ID Pemikiran Keagamaan Raja Ali Haji
ID Pemikiran Keagamaan Raja Ali Haji
Alimuddin Hassan
UIN Suska Riau
ABSTRACT
This article aims to describe aspects of intellectual Raja Ali Haji . Knowing full well that the exposure
was so much to say perfect . From the aspects of intellectual Raja Ali Haji seen in his writings,
presumably Raja Ali Haji agree with the opinion of Imam Ghazali about the power of the pen , namely
that " the pen is mightier than the sword thousand " .
Yusuf Ali, pada khususnya memang berasal selama2 ini.... Tiada sekali2 niat kita hendak
dari kalam/firman Allah, ajaran dan agama memperbuat dia hamba.”4
yang benar. Akan tetapi, pada umumnya Dalam pandangan Raja Ali Haji
kalimat yang baik dapat pula berupa kata memelihara agama dan menjaga nama
yang baik, kalimat yang benar berdasarkan (baik) sangat penting dan utama. Ia
pada pengertian dan pemahaman agama menyebutkan bahwa tidak mengapa walau
dalam mengatur kewajiban manusia kita dalam kemiskinan dan menjadi rakyat
terhadap Allah dan terhadap sesama biasa asalkan agama dan nama terpelihara
manusia.3 Dengan pengertian disebut dengan baik. Bahkan ia menyatakan dengan
belakang ini, maka Gurindam Duabelas nada keras bahwa seseorang yang tidak
termasuk “kalimat yang baik”. Gurindam menjankan agama dan menjaga/memelihara
Duabelas ibarat “pohon” memiliki akar nama baiknya maka kedudukannya sama
yang kokoh (artinya: berasal dari dengan binatang. Dengan bahasanya sendiri
pemahaman agama [al-Qur’an hadis]); Raja Ali Haji mengungkapkan masalah ini:
dahannya menjulang ke angkasa (artinya: “Syahdan yang kita pegang selama2 ini,
jangkauan pengaruhnya membahana biaralah kita jadi orang miskin atau jadi
seantero alam Melayu); daunnya rimbun orang kecil asal jangan kita cacat kepada
dan buahnya lebat (artinya: kandungannya agama dan nama. Karena apabila orang2
memberi tuntunan yang melindungi diri dan tiada memelihara yang dua perkara itu,
menenteramkan jiwa manusia). tiada guna panjang umur di dunia karena
Agama sebagai pedoman dan sama juga dengan binatang.”5
tuntunan, menurut Raja Ali Haji, sangat Sikap dan pandangan Raja Ali Haji,
penting dalam pri-kehidupan manusia di seperti ditunjukkan dalam pengalaman
dunia ini. Makanya, ia mengawali hidupnya di atas, semakin mencerminkan
penuturan puitisnya prihal kedudukan bahwa dirinya benar-banar seorang, sekali
agama yang sangat penting ini dalam lagi meminjam istilah Abdul Hadi W. M.,
Gurindam Duabelas: “ulil albab”. Karena seorang ulil albab tidak
Barangsiapa tiada memegang agama saja memahamai dan mengajarkan doktrin-
sekali-kali tiada boleh dibilangkan doktrin agama, tetapi sekaligus
nama mengamalkannya dan memberi suri-
Berpegang teguh pada agama sebagai tauladan bagi masyarakatnya.6 Sebaliknya,
ajaran yang diwahyukan Allah kepada seseorang mengetahui sebuah perbuatan
Rasul-Nya, Muhammad saw. untuk ummat baik dan tidak dilakukannya; atau seorang
manusia, menurut Raja Ali Haji, merupakan mengetahi suatu perbuatan dilarang agama
suatu keniscayaan hidup. Kalau seseorang dan tetap dilakukannya, menurut Raja Ali
melakukan perbuatan yang tidak dapat
dibenarkan dan/atau bertentangan dengan 4
Putten dan Al-Azhar, Di Dalam Berkekalan Persahabatan,
ajaran agama, dipahami dan diyakininya, 41.
akan merusak martabat dan nama baiknya. 5
Putten dan Al-Azhar, Di Dalam Berkekalan Persahabatan,
43.
Untuk kasus dirinya, misalnya ketika ia 6
Seorang uwlū al al-bāb, layaknya Raja Ali Haji, tentunya
difitnah telah memperhamba seorang tidak pernah mau mengajarkan/mengatakan sesuatu doktrin
agama yang ia sendiri tidak/belum amalkan. Pertimbangannya
wanita setelah perang Reteh, Raja Ali Haji bukan saja demi kehidupan sosiologis (masyarakat tidak akan
mengatakan, “Maka itu pekerjaan sekali2 mau mengikutinya), tetapi juga didasari atas pertimbangan
teologis (cerminan dari keimanan dan ketakwaan kepada Allah)
tiada patut kepada agama kita dan kepada dan kehidupan eskatologis (pantulan dari keyanikan dan
nama kita. Apabila kita berbuat yang keimanan akan kehidupan akhirat beserta dan siksaan dalam
neraka), firman Allah:
demikian itu jadi hilanglah nama kita yang
.
244
Alimuddin Hassan: Pemikiran Keagamaan Raja Ali Haji
Haji, dia itu bukan manusia, tetapi syaitan, media mengemukakan ilmu, khususnya
Gurindam Duabelas pasal 9: ilmu-ilmu agama Islam.”7
tahu pekerjaan tak baik tapi Syair Hukum Nikah, atau sering
dikerajakan juga disebut Syair Suluh Pegawai
bukannya manusia ia itulah syaitan. dimaksudakan oleh Raja Ali Haji untuk
Sikap dan pandangan Raja Ali Haji ini tentu jadikan pedoman dan “suluh” (obar
saja telah mengkristal, terpatri dalam penerang) dalam menerapkan hukum-
hatinya seiring pengalaman hidup dalam hukum Islam, tidak saja dalam masalah
mempelajari, mengajarkan dan pernikahan, tetapi juga dalam masalah
mengamalkan doktrin-doktrin agamanya pembagian harta warisan (hukum faraid).8
berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadith dan Akan tetapi, kandungan utama dari syair
ijtihad para ulama. ini, sebagaimana tergambar dalam salah
Keluasan ilmu dan pemahaman Raja satu judulnya, Raja Ali Haji memberikan
Ali Haji terhadap doktrin-doktrin agama nasehat-nasehat tentang perkawinan. Dan
dapat ditelusuri dari kekayaan bacaannya sepertinya, syair ini diperuntukan bagi
baik sewaktu menjadi pelajar maupun kaum lelaki, yaitu nasehat perkawinan:
sewaktu menjadi pengajar serta sewaktu sebelum dilangsungkan perkawinan, saat
menjadi penulis. Kitab-kitab keagamaan dilangsungkan pekawinan maupun hak dan
yang menjadi bacaan dan referensinya kewajiban suami setelah perkawinan dalam
sangat banyak dan beragam, seperti telah berumah tangga.
dipaparkan pada bab sebelumnya. Syair Hukum Nikah diawali dengan
Berdasarkan bacaan dari kitab-kitab pendahuluan9 yang mengandung tentang
karangan ulama besar baik ulama-ulama hukum nikah,10 seperti terlarangnya sebuah
Timur-Tengah maupun ulama-ulama
Melayu-Nusantara ini telah membentuk 7
Jamal D. Rahman, “Raja Ali Haji (1809-1873): Paduka
gagasan dan pemikiran keagamaan Raja Ali Kakanda dibawa Bertahta”, edisi Maret 2010.
Haji. Dan pada gilirannya, gagasan dan 8
Dalam naskah syair “Hukum Nikah” atau tepatnya syair
“Suluh Pegawai” yang tersimpan di perpustakaan Universitas
pemikiran keagamaannnya itu ia tuangkan Leiden, juga mengandung syair tentang “hukum faraid”. Menurut
dalam karya-karya yang mengandung unsur pengakuan Abu Hassan Sham, judul syair “Hukum Faraid” tidak
pernah tercatat dimana-mana, tetapi itu semata-mata sebutan
pemikiran, fiqh, tauhid dan akhlak- darinya karena isi syair tersebut mengandung masalah hukum
tasawuf. Ketiga aspek pemikiran Raja Ali faraid. Bahkan, lagi-lagi kata Abu Hassan Sham, pengarang syair
ini tidak diketahui secara pasti, namun karena Raja Ali Haji juga
Haji akan dipaparkan secara singkat bawah terkenal seorang ulama, maka berat dugaan kalau syair ini juga
ini. digubah olehnya. Karenanya, syair “Suluh Pegawai” kalau
dicermati terdiri dari dua kandungan pasal. Pertama tentang syair
“Hukum Faraid” yang terdapat pada halaman 1 hingga 12 yang
Pemikiran Keagamaan: Fiqh terdiri dari 82 bait syair yang diakhir dengan bait:
Inilah akhir syair beta
Pemikiran Raja Ali Haji bidang Tiadalah hamba panjangkan kata
hukum Islam, khususnya persoalan- Mohonkan kepada Tuhannya kita
Menerangkan hati jahil dan buta.
persoalan fiqh, terdapat dalam sejumlah Sedangkan kandungan berikutnya baru berkenan dengan
karya-karya syairnya, yaitu Syair Hukum syair Hukum Nikah. Syair ini terdiri dari lima belas pasal yang
terdiri dari 325 bait. Mengingat syair ini terdapat dua kandungan
Nikah dan Syair Siti Sihana serta Syair yang berbeda, masalah hukum faraid dan hukum nikah, maka
Hukum Faraid. Dari ketiga syair ini, nyata secara keseluruhan naskah syair ini lebih tepat disebut dengan
syair “Suluh Pegawai” Dimana kedua kadungan ini dapat
sekali bahwa Raja Ali Haji sangat piawai dipedomani oleh pegawai dan pembesar kejaraan. Lihat, Abu
dan mumpuni menungakan gagasan dan Hassan Sham, Syair-syair Melayu Riau, (Kuala Lumpur:
ilmu keagamaannya lewat “medium” syair. Perpustakaan Negeri Malaysia, 1995), 111 dan 114.
9
Dalam pendahuluan Syair Hukum Nikah, Raja Ali Haji
Prihal hal ini, Jamal D. Rahman menulis sebanyak 24 (dua pulh empat bit syair) yang di awali
dengan syair bait pembuka (bait 1 dan 2), berbunyi:
menyatakan, sebagaimana juga telah Dengan bismi’Llah permulaan kata/dengan nama Allah
dikutip sebelumnya, mengungkapkan Tuhan semsesta
bahwa “syair-syair Raja Ali Haji adalah Hamba mengarang suatu cerita/hukum nikah hendak
dinyata.
Inilah tuhan mula disebutkan/hukum nikah disyairkan
Sekala pegawai boleh memahamkan/supaya jauh dari
perbuatan yang bukan
10
Dalam syairnya ( bait 3 dan 4) Raja Ali Haji menyatakan:
Ketahuilah olehmu hai saudara/Hukum nikah banyak
perkara
245
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu -Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.12, No.2 Juli - Desember 2015
246
Alimuddin Hassan: Pemikiran Keagamaan Raja Ali Haji
247
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu -Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.12, No.2 Juli - Desember 2015
248
Alimuddin Hassan: Pemikiran Keagamaan Raja Ali Haji
entri, seperti “Ayok”,30 “Amput”31 dan Raja Ali Haji baik syair maupun prosa yang
bernada fulgar dan forno tentang seks,
mungkin seseorang terkesan bahwa
Tatkala masa bulan purnama/Dengan mak bersama- pengarangnya terobsesi oleh naluri dan
sama libido seksual. Akan tetapi, ketika merujuk
Dicocok benda ke lubang lama/Mak pun kembang bulu
roma. kepada entri-entri yang ada di dalam Kitab
Rupa-rupanya mak kesedapan benar/Benda itu empunya Pengetahuan Bahasa secara komprehensif,
honar
Katanya Lukluk coba beredar/Kepada aku kenankan menurut Jan van der Putten, kita harus
sebentar. menahan anggapan dan pemikiran kita
Lukluk bangkit sambil menjimak/Sambil bertanya apa
rasanya lemak semacam itu terhadap Raja Ali Haji, sebab
Jawabnya kuat-kuat janganlah tamak/Sedapnya seperti masalah seksual hanyalah sejumlah kecil
sayur kurmak.
Saudara yang tua ingin terlalu/Katanya berhentilah adik “kata-kepada” ditulisnya. Justru entri-entri
dahulu yang terdapat dalam Kitab Pengetahuan
Hendak kurasa pisang berbulu/Jikalau baik inginlah
selalu. Bahasa, sebagian besar adalah entri kata
Lukluk perpaling kepada yang tua/Diberinya pula sekali yang mendefinisikan dan menjelasakan
dua
Yang bungsu berkata sambil tertawa/Sayapun tidak mau tentang perbuatan baik dan aturan etika-
kecewa.
Lukluk berpaling kepada yang akhir/Dikerjakan pula
memecahkan bikir 32
Penjelasan dan uraian tentang kata “tembam”, menurut Raja
Di luar kelambu di dalam tabir/Tempatpun penuh Ali Haji, lebih masyhur dipergunakan untuk menjelaskan “bentuk
bercucuran air. dan sifat” alat kelamin perempuan. Untuk kata “tembam” Raja
Sudah selesai ketiganya/Berkabar pula kepada tolannya Ali Haji memberikan uraian, “…. Kemaluannya itu lebar
Masing-masing ingin hendak merasa/Zakar didapat di dagingnya tebal sebelah atas, jadi tinggilah tampaknya.
dalam taraknya. Tulangnya jika dirasa dengan tangan jauh ke dalam dan pada tepi
30
Dalam Kitab Pengetahuan Bahasa, ketika mengurai kata lubangnya itu tebal juga dagingnya dan jadilah bangun
entri “Ayok” dengan segala direvasinya, seperti “Berayok”; kemaluannya itu lebar bentuknya tinggi sebelah atasanya dan jika
“Mengayok”; “Diayok” “Ayoklah”; “Terayok”; dan “Berayok- tampak dari sebelah hadapan seolah-olah rupanya binatang
ayokan”, Raja Ali Haji mengatakan, meskipun ia sendiri belangkas yang melekap sesuatu.” Raja Ali Haji menambah
mengakui terpaksa untuk mengatakannya, “perkataan kalimat penjelasannya, pada ghalibnya kebanyakan orang Melayu
mencarut, tetapi kalau ditinggalkan hilang pulalah satu bahasa.” menyukai alat kelamin perempuan yang tembam karena lebih
Karena kata “ayok” itu adalah ungkapan mencarut, menurut Raja mudah membangitkan gairah seksual laki-laki yang lemah
Ali Haji, kurang patut untuk dibahasakan secara nyata (sarīḥ), syahwat. Akan tetapi, Raja Ali Haji menambahkan dengan nada
tetapi sepatutnya disebutkan secara kiasan (kināyah). Meskipun mengingatkan, “Hai segala tuan-tuan mendengar tentang bicara
demikian, agar satu bahasa itu tidak hilang, dengan terpaksa Raja ini jangalah salah sangka takwil karena jika tiada kuterangkan
Ali Haji menguraikan makna yang terkandung dalam kata “ayok”, begini jika membaca logat Melayu yang bukannya bahasa darinya
berikut ini: “Syahdan adapun arti ayok itu fiil seseorang laki-laki masih tiada putus pengetahuannya terkadang bertanya pula selalu-
memasukkan zakarnya kepada faraj perempuan karena selalu….” Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 270.
berkehendak sedap. Sebab syahwat basyariah adalah perempuan 33
Raja Ali Haji memberikan pengertian kata “Jangak” dengan
itu berbaring terlentang dan laki-laki duduk bertinggung dan paha panjang lebar dari berbagai jenis sifat, sikap dan perbuatan tidak
perempuan itu ternaik kepada paha laki-laki. Maka apabila masuk baik. Khusus berkaitan dengan perempuan, menurut Raja Ali
zakar laki-laki itu maka menggerakkanlah ia akan punggungnya Haji, dikatakan “jangak” berawal dari perbuatannya suka
supaya keluar masuk zakarnya di dalam faraj perempuan itu. bersolek secara berlebih-lebihan dengan maksud merebut
Maka perempuan itupun merasa juga nikmat yakni sedap. Dan perhatian laki-laki. Kemudian Raja Ali Haji menambahkan,
terkadang pula perempuan menggerakkanlah punggungnya karena “Adalah matanya lekat memandang laki-laki itu, dan suka ia
hendak memberikan nikmat kepada laki-laki pula. Maka duduk kepada pintu-pintu rumah atau tingkap-tingkap sekira-kira
digerakkannya punggungnya itu ke kiri dan ke kanan. Atau tampak dilihat orang laki-laki pura-puralah ia membuat pekerjaan
karena ia hendak mengenakkan dengan kuat-kuat tepi farajnya itu di situ. Akan tetapi bekerja itu selalu sahaja mengerling kepada
digesek oleh zakar itu, demikianlah halnya. Dan terkadang ada laki-laki yang tampak dengan dia itu dan jika ada laki-laki,
pula yang baring menyerinding dan ada pula yang mendatangi hampir-hampir dengan dia bercakap-cakap, maka membuat pula
daripada pihak belakangnya. Dan terkadang ada pula laki-laki itu ia pura-pura terlepas kain di hadapan laki-laki itu tampaklah
berdiri dan perempuan itu berbaring pada suatu tempat. Dan susunya dan terkadang jika ia duduk ada laki-laki di belakangnya
masing-masing halnya mana-mana kesukaan antara keduanya. pura-pura pula ia melepaskan kainnya sebelah punggung ke tikar,
Adapun hingganya yaitu apabila laki-laki itu sudah anzal jadi tampaklah punggungnya terputih dan lekuk-lekuk sebelah
maninya, maka berhentilah ia. Atau dinantikannya perempuan itu bawah punggung itu tampaklah dilihat laki-laki itu kemudian ia
anzal, maka yaitu yang terlebih baik.” Lihat, Raja Ali Haji, Kitab pura-pura terkejut menutup punggungnya lekas-lekas.”
Pengetahuan Bahasa, 53-55 Kemudian, cerita wanita “jangak” berlanjut, ketika gairah seksual
31
Ketika ia mengurai sebuah kata entri “Amput”, ia laki-laki itu bangkit dan ingin berhubungan seks dengan wanita
mengatakan ini adalah bahasa mencarut dan lebih kasar dari kata itu, sangatlah gampang mendapatkannya. Sedemikian
“ayuk”. Kata ini, menurut Raja Ali Haji, kebanyakan diucapakan gampangnya, kata Raja Ali Haji, sehingga laki-laki tidak perlu
untuk mengekspresikan ketika seseorang sedang marah besar. Ia mengeluarkan “biaya”, bahkan kalau perempuan itu
menyebutkan bahwa kata ini terpaksa dimuat dalam kamusnya menghendakinya, terkadang ia yang mengeluarkan “biaya” untuk
demi membedakan dengan bahasa yang lainnya, dan kalau hanya laki-laki yang mau melayaninya. Selanjutnya, Raja Ali Haji
“dimisalkan” kurang terang/jelas makna yang dikandungnya. menutup entri “jangak” ini dengan kalimat, “Syahdan tidaklah ia
Untuk itu, Raja Ali Haji mengingatkan, “inilah bahasa yang amat sunyi daripada menaruh kehendak sedia saja lepas seorang-
kasar… siapa yang membaca tentang ini hendaklah jangan dibaca seorang pula, dilawannya berkehendak maka perempuan itulah
dengan lidah, tetapi hendaklah dibaca dengan hati.” Raja Ali bernama jangak adanya.” Lihat, Raja Ali Haji, Kitab
Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 76. Pengetahuan Bahasa, 296.
249
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu -Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.12, No.2 Juli - Desember 2015
moral sesuai dengan tuntunan agama dan perjalanan dengan kewajiban mengganti
adat istiadat.34 pada hari yang lain.
Pemikiran keagamaan Raja Ali Haji 5. Zakat, berbagai jenis zakat, misalnya
lainnya, terutama mengenai fiqh, zakat emas dan zakat fitrah, dan lainya.35
dituangkannya dalam Syair Siti Sihana
yang di alamatkan kepada kaum perempuan Pemikiran Keagamaan: Teologi
khususnya, dan kepada siapapun pada Raja Ali Haji menyakini bahwa
umumnya. Dalam syair ini pengarangnya Allah adalah Zat yang Wājib al-Wujūd,
memberikan tuntunan dan nasehat kepada yaitu Tuhan Yang Maha Besar dan Maha
perempuan yang ingin memasuki jenjang Mulia. Dia-lah yang telah menciptakan
perkawinan (berumah tangga) agar menjadi alam semesta dan segala makhluk yang ada.
istri baik dan taat. Meskipun demikian, Oleh karena itu, alam semesta, temasuk
syair ini dapat menjadi tuntunan bagi langit dan bumi serta segala isinya, seperti
siapapun, karena kandungan syair ini bukan manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan,
saja tentang fiqh perempuan, tetapi juga menurut Raja Ali Haji, mustahil ada dengan
tentang pengajaran agama Islam (fiqh) sendirinya. Bahkan ia menegaskan,
secara umum. Misalnya, pengarang syair ini sebagaimana pendapat teologi Islam
membicaran masalah-masalah: (mutakallimīn) pada umumnya, bahwa alam
1. Wuḍu’ (air, tertib wuduk, sunat dan yang semesta beserta makhluk-makhluk di
membatkan wuduk), dan masalah mandi dalamnya diciptakan oleh Allah dari
(mandi wajib, mandi sunat). Syair ini ketiadaan (al-ījād min al-‘adam atau
juga membicarakan masalah. creatio ex nihilo).36 Allah sebagai pencipta
2. Ḥaid, nifas dan perbedaannya dengan adalah Zat Wajīb al-Wujūd; sementara alam
istihadah. Membicarakan larangan- semesta sebagai tercipta adalah mumkīn al-
larangan bagi perempuan di kala junub, Wujūd. Artinya, alam semesta secara
hadas kecil, dan semaktu haid dan nifas, rasional tidaklah pasti terwujud, karenanya,
misalnya dilarang ṣālat, puasa membaca harus ada faktor penentu yang
dan menyentuh al-Qur’an, masuk masjid menyebabkan alam semesta itu terwujud,
serta melakukan hubungan suami-istri. yaitu Pencipta. Pendapat ini menjadi dasar
4. Ṣālat, misalnya waktu masuk ṣālat, argumentasi teologis (“hujjah al-kalāmī” )
syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, dan di kalangan mutakallimīn Ash‘ariyah (ahl
ṣālat-ṣālat sunnah, wajib, yang sunnah wa al-Jamā‘ah) yang dipelopori
membatakan ṣālat dana tentang ṣālat oleh Imam al-Ash‘ari dan dikembangkan
berjamaah. oleh pengikutnya, terutama yang dilakukan
4. Puasa, misalnya mengungkapkan tentang oleh Imam al-Ghazālī.37 Penciptaan alam
nitanya, hal-hal yang dapat membatalkan semesta, karenanya, menurut Raja Ali Haji,
puasa, menahan minum dan makan, sekaligus menjadi argumentasi teologis
menaham melakukan hubungan seks, pula bagi tanda-tanda (ayat-ayat) adanya
menahan muntah, juga tentang sunah Allah:
dan makruh puasa, denda kifarah bagi Dan lagi tandanya kita dijadikan
orang yang melakukan hubungan seks. Allah Ta’ala dengan hikmatnya, maka
Juga disebut orang-orang yang cobalah tilik diri kita baik-baik dengan
diperbolehkan tidak puasa, misalnya tilik pikiran akal kejadian kita, sangat
orang yang sudah lanjut dengan patut tanda ada yang mematutkan.
membayar fidya, perempuan yang Tilik pada segala anggota kita itu yang
sedang hamil, orang yang sakit sulit keras ada patutnya dan yang lembut
untuk sembuh, dan bagi orang dalam ada patutnya dan yang tebal dagingnya
35
Abu Hassan Sham, Puisi-Puisi Raja Ali Haji, 152-155.
36
Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 22.
34
Putten, “On Sex, Drug, and Good Manner: Raja Ali Haji as 37
Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban, 277-
Lexicographer”, JSAS, Vol. 33, No. 3, (2002), 426. 279.
250
Alimuddin Hassan: Pemikiran Keagamaan Raja Ali Haji
atau kulitnya ada patutnya dan yang al-anfus (jiwa) terdapat tanda-tanda
nitis ada patutnya dan segala sendi- keberadaan dan keagungan Allah.44
sendi semua ada patutnya tiada lepas Pada bagian awal kutipan di atas,
daripada hikmatnya yang indah-indah Raja Ali Haji mengajak pembaca untuk
dan yang ajaib-ajaib. merenungkan dan memikirkan atau menilik
Demikian segala binatang-binatang kesempuranaan penciptaan kedirian
dan tumbuh-tumbuhan, apalagi seperti manusia. Pahlawan Nasional Riau lewat
langit dan bumi dan awan dan mega “kalam” ini45 menjelasan seluruh anggota
dan angin dan api dan lainnya. tubuh manusia “ada patutnya tiada lepas
Semuanya itu jika dipikirkan dengan daripada hikmatnya yang indah-indah dan
akal yang sempurna semuanya menjadi ajaib-ajaib”. Ia menyatakan bahwa dengan
tanda Allah Ta’ala harus menjadikan penciptaan manusia yang ”sangat patut
sekalian alam ini dengan tiada tanda ada yang mamatutkan.”46 Pada
mengambil faedah.38 kutipan bagian akhir, Raja Ali Haji
Dari kutipan di atas nyata sekali menghimbau masyarakatnya agar
bahwa Raja Ali Haji melihat bahwa “alam” memperhatikan penciptaan alam, seperti
(al-‘ālam atau cosmos): jagad (al-āfāq) penciptaan langit dan bumi,47 bintang-
[“alam besar” (‘ālam al-kabīr atau bintang;48 binatang-bintang49 dan tumbuh-
makrokosmos)]; dan manusia (al-insān) tumbuhan;50 serta fenemona alam;51 dan
[“alam kecil” (‘ālam al-ṣaghīr atau entitas alam lainnya.52 Raja Ali Haji
mikrokosmos)] adalah berwujud “dengan menyatakan bahwa “Semuanya itu jika
hikmatnya”39 atau dengan istilah lain, dipikirkan dengan akal yang sempurna
“bereksistensi teleologis”, yakni diciptakan semuanya menjadi tanda Allah Ta’ala....”53
oleh Allah dengan “ḥaqq” (benar);40 Makanya pemahaman terhadap alam
diciptakan dengan tidak “lā‘b” (main- semesta dan segala isinya sangat tergantung
main);41 dan tidak pula diciptakan dengan kepada bagaimana manusia menggunakan
“baṭīl” (palsu).42 Sebaliknya, alam semesta semaksimal mungkin akal yang
54
(dan segala makhluk Allah yang terdapat di dianugrahkan Allah.
dalamnya) diciptakan dengan penuh
maksud dan tujuan.43 Di kalangan teolog
(mutakallimīn) menjadikan alam semesta 44
Firman Allah:
sebagai argumentasi adanya Allah
(“cosmological argument”). Allah sendiri
.
telah menegaskan dan menunjukkan bahwa
Kami (Tuhan) akan memperlihatkan kepada mereka tanda-
pada makrokosmos lewat al-āfāq tanda Kami disegenap ufuk dan dalam diri mereka sendiri, hingga
(cakrawala) dan pada mikrokosmos lewat nyata bagi mereka bahwa Dia itulah yang benar. Tiadakah cukup
bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
(Q.s. Fuṣṣilat [41]: 53).
45
Raja Ali Haji dianugerahi gelar kehormatan “Pahlawan
38
Nasional” itu bukan lantaran berperang dengan mengangkat
Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 22-23. pedang/senjata, sebagaimana pahlawan nasional pada umumnya,
39
40
Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 22. tetapi lantaran ia “berperang” dengan mengangkat pena/ kalam
Firman Allah: untuk membina bahasa dan memelihara budaya bangsanya dari
serangan budaya bangsa asing yang tidak sejalan dengan budaya
luhur Melayu.
46
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar. Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 22-23.
(Q.s. al-Zumar [39]: 5). 47
Q.s. Alu ‘Imrān [3]: 190.
41
Firman Allah: 48
Q.s. al-An‘ām [6]: 97.
Q.s. al-Naḥl [16]: 79.
.
49
50
Q.s. al-A’rāf [7]: 58.
Dan tidaklah kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang
51
Q.s. Al-Rūm [30]: 24.
ada di antara keduanya dengan bermain-main. (Q.s. al-Ambiyā
52
Q.s. al-Naḥl [16]: 13.
53
[21]: 16). Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 23.
54
42
Firman Allah: Firman Allah:
Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang
ada antara keduanya dengan batil (Q.s. Ṣād [38]: 27).
43
Lihat, Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan dalam
289. peredaran siang dan malam, terdapat tanda-tanda (sumber-sumber
251
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu -Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.12, No.2 Juli - Desember 2015
Pemikiran keagamaan Raja Ali Haji lainnya:58 “Maka apabila sampai ajal
dalam bidang teologi tentang kebebasan mereka itu, tiadalah terkemudian satu jau
dan tanggung jawab manusia, menurut pun dan tiada terdahulu satu jua pun.”59
Andaya dan Matheson, tampak menjiwai Kematian seseorang, baik karena
hampir keseluruhan teks Tuḥfat al-Nafīs. “mati terbunuh” maupun “mati secara
Kehendak Allah dalam pandangan Raja Ali wajar”, menurut Raja Ali Haji yang
Haji memang membatasi manusia dalam mengklaim dirinya sebagai pengikut Ahl al-
menentukan garis dan arah sejarah. Akan Sunnah wa al-Jamā‘ah, adalah pemenuhan
tetapi, unsur-unsur yang membentuk terhadap ajalnya yang telah ditakdirkan
epsiode-episode yang lebih bersifat spesifik oleh Allah. Berbeda dengan paham
dalam perjalanan hubungan manusia Mu’tazilah yang berpendapat bahwa orang
dengan sesamanya ditentukan oleh manusia yang mati terbunuh bukan mati karena
itu sendiri.55 Jadi dalam pandangan teologis memenuhi ajalnya. Sekiranya orang itu
Raja Ali Haji manusia mempunyai tidak terbunuh tentu saja orang tersebut
kebebasan untuk berkehendak dan belum/tidak mati. Dalam pandangan Raja
kebebasan untuk berbuat (free will) dan free Ali Haji bahwa faham Mu‘tazilah semacam
acts) meskipun itu “berjangka dan ini tidak dapat dibenarkan dan harus
terbatas”. Sedangkan kehendak dan ditolak.60 Raja Ali Haji membantah
kekuasaan Allah yang telah ditentukan pendapat dan faham kaum Mu‘tazilah
(predistination), dibahasakan oleh Raja Ali tersebut dan memberikan penilaian sebagai
Haji sebagai “takdir”, yaitu suatu peristiwa keyakinan yang salah. Karenanya, ia
yang tidak dapat dimengerti (peristiwa menganjurkan masyarakat untuk tidak
tragis) dan kejadian yang tak terelakan, mengikuti faham dan keyakinan Mu’tazilah
seperti ia mencontohkan kematian pada yang bertentangan aqidah Ahl Sunnah wa
kakeknya, Raja Haji56 yang memang telah al-Jamā‘ah:
tersurat di Lauhil Mahfudz, tulisnya dalam Syahdan pada iktikad Ahlil Sunnah
Tuḥfat al-Nafīs: wa Jama’ah yakni iktikad yang sah,
Shahdan apabila sampai-lah sa‘at-nya orang yang mati dengan sebab
dan bilangan janji-nya kadha dan dibunuh itu maka yaitu mati dengan
kadarnya daripada Allah subhanahu ajalnya jua. Maka ingkar pula iktikad
wa Ta’ala dengan sebab hikmat-nya ulama Muktazilah dengan katanya,
yang seperti ayat dalam al-Qur’an: orang yang mati dengan terbunuh itu
bāliqat lā māna‘a limā a‘ṭaytah wa lā tiada dengan ajalanya, karena sekira
rāda limā qaḍaytah wa innahu ‘alā tiada ia dibunuh tiada ia mati. Maka
mā yasha’a qadīr.”57 iktikad ini kaum salah maka menolak
Raja Ali Haji memperkuat argumentasinya ia ulama Ahli Sunnah wa Jama’ah
ini dengan mengutip ayat al-Qur’an seperti Shaykh Ibrahim Laqani di
dalam matan Jauharat al-Tawahid
pelajaran) bagi mereka yang mempunyai akal budi.” (Q.s. Ālu (sic. Jawharah al-Tawḥīd) dengan
‘Imrān [3]: 190).
katanya… yakni orang yang mati
terbunuh itu kematiannya dengan
. sampai ajal umurnya jua. Dan lain
“.... segala sesuatu ada disemua langit dan ada di bumi, daripada iktikad ini batal jangan di
semuanya dari Dia. Sesungguhnya dalam hal itu ada tanda-tanda terima yakni jangan dipakai iktikad
bagi kaum berpikir.” (Q.s. al-Jāthiyah [45]: 13).
55
Barbara W. Andaya & Virginia Matheson, “Islamic
Thought and Malay Tradition – Writing of Raja Ali Haji of 58
Riau”, dalam Perceptions of The Past in Southeast Asia, Firman Allah:
Singapura: Heineman Education Book [Asia] Ltd., 1979, 117. .
56
Kalau dalam Tuḥfat al-Nafīs kematian sebagai takdir tak
terelakan itu, Raja Ali Haji contohkan dengan kematian Raja Haji Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat
YDM IV Riau yang terenggut nyawanya dalam peperangan fī mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula)
sabīl Allāh melawan penjajah kolonial Belanda. Raja Ali Haji, mendahulukan(nya). (Q.s. Yūnus [10]: 49
Tuḥfat al-Nafīs, 206-207. 59
Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 122.
57
Raja Ali Haji, Tuḥfat al-Nafīs, 206. 60
Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 122-123.
252
Alimuddin Hassan: Pemikiran Keagamaan Raja Ali Haji
Mu’tazilah itu. Syahdan adalah bunuh di akhirat kelak.67 Bagi penghuni surga,
itu sebab bagi matinya. Adapun menurut Raja Ali Haji, akan mendapatkan
ajalnya itu janjinya, yaitu mati kenikmatan-kenikmatan “biologis” berupa
terbunuh yang tersurat pada Luh makanan dan minuman serta seks, seperti
Mahfud adanya.61 pemaparannya dalam Kitab Pengetahuan
Sikap penolakan terhadap paham Bahasa:
teologis Mu‘tazilah dapat dipahami karena, Demikianlah halnya mereka yang di
menurut Bruinessen, Raja Ali Haji dalam surga itu. Maka apabila sampai
menganut paham teologi Asy‘ariyah.62 ia ke pintu surga, maka disambutlah
Meskipun begitu, Raja Ali Haji sepertinya oleh segala malaikat, dibawanya
berbeda dengan Asy‘ariyah tentang kepada istrinya “bidadari” di dalam
perbuatan manusia dalam hubungannya mahligai itu. Maka apabila sampai ia
dengan takdir. Ia berpendapat bahwa ke dalam mahligainya bersuka-
pembangkangan manusia terhadap hukum sukaanlah ia dengan segala istrinya
Allah (sunnatulah) merupakan kelemahan “khawaral ‘ain” itu dan “khadam-
manusia yang dapat menyebakan lahirnya khadamnya”, “wadan-wadan”
konflik dan bencana yang dihadapi namanya. Maka makan minumlah
manusia.63 Raja Ali Haji sendiri kerapkali yang lezat-lezat serta berpeluk dan
memaparkan konflik-konflik yang terjadi di bercium dan berbelai dan berjimak
kerajaan Melayu-Riau, misalnya komplik dengan sepuas-puasanya hawa nafsu.
yang terjadi antara orang Bugis dengan Pada hal kekal senantiasa dengan
orang Terengganau dengan harapan dapat demikian itu ada.68
mengambil pelajaran daripadanya. Dan Dari kutipan di atas tampak jelas
sekaligus, ia mengajak untuk mendoakan bahwa Raja Ali Haji memberikan gambaran
semoga Allah mengampuni mereka.64 kehidupan surga bagi lelaki yang “full sex”
Namun, Raja Ali Haji segera (“berjimak dengan sepuas-puas hawa
menambahkan: nafsu”) bersama istri-istrinya dan para
…. wa man yumit wa lam yatab min bidadari yang konon jumlahnya sampai
dhanbih – fa’amarah maghūḍ li sembilan puluh sembilan. Selain itu,
rabbih, ya‘ani barang siapa mati ia kehidupan di surga digambarkan
tiada ia taubat daripada dosanya, bergelimang dengan kelezatan materi.
maka pekerjaan itu diserahkan kepada Karenanya, untuk tetap memberikan
Allah, insha’ ya‘zab wa insha’ vitalitas bagi lelaki abrār (pelaku kebajikan
yaghfir, ya’ani jika dikehendaki-Nya di dunia), Allah mengiming-imingi
disiksanya, dan jika dikehendaki-Nya makanan-makanan enak dan lezat dan
diampuninya adanya.”65 beraneka buah-buahan dan minuman yang
Karenanya, menurut Andaya dan Metheson, sangat menyegarkan dari berbagai aliran
Tuḥfat al-Nafīs bukanlah hanya sekedar sungai yang berbeda-beda warna dan cita
buku sejarah, tetapi suatu pernyataan rasanya, misalnya ada air sungai bercita
kepercayaan tempat argumentasi teologis rasa madu, susu, arak dan lainnya,69 dan
dan etik diterapkan pada ikhtisar masa
lalu.66 67
Firman Allah:
Dengan iman kepada Allah dan hari
akhirat serta beramal ṣaleh, manusia berhak
mendapat kedamaian dan kebahagian hidup
253
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu -Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.12, No.2 Juli - Desember 2015
Raja Ali Haji tentang surga dilandasi pada hadis Nabi saw.:
عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال هللا عز Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan
وجل أعددت لعبادي الصالحين ما ال عين رأت وال أذن سمعت وال خطر على قلب perempuan, surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai,
. بشر واقرؤوا إن شئتم فال تعلم نفس ما أخفي لهم من قرة أعين kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang
Dari Abi Hurayrah ra. berkata: Rasul Allah saw. bersabda: bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar, itu
“Aku janjikan kepada hamba-Ku sesuatu yang tidak pernah adalah keberuntungan yang besar. (Q.s. al-Tawbah [9]: 72).
dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, bahkan tidak 74
Tarekat dan hekekat tidak bisa dipisahkan dari shari‘ah
pernah terbetik dalam hati. Apabila kamu menginginkan maka sebagai “tangga/ langkah” awal menuju ma‘rifat kepada Allah.
bacalah: ‘Tiada seorang pun tahu cendera mata apa yang masih Dengan kata lain, tarekat dan hekekat yang menjadi pengetahuan
tersembunyi bagi mereka.’” (HR. al-Bukhāry, Muslīm, al- kaum sufi merupakan bagian dari shari‘ah. Bahkan dengan tegas
Tirmidhy, al-Nasā’i dan Ibn Mājah). Firman Allah selengkapnya: disebutkan bahwa tarekat dan hakekat tunduk pada shar‘ah. Lihat,
. Muhammad Abd. Haq Ansari, Antara Sifisme dan Syari’ah
(Jakarta: Rajawali Press, 1993), 271.
254
Alimuddin Hassan: Pemikiran Keagamaan Raja Ali Haji
255
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu -Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.12, No.2 Juli - Desember 2015
Rabbah”, dan ini mutlak berlanjut pada dan mengumpat. Dua tangan, jauhkan dari
pada jenjang “mengingat” Tuhan. Artinya, pebuatan memukul, merampas, mencuri.
setelah mengenal Tuhan, manusia harus Faraj, misalnya larangan berzinah, dan
senantiasa “mengingat” Tuhan (tanpa merenungkan akibat yang ditimbulkan,
mengingat, makna mengenal menjadi contohnya hilangnya martabat, jatuh miskin
hilang dan musfrah [sia-sia]). Sedemikian dan bahkan bisa kehilangan nyawa. Dua
penting “mengingat” Tuhan sebab kalau Kaki, misalanya larangan mendatangi tepat
manusia melupakan Tuhan pada titik nadir yang tidak patut, contohnya tempat
tertentu, maka Tuhan akan membuat perjudian, tempat “bersuka ria” yang
manusia lupa (tidak kenal lagi) pada diharamkan agama. Hati dijaga dari
dirinya.78 Hanya dengan mengenal dan penyakit hati dan sekaligus cara
mengingat Tuhan sebagai eksistensi niscaya pengobatannya, seperti takabur obatnya
(wājib al-wujūd) maka manusia baru tawadhu, ria obatnya ikhlas, ujub obatnya
(dapat) memiliki eksistensinya (mumkīn al- ibadah sebagai karunia, hasad obatnya
wujūd), tanpa eksistensi Tuhan, manusia fadhila (tidak membuka aib), ghadab
tidak akan bereksistensi. Karenanya, bagi obatnya sabar, buruk sangka, hubbu al-
manusia hanya dengan meyakini “ada”- dunya obatnya zuhud, tamak obatnya
Nya, Tuhan, manusia baru dapat melihat qina’ah, bakhil obatnya pemurah, israf
“ada-ada” yang lain. Sebaliknya, kalau obatnya sederhana dan cermat.79
manusia tidak mengenal dan melupakan Dalam Kitab Pengetahuna Bahasa
keberadaan Tuhan maka segala eksistensi, dan syairnya, Syair Siti Sianah serta dalam
termasuk eksistensi dirinya menjadi tidak syait Gurindam Duabelasa, Raja Ali Haji
ada, apalagi perbuatannya sungguh menjadi memberikan pengajaran tentang bagaimana
musfrah dan tidak mempunyai makna apa- seharusnya akhlak atau etika manusia
apa, lantaran terputus dari Tuhan sebagai kepada Tuhan; dan akhlak manusia antara
hakekat keberadaan dan pusat orientasi sesama manusia. Uraian Raja Ali Haji
manusia (seluruh makhluk). tentang akhlak (adab) ini, khususnya yang
Pada tataran akhlak-tasawuf terdapat dalam Kitab Pengetahuan
Gurindam Duabelas “bekerjasama” dengan Bahasa,80 dapat dipastikan merujuk kepada
Syair Siti Sianah dan Kitab Pengetahuan karya-karya al-Ghazālī, khususnya Iḥyā
Bahasa dalam memberikan tuntunan ‘Ulūm al-Dīn dan khususnya Bidāyah al-
kepada pembacanya agar menjaga dan Hidāyah.81 Bahkan Raja Ali Haji
memelihara panca indera (anggota tubuh) merekomendasikan kepada pembaca
dari perbuatan-perbuatan yang tercela (komunitas)nya agar membaca/mempelajari
dengan pendekatan ala tasawuf. Raja Ali buku-buku al-Ghazālī itu, seperti katanya:
Haji menyebutkan bahwa: Lidah, “Syahdan inilah akhir aku pungutkan
peliharaan dari ingkar janji, dusta makna adab ini didalam setengah dari pada
mengumpat, memaki dan bertengkar serta kitab-kitabn Imam hujjatul Islam Al
perkataan yang sia-sia. Mata, berhati- Ghazali dan memadailah kepada orang
hatilah menggunakannya dan jangan yang menghendaki akan makna adab di
memandangan orang lain dengan dalam kitab ini adanya, intaha.”82
pandangan yang hina. Telinga, larangan Untuk akhlak manusia kepada
mendengarkan bunyi-bunyian yang Tuhan, Raja Ali Haji menyatakan bahwa
diharamkan, mendengar orang berdusta,
79
Masalah pemiliharan anggota badan ini juga diampaikan
78 dalam sejumlah karya-karya, misalnya dalam “Gurindam Dua
Firman Allah: Belas”, dan pada bagaian akhir Thamara>t al-Muhimmah, dan
Kitab Pengetahuan Bahasa, 78-79. [Penjelasan tentang
penjagaan/ pemiliharan “kedirian manusia” (panca indara [organ-
. organ tubuh] manusia) dalam pendekata “batini”, lihat bagian
akhir pada bab kelima berikutnya dalam penelitian ini].
80
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 58-67.
Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. 81
al-Ghazali, Bidāyah al-Hidāyah, 87-102.
Mereka itulah orang-orang yang fasik. (Q.s. al-Ḥashr [59]: 19). 82
Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 67.
256
Alimuddin Hassan: Pemikiran Keagamaan Raja Ali Haji
manusia hendaknya: (i) menundukkan (adab) anak terhadap orang tuanya; akhlak
kepala dan merendahkan diri serta (adab) sesorang kepada saudaranya; akhlak
“menghimpunkan hemat” (membulatkan (adab) orang tua kepada anaknya; akhlak
tekad [keinginan dan pikiran]) kepada-Nya; (adab) istri kepada suami; akhlak (adab)
(ii) terus-menerus diam [dari perkataan majikan kepada hamba sahaya.
tidak berguna dan nista],83 menenangkan Adab anak kepada ibu-bapak,
segala anggota tubuh [menjaga/memelihara misalnya kata Raja Ali Haji, harus taat dan
tujuh anggota tubuh] dari akhlak tidak setia, merendahkan diri, dan senantiasa
terpuji; (iii) bersegera melaksanakan mendoakan keselamatan atas kedua orang
perintah dan meninggalkan larangan-Nya tuanya. 86 Seorang anak jangan sampai
serta tidak berpaling dari taqdir-Nya; (iv) durhaka kepada kedua orang tua, dan
senantiasa berzikir (mengingat/menyebut) karenanya, hendaknya renungkan akibat
dan melazimkan bertafakkur kedurhakaan yang tidak saja diderita di
(memikirkan/merenungkan) akan kebesaran akhirat, tetapi hukumannya akan langsung
dan kemuliaan-Nya; (v) mengutamakan ditimpakan dalam kehidupan di dunia ini. 87
harapan yang hak [tidak berputus asa] dari- Dalam syair Gurindam Duabelas Raja Ali
Nya, dan sekaligus memutuskan harapan bertutur:
[semu dan relatif] dari manusia; (vi) Dengan bapa jangan durhaka
merendahkan diri di bawah keagungn-Nya, supaya Allah tiada murka.
menundukkan hati dengan rasa malu dan Dengan ibu hendaklah hormat
rasa tidak berdaya [tawaḍḍu‘] di hadapan- supaya badan dapat selamat.
Nya.84 Lebih lanjut, ihwal hubungan Sekiranya seseorang tidak hormat
manusia dengan Tuhan, Raja Ali Haji dan taat serta durhaka pada kedua orang
mengungkapkan: tua, Raja Ali Haji khawatir akan tertimpa
Hal keadaannya mengenal dengan “benah”. Raja Ali Haji mendifinisikan
sebaik-baik ikhtiar dan takut akan “benah”:
azabnya dan harap akan rahmatnya, “Yaitu celaka dan kebinasaan atas
sabar akan balaknya dan syukur akan seseorang dengan sebab
nikmatnya. Dan memohon akan perbuatannya atau kelakuannya
kelebihan dan jika dikaruniakannya, memperbuat atas seseorang yang
syukur. Dan jika tiada tiada sebenarnya. Maka kenalah ia
dikaruniakannya, sabarlah kita akan benah dengan kebinasaan sakit
hikmatnya. Karena ia yang lebih tahu, badannya atau atas ahlinya atau atas
yang patut bagi kita dan yang tiada hartanya bendanya, atau atas
patut bagi kita, jangan marah dan kemaluannya, atau atas pangkat
susah, karena ia Tuhan yang amat kehormatannya.”88
murah dan yang amat mengasihani, Selanjutnya, Raja Ali Haji
adanya.85 memberikan penjelasan bahwa orang yang
Untuk hubungan terhadap sesama sering ditimpa benah adalah orang yang
manusia, Raja Ali Haji menyebutkan durhaka kepada Allah, para Nabi dan
beberapa jenis hubungan, yaitu: akhlak ulama, teristimewa durhaka kepada kedua
(adab) guru terhadap murid; akhlak (adab) orang tua (ibu dan bapak). Dalam kaitan
murid terhadap terhadap guru; akhlak yang terakhir inilah Raja Ali Haji mengutip
sejumlah hadis Nabi dari kitab al-Ṭarīqah
al-Muḥammadiyya fī Bāyan al-Aḥmadiyya.
83
Maksud kalimat “terus-menerus diam”, dimaksudkan demi
mematuhi perintahan Rasul Allah saw., “Man kāna yu’min bi Misalnya, hadis nabi yang menyatakan
Allāh wa al-yawm al-ākhir qul akhyr auw li yasmut” (Sesiapasaja (terjemahan bebas) bahwa Allah akan
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia
mengatakan yang baik atau diam saja.” (HR. Bukhari dan menangguhkan balasan dosa hingga hari
Muslim). Lihat, al-Ghazali, Bidāyah al-Hidāyah, 183. akhirat, kecuali dosa kepada ibu dan bapak.
84
Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 58. Paparan Raja
Ali Haji tentang akhlak manusia kepada Tuhan, nyata betul,
persis sama dengan dan “dipungut” dari uraian pandangan al- 86
Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 300.
Gazali. Lihat, al-Ghazali, Bidāyah al-Hidāyah, 87-88. 87
Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 206.
85 88
Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 58. Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 206.
257
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu -Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.12, No.2 Juli - Desember 2015
Atau hadis lain dari Jabir r.a. yang Raja Ali Haji dalam banyak karya
menyebutkan Nabi bersabda bahwa takutlah senatiasa menekankan arti penting akhlak,
durhaka kepada ibu bapak sebab tidak akan termasuk karyanya, Syair Sinar Gemala
pernah mencium bau surga bagi anak yang Mustika Alam yang merupakan sīrah al-
durhaka kepada ibu bapaknya.89 nabawiyyah. Dalam syair Syair Sinar
Adab orang tua kepada anaknya, Gemala Mustika Alam, penulisnya
sekaligus menjadi kewajibannya, adalah mengungkap sirah Nabi Muhammad,
memberi dasar-dasar ilmu agama dan termasuk akhlak dan budi pekerti sang
mengantarkan anaknya untuk melanjutkan “Junjungan Alam”. Syair ini, menurut
pendidikannya, sehingga anaknya memiliki Hasan Junus, lebih cenderung kalau
modal dan pedoman dalam menjalani disandingkan dengan kitab al-Barazanji
hidupnya. Orang tua juga wajib karya Ja‘far al-Barazanji. Setiap memasuki
menanamkan dan memberikan teladan bulan Maulid Nabi, syair ini didendangan
akhlak terpuji pada anak, sehingga terhidar dengan harapan dapat dijadikan teladan
dari prilaku-prilaku dan tempat-tempat hidup bagi masyarakat.92 Untuk itu, Roger
tercela, seperti judi, narkoba (pemadat), dan D. Spegele, seperti yang dikutip oleh U.U
lainnya.90 Raja Ali Haji meminta kepada Hamidy, memberikan komentar tentang
kedua orang tua agar jangan lalai dalam syair-syair Raja Ali Haji:
memelihara dan mendidik anak semasih Sekurang-kurangnya ada tiga
kecil karena kalau tidak diwaktu besar akan kegunaan karya fiksi yang dijumpai
membuat kedua orang tuanya menjadi repot dalam syair-syair Raja Ali Haji, yaitu
dan susuh, seperti dituturkannya dalam etis, kritis dan terapis. Syair yang
Gurindam Duabelas: berjudul “Sinar Gemala Mustika
Apabila anak tidak dilatih Alam” memberikan nilai etis karena
jika besar bapaknya letih di dalamnya pengarang hendak
Adab istri kepada suami, misalnya, memperlihatkan nilai-nilai akhlak
istri harus taat kepada suami, menyediakan yang tersirat dalam syair yang berisi
kebutuan suami, seperti makan-minum, tentang kelahiran Nabi Muhammad.
tempat tidur, obat-obatan. Syair Siti Syair “Suluh Pegawai” dapat
Sihanah ini juga menyebutkan tanda-tanda dipandang bernilai kritis karena
istri yang durhaka, misalnya berwajah dalam syair ini pengarang mencoba
masam, enggan kalau diajak ke tempat membahas dan mengkritik kenyataan
tidur, tidak menurut kemauan suami, ke dalam masyarakat secara realistis.
luar rumah tanpa izin suami. Syair ini juga Syair Raja ”Siti Sianah” mempunyai
memperingatkan wanita agar jangan sifat terapis yang ingin mempertinggi
sombong akan kecantikan, keturunan, atau kesadaran mengenai diri sendiri.93
karena masih muda. Sedangkan Thamarāt al-
Adab majikan kepada hamba Muhimmah, kecuali berisi tentang hukum
sahaya, misalnya diberi makan dan minum, tata negara, juga berisikan nasehat yang
memberi hukum yang setimpal dengan berlandaskan agama. Dalam bidang tasawuf
kesalahannya, jangan biarkan jadi pemalas, Thamarāt al-Muhimmah mempertegas
suka tidur, dan jika berjasa berikan unsur tasawuf yang terdapat dalam
hadiah.91 Gurindam Duabelas.94 Maka tidak aneh
kalau Abdul Hadi W.M., mengategorikan
89
Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 206.
90
Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, ..... Kewajiban
orang tua untuk memberi ilmu dan menanamkan akhlak baik
92
kepada anaknya, didasarkan pada hadsi Nabi. Diriwayatkan dari Abu Hassan Sham, Puisi-Puisi Raja Ali Haji, 152-155.
Nabi Muhammad saw. bersabda: “Tidak ada pemberian seorang 93
Lihat, U.U. Hamidi, Pengarang Melayu Dalam Kerajaan
bapak yang lebih berharga kepada anaknya selain akhlak yang Riau dan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi, (Jakarta: Pusat
baik atau membebasakannya dari kebodohan.” Lihat, al-Ghazali, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa P dan K, 1980), 17.
Bidāyah al-Hidāyah, 190. 94
Abu Hassan Sham, “Karya-karya yang Berlatarbelangan
91
Pembahasa Raja Ali Haji tentang adab juga diuraikan Islam dari Pengarang Melayu Riau-Johor Sehingga Awal Abad
panjang lebar dalam Kitab Pengetahuan Bahasa, 56-67. Kedua Puluh”, 249-252.
258
Alimuddin Hassan: Pemikiran Keagamaan Raja Ali Haji
Raja Ali Haji sebagai Sufi-Penyair.95 pekerajaan pedang boleh dibuat dengan
Bahkan karya sejarah Raja Ali Haji, Tuḥfat qalam, adapun pekerjaan qalam tiada
al-Nafīs, menurut Abdul Hadi W.M., ”juga boleh dibuat dengan pedang… Ada
memperoleh pengaruh tasawuf, yaitu aspek- beberapa ribu dan laksa pedang yang
aspek metafisika, kosmologi dan sudah terhunus dengan segores qalam jadi
estetisnya... Tuḥfat al-Nafīs karangan Raja tersarung.”
Ali Haji digenangi ajaran Imam al-
Ghazālī.”96 Tuḥfat al-Nafīs sebagai karya
sejarah bercorak adab, sebagaimana karya Daftar Pustaka
sejarah sejenis sebelumnya, seperti Sejarah Ali Haji, Raja, Kitab Pengetahuan Bahasa,
Melayu, Tāj Salaṭīn, Bustān al-Kātibīn , Pekanbaru: Badan Penelitian dan
dan Hikayat Aceh, lagi-lagi menurut Abdul Pengkajian Melayu Dept. P dan K,
Hadi W.M., tidak saja menggarap 1986.
keindahan lahiri dan aqliah, tetapi juga _____________, Muqaddimah fī al-
keindahan qalbiah atau moral yang Intiẓām al-Wazāif al-Mulk Khusūsan
berhubungan secara langsung dengan ilā Mawlāna wa Ṣāḥibinā Yang
doktrin dan ajaran agama.97 Dipertuan Muda Raja Ali al-
Mudabbir li al-Bilād al-Riauwiyyah
Penutup wa Sāir Dāirat, Lingga: Pejabat
Demikianlah pemaparan singkat dan Kerajan Lingga, 1304.
cetek ini untuk menggambarkan aspek- _____________, Silsilah Melayu-Bugis,
aspek intelektual Raja Ali Haji. Dengan Kuala Lumpur: Pustaka Antara, 1973.
menyadari sepenuhnya bahwa pemaparan _____________, Thamarāt al-Muhimmah,
itu sangat jauh untuk dikatakan sempurna. Lingga: Pejabat Kerajaan Lingga,
Dari aspek-aspek intelektual Raja Ali Haji 1304.
yang terlihat dalam tulisan-tulisannya, _____________, Tuḥfat al-Nafīs,
agaknya Raja Ali Haji setuju dengan Transliterasi oleh Inche Munir bin
pendapat imam al-Ghazālī tentang Ali, Singapura: Malaysian
kekuasaan pena, yaitu bahwa “pena lebih Publication Ltd., 1965.
berkuasa dari pada seribu pedang”. Dengan _____________ , The Precious Gift (Tuḥfat
redaksi yang berbeda, di dalam al-Nafīs), ed. Virginia Matheson dan
Muqaddimah Bustān al-Kātibīn, Raja Ali Barbara W. Andaya, Kuala Lumpur:
Haji bertutur dengan indahnya, seperti telah Oxford University Press, 1982.
dikutip di awal (bab) tulisan ini: “.... segala _____________, Tuḥfat al-Nafīs Sejarah
Melayu Islam, Virginia Matheson ed.,
95
Abdul Hadi W.M., Sastra Sufi (Sebuah Antologi), (Jakarta: Kuala Lumpur: Dewan bahasa dan
Pustaka Firdaus, 1985), Cet. I, 240 dan 296. Pustaka, 1997.
96
Abdul Hadi W.M., “Wawasan Sastra Hamzah Fanzuri dan
Estetika Sufi Nusantara”, dalam Jurnal Kritik Teori & Kajian _____________, Tuḥfat al-Nafīs,
Sastra, Tahun 1, No. 1 (2011), 42. Pernyataan Abdul Hadi di atas (ed.Virginia Matheson), Kuala
sangatlah tepat karena ada sejumlah data-data “sufistik” dan
praktek-praktek ajaran tasawuf yang “menggenangi” Tuḥfat al- Lumpur: Fajar Bakti, 1982.
Nafīs. Raja Ali Haji menyebutkan, sekedar contoh: (i) bahwa Raja _____________, Tuḥfat al-Nafīs
Haji senantiasa mengamalkan wirid dengan membaca selawat
yang terdapat dalam kitab Dalāyl al-Khayrāt setiap malam (ed.Virginia Matheson), Kuala
jum‘at. Bahkan ketika berperang melawan penjajah Belanda ia Lumpur: Yayasan Karyawan dan
memimpin dan memberi semangat pasukan dengan sebilah badik
di tangan kanannya dan sebuah kitab Dalāyl al-Khayrāt di tangan Dewan Bahasa dan Pustaka, 1998.
kirinya. Lihat, Raja Ali Haji, Tuḥfat al-Nafīs, 206-207; (ii) bahwa _____________, Syair Siti Sihanah, Pulau
di kerjaan Melayu-Riau pada masa pemerintahan YDM VI Riau
Raja Ali bin Daeng Kamboja (1784-1806) datang seorang ulama Penyengat: Yayasan Kebudayaan
Shaykh Abdu Gaffar dari Madura mengajarkan tarekat Indra Sakti, Koleksi Naskah No. A
“Khalawatiyah Samāniyah” YDM Riau beserta keluarga istana.
Lihat, Raja Ali Haji, Tuḥfat al-Nafīs, 256; (iii) bahwa YDM VIII 13, 1983.
Riau Raja Abdullah menjadi murshid dan khalifah Shaykh Ismail _____________, Syair Abdul Muluk,
dalam memimpin ibadah dan amalan-amalan tarekat
Naqshabandiyah dua kali dalam seminggunya (setiap malam Pekanbaru: Penelitian dan Pengkajian
Jum‘at dan Selasa) di Pulau Penyengat. Lihat, Raja Ali Haji, Kebudayaan Nusantara Depdikbud,
Tuḥfat al-Nafīs, 349-350.
97
Abdul Hadi W.M., “Wawasan Sastra Hamzah Fanzuri”, 41. 1988/1989.
259
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu -Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.12, No.2 Juli - Desember 2015
260