DISUSUN OLEH
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu keadaan patologis di mana kelainan
fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
jaringan, atau hanya dapat memenuhi kebutuhan jaringan dengan meningkatkan tekanan
pengisian (McPhee & Ganong, 2010). Congestive heart failure diawali dengan gangguan otot
jantung yang tidak bisa berkontraksi secara normal, menyebabkan menurunannya kapasitas
pompa jantung. Namun, pada awal penyakit, pasien masih menunjukkan asimptomatis ataupun
simptomatis (Mann, 2010).
Gagal jantung sering diakibatkan karena adanya defek pada kontraksi miokard atau
diakibatkan karena abnormalitas dari otot jantung seperti pada kasus kardiomiopati atau viral
karditis (Kasper et al., 2004). Gagal jantung karena disfungsi miokard mengakibatkan kegagalan
sirkulasi untuk mensuplai kebutuhan metabolisme jaringan. Hal ini biasanya diikuti kerusakan
miokard bila mekanisme kompensasi gagal. Penyebab kerusakan pada miokard antara lain infark
miokard, stress kardiovaskular (hipertensi, penyakit katub), toksin (konsumsi alkohol), infeksi
atau pada beberapa kasus tidak diketahui penyebabnya (Crawford, 2002). Penyebab lain adalah
arteroskerosis pada koroner, congenital, kelainan katub, hipertensi atau pada kondisi jantung
normal dan terjadi peningkatan beban melebihi kapasitas, seperti pada krisis hipertensi, ruptur
katub aorta dan pada endokarditis dengan masif emboli pada paru. Dapat pula terjadi dengan
fungsi sistolik yang normal, biasanya pada kondisi kronik, misal mitral stenosis tanpa disertai
kelainan miokard (Kasper et al., 2004).
Data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO) tahun 2016 menunjukkan
bahwa pada tahun 2015 terdapat 23 juta atau sekitar 54% dari total kematian disebabkan oleh
Congestive Heart Failure (CHF). Penelitian yang telah dilakukandi Amerika Serikat
menunjukkan bahwa resiko berkembangnya Congestive Heart Failure(CHF) adalah 20% untuk
usia ≥ 40 tahun dengan kejadian > 650.000 kasus baru yang diagnosis Congestive Heart Failure
(CHF) selama beberapa dekade terakhir. Kejadian Congestive Heart Failure (CHF) meningkat
dengan bertambahnya umur. Tingkat kematian untuk Congestive Heart Failure (CHF) sekitar
50% dalam kurun waktu lima tahun (Arini, 2015).Congestive Heart Failure (CHF) telah
meningkat dan menjadi peringkat pertama sebagai penyebab utama kematian di Indonesia.
Prevalensi Congestive Heart Failure (CHF) di Indonesia menurut Riskesdas (2016) sebesar 0,3%
dari total jumlah penduduk di Indonesia. Data prevalensi penyakit ditentukan berdasarkan hasil
wawancara pada responden umur ≥ 15 tahun berupa gabungan kasus penyakit yang pernah di
diagnosis dokter atau kasus yang mempunyai gejala penyakit gagal jantung (Riskesdas, 2016).
Prevalensi Congestive Heart Failure (CHF).
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. J
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tangga Lahir : N/A
Alamat : N/A
Agama : N/A
Usia : 69 Tahun
Pekerjaan : Buruh Perkebunan
NRM Os : N/A
Tanggal Kasus : N/A
Diagnosis Medis : CHF (Congestive Heart Failure)
ANTROPOMETRI
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 163 cm
BIOKIMIA
FISIK
Pemeriksaan fisik yang penting dilakukan dalam membantu melakukan intervensi gizi,
Diagnosis penyakit umumnya berdasarkan dibuat berdasarkan gejala penyakit berupa keluhan
dan tanda gejala, Hasil pemeriksaan fisik Os dapat dilihat pada tabel berikut.
Parameter Keterangan
Kesadaran Compos Mentis
Lemas +
Sesak +
Batuk-batuk +
Kesulitan menelan +
Telur -
Susu/produk olahan -
Gluten/gandum -
Udang -
Ikan -
Kacang-kacangan -
Os memiliki kebiasaan Makan 2-3x/hari, makan tidak teratur, minum susu 3x/hari, kurang
konsumsi sayur dan buah. Pola makan pagi 1p susu + p putih telur, siang 1 p susu + p putih telur
dan sore 1 p susu + p putih telur dan malam 1 p susu.
Terapi Medis :
Banyaknya
Waktu Nama Bahan
E P L KH
makan masakan makanan Porsi Urt Gram
Makan Susu
Susu 1p 1 gls 200 125 7 6 10
Pagi anlene
Telur Putih telur ½p ½ btr 27,5 14 3 0,05 0,2
TOTAL 139 10 6,05 10,2
PERSENTASE 8,4% 25% 11% 4,1%
Susu
Makan Susu 1p 1 gls 200 125 7 6 10
anlene
Siang
Telur Putih telur ½p ½ butir 27,5 14 3 0,05 0,2
TOTAL 139 10 6,05 10,2
PERSENTASE 8,4% 25% 11% 4,1%
Susu
Makan Susu 1p 1 gls 200 125 7 6 10
anlene
Sore
Telur Putih telur ½p ½ btr 27,5 14 3 0,05 0,2
TOTAL 139 10 6,05 10,2
PERSENTASE 8,4% 25% 11% 4,1%
Makan Susu
Susu 1p 1 gls 200 125 7 6 10
Malam anlene
TOTAL 125 7 6 10
17,5 10,9
PERSENTASE 7,5% 4%
% %
JUMLAH TOTAL KONSUMSI SEHARI 542 37 24,15 40,6
KEBUTUHAN SEHARI 1650 40 55 247,5
92,5 43,9 16,4
TOTAL PERSENTASE 32,8%
% % %
PERKIRAAN KEBUTUHAN GIZI (Dwi & Marwah)
Laki-laki
Umur : 69 Tahun
BB : 50 Kg
TB : 163 Cm
IMT : 19 kg/m2
Kebutuhan Protein
= 0,8 g X BBA
= 0,8 g X 50 kg
= 40 gram X 4 = 160 kkal (10%)
Kebutuhan Lemak
= 30% X Total Kebutuhan Energi
= 30% X 1.650 kkal
= 495 kkal : 9 = 55 gram
Kebutuhan Karbohidrat
= 60% X Total Kebutuhan Energi
= 60% X 1.650 kkal
= 990 kkal : 4 = 247,5 gram
Pada tahap 2 ketika pasien sudah mampu berjalan maka energi ditambahkan 10-20%
Kebutuhan Energi
= BBA x Faktor jenis kelamin
= 50 x 30 kkal/kg BB/hari
= 1.500 kkal
Faktor aktifitas (mampu berjalan)
= 1.500 + 20 %
= 1.800 kkal .... (Tahap 2)
Jadi kebutuhan energi pasien dengan untuk sehari sebanyak 1.800 kkal
Kebutuhan Protein
= 1 g X BBA
= 1 g X 50 kg
= 50gram X 4 = 200 kkal (11%)
Kebutuhan Lemak
= 30% X Total Kebutuhan Energi
= 30% X 1.800 kkal
= 540 kkal : 9 = 60 gram
Kebutuhan Karbohidrat
= 59% X Total Kebutuhan Energi
= 59% X 1.800 kkal
= 1.062 kkal : 4 = 265,5 gram
Pada tahap 3 ketika pasien sudah mampu melakukan aktifitas ringan maka energi ditambahkan
30% dari total kebutuhan energi
Kebutuhan Energi
= BBA x Faktor jenis kelamin
= 50 x 30 kkal/kg BB/hari
= 1.500 kkal
Faktor aktifitas (ringan)
= 1.500 + 30%
= 1.950 kkal ...... (Tahap 3)
Jadi kebutuhan energi pasien dengan untuk sehari sebanyak 1.950 kkal
Kebutuhan Protein
= 1 g X BBA
= 1 g X 50 kg
= 50 gram X 4 = 200 kkal (10%)
Kebutuhan Lemak
= 30% X Total Kebutuhan Energi
= 30% X 1.950 kkal
= 585 kkal : 9 = 65 gram
Kebutuhan Karbohidrat
= 60% X Total Kebutuhan Energi
= 60% X 1.950 kkal
= 1.170 kkal : 4 = 292,5 gram
Riwayat Gizi
Alergi : Os tidak memiliki alergi terhadap makanan tertentu
Pola makan : Kebiasaan makan 2-3x/hari, makan tidak teratur, minum susu anlene
3x/hari, dan kurang konsumsi sayur dan buah.
Riwayat personal
Os adalah seorang buruh perkebunan dengan umur 69 tahun.
Riwayat penyakit dahulu
Os tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu.
Riwayat penyakit sekarang
Os saat ini didiagnosis CHF dan riwayat penyakit paru-paru.
Riwayat Penyakit Keluarga
Os tidak diketahui memiliki riwayat penyakit keluarga
DIAGNOSIS GIZI
NI.1 2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan kebiasaan konsumsi pangan
rendah energy (32,8%), karbohidrat (16,4%), dan lemak (43,9%) ditandai
oleh asupan zat gizi makro Os <80%
NC 2.2 Perubahan nilai lab terkait gizi berkaitan dengan penyakit CHF yang
ditandai oleh peningkatan hasil PH (7,558), 02 (40,1 mmg), HCO3 (39,1
mEq/L), dan std BE Blood (15,5 mmol) Os.
NB 1.1 Kurangnya pengetahuan terkait makanan dan zat gizi berkaitan dengan
kurang terpaparnya informasi mengenai gizi seimbang ditandai konsumsi
harian hanya susu dan putih telur
Jenis Diet
Diet jantung II
Tujuan Intervensi
Syarat Diet
1. Energi cukup untuk untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal secara
bertahap dengan memberikan kebutuhan pada hari pertama sebesar 1.650 kkal, pada hari
kedua sebesar 1.800 kkal, dan pada hari ketiga sebesar 1.950 kkal setiap harinya.Protein
cukup yaitu 0,8 g/kgBB.
2. Lemak sedang pada hari pertama sekitar 30% dari kebutuhan total yaitu 55 gram, pada
hari kedua 30% dari kebutuhan total yaitu 60 gram, dan pada hari ketiga sekitar 30% dari
kebutuhan total yaitu 65 gram.
3. Protein cukup sekitar 10% dari kebutuhan energy total pada hari pertama yaitu 40 gram,
pada hari kedua sekitar 11% yaitu 50 gram, dan pada hari ketiga sekitar 10% yaitu 50
gram.
4. Vitamin dan mineral cukup hindari penggunaan suplemen kalium, kalsium, dan
magnesium jika tidak dibutuhkan.
8. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam porsi kecil.
9. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan tambahan
berupa makanan enteral, pareteral, atau suplemen gizi.
Os diberikan Diet Jantung II yang dilakukan secara bertahap selama 3 hari, pemberian
makan berupa 3 kali makan utama dan 2 kali selingan. Pada hari pertama diberikan energi
sebesar 1650 kkal, protein sebesar 40 gr, lemak sebesar 55 gr, dan karbohidrat sebesar 247,5 gr.
Untuk hari kedua diberikan energi sebesar 1800 kkal, protein sebesar 50 gr, lemak sebesar 60 gr,
dan karbohidrat sebesar 265,5 gr. Dan untuk hari ketiga diberikan energi sebesar 1950 kkal,
protein sebesar 50 gr, lemak sebesar 65 gr, dan karbohidrat sebesar 292,5 gr. Media edukasi
berupa poster dan leaflet terkait Bahan Makanan Yang Dihindari Untuk Penderita Penyakit
Jantung dan Diet Penyakit Jantung.
Tabel Estimasi Kebutuhan Energi Sehari (Hari ke-1)
Monitoring dan evaluasi merupakan tata cara yang berkaitan dengan salah satu fungsi
pemantauan kegiatan terapi nutrisi pasien agar proses asuhan gizi terstandar (PAGT) dapat
terlaksanan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari monitoring dan evaluasi
adalah sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana kebijakan yang ditetapkan sehingga dapat mengurangi tanda dan gejala yang dirasakan
oleh Os. Parameter monitoring dan evaluasi pada Os yaitu antropometri, biokimia, klinis/fisik,
asupan dan perilaku. Berikut rencana monitoring dan evaluasi pada Os.
Parameter Evaluasi Pelaksanaan Target
Mempertahankan berat Memantau berat badan
Mempertahankan IMT
badan dan IMT Os Os dan melakukan
Antropometri dalam batas normal yaitu
sebelum dan setelah penimbangan berat
18,81 kg/m2.
intervensi badan selama intervensi.
Mencapai kadar PH,
Memantau hasil
Membandingkan hasil HCO3, BE Blood, Std
pemeriksaan
Biokimia pemeriksaan HCO3, Ureum, dan
laboratorium Os setiap
laboratorium Os Kreatinin serta PO2 Os
kali pemeriksaan
hingga dalam batas normal
Menurunkan hasil
Memantau hasil
Membandingkan hasil pemeriksaan klinis yaitu
Klinis pemeriksaan klinis Os
pemeriksaan klinis Os respirasi Os dalam batas
setiap kali pemeriksaan
normal yaitu 24 kali/menit.
Memantau dan
Mengurangi gejala yang
menanyakan kepada Os
Membandingkan hasil dirasakaan oleh Os seperti
Fisik terkait tanda dan gejala
pemeriksaan fisik Os Lemas,sesak, batuk-batuk
yang dirasakan setiap
dan kesulian menelan.
kali pemeriksaan
Membandingkan Mengatur asupan Os Memonitoring asupan Os
Asupan asupan Os sebelum melalui pemberian diet agar memenuhi target 80-
dan setelah intervensi jantung II 100% kebutuhan secara
bertahap.
Memberikan edukasi
pada Os dan keluarga
Os mengenai diet
Jantung dan mengenai
bahan makanan yang Menambah pengetahuan Os
harus dihindari oleh mengenai diet Jantung dan
Membandingkan
penderita jantung mengenai bahan makanan
Perilaku perilaku sebelum dan
melalui poster dan yang harus dihindari oleh
setelah intervensi
leaflet. Yang penderita jantung melalui
penyampaian edukasi poster dan leaflet.
Os dilakukan oleh ahli
gizi atau keluarga
terdekat dengan cara
penyampaian lisan.
Monitoring Antropometri
Tn. J berumur 69 tahun dan diketahui memiliki berat badan 50kg dan tinggi badan 163cm
dengan IMT sebesar 18,81 kg/m². Os memiliki status gizi normal, sehingga diperlukan
monitoring antropometri untuk mempertahankan berat badan Os dalam batas normal dengan
memantau berat badan Os dan melakukan penimbangan berat badan selama proses intervensi.
Monitoring Biokimia
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium Os, kadar PH, HCO3, BE Blood, Std HCO3,
Ureum, dan Kreatinin tinggi dan untuk kadar PO2 rendah sehingga diperlukan monitoring
biokimia untuk mendukung kenormalan nilai-nilai laboratorium yang berada di bawah dan diatas
standar normal. Monitoring biokimia dapat dilakukan dengan melihat hasil pemeriksaan
laboratorium setiap kali pemeriksaan.
Monitoring Klinis
Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis, Os memiliki dispnea dikarenakan respirasi tinggi
dengan hasil pemeriksaan yaitu sebesar 32x/menit. Sehingga Os diperlukan monitoring klinis
untuk menurunkan respirasi Os supaya normal. Pemeriksaan respirasi dapat dilakukan secara
rutin selama proses intervensi berlangsung.
Monitoring Fisik
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, Os mengalami gejala seperti lemas, sesak, batuk-
batuk, dan kesulitan menelan yang menunjukkan adanya gejala dari diagnosis medis CHF
(Congestive Heart Failure) yang diderita. Sehingga Os diperlukan monitoring fisik untuk
membantu mengurangi gejala yang dialami. Selain itu, monitoring fisik dilakukan dengan cara
menanyakan kepada Os terkait tanda dan gejala fisik yang di rasakan setiap kali pemeriksaan
setiap hari.
Monitoring Asupan
Asupan Berdasarkan hasil recall asupan makan Os, bahwa tingkat kecukupan energy,
lemak dan karbohidrat Os Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS) kurang dari ambang batas
normal. Sedangkan untuk tingkat kecukupan protein Os Saat Masuk Rumah Sakit (SMRS)
tergolong cukup yaitu sebesar 80-110%. Maka dari itu diperlukan monitoring asupan dengan
cara mengatur asupan Os dengan pemberian Diet jantung II secara bertahap.
Monitoring perilaku
Berdasarkan kebiasaan Os kurang mengonsumsi sayur dan buah serta kurangnya aktivitas
fisik sehingga diperlukan monitoring perilaku. Monitoring ini dapat dilakukan dengan
memberikan edukasi kepada Os berupa konseling gizi terkait diet jantung dan mengenai bahan
makanan yang harus dihindari oleh penderita jantung dengan media berupa leaflet dan poster.
yang penyampaian edukasi Os dilakukan oleh ahli gizi atau keluarga terdekat dengan cara
penyampaian lisan.
RESUME
(Alfiyah & Faiz)
Os bernama Tn. J memiliki tinggi badan 163cm, dan berat badan 50kg. Os memiliki status
gizi Normal. Pada pemeriksaan biokimia, kadar PH, HCO3, BE Blood, Std HCO3, Ureum, dan
Kreatinin Os tinggi. Namun kadar PO2 OS dapat dikatakan rendah. Pada pemeriksaan klinis
menunjukkan, Os memiliki dispnea dikarenakan respirasi tinggi dengan hasil pemeriksaan yaitu
sebesar 32x/menit. Pada pemeriksaan fisik, OS mengalami lemas, sesak, batuk-batuk, dan
kesulitan menelan yang menunjukkan adanya tanda dan gejala dari diagnosis medis CHF
(Congestive Heart Failure).
Diagnosis gizi pada Os adalah berkaitan dengan Asupan oral tidak adekuat berkaitan
dengan kebiasaan konsumsi pangan rendah energy (32,8%), karbohidrat (16,4%), dan lemak
(43,9%) ditandai oleh asupan zat gizi makro Os <80% (NI.1 2.1). Perubahan nilai lab terkait gizi
berkaitan dengan penyakit CHF yang ditandai oleh peningkatan hasil PH (7,558), 02 (40,1
mmg), HCO3 (39,1 mEq/L), dan std BE Blood (15,5 mmol) Os. (NC 2.2). Kurangnya
pengetahuan terkait makanan dan zat gizi berkaitan dengan kurang terpaparnya informasi
mengenai gizi seimbang ditandai konsumsi harian hanya susu dan putih telur (N.B 1.1).
Perencanaan menu yang disusun untuk Os terdiri dari 3 tahap yaitu, pada tahap 1 Os
diberikan energi sebesar 1.650kkal, 40 g Protein, 55 g Lemak dan 247,5 g Karbohidrat dengan
konsintesi saring lunak. Pada tahap 2 Os diberikan energi sebesar 1.800kkal, 50 g Protein, 60 g
Lemak, dan 265,5 g Karbohidrat dengan konsistensi lunak. Pada tahap 3 Os diberikan energi
sebesar 1.950kkal, 50 g Protein, 65 g Lemak, dan 292,5 g Karbohidrat dengan konsistensi lunak.
Monitoring antropometri dilakukan dengan dengan mempertahankan berat badan Os dan
melakukan penimbangan berat badan selama proses intervensi dilakukan. Monitoring biokimia
dilakukan dengan memantau hasil pemeriksaan kadar PH, HCO3, BE Blood, Std HCO3, Ureum,
Kreatinin dan PO2 setiap kali selama intervensi. Monitoring klinis dilakukan dengan memantau
respirasi Os setiap kali pemeriksaan. Monitoring fisik dilakukan dengan memantau dan
menanyakan kondisi Os setiap kali kunjungan pemeriksaan. Monitoring asupan dilakukan
dengan monitoring asupan dengan cara mengatur asupan Os dengan pemberian Diet jantung II
secara bertahap. Monitoring perilaku dilakukan dengan memberikan edukasi kepada Os berupa
konseling gizi terkait diet jantung dan mengenai bahan makanan yang harus dihindari oleh
penderita jantung dengan media berupa leaflet dan poster, yang penyampaian edukasi Os
dilakukan oleh ahli gizi atau keluarga terdekat dengan cara penyampaian lisan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Poster (Faiz)
2. Leaflet (Okta & Stri Elsa)