HEMOFILIA A
Oleh :
Widia Febrina
1940312148
Preseptor :
dr. Didik Hariyanto, SpA(K)
Identitas Pasien
Nama : A
No MR : 00.79.04.79
Keluhan Utama
Nyeri dan bengkak di sendi lutut kanan sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit
Nyeri dan bengkak di sendi lutut kanan sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit,
semakin nyeri bila digerakkan, kaki kanan tidak bisa diluruskan karena nyeri
Perdarahan gusi tidak ada, perdarahan kulit tidak ada, mimisan tiddak ada, perdarahan
Anak sudah dikenal hemofilia A dengan kadar faktor pembekuan 2 % sejak tahun
Pada tahun 2011 di bawa ke rumah sakit karena keluhah biru- biru pada badan anak,
ditambah saran dokter agar memeriksakan anak karena abang kandungnya mengalami
hemofilia
Abang kandung pasien dan kakek pasien juga menderita keluhan yang sama
Riwayat Persalinan
Panjang Lahir : 51 cm
Kesan : Riwayat persalinan normal, BBLC 4000 gr, dan saat lahir langsung
menangis
Bayi
Riwayat Imunisasi
BCG 0 bulan -
DPT 1 1 bulan
2 2 bulan ---
3 3 bulan
Polio 1 1 bulan
2 2 bulan ---
3 3 bulan
Hepatitis B 1 1 bulan
2 2 bulan ---
3 3 bulan
Haemofilus influenza B
2 bulan
1
3 bulan ---
2
4 bulan
3
Campak 9 bulan -
Perkembangan
Riwayat Keluarga
Ayah Ibu
Saudara kandung
Pemeriksaan Fisik
Umum
Kesadaran : Sadar
Suhu : 36,5°C
Ikterus : Ada
Anemia Ada
Sianosis : tidak ada
Berat badan : 32 KG
BB/U : 86%
PB/U : 98,6%
BB/TB : 88%
Khusus
Toraks
o Paru
Perkusi : sonor
o Jantung
Abdomen
Perkusi: Timpani
Genitalia : A1M1G1
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi (31/5/2021)
Daftar Masalah
Diagnosis kerja
Hemofilia A
Penatalaksanaan
Paracetamol 3x 450 mg PO
Foll up
sedang 5
kulit
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik
sedang
kulit
ikterik
Thorax : Normochest, simetris, Retraksi (-)
DISKUSI
Keluhan utama pada pasien adalah nyeri dan bengkak di sendi lutut kanan sejak 10
hari sebelum masuk rumah sakit, semakin nyeri bila digerakkan, kaki kanan tidak bisa
diluruskan karena nyeri, tidak ada riwayat jatuh atau trauma. Nyeri dan bengkak pada lutut
kanan pasien bisa jadi merupakan hemartrosis yang merupakan salah satu gejala hemofilia,
Hemartrosis paling sering ditemukan (85%) dengan lokasi berturut-turut sebagai berikut:
sendi lutut, siku , pergelangan kaki, bahu , pergelangan tangan dan lainnya . Sendi engsel
ketidakmampuannya menahan gerakan berputar dan menyudut pada saat gerakan volunter
maupun involunter. sedangkan sendi peluru lebih mampu menahan beban tersebut karena
fungsinya .
Gejala lain yang bisa ditemukan pada hemofilia adalah Hematoma intramuskular terjadi pada
otot-otot fleksor besar, khususnya pada otot betis, otot-otot region iliopsoas (sering pada
panggul) dan lengan bawah . Hematoma ini sering menyebabkan kehilangan darah yang
nyata, sindrom kompartemen , kompresi saraf dan kontraktur otot. Perdarahan intrakranial
merupakan penyebab utama kematian , dapat terjadi spontan atau sesudah trauma.
mengancam kehidupan . Hematuria masif sering ditemukan dan dapat menyebabkan kolik
ginjal tetapi tidak mengancam kehidupan . Perdarahan pasca operasi sering berlanjut selama
beberapa jam sampai beberapa hari, yang berhubungan dengan penyembuhan luka yang
buruk .
Dari riwayat keluarga diketahui bahwa abang kandung dan kakek pasien mengalami
keluhan yang sama, untuk abang pasien sendiri sudah didiagnosis menderita Hemofilia A,
oleh karena itu pada usia kurang lebih 1 tahun pasien disarankan juga untuk melakukan
pemeriksaan, saat usia 1 tahun tersebut ibu pasien juga mengatakan terdapat biru-biru
dibadan anaknnya. Hal ini semakin meningkatkan kemungkinan bahwa pasien juga menderita
hemofilia, Hemofili adalah penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor pembekuan darah
yang diturunkan (herediter) secara sex-linked recessive pad a kromosom X (Xh). Gen F VIII
dan F IX terletak pada kromosom X serta bersifat resesif maka penyakit ini dibawa oleh
perempuan (karier, XXh) dan bermanifestasi klinis pada laki-laki (pasien X hY); dapat
bermanifestasi klinis pada permepuan bila kedua kromosom X pada perempuan terdapat
kelainan (XhXh).
Gambar 1. Teori koagulasi kaskade/waterfall
Jalur Intrinsik
Jalur intrinsik melibatkan kaskade reaksi protease yang dimulai oleh faktor yang
terdapat di dalam darah. Jika terjadi persentuhan dengan permukaan bermuatan negatif
seperti kaca atau membran trombosit yang teraktivasi, protein plasma yang disebut FXII
(Faktor Hagemen) berubah menjadi FXIIa (tambahan “a” menunjukkan bentuk FXII yang
teraktivasi). Molekul tertentu yang disebut High Molecular Weight Kininogen (HMWK),
merupakan hasilan trombosit yang terkespresi di membran trombosit akan membantu FXII
dan berperan sebagai kofaktor, tetapi pengubahan FXII menjadi FXIIa oleh HMWK terjadi
dengan lambat.Setelah sejumlah kecil FXIIa terkumpul, protease ini akan mengubah
prekalikrein menjadi kalikrein. Kalikrein yang terhasilkan akan mempercepat perubahan FXII
menjadi FXIIa. FXIIa (bersama HMWK) juga memecah FXI menjadi FXIa, kemudian FIXa
memecah FIX menjadi IXa. FIXa dan dua (2) hasilan kaskade lainnya, yaitu FXa dan trombin
Akhirnya FIXa dan FVIIIa bersama ion kalsium (yang mungkin kebanyakan berasal
dari trombosit yang teraktivasi) serta fosfolipid bermuatan negatif (penyusun utama membran
sel) membentuk kompleks trimolekul yang disebut tenase. Tenase kemudian mengubah FX
Kompleks ini mengubah proenzim protrombin menjadi enzim trombin. Trombin mengubah
fibrinogen membentuk fibrin monomer yang akan segera berpolimerasi menjadi bentuk
bekuan fibrin. Dalam analisis laboratorik klinik, faktor intrinsik dinilai memakai activated
Jalur Ekstrinsik
Jalur ini diawali pembentukan kompleks antara faktor jaringan di permukaan sel dan
FVIIa yang terdapat di luar terkait pembuluh darah. Jika terjadi cedera di endotel, FVII akan
bersentuhan dengan faktor jaringan. Faktor jaringan tersebut akan mengaktivasi FVII menjadi
FVIIa secara non proteolitik. Pengikatan FVIIa faktor jaringan membentuk kompleks enzim
yang mengaktifkan FX menjadi FXa. Kompleks FVIIa/faktor jaringan memiliki fungsi mirip
dengan kompleks tenase, mengubah FX menjadi FXa. Bahan ini yang akan mengikat
kofaktor FV dan terikat di permukaan membran dengan adanya ion kalsium, membentuk
yang kemudian mengubah fibrinogen menjadi fibrin dan membentuk sumbatan fibrin. Dalam
analisis laboratorik, jalur ekstrinsik diperiksa dengan protrombin time (PT). Tanpa
memandang FXa yang terbentuk di jalur intrinsik maupun ekstrinsik, kaskade akan berlanjut
di jalur bersama.
Jalur Bersama
Jalur bersama dimulai dengan aktivasi FX melalui jalur intrinsik, ekstrinsik, maupun
keduanya. FXa merupakan protease pertama di jalur bersama. FXa dengan adanya FV, ion
kalsium dan fosfolipid mengubah protrombin menjadi bentuk aktif, yaitu trombin. Fungsi
utama trombin adalah mengkatalisis protealitis fibrinogen yang larut dalam plasma menjadi
fibrin monomer yang melarut juga. Fibrin monomer kemudian berpolimerisasi menjadi fibrin
polimer yang akan menahan sel darah. Trombin juga mengaktifkan FXIII yang akan diubah
menjadi FXIIIa dan memperantarai ikatan silang fibrin polimer membentuk fibrin yang stabil
dan bersifat kurang larut. Trombin dapat mengkatalisis pembentukan kofaktor FVa dan
FVIIIa, sehingga terjadi pembesaran koagulasi. Jalur bersama melibatkan FX, FV, dan FII
Ket. Gambar Pada contoh ini, ayah tidak mempunyai hemofilia (yaitu dia mempunyai dua
kromosom normal - X dan Y). Ibu adalah karier hemofilia (yaitu dia mempunyai satu
kromosom X yang cacat dan satu kromosom X yang normal), Setiap anak perempuan
mempunyai 50% kesempatan untuk menurunkan gen cacat dari ibu mereka dan menjadi
karier Setiap anak laki-laki mempunyai 50% kesempatan untuk menurunkan gen cacat dari
Ket. Gambar Gambar ini menunjukkan satu contoh bagaimana gen hemofilia diwariskan.
Pada contoh ini, ayah mempunyai hemofilia (yaitu kromosom X-nya adalah cacat). Ibu bukan
karier hemofilia (yaitu dia mempunyai dua kromosom X). Setiap anak perempuan akan
mewariskan gen cacat dari ayahnya dan menjadi karier Tidak ada anak laki-laki akan
mewariskan gen cacat dari ayah mereka; jadi, tidak ada yang akan mempunyai hemofilia.
Hemofilia A (hemofilia klasik), akibat defisiensi atau disfungsi pembekuan VIII (FVIIIc),
Hemofilia B (Christmas disease) akibat defisiensi atau disfungsi FIX (faktor Christmas),
Hemofilia C merupakan penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor XI. Penyakit ini
bermanifestasi klinik pada laki-laki. Angka kejadian hemofilia A sekitar 1 : 10.00 0 orang
Pada tahun 2011 tersebut pasien sudah didiagnosis menderita Hemofilia A dengan
Diagnosis mencakup tes penyaring dan tes faktor pembekuan. Tes penyaring adalah
pemeriksaan darah yang menunjukkan apakah darah membeku dengan baik. Tes penyaring
terdiri atas:
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap (DPL). Pemeriksaan DPL umumnya normal pada
perdarahan berat atau jangka waktu lama, hemoglobin dan eritrosit akan menurun.
berapa waktu yang dibutuhkan darah untuk membeku. Tes ini mengukur kemampuan
pembekuan faktor VIII. IX, XI, dan XII. Pemeriksaan akan menujukkan pemanjangan
waktu pembekuan, baik pada hemofilia A atau B. Pada hemofilia berat, nilai APTT
faktor I, II, VII, dan X. Apabila ada salah satu faktor yang kadarnya rendah. akan
dibutuhkan waktu lebih panjang untuk pembekuan darah. Biasanya tes ini
pembekuan darah. Biasanya pemeriksaan ini dilakukan apabila pasien memiliki nilai
PT atau aPTT atau keduanya. yang abnormal. Fibrinogen adalah nama lain dari faktor
I.
5. Tes faktor pembekuan (fa ctor assay) dibutuhkan untuk diagnosis gangguan
perdarahan dan menunjukkan tipe hemofilia serta derajat keparahannya (Tabel 1).
Faktor yang diperiksa adalah faktor VIII, faktor IX, dan faktor von Willebrand (vWF
Ag). Pada hemofilia A. aktivitas faktor VIII rendah. Namun, perlu diingat bahwa
kadar faktor VIII meningkat pada kondisi inflamasi, infeksi, serta kerusakan jaringan.
Tatalaksana pada pasien yaitu diberikan Koate 2x500 unit IV, Koate-DVI merupakan
konsentrat faktor VIII/faktor antihemofilia untuk terapi hemofilia klasik (hemofilia A).
Perhitungan Dosis
Kanaikan kadar faktor VIII in vivo (dalam satuan IU) dapat diperkirakan dengan mengalikan
Cara menghitung berdasar pada penemuan Abilgaard dan kawan-kawan adalah sebagai
berikut :
BB(Kg)
2 % /IU/kg
15 kg X 100%
= 750 IU
2 % /IU/kg
Dosis yang diperlukan untuk memberikan efek hemostatik tergantung pada tipe dan beratnya
Perdarahan Ringan
Perdarahan ringan atau perdarahan awal apda umumnya dapat diatasi dengan dosis tunggal
10 IU/Kg karena meningkatkan kadar faktor VIII sampai kurang lebih 20%. Sesudah
pemberian ini, Koate-DVI tidak perlu diberikan kecuali bila terjadi perdarahan lanjut.
Perdarahan Sedang
Untuk perdarahan yang lebih serius, kadar faktor VIII sebaiknya dinaikkan sampai 30% -
50% dengan cara memberikan 15 - 25 IU/kg. Bila diperlukan terapi lebih lanjut, pemberian
Perdarahan Berat
Pada pasien yang mengalami perdarahan berat atau perdarahan yang beresiko fatal (antara
lain : perdarahan pada susunan saraf pusat, perdarahan retrofaring, perdarahan retroperitonel,
dan iliopsoas), kadar faktor VIII sebaiknya dinaikkan sampai 80% - 100%. Hal ini dapat
dicapai dengan memberikan Koate-DVI setiap 8-12 jam dengan dosis 40 - 50 IU/kg untuk
KEMASAN
Koate-DVI dikemas dalam botol dengan aktivitas total faktor VIII (dalam satuan unit) tertera
pada label di setiap botol. Dalam kemasan telah disediakan pula cairan pelarut (Sterile Water
for Injection), USP, transfer needle steril, filter needle steril dan peralatan suntuk steril
lainnya.
Koate-DVI sebaiknya disimpan dalam lemari pendingin (kulkas) bersuhu 2 - 8 °C. Bila
disimpan dalam suhu ruangan (25°C), selama 6 bulan, maka aktivitasnya akan menurun.
Jangan disimpan dalam freezer, karena dapat menyebabkan botol berisi cairan pelarut pecah.
Terapi tambahan lain yang dapat diberikan pada episode perdarahan atau hemarthrosis
adalah:
Pada pasien hemofilia A ringan, produksi endogen faktor Vlll dapat diinduksi dengan
hormon yang diproduksi oleh tubuh, yang berfungsi untuk melepaskan faktor Vlll yang
disimpan di jaringan tubuh. Desmopressin dapat diberikan intravena (dosis 0,3 µg/
KgBB) atau spray nasal (dosis 300 µg) untuk meningkatkan kadar F VIII 3-6 kali dari
baseline. Pada pasien hemofilia A sedang atau berat, jum- lah faktor VIII tidak
Terapi lainnya dapat berupa antifibrinolitik (Ep- silon Amino Caproic Acid) adalah
senyawa kimia yang diberikan melalui vena atau oral (baik dalam bentuk pil atau sirup).
Bekerja dengan mencegah pemecahan bekuan darah, menghasilkan bekuan yang lebih
rapat dan kuat. Terapi ini digunakan untuk perdarahan pada mulut atau setelah
pencabutan gigi karena terapi ini mencegah enzim pada saliva yang memecah bekuan
darah.
seperti epistaksis dan perdarahan gusi dengan dosis 25 mg/ KgBB/ kali (3 x sehari,