Anda di halaman 1dari 2

Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan tanda rangsang meningeal, beberapa saraf kranial, dan motorik dapat
dikerjakan untuk mengetahui letak lesi penurunan kesadaran.

A. Pemeriksaan saraf kranial


1. Pupil
Pemeriksaan reflex pupil dapat menentukan letak lesi intracranial yang
menyebabkan penurunan kesadaran. Refleks ini memiliki komponen aferen N. II dan
eferen N. III. Hasil pemeriksaan pupil dikatakan anisokor apanila terdepat perbedaan
diameter pupil > 2mm antara kiri dan kanan
2. Gaze dan Gerakan Ekstraokular
Pemeriksaan gaze diawali dengan memegang kedua kelopka mata pasien agar
tetap terbuka,kemudian diamati posisi kedua bola mata pada keadaan netral. Adanya
kelainan gaze berupa deviasi konjugat menandakan kemungkinan lesi di frontal eye field
(FEF) lobus frontal atau pons.
Lesi pada salah satu lobus frontal dapat berupa destruktif atau iritatif. Lesi
destruksi, misalnya karena stroke atau neoplasma, akan menimbulkan deviasi konjugat ke
arah ipsilateral lesi atau kontralateral sisi hemiparesis. Lesi iritatif, misalnya kejang yang
bersumber darisalah satu lobus frontal, akan menimbulkan deviasi konjugat kea rah
kontralateral lesi atau ipsilateral sisi hemiparesis. Pemeriksaan bola mata dilakukan untuk
mengevaluasi adanya fiksasi, tracking pada suatu objek, roving eye ovement, atau
nystagmus yang dapat ,enunjukan lokasi lesi.
3. Refleks Okulosefalik
Pemeriksa menahan kedua kelopak mata pasien tetap terbuka, lalu menggerakan
kepala pasien secara cepat berotasi kea rah horizontal dan vertical. Hasil positif ditandai
dengan gerakan kedua bola mata kea rah berlawanan dari rotasi kepala
4. Refleks Okulovestibular
Komponen aferen refleks ini adalah N. VIII dan N. VI. Refleks ini dilakukan
dengan sebelumnya memastikan patensi membrane timpani. Pemeriksa mengalirkan 50
ml air dingin pada salah satu telinga selama 1 menit, pasien di elevasi 30 derajat.
Tindakan dilakukan pula pada telinga sisi yang lain dengan interval selama 5 menit dari
telinga sebelumnya. Hasil positif berupa nystagmus fase cepat kea rah berlawanan
dengan telinga yang diirigasi. Hal ini menunjukan lingkar refleks yang melalui
mesensefalon dan pons dalam keadaan intak.
5. Refleks Ancam
Refleks ini memiliki komponen aferen N. II dan everen N. VII. Pemeriksa
memegang kedua kelopak mata pasien agar tetap terbuka, kemudian tangan pemeriksa
digerkkan secara cepat ke dalam lapang pandang pasien hingga tampak seperti hamper
mengancam mata pasien. Hasil positif ditandai dengan kedipan mata menunjukan lingkar
refleks melalui jaras penglihatan, area visual di lobus oksipital hingga pons masih dalam
keadaan intak.
6. Funduskopi
Pada pasien penurunan kesadaran, pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi
diskus optikus dan N. II. Peningkatan tekanan intracranial ditandai dengan adanya papil
edema.
7. Refleks Kornea
Komponen aferen refleks kornea adalah N.VI dan eferennya N.VII. pemeriksaan
refleks kornea dilakukan dengan menyentuh kornea dengan kapas atau tetesan air. hasil
positif apabila terdapat kedipan mata saat kornea disentuh. Jal ini terjadi karena lingkar
refleks yang melalui pons masih intak.
8. Refleks Muntah
Komponen aferen refleks ini adalah N.IX dan eferennya N.X. pemeriksaan refleks
muntah dilakukan dengan memberikan rangsangan sentuhan ke dinding faring posterior
dengan spatula lidah atau kateter pinghisap. Refleks ini akan positif bila lingkar yang
melalui medulla oblongata masih intak.
9. Refleks Batuk
Komponen aferen dan eferen refleks ini adalah N.X. pemeriksaan ini dilakukan
dengan cara memasukan kateter penghisap ke dalam piipa endotrakeal atau trakeostomi
hingga setinggi karina, dan dilakukan penghisapan sebanyak 1 atau 2 kali. Refleks ini
akan positif bila lingkar refleks yang melalui medulla oblongata masih dalam keadaan
intak.

Anda mungkin juga menyukai