Anda di halaman 1dari 35

RESUME PBL

SKENARIO 3
“EJAKULASI DINI”

NAMA : Adhitya Abdurrahman Wahid


NPM : 119170001
KELOMPOK : 2A
TUTOR : dr. Muhammad Suhanda

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
2020
SKENARIO 3

EJAKULASI DINI

Seorang laki-laki usia 35 tahun datang ke dokter dengan keluhan sering mengeluarkan
sperma terlalu cepat ketika sedang berhubungan dengan istrinya. Dokter mencurigai pasien
mengalami ejakulasi dini dan menyarankan melakukan beberapa pemeriksaan pada pasien
seperti pemeriksaan struktur organ genital, analisa sperma dan kadar hormon reproduksi pasien.

STEP 1

1. Sperma : cairan yang keluar melalui uretra pria dewasa pada waktu mengalami orgasme
2. Ejakulasi dini : proses pengeluaran semen yang ditandai dengan komponen komponen
ejakulat, ejakulat terjadi sekitar 2-10 menit saat dimulai hubungan seks
- Kejadian dimana pria mengalami orgasme dan mengeluarkan semen setelah
melakukan aktivitas seksual dalam waktu yang singkat
3. Organ genital : organ yang berperan dalam sistem reproduksi
4. Hormon reproduksi : zat kimia yang dihasilkan didalam tubuh oleh testis, ovarium,
adrenal cortex yang berguna dalam pembentukan sperma dan ovum serta membentuk
sifat sekunder

STEP 2

1. Mengapa pasien sering mengeluh mengeluarkan sperma terlalu cepat?


2. Hormon apa saja yang berperan dalam pembentukan sperma?
3. Apa saja yang termasuk dalam organ genital pria?
4. Apa saja fungsi organ genital pada pria?
5. Bagaimana pemeriksaan analisis sperma?

STEP 3

1. - Karena adanya difungsi ereksi, kondisi kesehatan, stress


- Gangguan dari prostat dan tiroid
2. Testosteron, LH, FSH, GH, Estrogen, GnRH
3. Eksterna: penis, uretra, skrotum
Interna: testis, epididimis, kelenjar seks (vesikula seminalis, glandula prostat, kelenjar
bulborretral), duktus defferen, venikulus spermaticus
4. - Penis: sebagai saluran kencing/urin sekaligus tempat keluarnya sperma
- Skrotum: sebagai menjaga suhu testis
- Testis: untuk memproduksi sperma dan hormon testosteron
- Epididimis : sebagai tempat penyimpanan sperma sementara dan tempat pematangan
sperma
- Saluran uretra : sebagai saluran keluarnya sperma dan urin
- Vesikula seminalis : menghasilkan fruktosa untuk makanan sperma, mengeluarkan
prostat glandin yang merangsang saluran untuk membantu menyalurkan sperma dan
menghasilkan cairan semen
- Duktus defferens : untuk menyalurkan sperma dari epididimis menuju uretra
Kelenjar bulbouretra : menyekresi cairan basa kedalam uretra, mengeluarkan mukus yang
melumasi ujung penis dan lapisan dalam uretra
5. mikroskopis : warna, volume, bau, ph, ovulasi, liquifaksi
makroskopis: volume, motilitas, morfologi, sperma densiti, sperma motiliti, sel darah
putih
interpretasi : normoospermia, oligospermia, astenoospermia, azoospermia, aspermia,
oligoastenoteratozoospermia

STEP 4

1. difungsi ereksi : ketidakmampuan ereksi yang dapat membuat seseorang ingin


menyelesaikan secara sengaja ataupun tidak biasanya ada faktor yang mempengaruhi
yaitu:
- faktor fisik: bila sering melakukan manstubrasi/onani akan terjadi gangguan di
prostat, ketidakseimbangan hormon, kondisi kesehatan biasanya kebiasaan merokok
serta alkohol dan kerusakan saraf di saraf pusat dan di area organ intim
- faktor psikis: cemas berlebihan, stress dan trauma saat kecil saat pelecehan seksual
Difungsi ereksi dibagi menjadi 2 yaitu primer sekunder. Primer terjadi sejak awal tidak
dapat mencapai ereksi penis yang cukup dan tidak dapat melakukan senggama, sekunder
pada awalnya penderita mampu mencapai ereksi yang cukup namun beberapa saat
kemudian mengalami gangguan sehingga menyebabkan penderita tidak dapat
mempertahankan ereksi penis untuk melakukan senggama
dalam keadaan kegiatan seks pria melibatkan komponen ereksi dan ejakulasi
2. - Testosteron : maskulinasi, pembentukan sperma dan peningkatan massa otot tulang dan
metabolik dasar
- FSH : merangsang sel sertoli untuk mengubah spermatid menjadi sperma; untuk
memproduksi ABP
- GH : spermatogenesis testis
- LH : merangsang sel leydig untuk mengasilkan hormon adrogen atau testosteron,
- GnRH: merangsang gonadotrof di hipofisis anterior untuk meningkatkan sekresi LH
dan FSH; dirangsang oleh neurotransmitter peptida (kispeptin)
3. eksterna:
- penis : terdiri dari corpus penis, corona glandis, gland penis. Penis hampir seluruhnya
diisi oleh jaringan erektil yang dibentuk dari tiga rongga vaskuar ( 2 corpus
cavernosum penis dan 1 corpus cavernosumuretra). Vaskularisasi: a. bulbi penis, a.
uretralis, a. dorsalis penis, dan a. profunda penis
- skrotum: kantong yang menonjol keluar dari dinding anterior abdomen, isinya ada
testis; epididimis, dan venikulus spermaticus. Vaskularisasi : a. pudenda eksterna, a
scrotalis posterior, a. spermatica interna
Lapisan dinding skrotum:
- kulit: tipis, berpigmen, berkerut, dan membentuk kantong tunggal
- fascia superficialis : melanjutkan diri sebagai faniculus adiposus dan statum
membranosum dinding abdomen
- fascia spermatica : terdapat musculus cremaster untuk refleks cremaster

interna :

- Testis merupakan saluran saluran yang melilit yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang
disebut tubulus semiuterus
- Epididimis merupakan saluran yang menempel pada testis, terdiri dari caput, corpus,
cauda epididimis
- Duktus defferens terbagi menjadi beberapa bagian yaitu pars scrotalis, pars pelvicum,
pars inguinalis dan pars ampularis. Saluran memiliki otot polos yang tebal terdiri dari
tiga bentuk, longitudinal, sirkuler, dan longitudinal luar.
4. - Testis : untuk menghasilkan sperma dan testosteron
- Epididimis dan duktus defferen : tempat keluarnya sperma dari testis, tempat
pematangan motilitas sperma, memekatkan dan menyimpan sperma
- Kelenjar prostat : mengeluarkan cairan basa atau alkalis yang menetralkan seksresi
vagina yang asam dan memicu pembekuan semen untuk menjaga sperma tetap dalam
vagina pada saat penis dikeluarkan.
5. Makroskopis :
- Liquifaksi: jarak antara waktu pengeluaran semen dengan pemeriksaan dimulai ( 15-
60 menit)
- Bau : berbau khas seperti bunga akasia
- Warna : putih mutiara
- Ph : 7,2-7,8 (normal)
- Volume : 2-5 mL
Mikroskopis : Menggunakan mikroskop
- Motilitas : menilai gerakan dari sperma
- Morfologi : menilai bentuk dari sperma
MIND MAP

Kelainan sperma
GENITALIA PRIA

Struktur eksterna dan Hormon reproduksi Pembentukan sperma


interna pria

Fungsi

Fungsi hormon Pengeluaran


sperma

Maksroskopis mikroskopis

STEP 5

1. Makroskopis dan mikroskopis organ genitalia pria


2. Hormon reproduksi pada pria beserta fungsi
3. Pembentukan sperma dan pengeluaran sperma
4. Hubungan hormon reproduksi dengan pembentukan sperma
5. Kelainan pada sperma

STEP 6

Belajar Mandiri
REFLEKSI DIRI

Alhamdulillah pada PBL skenario 3 ini di blok 2.3 ini saya sendiri sudah merasa cukup
memahami materi yang didiskusikan dan semoga kedepannya bisa lebih baik lagi. Terimakasi
dok mohon doa nya dan bimbingannya selalu dok terimakasi banyak

STEP 7

1. Struktur makroskopis dan mikroskopis organ genitalia pria

Struktur makroskopis

Organ genitalia pria dibagi 2 kelompok yaitu genitalia eksterna (terlihat, diluar) dan
genitalia interna (tidak terlihat, didalam). (1)

Gambar : anatomi genitalia pria

Organ genitalia eksterna

A. Penis
Penis merupakan organ genitalia eksterna pada pria. Terdiri dari 3 bagian
penyusun yaitu corpus penis, corona glandis, dan glans penis. Penis ini hamper
seluruhnya diisi oleh jaringan erektil yang dibentuk dari 3 kolom atau rongga
vascular (2 corpus cavernosum penis dan 1 corpus cavernosum urethra). (1)

Gambar : struktur penis dan sekitarnya

Basis corpus penis ditopang oleh dua ligamenta: ligamentum


suspensorium penis (melekat ke superior pada symphysis pubica), dan yang
terletak lebih superficial ligamentum fundiforme penis (melekat di atas pada linea
alba dinding anterior abdomen dan di bawah terbelah menjadi dua pita yang
berjalan pada setiap sisi penis dan bersatu di inferior). (1)
Gambar : musculi dan ligamenti genitalia pria

Penis divaskularisasi oleh arteri dorsalis penis, profunda penis dan bulbi penis
sedangkan venanya oleh vena dorsalis superficialis penis, dorsalis profunda penis
dan bulbi penis. (1)

B. Urethra (dalam penis, tepatnya dalam corpus cavernosum urethra)


Urethra merupakan saluran yang berfungsi untuk mengalirkan urin dan
sperma keluar. Urethrae ini seperti pipa memiliki panjang sekitar 18-22 cm. yang
berfungsi sebagai saluran untuk mengalirkan urin dan juga cairan semen. Saluran
ini dimulai dari orificium urethra interna yang berda pada cervix vesicae
kemudian berlanjut masuk melewati prostat, menembus diaphragma urogenitale
(trigonum urogenitale) lalu berlanjut jalan di corpus covernosum urethrae dan
berakhir pada lubang penis atau orificium urethrae eksterna sesuai diatas berarti
urethra pada pria dibagi menjadi 3 pars meliputi :
 Pars prostatica (3-4 cm)
 Pars membranosa (1 cm)
 Pars spongiosa urethrae (12-18 cm) (1)

C. Skrotum
Skrotum merupakan sebuah kantung (terdiri dari kulit dan otot) yang
membungkus testis. Skrotum terletak diantara penis dan anus atau lebih tepatnya
di depan perineum. Skrotum ini dibagi jadi 2 bagian, sebelah luar oleh raphe
scroti dan sebelah dalam septum scroti. Sedangkan pada dinding scrotum terdiri
atau tersusun oleh :
 Kulit, yang relatif banyak berpigmentasi.
 Dibawah kulit ada jaringan subkutis bebas lemak namun dengan otot polos
(tunica dartos) yang membantu dalam regulasi temperature.

Gambar : struktur scrotum

Fungsi skrotum adalah menjaga suhu dari testis agar tetap optimal yakni di


bawah suhu tubuh. Pada manusia, suhu testis sekitar 34 °C. Pengaturan suhu
dilakukan dengan mengeratkan atau melonggarkan skrotum, sehingga testis dapat
bergerak mendekat atau menjauhi tubuh. Testis akan diangkat mendekati tubuh
pada suhu dingin dan bergerak menjauh pada suhu panas. Scrotum divaskularisasi
oleh vasa pupenda interna, pupendae eksternae dan cremasterica. (1)

Organ genitalia eksterna dipersarafi oleh persarafan otonom dan somatis.


Organ genitalia interna

A. Testis
Testis merupakan organ reproduksi laki laki yang berperan dalam proses
spermatogenesis, untuk menghasilkan sel gamet jantan atau spermatozoa. Testis
berjumlah 2 dengan bentuk ovoid, pipih dengan ketebalan ± 2,5 cm, berwarna
putih, terletak di dalam cavum skroti. testis berada pada kantung scrotum kanan
dan kiri pada umumnya testis sebelah kiri letaknya lebih rendah dibandingkan
sebelah kanan. Ukuran testis rata – rata 4 x 3 x 2,5 cm, dengan berat ± 32 gram.

Gambar : struktur testis

Nutrisi testis utamanya dipasok oleh arteri testicularis yang merupakan


cabang dari aorta abdominalis. Cabang-cabang arteri testikularis ber-anasotomose
dengan arteri dari duktus deferens. Drainase vena dari testis dan epididimis
dimulai dari plexus pampiniformis yang kemudian akan membentuk vena
testikularis. Vena testikularis kanan masuk ke vena cava inferior sedangkan yang
kiri akan bergabung dengna vena renalis kiri. Drainase limfe mengikuti pembuluh
darah testikularis berada didalam spermatic cord menuju ke nodula limfatik
daerah lateral aorta atau lumbal dan pre-aortic lumbal dua. Testis disarafi oleh
plexus testikularis yang berisi 7 parasimpatis n. vagus, serabut afferent visceral
dan serabut simpatis yang berasal dari segment torakal 7. (1)
B. Epididymis
Epididymis merupakan tempat penampung sperma dan tempat
pematangan sperma menjadi spermatozoa. Berbentuk seperti saluran yang
berkelok kelok dengan panjangnya kira kira 5-6 meter. Epididmis terdiri dari :
 Caput epididimis
 Corpus epididimis
 Cauda epididymis

Gambar : struktur epididymis

Epididymis divaskularisasi oleh vasa testicularis.

C. Ductus deferens
Merupakan saluran lanjutan musculare yang panjang, yang menyalurkan
spermatozoa dari cauda epididymis di dalam scrotum menuju ductus ejaculatorius
di dalam cavitas pelvis. Setelah berjalan melewati annulus inguinalis profundus,
ductus deferens membelok ke medial di sekitar sisi lateral arteria epigastrica
inferior dan menyilang arteria iliaca externa dan vena iliaca externa di apertura
pelvis superior untuk memasuki cavitas pelvis. Ductus deferens turun ke medial
pada dinding pelvis, ke dalam peritoneum, dan menyilang ureter di posterior
terhadap vesica urinaria. Ductus tersebut berlanjut ke inferomedial di sepanjang
basis vesica urinaria, anterior terhadap rectum, hampir di garis tengah, di sini
ductus tersebut bergabung dengan ductus excretorius dari vesicula seminalis
untuk membentuk ductus ejacuIatorius.
Di antara ureter dan ductus ejaculatorius, ductus deferens meluas untuk
membentuk ampulla ductus deferentis. Ductus ejaculatorius menembus prostata
untuk berhubungan dengan urethra pars prostatica. Divaskularisasi oleh vasa
ductus deferentis. (1)

D. Funiculus spermaticus
Funiculus spermaticus dimulai dari proximal pada annulus inguinalis
profundus dan berisi struktur-struktur yang berjalan di antara cavitas
abdominopelvicum dan testis. Struktur-struktur di dalam funiculus spermaticus
meliputi:
 Ductus deferens.
 Arteria untuk ductus deferens (dari arteria vesicalis inferior).
 Arteria testicularis (dari aorta abdominalis),
 Plexus venosus pampiniformis (venae testiculares).
 Arteria dan vena cremasterica (vasa kecil terkait fascia cremasterica).
 Ramus genitalis nervus genitofemoralis (mempersarafi musculus
cremaster),
 Serabut-serabut nervus afferentes viscerales dan sympathicum
Lymphatici.
 Sisa-sisa processus vaginalis.

Struktur-struktur ini akan memasuki annulus inguinalis profundus,


kemudian akan berlanjut menuruni canalis ingunialis dan keluar dari annulus
inguinalis superficialis. setelah mendapatkan tiga fascia penutup selama
perjalanannya. Kumpulan struktur dan fascia ini berlanjut ke dalam scrotum, dan
struktur-struktur ini berhubungan dengan testis dan fascia yang mengelilinginya.
Funiculus spermaticus dibungkus oleh beberapa lapisan meliputi :

 Kulit scrotum
 Tunika dartos, subcutis scrotum dengan otot polos
 Fascia spermatica externa, yang merupakan penutup terdangkal funiculus
spermaticus, berasal dari aponeurosis musculus obliquus externus
abdominis, dan melekat ke tepi annulus inguinalis superficialis
 Fascia cremasterica dengan musculus cremaster terkait, yang merupakan
lapisan tengah fascia dan berasal dari musculus obliquus internus
abdominis
 Fascia spermatica interna, yang merupakan lapisan terdalam, berasal dari
fascia transversalis, dan melekat ke tepi annulus inguinalis profundus
 Tunika vaginalis testis.(1)

Organ ini divaskularisasi oleh vasa cremasterica

E. Kelenjar seks
Kelenjar seks ini merupakan kelenjar yang membantu dalam proses
reproduksi pria. Kelenjar seks ini terdiri dari beberapa kelenjar yaitu :
 Kelenjar prostat : kelenjar yang tidak berpasangan terletak dibawah dari
VU. Kelenjar ini terbagi menjadi 3 lobus yaitu lobus dexter, sinister dan
medius. Bagian dalam prostat dilintasi oleh urethrae pars prostatica yang
mana didalamnya bermuara 30-50 saluran ekskretoris kelenjar tersebut.
Masing masing darinya akan mengeluarkan secret melalui kedua sisi
colliculus seminalis. Naah kelenjar ini ikut andil dalam komponen cairan
ejakulat, sekitar 15-30 %. Divaskularisasi oleh vasa vesicalis inferior dan
rectalis media.
 Kelenjar vesicular seminalis : kelenjar yang berpasangan ini terletak pada
sisi dorsal VU. Saluran sekresinya bersatu dengan ductus deferens menjadi
ductus ejakulatorius dan berakhir pada urethra pars prostatica di colliculus
seminalisnya. Secret cairan membentuk komponen ejakulat 50-80 %.
Divaskularisasi oleh vasa vesicalis inferior dan rectalis media.
 Kelenjar bulbourethralis, kelenjar ini tertanam didalam otot perineum pada
spatium profundum perinei, dibawah dasar pinggul. Divaskularisasi oleh
vasa pupenda interna. (1)

Organ genitalia interna dipersarafi oleh persarafan otonom murni.


Gambar : genitalia pria

Struktur makroskopis

Organ genitalia eksterna


A. Penis

Penis merupakan organ genitalia pria. penis hampir seluruhnya


dibentuk oleh jaringan erektil berupa rongga vascular. Terdapat 3 rongga
vascular pada penis yaitu :

 2 corpus cavernosum penis (dextra dan sinistra). Dikelilingi oleh


tunika albuginea dan membentuk septum pemisah diantaranya.
 1 corpus cavernosum urethra (terdapat saluran urethra
didalamnya). Dikelilingi tunika albuginea.
Ketiga rongga ini bentuk dan ukurannya tidak teratur (kaverne).
Ketika pria sedang ereksi maka rongga ini akan dipenuhi oleh arteriol
yang mengakibatkan penis menjadi keras dan kaku. Ketiganya juga
dikelilingi oleh jaringan ikat longgar yaitu fascia penis profunda yang
selanjutnya dikelilingi oleh jaringan ikat dermis yang berada di bawah
epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk di epidermis. (2)

Gambar : histologi penis

B. Scrotum

Scrotum merupakan kantung muscular sebagai tempat dari testis. Scrotum


terdiri dari kulit epidermis dan vaskula. Testis terletak di luar tubuh di dalam
skrotum yang suhunya 2° sampai 3°C lebih rendah daripada suhu tubuh. Suhu
yang lebih rendah di skrotum disebabkan oleh penguapan keringat dan pleksus
pampiniformis. Mekanisme arus balik pertukarang panas di vena akan
mendinginkan darah arteri sewaktu darah masuk ke testis. (2)

Organ genitalia eksterna


A. Testis

Testis adalah tempat dimana diproduksinya sel sperma. Setiap testis


dibungkus oleh kapsul jaringan ikat yang tebal yaitu tunika albuginea, dan di
dalamnya ada lapisan vaskular jaringan ikat longgar yaitu tunika vaskulosa.
Tubuli seminiferi tersebar banyak dalam testis yang dikelilingi oleh jaringan
ikat intestisial. Dari mediastinum testis terbentuk septum fibrosa tipis ke
tunika albuginea. Septum ini membagi testis menjadi banyak kompartemen
yaitu lobuli. Setiap lobulus mengandung satu sampai empat tubuli seminiferi.
Karena septum tidak solid, lobulus-lobulus saling berhubungan.

Di dalam jaringan ikat interstisial yaitu di sekitar tubuli seminiferi


terdapat banyak pembuluh darah, sel jaringan ikat longgar, dan kelompok sel
interstisial (Leydig). Sel leydig ini adalah sel endokrin di testis dan
menyekresi hormon seks pria testosteron ke dalam aliran darah. (2)

Gambar : histologi testis

B. Tubulus seminiferous

Tubulus ini merupakan bagian dari testis yang jumlahnya cukup banyak.
Tubulus seminiferous ini merupakan tempat asal terbentuknya sel sperma. Tubuli
seminiferi ini dilapisi oleh epitel berlapis yang disebut epitel germinal. Epitel
germinal berada di atas dan mengelilingi membrana basalis tibuli seminiferi.
Epitel germinal mengandung dua jenis sel, sel sperma spermatogenik yang
menghasilkan sperma dan sel penunjang (sel Sertoli) yang memberi makan
sperma yang sedang berkembang. (2)

C. Tubulus rectus

Setelah sperma diproduksi hasil sperma (spermatid) akan dibawa ke


tubulus ini. Tubulus rectus merupakan saluran pendek sebagai tempat muara dari
tubulus seminiferous yaitu dipuncak dari lobulus dekat dengan mediastinum
testis. Tubulus ini dilapisi epitel kuboid selapis.

D. Rete testis

Merupakan muara dari tubulus rectus yang bentuknya seperti jala jala atau
anyaman yang saling berhubungan. Rete testis ini terletak didalam mediastinum
testis dan dilapisi epitel gepeng hingga kuboid rendah atau kolumner rendah
selapis. Tidak ada otot polos yang melapisi dindingnya. (2)

E. Ductus efferens

Merupakan saluran yang menghubungkan rete testis dengan epididymis


yang tentunya sebagai saluran yang dilewati sel sperma.
F. Epididymis

Merupakan tempat penampung sementara dan pematangan sperma


menjadi spermatozoa yang fungsional. Lumen nya terbilang rata dan bagian
tengahnya terisi spermatozoa. Dilapisi epitel toraks selapis juga terdapat
stereosilia pada dinding permukaannya. (2)

Gambar : histologi epididimis

G. Ductus deferens

Merupakan saluran yang membawa sperma yang sudah matang menuju


ductus ejakulatorius. Memiliki otot polos yang tebal dan terdiri dari 3 bentuk
yaitu longitudinal, sirkuler dan longitudinal luar. Tunika adventitia terdiri dari
jaringan ikat longgar.

H. Kelenjar seks
 Kelenjar prostat,
Memiliki mukosa yang berlipat lipat yang diliputi epitel torak selapis.
Didalam dan dibawah dari lamina propia terdapat serat otot polos dan
didalam lumennya ada konkremen warna merah homogen. Kemudian
tunika adventitia terdiri dari jaringan ikat longgar.
 Kelenjar vesikula seminalis
Mirip dengan kelenjar prostat, yang membendakan hanya pada bagian
dalam lamina propia yang tidak terisi serat otot polos dan didalam
lumennya tidak ada konkremen.
 Kelenjar bulbourethtralis
sepasang kelenjar kecil yang terletak disepanjang uretra dan
salurannya langsung menuju urethra, persisnya dibawah prostat.
Terdapat serat otot polos pada lamna dan jaringan ikat longgar pada
tunika adventitia. (2)

Kelenjar kelenjar seksual ini juga mengeluarkan cairan yang ikut menjadi
komponen cairan ejakulat yaitu :

 Kelenjar vesikula seminalis, menghasilkan cairan kental kekuningan


yang mengandung konsentrasi tinggi zat kimiawi pengaktif-sperma,
misalnya fruktosa, komponen karbohidrat utama pada semen. Fruktosa
dimetabolisasi oleh sperma dan berfungsi sebagai sumber energi utama
untuk motilitas sperma. Vesikula seminalis paling banyak
menghasilkan cairan yang terdapat di semen.
 Kelenjar prostat, menghasilkan cairan encer, sedikit asam, kaya asam
sitrat, fosfatase asam, amilase, dan antigen spesifik-prostat (prostate-
specific antigen, PSA). Enzim fibrinolisin di dalam cairan mencairkan
semen yang mengental setelah ejakulasi. PSA sangat berguna untuk
diagnosis kanker prostat karena konsentrasinya sering meningkat di
dalam darah selama keganasan.
 Kelenjar bulbourethtralis, menghasilkan sekret kental, jernih, mirip
mukus, yang dikeluarkan selama rangsangan erotik, dan berfungsi
sebagai pelumas untuk uretra penis. Selama ejakulasi, sekret kelenjar
bulbouretra mendahului komponen semen lainnya. (2)

2. Hormon reproduksi pada pria beserta fungsi

Berikut adalah jenis jenis hormone yang berperan dalam sistem reproduksi pada pria
yaitu :

A. Gonadotropin releasing hormone (GnRH)


Merupakan hormone stimulator bagi FSH dan LH. Hormone ini disintesis
oleh neuron hypothalamus yaitu kisspeptin tepatnya pada nucleus arkuatus yang
berperan untuk merangsang hipofisis anterior untuk menyekresi hormone LH dan
FSH. Jika tidak adanya migrasi neuron GnRH pada masa embrio, akan
mengakibatkan sindrom kallmann yang disebabkan tidak
terjadinya sekresi hormon terkait. Penyebab kedua adalah sekresi yang tidak
mencapai sasaran, sehingga kedua hormon gonadotropin yang diperlukan bagi
perkembangan guna mencapai pubertas tidak tersekresi dengan baik. (2,3)

B. Hormone follicle stimulating (FSH)

Merupakan hormone yang dikeluarkan oleh sel gonodotrop pada hipofisis


anterior yang berfungsi sebagai pengatur dan pemelihara proses pembentukan
sperma (pada pria). hormone ini bekerja terhadap sel sertoli untuk memproduksi
protein pengikat androgen (ABP). Fungsi dari ABP nya ini membawa testosterone
kedalam cairan lumen tubulus seminiferous, barulah didalam lumen tersebut
testosterone mengontrol spermatogenesis pada pembelahan selnya mitosis dan
meiosis. (2,3)

C. Hormone luteinizing (LH)

Merupakan hormone yang dikeluarkan oleh sel gonodotrop pada hipofisis


anterior yang berfungsi untuk merangsang sel Leydig untuk selanjutnya
menghasilkan testosterone. (2,3)

D. Hormone testosterone

Merupakan hormone seks penghasil sperma yang dapat menentukan


kualitas dan kuantitas dari spermanya. Testosterone dibentuk oleh sel interstitial
Leydig pada jaringan interstisial antara tubuli seminiferi pada testis. (2,3)

E. Growth hormone (GH)

Merupakan hormone pertumbuhan. Hormone ini penting untuk


mengontrol fungsi metabolic testis terutama meranngsang pembelahan awal dari
spermatogonia. Maka dari itu jika peranan hormone GH ini tidak ada maka tidak
dapat terjadi spermatogenesis. (2,3)
3. Pembentukan sperma dan pengeluaran sperma

Proses pembentukan sperma pada pria terjadi pada testis tepatnya pada bagian
tubulus seminiferous. Selama pembentukan embrio, sel germinal primordial bermigrasi
ke dalam testis dan menjadi sel germinal imatur yang disebut spermatogonia yang
terletak di dua atau tiga lapisan permukaan dalam tubulus seminiferous. Dalam
pembentukan sperma, sel sperma ini mengalami pembelahan dan tentunya akan berubah
juga baik bentuk, letak dan komponen didalamnya. Berikut adalah bentukan sel sperma
dari awal pembentukan sampai menjadi sel sperma yang fungsional :

 Spermatogonia, sel bentukan awal yang menjadi cikal bakal sperma yang berasal
dari sel germinal yang bermigrasi ke testis (tubulus seminiferous). Sel ini terletak
paling dasar dekat bahkan menempel pada membrane basal. Bentuk sel bundar
dan berbeda beda ukurannya dan inti sel bundar juga besar. Kromatinnya halus.
 Spermatosit I (primer), bentuk sel bundar juga besar dan terletak mengarah pada
permukaan epitel. Kromatinnya kasar.
 Spermatosit II (sekunder), jarang terlihat.
 Spermatid, sel bundar juga kecil dan terletak lebih mengarah ke permukaan epitel
atau dekat dengan permukaan epitel. Inti selnya hamper memenuhi sitoplasma.
 Spermatozoa, sel ini biasanya berkelompok, menempel pada permukaan sel
sertoli. Sel ini punya ekor disebut flagella yang nantinya bergelombang sebagai
alat untuk bergerak dalam getah saluran kelamin pria.
 Sel Sertoli, berada diantara spermatogonia. Bentuk besar dan tampak mirip
segitiga. Memberikan nutrisi bagi sel sperma. (2,3)
Gambar : bentukan sel sperma pada spermatogenesis

Langkah Langkah pembentukan sperma atau spermatogenesis :

 Spermatogonia, merupakan awal mula pembentukan sperma. Letaknya


menempel pada membrane basal tubulus seminiferous. Spermatogonia mulai
mengalami pembelahan mitosis, yang dimulai saat pubertas, dan terus
berproliferasi dan berdiferensiasi melalui berbagai tahap. Pada tahap pertama
spermatogenesis, spermatogonia bermigrasi di antara sel-sel Sertoli menuju
lumen sentral tubulus seminiferus. Sel-sel Sertoli ini sangat besar, dengan
pembungkus sitoplasma yang sangat banyak yang mengelilingi spermatogonia
yang sedang berkembang sampai ke bagian sentral lumen tubulus.
Spermatogonia ini sifatnya diploid (2n) dan terdiri dari 46 kromosom.
 Kemudian akan mengalami pembelahan sel secara mitosis menjadi spermatosit
primer. Karena hasil pembelahan dari spermatogonia maka sifatnya juga masi
diploid (2n) dan masi terdiri dari 46 kromosom.
 Kemudian akan mengalami pembelahan lagi secara meiosis I menjadi
spermatosit sekunder (ada 2 hasilnya). Sifatnya sudah haploid (n) karena
pembelahan dari spermatosit primer. Jumlah kromosomnya 23.
 Kemudian akan mengalami pembelahan lagi secara meiosis II menjadi spermatid
(1 spermatosit sekunder menghasilkan 2 spermatid). Sifatnya juga haploid (n)
dan jumlah kromosomnya 23.
 Setelah itu, spermatid akan dibawa menuju epididymis untuk dimatangkan
menjadi spermatozoa atau sel sperma yang fungsional.
 Kemudian setelah matang (spermatozoa) akan dialirkan menuju ductus
ejakulatorius melalui ductus deferens.
 Kemudian ketika fase ejakulasi (ekspulsi) barulah semen atau cairan ejakulat
dikeluarkan. (2,3)
Gambar : skema spermatogenesis
Pengeluaran sperma terjadi secara sengaja maupun tidak sengaja. Proses
pengeluaran sperma melibatkan 2 komponen yaitu
A. Ereksi
Merupakan suatu keadaan dimana mengerasnya penis karena adanya
vasodilatasi arteriol pada rongga vascular penis sehingga membut penis menjadi
panjang, lebar dan kaku. (2,3)

Adanya rangsangan seks Tidak adanya rangsangan/gairah seks

Arteriol arteriol mengalami dilatasi dan


jaringan erektil akan terisi darah Jaringan erektil hanya terisi sedikit darah

Penis akan panjang, lebar dan kaku Arteriol mengalami vasokontriksi

Penis tetap kecil dan lunak.


Refleks ereksi adalah termasuk refleks spinal yang dipicu oleh stimulasi
mekanoreseptor yang sangat sensitive pada glans penis. Langkah langkah ereksi :

 Stimulus mekanoreseptor pada glans penis tepatnya pada korda spinalis


bagian bawah (erection generating center) dipicu oleh rangsangan
stimulus taktil.
 Pusat stimulus ini akan meningkatkan aktivitas vasodilatator pada arteriol
oleh saraf parasimpatis sedangkan saraf simpatis untuk menurunkan
aktivitas vasokonstriktor arteriol penis.
 Akibat rangsangan saraf tersebut terjadi relaksasi otot polos arteriol oleh
nitrit oksida.
 Pada saat yang sama juga terjadi stimulus untuk penyekresian mucus
pelumas dari kelenjar bulbourethtralis oleh saraf parasimpatis.
 Kemudian arteriol berdilatasi atau melebar sebagai respon terhadap
perubahan jaringan local dibagian lain tubuh.
 Jaringan erektil atau rongga vascular terisi oleh banyak darah dan terjadi
ereksi.
 Untuk venanya akan mengosongkan darah dar jaringan erektil yang
terkompresi oleh arteriol secara mekanis dan terjadi ekspansi rongga
vascular sehingga aliran vena ditekan atau mengalami vasokongesti
(penumpukan).
 Penis bertambah panjang, besar, dan kaku. (2,3)

Tidak hanya dari stimulus mekanoreseptor, bagian otak juga mampu untuk
berperan dalam meningkatkan/ mempermudah dan juga bisa menghambat dari
proses ereksi. Salah satu contoh fasilitasi, rangsangan psikis, misalnya melihat
sesuatu yang merangsang syahwat, dapat memicu ereksi meskipun tidak terjadi
stimulasi taktil sama sekali pada penis. kegagalan mengalami ereksi meskipun
mendapat rangsangan yang sesuai dapat disebabkan oleh inhibisi refleks ereksi
oleh pusat-pusat yang lebih tinggi di otak. Bagian otak yang berperan dalam
proses ereksi :

 Sistem Limbik, merupakan bagian otak yang mengurusi masalah emosi


sedih, senang, marah, kepribadian, serta orientasi seksual yang ada pada
diri kita. Jadi saat kita melihat, mendengar, mencium, atau merasakan
sesuatu, sistem limbik ini langsung "teransang atau kesetrum". Efeknya,
nukleus supra-chiasmatik yang merupakan satu bagian dari sistem limbik,
pun jadi terpicu hingga mulai muncul hasrat-hasrat hubungan seksual dan
juga ereksi.
 Amigdala, melalui organ ini rasa takut, senang, cinta dan bersahabat
diolah lebih lanjut. Jumlahnya ada dua, dan kalau salah satu atau malah
dua-duanya rusak, maka akan terjadi kekacauan orientasi seksual.
Terus dalam proses ransangan seksual dan ereksi, amigdala berperan
dalam menginstruksikan penis untuk ereksi. Sekaligus membuat kita
nggak tahan buat menyalurkan hasrat seksual kita.
 Hipothalamus, organ kecil ini terletak di tengah-tengah otak, dan telah
berfungsi sejak kita lahir. Dalam urusan seksual bagian ini yang mengatur
produksi dan kerja hormon-hormon seksual kita. Jadi ketika hasrat-hasrat
seksual sudah mulai muncul, langsung diperkuat dengan dipicunya kerja
hormon-hormon seksual hipotalamus.
 Lobus Frontalis, Letaknya di bagian paling depan otak kita. Lobus
frontalis ini bagian yang mengatur fungsi luhur kita sebagai manusia.
Kalau lobus frontalis berfungsi baik, jadilah kita seorang yang beradab,
tahu etika dan tata karma, sopan santun, serta menghargai orang lain,
termasuk untuk urusan menyalurkan sex. Tapi kalau lobus frontalisnya
rusak, maka akan terjadi perilaku sifat yang kurang baik. (2,3)
Gambar : Sistema ereksi

B. Ejakulasi

Merupakan suatu kejadian dimana pria mengalami orgasme dan


mengeluarkan air mani atau sperma setelah melakukan aktivitas seksual atau
mengalami stimulasi penis. Proses ejakulasi ini melibatkan 2 tahap yaitu :

1) Fase emisi.
Merupakan fase dimana terjadi pengosongan sperma dan sekresi kelnjar
seks aksesorius (semen) ke dalam urethrae. Jadi, impuls simpatis
menyebabkan rangkaian kontraksi otot polos di prostat, saluran
reproduksi, dan vesikula seminalis. Aktivitas kontraktil ini mengalirkan
cairan prostat, kemudian sperma, dan akhirnya cairan vesikula seminalis
(secara kolektif disebut semen) ke dalam uretra. Selain itu sfingter di leher
kandung kemih tertutup erat untuk mencegah semen masuk ke kandung
kemih dan urine keluar bersama dengan ejakulat melalui uretra.

Rangsang seks

Refleks simpatis

Plexus hipogastrikus

Kontraksi ductus deferens dan ampula

Sperma keluar dan bercampur mucus dari vesica seminalis

Cairan ejakulat di ductus ejakulatoris

2) Fase ekspulsi
Merupakan fase pengisian uretra oleh semen memicu impuls saraf yang
mengaktifkan serangkaian otot rangka di pangkal penis. Kontraksi ritmik
otot-otot ini terjadi pada interval 0,8 detik dan meningkatkan tekanan di
dalam penis, memaksa semen keluar melalui uretra ke eksterior. (2,3)
Pengisian urethrae oleh semen

Impuls saraf

Meningkatnya rangkaian otot polos dipangkal penis

Meningkatnya tekanan didalam penis

Akhirnya semen atau cairan ejakulat keluar melalui urethra

4. Hubungan hormon reproduksi dengan pembentukan sperma


Hormone reproduksi akan sangat berhubungan dengan pembentukan sperma
dengan merangsangnya. Beberapa hormone yang berkaitan dengan proses
spermatogenesis meliputi :
 Testosteron, yang disekresi oleh sel-sel Leydig yang terletak di interstisium testis,
penting bagi pertumbuhan dan pembelahan sel-sel germinal testis, yang
merupakan tahap pertama pembentukan sperma.
 Hormon luteinisasi (luteinizing hormone, LH), yang disekresi oleh kelenjar
hipofisis anterior, merangsang sel-sel Leydig untuk menyekresi testosteron.
 Hormon perangsang-folikel (FSH), yang juga disekresi oleh sel-sel kelenjar
hipofisis anterior, merangsang sel-sel Sertoli; tanpa rangsangan ini, pengubahan
spermatid menjadi sperma (proses spermiogenesis) tidak akan terjadi.
 Growth hormone (dan sebagian besar hormon tubuh lainnya) diperlukan untuk
mengatur latar belakang fungsi metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara
spesifik meningkatkan pembelahan awal spermatogonia; bila tidak terdapat
hormon pertumbuhan, seperti pada dwarfisme hipofisis, spermatogenesis sangat
berkurang atau tidak ada sama sekali sehingga menyebabkan infertilitas. (2,3)
Hormone hormone diatas dengan spermatogenesis sangat berhubungan karena tanpa
adanya hormone hormone ini maka spermatogenesis tidak akan terjadi. Juga kerja dari
hormone tersebut ialah sebagai indicator dan stimulator utama dari spermatogenesis.
Namun hormone yang paling berperan dan paling penting dalam proses reproduksi
adalah hormone GnRH karena hormon inilah yang menjadi stimulator dan pemicu
terhadap hormone lain (FSH dan LH). (2,3)

Gambar : regulasi hormone reproduksi pria


5. Kelainan pada sperma

Table kriteria analisa sperma normal :

Volume Kurang lebih 1,5 mL


Ph 7,2
Warna Putih Mutiara
Konsentrasi sperma Kurang lebih 15 juta spermatozoa per mL
Jumlah sperma total atau ejakulat Kurang lebih 39 juta spermatozoa per ejakulat
Motilitas Progressive motility (PR) = 32 %

Total motility kurang lebih 40 %


Morfologi Kurang lebih 4 %
Visibilitas Kurang lebih 58 %
Viskositas Kurang lebih 2 cm
Liquifaksi 15 – 60 menit

Pemeriksaan mikroskopis sperma .

Pemeriksaan ini tentunya menggunakan alat mikroskop dan improved neubauer


chambers untuk dapat menilai sperma.

a) Konsentrasi spermatozoa, dengan cara : jumlah total sperma x 10.000 x 20 :


jumlah kotak sedang yang dihitung.
b) Jumlah spermatozoa, dengan cara : konsentrasi x volume ejakulat.
c) Motilitas spermatozoa atau gerakan sperma
 Sperma bergerak cepat lurus
 Sperma bergerak lambat lurus
 Sperma hanya berputar
 Sperma tidak bergerak.
d) Morfologi spermatozoa atau bentuk sperma.
 Piriform : bentuk kepala seperti peer.
 Depteform : kepala pipih dan panjang.
 Termtoform : kepala tak beraturan
 Kepala sperma besar atau kecil (normalnya 3-6um x 2-3 um)
 Kepala sperma dua.
 Leher besar atau double
 Ekor ganda

Diperiksa juga eritrosit, leukosit dan sel epitel.

Berikut adalah kelainan kelainan dan jenis dari sperma.

 Normozoospermia : hasil lab normal seperti rujukan diatas


 Oligozoospermia : jumlah total sperma (atau konsentrasi) kurang dari batas
bawah angka rujukan.
 Asthenozoospermia : sperma motil yang bergerak lurus ke depan < 32 %.
 Teratozoospermia : sperma dengan morfologi normal < 4 %.
 Oligoasthenoteratozoospermia : jumlah total atau konsentrasi, morfologi dan
motilitas sperma < angka rujukan hasil diatas.
 Nekrozoospermia : tidak ada sperma yang hidup atau motilitas dalam ejakulat
 Azoospermia : tidak ada sperma dalam ejakulat
 Aspermia : tidak ada ejakulat
 Kriptozoospermia : tidak ditemukan sperma pada preparat segar namun
ditemukan pada palet sentrifugasi. (2,3)

REFERENSI

1. Drake L Richard dkk, Gray Dasar Dasar Anatomi, edisi 2, Singapore, Elsevier; 2018.
2. Ereschenko PV, Difiore’s Atlas Histologi, Edisi 12, Singapore, Elsevier; 2016.
3. Sheerwood L, Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem, Edisi 6, Jakarta, EGC; 2019.
4. Guyton and Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 12, Singapore, Elsevier; 2016.

Anda mungkin juga menyukai