Anda di halaman 1dari 19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka
B. Kajian Teori
A. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
„tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟.Medium adalah perantara yang mengantar
informasi antara sumber dan penerima.1 Media merupakan sesuatu yang bersifat
menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien
(siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya 2. Media
juga sebagai perantara atau penghantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apapun
batasanya yang diberikan, namun ada persamaan dari batasan tersebut yaitu media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap, dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan
lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media
dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,
photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun
kembali informasi visual atau verbal.3
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali.

1
Egi, G. Arifin, R. Wakhid ,A. dan Siska, D.F, “Penggunaan Permainan Monopoli Fisika dalam
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa”. Jurnal Radiasi. Vol.4.No.1. Egi Gustomo Arifin, h. 82
2
Asnawir & Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta:Ciputet Pers, 2002), h.11.
3
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2005), h. 3
Media pendidikan digunakan secara bergantian dengan istilah alat bantu atau
media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Hamalik, di mana ia melihat
bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal
apabila menggunakan alat bantu yang di sebut media komunikasi. Pemakaian
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap
siswa, sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih bermakna.
1. Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar
yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan yang ditata dan
diciptakan oleh guru. Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruhpengaruh psikologis terhadap siswa.
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran
akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian
pesan dan isi pembelajaran saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan
minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa
meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan
terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Tujuan informasi media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka
penyajian informasi dihadapan sekelompok siswa, isi dan bentuk
penyajian bersifat sangat umum, berfungsi sebagai penghantar, ringkasan
laporan, atau pengetahuan latar belakang. Fungsi motivasi dalam media
pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan.
Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para
siswa atau pendengar untuk bertindak (turut memikul tanggung jawab,
melayani secara sukarela, atau memberikan sumbangan material). Media
berfungsi untuk tujuan intruksi dimana informasi yang terdapat dalam
media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun
dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi.
2. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran yaitu sebagai berikut:4

a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan


informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses
dan hasil belajar.
b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan
perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,
interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan
kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan
kemampuan dan minatnya.
c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang,
dan waktu.
d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman
kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa dilingkungan mereka,
seperti memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru,
masyarakat, dan lingkungannya.

Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai


berikut:5

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis


(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera
3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik; dalam hal ini media pendidikan
berguna untuk:

Penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan semangat dalam


proses pembelajaran dan media pembelajaran dapat memperjelas
penyajian pesan dan informasi dapat menampilkan benda yang besar dan
kecil sehingga proses belajar mengajar dapat menjadi lebih hidup.

1. Jenis-jenis media pembelajaran

4
Azhar Arsyad,Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 27
5
Arif Susanto,“Permainan Monopoli sebagai Media Pembelajaran Sub Materi Sel pada Siswa SMA
Kelas XI IPA.” Diakses pada tanggal 29 Oktober 2018 dari situs: http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu
Jenis-jenis media pembelajaran secara umum dapat dibagi menjadi:6
1. Media visual: media visual adalah media yang bisa dilihat, dibaca dan
diraba. Media ini mengandalkan indra penglihatan dan peraba. Berbagai
jenis media ini sangat mudah untuk didapatkan. Contoh media yang sangat
banyak dan mudah untuk didapatkan maupun dibuat sendiri. Contoh:
media foto, gambar, komik, gambar tempel, poster, majalah, buku,
miniatur, alat peraga dan sebagainya.
2. Media audio: media audio adalah media yang bisa didengar saja,
menggunakan indra telinga sebagai salurannya. Contohnya: suara, musik
dan lagu, alat musik, siaran radio dan kaset suara atau CD dan sebagainya.
3. Media audio visual: media audio visual adalah media yang bisa didengar
dan dilihat secara bersamaan. Media ini menggerakkan indra pendengaran
dan penglihatan secara bersamaan. Contohnya: media drama, pementasan,
film, televisi dan media yang sekarang menjamur, yaitu VCD. Internet
termasuk dalam bentuk media audio visual, tetapi lebih lengkap dan
menyatukan semua jenis format media, disebut Multimedia karena
berbagai format ada dalam internet.
4. Media permainan: suatu medium yang sangat tepat untuk perkembangan
sosial dan moral anak karena anak harus mematuhi aturan-aturan tertentu
apabila ingin menikmati permainan bersama-sama. Begitu pentingnya
permainan bagi anak-anak karena mempunyai kesempatan yang sama
untuk lebih kreatif, inovatif baik kelompok atau individual. Penggunaan
media dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru harus teliti dalam
pemilihan atau penetapan suatu media yang ingin digunakan, supaya
kegiatan pembelajaran yang dilakukan lebih menarik dan dapat
memotivasi siswa dalam belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Seperti halnya penggunaan media yang mudah digunakan dan
didapatkan maupun dibuat sendiri contohnya media game ludo.
B. Permainan (Game)
Permainan (game)adalah setiap kontes antara para pemain yang berinteraksi
satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu pula. Jadi permainan adalah cara bermain dengan mengikuti
6
Media Pembelajaran”. dalam Wikipedia Indonesia, artikel diakses pada tanggal 29 Oktober 2018 dari
situs: https://ms.wikipedia.org/wiki/media pembelajaran.
aturan-aturan tertentu yang dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok
guna mencapai tujuan tertentu. Alat permainan adalah semua alat bermain yang
dapat digunakan oleh peserta didik untuk memenuhi naluri bermainnya dan
memiliki barbagai macam sifat, seperti bongkar pasang, mengelompokkan,
memadukan, merangkai, membentuk, atau menyusun sesuai dengan bentuk
aslinya. Setiap permainan harus mempunyai empat komponen utama, yaitu:7
1. Adanya pemain
2. Adanya lingkungan di mana para pemain berinteraksi
3. Adanya aturan-aturan main,dan
4. Adanya tujuan-tuijuan tertentu yang ingin dicapaai
1. Kelebihan dan Kekurangan Permainan
1) Kelebihan permainan antara lain:8
a. Permainan adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan dan
sesuatu yang menghibur.
b. Permainan memungkinkan adanya partisipasi aktif dari siswa untuk
belajar.
c. Permainan dapat memberikan umpan balik langsung.
d. Permainan memungkinkan penerapan konsep-konsep ataupun
peranperan ke dalam situasi dan peranan yang sebenarnya di
masyarakat.
e. Permainan bersifat luwes.
f. Permainan dapat dengan mudah dibuat dan diperbanyak.
2) Kekurangan permainan antara lain: 9
a. Karena asyik, atau karena belum mengenai aturan / teknis pelaksanaan.
b. Dalam mensimulasikan situasi sosial permainan cenderung terlalu
menyederhanakan konteks sosialnya sehingga tidak mustahil siswa
justru memperoleh kesan yang salah.

7
Arief S. Sadiman, Media Pendidikan. (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2006), h. 78.
8
Arief S. Sadiman, Media Pendidikan..., h. 78
9
Arief S. Sadiman, Media Pendidikan..., h. 79
c. Kebanyakan permainan hanya melibatkan beberapa orang siswa
saja,padahal keterlibatan seluruh siswa / warga belajar amatlah penting
agar proses belajar bisa lebih efektif dan efisien.

Jadi penggunaan media yang lazim digunakan dalam kegiatan belajar


mengajar pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, termasuk
permainan.Permainan dapat merangsang untuk belajar sesuatu yang baru dan
dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi peserta didik karena
terjalin interaksi antar pemain, selain itu dapat memberikan dasar bagi
pencapaian macam-macam keterampilan untuk memecahkan masalah. Namun
jika pelaksanaan permainan tidak dipantau oleh guru akan terjadi kesalahan
dalam teknis pelaksanaan dikarenakan asyik atau tidak paham aturan. Selain
itu permainan yang kurang menantang atau susah akan mengakibatkan peserta
didik cepat bosan.

Jenis-jenis permainan (game) yang dapat digunakan dalam media


pembelajaran:

1. Gasing: mengetahui masalah yaitu kecepatan atau rotasi.


2. Puzzle: memecahkan masalah yaitu menyusun gambar,
3. Monopoli, dan
4. Ludo
C. Permainan Ludo
D. Minat Belajar
1. Pengertian Minat Belajar
Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan. Seseorang yang berminat
terhadap suatu aktivitas dan memperhatikan itu secara konsisten dengan rasa
senang.10
Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari
keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Karena itu minat belajar adalah
kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan,
kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman.
Menurut bloom, minat adalah apa yang disebutnya sebagai
subjectrelated affect, yang didalamnya termasuk minat dan sikap terhadap
10
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta. 1995) hal 20
materi pelajaran. Namun ternyata sulit menemukan pembatas antara minat dan
sikap terhadap materi pelajaran. Yang tampak adalah sebuah kontinum yang
terentang dari pandangan (affect) negatif terhadap suatu pelajaran.
Ini dapat diukur dengan menanyakan pada siswa apakah ia
mempelajari itu, apa yang ia sukai atau tidak disukainya mengenai pelajaran
dan berbagai pendekatan dengan menggunakan quisioner yang berupaya
meningkatkan berbagai pendapat, pandangan, dan preferensi yang mungkin
menunjukkan suatu afek positif atau negatif terhadap suatu pelajaran.
Menurut Nasution belajar sebagai perubahan kelakuan berkat
pengalaman dan latihan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan
bahwa belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian, berlatih, dan berubah
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Dengan
belajar tindakan atau perilaku siswa berubah menjadi baik. Berhasil atau
tidaknya perubahan baik itu tergantung pada siswa itu sendiri dan tergantung
pula oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Kondisi kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar.
Itu berarti bahwa minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan daya tarik
tersendiri untuk memperhatikan suatu obyek tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa kurangnya
minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu
bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru.
Perasaan subyektif siswa tentang mata pelajaran atau seperangkat tugas
dalam pelajaran banyak dipengaruhi oleh persepsinya tentang mampu tidaknya
ia dalam menyalesaikan tugas-tugas itu. Pada gilirannya, persepsinya adalah
berdasarkan pada riwayat sebelumnya dan penilaian sebelumnya mengenai
hasil belajar dari tugas-tugas itu.11
2. Sebab- Sebab Timbulnya Minat Belajar
Minat pada dasarnya timbul didahului oleh suatu pengalaman
disamping adanya rangsangan-rangsangan dari suatu obyek (pelajaran) yang
ada kaitannya dengan kebutuhan dirinya. Sehubungan dengan proses
meningkatkan minat belajar ini, seperti apa yang dikatakan oleh Leater D.
Croph bahwa guru di hadapkan terutama dengan penemuan yang diperoleh
11
Ahamad Susanto. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. ( Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2013) hal 60
sesudahnya pada suatu tingkat belajar, sehingga akan dapat merencanakan
pelajarannya untuk menentukan tingkat perbedaan perhatian-perhatian yang
timbul dari pengalaman-pengalaman.12
Adapun sebab-sebab yang menimbulkan minat belajar adalah sebagai
berikut:
a. Menguasai Bahan atau Materi
Sebagai seorang guru atau pembimbing harus menguasai materi
yang akan diberikan atau disampaikan kepada siswa, karena
ketelitian dan kejelian seseorang dalam menerima pelajaran dapat
pula akan menjatuhkan wibawa seorang guru, apabila tidak
menguasai bahan yang diajarkan. Menurut M. Athiyah Al Abrosyi
menerangkan:
“Seorang guru harus sanggup menguasai mata pelajaran yang
diberikan serta memperdalam pengetahuannya tentang itu sehingga
janganlah pelajaran itu bersifat dangkal tidak melepaskan dahaga
dan tidak mengenyangkan lapar.”13
b. Penggunaan Metode
Penggunaan metode pengajaran yang baik membuat para siswa
dapat menangkap dengan baik. Siswa akan merangsang minat
untuk dapat belajar dengan sungguh-sungguh, penggunaan metode
merupakan faktor penting dalam membuka cakrawala pengetahuan
dan pandangan yang luas, sebagai sarana pengaplikasian ilmu
secara sistematis. Penggunaan metode pengajaran yang tidak sesuai
dengan apa yang diberikan, akan memalingkan dari materi yang
akan diajarkan serta menimbulkan kebosanan dalam diri mereka.
Zakiyah Darajat mengemukakan bahwa:
“Metode mengajar sebagai proses belajar mengajar yang tepat
harus dapat membuat proses belajar mengajar sebagai pengalaman
hidup yang menyenangkan dan berarti bagi anak didik.”14

12
Leater Decroph D. & Aliance Croph. D., Psikologi Pendidikan, Terjemah Z. Kasijan (Surabaya: Bina
Ilmu, 1984), hal. 352
13
Moh. Athiyah Al Abrosyi, Dasar-Dasar Pokok-Pokok Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bulan
Bintang, 1970), hal. 139
14
Zakiah Darajat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hal. 48
c. Penampilan (Performance) dalam Mengajar
Penampilan yang diberikan dalam mengajar seharusnya
menarik, menyenangkan dan lugas, sehingga memberikan wahana
pesona bagi siswa untuk dapat menerima pelajaran dan
meningkatkan kemampuannya.
Penampilan guru yang baik dapat membantu menumbuhkan
dan membangkitkan minat belajar siswa, dapat membantu
memusatkan perhatian siswa, dapat mengurangi kelelahan belajar.
d. Kegairahan dan kesediaan untuk belajar
Seorang guru yang pengalamannya luas tidak akan memaksa
muridnya untuk mempelajari sesuatu diluar kemampuannya dan
tidak akan memompa otaknya dengan kemampuan yang tidak
sesuai dengan kematangannya atau tidak sejalan dengan
pengalaman yang lalu serta tidak akan menggunakan metode yang
tidak sesuai dengan mereka dan tidak membangkitkan keadaan
jiwa mereka.
e. Mengevaluasi suatu pelajaran
Mengadakan evaluasi terhadap satuan pelajaran adalah suatu
pekerjaan yang penting bagi seorang guru untuk mengetahui sejauh
mana hasil proses belajar mengajar. Bagi siswa kegiatan evaluasi
tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kemampuannya dalam
mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh guru. Dalam mengevaluasi
ini guru mempersoalkan sampai manakah tujuan yang dicapai.
3. Cara Membangkitkan Minat Belajar
Membangkitkan minat belajar siswa, merupakan hal yang berkaitan
dengan peranan seorang guru sebagai kunci dalam proses belajar mengajar.
Kalaupun kemampuan seorang guru dalam bidang studinya ataupun
pengalaman yang dimiliki mempunyai nilai lebih dari siswanya, merupakan
hal yang tidak patut diandalkan oleh seorang guru. Karena kemampuan yang
lebih tersebut belum tentu dapat diterima oleh seorang siswa, akan menjadi
sumber timbulnya rasa simpatik siswa kepada pengetahuan yang telah
diberikan. Disamping itu kegiatan mengajar adalah suatu aktifitas yang sangat
kompleks pula.
Untuk merealisir metode atau cara peningkatan minat belajar, maka
harus mengetahui prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam proses
mengajar. Menurut Roestiyah, prinsip-prinsip umum yang diberikan adalah:
a. Sebagai Fasilitator (menyediakan situasi dan kondisi yang
dibutuhkan oleh individu yang belajar)
b. Sebagai Pembimbing (memberikan bimbingan kepada siswa dalam
interaksi belajar)
c. Sebagai Motivator (memberikan dorongan semangat)
d. Sebagai Organisator (mengorganisir kegiatan siswa maupun guru)
e. Sebagai Manusia Sumber (memberikan informasi)15

Dengan prinsip-prinsip diatas, maka seorang guru akan mengetahui


adanya kesulitan-kesulitan yang telah dialami seorang siswa, dan bagaimana
pemecahannya.

Dari pernyataan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa upaya atau


cara membangkitkan minat belajar yang antara lain:

a. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi


Seorang guru harus menggunakan banyak variasi metode pada
waktu mengajar. Variasi metode mengakibatkan penyajian materi
pelajaran lebih menarik perhatian siswa, mudah diterima siswa,
mudah dipahami dan suasana di kelas menjadi hidup. Metode
penyajian yang selalu sama dan monoton akan membosankan siswa
dalam belajar. 16
b. Guru harus mampu menciptakan suasana yang demokratis di
sekolah
Lingkungan yang saling menghormati dapat mengerti
kebutuhan anak, bertenggang rasa, memberikan kesempatan pada
anak untuk belajar sendiri, berdiskusi untuk mencari jalan keluar
bila menghadapi masalah, akan mengembangkan kemampuan
berfikir pada diri anak, cara memecahkan masalah, hasrat ingin
tahu dan menambah pengetahuan atas inisiatif sendiri. 17
15
Roestiyah Nk, Masalah Pengajaran Suatu Sistem, (Jakarta: Bina Aksara, 1982), hal. 45
16
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), hal 67
17
Ibid, hal. 95
c. Pergunakan tes dan nilai secara bijaksana
Pada kenyataannya tes dan nilai digunakan sebagai dasar
berbagai hadiah sosial (seperti pekerjaan penerimaan lingkungan
dan sebagainya). Menyebabkan tes dan nilai dapat menjadi
kekuatan untuk memotovasi siswa. Siswa belajar pasti ada
keuntungan yang di asosiasikan dengan nilai yang tinggi. Dengan
demikian memberikan tes nilai mempunyai efek untuk memotivasi
belajar.
Tetapi tes dan nilai harus dipakai secara bijaksana, yaitu untuk
memberi informasiinformasi pada siswa lainnya, penyalahgunaan
tes dan nilai akan mengakibatkan menurunnya keinginan siswa
untuk berusaha dengan baik.18
d. Menumbuhkan bakat, sikap dan nilai
Belajar mengandung pengetahuan, pengalaman dan
ketrampilan yang meliputi seluruh pembinaan individu terhadap
dirinya, naluri, sikap dan pembinaan nilai-nilai sekolah jika ingin
menghasilkan untuk masyarakat sebagai warga negara yang baik
dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan berusaha
meningkatkan taraf hidupnya, haruslah membekalinya dengan
bakat yang terpuji, sikap-sikap yang baik dan nilai-nilai yang
diterima oleh masyarakat.19

Selain itu, pelajaran berjalan lancar bila ada minat. Anak-anak


malas, tidak belajar, gagal karena tidak adanya minat. Minat antara lain
dapat dibangkitkan dengan cara-cara berikut:

a. Bangkitkan suatu kebutuhan (kebutuhan untuk menghargai keindahan,


untuk dapat penghargaan, dan sebagainya).
b. Hubungkan dengan pengalaman yang lampau.
c. Beri kesempatan untuk mendapat hasil baik, “Nothing succeeds
like succes”.

18
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor, … hal. 179
19
Zakiyah Darajat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hal. 32
Tak ada yang lebih memberi hasil yang baik dari pada hasil
yang baik. Untuk itu bahan pelajaran disesuaikan dengan kesanggupan
individu.
d. Gunakan berbagai bentuk metode mengajar seperti diskusi, kerja
kelompok, membaca, demonstrasi, dan sebagainya.20

Dengan demikian cara-cara yang harus dilakukan dalam meningkatkan


minat siswa terhadap proses belajar sebagai landasan pengembangan
pemikiran siswa yang dinamis dan produktif adalah dengan
memperhatikan beberapa hal, baik dari segi interaksi antar guru dan siswa,
segi pelajaran, dan sebagainya.

4. Fungsi Minat dalam Belajar


Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas
pemerolehan pembelajaran siswa, diantaranya minat. Minat dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian belajar siswa dalam bidang studi tertentu.21
Siswa yang mampu mengembangkan minatnya dan mampu
mengerahkan segala daya upayanya untuk menguasai mata pelajaran tertentu.
Minat merupakan faktor pendorong bagi anak didik dalam melaksanakan
usaha untuk mencapai keberhasilan dalam belajar dengan demikian jelas
terlihat bahwa minat sangat penting dalam pendidikan, karena merupakan
sumber usaha anak didik.22
Secara lebih terinci arti dan peranan penting minat dalam kaitannya
dengan pelaksanaan belajar atau studi ialah:
a. Minat melahirkan perhatian yang serta merta
Perhatian seseorang terhadap sesuatu hal dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu perhatian yang serta merta, dan
perhatian yang dipaksakan, perhatian yang serta merta secara
spontan, bersifat wajar, mudah bertahan, yang tumbuh tanpa
pemaksaan dan kemauan dalam diri seseorang, sedang perhatian

20
S. Nasution, Didaktik ASas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara,1995), hal. 82
21
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. Ke-2, 13
22
Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), Cet.
Ke-4, 230
yang dipaksakan harus menggunakan daya untuk berkembang dan
kelangsungannya.
b. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi
Minat memudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran
seseorang. Perhatian serta merta yang diperoleh secara wajar dan
tanpa pemaksaan tenaga kemampuan seseorang memudahkan
berkembangnya konsentrasi, yaitu memusatkan pemikiran terhadap
sesuatu pelajaran. Jadi, tanpa minat
konsentrasi terhadap pelajaran sulit untuk diperhatikan.
c. Minat mencegah gangguan perhatian di luar
Minat studi mencegah terjadinya gangguan perhatian dari
sumber luar misalnya, orang berbicara. Seseorang mudah
terganggu perhatiannya atau sering mengalami pengalihan
perhatian dari pelajaran kepada suatu hal yang lain, kalau minat
studinya kecil. Dalam hubungan ini Donald Leired
menjelaskan bahwa gangguan-gangguan perhatian seringkali
disebabkan oleh sikap bathin karena sumber-sumber gangguan itu
sendiri. Kalau seseorang berminat kacil bahaya akan diganggu
perhatiannya.
d. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan
Bertalian erat dengan konsentrasi terhadap pelajaran ialah daya
mengingat bahan pelajaran. Pengingatan itu hanya mungkin
terlaksana kalau seseorang berminat terhadap pelajarannya.
e. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri.
Kejemuan melakukan sesuatu atau terhadap sesuatu hal juga
lebih banyak berasal dari dalam diri seseorang daripada bersumber
pada hal-hal di luar dirinya. Oleh karena itu, penghapusan
kebosanan dalam belajar dari seseorang juga hanya bisa terlaksana
dengan jalan pertama-tama menumbuhkan minat belajar dan
kemudian meningkatkan minat itu sebesar-besarnya.
5. Aspek-Aspek Minat Belajar
Menurut Hurlock Mengemukakan bahwa minat memiliki tiga aspek yaitu:
a. Aspek Kognitif
Aspek kognitif didasari pada konsep perkembangan di masa anak-anak
mengenai hal-hal yang menghubungkannya dengan minat. Minat pada
aspek kognitif berpusat seputar pertanyaan, apakah hal yang diminati akan
menguntungkan? Apakah akan mendatangkan kepuasan? Ketika sesorang
melakukan suatu aktivitas, tentu mengharapkan sesuatu yang akan didapat
dari proses suatu aktivitas tersebut. Sehingga seseorang yang memiliki
minat terhadap suatu aktivitas akan dapat mengerti dan mendapatkan
banyak manfaat dari suatu aktivitas yang dilakukannya. Jumlah waktu
yang dikeluarkan pun berbanding lurus dengan kepuasan yang diperoleh
dari suatu aktivitas yang dilakukan sehingga suatu aktivitas tersebut akan
terus dilakukan.23
b. Aspek Afektif
Aspek afektif atau emosi yang mendalam merupakan konsep yang
menampakkan aspek kognitif dari minat yang ditampilkan dalam sikap
terhadap aktivitas yang diminatinya.24 Seperti aspek kognitif, aspek afektif
dikembangkan dari pengalaman pribadi, sikap orang tua, guru, dan
kelompok yang mendukung aktivitas yang diminatinya. Seseorang akan
memiliki minat yang tinggi terhadap suatu hal karena kepuasan dan
manfaat yang telah didapatkannya, serta mendapat penguatan respon dari
orang tua, guru, kelompok, dan lingkungannya, maka seseorang tersebut
akan fokus pada aktivitas yang diminatinya. Dan akan memiliki waktu-
waktu khusus atau memiliki frekuensi yang tinggi untuk melakukan suatu
aktivitas yang diminatinya tersebut.
c. Aspek Psikomotorik
Aspek psikomotor lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku
atau pelaksanaan, sebagai tindak lanjut dari nilai yang didapat melalui
aspek kognitif dan diinternalisasikan melalui aspek afektif sehingga
mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata melalui aspek
psikomotor. Seseorang yang memiliki minat tinggi terhadap suatu hal akan
berusaha mewujudkannya sebagai pengungkapan ekspresi atau tindakan
nyata dari keinginannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka minat
23
Juhaya S Praja & Us man Efendi, Pengantar Psikologi, (Bandung: Angkasa, 1984). hal 89
24
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung:Rosda Karya, 1997) hal
135
terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia yang dimiliki seseorang bukan
bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari melalui proses penilaian kognitif,
penilaian afektif dan psikomotorik seseorang yang dinyatakan dalam
sikap. Dengan kata lain, jika proses penilaian kognitif, afektif dan
psikomotorik seseorang terhadap objek minat adalah positif maka akan
menghasilkan sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat.
6. Indikator Minat Belajar
Menurut Slameto siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
b. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati
c. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang
diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang
diminati
d. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang
lainnya.
e. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.25
E. Pembelajaran IPA
1. Karakteristik Pembelajaran IPA
Joyce & weil pada buku Models of Teaching, 5th Edition. Boston
model pengajaran sebenarnya adalah model pembelajaran, karena tujuan
pengajaran adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide-ide,
keterampilan-keterampilan, nilai-nilai, cara-cara berpikir, alat-alat untuk
mengekspresikan diri, serta cara-cara belajar. Sesungguhnya tujuan jangka
panjang pengajaran yang terpenting adalah agar siswa nantinya mampu
meningkatkan kemampuan belajar ke arah lebih mudah dan efektif, karena
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai telah diperoleh di samping siswa
telah menguasai proses – proses belajar. Guru yang sukses bukan lagi guru
yang karismatik dan presenter yang efektif dan persuasif, tetapi guru yang
mampumenghasilkan pebelajar-pebelajar yang otonom, tangguh dan sukses.
Jadi fokus proses belajar-mengajar bukan pada guru lagi tetapi pada siswa,
bukan pada pengajaran tetapi pada pembelajaran, sehingga istilah pengajaran
25
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya… 58
digantikan dengan pembelajaran, model pengajaran digantikan dengan model
pembelajaran,meskipun istilah pengajaran dan model pegajaran kadangkadang
masih digunakan.
Beberapa pendekatan yang sering digunakan dalam
pembelajaranIPAantara lain pendekatan inkuiri, pendekatan keterampilan
proses, pendekatan S-T-S(Science-Technology-Society), pendekatan
konstruktivisme. Sedangkan beberapastrategi pembelajaran yang sering
digunakan antara lain strategi pembelajaran ceramah, tanya jawab,
diskusi,demonstrasi, dan eksperimen. Model pembelajaran IPA
menggambarkan bagaimana pembelajaran IPAdilakukan. Dewasa ini telah
dikembangkan bermacam-macam model pembelajaran oleh para ahli. Di
antara model-model pembelajaran tersebut ada yang dirancangsecara umum
tetapi cocok digunakan untuk pembelajaran IPA, namun ada yang memang
dirancang khusus untuk pembelajaran IPA. Beberapa model tersebut
akandiuraikan, agar dapat dipahami karakteristiknya masing-masing
2. Model- Model Pembelajaran IPA
a. Model Pembelajaran Langsung
Inti dari model pembelajaran langsung adalah guru mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan tertentu, selanjutnya melatihkan keterampilan
tersebut selangka demi selangkah kepada siswa. Rasional teoritik yang melandasi
model ini adalah teori pemodelan tingkah laku yang dikembangkan oleh Albert
Bandura. Menurut Bandura dalam buku pengajaran langsung yaitu belajar dapat
dilakukan melalui pemodelan (mencontoh, meniru) perilaku dan pengalaman
orang lain. Sebagai contoh untuk dapat mengukur panjang dengan jangka sorong,
siswa dapat belajar dengan menirukan cara mengukur panjang dengan jangka
sorong yang dicontohkan oleh guru. Tujuan yang dapat dicapai melalui model
pembelajaran ini terutama adalah penguasaan pengetahuan prosedural
(pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu misalnya mengukur panjang dengan
jangka sorong, mengerjakan soal-soal yang terkait dengan hukum kekekalan
energi, dan menimbang benda dengan neraca Ohauss), dan atau pengetahuan
deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu misal nama-nama bagian jangka sorong,
pembagian skala nonius pada micrometer sekrup, dan fungsi bagian-bagian
neraca Ohauss), serta keterampilan belajar siswa ( misal menggaris bawah i kata
kunci, menyusun jembatan keledai, membuat peta konsep dan membuat
rangkuman).26
b. Model Pembelajaran Kooperatif
Inti model pembelajaran koperatif adalah siswa belajar dalam
kelompokkelompok kecil, yang anggota-anggotanya memeliki tingkat
kemampuan yang berbeda (heterogen). Dalam memahami suatu bahan pelajaran
dan menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama sampai
seluruh anggota menguasai bahan pelajaran tersebut. Dalam variasinya ditemui
banyak tipe pendekatan pembelajaran koperatif misalnya STAD (Student Teams
Achievement Division), Jigsaw, Investigasi Kelompok, dan Pendekatan
Struktural, namun tidak dikemukakan dalam materi diklat ini.
Rasional teoritik yang melandasi model ini adalah teori
konstruktivismeVigotsky dalam buku Pembelajaran Berdasarkan
Masalahmenjelaskan bahwa pentingnya sosiokultural dalam proses belajar
sepertitersebut di muka, dan teori pedagogi John Dewey yang menyatakan bahwa
kelasseharusnya merupakan miniatur masyarakat dan berfungsi sebagai
laboratoriumuntuk belajar kehidupan nyata. Guru seharusnya menciptakan di
dalam lingkunganbelajarnya suatu sistem sosial yang bercirikan demokrasi dan
proses ilmiah.Tujuan yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini
adalah hasilbelajar akademik yakni penguasaan konsep-konsep yang sulit, yang
melalui kelompok koperatif lebih mudah dipahami karena adanya tutor teman
sebaya, yang mempunya orientasi dan bahasa yang sama. Disamping itu hasil
belajar keterampilan sosial yang berupa keterampilan koperatif (kerjasama dan
kolaborasi) juga dapat dikembangkan melalui model pembelajaran ini 27
c. Memberdayakan Anak Melalui Pembelajaran IPA
Berbagai penelitian yang dilakukan dalam bidang pembelajaran sains saat ini
lebih menekankan pada anak dari gurunya. hasil belajar bukan semata-mata
bergantung pada apa yang disajikan oleh guru, melainkan di pengaruhi oleh
interaksi antara berbagai informasi yang diminati kepada anak dan bagaimana
anak mengolah informasi berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki
sebelumnya. Aspek pokok pembelajaran sains adalah anak dapat menyadarai
keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali
berbagai pengetahuan baru, dan akhirnya dapat mengaplikasikan dalam

26
Kardi, S. & Nur, M,Pengajaran Langsung, ( Surabaya , Unesa-University Press, 2000), 8
27
Ibrahim, M. & Nur, M,δκκ,Pembelajaran Koperatif,(Surabaya : Unesa-University Press,
2000). 10
kehidupan mereka. Oleh karena itu beberapa aspek penting harus diperhatikan
guru dalam memberdayakan anak melalui pembelajaran sains yaitu:
a. Pentingnya memahami bahwa pada saat mulai kegiatan pembelajarannya,
anak telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan yang relevan dengan
apa yang mereka pelajari.
b. Aktivitas anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal
utama dalam pembelajaran Sains. Dengan berbagai aktivitas nyata ini
anak akan dihadapkan langsung dengan fenomena yang akan di pelajarai,
dengan demikian berbagai aktivitas itu memungkinkan terjadinya proses
brlajar yang aktif.
c. Dalam pembelajaran Sains bertanyalah yang menjadi bagian yang
penting, bahkan bagian yang paling utama dalam pembelajran. Dalam
pembelajran Sains memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu
masalah.
F. Perkembangan Sosial Emosional
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah
yang penting. Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan
antara variabel yang akan diteliti.28
Untuk meningkatkan sosial emosional siswa dalam pembelajaran IPA dapat
menggunakan media permainan (game) ludo, dengan menggunakan media tersebut
siswa akan bekerjasama dalam kelompok sehingga dapat meningkatkan kemampuan
sosial emosionalnya. Penggunaan media yang menyenangkan, siswa tidak jenuh dan
minat belajarnya menjadi meningkat.
Berdasarkan analisis diatas, bahwa dengan menggunakan media permainan
(game) ludo dapat meningkatkan sosial emosional dan minat belajar siswa dalam
pembelajaran IPA. Desain dalam penelitian ini sebagai berikut:

28
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2015), hal. 91
Sistematika Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan
teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh dari
pengumpulan data. Jadi, hipotesis dapat dinyatakan sebagai jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empirik. 29

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0 : Tidak ada peningkatan sosial emosional dan minat belajar siswa dalam

pembelajaran IPA dengan menggunakan media permainan (game) ludo

H1 : Ada peningkatan sosial emosional dan minat belajar siswa dalam

pembelajaran IPA dengan menggunakan media permainan (game) ludo

29
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (cet. 16, Bandung: Alfabeta, 2013),
hal. 64

Anda mungkin juga menyukai