
langkah yang bisa dilakukan dengan: kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi,
Pertama, Mengkondisikan lingkungan berkolaborasi dan berkreasi (4Cs)
fisik ramah literasi, sekolah dan dunia dikembangkan ke dalam core subject yang
pendidikan yang mendukung budaya berisi penguatan tentang civic literacy, global
literasi akan memajang karya peserta didik awareness, financial literacy, health literacy, dan
di area ssekolah, selain itu siswa juga bisa environmental literacy. Pada aspek
mengakses buku dan bahan bacaan lain pengembangan keterampilan hidup dan
yang mendukung budaya literasi. berkarir memuat tentang “flexibility and
Kedua, Mengupayakan lingkungan adaptability, initiative and self-direction, social
sosial dan afektif sebagai model komunikasi and cross-cultural interaction, productivity and
dan interaksi yang literate, hal ini dibangun accountability, leadership and responsibility”.
melalui komunikasi dan interaksi seluruh Aspek ketiga yaitu literasi media
komponen sekolah melalui berbagai ditujukan bagi mengumpulkan dan atau
kegiatan seperti festival buku, lomba poster, mengolah kembali informasi, mengevaluasi
menulis cerita fiksi dan lainnya. kualitas, relevansi dan kegunaan informasi,
Ketiga, Mengupayakan sekolah serta melakukan pengecakan terhadap
sebagai lingkungan akademik yang literate keakuratan informasi yang diperoleh. Lihat
dengan memberikan alokasi waktu yang gambar framework pemahaman literasi
cukup untuk pemahaman literasi. Seperti media berikut:
memberikan waktu 15 menit bagi siswa
untuk membaca dan menuliskan kembali
apa yang sudah dibaca.
Tiga hal ini merupakan alternatif
langkah dalam membangun budaya literasi.
Maka kecenderungan untuk membaca dan
menulis akan membawa pada langkah
cerdas dan pintar dalam mengakses
danmengolah informasi di dunia
pendidikan. Hal hal yang tidak etis untuk
diinformasikan kembali akan menjadi
72
JPII Volume 2, Nomor 1, Oktober 2017
Gerakan literasi media ke dalam terkadang kalah cakap dari peserta didiknya
dunia pendidikan penting dilakukan karena dalam mengenal dan menggunakan media
para peserta didik kita adalah dari generasi internet (Dirjen Dikdas, 2015: 9).
millenial sedang berada dalam abad Dalam Panduan Gerakan Literasi
teknologi dan informasi. Meskipun gerakan Sekolah di SMA/SMK yang diterbitkan oleh
literasi di tingkat SD dan SMP masih fokus Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
pada sumber bacaan berupa media cetak Menengah Kementerian Pendidikan dan
seperti buku, majalah, koran, dan Kebudayaan membagi literasi media ke
seterusnya. Namun secara tersirat dalam lima komponen. Pertama, yaitu
menyebutkan bahwa kemampuan literasi kemampuan mendengar, membaca, dan
diharapkan pula menumbuh kembangkan menulis (basic literacy). Kedua, yaitu
kemampuan peserta didik mengakses kemampuan untuk mengembangkan basic
beragam informasi dari sumber-sumber literacy ke arah pemanfaatan sumber dari
lainnya. Apalagi mereka yang ada dalam perpustakaan (library literacy). Ketiga, berupa
satuan pendidikan mulai dari SD/MI sampai kemampuan untuk mengetahui berbagai
dengan SMA/MA selain sebagai warga bentuk media yang berbeda, seperti media
negara juga sudah menjadi warga jaringan cetak, media elektronik (media radio, media
(netizen) yang aktif menjadi media teknologi televisi), media digital (media internet), dan
komunikasi seperti dalam kehidupan sehari- memahami tujuan penggunaannya (media
hari. Mereka sudah menjadi bagian dari literacy). Keempat, kemampuan memahami
komunitas technology natives (pengguna asli kelengkapan yang mengikuti teknologi
teknologi) karena sejak lahir sudah seperti peranti keras (hardware), peranti
berinteraksi dalam era teknologi. Sementara lunak (software), serta etika dan etiket dalam
itu para guru sebagian besar masih termasuk memanfaatkan teknologi. Berikutnya,
kategori pendatang baru (migran) ke dunia kemampuan dalam memahami teknologi
baru TI atau Teknologi Informasi sehingga untuk mencetak, mempresentasikan, dan
73
Nur Ainiyah – Literasi Media dalam Dunia Pendidikan
mengakses internet (technology literacy). hasil penelusuran datanya kepada guru dan
Kelima, pemahaman tingkat lanjut antara peserta didik lain lain. Dengan kata lain
literasi media dan literasi teknologi, yang maka peran PKn bukan saja sebagai
mengembangkan kemampuan dan resources informasi, melainkan penyiapan
kebutuhan belajar dengan memanfaatkan attitude dan self control bagi netizen.
materi visual dan audiovisual secara kritis
dan bermartabat atau diistilahkan sebagai
visual literacy (Dirjen Dikdas, 2014: 15). Etika Berinternet Bagian dari Literasi
Tantangan bagi pengembangan Media dalam Dunia Pendidikan
literasi media ke dalam PKn tidak hanya
kecakapan guru, tetapi yang perlu untuk Pembekalan etika berinternet bagi
diperhatikan yaitu budaya instan dalam para peserta didik merupakan bagian dari
mengakses informasi melalui media internet. tanggung jawab untuk melindungi mereka
Budaya inilah yang menyebabkan para dari dampak buruk media. Hobbs
netizen kurang peka dalam merespon setiap menyinggung pentingnya literasi media
informasi dan acapkali latah untuk sebagai kapasitas penting yang harus
menyebarluaskan informasi yang belum dimiliki oleh pendidik maupun orang tua.
valid kepada netizen lainnya. Mereka Pemberian literasi media kepada peserta
barangkali sudah dibekali dengan sarana didik yang terintegrasi antara di rumah dan
memperoleh informasi yang mudah dan sekolah dan orang tua melalui upaya
keterjangkauan alat komunikasi bagi semua pendidikan dan pendampingan. Upaya yang
kalangan, tetapi penyiapan mental dilakukan diantaranya adalah dengan
pengguna media internet belum sepenuhnya membekali mereka dengan etika berinternet
berjalan dengan baik. Pada konteks inilah secara sehat. Etika dalam berinternet secara
pendidikan harus hadir untuk membekali sehat diperlukan sebab Indonesia telah
masyarakat, terutama generasi mudanya merumuskan dan mengesahkan peraturan
sebagai penikmat dari kemajuan teknologi perundang-undangan yang mengatur sanksi
tersebut agar terarah ke hal-hal yang bagi orang yang menyalahgunakan media
produktif. Apalagi ketika guru memberikan informasi termasuk internet untuk
tugas untuk mencari informasi dari media merugikan orang lain atau melakukan
internet guna mendukung keluasan dari tindakan melawan hukum yaitu dengan
materi yang diberikan, maka para peserta diterbitkannya Undang-Undang Nomor 11
didik harus dipertemukan dengan konten- Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
konten materi yang lebih inovatif dan padat Elektronik (UU ITE). Beberapa materi
isi. Hal ini guna merangsang daya kritis perbuatan yang dilarang (cyber crimes) yang
mereka tidak hanya terhadap isi konten diatur dalam UU ITE, antara lain:
yang ada tetapi juga memastikan bahwa 1. Konten ilegal, yang terdiri dari, antara
sumber rujukan dari internet seperti situs- lain: kesusilaan, perjudian,
situs pemerintah, blog, jurnal ilmiah, portal penghinaan/pencemaran nama baik,
berita online dan sebagainya memiliki nilai pengancaman dan pemerasan (Pasal 27,
kebenaran dan kejujuran yang dapat Pasal 28, dan Pasal 29);
dipertanggungjawabkan. Artinya, para 2. Akses ilegal (Pasal 30);
peserta didik secara tidak langsung akan 3. Intersepsi ilegal (Pasal 31);
mempraktekkan cara berpikir dan bertindak 4. Gangguan terhadap data (data
yang ilmiah dari mulai mengamati, interference, Pasal 32);
menanyakan, mengumpulkan informasi, 5. Gangguan terhadap sistem (system
mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan interference, Pasal 33); dan
74
JPII Volume 2, Nomor 1, Oktober 2017
75
Nur Ainiyah – Literasi Media dalam Dunia Pendidikan
76
JPII Volume 2, Nomor 1, Oktober 2017
77