Anda di halaman 1dari 45

Krisis Hiperglikemia pada Anak

Obesitas
Oleh: dr. Septira Arindya Maharani

Dokter Pembimbing: dr. Dian Wahyu Rofita

DPJP: dr. Edy Kristianta Ginting, Sp.A

Program Internsip Dokter Indonesia


RS. Pertamina Prabumulih
9 Februari – 8 Agustus
2022
Identitas

Nama : MS
Tanggal Lahir : 24 November 2010
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jaminan : BPJS
Tanggal Pemeriksaan : 10 Juni 2022
Anamnesis
Alloanamnesis dengan nenek pasien 10
Juni 2022 02.05 WIB

Keluhan Utama:
Sesak Nafas
Riwayat Penyakit Sekarang

Sesak Nafas Lemas, Meriang


01 Sejak 1 hari smrs
02 1 minggu terakhir

Riwayat Batuk pilek, mual dan muntah


03 Sering BAK, Minum dan
makan sejak 2 minggu ini
04 disangkal.

Riwayat Vaksin covid 19 + 2x


Riwayat minum kaleng: +
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga
01 2 minggu yang lalu os mengalami 01 DM tipe 2
diare namun sudah diobati dan
sembuh Orang tua: Ayah

02 DM tipe 1 dan 2 disangkal


Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Apatis (E3V4M6)
Kepala : Normocephal
TD : 100/60 mmHg
Mata : Hiperemis (+/+),
HR : 118 x/m
Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera
RR : 38 x/m
Ikterik (-/-)
Suhu : 37.5C
Leher: Acanthosis Nigricans
SpO2 : 97%
BB : 103 kg
TB : 155 cm
IMT : 42.9 (Obesitas grade 2)
Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
COR:
- Inspeksi: Iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi: Iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra
- Perkusi:
Batas kanan: ICS IV linea parasternalis D
Batas kiri: ICS V linea midclavicularis S
Pinggang jantung: ICS III linea parasternalis S
- Auskultas: Bunyi Jantung I II reg, Murmur (-), Gallop (-)
Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
PULMO:
ABDOMEN:
- Inspeksi: Pergerakan dinding dada
- Inspeksi: tampak cembung
simetris , cepat & dalam
- Palpasi: Supel, nyeri tekan (-), pembesaran
- Palpasi: fremitus vocal & taktil simetris
hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi: Sonor dikedua lapang paru
- Perkusi: Timpani
- Auskultas: Vesikuler (+/+), wheezing (-/-),
- Auskultasi: Bisung Usus (+) normal
ronkhi (-/-)
Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
Extremitas atas dan bawah:
Pitting edema (-)
Akral hangat
CRT< 2 detik
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 13.2 13,2-17,3

Pemeriksaan Leukosit
Hematokrit
28.470*
37
5000-10000
40-52
Penunjang Trombosit 510.000* 150000-440000
Basofil 0.2 0-1
10 Juni 2022
(02.20 WIB) Eosinofil 0.0 2-4
Batang 0.0 3-5
Segmen 88* 50-70
Limfosit 7.9* 20-40
Monosit 3.9 2-8
Eritrosit 5.03 4-5
Laju Endap Darah 17 <15
Pemeriksaan
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Penunjang Gula darah sewaktu 684* 70-140
10 Juni 2022 HbA1C 11.5* 4.5-6.3
(02.20 WIB) Natrium 126 135-148
Kalium 4.1 3.5-5.3

Clorida 100 98-107


DIAGNOSIS KERJA

KRISIS
HIPERGLIKEMIA
+
OBESITAS GRADE 2
TATALAKSANA
IGD:

- Oksigen Nasal Kanul: 2-3 LPM


- Kocor NaCl 0.9% 2 kolf  cek GDS  HI  Inj Apidra 14 IU
post coor
- NaCl coor 1 kolf  cek GDS  HI
- Timbang pempers selama 2 jam +- 1 kg/ 700 cc

KONSUL dr. Edy K Ginting, Sp. A


- Pasang 2 IV line (IVFD NaCl 0.9% gtt 60 makro, IVFD NS 500
cc + Inj Novorapid 50 IU gtt 60 mikro > 90 micro
- Injeksi Ceftriaxon 1 gram
- Pasang kateteter
- Rawat HCU
- Balance cairan
TATALAKSANA
Pantauan Gula darah/ jam (10 Juni 2022)

04.15: HI
05.15:HI
06.15:582 mg/dl
08.15:537 mg/dl
09.15:458 mg/dl
10.15:381 mg /dl
11.15:326 mg/dl
12.15:303 mg/dl
13.15:258 mg/dl
14.15:194 mg/dl
15.15:168 mg/dl
16.15:186 mg/dl  cek UR/CR  48/1.6
20.31:290 mg/dl
TATALAKSANA
Pada pukul 20.45 WIB GDS 290 mg/dl
Pasien Unresponsive
Apneu  RJP 5 siklus  Inj Epinefrin
1amp  RJP 5 Siklus nadi tidak teraba
 inj. Epinefrin amp  RJP 5 siklus
Nadi tidak teraba  RJP 5 siklus  nadi
tidak teraba

EKG Flat

Pupil Midriasis , reflek cahaya (-/-)

Pasien dinyatakan meninggal dunia pada


pukul 21.17 WIB

TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Hiperglikemia: Kadar glukosa darah >200 mg/dL (IDAI, 2017)

Krisis Hiperglikemia:
 Peningkatan kadar glukosa plasma (>150mg/dl) selama penyakit akut/
stress fisik & fisiologis (Lancet, 2009)
 Kadar glukosa plasma sementara >140 mg/dl (glukosa plasma puasa >126
mg/dl atau glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl) tanpa bukti diabetes
sebelumnya. (American Diabetes Association, 2009)

Obesitas: Terjadi karena ketidak seimbangan antara asupan energidengan


keluaran energi  kelebihan energi  disimpan dlm bentuk jaringan lemak
(IDAI, 2014)
DEFINISI
Hiperglikemia: Kadar glukosa darah >200 mg/dL (IDAI, 2017)

Krisis Hiperglikemia:
Penurunan insulin efektif disirkulasi yang disertai peningkatan hormone kontra
regulator (glucagon, ketokolamin, kortisol, hormone pertumbuhan)

KAD  Hiperglikemia, ketosis, asidosis

HHS  Hiperglikemia, hiperosmolaritas, dehidrasi berat, sedikit/tdk ada


produksi keton
(Pubmed. 2013)

Obesitas: Terjadi karena ketidak seimbangan antara asupan energidengan


keluaran energi  kelebihan energi  disimpan dlm bentuk jaringan lemak
(IDAI, 2014)
Mul D, Meijer C. Hyperglycaemic crises in children and adolescents. 2013;157(50):A5185. Diakses 4 Juli 2022 https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24326136/
IDAI, 2017, Ketoasidosis Diabetik dan Edema Serebri pada Diabetes Melitus Tipe-1 . Panduan Praktik Klinis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diakses 28 Juni 2022.
https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Panduan-Praktik-Klinis-Ketoasidosis-Diabetik-dan-Edema-Serebri.pdf
IDAI, 2014, Diagnosis, Tata Laksana Dan Pencegahan Obesitas Pada Anak Dan Remaja, Jakarta, diakses 28 Juni 2022.
https://www.idai.or.id/professional-resources/pedoman-konsensus/diagnosis-tata-laksana-dan-pencegahan-obesitas-pada-anak-dan-remaja
EPIDEMIOLOGI
 WHO 2013: 13-80% dari 65.000 anak usia <15 tahun
dengan diagnosis KAD

 Angka kejadian KAD sebesar 15-70% di Eropa, Australia,


Amerika dan lebih tinggi di negara berkembang

 Angka mortalitas pada HHS mencapai 20% yaitu sekitar


10x lebih tinggi daripada kematian pada KAD. Paling
sering pasien dengan obesitas

 Obesitas: Dunia Meningkat dari 4.2% 1990 menjadi 6.7%


tahun 2010, diperkirakan akan mencapai 9.1% pada
tahun 2020

 Di Indonesia prevalensi obesitas pada anak usia sekolah


dasar rata2 12.3%

Adeyinka A, Kondamudi N P. Hyperosmolar Hyperglycemic Nonketotic Coma. 2022. Diakses 4 Juli 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482142/
Ria, Syazili. Penatalaksanaan KAD dan DM Tipe 1 pada Anak Usia 15 tahun . Medula Unila. 2017.
IDAI, 2014, Diagnosis, Tata Laksana Dan Pencegahan Obesitas Pada Anak Dan Remaja, Jakarta, diakses 28 Juni 2022. https://www.idai.or.id/professional-resources/pedoman-konsensus
Patogenesis

Stress (Trauma/Luka bakar)


Infeksi (Diare akut, kejang demam)
Insufisiensi insulin
Obesitas & konsumsi minumanan
tinggi kalori

Argyropoulos et al. Stress Hyperglycemia in Children and Adolescents as a Prognostic Indicator for the Development of Type 1 Diabetes Mellitus. 2021. Diakses 4 Juli 2022
https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fped.2021.670976/full#F1
Savoldelli et al. Diabetology & Metabolic Syndrome 2010, 2:41 diakses 4 Juli 2022 http://www.dmsjournal.com/content/2/1/41
Manifestasi Klinis

DKA HHS

Gejala klasik DM
Dehidrasi, dengan derajat yang bervariasi. = DKA + Defisist
Mual, muntah, nyeri perut, takikardi, hipotensi, turgor neurologi
kulit menurun, & syok. Kejang
Penurunan kesadaran
Pola napas Kussmaul.
Pemeriksaan Fisik
● Keadaan umum:
DKA  CM ● Akantosis nigrikans,
HHS  Penurunan keasadaran ● Sariawan
● Kardiovaskular: Takikardia, hipotensi ● vulvovaginitis
ortostatik, nadi lemah dan lemah ● lesi kulit pustular menunjukkan kontrol
● Pernafasan: Frekuensi bisa normal, glikemik yang buruk.
tetapi takipnea mungkin ada jika
asidosis berat
● Kulit: CRT >2 detik, turgor kulit buruk,
skin tenting mungkin tidak ada bahkan
pada dehidrasi berat karena obesitas
● Genitourinari: Penurunan output urin
Pemeriksaan Penunjang

GDS, HbA1C, Serum DL, AGD, Fungsi


Osmolalitas Ginjal

Elektrolit & Mineral Urin

Adeyinka A, Kondamudi N P. Hyperosmolar Hyperglycemic Nonketotic Coma. 2022. Diakses 4 Juli 2022
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482142/
Kriteria Diagnosis

Gosmanov et al. Hyperglycemic Crises: Diabetic Ketoacidosis and Hyperglycemic Hyperosmolar State. 2021. diakses 4 Juli 2022
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279052/
Tatalaksana
Tujuan Terapi
01 Perbaikan sirkulasi dan perfusi jaringan

02 Penurunan bertahap serum glukosa & osmolalitas

03 Koreksi ketidakseimbangan elektrolit

04 Cari penyebab dan komorbid sebelumnya

Gosmanov et al. Hyperglycemic Crises: Diabetic Ketoacidosis and Hyperglycemic Hyperosmolar State. 2021. diakses 4 Juli 2022
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279052/
Tatalaksana Amankan
Awal Airway
Breathing
Circulation

Nilai Kesadaran

Nilai derajat dehidrasi


- Dehidrasi sedang (CRT memanjang, Turgor menurun,
membran mukus kering, mata cekung, tidak ada air mata)
- Dehidrasi berat (Hipotensi, oliguria, nadi teraba lemah)

IDAI, 2017, Ketoasidosis Diabetik dan Edema Serebri pada Diabetes Melitus Tipe-1 . Panduan Praktik Klinis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diakses 28
Juni 2022. https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Panduan-Praktik-Klinis-Ketoasidosis-Diabetik-dan-Edema-Serebri.pdf
Terapi Cairan initial  Isotonic ( Nacl 0.9%, RL, RA) 15-20
ml/kgBB atau setara 1-1.5L selama 1 jam pertama
Cairan
Rehidrasi awal cairan isotonic paling tidak selama 4-6 jam
 pengantiian dengan cairan tonisitas sama / lebih dari
0.45% dengan ditambah kalium klorida, kalium fosfat /
kalium asetat

Hipernatremia/ eunatremi  NaCl 0.45% 4-14ml/KgBB/Jam


NaCl 0.9%  Hiponatremia

Jangan menurunkan kada gula darah secara cepat 


cerebral oedema

HHS  Penurunan kecepatan insulin / penggunaan D5 1/2


NS ketika GDS mencapai 300 mg/dl  penggunaan cairan
hypotonic berlebihan  cerebral oedema

IDAI, 2017, Ketoasidosis Diabetik dan Edema Serebri pada Diabetes Melitus Tipe-1 . Panduan Praktik Klinis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diakses 28
Juni 2022. https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Panduan-Praktik-Klinis-Ketoasidosis-Diabetik-dan-Edema-Serebri.pdf
● Indikator status hidrasi  kadar Natrium

○ Pada KAD terjadi pseudohiponatremia sehingga kadar natrium pasien KAD dihitung untuk
mengetahui kadar Natrium sebenarnya (Na+), dengan rumus:

[Na+ terukur] + (1,6 x [glukosa -100 mg/dL] / 100)


atau
[Na+ terukur] + (1,6 x [glukosa -5,6 mM] / 5,6)

● Kadar Na+ harus tetap dalam kisaran normal yaitu 135–145 mEq/L atau perlahan-
lahan menjadi normal jika pada awalnya meningkat.

● Kadar Na+ yang tinggi  tanda adanya dehidrasi hipertonik dan rehidrasi perlu
dilakukan lebih lambat

● Bila Na+ turun dibawah nilai normal maka hal ini menunjukkan pemberian cairan
yang terlalu cepat atau retensi air.

IDAI, 2017, Ketoasidosis Diabetik dan Edema Serebri pada Diabetes Melitus Tipe-1 . Panduan Praktik Klinis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diakses 28 Juni 2022.
https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Panduan-Praktik-Klinis-Ketoasidosis-Diabetik-dan-Edema-Serebri.pdf
Mulai pemberian insulin 1-2 jam setelah pemberian cairan & Nilai kalium serum > 3,3
Terapi mmol/L

Insulin KAD  Dosis insulin yang digunakan: 0,05-0,1 U/kgBB/jam.


- Insulin bolus tidak diperlukan pada tata lakasana KAD
- Untuk memudahkan pemberian, monitoring dan titrasi insulin selama tata laksana KAD
 2 line IVFD untuk insulin secara tersendiri dengan kadar cairan 1 mL = 0,01 U insulin.
HHS  Harus lebih rendah karena HHS patofisiologi utama adalah dehidrasi berat.

Tingkat penurunan glukosa yang optimal adalah antara 50-70 mg/jam

Jika target glukosa yang diinginkan tidak tercapai pada 1 jam pertama  bolus insulin
0,1 u/kg

ketika glukosa plasma mencapai 200-250 mg/dL pada DKA atau 300 pada HHS, laju
insulin harus diturunkan menjadi 0,05 U/kg/jam

IDAI, 2017, Ketoasidosis Diabetik dan Edema Serebri pada Diabetes Melitus Tipe-1 . Panduan Praktik Klinis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diakses 28
Juni 2022. https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Panduan-Praktik-Klinis-Ketoasidosis-Diabetik-dan-Edema-Serebri.pdf
● Cara pengenceran:
50 Unit insulin diencerkan dalam 50 mL NaCl 0,9% (1 mL = 1 U)
atau 5 Unit insulin diencerkan dalam 50 mL NaCl (1mL = 0,1 U)

- Pertahankan dosis insulin tetap 0,05-0,1 U/kgBB/jam sampai KAD teratasi


(pH > 7,30, bikarbonat > 15 mEq/L, BOHB < 1 mmol/L).

● Dosis insulin dapat diturunkan lebih rendah dari 0,05 U/kgBB/ jam jika
pasien sensitif terhadap insulin dan tetap menunjukkan adanya
perbaikan asidosis metabolik.
● Jika pemberian insulin intravena kontinu tidak memungkinkan pada
pasien dengan KAD tanpa gangguan sirkulasi perifer maka dapat
diberikan insulin subkutan atau intramuskuler tiap jam atau tiap dua
jam.
● Insulin kerja cepat atau kerja pendek.

○ - Dosisnya dapat dimulai dari 0,3 U/kgBB  satu jam kemudian dengan
insulin lispro atau aspart dengan dosis 0,1 U/ kgBB/jam atau 0,15-0,2
U/kgBB tiap 2 jam.

○ - Jika kadar glukosa darah < 250 mg/dL (< 14 mmol/L) sebelum KAD
teratasi, kurangi dosis insulin menjadi 0,05 U/kgBB/jam untuk
mempertahankan glukosa darah 200 mg/dL sampai KAD teratasi.
Terapi Kalium
● Semua KAD perlu koreksi kalium, kecuali jika terdapat gagal ginjal

● Hipokalemia  mulai pemberian kalium saat resusitasi cairan awal sebelum pemberian insulin
atau berikan setelah cairan resusitasi bersamaan dengan mulai pemberian insulin

● Hiperkalemia (K+>6 mEq/L)  tunda pemberian kalium sampai diuresis normal.

● Kalium dapat diberikan dengan konsentrasi 40 mEq/L. Selanjutnya disesuaikan dengan hasil
pemeriksaan kadar kalium plasma.

● Jenis preparat kalium yang digunakan sebaiknya adalah kalium fosfat bersama-sama dengan
kalium klorida atau asetat untuk mencegah terjadinya asidosis hiperkloremia dan hipokalsemia.
Contoh: kalium fosfat diberikan 20 mEq/L sedangkan kalium klorida juga 20 mEq/L.

● Kecepatan penggantian kalium tidak boleh melebihi 0,5 mEq/kgBB/jam

● Pemeriksaan EKG dapat membantu menentukan hiperkalemia atau hipokalemia.


Terapi Asidosis

● Teratasi dengan pemberian cairan dan insulin

● Terapi bikarbonat dapat menyebabkan asidosis SSP


paradoksikal dan meningkatkan risiko terjadinya hipokalemia

● Bikarbonat dapat digunakan pada kondisi hiperkalemia berat


atau jika pH darah < 6,8
- Dosisnya adalah 1-2 mEq/kg BB diberikan IV selama lebih
dari 60 menit.
Skema
tatalaksana
KAD & HHS
Pengobatan Umum

● Antibiotik
● Heparin
● Oksigen
DAFTAR PUSTAKA
1. Mul D, Meijer C. Hyperglycaemic crises in children and adolescents. 2013;157(50):A5185. Diakses 4 Juli 2022
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24326136/
2. IDAI, 2017, Ketoasidosis Diabetik dan Edema Serebri pada Diabetes Melitus Tipe-1 . Panduan Praktik Klinis.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diakses 28 Juni 2022.
https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Panduan-Praktik-Klinis-Ketoasidosis-Diabetik-dan
-Edema-Serebri.pdf
3. IDAI, 2014, Diagnosis, Tata Laksana Dan Pencegahan Obesitas Pada Anak Dan Remaja, Jakarta, diakses 28 Juni
2022.
https://www.idai.or.id/professional-resources/pedoman-konsensus/diagnosis-tata-laksana-dan-pencegahan-obesitas-
pada-anak-dan-remaja
4. Adeyinka A, Kondamudi N P. Hyperosmolar Hyperglycemic Nonketotic Coma. 2022. Diakses 4 Juli 2022
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482142/
5. Ria, Syazili. Penatalaksanaan KAD dan DM Tipe 1 pada Anak Usia 15 tahun . Medula Unila. 2017.
6. Argyropoulos et al. Stress Hyperglycemia in Children and Adolescents as a Prognostic Indicator for the
Development of Type 1 Diabetes Mellitus. 2021. Diakses 4 Juli 2022
https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fped.2021.670976/full#F1
7. Savoldelli et al. Diabetology & Metabolic Syndrome 2010, 2:41 diakses 4 Juli 2022
http://www.dmsjournal.com/content/2/1/41
8. Gosmanov et al. Hyperglycemic Crises: Diabetic Ketoacidosis and Hyperglycemic Hyperosmolar State. 2021.
diakses 4 Juli 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279052/
9. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2021. Pedoman Petunjuk Praktis Terapi Insulin Pada Pasien Diabetes-
Melitus. PB PERKENI. Diakses 4 Juli 2022 https://pbperkeni.or.id/wp-content/uploads/2021/11/22-10-21-_-
Website-Pedoman-Petunjuk-Praktis-Terapi-Insulin-Pada-Pasien-Diabetes-Melitus-Ebook.pdf
TERIMA KASIH
Risk factors
Diet No exercise Family
Venus has a beautiful name Despite being red, Mars is Saturn is composed mostly
and is the second planet from actually a cold place. It’s full of hydrogen. It was named
the Sun of iron oxide dust after a Roman god

Psychological Socioeconomic Medication


Mercury is the closest planet Earth is the third planet from Neptune is the fourth-largest
to the Sun and the smallest in the Sun and the only one that planet by diameter in the
the Solar System harbors life Solar System
Icon pack: diseases | filled
Obesity risks
Now Later

Depression Cancer
Jupiter is the biggest Neptune is the farthest
planet of them all planet from the Sun

Diabetes Heart disease


Saturn is composed of Venus is the second planet
hydrogen and helium from the Sun
Ways to prevent it
Healthy snacks Non-food rewards
Mercury is the closest planet to the Venus is terribly hot, even hotter
Sun and the smallest one in the than Mercury, and its atmosphere is
Solar System extremely poisonous

New foods Enough sleep


Earth is the third planet from the Saturn is composed mostly of
Sun and the only one that harbors hydrogen and helium. It was named
life in the Solar System after a Roman god
Physical complications
Joint pain Bad cholesterol
Venus has a beautiful name Despite being red, Mars is
and is the second planet from actually a cold place. It’s full
the Sun of iron oxide dust

Diabetes Liver disease Asthma


Mercury is the closest planet Saturn is composed mostly of Earth is the third planet from
to the Sun and the smallest in hydrogen and it was named the Sun and the only one that
the Solar System after a Roman god harbors life
Results analysis
Obesity prevalence
$147 billion
The total cost of obesity in the
United States

96%
Of elementary schools offer no
physical education classes

Follow the link in the graph to modify its data and then paste the new one here. For more info, click here
Solutions

Eat better Get active


Venus has a beautiful name Mercury is the closest
and is the second planet planet to the Sun and the
from the Sun smallest of them all

No idleness Sleep better


Despite being red, Mars is Earth is the third planet
actually a cold place. It’s from the Sun and the only
full of iron oxide dust one that harbors life
Conclusions

Conclusion 1
Earth is the third planet from the Sun and the
only one that harbors life in the Solar System

Conclusion 2
Venus is terribly hot, even hotter than Mercury,
and its atmosphere is poisonous

Anda mungkin juga menyukai